Anda di halaman 1dari 76

A.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Cagar Biosfer Cibodas dengan area inti berupa TN Gunung Gede-Pangrango


berada di tiga Kabupaten yaitu Bogor, Cianjur dan Sukabumi yang secara
administtratif ketiganya berada di Provinsi Jawa Barat. Kawasan ini sebagian
besar berupa dataran tinggi dan merupakan daerah hulu dari empat sungai
besar yang mengalir ke daerah Jakarta dan sekitarnya yaitu Ciliwung, Cisadane,
Citarum dan Cimandiri. Sebagian besar wilayah ini adalah hutan hujan tropis
dan pada wilayah penyangga merupakan wilayah pemanfaatan dan
pemukiman penduduk. Curah hujan rata-rata tahunan berkisar 3,000 – 4,200
mm/tahun sehingga termasuk dalam salah satu kawasan terbasah di pulau
Jawa. Musim hujan berlangsung dari bulan Oktober hingga Mei.

Kawah Gunung Gede dengan Gunung Pangrango di latar belakang (foto Balai Besar TNGGP)

Karena posisi geografis yang menempatkannya, kawasan ini seharusnya


menjadi daerah pelindung atau penyangga wilayah di bawahnya, terutama
Jakarta yang merupakan ibukota negara. Perlindungan ini harus dilihat dari sisi
sebagai penyedia dan pengendali air serta perlindungan dari sisi ketahanan
pangan melalui pengendalian erosi nutrien dan kesehatan sebagai penyedia
oksigen dan penyerap karbon. Oleh karenanya kawasan yang sebagian besar
merupakan kawasan budidaya ini berfungsi menjadi kawasan penyangga
kehidupan baik bagi daerah sekitarnya maupun bagi daerah yang jauh di hilir,
sehingga penetapan kawasan ini sebagai dan dikelola dengan konsep cagar
biosfer menjadi sangat tepat.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 1
Pada saat ini telah ada batas-batas kawasan dan zonasi Cagar Biosfer Cibodas
yakni jalan raya yang menghubungkan Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur
dan Kabupaten Sukabumi. Namun karena penetapannya dahulu belum
mempertimbangkan berbagai aspek baik ekologis maupun politis pemerintahan
di daerah, serta belum pernah dilakukan konsultasi publik secara luas maka
batas cagar biosfer dan zonasi diperlukan penyempurnaan untuk menyesuaikan
dengan kondisi lingkungan strategis terkini dan dengan dasar kriteria yang
secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.

2. Tujuan

Tujuan dari dari kegiatan ini yang merupakan “Komponen 2.2.: “Data and
Information on Design and Zonation Border Of Cibodas Biosphere Reserve” adalah
sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data dan informasi terkait potensi dan kondisi desa-desa
yang tercakup di dalam Cagar Biosfer Cibodas di tiga (3) Kabupaten: Bogor,
Cianjur dan Sukabumi, serta data umum terkait tata ruang untuk Provinsi
Jawa Barat;
b. Menganalisis data sebagaimana pada butir a untuk mengkaji kembali batas-
batas zona Cagar Biosfer Cibodas;
c. Mengusulkan disain dengan batas-batas baru Cagar Biosfer Cibodas
berdasar analisis pada butir b;
d. Merekomendasikan arahan atau kebijakan pengelolaan pada zona baru
yang diusulkan.

3. Metoda

Metoda secara khusus dalam analisis zonasi cagar biosfer diuraikan di dalam
bab lain mengenai Zonasi Cagar Biosfer Cibodas. Untuk metoda secara umum
diuraikan sebagai berikut:

a. Data spasial diperoleh dari berbagai sumber sepert Balai Besar TN Gunung
Gede Pangrango, Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan,
Bakosurtanal, Bappeda Provinsi Jawa Barat dan Bappeda Kabupaten Bogor,
Cianjur dan Sukabumi. Data spasial diolah dalam platform GIS dengan
perangkat lunak ArcGIS Ver. 9.3 (ESRI, 2008);
b. Data tekstual seperti kondisi sosial ekonomi masyarakat diambil dari
statistik di tingkat desa, kecamatan atau kabupaten yang diverifikasi dengan
wawancara (survei) lapangan selama masing-masing 10 hari untuk setiap
kabupaten dengan surveyor masing-masing kabupaten sebanyak 3 orang.
c. Analisis zonasi Cagar Biosfer Cibodas dengan mengevaluasi batas cagar
biosfer lama melalui analisis keterkaitan dan ketersambungan ekologis desa-
desa yang seharusnya berada di dalam cagar biosfer.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 2
d. Analisis GIS dengan menggabungkan data spasial dari butir a dengan data
tekstual dari butir b untuk memberikan usulan rekomendasi arahan
pengelolaan masing-masing zona.
e. Menyusun Naskah Akademik Peraturan Daerah dan atau Keputusan
Bersama Gubernur Jawa Barat dengan Menteri Kehutanan.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 3
B. ZONASI CAGAR BIOSFER CIBODAS

