II - 1
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
2. Pemulihan dan pemanfaatan daerah-daerah kritis khususnya pada Strategi pengelolaan atara lain :
kawasan resapan sungai 1. Tidak diperkenankan bila dikonversi atau diubah penggunaannya
3. Pemulihan dan penataan daerah-daerah terbangun pada kawasan 2. Memberikan pengamanan disekitarnya + 50 meter dengan cara penutupan
resapan utama vegetasi tetap disekeliling mata airnya.
4. Pemulihan, pemanfaatan dan pengembangan lahan-lahan kritis 3. Tidak diperkenankan mendirikan bangunan kecuali bangunan yang
5. Penataan, pemeliharaan dan pengendalian sumber mata air diperlukan untuk menunjang fungsi kawasan sekitar danau / waduk dan
6. Pengendalian, pengawasan dan pemanfaatan air tanah. merupakan bagian dari suatu jaringan untuk kepentingan umum
4. Dilarang melakukan penebangan pohon dalam radius tertentu (+ 50
Untuk meningkatkan imbuhan atau resapan air kedalam tanah, maka dilakukan meter) disekitar kawasan danau / waduk tersebut.
berbagai cara, yaitu :
c. Kawasan terbuka hijau kota termasuk didalamnya hutan kota
a. Pola Vegetatif, meliputi :
Strategi pemanfaatan dan pengelolaan kawasan terbuka hijau kota termasuk
1. Penghijauan
didalamnya hutan kota adalah melalui :
2. Reboisasi
1. Penghijauan
3. Pola Tanam (Crop Pattern)
2. Reboisasi
b. Teknis Mekanis
3. Pola Tanam (Crop Pattern)
1. Parit Jebakan
2. Terrasering
3. Kawasan Rawan Bencana Alam
3. Bangunan Pendali :
Strategi pengelolaan yang dapat dilakukan yaitu dengan strategi / metode
- Bendungan / Reservoir
vegetatif maupun metode mekanik.
- Checkdam
a. Metode Vegetatif
- Imbuhan buatan (Artficial Recharge)
Penanaman dalam strip (strip cropping)
Pergiliran Tanaman (Rotation)
2. Kawasan perlindungan setempat, meliputi beberapa jenis kawasan
Mulching (Penggunaan Mulsa)
sebagai berikut :
b. Metode Mekanik
a. Sempadan Sungai
Pengolahan Tanah
Strategi pengelolaan yang dilakukan yaitu :
Pengolahan Menurut Kontur
1. Memberikan jalur pengaman aliran sungai melalui penutupan vegetasi
Galengan dan Saluran Menurut Kontur
tetap disepanjang jalur kanan-kiri sungai
2. Tidak diperkenankan adanya bangunan termasuk mendirikan bangunan- 2.1.2 Strategi Pengelolaan Kawasan Budidaya
bangunan kecuali bangunan yang diperlukan untuk menunjang fungsi
Strategi pengelolaan kawasan budidaya di Kota Parung adalah sebagai berikut :
kawasan tersebut dan atau bangunan yang merupakan bagian dari suatu
a. Kawasan Budidaya Pertanian
jaringan bagi kepentingan umum
Strategi pengelolaan kawasan budidaya pertanian antara lain :
3. Dilarang melakukan penebangan pohon disepanjang sempadan sungai.
mempertahankan areal sawah dengan lokasi yang ada
menambah, memperluas dan meningkatkan lahan pertanian beririgasi 2.1.3 Strategi Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan
skala kecil pada kawasan yang memungkinkan
Pengembangan sistem kota-kota di kawasan Kota Parung diarahkan sebagai pusat
mendayagunakan lahan kering secara optimal termasuk lahan yang belum
pelayanan jasa, perdagangan, pemerintahan dan pendidikan, baik dalam skala
dimanfaatkan dan kurang produktif
pelayanan wilayah dan lokal . Kota yang berperan sebagai pusat pelayanan akan
mempertahankan dan mengefektifkan pemanfaatan kawasan budidaya
terkait dengan tingkatan dan fungsinya. Untuk pusat-pusat permukiman di pedesaan
khusus seperti perkebunan teh , hutan produksi terbatas, tanaman
diarahkan untuk berperan sebagai pusat pelayanan kegiatan sektor pertanian dan
tahunan, sebagai kawasan penyangga
perdagangan serta pelayanan untuk penduduknya.
mutasi penggunaan lahan dari pertanian menjadi non pertanian
diprioritaskan pada lahan tidak produktif
2.1.4 Strategi Pengembangan Prasarana Perkotan
diperkenankan adanya bangunan secara terbatas, dengan Building
Coverage serendah mungkin dengan rekayasa teknik Bentuk strategi pengembangan prasarana perkotaan cenderung pada peningkatan
b. Kawasan Peternakan dan pengembangan jaringan prasarana transportasi (jalan raya) terutama yang
Strategi pengelolaan terhadap kawasan budidaya peternakan adalah menghubungkan simpul-simpul atau pusat-pusat pelayanan. Selain itu diperlukan
memanfaatkan potensi sumber daya lahan yang potensial untuk pakan juga peningkatan terhadap pengembangan prasarana TPS yang ada di Desa Waru,
ternak, areal penggembalaan, dan membuat atau memanfaatkan areal sistem drainase, dan TPU/pemakaman agar bisa melayani skala pelayanan lokal
kawasan budidaya peternakan yang ada. Seperti di ternak ayam dan telur maupun wilayah di sekitarnya.
