Anda di halaman 1dari 6

Science Method (Metode Ilmiah)

dan Engineering Method (Metode Rekayasa)

Dosen Pengajar :

Dr. Yoanes Bandung, S.T, M.T.

Disusun Oleh:

19622126 – Bihurin Salsabila Firdaus

Mata Kuliah Pengantar Rekayasa dan Desain


KU1202-20

1
Metode Ilmiah

Metode ilmiah (scientific method) merupakan teknik-teknik standar untuk membangun


pengetahuan ilmiah seperti bagaimana membuat observasi yang sahih, menafsirkan hasil temuan,
serta melakukan generalisasi dari temuan tersebut. Metode ilmiah memungkinkan peneliti secara
independen menguji teori-teori serta temuan-temuan riset, kemudian menjadikannya bahan
debat, modifikasi, atau pengembangan.

Ciri-ciri metode ilmiah

1. Replicability. Orng lain dapat secara bebas meniru atau mengulang kajian ilmiahdan
mendapatkan hasil yang mirip atau identik.
2. Precision. Konsep-konsep teori yang biasanya sukar diukur, harus didefinisikan secara tepat
sehingga pihak lain dapat menggunakan definisi-definisi tersebut serta menguji teori.
3. Falsifiability. Suatu teori harus dinyatakan dengan cara tertentu sehingga dapat dibantah
dengan bukti. Teori yang tak dapat diuji atau difalsifikasi dianggap tidak ilmiah. Teori yang
dibuat spesifik tapi tidak persis, atau tidak dapat diukur secara akurat, maka berarti tidak
dapat diuji. Dengan demikian dianggap tidak ilmiah.
4. Parsimony. Apabila ada berbagai penjelasan tentang suatu gejala, ilmuwan harus selalu
menerima penjelasan yang paling sederhana atau yang paling logis. Konsep ini disebut
parsimoni atau “Occam’s razor“. Parsimoni mencegah ilmuwan dari upaya memberi
penjelasan menggunakan teori yang aneh-aneh dengan berbagai konsep dan hubungan-
hubungan, namun memberikan penjelasan secuil mengenai segala sesuatu, namun tak ada
maknanya.

Metode Rekayasa

Salah satu karakteristik yang harus terlihat dalam proses pembelajaran adalah proses
desain rekayasa atau Engineering Design Process (EDP). Proses ini melatihkan kemampuan
peserta didik dalam memecahkan suatu permasalahan (problem solving) dalam konteks dunia
nyata (real world).

2
secara umum EDP memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

1) Identifikasi Masalah
Pada tahap ini peserta didik dalam kelompoknya mengidentifikasi dan menganalisa
permasalahan atau tantangan yang diberikan. Peserta didik juga diharapkan dapat
mengidentifikasi constraint atau batasan dan kriteria dari solusi yang dipersyaratkan oleh
permasalahan atau tantangan yang diberikan tersebut sebagai contoh alat dan bahan tersedia,
biaya yang boleh dikeluarkan, dan berbagai kriteria yang dibutuhkan.

2) Bertukar pikiran (brainstorm)


Tahap selanjutnya adalah peserta didik saling bertukar pikiran tentang berbagai solusi
yang memungkinkan untuk menjawab permasalahan. Peserta didik dapat melakukan
penelitian melalui bermacam-macam sumber informasi yang mereka anggap relevan untuk
membantu mereka dalam menyusun berbagai ide solusi. Dari berbagai solusi yang
dimungkinkan tersebut, peserta didik dalam kelompoknya menentukan satu solusi terbaik
yang akan ditawarkan.

3) Merancang
Dengan ditentukannya satu solusi terbaik, maka tahapan selanjutnya adalah memodelkan
solusi tersebut dalam sebuah rancangan atau sketsa gambaran konkrit dari solusi yang
ditawarkan. Dalam rancangan tersebut, peserta didik harus mampu menjelaskan bagian-
bagian dari rancangannya, fungsi yang terkait dari bagian-bagian tersebut, material yang
digunakan, serta bagaimana rancangan solusi mereka akan mampu menjawab permasalahan.

4) Membangun (build/construct)
Selanjutnya, dengan menggunakan material yang ditentukan, dalam kelompoknya peserta
didik menyusun produk persis sesuai dengan hasil rancangan/sketsa yang mereka susun.

