Anda di halaman 1dari 31

PENGELOLAAN LAHAN RAWA

IRIGASI PERMUKAAN vs IRIGASI RAWA


Irigasi Permukaan Irigasi Rawa
Tujuan utama
▪ Pemberian dan pembagian air ▪Drainase & pengaturan muka air
Kondisi Fisik
▪ Watershed hydrology ▪Kesatuan hirologi (rawa pasang surut)
▪ Tidak dipengaruhi pasut ▪ Rawa pasut & non pasut (lebak)
▪ Lahannya landai, atau berkontur ▪ Lahannya datar
▪ Tanahnya matang ▪Tanah belum matang, masam
-Kondisi Sosial & ekonomi
▪ Masyarakatnya mapan ▪Masyarakat baru
▪ Lokasi mudah diakses ▪Lokasi terisolasi, akses terbatas
-Operasi & Pemeliharaan
▪ Pengendalian debit ▪Pengendalian muka air
▪ Tanah & air tidak bermasalah ▪Tanah & air bermasalah
▪ Dimensi saluran kecil, dilining ▪Saluran tanah, dimensi besar

Keberadaan P3A
- Sudah berkembang & maju, ▪Belum berkembang
PENGELOLAAN RAWA
Masukan Pola dan Rencana Pengelolaan
Sumber Daya Air pada wilayah sungai.

Rencana
Pengelolaan Pengelolaan Rawa
Rawa Pasang Pengendalian
Surut, yang Konservasi Pengembangan
disusun
Daya Rusak Air
berdasarkan
kesatuan
hidrologi rawa
pasang surut

RAWA PASANG SURUT RAWA LEBAK

Pengelolaan Rawa dilakukan oleh Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai dengan


kewenangannya
Rencana Pengelolaan SDA WS
❖ Studi Kelayakan untuk masing-
masing fungsi yg tercantum pada
Rencana Pengelolaan SDA
❖ Program 5 tahunan
a.Rencana kegiatan untuk
Pengelolaan Rawa Lebak
b.Rencana kegiatan untuk
Pengelolaan Rawa Pasang Surut
Disusun dan ditetapkan oleh
Menteri,gubernur,bupati/walikota
sesuai kewenangannya
a.Manfaat dan dampak jangka panjang
b.Kebutuhan hidup bagi masyarakat
c.Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan
Pada Rawa gambut dan/atau yang
d.Biaya operasi dan pemeliharaan yang rendah
berada dikawasan hutan, program
e.Ketahanan terhadap perubahan kondisi alam
disusun dan ditetapkan setelah
f. Keberlanjutan fungsi rawa
berkoordinasi dgn instansi dibidang
LH dan/atau kehutanan
KESATUAN HIDROLOGI RAWA (PASUT)
Batas DAS tdk nampak di rawa yg lahannya datar. Disini, sungai utama
menjadi pembatas hidrologi yg menentukan syarat intervensi hidrolik
dirawa. Diantara dua sungai kondisi hydrologi saling terhubung melalui
keberadaan muka air tanah yg tinggi dan permeabilitas tanah yg tinggi.
Intervensi disatu tempat secara potensial berpengaruh thd kawasan yg
lebih luas dibandingkan bila kasus itu terjadi dikawasan upland
Kesatuan Hidrologi adalah kawasan diantara dua batas hidrologis yg tetap
(sungai, pantai, batas upland) yg merupakan unit independen dari unit yg
berbatasan. Konsep ini sama dgn Kesatuan Hidrologi Gambut (Kesatuan
Hidrologis Gambut (KHG)
LANJUTAN
KAWASAN ADAFTIF
Di dalam kesatuan hidrologi rawa pasang surut akan dijumpai kawasan yang atas
dasar kriteria yang berlaku perlu ditetapkan sebagai rawa dengan fungsi lindung,
dan sebagian kawasan lainnya yang letaknya berbatasan dan tidak memenuhi
kriteria fungsi lindung ditetapkan sebagai kawasan budidaya. Namun mengingat
letaknya berada pada kesatuan hidrologis yang sama dan merupakan satu kesatuan
ekosistem, intervensi hidrologis di kawasan itu secara potensial berdampak negatif
kepada bagian kawasan lainnya yang berfungsi lindung. Untuk itu pengelolaan di
kawasan budidaya tersebut perlu dibatasi dengan syarat dan ketentuan yang ketat
sehingga dapat menekan dampak negatif kepada rawa yang berfungsi sebagai
kawasan lindung, dengan pertimbangan itu, kawasan budidaya semacam ini
digolongkan sebagai Kawasan Pengelolaan Adaptif.
KAWASAN ADAPTIF SEMENTARA
Sangat mungkin dihadapi dilapangan bahwa rawa yang secara hukum-
berdasarkan kriteria yang berlaku, statusnya seharusnya ditetapkan
sebagai kawasan dengan fungsi lindung, namun saat ini dalam kondisi
sudah dibudidayakan untuk tujuan pengembangan. Kawasan ini disebut
sebagai Kawasan Pengelolaan Adaptif Sementara. Proses penetapan
kawasan ini menjadi rawa dengan fungsi lindung, dilakukan sesuai
dengan ketentuan perundangan yang berlaku yang mengatur tentang
perubahan status kawasan menjadi kawasan lindung.
TIPE KESATUAN HYDROLOGI RAWA (PASUT)
tergantung kondisi batas hidrologi di sungai
DAS VS DELTA
KESATUAN HIDROLOGI RAWA PASUT (MAKRO)
Kalteng dan Sumsel
JARINGAN REKLAMASI RAWA PASUT SUMSEL
PENGEMBANGAN RAWA
Tidak dapat dilakukan pengembangan
Pada rawa kecuali untuk kegiatan:
Pengembangan a. penelitian dan pengembangan
dengan fungsi
Rawa lindung ilmu pengetahuan; dan/atau
b. ekowisata.
Pada rawa dengan fungsi
budidaya Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota dan setiap orang, wajib :