Desa Pemagersari.
c. Kawasan Perikanan
2.1.5 Strategi Pengembangan Kawasan Tertentu
Strategi pengelolaan kawasan budidaya perikanan berupa pengembangan
unit lahan yang tersebar berupa kolam, empang, rawa dan tambak yang Strategi dalam pengelolaan kawasan tertentu di kawasan perencanaan untuk :
telah digunakan untuk usaha perikanan darat secara produktif dengan faktor Mengoptimalkan pemanfaatan ruang, meminimalkan konflik pemanfaatan
utama ketersediaan air yang cukup. Terutama di Desa Parung dan Warujaya ruang dan mengupayakan sinergi pembangunan baik lokal maupun wilayah
seperti potensi ikan hias dan ikan lele. Memacu perkembangan kawasan / daerah dengan memanfaatkan potensi-
Strategi pengelolaan terhadap kawasan pariwisata adalah sebagai berikut : Meningkatkan tingkat kesejahteraan social ekonomi masyarakat dan wilayah
1. Penataan fasilitas dan utilitas pada setiap obyek wisata yang ada agar Meningkatkan kegiatan sosial dan ekonomi kawasan agar pertahanan
dapat menarik minat wisatawan keamanan dapat dilakukan secara optimal dan mengantisipasi bentuk-bentuk
2. Peningkatan prasarana dan sarana transportasi untuk mencapai setiap ancaman yang akan timbul
obyek dan penyediaan fasilitas akomodasi disekitarnya Memanfaatkan sumber daya alam ruang kawasan untuk mengembalikan
3. Operasionalisasi kegiatan yang tidak mengganggu kelestarian fungsi keseimbangan dan kelestarian fungsi dan peranan lingkungan hidup di
II - 3
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
2.2 KONSEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN Pusat Kota berada di Rw 01 Desa Waru berfungsi sebagai pusat pemerintahan,
pusat kegiatan kota dan permukiman
2.2.1 Konsep Struktur Tata Ruang
Bagian Wilayah Kota 1 berada di RW 04 Desa Parung berfungsi sebagai
2.2.1.1 Pusat-pusat Sub Pusat Pelayanan/Kegiatan Berdasarkan RTRW
permukiman kepadatan tinggi dan perdagangan dan jasa.
Berdasarkan pembagian wilayah pembangunan, Kecamatan Parung termasuk ke
Bagian Wilayah Kota 2 berada di RW 07 Desa Waru berfungsi sebagai
dalam Wilayah Pembangunan Tengah yang diarahkan sebagai simpul – simpul jasa
perdagangan dan jasa, industri dan permukiman
distribusi barang dan jasa serta pendorong pengembangan wilayah.
Bagian Wilayah Kota 3 berada di RW 04 Desa Pamagersari perdagangan dan
Berdasarkan pembagian hirarki kota (RTRW Kabupaten Bogor), Kawasan jasa, industri dan permukiman
perencanaan merupakan kawasan dengan hirarki kota sebagai Kota Ordo II. Untuk
lebih jelasnya mengenai pembagian Kota Ordo ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2.2.1.3 Elemen-Elemen Kota
Gambar 2.1
A. Pola Bentuk Kota
Peta Pembagian Ordo
Kajian pola bentuk kota ditinjau dari 2 segi yaitu pola makro besar dan pola
mikronya. Dimana pola makro besar meninjau interaksi kota utama/kota inti
terhadap kota kecil atau desa-desa disekitarnya. Sedang pola mikro meninjau pola
kota inti secara keseluruhan.
Kota Ordo 4
Berdasarkan konsep struktur tata ruang Kota Parung memiliki 1 pusat kota dan 3
bagian wilayah kota. Dengan konsep pemindahan pusat kota ini, pusat-pusat
pelayanan internal Kota Parung adalah sebagai berikut :
II - 4
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
GAMBAR 2.3
GAMBAR 2.2
POLA KOTA UTAMA MODEL RADIAL CONCENTRIC
RENCANA MAKRO KORELASI
ANTARA KOTA UTAMA DAN KOTA SEKUNDER DISEKITARNYA
BERKEMBANG
SECARA POLARISASI
Sebagai kota yang direncanakan untuk mandiri perlu dilengkapi dengan berbagai
sarana dan fasilitas kota. Pengaturan pemenuhan kebutuhan sarana dan fasilitas
Pola Mikro (Kota Inti) kota tersebut dilihat dengan membagi 3 jenis sebagai elemen pembentuk kota.
