Anda di halaman 1dari 29

KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE)

KELUARAN (OUTPUT) KEGIATAN TA. 2019


Studi Identifikasi Desain Peningkatan Fungsi Daerah Irigasi Rawa
Kabupaten Sambas

Kementerian : Pekerjaan Umum dan Pekerjaan Umum


Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air/ Satuan Kerja
Balai Wilayah Sungai Kalimantan I Prov. Kalimantan
Barat
Program : Pengelolaan Sumber Daya Air
Hasil : Meningkatnya Kinerja Pengelolaan Sumber Daya Air
Kegiatan : Jaringan reklamasi rawa yang dibangun/ditingkatkan
Indikator Kinerja Kegiatan : Dokumen Jaringan reklamasi rawa yang
dibangun/ditingkatkan.
Jenis Keluaran : Laporan Sarana dan Prasarana Rawa Yang Dibangun
Volume : 1 (Satu)
Satuan Ukur Keluaran : Laporan

1. Latar Belakang : Daerah Rawa Tebas Komplek secara administratif


termasuk dalam wilayah Kecamatan Tebas, Kabupaten
Sambas, Propinsi Kalimantan Barat.
Kondisi alam dan tofografi medan yang tidak terlalu berat
serta telah adanya sarana dan prasarana merupakan hal
yang cukup membantu dalam pelaksanaan survey dan
pengukuran ini. Kondisi lahan yang berupa hamparan
ladang dan sawah tadah hujan, perkebunan sayur, kelapa
dan jeruk merupakan hal yang mewarnai daerah ini. Lokasi
saerah ini diapit oleh dua buah sungai utama yang
bemuara pada laut selat Karimata, yaitu Sungai Sambas
dan Sungai Sebangkau. Keberadaan sungai-sungai ini
sangat berpengaruh terhadap tata jaringan air yang ada
pada wilayah tersebut.
Seperti halnya sungai-sungai yang berada pada daerah
down stream kedua sungai ini masih sangat kuat
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pasang surut yang
terjadi pada sungai-sungai ini juga berpengaruh pada tata
air lahan yang ada pada daerah ini.
Dengan meninjau permasalahan dan sasaran di atas maka
Pemerintah melalui Proyek Pengembangan Daerah Rawa
(P2DR) melaksanakan Pekerjaan Pengukuran dan
Perencanaan Teknis Daerah Rawa Tebas Komplek Seluas
2.000 Ha. Pengukuran dan perencanaan teknis ini akan
digunakan sebagai dasar untuk pekerjaan pembangunan
fisik jaringan dan infrastruktur pada daerah rawa tersebut.
Pada dasarnya dalam setiap perhitungan perencanaan
digunakan metoda dan persamaan yang telah umum
digunakan dan dipilih sesuai dengan situasi dan kondisi
daerah studi. Adapun jika ada sedikit modifikasi dalam
persamaan dan perhitungannya, hal tersebut dikarenakan
ada beberapa parameter fisik daerah studi yang berbeda
dengan asumsi yang digunakan oleh metoda yang
bersangkutan.
Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam pembuatan
rencana rinci pekerjaan ini, karena pengembangan yang
direncanakan untuk mengatur sistim jaringan tata air untuk
pertanian tanaman pangan khususnya padi dan palawija
serta perkebunan jeruk yang sempat menjadi primadona
daerah ini.
Keberadaan kelompok petani jeruk yang ada cukup
banyak, sebanyak 135 kelompok secara aktif terlibat dalam
kegiatan agribisnis jeruk. Pengembangan Agribisnis jeruk
ada di beberapa kecamatan tebas, selakau, pemangkat,
semparuk, Jawai, Sejangkung dan sambas
Guna mendukung upaya agar pengembangan lahan pada
suatu kawasan dapat sejalan dengan arah kebijakan
Pemerintah Daerah setempat serta untuk lebih
meningkatkan produksi pertanian tanaman pangan dan
perkebunan yang telah ada pada lahan yang produktif
didukung oleh sistim tata air yang baik sesuai peruntukan
lahan, Kementerian PUPR Ditjen Sumber Daya Air melalui
Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Kalimantan I Kalimantan
Barat akan melakukan kegiatan Pengukuran dan
Pemetaan di Daerah Rawa Tebas Kabupaten Sambas
Provinsi Kalimantan Barat yang sumber dananya berasal
dari APBN - Murni Tahun Anggaran 2019.

2. MAKSUD DAN : 2.1. Maksud


TUJUAN • Analisis perencanaan tata air, yang terdiri dari
penetapan lay-out, dasar dan dimensi saluran dan
perhitungan tata air rencana.
• Analisis hasil perhitungan pemodelan matematik
yang dikorelasikan dengan perencanaan dimensi
saluran rencana.
• Analisis struktur terhadap rencana fasilitas
bangunan air dan bangunan pendukung lainnya
seperti jembatan.
• Peningkatan produksi tanam yang semula 2 ton/ha
menjadi 4 ton/ha dengan satu kali masa tanam.
• Agar didapat data-data potensi lahan rawa
reklamasi.
• Agar didapat hasil kondisi dan fungsi jaringan
berikut bangunan airnya yang hubungannya
dengan kesesuaian lahan.
• Agar didapat / diketahui elevasi / kesesuaian elevasi
untuk bangunan air di saluran Sekunder / Sub.
Sekunder.
• Membuat rekomendasi kesesuaian lahan terkini
dengan pola tanam sesuai dengan konsep zona
pengelolaan air.

2.2 Tujuan
 Mengidentifikasi, meneliti dan mengkaji potensi
pendayagunaan lahan rawa reklamasi,
 Merencanakan jaringan reklamasi rawa sesuai
dengan kondisi yang ada untuk menunjang
pengembangan budidaya pertanian yang
berkelanjutan,
 Mengidentifikasi kepemilikan lahan, guna
mendukung program yang dicanangkan oleh
pemerintah,
 Meneliti, mengkaji kondisi dan fungsi jaringan tata
air yang ada beserta bangunan airnya yang
hubungannya dengan kesesuaian lahan,
 Membuat rekumendasi kesesuaian lahan terkini
dengan pola tanam sesuai dengan konsep zona
pengelolaan air,
 Mengetahui tingkat kematangan tanah saat ini,

2.3 Tujuan Khusus


 Menganalisa system tata air, karakteritik dan
hidrotopografi lahan,
 Menganalisis dinamika keseimbangan air untuk
kebutuhan tanaman, pencucian dan
penggelontoran,
 Merencanakan penelitian untuk system jaringan tata
air dalam rangka menunjang intensitas tanam dan
produktifitas panen,
 Penerapan Water Management Zone ( Zona
Pengelolaan air ).

3. SASARAN : Adapun sasaran yang ingin dicapai dari kegiantan ini


antara lain:
 Agar dapat diketahui kondisi dan fungsi jaringan
beserta bangunannya pada saat ini sebagai acuan
untuk pekerjaan rehabilitasi / Peningkatan fungsi
jaringan dan Operasi serta Pemeliharaannya.
 Agar terciptanya intensitas tanam dan
meningkatnya produktifitas panen.
 Tersedianya Gambar Desain rinci potensi lahan,
serta kondisi yang diinginkan untuk aplikasi
dilapangan.
 Agar dapat diketahui sistem jaringan tata air yang
sesuai dengan karakteristik dan hidrotopografi
lahan.
 Untuk menngetahui daerah pengembangan yang
direncanakan untuk mengatur sistim jaringan tata
air untuk pertanian tanaman pangan khususnya
padi dan palawija serta perkebunan jeruk yang
sempat menjadi primadona daerah ini.
4. LOKASI : Lokasi-lokasi kegiatan desain rehabilitasi daerah irigasi
KEGIATAN rawa antara lain:
 Kabupaten Sambas.
5. SUMBER : Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan : APBN-Murni
PENDANAAN Tahun Anggaran 2019 dengan biaya sebesar
Rp. 959.056.000,00 (Sembilan Ratus Lima Puluh Sembilan
Juta Lima Puluh Enam Ribu Rupiah).

