Anda di halaman 1dari 24

Laporan Akhir

Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

2.1 STRATEGI PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN

2.1.1 Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung

Strategi pengelolaan untuk kawasan lindung, wilayah kawasan


perencanaan dalam kaitannya dengan kawasan lindung adalah
sebagai wilayah dampak tidak langsung aliran dari Kawasan
BOPUNJUR. Strategi pengelolaan yang dilakukan adalah berupa pemantapan dan
pengendalian kawasan lindung yang berfungsi baik untuk wilayah Kabupaten Bogor
sendiri maupun untuk wilayah yang lebih luas (Jabotabek). Sehubungan dengan itu,
maka kebijaksanaan yang terkait dengan kawasan lindung ini, mencakup :
a. Identifikasi dan penelitian lokasi secara pasti bagi kawasan-kawasan lainnya
yang berfungsi lindung sebagai kawasan perlindungan setempat seperti
sempadan sungai, kawasan sekitar danau / waduk dan kawasan sekitar mata
air;
b. Guna mendukung fungsi hidrologis wilayah, maka keberadaan situ / danau /
danau buatan perlu dipertahankan dan untuk yang telah menurun fungsinya
perlu dilakukan rehabilitasi dan peningkatan.
Sasaran pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk :
a. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan, dan satwa,
serta nilai budaya dan sejarah bangsa;
b. Mempertahankan keanekaragaman hayati, satwa, tipe ekosistem dan
keunikan alam.

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya berupa


Kawasan Resapan Air
Strategi pengembangan kawasan resapan air ini adalah sebagai berikut :
1. Pemulihan, penataan dan pemeliharaan situ-situ terutama pada kawasan
resapan utama

II - 1
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

2. Pemulihan dan pemanfaatan daerah-daerah kritis khususnya pada Strategi pengelolaan atara lain :
kawasan resapan sungai 1. Tidak diperkenankan bila dikonversi atau diubah penggunaannya
3. Pemulihan dan penataan daerah-daerah terbangun pada kawasan 2. Memberikan pengamanan disekitarnya + 50 meter dengan cara penutupan
resapan utama vegetasi tetap disekeliling mata airnya.
4. Pemulihan, pemanfaatan dan pengembangan lahan-lahan kritis 3. Tidak diperkenankan mendirikan bangunan kecuali bangunan yang
5. Penataan, pemeliharaan dan pengendalian sumber mata air diperlukan untuk menunjang fungsi kawasan sekitar danau / waduk dan
6. Pengendalian, pengawasan dan pemanfaatan air tanah. merupakan bagian dari suatu jaringan untuk kepentingan umum
4. Dilarang melakukan penebangan pohon dalam radius tertentu (+ 50
Untuk meningkatkan imbuhan atau resapan air kedalam tanah, maka dilakukan meter) disekitar kawasan danau / waduk tersebut.
berbagai cara, yaitu :
c. Kawasan terbuka hijau kota termasuk didalamnya hutan kota
a. Pola Vegetatif, meliputi :
Strategi pemanfaatan dan pengelolaan kawasan terbuka hijau kota termasuk
1. Penghijauan
didalamnya hutan kota adalah melalui :
2. Reboisasi
1. Penghijauan
3. Pola Tanam (Crop Pattern)
2. Reboisasi
b. Teknis Mekanis
3. Pola Tanam (Crop Pattern)
1. Parit Jebakan
2. Terrasering
3. Kawasan Rawan Bencana Alam
3. Bangunan Pendali :
Strategi pengelolaan yang dapat dilakukan yaitu dengan strategi / metode
- Bendungan / Reservoir
vegetatif maupun metode mekanik.
- Checkdam
a. Metode Vegetatif
- Imbuhan buatan (Artficial Recharge)
 Penanaman dalam strip (strip cropping)
 Pergiliran Tanaman (Rotation)
2. Kawasan perlindungan setempat, meliputi beberapa jenis kawasan
 Mulching (Penggunaan Mulsa)
sebagai berikut :
b. Metode Mekanik
a. Sempadan Sungai
 Pengolahan Tanah
Strategi pengelolaan yang dilakukan yaitu :
 Pengolahan Menurut Kontur
1. Memberikan jalur pengaman aliran sungai melalui penutupan vegetasi
 Galengan dan Saluran Menurut Kontur
tetap disepanjang jalur kanan-kiri sungai
2. Tidak diperkenankan adanya bangunan termasuk mendirikan bangunan- 2.1.2 Strategi Pengelolaan Kawasan Budidaya
bangunan kecuali bangunan yang diperlukan untuk menunjang fungsi
Strategi pengelolaan kawasan budidaya di Kota Parung adalah sebagai berikut :
kawasan tersebut dan atau bangunan yang merupakan bagian dari suatu
a. Kawasan Budidaya Pertanian
jaringan bagi kepentingan umum
Strategi pengelolaan kawasan budidaya pertanian antara lain :
3. Dilarang melakukan penebangan pohon disepanjang sempadan sungai.
 mempertahankan areal sawah dengan lokasi yang ada

b. Kawasan Sekitar Danau / Waduk


II - 2
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

 menambah, memperluas dan meningkatkan lahan pertanian beririgasi 2.1.3 Strategi Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan
skala kecil pada kawasan yang memungkinkan
Pengembangan sistem kota-kota di kawasan Kota Parung diarahkan sebagai pusat
 mendayagunakan lahan kering secara optimal termasuk lahan yang belum
pelayanan jasa, perdagangan, pemerintahan dan pendidikan, baik dalam skala
dimanfaatkan dan kurang produktif
pelayanan wilayah dan lokal . Kota yang berperan sebagai pusat pelayanan akan
 mempertahankan dan mengefektifkan pemanfaatan kawasan budidaya
terkait dengan tingkatan dan fungsinya. Untuk pusat-pusat permukiman di pedesaan
khusus seperti perkebunan teh , hutan produksi terbatas, tanaman
diarahkan untuk berperan sebagai pusat pelayanan kegiatan sektor pertanian dan
tahunan, sebagai kawasan penyangga
perdagangan serta pelayanan untuk penduduknya.
 mutasi penggunaan lahan dari pertanian menjadi non pertanian
diprioritaskan pada lahan tidak produktif
2.1.4 Strategi Pengembangan Prasarana Perkotan
 diperkenankan adanya bangunan secara terbatas, dengan Building
Coverage serendah mungkin dengan rekayasa teknik Bentuk strategi pengembangan prasarana perkotaan cenderung pada peningkatan

b. Kawasan Peternakan dan pengembangan jaringan prasarana transportasi (jalan raya) terutama yang

Strategi pengelolaan terhadap kawasan budidaya peternakan adalah menghubungkan simpul-simpul atau pusat-pusat pelayanan. Selain itu diperlukan

memanfaatkan potensi sumber daya lahan yang potensial untuk pakan juga peningkatan terhadap pengembangan prasarana TPS yang ada di Desa Waru,

ternak, areal penggembalaan, dan membuat atau memanfaatkan areal sistem drainase, dan TPU/pemakaman agar bisa melayani skala pelayanan lokal

kawasan budidaya peternakan yang ada. Seperti di ternak ayam dan telur maupun wilayah di sekitarnya.