Pola mikro (kota inti) berbentuk radial concentric dimana pusat inti kota Ketiga jenis elemen pembentuk kota itu adalah :
merupakan zona pemerintahan yang dikelilingi jalan lingkar sebagai batas ring 1.
1. Zona-zona Fungsional, untuk mengatur pembagian zona peruntukan lahan
Di luar ring 1 berbatasan dengan ring 2 merupakan daerah hijau sebagai buffer
2. Prasarana Dasar Kota, merupakan infrastruktur dasar dalam bentuk jaringan
yang mengelilingi pusat pemerintahan. Pada ring ke 3 merupakan zona fasum dan
fasos dan ring ke 4 merupakan zona permukiman. Ring 2 hingga 4 terbagi atas 4 3. Fasilitas Pelayanan Umum, merupakan kebutuhan mendasar yang wajib
segmen di 4 sudut kawasan. Setiap segmen tersebut memiliki pusat kawasan di dipenuhi untuk kegiatan kota.
bagian tengah sebagai pusat pelayanan tingkat kawasan (sekunder).
Dalam Tabel II.1 Elemen-elemen Pembentuk Kota jelas terlihat bagaimana
sistem pembagian ketiga jenis elemen pembentuk kota tersebut. Dimana
pembagian zona fungsional bersifat makro dan peletakan fasilitas pelayanan
umum bersifat tata letak mikro. Sedangkan infrastruktur dasar kota menjangkau
ke seluruh bagian kota sebagai urat nadi kehidupan kota.
II - 5
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
II - 6
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
Arteri sekunder
Kolektor Sekunder
Blok Kawasan adalah bagian dari unit lingkungan yang merupakan peruntukan
pemanfaatan ruang tertentu yang dibatasi oleh jaringan pergerakan atau jaringan-
II - 7
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
jaringan utilitas. Batasan Blok Kawasan dinyatakan dalam satuan Ha atau m 2. Blok Desa RW Nama Nomor Luas Kondisi Dominasi Peruntukan
Segmen Blok Blok Eksisting Fungsi RTRW
peruntukan dibatasi secara fisik, seperti sungai, jaringan jalan, utilitas dan lainnya
3,5 B2 57,9 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
yang bersifat relatif permanen dan mudah dikenali. Perdagangan perkotaan
Tegal/kebun
Lainnya
Pembagian blok kawasan di kawasan perencanaan mengambil asumsi sebagai Desa Waru 1,2 C C1 58,9 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
Perdagangan perkotaan
berikut : Tegal/Kebun
Sawah
Batas adaministrasi yaitu batas RW dan Kelurahan Lainnya
Batas fisik yang digunakan berupa sungai dan jaringan jalan 3,4 C2 107,5 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
Tegal/Kebun perkotaan
Batas fungsional eksisting dilihat dari dominasi fungsi Sawah
Batas fungsional rencana yaitu rencana pemanfaatan ruang RTRW Kabupaten Lainnya
5 C3 44,3 Perumahan Perdagangan Pengembangan
Bogor Perdagangan & jasa perkotaan
& jasa
Kecenderungan arah orientasi pelayanan Tegal/Kebun
Lainnya
6,7 C4 80,3 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
Berdasarkan asumsi diatas, maka kawasan perencanaan dibagi dalam beberapa blok Tegal/Kebun perkotaan
Sawah
kawasan. Pembagian blok kawasan dalam penyusunan RDTR Kota Parung dapat Lainnya
dilihat pada Tabel II.2 dan Gambar 2.4. Desa 1,4, D D1 140,5 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
Warujaya 7 Perdagangan perkotaan
Tegal/kebun Permukiman
Lainnya perkotaan
TABEL II.2 2,5 D2 88,9 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
PEMBAGIAN BLOK KAWASAN Perdagangan perkotaan
Tegal/kebun Permukiman
Lainnya perkotaan
3,6 D3 63,6 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
Desa RW Nama Nomor Luas Kondisi Dominasi Peruntukan Tegal/Kebun perkotaan
Segmen Blok Blok Eksisting Fungsi RTRW
Sawah Permukiman
Desa 1,2 A A1 111,8 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan Lainnya perkotaan
Pamagersar Perdagangan perkotaan
Sumber : Hasil Analisis
i & jasa Permukiman
Situ perkotaan
Sawah
Kebun
Lainnya 2.2.2.2 Deskripsi Blok
3 ,5 A2 87 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan
Tegal/kebun perkotaan Secara umum dominasi penggunaan lahan eksisting pada setiap blok kawasan sudah
Sawah Permukiman sesuai dengan peruntukan lahan pada RTRW Kabupaten Bogor. Dengan melihat
Lainnya perkotaan
4 A3 63,2 Perumahan Tegal/kebun Pengembangan penggunaan lahan eksisting setiap blok dan kecenderungan pengembangannya
Sawah perkotaan
TegalKebun Permukiman semua blok dapat dikembangkan. Blok peruntukan yang dapat dikembangkan ini
perkotaan pengembangannya harus dikendalikan sehingga sesuai dengan peruntukan
Pertanian
Desa 1,2, B B1 177,1 Perumahan Perdagangan Pengembangan lahannya.