6. NAMA DAN : Nama Pejabat Pembuat Komitmen :


ORGANISASI Perencanaan Umum dan Program.
PEJABAT Satuan Kerja :
PEMBUAT Balai Wilayah Sungai Kalimantan I
KOMITMEN

7. DATA DASAR : Data dasar yang diperlukan untuk melaksanakan


pekerjaan konsultansi ini dapat menggunakan data yang
ada di PPK Perencanaan dan Program, Balai Wilayah
Sungai Kalimantan I atau dapat menggunakan data dari
instansi lain yang terkait.
8. STANDAR : Standar teknis yang digunakan antara lain:
TEKNIS • Standar Nasional Indonesia yang berkaitan dengan
Detail Desain Perencanaan Daerah Rawa,
• Standar Pekerjaan Studi Identifikasi Desain Daerah
Rawa.

9. STUDI-STUDI : Studi terdahulu yang dilaksanakan pada lokasi pekerjaan


TERDAHULU ini adalah :
1. Penyusunan Rencana Teknis DR Tebas Komplek
Kabupaten Sambas Tahun 2001.
2. Penyusunan Rencana Teknis DR Jawai Kabupaten
Sambas Tahun 2001.
3. DD Pengembangan Jaringan Reklamasi Rawa DR
Pemangkat Komplek Kabupaten Sambas Tahun 2011.
10 REFERENSI :  Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
. HUKUM Pengairan Undang-Undang No. 18 tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi
 Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air
 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara.
 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah membagi sub-bidang urusan
sumber daya air menjadi kewenangan Pemerintah
Pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah
daerah kabupaten/kota
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 1991 tentang Rawa
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 11/PRT/M/2015 Tentang Eksploitasi
Dan Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Rawa Pasang
Surut
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 12/PRT/M/2015 Tentang Eksploitasi
Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

11 LINGKUP : Ruang Lingkup kegiatan pekerjaan desain rehabilitasi


. KEGIATAN daerah irigasi rawa adalah:
a. Pekerjaan Persiapan.
1. Pengumpulan Data Sekunder meliputi Peta
jaringan, Peta kesesuaian lahan, hidrotopografi /
karakteristik lahan dan data Bench Mark ( BM ) dari
studi – studi terdahulu.
2. Menyusun rencana kajian / penelitian.
b. Kegiatan Lapangan.
1. Meneliti tingkat Soil subsidence / tingkat
kematangan tanah saat ini.
2. Pendirian areal penelitian / pengkajian sistem
jaringan tata air dan bangunan air termasuk
pemasangan peralatan monitoring ( Curah hujan,
peilschall, piezometer dan AWLR ).
3. Penelitian jenis tanah, pola tanam dan pendataan
tipologi lahan, kesesuaian lahan dengan jenis
tanaman.
4. Monitoring muka air tanah,kualitas air dan data
curah hujan serta kualitas tanah.
5. Melakukanpendataan kondisi dan fungsi jaringan
tata air dan bangunan air.
c. Pekerjaan Studio.
1. Pengolahan data monitoring lapangan.
2. Pembuatan peta lokasi kajian.
3. Pembuatan peta kelas hidrotopografi / peta
tipologi lahan skala 1 : 25.000
4. Pembuatan peta kesesuaian lahan skala 1 : 5.000
5. Pembuatan peta wilayah pengelolaan air / peta
sistem jaringan tata air
6. Pembuatan peta tata guna lahan
7. Pembuatan peta sebaran produktifitas lahan.
8. Pembuatan peta desain rinci tipikal saluran
eksisting dan yang direncanakan.
9. Pembuatan peta elevasi bangunan air eksisting
dan yang direncanakan.
10. Pembuatan peta zona pengelolaan air skala 1 :
5.000
11. Menyusun laporan dan membuat rekomendasi
sistem jaringan tata air hubungannya dengan
kesesuaian lahan, basis data dan sistem informasi
dengan teknik GIS untuk menyusun perencanaan
pengembangan tanaman.

Sebelum kegiatan penelitian dimulai perlu adanya tahapan


– tahapan yang harus dilakukan, antara lain :

A. TAHAPAN PERSIAPAN.
Tahapan Persiapan meliputi :
1. Persiapan Administrasi
Berkaitan dengan surat tugas, ijin survey dan
pekerjaan surat – menyurat lainnya.

2. Persiapan Teknis.
a. Penyusunan rencana kerja, koordinasi dan
pengarahan tim pelaksanan pekerjaan.
b. Persiapan peralatan dan kelengkapan survey.
c. Pengumpulan data sekunder seperti data iklim,
hidrologi, topografi, tanah dan lain sebagainya
dari studi – studi terdahulu serta peta dasar.
Data – data sekunder yang telah dikumpulkan
dikompilasi untuk memudahkan dalam
memperoleh gambaran mengenai kondisi calon
lokasi penelitian.
d. Menyiapkan kuisioner untuk kegiatan survey
lapangan.

B. TAHAPAN SURVEY PENDAHULUAN.


Peninjauan lapangan guna memastikan calon lokasi
penelitian sesuai dengan persyaratan – persyaratan
yang telah ditetapkan, selanjutnya dilakukan survey
untuk pengumpulan data – data yang berkaitan
dengan :

1. Kondisi jaringan tata air dan sistem


pengelolaannya.
2. Keadaan iklim terutama curah hujan dan
Klimatologi.
3. Kondisi tanah, terutama ketebalan gambut dan
kedalaman lapisan pirit.
4. Kondisi tata guna lahan yang ada.
5. Pola tanam, intensitas tanam dan tingkat
produktifitas pertanian.
6. Kondisi sosial ekonomi.
7. Institusi atau kelembagaan petani yang ada.
8. Sarana dan prasarana transportasi.

C. TAHAPAN SURVEY LAPANGAN.


Kegiatan survey lapangan meliputi :
1. SURVEY TOPOGRAFI
Lingkup pekerjaan survey topografi yang paling
pokok adalah pengukuran situasi. Pengukuran ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
topografi daerah yang disurvey dengan sasaran
tinggi dan posisi detail lapangan. Pengukuran situasi
tapak bangunan diukur dengan metode
trigonometri/tachimetri dengan dasar pengikatan
kerangkan pemetaan, dimana detail-detailnya
diambil dengan teliti, Tabel 1 menyajikan gambaran
umum mengenai persyaratan survey untuk desain
rinci.

Tabel 1. Tingkat Kedalaman Survey Desain Rinci

Uraian Desain Rinci

Peta Dasar 1 : 5.000


Kerangka Dasar (BM) 4 BM per 500
Ketinggian Tempat Ha
Penampang Melintang Sungai Alam 1 titik per 0.5
Penampang Melintang Saluran yang Ha
Ada Ya
Penampang Memanjang Saluran Baru Ya
Survey Situasi Lapangan Konstruksi Ya (N), Tidak
(E)
Ya

Pengukuran topografi untuk desain rinci sedikitnya harus


meliputi hal-hal sebagai berikut :
Peta Dasar
Peta dasar dari areal survey dipersiapkan dari peta-peta
yang ada, foto udara yang sudah ada, peta rupa bumi dari
Bakosurtanal (proyeksi UTM) sedang untuk desain rinci
harus dilengkapi pula dengan peta topografi dari hasil studi
kelayakan.
o Skala peta dasar biasanya 1 : 50.000 dari Bakosurtanal
(proyeksi UTM). Untuk desain rinci harus dilengkapi
pula dengan peta dasar hasil studi kelayakan (bila ada).
o Peta dasar tersebut harus memperlihatkan perbatasan
areal survey dan sifat-sifat lapangan alam dan lapangan
buatan manusia seperti sungai, anak sungai, garis
pantai, jalan, desa dan saluran.
o Lokasi garis survey harus ditentukan dari peta dasar
dan dipilih sedemikian rupa sehingga garis survey
tersebut meliputi ciri-ciri lahan yang diketahui pada
areal yang disurvey tersebut.
o Koreksi terhadap peta dasar dapat dilakukan atas dasar
hasil-hasil survey.