Desa Pemagersari.
c. Kawasan Perikanan
2.1.5 Strategi Pengembangan Kawasan Tertentu
Strategi pengelolaan kawasan budidaya perikanan berupa pengembangan
unit lahan yang tersebar berupa kolam, empang, rawa dan tambak yang Strategi dalam pengelolaan kawasan tertentu di kawasan perencanaan untuk :

telah digunakan untuk usaha perikanan darat secara produktif dengan faktor  Mengoptimalkan pemanfaatan ruang, meminimalkan konflik pemanfaatan

utama ketersediaan air yang cukup. Terutama di Desa Parung dan Warujaya ruang dan mengupayakan sinergi pembangunan baik lokal maupun wilayah

seperti potensi ikan hias dan ikan lele.  Memacu perkembangan kawasan / daerah dengan memanfaatkan potensi-

d. Kawasan Pariwisata potensi yang ada secara optimal

Strategi pengelolaan terhadap kawasan pariwisata adalah sebagai berikut :  Meningkatkan tingkat kesejahteraan social ekonomi masyarakat dan wilayah

1. Penataan fasilitas dan utilitas pada setiap obyek wisata yang ada agar  Meningkatkan kegiatan sosial dan ekonomi kawasan agar pertahanan

dapat menarik minat wisatawan keamanan dapat dilakukan secara optimal dan mengantisipasi bentuk-bentuk

2. Peningkatan prasarana dan sarana transportasi untuk mencapai setiap ancaman yang akan timbul

obyek dan penyediaan fasilitas akomodasi disekitarnya  Memanfaatkan sumber daya alam ruang kawasan untuk mengembalikan

3. Operasionalisasi kegiatan yang tidak mengganggu kelestarian fungsi keseimbangan dan kelestarian fungsi dan peranan lingkungan hidup di

lingkungan. kawasan yang bersangkutan

II - 3
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

2.2 KONSEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN  Pusat Kota berada di Rw 01 Desa Waru berfungsi sebagai pusat pemerintahan,
pusat kegiatan kota dan permukiman
2.2.1 Konsep Struktur Tata Ruang
 Bagian Wilayah Kota 1 berada di RW 04 Desa Parung berfungsi sebagai
2.2.1.1 Pusat-pusat Sub Pusat Pelayanan/Kegiatan Berdasarkan RTRW
permukiman kepadatan tinggi dan perdagangan dan jasa.
Berdasarkan pembagian wilayah pembangunan, Kecamatan Parung termasuk ke
 Bagian Wilayah Kota 2 berada di RW 07 Desa Waru berfungsi sebagai
dalam Wilayah Pembangunan Tengah yang diarahkan sebagai simpul – simpul jasa
perdagangan dan jasa, industri dan permukiman
distribusi barang dan jasa serta pendorong pengembangan wilayah.
 Bagian Wilayah Kota 3 berada di RW 04 Desa Pamagersari perdagangan dan

Berdasarkan pembagian hirarki kota (RTRW Kabupaten Bogor), Kawasan jasa, industri dan permukiman

perencanaan merupakan kawasan dengan hirarki kota sebagai Kota Ordo II. Untuk
lebih jelasnya mengenai pembagian Kota Ordo ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2.2.1.3 Elemen-Elemen Kota
Gambar 2.1
A. Pola Bentuk Kota
Peta Pembagian Ordo
Kajian pola bentuk kota ditinjau dari 2 segi yaitu pola makro besar dan pola
mikronya. Dimana pola makro besar meninjau interaksi kota utama/kota inti
terhadap kota kecil atau desa-desa disekitarnya. Sedang pola mikro meninjau pola
kota inti secara keseluruhan.

Pola Makro Besar (Kota Keseluruhan)

Seperti pengembangan kota berbasis pertanian/perkebunan, maka pola makro


dari rencana kota adalah sebuah kota inti di tengah yang akan melayani beberapa
desa-desa kecil disekitar kota inti. Akses utama ditarik dari jalan trans Sumatra
atau akses menuju jalan trans yang ditingkatkan kapasitasnya.

Kota Ordo 4

2.2.1.2 Pusat-pusat Pelayanan Internal

Berdasarkan konsep struktur tata ruang Kota Parung memiliki 1 pusat kota dan 3
bagian wilayah kota. Dengan konsep pemindahan pusat kota ini, pusat-pusat
pelayanan internal Kota Parung adalah sebagai berikut :

II - 4
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

GAMBAR 2.3
GAMBAR 2.2
POLA KOTA UTAMA MODEL RADIAL CONCENTRIC
RENCANA MAKRO KORELASI
ANTARA KOTA UTAMA DAN KOTA SEKUNDER DISEKITARNYA

DESA-DESA pusat pusat


PENGUMPUL HASIL BUMI kawasan kawasan
TERSEBAR
KOTA SEBAGAI SATELIT
JALAN
LOKAL INTI pusat
pemerintahan
AKSES UTAMA
MENUJU/DARI
TRANS SUMATRA pusat pusat
kawasan kawasan

BERKEMBANG
SECARA POLARISASI

B. Elemen-elemen Pembentuk Kota

Sebagai kota yang direncanakan untuk mandiri perlu dilengkapi dengan berbagai
sarana dan fasilitas kota. Pengaturan pemenuhan kebutuhan sarana dan fasilitas
Pola Mikro (Kota Inti) kota tersebut dilihat dengan membagi 3 jenis sebagai elemen pembentuk kota.

Pola mikro (kota inti) berbentuk radial concentric dimana pusat inti kota Ketiga jenis elemen pembentuk kota itu adalah :
merupakan zona pemerintahan yang dikelilingi jalan lingkar sebagai batas ring 1.
1. Zona-zona Fungsional, untuk mengatur pembagian zona peruntukan lahan
Di luar ring 1 berbatasan dengan ring 2 merupakan daerah hijau sebagai buffer
2. Prasarana Dasar Kota, merupakan infrastruktur dasar dalam bentuk jaringan
yang mengelilingi pusat pemerintahan. Pada ring ke 3 merupakan zona fasum dan
fasos dan ring ke 4 merupakan zona permukiman. Ring 2 hingga 4 terbagi atas 4 3. Fasilitas Pelayanan Umum, merupakan kebutuhan mendasar yang wajib
segmen di 4 sudut kawasan. Setiap segmen tersebut memiliki pusat kawasan di dipenuhi untuk kegiatan kota.
bagian tengah sebagai pusat pelayanan tingkat kawasan (sekunder).
Dalam Tabel II.1 Elemen-elemen Pembentuk Kota jelas terlihat bagaimana
sistem pembagian ketiga jenis elemen pembentuk kota tersebut. Dimana
pembagian zona fungsional bersifat makro dan peletakan fasilitas pelayanan
umum bersifat tata letak mikro. Sedangkan infrastruktur dasar kota menjangkau
ke seluruh bagian kota sebagai urat nadi kehidupan kota.