berbasis sumber a. menyediakan prasarana pengaturan


tidak berbasis
daya air tata air;
sumber daya air
b. melaksanakan operasi dan
pemeliharaan prasarana pengaturan
Melalui pengaturan tata air untuk tata air;
kegiatan pertanian dan non pertanian c. melaksanakan rehabilitasi prasarana
pengaturan tata air; dan
a. mempertimbangkan karakteristik rawa;
b. mempertimbangkan kearifan lokal; dan
Setelah memperoleh persetujuan
c. memperhatikan aspirasi masyarakat setempat
audit kesiapan O&P dari Menteri,
Tata cara audit kesiapan O&P diatur gubernur, bupati/walikota sesuai
dgn Permen kewenangannya.
PENGEMBANGAN RAWA
Pengembangan rawa hanya dapat dilakukan pada rawa dengan fungsi
budidaya. Pengembangan rawa dilakukan dengan cara berbasis sumber
daya air dan tidak berbasis sumber daya air. Pengembangan rawa
berbasis sumber daya air dilakukan melalui pengaturan tata air untuk
kegiatan pertanian dan non-pertanian.

Pengembangan rawa tidak berbasis sumber daya air pada dasarnya


tidak memerlukan pengaturan tata air, misalnya dilakukan melalui
kegiatan penimbunan dan pengeringan rawa antara lain untuk
pengembangan kawasan industri, kawasan pemukiman, kawasan kuasa
pertambangan, dan lapangan terbang
LANJUTAN
Pengembangan rawa berbasis sumber daya air dapat dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan
setiap orang. Dalam melaksanakan pengembangan rawa, setiap
pengembang rawa wajib :
• menyediakan prasarana pengaturan tata air sesuai dengan
keperluan pemanfaatannya;
• melaksanakan operasi dan pemeliharaan prasarana pengaturan
tata air; dan
• melaksanakan rehabilitasi prasarana pengaturan tata air.
Penyediaan prasarana pengaturan tata air
dilakukan melalui tahapan
• perencanaan teknis
• pelaksanaan konstruksi.
• Dalam hal pelaksanaan konstruksi telah dinyatakan selesai dan
berfungsi, dilakukan operasi dan pemeliharaan prasarana sumber
daya air
Pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi rawa
• pengembangan jaringan irigasi rawa;
• pengelolaan jaringan irigasi rawa;
• pengelolaan air irigasi rawa;
• partisipasi masyarakat petani;
• pemberdayaan;
• pengelolaan aset jaringan irigasi rawa;
• kelembagaan pengelolaan irigasi rawa;
• koordinasi pengelolaan sistem irigasi rawa;
• wewenang dan tanggung jawab; dan
• pengawasan.
FUNGSI JARINGAN IRIGASI RAWA
Fungsi jaringan irigasi rawa bisa saja kombinasi dari fungsi2 berikut :
(a) Drainase/pembuangan kelebihan air
(b) Pengendalian muka air, mencegah drainase berlebihan, retensi (menahan)
air
(c) Pencegahan intrusi air asin
(d) Pematangan tanah: pencucian keasaman dan unsur racun dari tanah
(e) Pembuangan air masam/air terpolusi (melalui pembilasan/flushing )
(f) Pemberian air memanfaatkan luapan pasang
(g) Pemberian air dgn gravitasi atau menggunakan pompa
(h) Penyediaan air baku utk memenuhi kebutuhan domestik
(i) Pembuangan run-off dan banjir lewat saluran sodetan (berasal dari daerah
sekitar yg lebih tinggi.
(j) Transportasi, navigasi
Perencanaan Pengembangan
Rencana pengembangan bisa berupa rencana pembangunan
baru ataupun rencana untuk peningkatan jaringan irigari rawa yang
ada. Digunakan sebagai bahan diskusi dilembaga pemerintahan yg
tupoksinya terkait dengan pengembangan rawa (ataupun pihak
pengembang swasta), pihak petani dan pemangku kepentingan lainnya,
ataupun pihak donor/pemberi pinjaman . Dan menjadi alat utk
memfasilitasi perencanaan partisipatif.
Rencana pengembangan yg sdh disepakati menjadi acuan utk
perencanaan teknis detil. Juga menjadi acuan bagi pelaksanaan studi
AMDAL serta didlm menyusun perkiran biaya pembangunan
LANJUTAN Rencana pengembangan didasarkan pada:
▪ Rencana pengelolaan SDA
▪ Rencana Pengelolaan Rawa Pasang Surut/macro-zoning, karakteristik lahan, kesesuaian
lahan dan perubahan kedepannya
▪ Tata pengaturan air dikeseluruhan satuan hidrologi rawa
▪ Rencana pengembangan wilayah /rencana tata ruang
▪ Konsep pengembangan bertahap
▪ Kondisi sosial ekonomi yg berlaku
▪ Preferensi dari para petani pemakai air dan pemangku kepentingan lainnya.
▪ Infrastruktur yg sudah ada
Rencana tata pengaturan air meliputi :
▪ Overall planning utk keseluruhan kawasan
▪ Rencana penggunaan lahan
▪ Lokasi, ukuran dan tata letak permukiman
▪ Tujuan dan pembatasan terkait pengelolaan air misalnya direpresentasikan dlm
Zona Pengelolaan Air (water management zone)
▪ Tata letak jaringan saluran primer, sekunder dan tersier.
▪ Lokasi dan tipe bangunan pengatur air
▪ Jaringan transportasi (jalan, jembatan, dermaga)
▪ Prasarana lainnya (misalnya pengamanan banjir, air minum, dlsb)
▪ Dampak dari pengembangan thd kondisi fisik, biologi, sosial, lingkungan.
▪ Biaya dan kelayakan pengembangan
KONSEP PENGEMBANGAN BERTAHAP