1. Konsep Cagar Biosfer dalam Konteks Wilayah Kabupaten Bogor, Cianjur dan
Sukabumi serta Provinsi Jawa Barat

Konsep pengelolaan kawasan melalui pengembangan cagar biosfer dicanangkan


oleh UNESCO melalui program Man and Biosphere (MAB). Cagar Biosfer
menjadi kawasan yang konsepnya menggambarkan keselarasan hubungan
antara pembangunan ekonomi, pengembangan sosial melalui pemberdayaan
masyarakat dan konservasi lingkungan, dimana keseimbangan hubungan
manusia dan alam tetap dijaga, sehingga cagar biosfer merupakan kawasan
yang sempurna untuk mengimplementasikan pendekatan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) dengan membangun tiga pilar yaitu
ekonomi, sosial dan lingkungan secara selaras dan seimbang, pada tingkat lokal
(tapak). Konsep pengelolaan cagar biosfer menggunakan sistem zonasi dimana
tapak cagar biosfer dibagi menjadi tiga zona yaitu (1) Area Inti, (2) Zona
Penyangga, dan (3) Area Transisi. Pembagian zona di dalam Cagar Biosfer
Cibodas terdiri dari Area Inti (Core Area) yang merupakan kawasan konservasi
berupa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Cagar Alam dan Taman
Wisata Alam Telaga Warna, Zona Penyangga (Buffer Zone) yang merupakan
areal yang dikelola untuk mendukung konservasi pada Area Inti, serta Area
Transisi yang merupakan kawasan dengan pengelolaan yang lebih intensif
namun tetap berazaskan pelestarian dan pembangunan berkelanjutan. Konsep
cagar biosfer secara garis besar dapat digambarkan seperti Gambar 1.

Mengingat kondisi kawasan ini sebagai daerah penyangga kehidupan, pada


kawasan Bogor, Puncak, Cianjur dan Sukabumi dimana Cagar Biosfer Cibodas
berada, pendekatan pembangunan berkelanjutan seharusnya telah diterapkan
sejak awal. Namun demikian, karena lokasinya yang strategis di dekat ibukota
negara serta keindahan panoramanya, kawasan ini lebih dikembangkan untuk
pembangunan ekonomi dimana masalah sosial dan lingkungan banyak
diabaikan. Beberapa peraturan baik di tingkat nasional maupun lokal telah
diundangkan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 4
Gambar 1. Konsep Pengelolaan Cagar Biosfer

Diantara peraturan tersebut adalah Keppres 114 Tahun 1999 tentang Penataan
Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur dan yang terbaru adalah Undang undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang ditindaklanjuti dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dimana kawasan Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-
Puncak-Cianjur (Jabodetabekpunjur) ditetapkan sebagai Kawasan Strategis
Nasional. Pelaksanaan UU dan PP tersebut telah juga diatur melalui Peraturan
Presiden No 54/2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur,
yang memerlukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang secara terpadu sebagai alat koordinasi
pelaksanaan pembangunan lintas wilayah pada Kawasan Jabodetabekpunjur.
Melalui Perpres 54/2008 ini, diharapkan dapat terwujud keterpaduan
penyelenggaraan penataan ruang antardaerah pada kawasan
Jabodetabekpunjur serta terkembangkannya perekonomian wilayah yang
produktif, efektif dan efisien. “Kebijakan penataan ruang Kawasan
Jabodetabekpunjur diarahkan pada keterpaduan penyelenggaraan penataan
ruang kawasan dalam rangka mewujudkan keseimbangan antara
pengembangan ekonomi dan pelestarian lingkungan hidup”. Konsep ini
bertujuan untuk menselaraskan antara program Pengelolaan Sumber Daya

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 5
Alam dan Konservasi Keanekaragaman Hayati dengan Pembangunan
Berkelanjutan.

Perubahan tata ruang dan mandat keterpaduan pada Perpres 54/2008 ini sangat
relevan dengan penerapan konsep cagar biosfer (UNESCO-Man and Biosphere
Program) pada Cagar Biosfer Cibodas. Namun demikian mengingat kawasan ini
sudah sangat berkembang maka diperlukan disain zonasi yang lebih fleksibel
dengan kondisi terkini tanpa mengabaikan prinsip-prinsip pengelolaan cagar
biosfer. Dalam kaitan ini disain zonasi Cagar Biosfer Cibodas sebagai landasan
utama dalam membuat arahan program pengelolaan, peraturan perundangan
dan rencana kegiatan dalam setiap zona cagar biosfer harus dilandasi oleh
sistem legal yang memadahi. Dalam konteks ini Undang-undang No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang beserta aturan pelaksanaannya akan menjadi
dasar legal yang cukup kuat dalam mendisain zonasi Cagar Biosfer Cibodas.

2. Konsep Zonasi dan Kondisi Saat ini Cagar Biosfer Cibodas

Cagar Biosfer Cibodas ditetapkan pada tahun 1977 dengan area inti pada saat
itu berupa Cagar Alam Cibodas-Gunung Gede (1040 Ha), Cagar Alam Gunung
Gede Pangrango (14.000 ha), Taman Wisata Situ Gunung (100 Ha) dan Cagar
Alam Cimungkat (56 Ha), yang kemudian menjadi Taman Nasional Gunung-
Gede Pangrango (TNGGP) seluas seluas 15.196 ha yang ditetapkan pada tahun
1980. Cagar Biosfer Cibodas yang secara administratif terletak di tiga wilayah
kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Cianjur, dan Sukabumi mempunyai batas
luar berupa jalan raya lingkar Ciawi, Puncak, Cianjur, Sukabumi, Ciawi. Secara
geografis kawasan ini terletak pada 106051’ – 107002’ BT dan 6041’ – 6051’ LS.

Penetapan batas buatan berupa jalan raya pada Cagar Biosfer Cibodas
dimaksudkan untuk mempermudah dileniasi di lapangan. Namun demikian,
daerah-daerah penting di sebelah luar jalan dikeluarkan dari sistem pengelolaan
cagar biosfer. Sebagai contoh Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Telaga
Warna yang letaknya sangat berdekatan dan secara ekologis mempunyai
kedekatan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berada di luar
sistem Cagar Biosfer Cibodas. Zonasi Cagar Biosfer Cibodas ditetapkan dengan
area inti berupa TN Gunung Gede Pangrango dengan Zona Penyangga berupa
kawasan perkebunan, dan desa wisata, serta sisanya berupa Area Transisi.
Gambar 2 memperlihatkan zonasi Cagar Biosfer Cibodas.