II - 5
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

Tabel II.1 PEMBAGIAN PRASARANA FASILITAS


Elemen-elemen Pembentuk Kota ZONA KAWASAN DASAR PELAYANAN UMUM
KOTA
PEMBAGIAN PRASARANA FASILITAS dustri Menengah I 3. Pura
ZONA KAWASAN DASAR PELAYANAN UMUM 3. In 1. Jalan 4. Vihara
KOTA dustri Kecil 2. Pedestri 5. Dll
A. PEMERINTAHAN A. AIR BERSIH A. PENDIDIKAN an
B. PERUMAHAN B. LISTRIK B. KESEHATAN 3. Jalur KA D. KEAMANAN
C. PERDAGANGAN & C. DRAINASE C. PERIBADATAN E. PENGHIJAUAN 4. Terminal 1. Mabes/Polda
JASA D. TELEKOMUNIK D. KEAMANAN (RTH) dan Halte 2. Polres/Polsek
D. INDUSTRI ASI E. PENGADILAN 1. Hu 5. Bandara 3. Posko
E. PENGHIJAUAN (RTH) E. TRANSPORTAS F. PENJARA tan Kota 6. Pelabuh
F. REKREASI I G. PEMADAM 2. Ta an & Dermaga E. PENGADILAN
(OUTDOOR) F. PERSAMPAHAN KEBAKARAN man Kota 7. Stasiun 1. Pengadilan
H. KUBURAN 3. Ta Tinggi
A. PEMERINTAHA A. AIR BERSIH A. PENDIDIKAN man Lingkungan F. PERSAMPAHAN 2. Pengadilan
N 1. Sumber 1. TPS Wilayah
1. K bahan baku A1. PENDIDIKAN F. REKREASI 2. TPA
antor Kepala 2. Pengola FORMAL (OUTDOOR) F. PENJARA
Pemerintahan han air 1. Play Group 1. Ke 1. Penjara
2. K 3. Jaringan 2. TK bun Binatang Pria/Wanita
antor air bersih 3. SD 2. Ta 2. Penjara Anak-
Departemen/Dinas 4. Kantor 4. SMP man Hiburan Tradisional anak
3. K Pengelola 5. SMU 3. Ta 3. Penjara
antor Wilayah 6. Akademi man Hiburan Modern Narkoba
B. LISTRIK 7. Perguruan 4. Ge
B. PERUMAHAN 1. Pemban Tinggi langgang Olah Raga G. PEMADAM
1. Pa gkit listrik kota 8. Madrasah/ KEBAKARAN
dat (Horizontal/Vertikal) 2. Jaringan Pesantren
2. Se listrik H. KUBURAN
dang 3. Gardu A2. PENDIDIKAN NON
(Horizontal/Vertikal listrik FORMAL
3. Re 4. Kantor 1. M Pusat Kota
nggang Pengelola useum
(Horizontal/Vertikal 2. Pe Pusat kota ini akan direncanakan tidak hanya sebagai pusat perdagangan namun
C. DRAINASE rpustakaan juga pusat kota. Sehingga bagian kota perlu disediakan ruang terbuka utama
C. PERDAGANGA 1. Jaringan 3. Sa
N & JASA drainase nggar Seni yang difungsikan sebagai alun-alun komunitas masyarakat. Sebagai pusat
1. Pe 2. Water 4. Ge orientasi kota dan tempat berkumpulnyanya warga untuk melihat landmark utama
rkantoran Treatment langgang Remaja
2. Pe 3. Kantor kota. Jenis alun-alun pusat kota harus dapat menampilkan kesemarakan kota
rdagangan Pengelola B. KESEHATAN sebagai wujud kebutuhan masyarakat berkumpul dalam kegiatan keseharian
3. Hi 1. Puskesmas/
buran (Indoor) D. TELEKOMUNIK Balai Kesehatan masyarakat.
4. Ja ASI 2. Poliklinik
sa 1. Jaringan 3. Rumah Sakit Mesjid Kota
Telekomunikasi 4. Apotek
D. INDUSTRI 2. STO
1. In 3. Kantor C. PERIBADATAN
dustri Berat/Besar Pengelola 1. Masjid &
(Polutan/Non) Langgar
2. In E. TRANSPORTAS 2. Gereja

II - 6
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

Landmark Kota Kawasan Perdagangan

2.2.1.4 Sistem Jaringan Jalan

Berdasarkan pusat-pusat pelayanan di Kota Parung, sistem jaringan jalan antar


pusat membentuk suatu sistem radial consentrik. Sistem ini membentuk suatu pusat
kota yang kompak dan memusat. Jaringan jalan yang menghubungkan pusat kota
dan pusat BWK tersebut mempunyai klasifikasi jalan sebagai berikut :
Kawasan Wisata  Arteri Primer

 Arteri sekunder

 Kolektor Sekunder

2.2.2 Blok-Blok Peruntukan

2.2.2.1 Pembentukan Blok

Blok Kawasan adalah bagian dari unit lingkungan yang merupakan peruntukan
pemanfaatan ruang tertentu yang dibatasi oleh jaringan pergerakan atau jaringan-

II - 7
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

jaringan utilitas. Batasan Blok Kawasan dinyatakan dalam satuan Ha atau m 2. Blok Desa RW Nama Nomor Luas Kondisi Dominasi Peruntukan
Segmen Blok Blok Eksisting Fungsi RTRW
peruntukan dibatasi secara fisik, seperti sungai, jaringan jalan, utilitas dan lainnya
3,5 B2 57,9 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
yang bersifat relatif permanen dan mudah dikenali. Perdagangan perkotaan
Tegal/kebun
Lainnya
Pembagian blok kawasan di kawasan perencanaan mengambil asumsi sebagai Desa Waru 1,2 C C1 58,9 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
Perdagangan perkotaan
berikut : Tegal/Kebun
Sawah
 Batas adaministrasi yaitu batas RW dan Kelurahan Lainnya
 Batas fisik yang digunakan berupa sungai dan jaringan jalan 3,4 C2 107,5 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
Tegal/Kebun perkotaan
 Batas fungsional eksisting dilihat dari dominasi fungsi Sawah
 Batas fungsional rencana yaitu rencana pemanfaatan ruang RTRW Kabupaten Lainnya
5 C3 44,3 Perumahan Perdagangan Pengembangan
Bogor Perdagangan & jasa perkotaan
& jasa
 Kecenderungan arah orientasi pelayanan Tegal/Kebun
Lainnya
6,7 C4 80,3 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
Berdasarkan asumsi diatas, maka kawasan perencanaan dibagi dalam beberapa blok Tegal/Kebun perkotaan
Sawah
kawasan. Pembagian blok kawasan dalam penyusunan RDTR Kota Parung dapat Lainnya
dilihat pada Tabel II.2 dan Gambar 2.4. Desa 1,4, D D1 140,5 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
Warujaya 7 Perdagangan perkotaan
Tegal/kebun Permukiman
Lainnya perkotaan
TABEL II.2 2,5 D2 88,9 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
PEMBAGIAN BLOK KAWASAN Perdagangan perkotaan
Tegal/kebun Permukiman
Lainnya perkotaan
3,6 D3 63,6 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
Desa RW Nama Nomor Luas Kondisi Dominasi Peruntukan Tegal/Kebun perkotaan
Segmen Blok Blok Eksisting Fungsi RTRW
Sawah Permukiman
Desa 1,2 A A1 111,8 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan Lainnya perkotaan
Pamagersar Perdagangan perkotaan
Sumber : Hasil Analisis
i & jasa Permukiman
Situ perkotaan
Sawah
Kebun
Lainnya 2.2.2.2 Deskripsi Blok
3 ,5 A2 87 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
Tegal/kebun perkotaan Secara umum dominasi penggunaan lahan eksisting pada setiap blok kawasan sudah
Sawah Permukiman sesuai dengan peruntukan lahan pada RTRW Kabupaten Bogor. Dengan melihat
Lainnya perkotaan
4 A3 63,2 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan penggunaan lahan eksisting setiap blok dan kecenderungan pengembangannya
Sawah perkotaan
TegalKebun Permukiman semua blok dapat dikembangkan. Blok peruntukan yang dapat dikembangkan ini
perkotaan pengembangannya harus dikendalikan sehingga sesuai dengan peruntukan
Pertanian
Desa 1,2, B B1 177,1 Perumahan Perdagangan Pengembangan lahannya.
Parung 4 Perdagangan & jasa perkotaan
& jasa
Tegal/Kebun
2.2.3 Konsep-konsep Teknik Khusus
Lainnya

II - 8
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

2.2.3.1 Konsep Pusat Pelayanan

Pusat pelayanan dicirikan oleh adanya pengumpulan kegiatan pelayanan dan fasilitas
penunjangnya. Untuk seluruh Kota Parung pusat-pusat pelayanan membentuk suatu
kawasan tersendiri karena sifat pelayanannya sangat luas sehingga dibutuhkan
kawasan khusus yang berbeda dari sekitarnya. Ini disebut pusat pelayanan
berdasarkan fungsi. Sedangakan pusat pelayanan di bagian wilayah kota dibentuk
tidak berdasarkan fungsinya tetapi berdasarkan intensitas pengelompokan

Gambar 2.4 Pembagian blok

II - 9
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

khususnya jalur utama dan jalur perhubungan (Major and Feeder Routes) dalam
jangka pendek dan khususnya dalam jangka panjang.