Biaya murah &


Teknologi Pengembangan Pengembangan
sederhana tahap akhir, terkendali
selanjutnya penuh
PENGELOLAAN RAWA BERKELANJUTAN
Panduan dasar untuk pengelolaan rawa terpadu adalah sebagai berikut
• Pengembangan dan konservasi termasuk pengelolaan gambut merupakan isu yang
saling berkaitan, dan jelas tidak bisa dilihat secara terpisah. Perencanaan pengelolaan
terpadu berperan sentral bagi strategi pengembangan dan konservasi rawa yang baik
• Indonesia menempatkan prioritas yang tinggi untuk konservasi tetapi juga untuk
intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian dilahan rawa yang tidak mengganggu tujuan
konservasi
• Lahan rawa perlu dikelola berdasarkan kesatuan hidrologi yang independen, yang
memisahkan kawasan konservasi dan pengembangan. Dalam hal kawasan
pengembangan letaknya berbatasan dengan kawasan konservasi maka perlu
menetapkan zona pengelolaan adaptif, dimana penggunaan lahan pada lahan yang
dibudidayakan dibatasi dengan syarat yang ketat agar dampaknya terkendali tidak
mengganggu kawasan konservasi
LANJUTAN
• Memutakhirkan data lahan rawa termasuk tanah gambut baik secara nasional
maupun regional untuk mendukung kebijakan, perencanaan dan strategi
pengelolaan rawa.
• Menyiapkan rencana pengelolaan rawa tingkat nasional maupun provinsi sebagi
input untuk perencanaan tata ruang dan perencanaan pengelolaan sumberdaya
air wilayah sungai
• Proses dilahan rawa dan ditanah gambut bersifat dinamis, sampai tingkat
tertentu tidak bisa diprediksi karena ilmu pengetahuan yang mendasarinya belum
banyak dikuasai orang, dan masih terus berkembang. Ini memerlukan pendekatan
pengelolaan yang bersifat adaptif, dengan mekanisme perencanaan yang
fleksibel, kerjasama yang erat antar instansi pemerintah, pusat2 penelitian dan
keilmuan, LSM dan pemangku kepentingan lainnya
lANJUTAN
• Meningkatkan kapasitas lokal untuk mengelola, memantau, dan
menguasai ilmu pengetahuan terkait pengelolaan kawasan
pengembangan dan kawasan konservasi
• Mengutamakan peran serta masyarakat dalam perencanaan
pengembangan dan konservasi agar meningkat rasa ikut memiliki dan
menyerap kebutuhan nyata yang ada dilapangan dalam pembuatan
keputusan
LINGKUNGAN
• Diluar pengembangan tahap pertama yang melibatkan konversi,
implikasinya terkait masalah lingkungan untuk sebagian besarnya
tidak bisa dihindarkan, meskipun sudah menggunakan desain dan
teknik lingkungan yang terbaik sekalipun. Hal ini karena lahannya
harus didrain dan di”land clearing”; gambut dan tanah sulfat masam
akan selalu ditemukan pada lanskap rawa dekat pantai; sementara
kelayakan untuk memanfaatkan lahan tersebut masih dipertanyakan
LANJUTAN
Dampak lingkungan secara langsung pada lahan rawa yang sudah
dikembangkan meliputi penurunan menerus dari keanekaragaman
hayati setempat (berkurangnya ikan dan spesies amphibi karena
meningkatnya keasaman); barier terhadap migrasi ikan (misalnya pintu
air) dan emisi CO2. Yang disebut belakangan bisa berasal dari oksidasi
sisa2 areal tanah gambut dan land clearing pada musim kemarau tiap