Parung 4 Perdagangan & jasa perkotaan
& jasa
Tegal/Kebun
2.2.3 Konsep-konsep Teknik Khusus
Lainnya
II - 8
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
Pusat pelayanan dicirikan oleh adanya pengumpulan kegiatan pelayanan dan fasilitas
penunjangnya. Untuk seluruh Kota Parung pusat-pusat pelayanan membentuk suatu
kawasan tersendiri karena sifat pelayanannya sangat luas sehingga dibutuhkan
kawasan khusus yang berbeda dari sekitarnya. Ini disebut pusat pelayanan
berdasarkan fungsi. Sedangakan pusat pelayanan di bagian wilayah kota dibentuk
tidak berdasarkan fungsinya tetapi berdasarkan intensitas pengelompokan
II - 9
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
khususnya jalur utama dan jalur perhubungan (Major and Feeder Routes) dalam
jangka pendek dan khususnya dalam jangka panjang.
Secara umum, sebagian besar tujuan dari penyusunan strategi ini adalah :
1. Terciptanya transportasi pada tingkat aksesibilitasnya paling baik,
2. Terciptanya transportasi pada tingkat mobilitas yang merata bagi semua
lapisan masyarakat yang lancar, aman, dan nyaman,
3. Terciptanya transportasi yang efisien dan efektif dalam mendukung dan
fasilitasnya. Intensitas pengelompokan ini dibedakan berdasarkan luasan wilayah menunjang tingkat pertumbuhan ekonomi maupun pembangunan yang
yang dilayaninya. Ini disebut pusat pelayanan berdasarkan cakupan wilayah. berkesinambungan (sustainable development),
4. Terciptanya transportasi yang tidak bertentangan dengan kelestarian
menampung dan menunjang kelancaran aktvitas pergerakan yang ada dalam daerah bahwa komponen apapun yang dirumuskan tidak lepas dari prioritas dan persyaratan
itu tersendiri maupun hubungannya dengan daerah lain di luar daerah tersebut. pembangunan yang sudah ada sebelumnya.
Sistem transportasi yang dikembangkan didasarkan pada struktur wilayah yang akan
dibentuk serta untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan. Upaya 2.2.3.3 Konsep Rencana Jaringan Jalan dan Konsep Fasilitas Parkir
pengembangan sistem transportasi meliputi sistem transportasi darat mencakup
A. Konsep Rencana Jalan
aspek-aspek pola dan sistem jaringan jalan yang berhirarki dan pola terminal yang
Untuk menciptakan aksesibilitas yang baik bagi seluruh bagian, maka rencana
kesemuanya saling terkait dan membentuk satu kesatuan.
pengembangan sistem jaringan jalan ditujukan bagi keseimbangan pengembangan
Dengan mengintegrasikan pola pergerakan yang menghubungkan antar pusat-pusat
antar wilayah. Hal tersebut dilakukan dengan membuka akses pada setiap pusat-
permukiman, kawasan produksi dan simpul-simpul jasa distribusi diharapkan akan
pusat pelayanan ke seluruh wilayah pelayanannya.
terbentuk satu kesatuan sistrem transportasi dan memberi kemudahan bagi
penduduk untuk melakukan pergantian antar moda dalam melakukan
Untuk mendukung pergerakan penduduk (kegiatan sosial) dan menunjang kegiatan
pergerakannya.
perekonomian, jaringan jalan perlu direncanakan secara hirarkis dan terstruktur.
Selain itu pembangunan jaringan transportasi juga ditujukan untuk menunjang
Strategi transportasi merupakan bentuk arahan dan pedoman yang ditunjukan pada
kegiatan pertahanan dan keamanan serta menggerakkan dinamika pembangunan
pembangunan prasarana dan sarana transportasi yang menunjang strategi
dan pemantapan kesatuan wilayah.
pengembangan Kota Parung. Strategi transportasi ini diharapkan dapat merupakan
kesepakatan sebagai upaya koordinasi, sinkronisasi, dan kebersamaan dalam
pengendalian dan investigasi strategi dalam sektor perhubungan di Kota Parung, Berdasarkan UU No. 13/1980 tentang Jalan dan PP No. 26/1985 tentang Jalan,
pengelompokan jalan dapat dibagi berdasarkan sistem jaringan, peranan, dan
II - 10
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
Berikut ini adalah klasifikasi jalan berdasarkan UU No. 13/1980 dan PP No.
26/1985 :
GAMBAR 2.5
a. Pengelompokan berdasarkan Sistem Jaringan : KONSEP JARINGAN JALAN
1. Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk A. Jalan Arteri Primer
pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan semua simpul jasa
distribusi ysng keudian berwujud kota.
3. Jalan Lokal
- Jalan yang melayani angkutan setempat, dengan ciri-ciri :
II - 11
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
II - 12
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
Jalan yang pembinaannya tidak dilakukan oleh Menteri maupun Pemerintah Dengan melihat kondisi eksisting yang ada, Kota Parung masih belum terlayani oleh
Daerah, tetapi dapat oleh instansi, badan hokum/perorangan yang jaringan PDAM. Untuk perumahan umumnya memanfaatkan air tanah dangkal
bersangkutan dengan sumur dan pompa, sementara kegiatan industri memanfaatkan air sungai.