Secara umum, sebagian besar tujuan dari penyusunan strategi ini adalah :
1. Terciptanya transportasi pada tingkat aksesibilitasnya paling baik,
2. Terciptanya transportasi pada tingkat mobilitas yang merata bagi semua
lapisan masyarakat yang lancar, aman, dan nyaman,
3. Terciptanya transportasi yang efisien dan efektif dalam mendukung dan
fasilitasnya. Intensitas pengelompokan ini dibedakan berdasarkan luasan wilayah menunjang tingkat pertumbuhan ekonomi maupun pembangunan yang
yang dilayaninya. Ini disebut pusat pelayanan berdasarkan cakupan wilayah. berkesinambungan (sustainable development),
4. Terciptanya transportasi yang tidak bertentangan dengan kelestarian

2.2.3.2 Konsep Sistem Transportasi lingkungan (alami mapun binaan/budaya), dan


5. Terciptanya hubungan harmonis dan optimum fungsi perkotaan dan pedesaan.
Dalam menunjang perkembangan suatu wilayah, sistem perhubungan sangat
memegang peranan penting, oleh sebab itu penyediaan/pengembangan prasarana
dan sarana perhubungan dalam wilayah tersebut haruslah memadai dalam arti dapat Hal penting lain yang dipertimbangkan dalam perumusan strategi transportasi yaitu

menampung dan menunjang kelancaran aktvitas pergerakan yang ada dalam daerah bahwa komponen apapun yang dirumuskan tidak lepas dari prioritas dan persyaratan

itu tersendiri maupun hubungannya dengan daerah lain di luar daerah tersebut. pembangunan yang sudah ada sebelumnya.

Sistem transportasi yang dikembangkan didasarkan pada struktur wilayah yang akan
dibentuk serta untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan. Upaya 2.2.3.3 Konsep Rencana Jaringan Jalan dan Konsep Fasilitas Parkir
pengembangan sistem transportasi meliputi sistem transportasi darat mencakup
A. Konsep Rencana Jalan
aspek-aspek pola dan sistem jaringan jalan yang berhirarki dan pola terminal yang
Untuk menciptakan aksesibilitas yang baik bagi seluruh bagian, maka rencana
kesemuanya saling terkait dan membentuk satu kesatuan.
pengembangan sistem jaringan jalan ditujukan bagi keseimbangan pengembangan
Dengan mengintegrasikan pola pergerakan yang menghubungkan antar pusat-pusat
antar wilayah. Hal tersebut dilakukan dengan membuka akses pada setiap pusat-
permukiman, kawasan produksi dan simpul-simpul jasa distribusi diharapkan akan
pusat pelayanan ke seluruh wilayah pelayanannya.
terbentuk satu kesatuan sistrem transportasi dan memberi kemudahan bagi
penduduk untuk melakukan pergantian antar moda dalam melakukan
Untuk mendukung pergerakan penduduk (kegiatan sosial) dan menunjang kegiatan
pergerakannya.
perekonomian, jaringan jalan perlu direncanakan secara hirarkis dan terstruktur.
Selain itu pembangunan jaringan transportasi juga ditujukan untuk menunjang
Strategi transportasi merupakan bentuk arahan dan pedoman yang ditunjukan pada
kegiatan pertahanan dan keamanan serta menggerakkan dinamika pembangunan
pembangunan prasarana dan sarana transportasi yang menunjang strategi
dan pemantapan kesatuan wilayah.
pengembangan Kota Parung. Strategi transportasi ini diharapkan dapat merupakan
kesepakatan sebagai upaya koordinasi, sinkronisasi, dan kebersamaan dalam
pengendalian dan investigasi strategi dalam sektor perhubungan di Kota Parung, Berdasarkan UU No. 13/1980 tentang Jalan dan PP No. 26/1985 tentang Jalan,
pengelompokan jalan dapat dibagi berdasarkan sistem jaringan, peranan, dan

II - 10
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

status/wewenang pembinaannya. Berdasarkan sistem jaringannya, jalan


dikelompokan kedalam Jaringan Jalan Primer dan Jalan Sekunder. Berdasarkan
peranannya, jalan dikelompokan kedalam Jalan Arteri, Kolektor dan Lokal.
Berdasarkan Statusnya Jalan dikelompokan kedalam Jalan Nasional, Jalan Propinsi,
dan Jalan Kabupaten/Kota. (Lihat Gambar 2.5)

Berikut ini adalah klasifikasi jalan berdasarkan UU No. 13/1980 dan PP No.
26/1985 :
GAMBAR 2.5
a. Pengelompokan berdasarkan Sistem Jaringan : KONSEP JARINGAN JALAN
1. Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk A. Jalan Arteri Primer
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul jasa
distribusi ysng keudian berwujud kota.

2. Sistem jaringan Jalan Sekunder


Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk
Masarakat didalam kota.

b. Pengelompokan berdasarkan Peranan :


1. Jalan Arteri
- Jalan yang melayani angkutan utama, dengan ciri-ciri :

- Perjalanan jarak jauh

- Kecepatan rata-rata tinggi

- Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien

2. Jalan Kolektor B. Jalan Kolektor


- Jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian, dengan ciri-ciri :

- Perjalanan jarak sedang

- Kecepatan rata-rata rendah

- Jumlah jalan masuk tidak dibatasi

3. Jalan Lokal
- Jalan yang melayani angkutan setempat, dengan ciri-ciri :

- Perjalanan jarak dekat

II - 11
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

Jenjang Jenjang Jenjang


Kota Persil
I II III
Jenjang I Arteri Arteri - Lokal
Jenjang
Arteri Kolektor Kolektor Lokal
II
Jenjang
- Kolektor Lokal Lokal
III
C. Jalan Lokal Sekunder 1 Persil Lokal Lokal Lokal Lokal
Sumber : PP No 26/1985 Tentang Jalan

c. Pengelompokan berdasarkan Wewenang Pembinaan Jalan


1. Jalan Nasional
 Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional
 Jalan umum yang pembinannya dilakukan oleh menteri
 Jalan arteri primer
 Jalan kolektor primer yang menghubungkan antara ibukota propinsi
2. Jalan Propinsi
 Jalan umum yang pembinannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah
 Jalan kolektor primer yang menghubungkan antara ibukota propinsi

D. Jalan Lokal Sekunder 2,3 dengan kabupaten/ kota


 Jalan kolektor primer yang menghubungkan antara ibukota kabupaten/kota
 Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan propinsi
 Jalan dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali termasuk dalam jalan
nasional
3. Jalan Kabupaten
 Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan propinsi
 Jalan lokal primer
 Jalan sekunder lain selain jalan nasional dan propinsi
 Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan kabupaten
4. Jalan Kota
Jaringan jalan sekunder di dalam kotamadya
- Kecepatan rata-rata rendah
5. Jalan Desa
- Jumlah jalan masuk tidak dibatasi
Jaringan jalan sekunder di dalam Desa
TABEL II.3
6. Jalan Khusus
HUBUNGAN ANTAR HIRARKI KOTA DENGAN PERANAN RUAS JALAN
DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER

II - 12
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

Jalan yang pembinaannya tidak dilakukan oleh Menteri maupun Pemerintah Dengan melihat kondisi eksisting yang ada, Kota Parung masih belum terlayani oleh
Daerah, tetapi dapat oleh instansi, badan hokum/perorangan yang jaringan PDAM. Untuk perumahan umumnya memanfaatkan air tanah dangkal
bersangkutan dengan sumur dan pompa, sementara kegiatan industri memanfaatkan air sungai.

Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk makin meningkat pula kebutuhan


air bersih maka PDAM perlu mengembangkan jaringannya untuk menjangkau
Arahan Pengembangan Rencana Jaringan Jalan
kawasan yang belum terlayani. Salah satunya adalah Kota Parung. Pengembangan
 Jaringan jalan arteri primer dikembangkan untuk melayani dan
jaringan ini bisa dilakukan dari kecamatan Kemang atau Kecamatan Gunung Sindur.
menghubungkan kota-wilayah antar pusat wilayah
Dengan adanya suplai dari PDAM, diharapkan keberadaan air tanah dapat terjaga.
 Jaringan jalan kolektor primer dikembangkan untuk melayani melayani dan
Hal lain yang dapat dilakukan untuk membenahi sistem penyediaan air bersih ini
menghubungkan kota-wilayah antar pusat kegiatan wilayah dengan pusat
adalah dengan melakukan subsidi air bersih baik oleh PDAM ataupun oleh industri.
kegiatan lokal dan atau kawasan berskala kecil (PKW dan PKL)
Pihak PDAM bisa menyediakan hidran-hidran umum yang diletakan di daerah-daerah
B. Konsep Fasilitas Parkir
yang belum terlayani yang pengelolaan diserahkan kepada kelompok pemakai air
Konsep fasilitas parkir di kawasan perencanaan terdapat 2 sistem yang dapat setempat. Penempatan hidran hendaknya cukup mudah terjangkau olek masyarakat
dikembangkan. Adapun sistem yang dapat dikembangkan yaitu : pemakai.
a. On Street Parking, diterapkan di kawasan kantung dengan kepadatan lalu
Konsep penggunaan air bersih di kawasan ini direncanakan dengan :
lintas sedang & rendah dengan tetap mempertahankan pengaturan posisi
a. Pemilihan Sumber Air Baku
kendaraan dan arah kendaraan (1 arah).
Pemilihan sumber air ditentukan atas dasar kecukupan, keandalan dan kualitas.
b. Off street Parking, yang menggunakan tempat parkir khusus, diterapkan di
Jika memungkinkan , sumber air baku dengan kualitas terbaik yang tersedia
kawasan koridor utama terutama untuk perkantoran, perdagangan & jasa,
harus dipilih agar dapat memberikan air ke penduduk dengan kapasitas yang
industri, serta kawasan dengan kegiatan yang dapat menarik orang dan
mencukupi dan berkesinambungan sepanjang tahun. Beberapa hal yang perlu
barang cukup besar.
diperhatikan dalam penentuan sumber air baku adalah :
 Kemurnian dari air baku.
2.2.3.4 Konsep Air Bersih  Volume dari air yang tersedia.

Pemenuhan kebutuhan air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia  Keandalan sumber air untuk masa yang akan dating.

yang dapat menunjang peningkatan kesejahteraan dan kesehatannya. Sistem  Elevasi muka air terhadap daerah pelayanan.

penyediaan air bersih yang baik harus memperhatikan standar yang telah  Ketersediaan dana.

ditentukan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas, air bersih TABEL II.4
KUALITAS DARI SUMBER AIR
yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan dari sisi fisika, kimia dan biologis
sedangkan dari segi kuantitas ketersediaan air bersih harus mampu untuk melayani No Uraian Satuan
Baik
Baik Jelek Ditolak
Sekali
kebutuhan pemakaian masyarakat secara kontinue terutama pada saat pemakaian
BOD Rata-
maksimum. 1 Mg/l 0.75 - 1.5 1.5 - 2.5 2.5 - 4 74
rata (5 hari)

Coliform rata- MPN 100 - 5000 –


2 per 100 50 - 100 > 20.000
rata 5.000 20.000
ml

II - 13
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

Baik c. Kriteria Design


No Uraian Satuan Baik Jelek Ditolak
Sekali
Secara prinsip besarnya kapasitas pengolahan ditentukan berdasarkan kebutuhan
3 PH - 6 - 8.5 5-6 3.8 - 5 < 3.8
air hari maksimum ditambah kehilangan air dalam proses pengolahan.
4 Chlorida Mg/l < 50 50 - 250 250 – 600 > 600
TABEL II.7
5 Chlorida Mg/l < 1.5 1.5 - 3 >3 - KRITERIA PERENCANAAN SISTEM AIR BERSIH
Sumber : ASCE
No Uraian Kriteria Perencanaan
b. Penentuan Kebutuhan Air Bersih 1 Kapasitas Aliran:
a. Sumber Air Hari Maksimum (Maximum Day Demand)
Secara umum kebutuhan air dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih b. Kapasitas Produksi Hari Maksimum (Maximum Day Demand)
c. Pemakaian Air (100-120) liter/orang/hari
dipengaruhi oleh keadaan daerah perencanaan, yaitu : d. Pompa
 Intake Hari Maksimum (Maximum Day Demand)
 Iklim.  Distribusi Peak Hour (Peak Hour Demand)
e. Jaringan Perpipaan
 Standar kehidupan.
f. Transmisi Hari Maksimum (Maximum Day Demand)
 Jenis aktivitas.  Distribusi Hari Rerata dan Peak Huor
2 Faktor Pengaliran
 Ketersediaan sistem penyediaan air perorangan.  Harian Maksimum (max. day (1,05 – 1,15)
Factor)
 Harga air.  Jam Puncak (Peak Hour (1,50 – 1,75)
Factor)
TABEL II.5 3 Dimensi Pipa
KEBUTUHAN AIR BERSIH BERDASARKAN a. Kecepatan Aliran (Velocity (0,3 – 2,0) meter/detik
JENIS KOTA DAN JUMLAH PENDUDUK Flow)
b. Diameter pipa Induk/primer >150 mm
Jumlah Kebutuhan c. Diameter Pipa <150 mm
Kategori penduduk air Sekunder/tersier
Jenis Kota 4 Kualitas dan Tekanan Kerja di
Kota
(jiwa) (L/or/hari) Jaringan
a. Kualitas Stander PERMENKES RI No.416/1990
I Metropolitan > 1.000.000 190
b. Distribusi (40-60) meter kolom air (MKA)
500.000 - c. Minimum sisa tekanan (10-20) meter kolom air (MKA)
II Besar 170
1.000.000 5 Jam Operasi 24 Jam
6 Kapasitas Reservoar (storage (10%-15) x Hari Rerata
150.000 –
III Sedang 150 capacity)
500.000
Kehilangan Air (Uncounted for (20%-25%) x total Demand Consumption
20.000 – water)
IV Kecil 130 Sumber : Analisa Konsultan
100.000
Ibukota
V
Kecamatan
10.000 – 20.000 100 Konsep hidran umum dapat di lihat pada Gambar 2.6

Sumber : Design Criteria For Water Work Facilities GAMBAR 2.6


HIDRAN UMUM
TABEL II.6 Asbes

KEBUTUHAN AIR BERSIH BERDASARKAN JENIS KOTA


Gelombang
Kayu 80 x 100

Hidran
Sambungan Sambungan
Jenis Umum
Rumah Pekarangan
Kota (L/org/
(l/org/hari) (l/org/hari) Pelampung
hari)
Besar >150 - -
Sedang 100 60 30
Kecil 60 60 30
IKK 60 - 30
Sumber : Dept. Pekerjaan Umum, Dirjen Cipta Karya,