Titik Referensi
Titik referensi adalah benchmark yang terbuat dari beton
yang sebagai titik kontrol dan titik referensi untuk survey
topografi yang sekarang dan yang akan datang, semua
pengukuran koordinat dan elevasi harus merujuk pada titik
referensi tersebut :
o Jika pada lokasi survey sudah terdapat patok BM yang
dapat dijadikan titik referensi yang koordinatnya dan
elevasinya telah diketahui. Elevasi titik referensi
menjadi tinggi referensi proyek atau PRL.
o Jika dilokasi yang disurvey tidak dijumpai patok BM
yang dapat dijadikan titik referensi atau dijumpai BM
namun koordinatnya dan elevasinya tidak diketahui
harus dibuat titik referensi yang dijadikan benchmark
utama yang akan diberi koordinat referensi dengan
pengamatan GPS yang sebaiknya (sangat disarankan)
dipilih menggunakan GPS dengan tingkat ketelitian
yang sangat tinggi (1 cm/km).
o Jika terdapat dua areal survey atau lebih yang terletak
berdekatan satu sama lainnya maka sangat disarankan
agar menggunakan satu PRL yang sama untuk semua
areal survey tersebut.
o Semua registrasi tinggi muka air dari hasil survey
hidrometrik juga akan dinyatakan dalam PRL ini.
o Jika survey hidrometik meliputi registrasi tinggi muka
air jangka panjang dekat muara sungai, maka
hubungan antara PRL dan tinggi laut rata-rata (MSL)
harus dibuat.

Benchmark
Sistem benchmark yang terbuat dari beton dapat
dipergunakan sebagai titik kontrol dan titik referensi untuk
survey topografi yang sekarang dan yang akan datang:
o Lokasi benchmark harus dipertimbangkan dikaitkan
dengan pemetaan kerangka dasar dan posisinya harus
dikaitkan dengan penggunaan mendatang dari
benchmark yang akan dibuat, misalnya untuk
pematokan saluran atau alinyemen tanggul, lokasi
bangunan, dan lain-lain.
o Untuk kebutuhan studi kelayakan kerapatan minimum
sistem benchmark baru harus 4 buah per 500 Ha. Untuk
desain rinci kerapatan minimum sistem benchmark
baru harus 8 buah per 500 Ha. Setiap benchmark baru
yang dipasang harus dilengkapi dengan control point
(CP).
o Benchmark tambahan harus dipasang dekat semua
lokasi yang direncanakan akan dilakukan pencatatan
tinggi muka air.
o Benchmark dan CP harus dipasang pada lokasi yang
aman dan mudah ditemukan.
o Untuk setiap benchmark harus dibuat sketsa situasi
yang memperlihatkan jarak ke benda-benda tetap,
nomor identifikasi benchmark, koordinat dan tanggal
pemasangan.

Pemetaan Kerangka Dasar


Pemetaan kerangka dasar dapat digunakan untuk
membuat suatu sistem referensi topografi yang benar
dimana hasil-hasil survey lainnya dapat dihubungkan pada
sistem referensi ini :
o Kerangka dasar terdiri dari serangkaian garis melintang
yang tertutup, yang masing-masing mencakup suatu
areal yang luasnya tidak lebih dari 500 Ha, atau masing-
masing panjang keseluruhan yang tidak lebih dari 500
Ha, atau masing-masing panjang keseluruhan yang
tidak lebih dari 10 km.
o Kerangka horisontal (koordinat X, Y) ditetapkan dengan
pengukuran sudut mendatar dengan menggunakan alat
T2 atau merek lain yang ketelitiannya sederajat.
Sedangkan sisi poligon diukur dengan alat ukur jarak
elektronik (EDM). Sebagai kontrol ukuran sudut
dilakukan pengamatan astonomi atau Gyro Compass.
o Penelitian vertikal, jarak total pengukuran datar dibagi
kedalam bagian-bagian dengan panjang maksimum 2
km. Alat yang dipergunakan adalah sipat datar otomatis
(automatic level) seperti Zeiss Ni2 atau merek lain yang
sederajat. Setiap bagian diukur bolak-balik secara
terpisah, dengan toleransi kesalahan 10D mm.
Dimana D = panjang sirkuit dalam km.
o Pengukuran kerangka dasar harus diikatkan pada
sistem benchmark yang telah dipasang. Untuk setiap
benchmark harus ditetapkan koordinat X, Y dan Z nya.
o Azimut diperiksa dengan pengamatan astronomi
dengan ketelitian 20”.
o Jumlah keseluruhan titik poligon antara dua titik kontrol
azimut maksimum 50 titik.
o Koreksi sudut antara dua titik kontrol azimut adalah
20”.
o Maksimum kesalahan penutupan koordinat adalah 1 :
5000.
o Ketelitian pemetaan : paling tidak 90 % dari tempat
yang telah diketahui di lapangan digambarkan pada
peta dengan kesalahan planimetrik kurang dari 0,8 mm.

Pengukuran Ketinggian Tempat dan Peta Garis


Ketinggian
Survey topografi rinci dilaksanakan dan dikaitkan dengan
pemetaan kerangka dasar yang sudah disiapkan:
o Ketinggian tempat diukur dalam garis survey yang
paralel yang berjarak 200 m. Ketinggian tempat diukur
pada selang jarak 50 m dalam garis survey tersebut.
o Ketinggian tempat harus diukur pada lokasi-lokasi yang
mewakili elevasi lapangan yang berada disekitarnya.
o Survey akan meliputi batas tataguna lahan dan ciri-ciri
yang sudah ada, seperti : saluran, anak sungai alam,
pemukiman dan bangunan.
o Garis-garis survey harus ditutup pada benchmark
permanen atau pada titik awal disepanjang rute
terdekat. Kesalahan penutupan harus kurang daripada
15D mm, D = panjang sirkuit dalam km.
o Ketinggian tempat harus diplot pada peta dasar dengan
ketelitian sebagai berikut : Ketinggian horisontal paling
tidak 90 % dari tempat yang telah diketahui dilapangan
digambarkan pada peta dengan kesalahan planimetrik
kurang dari 0.8 mm.
o Garis ketinggian digambarkan pada peta pada selang
jarak 25 cm dengan interpolasi antara ketinggian
tempat yang mempertimbangkan ciri-ciri lapangan
yang dapat dilihat pada foto udara atau bahan sumber
lainnya.
o Kurva elevasi areal dipersiapkan dari ketinggian tempat
untuk seluruh areal survey serta blok-blok yang relevan
dengan desain. Kurva tersebut akan memudahkan
perbandingan antara elevasi lahan dan tinggi muka air
pada sungai-sungai terdekat.

Penampang Memanjang dan Melintang


Penampang memanjang dan melintang dari semua saluran
dan tanggul yang sudah ada diukur

o Profil memanjang harus diukur dengan selang jarak 50


meter dilakukan dengan alat ukur waterpass otomatis,
sedangkan pengukuran profil melintang dapat juga
dilaksanakan dengan pengukuran cara tachiometri
(theodolit T0) untuk sungai/saluran-saluran yang lebar
dan kedalamannya lebih dari 3 meter.
o Penampang melintang diukur tegak lurus terhadap
susunan saluran, dan harus diperluas dengan jarak
minimum 25 meter ke kiri dan kanan untuk saluran
tersier dan sekunder dan minimum 100 meter ke kiri
dan kanan untuk saluran primer.
o Penampang melintang dan memanjang harus
memperlihatkan tinggi dasar saluran (titik terendah dan
sedikitnya 3 titik lainnya per penampang melintang),
dan tinggi tepian alam kiri dan kanan, tinggi puncak
tanggul dan berm (jika ada).
o Penampang melintang harus diambil pada selang jarak
100 m.
o Penampang melintang dan profil memanjang harus
diukur dengan mempergunakan alat ukur leveling
otomatis. Ketelitian yang harus diperoleh adalah 15D
mm, D = jarak sirkuit dalam km.
o Gambar profil memanjang harus dibuat pada skala
horisontal 1 : 5.000 dan skala vertikal 1 : 100.
o Gambar penampang melintang harus dibuat pada skala
horisontal 1 : 200 (saluran primer) atau 1 : 100 (saluran
sekunder dan tersier) dan pada skala vertikal 1 : 100.