Luas total Cagar Biosfer Cibodas saat ini adalah sekitar 108.000 ha dengan
zonasi yang memperlihatkan batas luar yang jelas, namun batas antar zona,
terutama antara zona penyangga dengan area transisi masih belum terlalu jelas
karena merupakan batas imajiner yang berupa hasil “GIS buffering” di atas peta
dengan jarak buffer sekitar 2 km dari batas luar kawasan taman nasional. Area
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 6
Inti berupa taman nasional yang pada saat ditetapkan luasnya 15.196 ha dengan
batas-batas berupa pal batas taman nasional. Zona Penyangga ditetapkan
berupa Perkebunan Teh PTP Gunung Mas, Taman Safari Indonesia Peternakan
Tapos dan Kampung Wisata Pancawati dengan luas sekitar 12.700 ha. Zona
terluar berupa Area Transisi merupakan pemukiman dan lahan budidaya
lainnya termasuk hutan produksi (yang dengan Keputusan Menteri Kehutanan
No. 174 Tahun 2003 telah dirubah statusnya menjadi areal perluasan taman
nasional) dengan luas area transisi sekitar 80,104 ha yang seluruhnya dibatasi
oleh Jalan Raya Gadog-Ciawi-Sukabumi-Cianjur-Puncak-Gadog.

Secara umum zonasi Cagar Biosfer Cibodas menunjukkan bentuk yang ideal,
dimana area inti sepenuhnya dikelilingi oleh zona penyangga dan di bagian
paling luar sepenuhnya dikelilingi area transisi. Namun demikian zonasi
tersebut ditetapkan tidak melalui analisis yang lebih mendalam dan hanya
dilakukan di atas peta dan menggunakan kriteria yang terbatas, maka
penerapan di lapangan dapat menimbulkan masalah, terutama karena belum
pernah dikonsultasikan secara publik dan batas-batasnya imajiner, kecuali batas
terluar.

Selain itu walaupun penggunaan jalan raya sebagai batas cagar biosfer dapat
memudahkan dalam pengelolaan dan dilineasi, dari sisi ekologis dan penetapan
dasar legal dapat menyulitkan. Banyak desa yang terpotong oleh jalan raya
sehingga hanya sebagian wilayah desa yang masuk dalam sistem cagar biosfer.
Hal tersebut dapat menyulitkan apabila cagar biosfer telah mempunyai dasar
legal dimana ada suatu wilayah administratif (desa) yang hanya sebagian diatur
dan dikenai pembatasan-pembatasan, padahal satu desa tersebut mempunyai
kharakteristik yang homogen. Gambar 3 memperlihatkan wilayah-wilayah
administrasi (desa) yang berada di batas wilayah cagar biosfer yang terpotong
oleh jalan raya.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 7
Gambar 2. Zonasi Cagar Biosfer Cibodas Saat Ini

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 8
3. Usulan Zonasi Cagar Biosfer Cibodas

a. Metoda

Metoda yang digunakan dalam disain penyesuaian zonasi Cagar Biosfer


Cibodas adalah dengan menganalisa secara spatial dengan alur sebagaimana
terlihat dalam diagram pada Gambar 4.

Data yang dikumpulkan berupa data spasial dan data tekstual. Data spasial
terdiri dari peta-peta sebagai berikut (dapat dilihat pada Lampiran 3 –
Lampiran 11):

1. Peta Taman Nasional Gn Gede


2. Peta Citra Resolusi Tinggi
3. Peta Desa di sekitar TNGGP
4. Peta Kawasan Lindung Jabar
5. Peta Kawasan Non Lindung Jawa Barat
6. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Gede Pangrango
7. Peta Rencana Pola Ruang Jabar
8. Peta Arahan Penanganan Kawasan Strategis
9. Peta Dasar berupa Peta Rupa Bumi

Sedangkan data tekstual berupa Statistik Desa, Kecamatan atau Kabupaten


dan dokumen Rencana Tata Ruang Nasional, Provinsi Jawa Barat atau
Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, termasuk dokumen Kawasan
Strategis Nasional Jabodetabekpunjur. Selain itu data lapangan yang
diperoleh berdasarkan kunjungan lapangan menjadi data pendukung untuk
menentukan kriteria zona dan arahan pengelolaan.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 9
Gambar 3. Wilayah Administrasi Desa Cagar Biosfer Cibodas

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 10
Batas Cagar Biosfer Cibodas direvisi dengan Jalan Lingkar Ciawi-Sukabumi-
Cianjur-Cipanas-Ciawi sebagai referensi, namun dengan memasukkan bagian
dari desa yang terpotong jalan, memasukkan Cagar Alam (CA) dan Taman
Wisata Alam (TWA) Telaga Warna dan memasukkan desa-desa dengan
tutupan lahan baik berdasarkan citra satelit.