II - 14
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

2.2.3.5 Konsep Pembuangan Air Kotor Sedangkan keuntungan dari sistem ini adalah :
 dimensi saluran akan lebih kecil, sehingga lebih ekonomis dan mudah pada
Pembuangan air kotor (mandi dan cuci) pada saat ini bergabung dengan sistem
saat konstruksi
drainase, hal ini dapat menurunkan kualitas air permukaan di sungai-sungai yang
 mengurangi bahaya bagi kesehatan
menjadi saluran primer drainase. Untuk itu selayaknya dibatasi pembuangan air
 mengurangi beban pengolahan karena tidak ada penambahan beban air hujan
kotor secara langsung ke badan air (saluran drainase) serta dilakukan upaya
pemisahan antara saluran air kotor dengan saluran draiase. Terhadap saluran air
Dalam pemilihan bahan pipa, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
kotor selayaknya dilengkapi dengan perangkat lemak untuk menyaring lemak dan
 ketahanan terhadap asam,basa dan korosi
sabun dari air bekas cuci dan mandi terlebih dahulu sebelum dialirkan ke saluran
 kekokohan konstruksi
drainase.
 kekasaran permukaan sebelah dalam
Pada umumnya air limbah yang berasal dari kamar mandi, tempat cuci dan dapur
 kemudahan dalam pemasangan
pembuangnya disalurkan ke parit/saluran-saluran drainase, sungai atau dibuang
 kemudahan dalam penyediaan
kepermukaan tanah, sedangkan pembuangan limbah yang berasal dari WC/jamban
dilakukan dengan berbagai cara baik dengan menggunakan sarana pembuangan bahan pipa yang umum dipakai adalah PVC (Poli Vinyl Clorine) karena lebih
milik pribadi ataupun umum. ekonomis dan mudah dalam pemasangannya tetapi kekurangan dari bahan ini

Jenis pengelolaan air limbah terbagi dua jenis, yaitu on site sanitation, yaitu adalah diameter yang tersedia di pasaran sangat terbatas.

pengelolaan air limbah yang dilakukan di sumber air limbah tersebut. Sedangkan off
site sanitation adalah pengelolaan air limbah yang secara terpadu dengan cara Kriteria perencanaan untuk sistem pengelolaan air buangan di wilayah studi

sistem perpipaan. Pengolahan air limbah di Kota Parung dilakukan secara individual adalah sebagai berikut :

pada masing-masing rumah tangga dengan demikian penduduk membuang air  pengaliran di usahakan bersifat gravitasi kecuali untuk keadaan yang tidak

limbahnya ke cubluk, sungai saluran drainase. Dengan pertimbangan kondisi diatas, memungkinkan maka dapat digunakan pengaliran dengan tekanan

maka sistem pengolahan air buangan di Kota Parung sangat cocok menggunakan  kecepatan dalam pipa antara (0,6 – 3,0 m/detik)

sistem on-site sanitation. Dimana pada saat ini air buangan yang dihasilkan dapat  apabila ada saluran lain, seperti saluran air bersih, gas,listrik maka saluran air

diresapkan ke dalam tanah dengan menggunakan unit septic-tank dan unit bidang buangan di tempatkan paling bawah

resapan. Penggunaan tangki septik yang ada ditiap-tiap rumah dengan lebih  ketebalan tanah urugan dan kedalaman pipa dari muka tanah harus

peningkatkan kuantitas dan kualitasnya. disesuaikan dengan diameter saluran (minimum 1,2 m dan maksimum 7 m)
Konsep pembuangan air limbah dapat dilihat pada Gambar 2.7 dan Gambar 2.8.
Konsep pengelolaan air buangan domestik direncanakan menggunakan sistem
terpisah, dimana air kotor dan air hujan dilayani oleh sistem saluran masing-masing GAMBAR 2.7
secara terpisah. Pemilihan sistem ini di dasarkan atas beberapa pertimbangan antara SKEMA TANGKI SEPTIK KONVENSIONAL

lain :
Pipa Vent Pembatas Ruangan
 periode musim hujan dan kemarau yang relatif lama Inlet

Dinding Septik Tank dari Beton


 kuantitas yang jauh berbeda antara air buangan dan air hujan
Outlet
 air buangan memerlukan pengolahan terlebih dahulu sedangkan air hujan Ke Bidang Resapan
Permukaan Air

tidak perlu dan harus secepatnya di buang ke badan air

II - 15
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

 Arah pengaliran dalam saluran mengikuti garis ketinggian yang ada sehingga
diharapkan pengaliran dapat dilakukan secara gravitasi dan menghindari
penggunaan pompa
 Pemanfaatan sungai/anak sungai sebagai badan air penerima dengan outfall yang
sudah direncanakan
 Menghindari banyaknya perlintasan saluran pada jalan, sehingga mengurangi
penggunaan gorong-gorong
 Saluran-saluran yang direncanakan diusahakan mengikuti pengeringan
(pematusan) alami sedangkan jalur saluran mengikuti topografi

GAMBAR 2.8 Tujuan utama pengembangan sistem jaringan drainase di Kota Parung diantaranya
TANGKI PERESAPAN
adalah :

Pentup Tanah
1. Mengalirkan limpasan air hujan agar tidak terjadi genangan air banjir, yaitu
Variabel
Luluh Rapat Air
dengan membuat jaringan drainase dengan kapasitas yang memadai atau sesuai
dengan kondisi alamnya, sehingga dapat menampung limpasan air hujan dan
mengalirkannya ke saluran-saluran pembuangan akhir
Pengisi Batu
Diameter 150 mm
Tanpa Luluh
2. Menahan air dalam suatu tempat dan meresapkannya se-optimal mungkin ke
dalam tanah mengisi air tanah, yaitu dengan mengusahakan peresapan air
kedalam tanah se-optimal mungkin melalui upaya pembuatan sumur-sumur
resapan di setiap rumah sebelum air hujan tersebut dialirkan kesaluran drainase.
Pertimbangan dalam pengembangan saluran drainase adalah luas pelayanan, saluran
cabang terpanjang, kemiringan tanah dan besarnya debit air hujan yang terallirkan.

2.2.3.6 Konsep Drainase


Besarnya debit air hujan yang mengalir sangat tergantung pada jenis permukaan
Drainase yang direncanakan adalah drainase yang berwawasan lingkungan. Prinsip
tanahnya, sebab air hujan yang sampai pada saluran merupakan limpasan dari air
dasarnya adalah mengatur pengaliran air hujan agar sesedikit mungkin air hujan
hujan yang jatuh. Pada bagian wilayah yang sudah berdiri bangunan atau tertutup
masuk ke saluran drainase dan memberikan kesempatan kepada tanah untuk
oleh jalan-jalan maka angka pengalirannya besar, sehingga fluktuasi limpasan akan
menyerap air. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat kantong-kantong air
besar pada waktu hujan, sedangkan di wilayah yang permukaan tanahnya masih
berskala kecil diatap-atap rumah, sumur-sumur resapan di halaman-halaman,
berporos dan tidak kedap air, seperti perkebunan, tanah kosong dan lain-lain akan
tanah-tanah kosong, taman-taman, tempat-tempat parkir dan lain-lain.
berfluktuasi kecil limpasan airnya diwaktu hujan karena sebagian besar akan
terserap ke dalam tanah.
Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sistem drainase adalah memisahkan
aliran air hujan dengan air buangan domestik. Dalam menentukan arah aliran
Konsep dari perencanaan sistem drainase di wilayah studi adalah secepat mungkin
saluran batasan-batasan yang harus diperhatikan antara lain :
mengalirkan air hujan yang masuk kedalam saluran dengan memanfaatkan saluran

