PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kawah Gunung Gede dengan Gunung Pangrango di latar belakang (foto Balai Besar TNGGP)
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 1
Pada saat ini telah ada batas-batas kawasan dan zonasi Cagar Biosfer Cibodas
yakni jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur
dan Kabupaten Sukabumi. Namun karena penetapannya dahulu belum
mempertimbangkan berbagai aspek baik ekologis maupun politis pemerintahan
di daerah, serta belum pernah dilakukan konsultasi publik secara luas maka
batas cagar biosfer dan zonasi diperlukan penyempurnaan untuk menyesuaikan
dengan kondisi lingkungan strategis terkini dan dengan dasar kriteria yang
secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.
2. Tujuan
Tujuan dari dari kegiatan ini yang merupakan “Komponen 2.2.: “Data and
Information on Design and Zonation Border Of Cibodas Biosphere Reserve” adalah
sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data dan informasi terkait potensi dan kondisi desa-desa
yang tercakup di dalam Cagar Biosfer Cibodas di tiga (3) Kabupaten: Bogor,
Cianjur dan Sukabumi, serta data umum terkait tata ruang untuk Provinsi
Jawa Barat;
b. Menganalisis data sebagaimana pada butir a untuk mengkaji kembali batas-
batas zona Cagar Biosfer Cibodas;
c. Mengusulkan disain dengan batas-batas baru Cagar Biosfer Cibodas
berdasar analisis pada butir b;
d. Merekomendasikan arahan atau kebijakan pengelolaan pada zona baru
yang diusulkan.
3. Metoda
Metoda secara khusus dalam analisis zonasi cagar biosfer diuraikan di dalam
bab lain mengenai Zonasi Cagar Biosfer Cibodas. Untuk metoda secara umum
diuraikan sebagai berikut:
a. Data spasial diperoleh dari berbagai sumber sepert Balai Besar TN Gunung
Gede Pangrango, Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan,
Bakosurtanal, Bappeda Provinsi Jawa Barat dan Bappeda Kabupaten Bogor,
Cianjur dan Sukabumi. Data spasial diolah dalam platform GIS dengan
perangkat lunak ArcGIS Ver. 9.3 (ESRI, 2008);
b. Data tekstual seperti kondisi sosial ekonomi masyarakat diambil dari
statistik di tingkat desa, kecamatan atau kabupaten yang diverifikasi dengan
wawancara (survei) lapangan selama masing-masing 10 hari untuk setiap
kabupaten dengan surveyor masing-masing kabupaten sebanyak 3 orang.
c. Analisis zonasi Cagar Biosfer Cibodas dengan mengevaluasi batas cagar
biosfer lama melalui analisis keterkaitan dan ketersambungan ekologis desa-
desa yang seharusnya berada di dalam cagar biosfer.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 2
d. Analisis GIS dengan menggabungkan data spasial dari butir a dengan data
tekstual dari butir b untuk memberikan usulan rekomendasi arahan
pengelolaan masing-masing zona.
e. Menyusun Naskah Akademik Peraturan Daerah dan atau Keputusan
Bersama Gubernur Jawa Barat dengan Menteri Kehutanan.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 3
B. ZONASI CAGAR BIOSFER CIBODAS
1. Konsep Cagar Biosfer dalam Konteks Wilayah Kabupaten Bogor, Cianjur dan
Sukabumi serta Provinsi Jawa Barat
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 4
Gambar 1. Konsep Pengelolaan Cagar Biosfer
Diantara peraturan tersebut adalah Keppres 114 Tahun 1999 tentang Penataan
Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur dan yang terbaru adalah Undang undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang ditindaklanjuti dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dimana kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-
Puncak-Cianjur (Jabodetabekpunjur) ditetapkan sebagai Kawasan Strategis
Nasional. Pelaksanaan UU dan PP tersebut telah juga diatur melalui Peraturan
Presiden No 54/2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur,
yang memerlukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang secara terpadu sebagai alat koordinasi
pelaksanaan pembangunan lintas wilayah pada Kawasan Jabodetabekpunjur.
Melalui Perpres 54/2008 ini, diharapkan dapat terwujud keterpaduan
penyelenggaraan penataan ruang antardaerah pada kawasan
Jabodetabekpunjur serta terkembangkannya perekonomian wilayah yang
produktif, efektif dan efisien. “Kebijakan penataan ruang Kawasan
Jabodetabekpunjur diarahkan pada keterpaduan penyelenggaraan penataan
ruang kawasan dalam rangka mewujudkan keseimbangan antara
pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan hidup”. Konsep ini
bertujuan untuk menselaraskan antara program Pengelolaan Sumber Daya
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 5
Alam dan Konservasi Keanekaragaman Hayati dengan Pembangunan
Berkelanjutan.