Kriteria zonasi ditentukan berdasarkan lokasi administratif desa, pola ruang,


pola hidrologi, kerawanan terhadap bencana dan tutupan lahan. Kriteria-
kriteria dan justifikasi zonasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Area Inti ditetapkan dengan kriteria kawasan konservasi yaitu TN


Gunung Gede Pangrango dan CA serta TWA Telaga Warna dan Jember.
2. Zona Penyangga ditetapkan dengan kriteria seluruh desa yang berbatasan
langsung dengan area inti yaitu taman nasional dan cagar alam dan
taman wisata alam (desa layer ke 1), kawasan dengan tutupan vegetasi
baik dilihat dari citra satelit resolusi tinggi (Quickbird, 2009) daerah
resapan air, kawasan rawan bencana (KRB) III (selalu terancam aliran
lava, gas beracun dan awan panas) dan kawasan lindung berdasarkan
RTRW sehingga dipandang sesuai sebagai zona peenyangga CBC.
3. Area Transisi ditetapkan berdasarkan desa layer kedua di belakang zona
penyangga, pemukiman berupa kawasan pedesaan yang bukan zona
penyangga, dan KRB II (berpotensi terhadap aliran lava, gas beracun dan
awan panas) dan KRB I (berpotensi dilanda aliran lahar) yang bukan zona
penyangga.

Dalam analisis ini, dihindari adanya suatu desa yang terbagi menjadi lebih
dari satu zona (terpotong oleh batas), hal ini dikarenakan tidak tepat dari sisi
ekologis misalnya suatu desa menerapkan arahan menejemen yang berbeda
berdasarkan zona, sehingga akan memotong koridor ekologis yang ada pada
area tersebut dan akan menyulitkan pengaturan arahan pengelolaan
selanjutnya.

Dengan justifikasi dan analisis ini, dapat dimungkinkan beberapa desa yang
pada penetapan kawasan CBC tahun 1977 masuk sebagai zona penyangga
akan masuk ke dalam zona transisi atau sebaliknya.

b. Tahapan Analisis Spasial


Bersamaan dengan tahapan pemetaan sebagaimana terlihat dalam diagram di
Gambar 4, dilakukan tahapan analisis spasial untuk menentukan zona dan
klasifikasi wilayah-wilayah untuk arahan pengelolaan. Analisis spasial
dilakukan di dalam platform GIS dengan menggunakan perangkat lunak
ArcGIS Versi 9.3.(ESRI, 2008). Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai
berikut:
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 11
Tahap 1:
Pembuatan peta dasar kawasan TNGGP beserta daerah di sekelilingnya
termasuk CA dan TWA Telagawarna dan desa-desa yang berada di
sekitarnya samapi ke layer ke 2 atau 3 setelah batas taman nasional. Batas
kawasan taman nasional menjadi batas antara Area Inti dengan Zona
Penyangga.

Tahap 2:
Membuat daftar daerah sekitar TNGGP dan CA DAN TWA Telagawarna dan
desa-desa di sekelilingnya beserta kondisi saat ini.

Tahap 3:
Membuat analisis potensi daerah sekitar TNGGP dan CA dan TWA
Telagawarna dan desa-desa di sekelilingnya, serta membuat analisis
kemungkinan pengembangan daerah tersebuut berdasar potensi masing-
masing desa sebagai berikut:
a. Potensi Sosial dan Ekonomi
b. Potensi Budaya
c. Potensi Wisata
d. Kegiatan saat ini (pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, bisnis,
usaha industri rumah tangga, potensi konflik penggunaan lahan yang
tidak sesuai dengan peruntukannya seperti pemukiman di atas resapan
air, dan sebagainya)
e. Kemungkinan pengembangan wilayah untuk mendukung Cagar Biosfer
Cibodas, keterkaitan dengan TNGGP dan Telagawarna dan
pengembangan wilayah setempat

Tahap 4:
Klasifikasi kemungkinan pengembangan kegiatan di dalam setiap zona,
seperti berikut:
1. Area Inti:
a. Kawasan terbatas
b. Penelitian dan pemantauan keanekaragaman hayati dan fitur fisik
lainnya
c. Ekoturisme, wisata budaya dan religi
d. Pendidikan Konservasi
e. Pengendalian melalui pemanfaatan HHBK IAS
f. Pemanfaatan jasa ekosistem
g. Restorasi
2. Zona Penyangga
a. Ekoturisme dan turisme berbasis alam
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 12
b. Pendidikan Konservasi
c. Konservasi ex situ
d. Pertanian berkelanjutan, seperti pertanian organik, peternakan
terpadu dengan pengembangan energi alternatif (misalnya biogas),
daur ulang, dsb.
e. Perkebunan ramah lingkungan
f. Ekonomi berkelanjutan
g. Cagar budaya
h. Pendidikan lingkungan
3. Area Transisi
a. Industri ramah lingkungan
b. Pemukiman ramah lingkungan

Tahap 5:
GIS Analisis, klasifikasi poligon berdasar kelas kemungkinan pengembangan
kegiatan sebagaimana dihasilkan dalam analisis tahap 4.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 13
Data Peta
Start 1. Dokumen RTRW
1. Peta Taman Nasional Gn Gede
2. Peta Citra Satelit Resolusi Tinggi
Nasional, Provinsi,
(Quickbird, 2009)
Kabupaten, 3. Peta Desa di sekitar TNGGP
2. Data Statistik Desa, 4. Peta Kawasan Lindung Jabar
3. Informasi Lapangan 5. Peta Kawasan Non Lindung Jawa Barat
6. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung
Gede Pangrango
7. Peta Rencana Pola Ruang Jabar
8. Peta Arahan Penanganan Kawasan
Strategis
9. Peta dasar berupa Peta Rupa Bumi
10. Peta Batas Cagar Biosfer Cibodas 1977