Survey Situasi Detail Bangunan


Pengukuran situasi detail dimulai dan diakhiri terikat pada
kerangka dasar pemetaan. Pengukuran situasi tapak
bangunan diukur dengan metode trigonometri/tachimetri
dengan dasar pengikatan kerangka pemetaan, dimana
detail-detailnya diambil dengan teliti kalau perlu
pengukuran jarak memakai metband dan ketinggian yang
penting memakai waterpass dengan ketelitian 1 cm.
Survey situasi khusus dekat bangunan yang sudah ada
diukur :
o Pada bangunan saluran besar dan jembatan yang
sudah ada dan yang direncanakan harus dilaksanakan
pengukuran situasi rinci diatas areal seluas 100 m x 150
m.
o Pengukuran dilakukan di sepanjang sistem jaringan
dengan selang jarak paling besar 5 m, dipersiapkan
peta-peta pada skala 1 : 200, yang memperlihatkan
bangunan, saluran, jalan, gedung, benchmark yang
sudah ada, dan lokasi investigasi mekanika tanah, serta
butir-butir lain yang penting untuk desain ulang.

Survey Alinyemen Saluran-saluran Baru


Setelah dipilih alinyemen saluran-saluran baru, survey
studi kelayakan mungkin diperlukan untuk memeriksa
kepemilikan lahan dan batas-batas. Menindaklanjuti hal ini,
penampang memanjang dan melintang harus diukur pada
selang jarak 100 m.
Penampang melintang harus diperlukan 50 sampai 100 m
ke masing-masing sisi garis tengah.

Survey Penampang Melintang Sungai


Penampang melintang sungai-sungai yang besar harus
diambil dekat persimpangan saluran primer, sedikitnya 100
meter sebelum dan setelah persimpangan tersebut. Dari
sungai-sungai kecil dan sungai alam yang terdapat di areal
survey, penampang melintang harus diambil pada lokasi
dimana sungai kecil atau sungai alam tersebut memotong
saluran-saluran lainnya dan atau jalan.

2. SURVEY HIDROLOGI
Pekerjaan pengumpulan data hidrologi
dimaksudkan untuk mengumpulkan data curah
hujan dan iklim dari terdekat guna dianalisa dan
dievaluasi sesuai dengan kebutuhan perencanaan.
Data-data hidrologi dapat diperoleh dari Dinas
Sumber Daya Air atau BMKG sepanjang data
tersebut tersedia. Sedangkan data-data yang belum
tersedia dapat diperoleh dari instansi terkait lainnya
baik yang ada di daerah maupun yang ada di pusat.
Tabel 2 menyajikan gambaran umum mengenai
tingkat kedalaman survey hidrologi.

Tabel 2 : Tingkat Kedalaman Survey Hidrologi

Desain
Uraian
Rinci

Pengumpulan data iklim Ya

Pengumpulan data curah hujan bulanan Ya

Pengumpulan data harian maksimum Ya

Pengumpulan data harian jam-jaman Ya (jika


data
tersedia)

Data – data hidrologi yang perlu dikumpulkan untuk


studi kelayakan dan untuk desain rinci serta
kegunaannya adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data Iklim


Pengumpulan data cuaca/iklim yang lain (terbaru)
selama minimum 5 tahun berturut-turut dari
stasiun iklim terdekat. Data cuaca tersebut harus
mencakup temperatur rata-rata bulanan,
kelembapan, kecepatan angin, lama hari cerah dan
curah hujan, dan harus meliputi sedikitnya periode
5 tahun, sebaiknya lebih lama.

b. Pengumpulan Data Curah Hujan Bulanan


Rata-rata
Data hujan bulanan rata-rata dikumpulkan dari
semua stasiun curah hujan terdekat dengan lokasi
proyek sekurang-kurangnya 10 tahun yang
berurutan atau lebih.
o Untuk stasiun yang memiliki catatan curah hujan
sepuluh tahunan atau lebih, curah hujan rata-
rata per bulan harus ditentukan, serta curah
hujan minimum per bulan dengan kemungkinan
kelebihan sebesar80 %, 50 % dan 20 %.
o Selanjutnya hujan bulanan rata-rata bersama-
sama dengan data klimatologinya akan
dipergunakan sebagai dasar dalam perhitungan
kebutuhan dan ketersediaan air (water balance)
bagi budidaya tanaman pangan.
o Selanjutnya hujan bulanan rata-rata dapat
digunakan untuk menentukan kapasitas
penampungan tangki pengumpul air hujan yang
diperlukan untuk pengadaan air minum,
perhitungan keseimbangan air tangkapan atap
dilakukan dengan menggunakan data bulanan dan
memperkirakan berbagai angka pemakaian
bulanan.

c. Data Curah Hujan Maksimum


Data curah hujan harian harus dikumpulkan dari
semua stasiun hujan terdekat dengan lokasi proyek
sekurang-kurangnya 10 tahun yang berurutan atau
lebih.
o Mempergunakan data harian yang diperoleh dari
stasiun yang mewakili dan yang paling dapat
diandalkan, dilakukan analisa stastistik terhadap
curah hujan maksimum selama periode 1 sampai
6 hari. Hasil analisa tersebut disajikan dalam
kurva yang memperlihatkan masa dan intensitas
curah hujan.
o Data curah hujan ha5rian maksimum
selanjutnya akan dipakai sebagai dasar dalam
penentuan debit banjir sungai untuk daerah
yang bersangkutan serta menentukan modulus
drainase lahan rawa yang direncanakan.
o Jika data harian maksimum tidak dinyatakan
rumus empiris yang diterapkan di Indonesia
(misalnya Hasper-Wonosobo) atau rumus dari
negara lain seperti Mononobe dapat
dipergunakan untuk menentukan total curah
hujan k-harian.

3. SURVEY HIDROMETRI
Untuk kajian daerah rawa, pengolahan data
hidrologi setidaknya diarahkan untuk memperoleh
informasi tentang kondisi pasang surut, intrusi air
asin dan informasi tentang banjir. Data-data
hidrometri awal dapat diperoleh dari Dinas Sumber
Daya Air atau BMG sepanjang data tersebut
tersedia.

Tabel 3 menyajikan gambaran umum mengenai


tingkat kedalaman survey hidrometri

Tabel 3 : Tingkat Kedalaman Survey


Hidrometri

Uraian Desain Rinci


 Tinggi muka air  Sebaiknya lebih dari 1
jangka panjang tahun
 Tinggi muka air Min 2 x 25 jam
jangka pendek  Ya
 Tanda banjir di
sepanjang sungai  Ya
 Pengukuran
pengeluaran  2 kali pada musim hujan
 Pengukuran salinitas, dan
pH  2 kali pada musim
 Contoh air kemarau