Perubahan tata ruang dan mandat keterpaduan pada Perpres 54/2008 ini sangat
relevan dengan penerapan konsep cagar biosfer (UNESCO-Man and Biosphere
Program) pada Cagar Biosfer Cibodas. Namun demikian mengingat kawasan ini
sudah sangat berkembang maka diperlukan disain zonasi yang lebih fleksibel
dengan kondisi terkini tanpa mengabaikan prinsip-prinsip pengelolaan cagar
biosfer. Dalam kaitan ini disain zonasi Cagar Biosfer Cibodas sebagai landasan
utama dalam membuat arahan program pengelolaan, peraturan perundangan
dan rencana kegiatan dalam setiap zona cagar biosfer harus dilandasi oleh
sistem legal yang memadahi. Dalam konteks ini Undang-undang No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang beserta aturan pelaksanaannya akan menjadi
dasar legal yang cukup kuat dalam mendisain zonasi Cagar Biosfer Cibodas.
Cagar Biosfer Cibodas ditetapkan pada tahun 1977 dengan area inti pada saat
itu berupa Cagar Alam Cibodas-Gunung Gede (1040 Ha), Cagar Alam Gunung
Gede Pangrango (14.000 ha), Taman Wisata Situ Gunung (100 Ha) dan Cagar
Alam Cimungkat (56 Ha), yang kemudian menjadi Taman Nasional Gunung-
Gede Pangrango (TNGGP) seluas seluas 15.196 ha yang ditetapkan pada tahun
1980. Cagar Biosfer Cibodas yang secara administratif terletak di tiga wilayah
kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi mempunyai batas
luar berupa jalan raya lingkar Ciawi, Puncak, Cianjur, Sukabumi, Ciawi. Secara
geografis kawasan ini terletak pada 106051’ – 107002’ BT dan 6041’ – 6051’ LS.
Penetapan batas buatan berupa jalan raya pada Cagar Biosfer Cibodas
dimaksudkan untuk mempermudah dileniasi di lapangan. Namun demikian,
daerah-daerah penting di sebelah luar jalan dikeluarkan dari sistem pengelolaan
cagar biosfer. Sebagai contoh Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Telaga
Warna yang letaknya sangat berdekatan dan secara ekologis mempunyai
kedekatan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berada di luar
sistem Cagar Biosfer Cibodas. Zonasi Cagar Biosfer Cibodas ditetapkan dengan
area inti berupa TN Gunung Gede Pangrango dengan Zona Penyangga berupa
kawasan perkebunan, dan desa wisata, serta sisanya berupa Area Transisi.
Gambar 2 memperlihatkan zonasi Cagar Biosfer Cibodas.
Luas total Cagar Biosfer Cibodas saat ini adalah sekitar 108.000 ha dengan
zonasi yang memperlihatkan batas luar yang jelas, namun batas antar zona,
terutama antara zona penyangga dengan area transisi masih belum terlalu jelas
karena merupakan batas imajiner yang berupa hasil “GIS buffering” di atas peta
dengan jarak buffer sekitar 2 km dari batas luar kawasan taman nasional. Area
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 6
Inti berupa taman nasional yang pada saat ditetapkan luasnya 15.196 ha dengan
batas-batas berupa pal batas taman nasional. Zona Penyangga ditetapkan
berupa Perkebunan Teh PTP Gunung Mas, Taman Safari Indonesia Peternakan
Tapos dan Kampung Wisata Pancawati dengan luas sekitar 12.700 ha. Zona
terluar berupa Area Transisi merupakan pemukiman dan lahan budidaya
lainnya termasuk hutan produksi (yang dengan Keputusan Menteri Kehutanan
No. 174 Tahun 2003 telah dirubah statusnya menjadi areal perluasan taman
nasional) dengan luas area transisi sekitar 80,104 ha yang seluruhnya dibatasi
oleh Jalan Raya Gadog-Ciawi-Sukabumi-Cianjur-Puncak-Gadog.
Secara umum zonasi Cagar Biosfer Cibodas menunjukkan bentuk yang ideal,
dimana area inti sepenuhnya dikelilingi oleh zona penyangga dan di bagian
paling luar sepenuhnya dikelilingi area transisi. Namun demikian zonasi
tersebut ditetapkan tidak melalui analisis yang lebih mendalam dan hanya
dilakukan di atas peta dan menggunakan kriteria yang terbatas, maka
penerapan di lapangan dapat menimbulkan masalah, terutama karena belum
pernah dikonsultasikan secara publik dan batas-batasnya imajiner, kecuali batas
terluar.
Selain itu walaupun penggunaan jalan raya sebagai batas cagar biosfer dapat
memudahkan dalam pengelolaan dan dilineasi, dari sisi ekologis dan penetapan
dasar legal dapat menyulitkan. Banyak desa yang terpotong oleh jalan raya
sehingga hanya sebagian wilayah desa yang masuk dalam sistem cagar biosfer.