Pemenuhan kebutuhan air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia Keandalan sumber air untuk masa yang akan dating.
yang dapat menunjang peningkatan kesejahteraan dan kesehatannya. Sistem Elevasi muka air terhadap daerah pelayanan.
penyediaan air bersih yang baik harus memperhatikan standar yang telah Ketersediaan dana.
ditentukan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas, air bersih TABEL II.4
KUALITAS DARI SUMBER AIR
yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan dari sisi fisika, kimia dan biologis
sedangkan dari segi kuantitas ketersediaan air bersih harus mampu untuk melayani No Uraian Satuan
Baik
Baik Jelek Ditolak
Sekali
kebutuhan pemakaian masyarakat secara kontinue terutama pada saat pemakaian
BOD Rata-
maksimum. 1 Mg/l 0.75 - 1.5 1.5 - 2.5 2.5 - 4 74
rata (5 hari)
II - 13
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
Hidran
Sambungan Sambungan
Jenis Umum
Rumah Pekarangan
Kota (L/org/
(l/org/hari) (l/org/hari) Pelampung
hari)
Besar >150 - -
Sedang 100 60 30
Kecil 60 60 30
IKK 60 - 30
Sumber : Dept. Pekerjaan Umum, Dirjen Cipta Karya,
II - 14
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
2.2.3.5 Konsep Pembuangan Air Kotor Sedangkan keuntungan dari sistem ini adalah :
dimensi saluran akan lebih kecil, sehingga lebih ekonomis dan mudah pada
Pembuangan air kotor (mandi dan cuci) pada saat ini bergabung dengan sistem
saat konstruksi
drainase, hal ini dapat menurunkan kualitas air permukaan di sungai-sungai yang
mengurangi bahaya bagi kesehatan
menjadi saluran primer drainase. Untuk itu selayaknya dibatasi pembuangan air
mengurangi beban pengolahan karena tidak ada penambahan beban air hujan
kotor secara langsung ke badan air (saluran drainase) serta dilakukan upaya
pemisahan antara saluran air kotor dengan saluran draiase. Terhadap saluran air
Dalam pemilihan bahan pipa, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
kotor selayaknya dilengkapi dengan perangkat lemak untuk menyaring lemak dan
ketahanan terhadap asam,basa dan korosi
sabun dari air bekas cuci dan mandi terlebih dahulu sebelum dialirkan ke saluran
kekokohan konstruksi
drainase.
kekasaran permukaan sebelah dalam
Pada umumnya air limbah yang berasal dari kamar mandi, tempat cuci dan dapur
kemudahan dalam pemasangan
pembuangnya disalurkan ke parit/saluran-saluran drainase, sungai atau dibuang
kemudahan dalam penyediaan
kepermukaan tanah, sedangkan pembuangan limbah yang berasal dari WC/jamban
dilakukan dengan berbagai cara baik dengan menggunakan sarana pembuangan bahan pipa yang umum dipakai adalah PVC (Poli Vinyl Clorine) karena lebih
milik pribadi ataupun umum. ekonomis dan mudah dalam pemasangannya tetapi kekurangan dari bahan ini
Jenis pengelolaan air limbah terbagi dua jenis, yaitu on site sanitation, yaitu adalah diameter yang tersedia di pasaran sangat terbatas.
pengelolaan air limbah yang dilakukan di sumber air limbah tersebut. Sedangkan off
site sanitation adalah pengelolaan air limbah yang secara terpadu dengan cara Kriteria perencanaan untuk sistem pengelolaan air buangan di wilayah studi
sistem perpipaan. Pengolahan air limbah di Kota Parung dilakukan secara individual adalah sebagai berikut :
pada masing-masing rumah tangga dengan demikian penduduk membuang air pengaliran di usahakan bersifat gravitasi kecuali untuk keadaan yang tidak
limbahnya ke cubluk, sungai saluran drainase. Dengan pertimbangan kondisi diatas, memungkinkan maka dapat digunakan pengaliran dengan tekanan
maka sistem pengolahan air buangan di Kota Parung sangat cocok menggunakan kecepatan dalam pipa antara (0,6 – 3,0 m/detik)
sistem on-site sanitation. Dimana pada saat ini air buangan yang dihasilkan dapat apabila ada saluran lain, seperti saluran air bersih, gas,listrik maka saluran air
diresapkan ke dalam tanah dengan menggunakan unit septic-tank dan unit bidang buangan di tempatkan paling bawah
resapan. Penggunaan tangki septik yang ada ditiap-tiap rumah dengan lebih ketebalan tanah urugan dan kedalaman pipa dari muka tanah harus
peningkatkan kuantitas dan kualitasnya. disesuaikan dengan diameter saluran (minimum 1,2 m dan maksimum 7 m)
Konsep pembuangan air limbah dapat dilihat pada Gambar 2.7 dan Gambar 2.8.