 Contoh endapan 5 sampel pada awal


 Penampang survey dan
melintang sungai  5 sampel pada akhir
survey
 Ya
i. Pencatatan Tinggi Muka Air Jangka
Pendek
 Pada batas sebelah hilir proyek atau tempat
lain yang tepat, tinggi muka air diamati
secara terus menerus (dengan AWLR) atau
dari pembacaan staff gauge dengan selang
jarak 30 menit selama periode paling tidak 15
hari pada periode pengukuran (sangat
disarankan dilakukan pada musim hujan dan
kemarau).
 Pencatatan tinggi muka air selama paling
tidak 25 jam harus dilakukan satu kali selama
air pasang tinggi (spring tide) dan satu kali
selama air pasang rendah (neap tide) pada
tempat-tempat yang dipilih yang menyebar
pada daerah survey (satu stasiun per 1.000
sampai 2.000 Ha), serentak dengan
pengamatan aliran, keasaman, salinitas dan
curah hujan.
 Semua stasiun pencatatan tinggi muka air
harus dihubungkan dengan tinggi referensi
survey topografi melalui benchmark beton
yang terdapat dekat masing-masing stasiun.
 Tinggi muka air harus diamati secara
serentak dengan selang jarak 30 menit
sedikitnya selama satu putaran pasang surut
penuh (25 jam) pada stasiun-stasiun yang
berjarak 20 sampai 30 km disepanjang
semua sungai besar yang memotong atau
membatasi areal, guna menilai kelembapan
fluktuasi pasang surut. Pengukuran-
pengukuran ini harus dikombinasikan dengan
pengamatan arah aliran secara visual, dan
pengukuran pH dan salinitas secara serentak
(lihat penjelasan berikutnya).
 Semua registrasi tinggi muka air dari hasil
survey hidrometrik juga akan dinyatakan
dalam PRL yang ditetapkan dalam survey
topografi. Elevasi nol dari semua stasiun
tinggi muka air harus dihubungkan dengan
PRL topografi terdekat.

ii. Pengukuran Salinitas


 Intrusi salinitas maksimum selama air pasang
tinggi harus ditetapkan dengan
menggunakan metode perahu yang bergerak
(moving salinity) : melakukan pengukuran
salinitas setiap 2 sampai 5 km disepanjang
sungai pada waktu air tinggi tenang, dimulai
dari muara sungai, bergerak ke hulu dengan
kecepatan yang sama seperti kecepatan
gelombang pasang surut.
 Salinitas tersebut ditentukan dengan cara
mengukur daya konduksi listrik (EC) dari air
permukaan. Rumus tukar berikut ini dapat
dipergunakan antara daya konduksi listrik
dengan salinitas.
 Di salah satu stasiun tinggi muka air di
sebelah hulu muara sungai, salinitas harus
diukur selama putaran pasang surut penuh
(25 jam) serentak dengan pengamatan tinggi
muka air.
 Informasi mengenai fluktuasi intrusi salinitas
musiman harus diperoleh dari pra penduduk
yang tinggal di areal tersebut.
 Tumbuh-tumbuhan yang terdapat di
sepanjang tepian sungai (pohon nipah)
sering merupakan petunjuk yang cukup
tentang adanya intrusi salinitas rata-rata
selama musim kemarau.

iii. Kualitas Air


 Kualitas air yang terdapat di luar zona intrusi
salinitas harus ditentukan dengan analisa
contoh air di laboratorium.
 Satu contoh air harus diambil pada waktu air
tanah rendah di semua sungai dan anak
sungai yang memotong areal. Tanggal,
waktu, lokasi, warna air, pH dan temperatur
air pada waktu pengambilan contoh harus
dicatat.
 Pada stasiun tinggi muka air paling hulu pada
setiap sungai besar, pH air sungai harus
diukur selama putaran pasang surut penuh
(25 jam) serentak dengan pengamatan tinggi
muka air.

iv. Banjir
 Tinggi batas banjir di berbagai tempat di
sepanjang sungai, seperti diberitahukan oleh
penduduk setempat atau diamati dari
perubahan warna tumbuhan, harus
ditetapkan berdasarkan tinggi muka air yang
diamati selama survey.
 Lamanya tinggi maksimum permukaan air
sungai dan perkiraan jangkauan pasang
surut selama permukaan air sungai tinggi
dan rendah harus dinilai dari hasil wawancara
dengan penduduk setempat.

v. Penampang Melintang Sungai


 Penampang melintang sungai-sungai besar
yang memotong atau membatasi daerah
survey harus diukur pada selang jarak teratur
(setiap 2 sampai 5 km) dari muara sungai
sampai ke batas daerah survey paling hulu.
 Pada setiap bagian, setidaknya harus diambil
sepuluh pengukuran pada selang jarak yang
sama. Jarak horisontal dalam suatu bagian
dapat ditentukan dengan alat pengukur jarak
atau tali merentang sungai.
 Kedalaman air ditentukan sebaiknya dengan
mempergunakan pengukur gema
(echosounder) baik yang posisinya diukur
secara konvensional maupun echosounder
yang terintegrasi dengan GPS.
 Jika alat ukur gema (echosounder) tersebut
tidak tersedia, dapat dipergunakan kabel
yang dilengkapi dengan pita ukur dan beban,
namun dalam hal demikian, pengukuran
harus dibatasi pada waktu sekitar air tinggi
dan rendah tenang ketika kecepatan aliran
sangat rendah.
 Untuk setiap penampang melintang, tanggal
dan waktu pengukuran serta perkiraan tinggi
air pasang harus ditunjukkan.
 Pada setiap lokasi pengukuran penampang
melintang sungai dilakukan juga pengukuran
kecepatan aliran, namun untuk tempat-
tempat yang dianggap perlu juga dapat
dilakukan pengukuran kecepatan aliran.
Apabila lebar sungai atau saluran yang akan
diukur lebih dari 20 meter, maka pengukuran
dilakukan secara berpindah-pindah bagian
demi bagian pada satu lokasi dan dilakukan
pada tiap beda kedalaman 0.20 m dari atas,
tengah 0.30 m dan dari dasar disesuaikan
dengan kedalaman sungai.

4. SURVEY SEDIMENTASI
Saluran primer/navigasi juga berfungsi sebagai
sarana transportasi maka kedalaman saluran harus
tetap terjaga. Salah satu yang mempengaruhi
kedalaman saluran adalah adanya endapan
sediment. Kandungan sedimen dalam air dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu sedimen melayang
(suspended load), sedimen mengendap (bed load),
dan sedimen terapung (wash load). Sedimen
terapung terdiri dari butiran sedimen yang sangat
halus yang berasal dari luar dan tidak mengendap
pada saluran sehingga tidak menimbulkan
permasalahan terhadap saluran.

5. SURVEY TANAH PERTANIAN


Kerapatan pengeboran yang dilakukan tergantung
atas ketelitian peta tanah yang diperlukan.
Kerapatan tersebut biasanya bervariasi antara satu
pengeboran per Ha untuk setiap survey yang sangat
rinci (skala peta 1 : 10.000) sampai pada satu
pengeboran per 25 Ha (skala 1 : 50.000). Tabel 3
menyajikan gambaran mengenai tingkat kedalaman
survey tanah pertanian untuk desain rinci.
Survey tanah pertanian sedikitnya harus meliputi
hal-hal berikut ini :
a. Pengeboran
 Survey tanah pertanian dengan pengeboran
sampai kedalaman paling kecil 1,20 m dilakukan
harus mengikuti jalur survey yang sama dengan
survey topografi.
 Koordinat (x,y) setiap lokasi lubang bor harus
dicari dengan menggunakan bantuan GPS (hand
held GPS).
 Dalam garis survey tersebut, tanah harus di bor
dengan kerapatan titik bor antara 1 pengeboran
per 250 Ha untuk studi kelayakan dan 1
pengeboran per 125 Ha untuk desain rinci.
 Investigasi dalam setiap lubang bor harus
meliputi :
o Tekstur tanah, tingkat kematangan
o Tebal lapisan gambut dan tingkat
pembusukan (tanah gambut harus dinilai
sampai pada kedalaman 3 m)
o Kedalaman lapisan pirit, dengan
menggunakan metode oksidasi cepat
dengan Hidrogen-Peroxide (H2O2) : catat
sifat buih dan SO2.
o Kedalaman air tanah dangkal atau banjir
o Kandungan pH dan Fe2+ pada air tanah
dangkal, mempergunakan lembaran kertas
uji
o Tataguna lahan sekarang / tumbuhan pada
daerah pengeboran

b. Lubang Profil Tanah


 Lubang profil tanah (1 m x 1 m x 1,20 m
kedalaman) digali pada lapangan yang telah
dipilih secara hati-hati setelah hasil pengeboran
tersedia. Rata-rata satu lubang tanah per 10
pengeboran.
 Penjelasan mengenai profil tanah pada lubang
tersebut akan dipersiapkan dan contoh analisa
laboratorium akan diambil dari lapisan-lapisan
tanah yang berbeda (empat contoh per lubang).
 Contoh tanah dari empat lapisan tanah per
lubang harus diambil untuk dilakukan analisa
laboratorium. Analisa laboratorium untuk
mineral meliputi :
o Kandungan air pada kapasitas lapangan
o Standar analisa tanah mineral tersebut
o Pengujian oksidasi lambat untuk menetapkan
kedalaman PASS
o Klasifikasi tanah menurut CSAR
o Kepadatan besar dari tanah atas (0 – 30 cm)
dan tanah bawah (> 30 cm) yang
merupakan indikasi kematangan.
 Analisa laboratorium untuk tanah gambut akan
mencakup total kandungan abu sehingga
kandungan abu mineral termasuk P, K, Ca dan
Mg.