Kriteria Area Inti Kriteria Zona Penyangga Kriteria Area Transisi


1. Taman Nasional Gn 1. Desa Batas Langsung 1. Desa layer ke 2 setelah
Gede Pangrango TNGGP (layer ke 1) batas zona penyangga
2. Tutupan Lahan Baik 2. Pemukiman berupa
2. CA DAN TWA Telaga kawasan pedesaan
3. Daerah Resapan Air
Warna yang bukan zona
4. KRB III penyangga
5. Kawasan lindung 3. KRB II, I yang bukan
berdasar RTRW zona penyangga

Yes No

Desa Transisi d
Desa Penyangga n Batas Luar

Arahan Pengelolaan Arahan Pengelolaan Arahan


Area Inti Zona Penyangga PengelolaanKriteria
Area Transisi
1. Desa layer ke 2
setelah batas zona
penyangga

End 2. Pemukiman berupa


kawasan pedesaan
yang bukan zona
penyangga

Gambar 4. Diagram Alur Pembuatan Desain Zonasi


3. KRBCagar Biosfer
II, I yang bukan
zona penyangga

Area Transisi

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 14
c. Hasil Analisis dan Usulan Zonasi Cagar Biosfer Cibodas

1. Analisis Zonasi

Konsep zonasi pada cagar biosfer didisain cukup fleksibel dan dapat
diimplementasikan dalam berbagai cara untuk memenuhi atau
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Di Indonesia cagar
biosfer umumnya dibangun dengan taman nasional (walaupun UU 5/90
menyebut bahwa cagar biosfer merupakan kawasan suaka alam) sebagai
area inti yang dikelilingi oleh zona penyangga dan area transisi yang
dikelola sedemikian rupa untuk mendukung upaya konservasi
keanekaragaman hayati di dalam kawasan konservasi.

Usulan penyempurnaan zona Cagar Biosfer Cibodas dilakukan agar


pengelolaan cagar biosfer dapat dilakukan dengan efektif dengan
memperhatikan kondisi dan lingkungan strategis terkini serta sesuai
dengan kriteria untuk mendukung implementasi pembangunan
berkelanjutan di wilayah Bogor, Cianjur dan Sukabumi yang mendukung
Kawasan Strategis Nasional Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi-Puncak-Cianjur
(Jabodetabekpunjur).

a) Batas Luar dan Luasan Cagar Biosfer Cibodas

Pada saat diusulkan pertama kali untuk ditetapkan, Cagar Biosfer


Cibodas dibatasi oleh jalan raya yang melingkar dari Ciawi-Sukabumi-
Cianjur-Cipanas-Cisarua-Ciawi. Walaupun penetapan batas dengan
menggunakan jalan raya dapat memudahkan terutama dalam dileniasi
batas dan posisi jalan raya secara geografis relatif tidak berubah,
namun secara ekologis dan administratif jalan raya tersebut telah
memotong ekosistem yang serupa dan wilayah administratif desa.
Untuk itu diusulkan batas cagar biosfer direvisi dengan tetap memakai
batas lama (jalan raya) sebagai referensi namun dengan
memperhatikan satu kesatuan batas wilayah desa dan kondisi tutupan
lahan di sekitar dan sepanjang batas lama tersebut. Dengan demikian
tidak ada satu desa yang hanya sebagian wilayahnya saja yang masuk
di dalam cagar biosfer.

Selain itu, dengan berubahnya batas cagar biosfer, maka Cagar Alam
dan Taman Wisata Alam Telaga Warna yang pada batas lama berada
di luar sistem cagar biosfer, namun yang sebenarnya mempunyai tipe
ekosistem yang berkaitan dengan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango akan masuk ke dalam sistem cagar biosfer. Dengan

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 15
demikian area inti Cagar Biosfer Cibodas menjadi dua kawasan
konservasi.

Dengan berubahnya batas luar Cagar Biosfer Cibodas maka luasan


cagar biosfer berubah menjadi 167,100 ha.

b) Area Inti

Area inti merupakan situs kawasan konservasi yang ditujukan untuk


melindungi keanekaragaman hayati, memonitor ekosistem yang
sedikit terganggu, dan pelaksanaan riset yang tidak destruktif serta
pemanfaatan yang tidak berdampak terhadap ekosistem. Pada tujuan
awal pembentukan Cagar Biosfer Cibodas, Area Inti Cagar Biosfer
Cibodas adalah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan
luas 15.196 ha. Sesuai dengan kondisi terkini Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango maka area inti Cagar Biosfer Cibodas adalah taman
nasional yang telah diperluas menjadi sekitar 22.851 ha. Area inti
Cagar Biosfer Cibodas juga diusulkan untuk ditambah dengan Cagar
Alam seluas 373,25 ha dan Taman Wisata Alam Telagawarna seluas 5
ha.

Gunung Gede Pangrango ditetapkan sebagai salah satu dari 5 taman


nasional pertama di Indonesia oleh pemerintah Indonesia melalui
Surat Keputusan Menteri Pertanian tahun 1980. Sejarah awal
konservasi di kawasan ini hanya sedikit diketahui, walaupun hutan
dan gunung merupakan bagian dari legenda-legenda di tanah Sunda.
Tampaknya ada jalur sejarah dari kota tua Cianjur sampai Bogor
melalui Cipanas. Bagian lereng pegunungan yang rendah, tidak rata
dan berteras-teras dulunya digunakan untuk pertanian dengan
pergiliran tanaman. Dikenalkannya tanaman teh sebagai tanaman
perkebunan memberikan dampak nyata bagi kawasan ini. Teh varietas
Jepang telah ditanam sejak tahun 1728, dan perkebunan ini terbentang
mulai dari Ciawi sampai Cikopo di tahun 1835. Kemudian, tahun 1878,
teh Assam diperkenalkan dan tumbuh dengan sangat baik,
menyebabkan ekonomi dan kondisi lingkungan di kampung-kampung
dilereng pegunungan berubah.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 16
Gunung Pangrango (foto Balai Besar TNGGP)