II - 16
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

yang ada. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sistem drainase
adalah :
 diawal saluran, limpasan dihambat selama belum terlalu membahaykan agar
ada kesempatan untuk terjadi proses infiltrasi dan perkolasi semaksimal
mungkin sehingga limpasan ke arah hilir dapat berkurang
 kecepatan di dalam saluran drainase di rancang sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi penggerusan dinding/alas dan pengendapan partikel pada dsar
saluran. Kecepatan tidak boleh terlalu besar sebab akan menyebabkan
penggerusan dan tidak boleh terlalu kecil karena dapat mengakibatkan
terjadinya pengendapan/pendangkalan yang menyebabkan berkurangnya luas
GAMBAR 2.11
efektif penampang saluran SISTEM SALURAN TERBUKA POTONGAN C-C
 air yang jatuh ke dalam saluran diusahakan secepat mungkin menuju badan
air penerima tanpa hambatan untuk menghindari genangan/luapan.
Konsep saluran drainase dapat dilihat pada Gambar 2.9, Gambar 2.10 dan
Gambar 2.11

GAMBAR 2.9
SISTEM SALURAN TERBUKA POTONGAN A-A

Beton Pracetak

Trotoar
Brug Pas.Batu Potongan C - C
Kali Tanpa Skala
Bak Penampung
Lumpur

2.2.3.7 Konsep Persampahan

Tingginya pertumbuhan penduduk dan penyebaran penduduk yang belum merata,


menyebabakan permasalahan sampah di Kota Parung dari hari ke hari terus
Pasangan
Saluran Bawah
Batu Kali
Tanah bertambah. Kecenderungan membuang sampah tidak pada tempatnya seringkali

Potongan A - A berakibat fatal bagi keseimbangan lingkungan. Permasalahan sampah merupakan


Tanpa Skala
persoalan yang harus segera ditangani. Yaitu ketidakseimbangan antara dana yang
tersedia dengan kebutuhan pelayanan yang menyebabakan sarana dan prasarana
pengelolaan belum memadai. Di Kota Parung terdapat 1 Tempat Pembuangan Akhir
Brug

Trotoar
(TPA) yaitu TPA Waru dengan kapasitas 0,6 Ha dan rencana tinggi timbunan 2
GAMBAR 2.10 meter.
SISTEM SALURAN TERBUKA POTONGAN B-B
Guna mengurangi dan mengendalikan dampak TPA ini terhadap lingkungan
sekitarnya, maka teknologi penanganan sampah ini perlu ditingkatkan, yaitu dari
Pasir Urug

Beton

II - 17

Spesi
Potongan B - B Pasir Urug
Tanpa Skala
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

sistem open dumping ke sistem yang lebih baik seperti sistem insenerator dan atau  lokasi pembuangan akhir
pengolahan menjadi kompos.  biaya yang tersedia
 rencana tata ruang dan pengembangan kota
Konsep teknik operasional sistem pengelolaan Kota Parung akan dilakukan secara
 iklim dan musim
terpadu mulai dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah.
Skema konsep teknik operasional pengelolaan persampahan selengkapnya dapat
Dalam penentuan lokasi TPA, berdasarkan standar yang telah di tetapkan dalam
dilihat pada Gambar 2.12
penentuan lokasi TPA oleh Pemerintah melalui SK SNI persyaratan umum yang harus
dipenuhi adalah :

GAMBAR 2.12  sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah
SKEMA KONSEP TEKNIK OPERASIONAL PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
 jenis tanah kedap air
 daerah yang tidak produktif untuk pertanian
Timbulan Sampah
 dapat dipakai minimal 5 – 10 tahun
 tidak membahayakan/mencemarkan sumber air
Pewadahan/Pemilahan
 jarak dari daerah pusat pelayanan -/+ 10 km
 daerah bebas banjir
Pengumpulan

2.2.3.8 Konsep Sempadan Sungai

Pemindahan dan Pengolahan Garis sempadan sungai ditentukan untuk menjamin kelestarian fungsi sungai sebagai
Pengangkutan
jaringan drainse utama, untuk memberikan keamanan kepada kegiatan yang
berkembang disekitarnya (bangunan, jalan dan kegiatan lain), dan untuk
memberikan ruang cadangan bagi pengembangan/pelebaran sungai. Garis
Pembuangan Akhir
Sampah sempadan jalan ini ditetapkan berkisar antara setengah dari lebar sungai ditambah
satu meter sampai seratus meter. Penetapan angka pastinya disesuaikan dengan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sistem pengelolaan
arus dan debit air sungai serta disesuaikan dengan fungsi kegiatan/guna lahan di
sampah di perkotaan antara lain adalah:
sekitarnya untuk menjamin keamanan bagi kegiatan yang ada di sekitar sungai
 rencana penggunaan lahan
tersebut. Jaraknya dihitung dari batas pinggir jaringan sungai. Biasanya Garis
 kepadatan dan penyebaran penduduk
 karakteristik lingkungan fisik, biologis dan sosial ekonomi
 kebiasaan masyarakat
 karakteristik sampah yang dihasilkan
 sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan

II - 18
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

GAMBAR 2.13
KONSEP OPERASIONAL PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Sempadan Sungai ini berupa daerah antara tepi sungai dengan jalan atau sampai jalan, atau dapat juga dikembangkan untuk fungsi rekreasi yang fungsi
dengan pagar rumah/bangunan yang ada di pinggir sungai. Area ini biasa/sebaiknya terbangunnya minim (misal tempat pemancingan, pengumpulan jajanan yang
dimanfaatkan untuk fungsi yang non terbangun seperti jalur hijau atau tempat parkir bangunannya tidak permanen).
kendaraan bagi kendaraan jika di sepanjang sungai tersebut dibangun jaringan

II - 19
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

Garis Sempadan Sungai bisa ditetapkan berkisar antar 5 – 100 meter di kiri kanan
sungai teantung arus, debit dan luapan air sungai periodik, serta fungsi guna lahan
di sekitarnya. Untuk sungai-sungai di hutan yang bibir sungainya tidak jelas dan
sering terjadi luapan air ke sekitarnya, garis sempadan sungainya bisa ditetapkan
sampai 100 meter di kiri kanan bibir sungai yang paling jelas. Sedangkan untuk
sungai-sungai yang melewati kota dengan arus yang kecil dan dengan debit yang
kecil, badan sungai tidak terlalu lebar, serta kemungkinan luapannya airnya kecil,
garis sempadan sungainya bisa berkisar antara 5 – 15 meter di kiri kanan bibir
sungai.