Hal tersebut dapat menyulitkan apabila cagar biosfer telah mempunyai dasar
legal dimana ada suatu wilayah administratif (desa) yang hanya sebagian diatur
dan dikenai pembatasan-pembatasan, padahal satu desa tersebut mempunyai
kharakteristik yang homogen. Gambar 3 memperlihatkan wilayah-wilayah
administrasi (desa) yang berada di batas wilayah cagar biosfer yang terpotong
oleh jalan raya.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 7
Gambar 2. Zonasi Cagar Biosfer Cibodas Saat Ini
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 8
3. Usulan Zonasi Cagar Biosfer Cibodas
a. Metoda
Data yang dikumpulkan berupa data spasial dan data tekstual. Data spasial
terdiri dari peta-peta sebagai berikut (dapat dilihat pada Lampiran 3 –
Lampiran 11):
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 9
Gambar 3. Wilayah Administrasi Desa Cagar Biosfer Cibodas
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 10
Batas Cagar Biosfer Cibodas direvisi dengan Jalan Lingkar Ciawi-Sukabumi-
Cianjur-Cipanas-Ciawi sebagai referensi, namun dengan memasukkan bagian
dari desa yang terpotong jalan, memasukkan Cagar Alam (CA) dan Taman
Wisata Alam (TWA) Telaga Warna dan memasukkan desa-desa dengan
tutupan lahan baik berdasarkan citra satelit.
Dalam analisis ini, dihindari adanya suatu desa yang terbagi menjadi lebih
dari satu zona (terpotong oleh batas), hal ini dikarenakan tidak tepat dari sisi
ekologis misalnya suatu desa menerapkan arahan menejemen yang berbeda
berdasarkan zona, sehingga akan memotong koridor ekologis yang ada pada
area tersebut dan akan menyulitkan pengaturan arahan pengelolaan
selanjutnya.
Dengan justifikasi dan analisis ini, dapat dimungkinkan beberapa desa yang
pada penetapan kawasan CBC tahun 1977 masuk sebagai zona penyangga
akan masuk ke dalam zona transisi atau sebaliknya.
Tahap 2:
Membuat daftar daerah sekitar TNGGP dan CA DAN TWA Telagawarna dan
desa-desa di sekelilingnya beserta kondisi saat ini.
Tahap 3:
Membuat analisis potensi daerah sekitar TNGGP dan CA dan TWA
Telagawarna dan desa-desa di sekelilingnya, serta membuat analisis
kemungkinan pengembangan daerah tersebuut berdasar potensi masing-
masing desa sebagai berikut:
a. Potensi Sosial dan Ekonomi
b. Potensi Budaya
c. Potensi Wisata
d. Kegiatan saat ini (pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, bisnis,
usaha industri rumah tangga, potensi konflik penggunaan lahan yang
tidak sesuai dengan peruntukannya seperti pemukiman di atas resapan
air, dan sebagainya)
e. Kemungkinan pengembangan wilayah untuk mendukung Cagar Biosfer
Cibodas, keterkaitan dengan TNGGP dan Telagawarna dan
pengembangan wilayah setempat
Tahap 4:
Klasifikasi kemungkinan pengembangan kegiatan di dalam setiap zona,
seperti berikut:
1. Area Inti:
a. Kawasan terbatas
b. Penelitian dan pemantauan keanekaragaman hayati dan fitur fisik
lainnya
c. Ekoturisme, wisata budaya dan religi
d. Pendidikan Konservasi
e. Pengendalian melalui pemanfaatan HHBK IAS
f. Pemanfaatan jasa ekosistem
g. Restorasi
2. Zona Penyangga
a. Ekoturisme dan turisme berbasis alam
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 12
b. Pendidikan Konservasi
c. Konservasi ex situ
d. Pertanian berkelanjutan, seperti pertanian organik, peternakan
terpadu dengan pengembangan energi alternatif (misalnya biogas),
daur ulang, dsb.
e. Perkebunan ramah lingkungan
f. Ekonomi berkelanjutan
g. Cagar budaya
h. Pendidikan lingkungan
3. Area Transisi
a. Industri ramah lingkungan
b. Pemukiman ramah lingkungan
Tahap 5:
GIS Analisis, klasifikasi poligon berdasar kelas kemungkinan pengembangan
kegiatan sebagaimana dihasilkan dalam analisis tahap 4.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 13
Data Peta
Start 1. Dokumen RTRW
1. Peta Taman Nasional Gn Gede
2. Peta Citra Satelit Resolusi Tinggi
Nasional, Provinsi,
(Quickbird, 2009)
Kabupaten, 3. Peta Desa di sekitar TNGGP
2. Data Statistik Desa, 4. Peta Kawasan Lindung Jabar
3. Informasi Lapangan 5. Peta Kawasan Non Lindung Jawa Barat
6. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung
Gede Pangrango
7. Peta Rencana Pola Ruang Jabar
8. Peta Arahan Penanganan Kawasan
Strategis
9. Peta dasar berupa Peta Rupa Bumi
10. Peta Batas Cagar Biosfer Cibodas 1977
Yes No
Desa Transisi d
Desa Penyangga n Batas Luar
Area Transisi
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 14
c. Hasil Analisis dan Usulan Zonasi Cagar Biosfer Cibodas
1. Analisis Zonasi
Konsep zonasi pada cagar biosfer didisain cukup fleksibel dan dapat
diimplementasikan dalam berbagai cara untuk memenuhi atau
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Di Indonesia cagar
biosfer umumnya dibangun dengan taman nasional (walaupun UU 5/90
menyebut bahwa cagar biosfer merupakan kawasan suaka alam) sebagai
area inti yang dikelilingi oleh zona penyangga dan area transisi yang
dikelola sedemikian rupa untuk mendukung upaya konservasi
keanekaragaman hayati di dalam kawasan konservasi.