Sejarah panjang kegiatan konservasi dan penelitian dimulai sejak


tahun 1830 dengan terbentuknya kebun raya kecil di dekat Istana
Gubernur Jenderal Kolonial Belanda di Cipanas, dan kemudian kebun
raya kecil ini diperluas sehingga menjadi Kebun Raya Cibodas
sekarang ini. Pemerintahan Kolonial Belanda sangat antusias untuk
meningkatkan tanaman-tanaman penting dan bernilai ekonomis serta
perkebunan komersial, sehingga dibanguna suatu stasiun penelitian
dan percobaan pertanian di dataran tinggi ini. Tidak lama setelah itu,
botanis-botanis lokal kemudian mulai tertarik untuk meneliti
keanekaragaman tumbuhan disekitar pegunungan ini. Abad 19
merupakan masa-masa terbesar dan penting dalam sejarah koleksi
tumbuhan , dan Cibodas menjadi salah satu lokal koleksi tumbuhan
saat itu.

Tahun 1889, areal hutan antara Kebun Raya Cibodas dan Air Panas
ditetapkan sebagai Cagar Alam. Setelah tahun 1919, suatu kawasan
cagar alam ditetapkan. Komitmen utama dimulai tahun 1978, ketika
kawasan seluas 14,000 hektar, yang terdiri dari 2 puncak utama dan
lerengnya yang luas, ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Gunung Gede
Pangrango. Akhirnya, tahun 1980, seluruh kawasan terpisah-pisah ini
digabung menjadi TN Gunung Gede Pangrango.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 17
Kantong Semar, Nephentes sp. ditemukan umumnya di bagian tengah ekosistem
pegunungan dan Edelweis, Anaphalis javanica penghuni puncak gunung
(foto Balai Besar TNGGP)

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) mempunyai


peranan yang penting dalam sejarah konservasi di Indonesia.
Ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1980. Dengan luas saat
ini 22.851,03 hektar, kawasan Taman Nasional ini ditutupi oleh hutan
hujan tropis pegunungan. Di dalam kawasan hutan TNGGP, dapat
ditemukan “si pohon raksasa” Rasamala, “si pemburu serangga” atau
kantong semar (Nephentes spp); berjenis-jenis anggrek hutan, dan
bahkan ada beberapa jenis tumbuhan yang belum dikenal namanya
secara ilmiah, seperti jamur yang bercahaya. Disamping keunikan
tumbuhannya, kawasan TNGGP juga merupakan habitat dari
berbagai jenis satwa liar, seperti kepik raksasa, sejenis kumbang, lebih
dari 100 jenis mamalia seperti Kijang, Pelanduk, Anjing hutan, Macan
tutul, Sigung, dll, serta 250 jenis burung. Kawasan ini juga merupakan
habitat Owa Jawa, Surili dan Lutung dan Elang Jawa yang
populasinya hampir mendekati punah. Ketika anda hiking di
kawasan TNGGP, anda dapat menikmati keindahan ekologi hutan
Indonesia.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 18
Owa Jawa (Hylobates moloch).
TNGGP merupakan habitat
terakhir, dengan populasi
yang sudah sangat kritis.

Kawasan hutan Telaga Warna ditunjuk dengan SK Menteri Pertanian


No. 131/Um/1954 tgl 6 Desember 1954 seluas 23,5 Ha dan selanjutnya
diperluas dengan dikeluarkannya SK Menteri Pertanian No.
394/Kpts/Um/6/1979 tgl 23 Juni 1979 dengan luas 350 Ha sehingga luas
CA menjadi 373,25 Ha. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.
481/Kpts/Um/6/1981 tgl 9 Juni 1981 sebagian luas CA dirubah
statusnya menjadi Cagar Alam dan Taman Wisata Alam seluas 5 Ha,
sehingga luas CA menjadi 368,25 Ha. Secara administrasi
pemerintahan kawasan ini terletak di Desa Tugu Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bogor. Sedangkan secara geografis terletak pada 6°42’ LS
dan 107°11’05” - 107°20’ BT.

Topografi CA dan TWA Telaga Warna bergelombang dengan


ketinggian 1.378 - 1.831 m dpl. Menurut Schmidt dan Ferguson
kawasan ini termasuk tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata 2.896
mm/thn. Suhu berkisar antara 18°-28°C dengan tingkat kelembaban
80%. Formasi geologi pada kawasan ini terdiri dari bahan batuan beku
vu lkanik jenis andesit dan basalt dengan jenis tanah latosol.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 19
Danau Telaga Warna di TWA Telaga Warna (foto: Agus Sartono, Ditjen PHKA)

Kawasan ini termasuk tipe hutan hujan pegunungan dengan jenis flora
yang beraneka ragam mulai dari jenis pohon, liana, dan epiphyt. Jenis
pohon yang mendominasi kawasan ini adalah jenis beleketebe (Sloanea
sigun), saninten (Castanopsis argentea), dan kibangkong (Palaquium
microphyllum). Jenis satwa liar yang terdapat di kawasan ini yaitu
macan tutul (Pantera pardus), babi hutan (Sus vitatus), jelarang (Ratufa
bicolor), mencek (Muntiacus muntjak), kera ekor panjang (Macaca
fascicularis), lutung (Tracypithecus auratus), surili (Presbytis comata), ular
sanca (Phyton reticulatus), elang ular (Spilornis chela), burung kacamata
gunung (Zosterops montanus) dan lain-lain.