2.2.3.9 Konsep Permukiman Tepi Saluran dengan Akses Ke Jalan

Yang dimaksud dengan saluran disini adalah saluran sungai, dimana untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai tersebut ditetapkan sempadan sungai.
Pemberlakuan sempadan sungai yang berada atau melewati kawasan budidaya
dapat dibangun sebagai jalan inspeksi. Sehingga perumahan yang berada
disepanjang sempadan sungai tersebut harus menghadap ke jalan inspeksi. Adapun
konsep permukiman tepi saluran dengan akses ke jalan dapat dilihat pada Gambar
2.14.
Jalur Sempadan
GAMBAR 2.14 Inspeksi Sungai
Jalan Jalan
KONSEP PERMUKIMAN
Inspeksi TEPI SALURAN
InspeksiDENGAN AKSES KE JALAN

Budidaya Terbangun
Budidaya Terbangun

Sempadan Sempadan
10 m 10 m

Jalan Jalan
Inspeksi Retaining Inspeksi
wall

Budidaya Terbangun
Budidaya Terbangun
Sempadan
Sempadan 10 m
10 m 2.2.3.10 Konsep Sempadan Listrik

II - 20
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

Kawasan-kawasan yang berada di bawah jalur listrik tegangan tinggi dengan jarak  Memperbesar KDH
dan ketinggian tertentu, ditetapkan sebagai Kawasan Perlindungan Jalur Listrik  Pembangunan perumahan dengan sistem vertikal ke atas karena menurut
Tegangan Tinggi dengan peruntukan sebagai jalur hijau. Tujuan penetapan kawasan kajian sistem pembangunan ini memungkinkan untuk dapat menampung
perlindungan jalur listrik tegangan tinggi tersebut adalah melindungi masyarakat permukiman berkepadatan tinggi tetapi hanya memerlukan lahan yang relatif
dari kemungkinan bahaya yang dapat ditimbulkan dengan keberadaan jalur listrik kecil sehingga perusakan alam dapat ditekan sekecil mungkin
tegangan tinggi tersebut.  Mengurangi agar sedikit mungkin pembangunan yang menutup tanah yaitu
Adapun untuk pemasangan jaringan kabel listrik pada Kawasan Perlindungan Jalur dengan cara :
Listrik Tegangan Tinggi, terutama bagi jaringan menengah dan tinggi didasarkan  Memilih material penutup tanah dengan yang bersifat tembus air,
atas Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01-P/47/MPE/1992 agar tidak seperti grassblock ataupun conblock (tanpa lapisan semen di bawahnya)
mengganggu kehidupan masyarakat, maka pengaturan pemasangannya dilakukan untuk perkerasan mengganti semen atu aspal bitumen
berdasar ketentuan yang berlaku. Memilih bentuk bangunan yang memungkinkan bagian lantai dasarnya masih
memungkinkan untuk diresapi air.
Kawasan yang berada di bawah jaringan listrik tegangan tinggi (SUTT) standar
GAMBAR 2.16
sempadan bangunan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertambangan BEBERAPA PEMECAHAN PERESAPAN AIR LARIAN
dan Energi No. 01–P/47/MPE/1992, pada prinsipnya daerah yang menjadi ruang
bebas terdiri dari bagian yakni pada bangunan menara (gawang) dan pada jaringan
kabel penghantar tegangan.
Daerah bebas adalah pada bangunan menara (gawang) sedangkan jaringan dan
sekitar menara (gawang) dapat dimanfaatkan sebagai daerah binaan dan penetapan
garis sempadan dengan ketinggian seperti pada Gambar 2.15.

2.2.4 Konsep Sumur Resapan

Untuk setiap perubahan fungsi lahan dengan KDB yang berbeda akan berdampak
negatif terhadap tatanan air tanah, yaitu meningkatnya volume air larian yang akan
mengurangi fungsi resapan. Apabila terpaksa dibangun dengan KDB tinggi maka
pemulihan keseimbangan neraca air ini dapat dilakukan dengan :

 Pembuatan sumur resapan


 Pembuatan kolam resapan / waduk 2.2.5 Konsep Pengembangan Struktur Ruang Blok Peruntukan

 Kombinasi pembuatan sumur resapan dan kolam resapan. Struktur tata ruang Kota Parung adalah suatu kerangka struktural kawasan
Pertimbangan dari keseimbangan neraca air ini maka pembangunan permukiman perencanaan yang menampilkan bentuk bagian wilayah kota yang dapat dilihat dari
pada lahan berkontur disarankan secara umum adalah sebagai berikut : unsur-unsur kegitan fungsional bagian wilayah kota yang dihubungkan dengan

 Membangun hanya pada tanah yang memiliki daya resapan yang kurang sistem transportasi serta didukung oleh ketersediaan sarana dan utilitas bagian
wilayah kota tersebut. Konsep struktur ruang Kota Parung merupakan penjabaran
 Memperkecil KDB
dari struktur tata ruang yang ada di RTRW Kabupaten Bogor. Berdasarkan

II - 21
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

kecenderungan perkembangan penggunaan lahan di Kota Parung maka 4. Sub pusat pelayanan, merupakan pusat pelayanan lingkungan yang dialokasikan
perkembangan Kota Parung dapat digolongkan kedalam pola perkembangan yang tersebar ke seluruh pusat-pusat lingkungan dengan skala pelayanan lokal,
komplek yaitu berawal dari perkembangan kota yang berbentuk linier yang sesuai dengan ketersediaan lahan dan daya dukung terhadap kegiatan yang
kemudian berkembang menjadi Cluster (Berkelompok). akan dikembangkan.

Adapun tujuan pembentukan konsep struktur ruang Kota Parung , diantaranya Pola pengembangan pusat-pusat kegiatan yang tersebar keseluruh kawasan
adalah : perencanaan akan membentuk suatu kawasan yang berkelompok (cluster) dan
terpusat. Sehingga memudahkan dalam melayani kebutuhan seluruh penduduknya.
 Menjabarkan struktur tata ruang yang dikembangkan di kawasan
Dengan demikian di harapkan orientasi kegiatan penduduk Kota Parung tidak
perencanaan.
terpusat (terkonsentrasi) di pusat BWK saja tetapi sudah terlayani di masing-masing
 Memacu pertumbuhan dan mewujudkan pemerataan pembangunan ke
lingkungan.
seluruh kawasan perencanaan.
Pengembangan pusat-pusat kegiatan yang berpola linier dan cluster ini akan
 Mendayagunakan fasilitas pelayanan bagian wilayah kota yang penyebaranya
dihubungkan oleh sistem jaringan jalan yang berhirarki dan membentuk satu
dilakukan secara berjenjang sesuai kebutuhan akan tingkat pelayanan
kesatuan yang terintegrasi, sehingga mudah dijangkau dari seluruh kawasan
 Menciptakan daya tarik bagi seluruh blok peruntukan dengan penyebaran perencanaan. Konsep pengembangan struktur tata ruang Kota Parung dapat dilihat
pusat-pusat pelayanan ke seluruh bagian wilayah kota pada Gambar 2.17.

 Menciptakan dinamika perkembangan kawasan perencanan yang sinergis.

Konsep pengembangan struktur ruang kota di Kota Parung penyebarannya


dialokasikan di tempat-tempat strategis atau yang mempunyai aksesibilats yang
baik, sehingga mudah dijangkau dari seluruh blok peruntukan. Kegiatan utama yang
akan dikembangkan di pusat pelayanan ini berupa jasa pelayanan kegiatan
pemerintahan, jasa pelayanan kegiatan perekonomian, dan jasa pelayanan kegiatan
permukiman yang dikembangkan secara berjenjang sesuai skala pelayanannya.
Hirarki pusat pelayanan ini dikembangkan secara berjenjang dan terpadu sesuai
skala pelayanannya yaitu :

1. Pusat pelayanan utama, berupa pusat jasa pelayanan pemerintahan dialokasikan


di pusat kegiatan pemerintahan dengan skala pelayanan Desa.

2. Pusat pelayanan kegiatan perdagangan dan jasa, guna melayani kebutuhan


penduduk Kota Parung yang dialokasikan disepanjang Jalan Raya Parung yang
telah memiliki perkembangan kegiatan ekonomi.

3. Pusat pelayanan kegiatan permukiman, guna melayani kebutuhan penduduk


dengan skala pelayanan beberapa unit lingkungan yang dialokasikan tersebar di
simpul-simpul permukiman yang dikembangkan.

II - 22
GAMBAR 2.15
KONSEP SEMPADAN JARINGAN LISTRIK
Laporan Fakta dan Analisa
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung

Gambar 2.17 Konsep Struktur Ruang

II - 24

Anda mungkin juga menyukai