Selain itu, dengan berubahnya batas cagar biosfer, maka Cagar Alam
dan Taman Wisata Alam Telaga Warna yang pada batas lama berada
di luar sistem cagar biosfer, namun yang sebenarnya mempunyai tipe
ekosistem yang berkaitan dengan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango akan masuk ke dalam sistem cagar biosfer. Dengan
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 15
demikian area inti Cagar Biosfer Cibodas menjadi dua kawasan
konservasi.
b) Area Inti
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 16
Gunung Pangrango (foto Balai Besar TNGGP)
Tahun 1889, areal hutan antara Kebun Raya Cibodas dan Air Panas
ditetapkan sebagai Cagar Alam. Setelah tahun 1919, suatu kawasan
cagar alam ditetapkan. Komitmen utama dimulai tahun 1978, ketika
kawasan seluas 14,000 hektar, yang terdiri dari 2 puncak utama dan
lerengnya yang luas, ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Gunung Gede
Pangrango. Akhirnya, tahun 1980, seluruh kawasan terpisah-pisah ini
digabung menjadi TN Gunung Gede Pangrango.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 17
Kantong Semar, Nephentes sp. ditemukan umumnya di bagian tengah ekosistem
pegunungan dan Edelweis, Anaphalis javanica penghuni puncak gunung
(foto Balai Besar TNGGP)
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 18
Owa Jawa (Hylobates moloch).
TNGGP merupakan habitat
terakhir, dengan populasi
yang sudah sangat kritis.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 19
Danau Telaga Warna di TWA Telaga Warna (foto: Agus Sartono, Ditjen PHKA)
Kawasan ini termasuk tipe hutan hujan pegunungan dengan jenis flora
yang beraneka ragam mulai dari jenis pohon, liana, dan epiphyt. Jenis
pohon yang mendominasi kawasan ini adalah jenis beleketebe (Sloanea
sigun), saninten (Castanopsis argentea), dan kibangkong (Palaquium
microphyllum). Jenis satwa liar yang terdapat di kawasan ini yaitu
macan tutul (Pantera pardus), babi hutan (Sus vitatus), jelarang (Ratufa
bicolor), mencek (Muntiacus muntjak), kera ekor panjang (Macaca
fascicularis), lutung (Tracypithecus auratus), surili (Presbytis comata), ular
sanca (Phyton reticulatus), elang ular (Spilornis chela), burung kacamata
gunung (Zosterops montanus) dan lain-lain.
c) Zona Penyangga
Usulan zona penyangga Cagar Biosfer Cibodas terdiri dari 119 desa
dengan kriteria sebagaimana diuraikan di dalam metoda. Daftar desa
penyangga dapat dilihat dalam Tabel Lampiran 1.
Areal esk PHBM ini dulunya merupakan hutan produksi yang dikelola
oleh Perum Perhutani dan sekarang pengelolaannya telah diserahkan
kepada Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (sebagai
areal perluasan), pencurian kayu bakar, dan perburuan terhadap
tumbuhan dan satwa liar.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 23
Konflik tataguna lahan yang terjadi di Zona Penyangga Cagar Biosfer
Cibodas yang masuk dalam wilayah Kabupaten Bogor berupa konflik
vertikal, yaitu konflik antara warga dengan kawasan konservasi
berupa penggarapan di areal eks-PHBM. Areal eks PHBM ini dulunya
merupakan hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani dan
sekarang pengelolaannya telah diserahkan kepada Balai Besar Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (sebagai areal perluasan),
pencurian kayu bakar, dan perburuan terhadap tumbuhan dan satwa
liar.
d) Area Transisi
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 24
Kondisi desa-desa di area transisi secara umum dapat diuraikan
berdasarkan kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur, Kabupaten
Sukabumi dan Kabupaten Bogor sebagai berikut.
Kabupaten Cianjur
Berdasarkan data statistik Kecamatan Cianjur dalam Angka Tahun
2009, 2010, dan 2011, jumlah desa yang masuk ke dalam Zona
Transisin Cagar Bosfer Cibodas adalah 21 (dua puluh satu) Desa. Desa-
desa tersebut termasuk dalam 7 (tujuh) kecamatan sebagaimana
diuraikan dalam tabel Lampiran 2. Secara umum kondisi topografi
desa-desa dalam area tersebut bervariasi mulai dari kondisi berbukit,
landai sampai dengan datar, dan berada pada ketinggian 1.200 m dpl.