Konsep pengelolaan air buangan domestik direncanakan menggunakan sistem
terpisah, dimana air kotor dan air hujan dilayani oleh sistem saluran masing-masing GAMBAR 2.7
secara terpisah. Pemilihan sistem ini di dasarkan atas beberapa pertimbangan antara SKEMA TANGKI SEPTIK KONVENSIONAL
lain :
Pipa Vent Pembatas Ruangan
periode musim hujan dan kemarau yang relatif lama Inlet
II - 15
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
Arah pengaliran dalam saluran mengikuti garis ketinggian yang ada sehingga
diharapkan pengaliran dapat dilakukan secara gravitasi dan menghindari
penggunaan pompa
Pemanfaatan sungai/anak sungai sebagai badan air penerima dengan outfall yang
sudah direncanakan
Menghindari banyaknya perlintasan saluran pada jalan, sehingga mengurangi
penggunaan gorong-gorong
Saluran-saluran yang direncanakan diusahakan mengikuti pengeringan
(pematusan) alami sedangkan jalur saluran mengikuti topografi
GAMBAR 2.8 Tujuan utama pengembangan sistem jaringan drainase di Kota Parung diantaranya
TANGKI PERESAPAN
adalah :
Pentup Tanah
1. Mengalirkan limpasan air hujan agar tidak terjadi genangan air banjir, yaitu
Variabel
Luluh Rapat Air
dengan membuat jaringan drainase dengan kapasitas yang memadai atau sesuai
dengan kondisi alamnya, sehingga dapat menampung limpasan air hujan dan
mengalirkannya ke saluran-saluran pembuangan akhir
Pengisi Batu
Diameter 150 mm
Tanpa Luluh
2. Menahan air dalam suatu tempat dan meresapkannya se-optimal mungkin ke
dalam tanah mengisi air tanah, yaitu dengan mengusahakan peresapan air
kedalam tanah se-optimal mungkin melalui upaya pembuatan sumur-sumur
resapan di setiap rumah sebelum air hujan tersebut dialirkan kesaluran drainase.
Pertimbangan dalam pengembangan saluran drainase adalah luas pelayanan, saluran
cabang terpanjang, kemiringan tanah dan besarnya debit air hujan yang terallirkan.
II - 16
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
yang ada. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sistem drainase
adalah :
diawal saluran, limpasan dihambat selama belum terlalu membahaykan agar
ada kesempatan untuk terjadi proses infiltrasi dan perkolasi semaksimal
mungkin sehingga limpasan ke arah hilir dapat berkurang
kecepatan di dalam saluran drainase di rancang sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi penggerusan dinding/alas dan pengendapan partikel pada dsar
saluran. Kecepatan tidak boleh terlalu besar sebab akan menyebabkan
penggerusan dan tidak boleh terlalu kecil karena dapat mengakibatkan
terjadinya pengendapan/pendangkalan yang menyebabkan berkurangnya luas
GAMBAR 2.11
efektif penampang saluran SISTEM SALURAN TERBUKA POTONGAN C-C
air yang jatuh ke dalam saluran diusahakan secepat mungkin menuju badan
air penerima tanpa hambatan untuk menghindari genangan/luapan.
Konsep saluran drainase dapat dilihat pada Gambar 2.9, Gambar 2.10 dan
Gambar 2.11
GAMBAR 2.9
SISTEM SALURAN TERBUKA POTONGAN A-A
Beton Pracetak
Trotoar
Brug Pas.Batu Potongan C - C
Kali Tanpa Skala
Bak Penampung
Lumpur
Trotoar
(TPA) yaitu TPA Waru dengan kapasitas 0,6 Ha dan rencana tinggi timbunan 2
GAMBAR 2.10 meter.
SISTEM SALURAN TERBUKA POTONGAN B-B
Guna mengurangi dan mengendalikan dampak TPA ini terhadap lingkungan
sekitarnya, maka teknologi penanganan sampah ini perlu ditingkatkan, yaitu dari
Pasir Urug
Beton
II - 17
Spesi
Potongan B - B Pasir Urug
Tanpa Skala
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
sistem open dumping ke sistem yang lebih baik seperti sistem insenerator dan atau lokasi pembuangan akhir
pengolahan menjadi kompos. biaya yang tersedia
rencana tata ruang dan pengembangan kota
Konsep teknik operasional sistem pengelolaan Kota Parung akan dilakukan secara
iklim dan musim
terpadu mulai dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah.