c. Survey Tataguna Lahan


 Untuk memperlihatkan tataguna lahan yang
sekarang, dipergunakan klasifikasi berikut ini :
o Sawah
o Kebun kelapa
o Campuran padi/kelapa
o Tanaman keras lain
o Lahan pekarangan
o Semak/rumput (tinggi < 2 m)
o Belukar (tinggi > 2 m)
 Untuk pemetaan data tanah dan tataguna lahan
dan interpolasi antara titik survey, sebaiknya
dipergunakan foto udara dan gambar satelit.

6. SURVEY MEKANIKA TANAH


Survey mekanika tanah dapat dilaksanakan hanya
setelah lokasi yang tepat untuk bangunan yang
dibangun telah ditetapkan. Kriteria untuk berbagai
pengujian secara singkat diuraikan di bawah ini.
Penelitian dan penyelidikan tanah dapat diagi
menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Penelitian dan Penyelidikan di Laboratorium :
a. Natural Water Content
b. Specific Gravity
c. Natural Densuty/Density Test
d. Grain Size Analysis by Hydrometer
e. Swelling Pressure Test
f. Atterberg Limit
g. Expansion Index

2. Penelitian dan Penyelidikan di Lapangan :


a. Pemboran tangan (hand boring)
 Pemboran dilakukan dengan menggunakan
mata bor Iwan biasa (Iwan auger) dengan
diameter 10 cm dan diputar dengan tangan
sampai mencapai kedalaman maksimum 8.0 m
atau sampai pada suatu laposan keras dimana
pemboran tidak dapat diperdalam lagi.
 Pekerjaan boring dilaksanakan untuk
mendapatkan gambaran tentang lapisan tanah,
berdasarkan jenis dan warna tanah, melalui
pengamatan visual terhadap contoh tanah hasil
pemboran. Dari hasil boring ini juga dapat
diperkirakan profil tanah di lokasi pekerjaan.
Tanah hasil pengambilan dengan bor
dideskripsikan mengenai jenis, warna, dan
konsistensi/kepadatannya yang dicatat dalam
“Hand Boring Log”.
 Pada kedalaman tertentu dari lubang pemboran
diambil contoh tanah tidak terganggu
(undisturbed sample) dengan menggunakan
tabung baja tipis (thin wall shelby tube)
berdiameter 6,8 cm.
 Setelah tabung diperkirakan penuh, maka bor
kemudian diputar untuk mematahkan contoh
tanah pada bagian dasarnya, lalu tabung
diangkat keluar tabung bor. Kedua ujung tabung
ditutup dengan parafin, untuk melindungi
contoh tanah dari penguapan dan perubahan
struktur dan selanjutnya diberi label.
 Setelah terambil, kedua ujung tabung yang
berisi tanah tersebut ditutup dengan parafin
supaya terjamin keasliannya. Contoh tanah asli
selanjutnya dikirim ke laboratorium mekanika
tanah untuk diperiksa/dianalisa guna
memperoleh parameter fisik dan keteknikan.

b. Tes Pit
Ukuran tes pit adalah 1,25 m x 1,25 m dengan
kedalaman sampai dengan 5 meter, pada muka
air tanah dangkal dilakukan dengan pemboran
sampai kedalaman 5 meter pada tes pit ini
diambil contoh tanah terganggu (disturbed).
Hasil penyelidikan tanah adalah deskripsi tanah
berupa log tes pit sebanyak 4 titik serta contoh
tanah terganggu (disturbed sample) untuk
pemadatannya di laboratorium.

c. Tes Permeabilitas
Tes permeabilitas dilakukan sekali per 1,5 – 3
meter dari kedalaman tes pit. Sebagai prinsip,
panjang masing-masing tahap harus kurang dari
5,0 meter dan tahap-tahap selanjutnya harus
dibor setelah tes sebelumnya selesai.

d. Pengujian Penetrasi Konus (CPT)


 Pengujian penetrasi kones belanda dengan
kapasitas 20 kN harus dilakukan pada lokasi
bangunan (jembatan, bangunan pengendali air)
dengan fondasi cerucuk.
 Peralatan yang akan dipergunakan harus sesuai
dengan kemungkinan labuh agar mencapai
penetrasi maksimum. Pengujian CPT dengan
penetrasi kurang dari 15 meter akan ditolak.
Unsur kones harus dapat mengukir tahanan
kones dan gesekan lokal. Untuk tujuan
ketelitian, manometer harus memiliki range
pencatat lebih kecil daripada 20 MN/m2.
 Grafik pengujian CPT harus digambarkan pada
skala vertikal 1 : 100, dengan kedalaman relatif
terhadap MSL. Skala untuk tahanan kones harus
10 mm per MN/m2 dan untuk gesekan lokal 10
mm per 25 kN/m2. Grafik tersebut juga harus
memperlihatkan nilai perbandingan gesekan
(gesekan lokal sebagai presentase tahanan
kones) pada sisi kanan grafik (10 mm = 2 %).
 Elevasi lapangan pada tempat pengujian CPT
harus dihubungkan pada tinggi referensi proyek.
7. SURVEY KAJIAN SOSIAL-BUDAYA, EKONOMI
DAN KELEMBAGAAN
Maksud dari survey ini adalah untuk mengetahui
perkembangan masyarakat di daerah survey.
Penilaian mengenai kondisi sosial-budaya, ekonomi
dan kelembagaan yang ada di daerah studi harus
dilakukan dari informasi statistik yang tersedia dan
dari wawancara narasumber dan dari orang-orang
yang tinggal di atau dekat daerah studi yang dipilih
secara acak.

 Pada areal-areal yang baru akan dikembangkan,


perhatian ditujukan pada penetapan
ketersediaan lahan untuk pemukiman baru dan
pada penilaian nilai dan kegiatan ekonomi yang
sekarang terjadi di daerah studi.
 Pada jaringan-jaringan yang sudah ada,
kegiatan survey tesebut khususnya harus
ditujukan pada praktek-praktek pertanian yang
ada dan anggaran tanaman, serta perubahan-
perubahan yang telah terjadi sejak awal
penempatan areal termasuk alasan-alasan
perubahan tersebut.
Variabel yang penting dalam survey kajian
sosial-budaya, ekonomi dan kelembagaan
adalah :
o Verifikasi nama, lokasi, batas dan ukuran
pemukiman yang ada, baik penduduk lokal
maupun warga transmigrasi, yang seluruh
atau sebagian terletak dalam daerah survey.
o Pengumpulan informasi statistik mengenai
jumlah penduduk, kondisi dan produksi lahan
pertanian dan lain-lain.
o Wawancara dengan petugas pemerintah
setempat, kepala desa dan nara sumber
lainnya. Untuk studi disain, contoh yang
diambil secara acak kira-kira 3 % dari jumlah
penduduk di areal tersebut harus
diwawancarai.
o Investigasi kegiatan ekonomi yang sekarang
di areal tersebut, lengkap dengan biaya dan
manfaat.
o Penilaian ketersediaan buruh, suplai
masukan dan fasilitas pemasaran, jaringan
transportasi dan distribusi.
o Inventarisasi kepemilikan lahan, konsesi
hutan dan tuntutan hukum dan biasa atas
areal tersebut.
Pada jaringan-jaringan yang sudah ada :

o Inventarisasi jaringan organisasi petani dan


daerah kerja pemerintah di lapangan
(pengamat, juru pengairan, PPL, dan lain-
lain).
o Inventarisasi data agronomi : pola tanam,
varitas, penggunaan masukan, hama dan
penyakit, anggaran tanaman.
o Uraian dan peta mengenai pengendalian air,
lahan rumah dan lahan usaha, jalan dan jalan
setapak, dan lain-lain.
o Mempersiapkan peta yang memperlihatkan
tata letak pemukiman, jalan penghubung,
dan areal-areal yang telah diusahakan untuk
musim hujan dan kemarau.