Selain TNGGP, CA dan TWA Telagawarna pada area inti Cagar


Biosfer Cibodas terdapat juga Taman Wisata Alam (TWA) Jember.
TWA Jember di tunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian dengan nomor : 392/Kpts/Um/6/1979, Tentang Penunjukan
Sebagian Kompleks Hutan G. Megamendung Seluas  50 Ha Yang
Terletak Di Daerah Tk. II Cianjur, Daerah Tk. I Jawa Barat Sebagai
Hutan Wisata Cq. Taman Wisata. TWA Jember memiliki potensi
disamping mempunyai pemandangan alam yang sangat indah, juga
didalamnya tumbuh pohon Rasamala Alam (Altingia excelsa norronhae),
Saninten (Castanopsis argentea Bl. DC ), bermacam-macam jenis anggrek
dan merupakan habitat satwa liar baik yang dilindungi maupun yang
belum dilindungi. Satwa dilindungi undang-undang seperti kancil
(Tragulus Javanicus), kijang (Muntjianus muncak), bemacam-macam jenis
burung (Aves) sehingga areal hutan tersebut dapat dimanfaatkan bagi
kepentingan rekreasi, pariwisata, pendidikan dan kebudayaan.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 20
Dengan empat kawasan konservasi yaitu TNGGP, CA dan TWA
Telagawarna, dan TWA Talagawarna menjadi area inti Cagar Biosfer
Cibodas maka luas area inti total menjadi kurang lebih 23.250 ha.
Mengingat kawasan tersebut belum ditetapkan oleh Kementerian
Kehutanan kecuali TNGGP dengan luasan 15.196 ha maka luasan
tersebut belum dapat dijadikan acuan. Untuk menentukan luas maka
di perlukan analisa geospatial dengan hasil luasan area inti adalah
24.500 ha.

Dengan dua kawasan konservasi yaitu TNGGP dan CA dan TWA


Telagawarna menjadi area inti Cagar Biosfer Cibodas maka luas area
inti total menjadi 23.224 ha.

c) Zona Penyangga

Zona penyangga harus secara jelas ditentukan, dan biasanya


mengelilingi atau berbatasan langsung dengan Area Inti. Zona
penyangga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang sesuai untuk
mendukung konservasi di area inti. Dalam zona penyangga
disarankan hanya ada kegiatan yang berwawasan ekologis, seperti
pendidikan lingkungan, rekreasi, ekoturisme dan riset dasar.

Namun demikian seperti diuraikan di muka, konsep zonasi harus


diterapkan cukup fleksibel terutama di zona penyangga dan area
transisi agar kondisi-kondisi yang sudah terlanjur terjadi dapat tetap
terakomodasi di dalam wilayah cagar biosfer. Oleh sebab itu arahan
pengelolaan pada zona penyangga dan area transisi menjadi penting
agar fungsi zona penyangga sebagai penyangga kegiatan konservasi di
area inti dapat efektif dilaksanakan.

Usulan zona penyangga Cagar Biosfer Cibodas terdiri dari 119 desa
dengan kriteria sebagaimana diuraikan di dalam metoda. Daftar desa
penyangga dapat dilihat dalam Tabel Lampiran 1.

Kondisi secara umum desa-desa penyangga tersebut berdasarkan


kabupaten dapat diuraikan seperti di bawah ini.

Kondisi Desa Penyangga di Kabupaten Cianjur


Berdasarkan data statistik Kecamatan Cianjur Dalam Angka Tahun
2009, 2010 dan 2011 jumlah desa yang masuk dalam zona penyangga
cagar biosfer cibodas sebanyak 38 desa diantaranya Desa Nyalindung,
Sukamulya, Mangunkerta, Galudra, Padaluyu, Talaga, Cirumput,
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 21
Ciloto, Sindangjaya, Cimacan, Gadog, Sukatani, Cipandawa, Ciherang,
Ciputri, Bunikasih, Tegallega, Mekarwangi, Kebon Peuteuy, dan
Gekbrong. Desa-desa tersebut termasuk dalam 3 (tiga) kecamatan
meliputi Pacet, Cugeneng dan Warung Kondang. dengan potensi desa
sebagaimana terdapat dalam pada Lampiran 1 atau 2. Dari data
tersebut kondisi topografi desa secara umum berada pada ketinggian
1.000-1.500 mdpl dengan kemiringan landai sampai terjal.

Tutupan lahan desa pada Zona Penyangga Cagar Biosfer secara


berurutan didominasi oleh sawah tadah hujan, perkebunan, semak
belukar dan ladang. Sumber daya alam utama yang dihasilkan
meliputi pertanian (palawija, tanaman hias/bunga), peternakan
(kambing, domba, ayam) dan perikanan air tawar.Mata pencaharian
penduduk mayoritas adalah petani dan buruh perkebunan teh, dan
sebagian lainnya bermatapencaharian di bidang peternakan dan
perikanan.

Konflik tataguna lahan yang terjadi di Zona Penyangga Cagar Biosfer


Cibodas di wilayah Kabupaten Cianjur berupa konflik vertikal, yaitu
konflik antara warga dengan kawasan berupa penggarapan di areal
eks-PHBM. Areal esk PHBM ini dulunya merupakan hutan produksi
yang dikelola oleh Perum Perhutani dan sekarang pengelolaannya
telah diserahkan kepada Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (sebagai areal perluasan), pencurian kayu bakar, dan
perburuan terhadap tumbuhan dan satwa liar.