Kondisi topografi yang demikian menjadi pendukung kegiatan
pertanian, perkebunan, peternakan dan pariwisata yang menjadi
komoditi utama desa-desa tersebut. Tutupan lahannya kabupaten
Cianjur sebagian besar didominasi lahan persawahan dan sebagian
kecil lainnya terdiri dari lahan perkebunan, pemukiman, dan areal
peruntukan lainnya.
Kabupaten Sukabumi
Di wilayah kabupaten Sukabumi, terdapat 38 (tiga puluh delapan)
desa yang masuk dalam 10 (sepuluh) kecamatan di dalam Zona
Transisi Cagar Biosfer Cibodas. Secara umum kondisi topografi desa-
desa ini landai dengan kondisi tutupan lahan berupa pertanian (sawah
irigasi), perkebunan dan APL. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
mata pencaharian penduduk yang mayoritas petani dengan komoditi
utama berupa padi dari sawah irigasi.
Kabupaten Bogor
Zona Transisi Cagar Biosfer Cibodas wilayah Kabupaten Bogor
meliputi 5 (lima) kecamatan dengan jumlah desa transisi sebanyak 19
(sembilan belas) desa. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian
sebagai petani tanaman pangan dan sayuran. Kondisi topografi desa-
desa tersebut berbukit dan landai, serta tutupan lahan yang di
dominasi oleh sawah tadah hujan dan pemukiman. Konflik tata guna
lahan yang banyak terjadi adalah ketidaksesuaian anatara RTRW
dengan pemnafaatannya, contohnya kawasan yang diperuntukan
sebagai daerah resapan air dansawah tadah hujan ternyata menjadi
areal pemukiman dan kawasan industri tidak ramah lingkungan.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 26
Gambar 5. Cagar Biosfer Cibodas Usulan Baru
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 27
2. Peta Area Inti Cagar Biosfer Cibodas
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 28
Gambar 6. Peta Area Inti Cagar Biosfer Cibodas
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 29
Gambar 6a. Zonasi di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 30
Gambar 7. Zona Penyangga dan Area Transisi Cagar Biosfer Cibodas
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 31
C. ARAHAN PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 33
(penyelamatan), study (penelaahan), dan use (Pemanfaatan). Ketiga tahapan
ini tidak selalu bersifat runtut (sequential) tetapi sering berjalan bersamaan
(simultaneously). Pada umumnya kawasan konservasi di Indonesia masih
pada tahap penyelamatan, yaitu penetapan suatu kawasan dengan luasan
tertentu yang mengandung ekosistem tertentu beserta komponen
pendukungnya.
Menurut data yang ada, 260 dari 450 jenis burung di Jawa bisa
ditemukan di TNGP; 21 dari 25 jenis endemik Jawa juga hidup di
kawasan ini, termasuk elang jawa (Spizaetus bartelsi) yang telah
diresmikan sebagai satwa dirgantara. Macan tutul (Panthera pardus)
merupakan predator terbesar di kawasan ini. Selain itu terdapat
sekitar 110 jenis mamalia lain seperti, anjing hutan (Cuon alpinus),
kijang (Muntiacus muntjak), owa (Hylobates moloch) dan surili
(Presbytis comata). Tercatat sekitar 75 jenis binatang melata
berkembang di Taman Nasional ini, antara lain bunglon
(Pseudocalotes tymanistriga dan P. chamaeleontinus), bengkarung
(Mabuya multifasciata), ular sanca (Python reticulatus), ular hijau
(Ahaetulla prasina).
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 36
Owa Jawa,
(Hylobates moloch)
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 37
d. Potensi Keunikan Fenomena Alam
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 38
Adapun jenis-jenis kegiatan yang akan, sedang dan atau telah
dikembangkan, antara lain:
1. Wisata Minat Khusus, antara lain Bird watching, eksplorasi fauna
(ekplorasi Owa Jawa, Phantera watching, Raptor exploration, dll),
pengamatan flora, pengamatan kawah, dll.
2. Hiking ke Puncak Gunung Gede dan Puncak Pangrango.
3. Wisata Pendidikan (Education tourism) antara lain: School visit,
kemah konservasi, outbound.