D. ANALISA DATA SURVEY DAN PEMANTAUAN


Data – data hasil survey dan pemantauan dikumpulkan
dan dianalisis guna mendapatkan gambaran yang
sebenarnya dilokasi penelitian, serta efek pengelolaan
air dan operasi pintu air terhadap kondisi tanah dan air.

E. PEMBUATAN DESAIN.
Kegiatan pembuatan desain ini berupa rancangan
jaringan tata air untuk pengelolaan air dilahan yang
dapat dikembangkan sesuai dengan tipologi dan
karakteristik lahan serta jenis tanaman yang
dibudidayakan.
Setelah data hasil survei investigasi selesai dianalisa,
hasilnya akan dapat digunakan untuk perencanaan
sistem jaringan reklamasi rawa. System planning
merupakan salah satu bagian keberlanjutan dalam SID
(Survey, Investigation and Design), yang merupakan
proses perencanaan tata guna lahan dan kebutuhan
infrastrukturnya. Sistem planning ini merupakan bagian
utama perencanaan pengembangan rawa, yang
didalamnya menjelaskan tentang hasil analisis
hidrotopografi, analisis hidrologi, analisis tanah
pertanian, analisis agronomi, yang kemudian
dirangkum dalam suatu rencana pengembangan yang
sesuai dengan kebutuhan petani, beserta segenap
sarana tata air, jaringan transportasi berikut tata cara
pengelolaan dan pemeliharaannya. Dengan tetap
memperhatikan kondisi lingkungan lokasi pekerjaan.

F. GAMBAR PENGUKURAN DAN PEMETAAN


Gambar Pengukuran dan Pemetaan dibuat dalam:

 Kertas Kalkir berat 90/95 gram ukuran A2.


 Fotocopy Ukuran A3
Gambar Pengukuran dan Pemetaan, mencakup :
1. PETA
 Peta situasi, skala 1 : 5.000 dan Peta Ikhtisar
1 : 25.000
 Peta klas Hidrotopografi / tipologi, skala1 :
5.0000
 Peta Wilayah Pengelolaan Air/System Jaringan
Tata Air 1 : 5000 dan Peta Tata Guna Lahan 1 :
5.000
 Peta Sebaran Produktifitas Lahan 1 : 5.000
 Peta Desain Rinci Tipical Eksisting dan Rencana
1 : 5.000
 Peta Elevasi Bangunan Air Eksisting dan Rencana
1 : 5.000
 Peta Zone Pengelolaan Air 1 : 5.000
2. GAMBAR
 Trace dan penampang saluran ( sesuaikan
dengan panjang dan perbedaan tinggi saluran )
Skala Panjang 1 : 1.000 atau Skala 1 : 2.000
Skala Tegak 1 : 100 atau Skala 1 : 200
 Penampang Melintang dengan :
Skala Panjang 1 : 100,
Skala Panjang 1 : 100
 Situasi tampak bangunan (exsisting/rencana)
skala 1 : 200 atau 1 : 100 atau 1 : 50 ( sesuai
dengan kondisi bangunan ). Apabila diperlukan
bangunan baru.
 Diskripsi dan foto Bench Mark (BM), Check Point
(CP).

12 KELUARAN : Keluaran yang dihasilkan dari pekerjaan desain rehabilitasi


daerah irigasi rawa adalah berupa:

a. Rencana Mutu Kontrak 3 Buku


b. Laporan Bulanan (4 Bulan) 8 Buku
c. Laporan Draft Pendahuluan (Bhn Diskusi)
20 Buku
d. Laporan Pendahuluan ( final ) 3 Buku
e. Laporan Draf Antara / Interim (Bhn Diskusi )
20 Buku
f. Laporan Antara / Interim ( final ) 3 Buku
g. Laporan Draf Akhir / Final (Bhn. Diskusi)
20 Buku
h. Laporan Akhir / Final 5 Buku
i. Executive Summary 5 Buku
a. Laporan Lapangan
• Laporan Survey Pengukuran Topografi 2 Buku
• Laporan Survey Hidrologi & Hidrometri 2 Buku
• Laporan Survey Geologi / Mekanika Tanah 2 Buku
• Laporan Survey Tanah Pertanian 2 Buku
• Laporan Survey Sosio Agro Ekonomi 2 Buku
b. Laporan Pendukung
• Laporan Topografi 3 Buku
• Laporan Hidrologi / Hidrometri (Kualitas Air, Neraca
Air) 3 Buku
• Laporan Geologi / Mekanika Tanah 3 Buku
• Laporan Tanah Pertanian 3 Buku
• Laporan Pengelolaan Air 3 Buku
• Laporan Sosial Ekonomi 3 Buku
• Laporan Kelembagaan 3 Buku
• Laporan Inventarisasi Basis Data 3 Buku
• Laporan Sistem Planning / Nota Desain 3 Buku
• Laporan Cost Estimate & Spesifikasi Teknik 3 Buku
• Laporan Manual O & P 3 Buku
• Laporan Lingkungan UKL/UPL 3 Buku
c. Laporan & Gambar dalam bentuk CD 3 Set
d. Copy Gambar Uk. A-3 (3 Rangkap) 1 Set

13 PERALATAN : Data dan fasilitas yang disediakan oleh Pejabat Pembuat


MATERIAL, Komitmen yang dapat digunakan dan harus dipelihara oleh
PERSONIL konsultan:
DARI PEJABAT  Kumpulan laporan terdahulu
PEMBUAT  Pejabat Pembuat Komitmen akan mengangkat Team
KOMITMEN Direksi atau wakilnya yang bertindak sebagai direksi
pengawas pekerjaan dalam rangka pelaksanaan
pekerjaan jasa konsultansi.
 Pejabat Pembuat Komitmen tidak menyediakan fasilitas
apapun.
14 PERALATAN : Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara semua
. DAN MATERIAL fasilitas dan peralatan yang digunakan untuk kelancaran
DARI pelaksanaan pekerjaan. Barang-barang yang disediakan
PENYEDIA oleh Penyedia Jasa Konsultansi adalah:
JASA  Menyediakan Base Camp dilapangan dilengkapi dengan
KONSULTAN peralatan yang dipergunakan.
 Menyediakan fasilitas transportasi yang sesuai dengan
keadaan dilapangan untuk inspeksi lapangan.
 Komputer, Printer dan Plotter.
 Peralatan Survey dan investigasi.
 Peralatan-peralatan untuk akomodasi pekerjaan
lapangan termasuk kebutuhan sosial dan pengeluaran-
pengeluaran lainnya.
15 LINGKUP : Penyedia Jasa berhak mengajukan pembayaran
. KEWENANGAN (termin) didasarkan pada kemajuan pekerjaan atau
PENYEDIA prestasi kerja yang dibuktikan dengan Berita Acara
JASA pemeriksaan pekerjaan sesuai dengan kegiatan
dilapangan, dan dilakukan secara bertahap.
16 JANGKA : Kegiatan ini dilaksanakan dalam jangka waktu 120 (seratus
. WAKTU dua puluh) hari kalender.
PENYELESAIAN
KEGIATAN