tahunnya, yang sekarang sebagian besar dilakukan secara manual atau
menggunakan herbisida karena adanya larangan pembakaran lahan.
PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA
Perubahan iklim akan menciptakan pola resiko baru. Pada lahan rawa dekat pantai,
kenaikan muka air laut merpakan dampak penting karena akan meningkatkan resiko banjir
dan membatasi drainabilitas bagi lahan2 rendah. Perubahan jumlah dan pola curah hujan
akan berdampak kepada hidrologi kawasan. Dikombinasikan dengan pergeseran
temperatur, potensi untuk produksi pertanian akan berubah. Kombinasinya dengan
degradasi lingkungan yang saat ini sedang berlangsung akan memberikan kosekuensi yang
tidak diinginkan bagi sistem alam. Dampak perubahan iklim kepada aquatik untuk saat ini
belum banyak diketahui. Perubahan iklim yang dilaporkan untuk Indonesia adalah bahwa
kedepan suhu akan lebih hangat, dan rata2 curah hujan akan sedikit meningkat. IPCC
(2007) melaporkan rata2 temperatur meningkat 2.5 derajat C selama abad ini.
ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
• Sesuaikan pola tanam mengikuti ramalan iklim
• Sempurnakan pengelolaan tanaman
• Sempurnakan prasarana irigasi dan tingkatkan efiensinya.
• Berikan peluang yang lebih banyak bagi kegiatan ekonomi alternatif.
• Perluas areal untuk tanaman padi kedaerah2 yang kurang rentan serta
introduksi varietas baru
• Lestarikan dan perluas tutupan hutan didaerah hulu.
• Diversifikasikan bahan konsumsi pangan
• Bangun/tingkatkan prasarana irigasi baru didaerah yang rentan untuk
meningkatkan intensitas pertanaman dan produksinya.
PENGURANGAN CO2
hilangnya gambut karena drainase dan kebakaran menyumbangkan emisi gas karbon (CO2)
secara signifikan ; strategi yang terbaik adalah membatasi drainase, Tindakan
pendayagunaan gambut dibatasi hanya sepanjang pemanfaatannya tidak memerlukan
drainase atau hanya perlu drainase yang terbatas saja, dan juga dibarengi dengan tindakan
pencegahan kebakaran. Pencegahan kebakaran memerlukan lebih dari hanya sekedar
melarang pembakaran, serta melengkapi peralatan dan pelatihan pemadaman kebakaran;
tetapi juga membutuhkan perubahan atau penyesuaian dalam hal penggunaan lahan
(membatasi drainase), kerjasama dengan masyarakat lokal, dan juga memberikan insentif
bagi pihak2 yang melestarikan keberadaan gambut. Penghijauan bisa menjadi salah satu
program yang efektif karena areal yang dihijaukan tidak mudah terbakar, dan produk dari
hutan atau perkebunan dapat menyumbangkan penghasilan bagi penduduk setempat.
Mengurangi Banjir dan Intrusi Air Asin
Mengurangi banjir dan intrusi air asin dikawasan pesisir menyangkut
pengelolaan mangrove dan sumberdaya lahan gambut. Secara
keseluruhannya tanaman mangrove perlu dilestarikan sebagai jalur
hijau pelindung garis pantai dengan lebar yang memadai. Hilangnya
lahan gambut perlu dicegah terutama dikawasan dekat pantai, karena
kawasan ini umumnya rawan banjir dan rawan dipengaruhi intrusi air
asin. Strategi yang sama perlu ditempuh untuk mencegah atau
mengurangi emisi CO2

Anda mungkin juga menyukai