5) Ujicoba
Pada tahap ujicoba ini peserta didik akan mengetahui apakah solusi yang mereka rancang
dapat menjawab permasalahan atau tantangan yang diberikan di awal.

3
6) Revisi
Jika solusi yang dikembangkan belum berhasil menjawab permasalahan, maka dalam
kelompoknya peserta didik mengidentifikasi dan menganalisa penyebab dari adanya
kegagalan tersebut dan menentukan perbaikan yang harus dilakukan pada solusi awal.

7) Berbagi solusi/Komunikasi
Pada akhirnya masing-masing kelompok akan mengkomunikasikan berbagai pengalaman
mereka dalam menjawab permasalahan atau tantangan baik dalam bentuk presentasi maupun
laporan.

Membandingkan Metode Ilmiah dengan Metode Desain Rekayasa

Sementara para ilmuwan mempelajari bagaimana alam bekerja dan menemukan pengetahuan
baru tentang alam semesta, para insinyur menciptakan atau membangun hal-hal baru, seperti
produk, situs web, lingkungan, dan pengalaman. Karena insinyur dan ilmuwan memiliki
tujuan yang berbeda, mereka mengikuti proses yang berbeda dalam pekerjaan mereka. Para
ilmuwan menampilkan percobaan dengan menggunakan metode ilmiah, sedangkan insinyur
mengikuti desain rekayasa berbasis kreativitas proses.

4
Apa Perbedaan Antara Kedua Proses?

Ilmuwan dan insinyur berkontribusi pada dunia pengetahuan dengan cara yang berbeda. Para
ilmuwan menggunakan ilmiah, metode untuk membuat penjelasan dan prediksi yang dapat
diuji tentang dunia. Seorang ilmuwan mengajukan pertanyaan dan mengembangkan
eksperimen, atau serangkaian eksperimen, untuk menjawab pertanyaan itu. Insinyur
menggunakan desain teknik, proses untuk menciptakan solusi untuk masalah. Seorang
insinyur mengidentifikasi kebutuhan secara spesifik.

Kemudian diciptakan solusi yang memenuhi kebutuhan itu.

Namun, dalam kehidupan nyata, perbedaan antara sains dan teknik bisa tumpang tindih. Para
ilmuwan sering dapat melakukannya pekerjaan teknik dan insinyur sering menerapkan
prinsip-prinsip ilmiah, termasuk metode ilmiah. Banyak dari "ilmu komputer" sebenarnya
adalah suatu bentuk teknik - pemrogram untuk membuat produk baru.

Proses Mana yang digunakan?

Proyek Anda mungkin berada di antara sains dan teknik, dan tidak apa-apa. Banyak proyek,
bahkan jika terkait dengan teknik atau ilmu komputer, dapat dan harus mengikuti metode
ilmiah. Namun, jika tujuan proyek adalah untuk menemukan produk baru, program komputer,
pengalaman, atau lingkungan maka masuk akal untuk mengikuti proses desain teknik.

5
Referensi:

A. Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Yogyakarta: Diva Press, 2016.

S. H. Santoso and M. Mosik, Kefektifan LKS Berbasis STEM (Science, Technology,


Engineering and Mathematic) untuk Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada
Pembelajaran Fisika SMA, UPEJ Unnes Physics Education Journal, vol. 8, no. 3, 2019.

J. Afriana, A. Permanasari and A. Fitriani, Penerapan Project Based Learning Terintegrasi


STEM untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Ditinjau dari Gender, Jurnal Inovasi
Pendidikan IPA, vol. 2, no. 2, pp. 202-212, 2016.

M. Mustika, E. Septaningrum and S. Susilawati, Pengaruh Penggunaan LKS dengan


Pendekatan Saintifik pada Materi Objek IPA dan Pengamatannya terhadap Hasil Belajar IPA
Kelas VII MTs Negeri 1 Semarang, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, vol. 7, no. 1, pp.
63-71, 2016.

D. A. B. Lestari, B. Astuti and T. Darsono, Implementasi LKS dengan Pendekatan STEM


(Science, Technology, Engineering, And Mathematics) untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa, Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, vol. 4, no. 2, 2018.

Anda mungkin juga menyukai