4. Wisata Petualangan bersama Polhut (Ranger patrol)
5. Wisata Budaya, pengamatan kehidupan budaya Cimandean di
Desa Cimande
6. Wisata Ziarah; situs legenda batu dongdang, sejarah Eyang
Suryakencana, dll
7. Rekreasi ke air terjun.
8. Wisata ke Puncak Gunung Gede dan Pangrango dengan skyline
TWA Telaga Warna yang terletak di sekitar Puncak dan tidak jauh dari jalan
raya Bogor - Cianjur memiliki pemadangan alam yang indah dengan udara
yang sejuk. Di samping itu juga terdapat danau alam dengan kondisi
alamnya yang relatif masih utuh merupakan daya tarik tersendiri bagi
wisatawan. Di TWA Telaga Warna juga terdapat obyek wisata budaya berupa
makam keramat yang sering dikunjungi para peziarah. Kegiatan wisata yang
dapat dilakukan antara lain menikmati panorama dan keindahan alam, foto,
pengamatan burung dan lintas alam. Fasilitas yang telah tersedia bagi
wisatawan antara lain pusat informasi, jalan setapak, MCK, Shelter dan Pos
Jaga.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 40
c. Taman Wisata Alam Jember
Potensi yang dimiliki TWA Jember selain bentang alam juga terdapat flora
dan fauna yang dilindungi seperti kantong semar, elang jawa, kancil dan lain
sebagainya. TWA Jember juga dapat menjadi home range dari berbagai
satwa yang berasal dari TN Gunung Gede Pangrango juga CA/TWA
Telagawarna mengingat letaknya yang bersebelahan dengan kata lain adalah
koridor satwa area inti cagar biosfer cibodas. Oleh karena itu dalam
pengelolaanya mengacu pada pengelolaan kawasan hutan konservasi
Secara rinci arahan pengelolaan di zona inti dan area transisi diuraikan dalam
bagian di bawah ini.
a. Ekowisata
Hampir seluruh area dalam wilayah cagar biosfer mempunyai potensi wisata
yang dapat dikembangkan seperti flora, fauna, gejala alam, dan budaya.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 41
Dalam pengelolaan kepariwisataan alam (ekoturisme) secara umum di Cagar
Biosfer Cibodas (CBC), Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Alam,
merupakan aset bagi kesinambungan pengembangan pariwisata suatu
kawasan CBC, disamping sarana dan prasarana pendukung, serta
publikasinya yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pemanfaatan ekowisata pada areal inti kawasan suatu taman nasional harus
mengacu pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2010 dimana setiap
pengguna areal inti untuk kepentingan wisata diwajibkan mengajukan Ijin
Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA).Dalam pelaksanaannya kegiatan
ekowisata yang dijalanakan harus melibatkan para pihak, diantaranya
pemerintah pusat/daerah, swasta, masyarakat local, dan LSM serta Perguruan
Tinggi. Ekowisata juga harus dapat memberikan nilai ekonomi bagi kegiatan
ekosistem di dalam lingkungan yang dijadikan obyek wisata.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 42
Apabila kemungkinan-kemungkinan bentuk kegiatan di atas dapat
dilaksanakan di dalam kawasanCagar Biosfer Cibodas , maka ekowisata
akan melahirkan beberapa keuntungan, antara lain;
1) Menghasilkan keuntungan secara langsung untuk pelestarian
lingkungan;
2) Memberikan keuntungan secara langsung dan tidak langsung bagi para
pihak terkait (stakeholders), misalnya pendapatan ekonomi bagi
pemandu wisata lokal, retribusi bagi pemerintah setempat, dll;
3) Membangun konstituen atau dukungan bagi konservasi di tingkat lokal,
nasional dan internasional;
4) Mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan;
5) Mengurangi ancaman terhadap kenekaragaman hayati yang ada di
obyek wisata tersebut.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 43
Gambar 8. Arahan Pengelolaan untuk Ekoturisme
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 44
b. Pendidikan Konservasi/Lingkungan
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 45
Metoda tersebut adalah :
a. Memasukkan Pendidikan konservasi/lingkungan pada pendidikan
formal berupa muatan local di sekolah dari tingkat SD sampai dengan
Perkuliahan, baik dengan cara menyisipkan maupun penyampaian
secara keseluruhan
b. Pendidikan konservasi dilaksanakan di luar pendidikan formal seperti
Pembinaan kepada kelompok penggiat alam, atau acara-acara yang
berbasis konservasi (pameran, Lomba-lomba, siaran media elektronik
atau cetak).
Area inti kawasan Cagar Biosfer Cibodas dapat dijadikan area praktek
lapang dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan konservasi tersebut. Untuk
area penyangga dan transisi dapat dijadikan sebagai subjek pendidikan
konservasi yang akan disampaikan kepada masyarakat usia dini, sebagai
salah satu target dari arahan kebijakan ini merupakan masyarakat usia dini.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 46
Gambar 9. Peta Lokasi-Lokasi untuk Arahan Pengelolaan Pendidikan Konservasi dan Lingkungan
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 47
c. Pertanian/Peternakan Berkelanjutan
Pilihan yang tepat untuk pertanian saat ini adalah pertanian berkelanjutan.
Pertanian berkelanjutan merupakan pertanian yang memacu peningkatan
produksi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu contoh
pertanian berkelanjutan adalah pertanian organik. Perkembangan pertanian
organik dalam 10 tahun terakhir yang dirasa menjadi langkah positif dalam
menjembatani antara kepentingan produksi pertanian dalam mencukupi
kebutuhan pangan dengan tuntutan akan kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 48
suatu ajakan moral untuk berbuat kebajikan pada lingkungan sumber daya
alam dengan mempertimbangkan tiga aspek sebagai berikut :
1) Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian
tidak boleh menyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbangan
adalah indikator adanya harmonisasi sistem ekologis yang
mekanismenya dikendalikan oleh hukum alam.
2) Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus
mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri juga bagi
orang lain, untuk jangka pandek dan jangka panjang, serta bagi
organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi.
3) Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian
harus selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan
dijunjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya. Sebagai contoh, seorang
petani akan mengusahakan peternakan ayam dipekarangan milik sendiri.
Mungkin secara ekonomis dan ekologis menjanjikkan keuntungan yang
layak, namun ditinjau dari aspek sosial dapat memberikan aspek yang
kurang baik misalnya, pencemaran udara karena bau kotoran ayam.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 49
2) Sistem terasering
Untuk kondisi daerah pertanian yang relatif miring/terjal dapat
menggunakan sistim terasering, untuk menghidari terjadinya erosi;
3) Menggunakan pestisida biologis
Penggunaan pesstisidan botani sebagai pembasmi hama seperti
penggunaa tumbuhan cabe untuk mengusir serangga, atau penggunaan
bahan kimia yang masih diperbolehkan dalam batas tertentu, seperti
halnya penerapan pengendalian hama terpadu (PHT).
4) Menggunakan sistem mekanis/pengolahan manual seperti bajak dengan
kerbau.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 50
sehingga cagar biosfer merupakan kawasan yang sempurna untuk
mengimplementasikan pendekatan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dengan membangun tiga pilar yaitu ekonomi, sosial dan
lingkungan secara selaras dan seimbang, pada tingkat lokal (tapak).
Banyak sekali desa yang mempunyai potensi pertanian berada di dalam zona
penyangga CBC untuk pengembangan sistem pertanian keberlanjutan,
misalnya Desa Cileungsi Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Jumlah
penduduk desa ini sebanyak 7.252 jiwa, dengan luas wilayah 365,9 ha (sawah
130 ha, pekarangan dan perumahan 16.6 ha, ladang dan empang 216 ha). Dari
luasan sawah ini, hasil panen yang dapat dicapai per ha adalah 6,30 ton/ha.
Desa ini juga merupakan daerah penghasil produksi buah-buahan (yaitu
alpukat, durian, pepaya, nenas dan pisang), penghasil palawija (yaitu jagung,
ubi kayu dan ubi jalar, kacang tanah), penghasil sayuran (yaitu bawang daun,
petsai sawi, wortel, kacang merah, kacang panjang, cabe, tomat, terong,
buncis, mentimun dan labu).
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 51
Gambar 10. Pertanian/Peternakan Berkelanjutan
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 52
d. Perkebunan Ramah Lingkungan
Kawasan Cagar Biosfer Cibodas terdiri dari beberapa wilayah desa yang
terletak di area penyangga dan area transisi. Sebagian besar penduduk desa
tersebut berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di
sektor tradisional maupun modern, terdapat beberapa potensi bentuk usaha
kecil atau usaha rumah tangga yang berada di desa CBC tersebut diantaranya
home industry, nursery, dan flories yang mana dipandang perlu adanya
dukungan dari berbagai pihak yang berkepentingan (pemerintah, swasta,
dan masyarakat di tingkat nasional, regional maupun local).
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 55
pemeliharaan sumber daya alam secara ekologis sekaligus layak secara
ekonomi juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 57
Gambar 12. Ekonomi Berkelanjutan
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 58
f. Cagar Budaya
Cagar Budaya dan kebudayaan merupakan unsur yang sangat erat kaitannya,
apabila dilihat dari pengertiannya Kebudayaan (culture) adalah keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk
memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman
tingkah lakunya. Kebudayaan terdiri atas unsur-unsur universal, yaitu :
bahasa, teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan,
religi dan kesenian dan tersistem dalam tiga wujud ialah : ide, aktivitas, dan
kebendaan yang masing-masing biasanya disebut sistem budaya atau sistem
adat istiadat, sistem sosial dan kebudayaan kebendaan. Adapun pengertian
dari Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda
Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar
Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses
penetapan (UU No. 11 Tahun 2010).
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 60
Gambar 13. Cagar Budaya
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 61
g. Industri Ramah Lingkungan
Ada beberapa konsep yang harus dijalankan oleh setiap industri dalam
pembangunan industri berwawasan lingkungan diantaranya :
1) Minimalisasi limbah
2) Pencegahan pencemaran
3) Produksi bersih
4) Responsible care
5) Eko efisiensi (Eco-efficiency) atau efisiensi sumber daya dalam proses
produksi
6) Pembatasan pemakaian bahan-bahan b
7) Desain berwawasan lingkungan
8) Produktivitas ramah lingkungan
9) Produk ramah lingkungan
10) Mengubah limbah menjadi produk
11) Pertukaran limbah
12) Bursa limbah
13) Kawasan industri berwawasan lingkungan
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 63
Jika melihat bahwa sekitar kawasan Cagar Biosfer Cibodas (CBC) dikelilingi
oleh kawasan industri yang jika dalam pengelolaannya tidak berwawasan
lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap kelestarian kawasan CBC.