17 PERSONIL : Untuk melaksanakan pekerjaan ini dibutuhkan Tenaga Ahli


. yang memenuhi kualifikasi sekurang-kurangnya seperti
dibawah ini.
Posisi Kualifikasi Jumlah
Pendidika Pengalam Orang
Keahlian
n an Bulan
PROFESSIONAL STAFF
Team S2 Teknik Min. 4
SKA SDA
Leader (Ahli Sipil / (empat ) 4 bulan
(211) Madya
Rawa/SDA) Pengairan Tahun
Ahli
S1 Teknik
Hidrolika/ SKA SDA Min. 3
Sipil / 3 bulan
Hidrologi/ (211) Muda (tiga) tahun
Pengairan
Hidrometri
S1
SKA Geodesi Min. 3 2,5
Ahli Geodesi Teknik/Sipil
(217) (tiga) tahun bulan
Geodesi
Ahli
SKA
Konstruksi/ S1 Teknik Min. 3 2,0
Geoteknik
Mekanika Sipil (tiga) tahun bulan
(216)
Tanah
Ahli S1 Teknik Min. 3
Ijazah 1 bulan
Lingkungan Lingkungan (tiga) tahun
Ahli Sosial Min. 3
S1 Ekonomi Ijazah 1 bulan
Ekonomi (tiga) tahun
Ahli Tanah S1 Ijazah Min. 3 1,5
Pertanian Pertanian (tiga) tahun bulan

SUB PROFESSIONAL STAFF


Chief Min. 2
STM Sipil Ijazah 2 bulan
Surveyor (dua) tahun
Surveyor Min. 2 2 bulan
STM Sipil Ijazah
Topografi (dua) tahun x 2 Org
Surveyor
Min. 2
Hidrologi / SMK/SMA Ijazah 2 bulan
(dua) tahun
Hidrometri
Surveyor
Geologi / Min. 2 1,5
SMK/SMA Ijazah
Mekanika (dua) tahun bulan
Tanah
Surveyor Min. 2
SMK/SMA Ijazah 1 bulan
Lingkungan (dua) tahun
Surveyor
Sosial Min. 2
SMK/SMA Ijazah 1 bulan
Ekonomi (dua) tahun
Pertanian
Surveyor
Min. 2 1,5
Tanah SMK/SMA Ijazah
(dua) tahun bulan
Pertanian
PENDUKUNG
Tata Usaha SMA Ijazah 1 Orang 4 bulan
/ Umum/
Administrasi
Operator SMA Ijazah 1 Orang 4 bulan
Komputer
Operator DIII Teknik Ijazah 1 Orang 3 bulan
CAD Sipil x 3 org
18 JADUAL : Terlampir
. TAHAPAN
PELAKSANA
KEGIATAN
BULAN
No KEGIATAN
I II III IV
1. Pek. Pendahuluan
- Pengumpulan Data
- Survey Pendahuluan
2. Survey Lapangan
3. Penyusunan dan Analisa Data
4. Diskusi/Diseminasi Laporan
5. Pembuatan laporan

19 LAPORAN : Laporan Pendahuluan berisi antara lain tentang program


PENDAHULUAN kerja keseluruhan, peta titik-titik pengamatan, jadual
pelaksanaan, jadual penugasan personil, peralatan yang
dugunakan, hasil pembahasan studi terdahulu (bila ada)
hasil inventarisasi kondisi yang ada sekarang, kurva “S”
dan sebagainya seperti metode dan pengambilan data
sekunder.
Laporan pendahuluan ini harus diserahkan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen Perencanaan dan Program Balai
Wilayah Sungai Kalimantan I paling lambat dalam waktu 1
(satu) bulan setelah penandatangan kontrak untuk
didiskusikan.
Laporan Pendahuluan dibuat dalam rangkap 3
(tiga)

20 LAPORAN : Laporan bulanan memuat antara lain keterangan tentang


. BULANAN kemajuan kerja periode sebelumnya, masalah yang
dihadapi dan langka yang perlu diambil, serta pekerjaan-
pekerjaan yang akan dikerjakan pada periode berikutnya
desertai dengan kamajuan yang telah dicapai disertai
dengan kurva “S”.
Laporan Bulanan 1 harus diserahkan selambat-lambatnya
30 (tiga Puluh) hari kalender sejak SPMK diterbitkan
sebanyak 2 (dua) buku laporan.
Untuk laporan bulanan berikutnya diserahkan sesuai
dengan jadual pelaksanaan, dalam rangkap 2 (dua).

21 LAPORAN : Laporan ini menggambarkan skema umum jaringan,


. ANTARA tataguna lahan, termasuk jenis komoditi, type zona
pengelolaan air dan dasar pemilihan lay out /
pertimbangan–pertimbangannya seperti letak dan jenis
bangunan air, saluran. Konsep laporan ini harus
didiskusikan dulu sebelum difinalkan sebagai laporan
antara ( interim report ). Sebelum laporan antara
diserahkan kepada Tim Direksi Teknis terlebih dahulu
dilakukan diskusi pembahasan laporan antara.
Draf laporan antara sebagai bahan diskusi diserahkan
kepada tim direksi teknis sekurang-kurangnya 1 (satu)
minggu sebelum diskusi dilaksanakan. Laporan antara final
hasil perbaikan dari diskusi paling lama di serahkan kepada
tim direksi teknis 1 (satu) minggu setelah diskusi.
Persetujuan tim direksi menjadi salah satu syarat
pengajuan pembayaran selanjutnya.
Laporan Antara final diserahkan dalam rangkap 3
(tiga)

22 LAPORAN : Draf Laporan Akhir sekurang-kurangnya berisi :


. AKHIR a. Semua Informasi dan data awal
b. Perhitungan perencanaan
c. Gambar-gambar perencanaan
d. Rincian biaya dan volume
e. Perkiraan biaya ( EE )
f. Metode dan program pelaksanaan
g. Dokumen tender
h. Buku petunjuk manual O & P
Draf laporan akhir sebagai bahan diskusi di serahkan
kepada tim direksi teknis sekurang-kurangnya 1 (satu)
minggu sebelum diskusi dilaksanakan. Laporan akhir final
hasil perbaikan dari diskusi paling lama diserahkan ke tim
direksi teknis 1 (satu) minggu setelah diskusi dan telah
mendapat persetujuan tim direksi.
Laporan Akhir final diserahkan dalam rangkap 5
(lima)

23 PRODUKSI : Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini


. DALAM harus dilaksanakan Wilayah Negara Republik Indonesia
NEGERI kecuali ditetapkan lain dalam angka 4 KAK dengan
pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.
24 PERSYARATAN : Jika kerja sama dengan penyedia jasa konsultansi
. KERJA SAMA diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan jasa konsultansi ini
maka persyaratan berikut harus dipenuhi:
1. Surat Kerja Sama Operasi/KSO

25 PEDOMAN : Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan


. PENGUMPULA berikut:
N DATA  Memenuhi Parameter–Parameter untuk perencanaan
LAPANGAN Irigasi Rawa.
 Mengacu kepada Pedoman / Petunjuk Teknik dan
Manual ( Standar Perencanaan Irigasi ).
26 ALIH : Jika diperlukan, Penyedia Jasa Konsultan berkewajiban
. PENGETAHUAN untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan
dalan rangka alih pengetahuan kepada personil
proyek/Satuan Kerja Pejabat Pembuat Komitmen.

27 PERTEMUAN : Dalam melakukan Studi Identifikasi Desain Peningkatan


. KONSULTANSI Fungsi Daerah Irigasi Rawa Kabupaten Sambas, penyedia
PUBLIK jasa diwajibkan melakukan Pertemuan Konsultansi Publik
guna memberikan informasi tentang kepada masyarakat,
pertemuan ini dilaksanakan sebanyak 1 (satu) kali dengan
masyarakat.

Pontianak, Mei 2018

Mengetahui,
Perencanaan Umum dan Program

AGUNG PURNAYUDHA, ST, MPSDA


NIP. 19841028 200912 1 001

Anda mungkin juga menyukai