Skema konsep teknik operasional pengelolaan persampahan selengkapnya dapat
Dalam penentuan lokasi TPA, berdasarkan standar yang telah di tetapkan dalam
dilihat pada Gambar 2.12
penentuan lokasi TPA oleh Pemerintah melalui SK SNI persyaratan umum yang harus
dipenuhi adalah :
GAMBAR 2.12 sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah
SKEMA KONSEP TEKNIK OPERASIONAL PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
jenis tanah kedap air
daerah yang tidak produktif untuk pertanian
Timbulan Sampah
dapat dipakai minimal 5 – 10 tahun
tidak membahayakan/mencemarkan sumber air
Pewadahan/Pemilahan
jarak dari daerah pusat pelayanan -/+ 10 km
daerah bebas banjir
Pengumpulan
Pemindahan dan Pengolahan Garis sempadan sungai ditentukan untuk menjamin kelestarian fungsi sungai sebagai
Pengangkutan
jaringan drainse utama, untuk memberikan keamanan kepada kegiatan yang
berkembang disekitarnya (bangunan, jalan dan kegiatan lain), dan untuk
memberikan ruang cadangan bagi pengembangan/pelebaran sungai. Garis
Pembuangan Akhir
Sampah sempadan jalan ini ditetapkan berkisar antara setengah dari lebar sungai ditambah
satu meter sampai seratus meter. Penetapan angka pastinya disesuaikan dengan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sistem pengelolaan
arus dan debit air sungai serta disesuaikan dengan fungsi kegiatan/guna lahan di
sampah di perkotaan antara lain adalah:
sekitarnya untuk menjamin keamanan bagi kegiatan yang ada di sekitar sungai
rencana penggunaan lahan
tersebut. Jaraknya dihitung dari batas pinggir jaringan sungai. Biasanya Garis
kepadatan dan penyebaran penduduk
karakteristik lingkungan fisik, biologis dan sosial ekonomi
kebiasaan masyarakat
karakteristik sampah yang dihasilkan
sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan
II - 18
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
GAMBAR 2.13
KONSEP OPERASIONAL PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Sempadan Sungai ini berupa daerah antara tepi sungai dengan jalan atau sampai jalan, atau dapat juga dikembangkan untuk fungsi rekreasi yang fungsi
dengan pagar rumah/bangunan yang ada di pinggir sungai. Area ini biasa/sebaiknya terbangunnya minim (misal tempat pemancingan, pengumpulan jajanan yang
dimanfaatkan untuk fungsi yang non terbangun seperti jalur hijau atau tempat parkir bangunannya tidak permanen).
kendaraan bagi kendaraan jika di sepanjang sungai tersebut dibangun jaringan
II - 19
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
Garis Sempadan Sungai bisa ditetapkan berkisar antar 5 – 100 meter di kiri kanan
sungai teantung arus, debit dan luapan air sungai periodik, serta fungsi guna lahan
di sekitarnya. Untuk sungai-sungai di hutan yang bibir sungainya tidak jelas dan
sering terjadi luapan air ke sekitarnya, garis sempadan sungainya bisa ditetapkan
sampai 100 meter di kiri kanan bibir sungai yang paling jelas. Sedangkan untuk
sungai-sungai yang melewati kota dengan arus yang kecil dan dengan debit yang
kecil, badan sungai tidak terlalu lebar, serta kemungkinan luapannya airnya kecil,
garis sempadan sungainya bisa berkisar antara 5 – 15 meter di kiri kanan bibir
sungai.
Yang dimaksud dengan saluran disini adalah saluran sungai, dimana untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai tersebut ditetapkan sempadan sungai.
Pemberlakuan sempadan sungai yang berada atau melewati kawasan budidaya
dapat dibangun sebagai jalan inspeksi. Sehingga perumahan yang berada
disepanjang sempadan sungai tersebut harus menghadap ke jalan inspeksi. Adapun
konsep permukiman tepi saluran dengan akses ke jalan dapat dilihat pada Gambar
2.14.
Jalur Sempadan
GAMBAR 2.14 Inspeksi Sungai
Jalan Jalan
KONSEP PERMUKIMAN
Inspeksi TEPI SALURAN
InspeksiDENGAN AKSES KE JALAN
Budidaya Terbangun
Budidaya Terbangun
Sempadan Sempadan
10 m 10 m
Jalan Jalan
Inspeksi Retaining Inspeksi
wall
Budidaya Terbangun
Budidaya Terbangun
Sempadan
Sempadan 10 m
10 m 2.2.3.10 Konsep Sempadan Listrik
II - 20
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
Kawasan-kawasan yang berada di bawah jalur listrik tegangan tinggi dengan jarak Memperbesar KDH
dan ketinggian tertentu, ditetapkan sebagai Kawasan Perlindungan Jalur Listrik Pembangunan perumahan dengan sistem vertikal ke atas karena menurut
Tegangan Tinggi dengan peruntukan sebagai jalur hijau. Tujuan penetapan kawasan kajian sistem pembangunan ini memungkinkan untuk dapat menampung
perlindungan jalur listrik tegangan tinggi tersebut adalah melindungi masyarakat permukiman berkepadatan tinggi tetapi hanya memerlukan lahan yang relatif
dari kemungkinan bahaya yang dapat ditimbulkan dengan keberadaan jalur listrik kecil sehingga perusakan alam dapat ditekan sekecil mungkin
tegangan tinggi tersebut. Mengurangi agar sedikit mungkin pembangunan yang menutup tanah yaitu
Adapun untuk pemasangan jaringan kabel listrik pada Kawasan Perlindungan Jalur dengan cara :
Listrik Tegangan Tinggi, terutama bagi jaringan menengah dan tinggi didasarkan Memilih material penutup tanah dengan yang bersifat tembus air,
atas Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 01-P/47/MPE/1992 agar tidak seperti grassblock ataupun conblock (tanpa lapisan semen di bawahnya)
mengganggu kehidupan masyarakat, maka pengaturan pemasangannya dilakukan untuk perkerasan mengganti semen atu aspal bitumen
berdasar ketentuan yang berlaku. Memilih bentuk bangunan yang memungkinkan bagian lantai dasarnya masih
memungkinkan untuk diresapi air.