Maka dengan ini perlu adanya penataan serta pengawasan secara benar agar
seluruh kawasan industri yang ada disekitar kawasan konservasi dalam
kawasan CBC tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 64
Gambar 14. Industri Ramah Lingkungan
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 65
h. Pemukiman Ramah Lingkungan
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 66
melakukan penanaman tanaman yang nantinya dapat berfungsi sebagai
penyaring kebisingan dan debu, sehingga lingkungan menjadi lebih sehat.
3) Serta menerapkan prinsip pengelolaan limbah rumah tangga yang
mencerminkan ramah lingkungan.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 67
sehingga akan mendapatkan kenyamanan rumah dan lingkungan. Selain
itu, radiasi matahari secara langsung dapat dihindari serta dapat
menurunkan suhu udara daerah sekitar areal pembangunan kawasan
pemukiman. Sehingga dengan semakin banyak ruang hijau maka semakin
banyak kawasan yang dapat menurunkan suhu udara panas akibat dari
pemanasan global.
2) Konsep green building yang dilakukan dengan mengurangi konsumsi
energi dan sumberdaya alam, seperti minyak bumi dan air bersih secara
berlebihan, akan mengurangi pemanfaatan serta eksplorasi terhadap
sumberdaya alam secara berlebihan.
3) Pembuatan pori-pori pada tanah dengan cara memberikan lubang tanah
sehingga akan membantu dalam proses penyerapan air di pemukiman
pada daerah sekitar kawasan konservasi sehingga dampak banjir yang
diakibatkan oleh pembangunan pemukiman yang tidak berasaskan
lingkungan hidup dapat dihindari.
4) Pengelolaan sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh kawasan
pemukiman sangat berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan dan
mengurangi dampak dari pemanasan global, tetapi jika dalam pengelolaan
sampah rumah tangga dijalankan secara benar dengan menjalankan
konsep ramah lingkungan maka akibat dari pemanasan global dapat
dikurangi serta sampah hasil rumah tangga sebagian dapat digunakan
sebagai kompos organik dengan cara melakukan pengolahan daur ulang
untuk dijadikan kompos organik.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 68
Gambar 15. Kawasan bagi Pengaturan Permukiman Ramah Lingkungan
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 69
i. Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan atau lahan
yang mempunyai komponen topografi, batuan, tanah, vegetasi, air, sungai,
iklim, hewan, manusia dan aktivitasnya yang berada pada, di bawah, dan di
atas tanah.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 71
Gambar 16. Arahan Pengembangan Daerah Aliran Sungai
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 72
Gambar 17. DAS berdasarkan Kelas Kelerengan /Slope
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 73
3. Penelitian dan Pengembangan
Pada zona penyangga dan Area transisi sesuai dengan prinsip pengelolaan Cagar
Biosfer merupakan daerah yang menjadi target utama penyelenggaraan penelitian
dan pengembangan mengingat dinamika areal ini. Implementasi penelitian dan
pengembangan ditujukan untuk mendukung agar sembilan arahan pengelolaan
yang diusulkan dapat sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Sebagai contoh penelitian dan pengembangan untuk ekowisata dapat dilakukan
untuk mengembangkan model ekowisata berbasis pertanian berkelanjutan atau
pendidikan konservasi alam.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 74
D. DASAR LEGAL PENGELOLAAN ZONA CAGAR BIOSFER CIBODAS
Menurut Undang Undang No. 5 Tahun 1990 cagar biosfer merupakan kawasan
suaka alam yang dikelola dalam rangka kerja sama internasional. Namun demikian
penetapan cagar biosfer tidak pernah dilakukan dengan dasar legal yang memadahi,
kecuali untuk area intinya yang seluruhnya merupakan kawasan konservasi yang
diatur oleh Undang-undang Konservasi. Untuk zona penyangga dan area transisi
yang berada di luar kawasan konservasi maka legalitas pengelolaannya bergantung
kepada status lahan yang ada. Namun diketahui bahwa zona penyangga dan zona
transisi sebagian besar berada di lahan-lahan privat. Di beberapa negara penetapan
cagar biosfer ditetapkan melalui parlemen sehingga mempunyai kekuatan hukum
yang memadahi. Oleh sebab itu agar implementasi konsep cagar biosfer dapat
dilakukan dengan efektif dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di
Cagar Biosfer Cibodas terutama di zona penyangga dan area transisi maka
diperlukan dasar legal agar semua pemangku kepentingan dapat menjalankan
konsep tersebut. Dasar legal yang paling kuat untuk pelaksanaan di tingkat
lapangan adalah melalui Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat, kerena
Cagar Biosfer Cibodas terdiri dari tiga Kabupaten atau Peraturan Gubernur.
Beberapa materi yang perlu masuk di dalam Peraturan Daerah atau Peraturan
Gubernur diantaranya adalah:
1. Definisi dan konsep cagar biosfer
2. Batas-batas cagar biosfer
3. Batas-batas zona
4. Rambu-rambu aturan pemanfaatan lahan dan kegiatan di setiap zona
5. Organisasi Pengelolaan cagar biosfer
6. Sanksi pelanggaran
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 75
LAMPIRAN
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 76