Kawasan yang berada di bawah jaringan listrik tegangan tinggi (SUTT) standar
GAMBAR 2.16
sempadan bangunan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertambangan BEBERAPA PEMECAHAN PERESAPAN AIR LARIAN
dan Energi No. 01–P/47/MPE/1992, pada prinsipnya daerah yang menjadi ruang
bebas terdiri dari bagian yakni pada bangunan menara (gawang) dan pada jaringan
kabel penghantar tegangan.
Daerah bebas adalah pada bangunan menara (gawang) sedangkan jaringan dan
sekitar menara (gawang) dapat dimanfaatkan sebagai daerah binaan dan penetapan
garis sempadan dengan ketinggian seperti pada Gambar 2.15.
Untuk setiap perubahan fungsi lahan dengan KDB yang berbeda akan berdampak
negatif terhadap tatanan air tanah, yaitu meningkatnya volume air larian yang akan
mengurangi fungsi resapan. Apabila terpaksa dibangun dengan KDB tinggi maka
pemulihan keseimbangan neraca air ini dapat dilakukan dengan :
Kombinasi pembuatan sumur resapan dan kolam resapan. Struktur tata ruang Kota Parung adalah suatu kerangka struktural kawasan
Pertimbangan dari keseimbangan neraca air ini maka pembangunan permukiman perencanaan yang menampilkan bentuk bagian wilayah kota yang dapat dilihat dari
pada lahan berkontur disarankan secara umum adalah sebagai berikut : unsur-unsur kegitan fungsional bagian wilayah kota yang dihubungkan dengan
Membangun hanya pada tanah yang memiliki daya resapan yang kurang sistem transportasi serta didukung oleh ketersediaan sarana dan utilitas bagian
wilayah kota tersebut. Konsep struktur ruang Kota Parung merupakan penjabaran
Memperkecil KDB
dari struktur tata ruang yang ada di RTRW Kabupaten Bogor. Berdasarkan
II - 21
Laporan Akhir
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
kecenderungan perkembangan penggunaan lahan di Kota Parung maka 4. Sub pusat pelayanan, merupakan pusat pelayanan lingkungan yang dialokasikan
perkembangan Kota Parung dapat digolongkan kedalam pola perkembangan yang tersebar ke seluruh pusat-pusat lingkungan dengan skala pelayanan lokal,
komplek yaitu berawal dari perkembangan kota yang berbentuk linier yang sesuai dengan ketersediaan lahan dan daya dukung terhadap kegiatan yang
kemudian berkembang menjadi Cluster (Berkelompok). akan dikembangkan.
Adapun tujuan pembentukan konsep struktur ruang Kota Parung , diantaranya Pola pengembangan pusat-pusat kegiatan yang tersebar keseluruh kawasan
adalah : perencanaan akan membentuk suatu kawasan yang berkelompok (cluster) dan
terpusat. Sehingga memudahkan dalam melayani kebutuhan seluruh penduduknya.
Menjabarkan struktur tata ruang yang dikembangkan di kawasan
Dengan demikian di harapkan orientasi kegiatan penduduk Kota Parung tidak
perencanaan.
terpusat (terkonsentrasi) di pusat BWK saja tetapi sudah terlayani di masing-masing
Memacu pertumbuhan dan mewujudkan pemerataan pembangunan ke
lingkungan.
seluruh kawasan perencanaan.
Pengembangan pusat-pusat kegiatan yang berpola linier dan cluster ini akan
Mendayagunakan fasilitas pelayanan bagian wilayah kota yang penyebaranya
dihubungkan oleh sistem jaringan jalan yang berhirarki dan membentuk satu
dilakukan secara berjenjang sesuai kebutuhan akan tingkat pelayanan
kesatuan yang terintegrasi, sehingga mudah dijangkau dari seluruh kawasan
Menciptakan daya tarik bagi seluruh blok peruntukan dengan penyebaran perencanaan. Konsep pengembangan struktur tata ruang Kota Parung dapat dilihat
pusat-pusat pelayanan ke seluruh bagian wilayah kota pada Gambar 2.17.
II - 22
GAMBAR 2.15
KONSEP SEMPADAN JARINGAN LISTRIK
Laporan Fakta dan Analisa
Rencana Detail Tata Ruang Kota Parung
II - 24