Kondisi Desa Penyangga di Kabupaten Sukabumi


Berdasarkan data statistik Kecamatan Sukabumi Dalam Angka Tahun
2009, 2010 dan 2011, jumlah desa yang masuk dalam Zona Penyangga
Cagar Biosfer Cibodas sebanyak 47 desa, diantaranya Desa Benda,
Sukamulya, Nanggerang, Girijaya, Wangun Jawa, Gede Pangrango,
Pawenang, Ginanjar, Sukamanis, Sukamaju, Babakan Panjang, Cipetir,
Karawang, Cisarua, Cikembang, Kalaparea, Cikahuripan, Darmareja,
Langensari, Sundajaya Girang, Sukamaju, Cihanjawar. Desa-desa
tersebut termasuk dalam 7 (Tujuh) kecamatan meliputi Kecamatan
Caringin, Cicurug, Kadudampit, Nagrak, Sukabumi, Sukalarang dan
Sukaraja. Potensi sumber daya alam dan ekonomi desa-desa tersebut
diuraikan dalam tabel Lampiran 2 (terlampir). Dari data tersebut
kondisi topografi desa secara umum berada pada ketinggian 500-1.000
mdpl dengan kemiringan landai sampai terjal.

Tutupan lahan desa-desa yang berada dalam Zona Penyangga Cagar


Biosfer di dalam wilayah Kabupaten Sukabumi secara berurutan
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 22
didominasi oleh sawah tadah hujan, perkebunan, semak belukar dan
ladang. Sumber daya alam utama yang dihasilkan terutama meliputi
pertanian (padi dan palawija), peternakan (domba, kambing dan
ayam) dan perikanan (air tawar).Mata pencaharian penduduk desa-
desa tersebut mayoritas adalah petani dan buruh (buruh perkebunan
dan pertanian) dan sebagian kecil memiliki mata pencaharian di
bidang peternakan dan perikanan.

Konflik yang terjadi di Zona Penyangga Cagar Biosfer Cibodas di


dalam wilayah Kabupaten Sukabumi berupa konflik vertikal, yaitu
konflik antara warga dengan kawasan berupa penggarapan areal eks-
PHBM.

Areal esk PHBM ini dulunya merupakan hutan produksi yang dikelola
oleh Perum Perhutani dan sekarang pengelolaannya telah diserahkan
kepada Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (sebagai
areal perluasan), pencurian kayu bakar, dan perburuan terhadap
tumbuhan dan satwa liar.

Kondisi Desa Penyangga di Kabupaten Bogor


Berdasarkan data statistik Kecamatan Bogor Dalam Angka Tahun 2009
jumlah desa yang masuk dalam Zona Penyangga Cagar Biosfer
Cibodas sebanyak 38 desa, diantaranya desa Citeko, Cibeureum, Tugu
Selatan, Sukagalih, Sukagalih, Kuta, Cilengsi, Citapen, Cibedug,
Bojong Murni, Jambu Luwuk, Pancawati, Cinagara, Lemah Duhur,
Cimande, Pasir Buncir, Cigombong. Desa-desa tersebut berada di
dalam wilayah 5 (Lima) kecamatan meliputi Cisarua, Megamendung,
Ciawi, Caringin, Cigombong. Potensi sumber daya alam dan ekonomi
desa-desa tersebut diuraikan dalam tabel / lampiran.... Kondisi
topografinya secara umum berada pada ketinggian 500-1.500 mdpl
dengan kemiringan landai sampai terjal.

Tutupan lahan desa-desa yang berada dalam Zona Penyangga Cagar


Biosfer tersebut secara berurutan didominasi oleh perkebunan, sawah
tadah hujan, sawah irigasi, ladang dan semak belukar. Sumber daya
alam utama yang dihasilkan meliputi pertanian (padi, palawija dan
sayuran), perkebunan (buah-buahan berupa alpukat, durian, pepaya,
nenas dan pisang).

Mata pencaharian penduduk pada desa penyangga yang termasuk


dalam wilayah Kabupaten Bogor mayoritas adalah petani, buruh dan
wiraswasta (berdagang dan perhotelan).

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 23
Konflik tataguna lahan yang terjadi di Zona Penyangga Cagar Biosfer
Cibodas yang masuk dalam wilayah Kabupaten Bogor berupa konflik
vertikal, yaitu konflik antara warga dengan kawasan konservasi
berupa penggarapan di areal eks-PHBM. Areal eks PHBM ini dulunya
merupakan hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani dan
sekarang pengelolaannya telah diserahkan kepada Balai Besar Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango (sebagai areal perluasan),
pencurian kayu bakar, dan perburuan terhadap tumbuhan dan satwa
liar.

Secara rinci dan lengkap kondisi masing-masing desa di zona


penyangga Cagar Biosfer Cibodas dapat dilihat pada Tabel di dalam
Lampiran 2.

d) Area Transisi

Area Transisi dapat berupa perkotaan, daerah pertanian, perikanan


dan kegiatan manusia lainnya serta area dimana masyarakat lokal,
dinas-dinas terkait, ilmuwan, LSM, kelompok-kelompok budaya,
masyarakat ekonomi dan pemangku pihak lainnyabekerja bersama-
sama untuk mengelola dan membangun sumberdaya di area tersebut
secara berkelanjutan.

Sebagaimana di zona penyangga, di area transisi juga dapat


dimanfaatkan untuk praktek-praktek manajemen makro. Riset berupa
eksperimen dapat dilakukan untuk mengetahui pola dan proses di
dalam ekosistem. Bentang alam rusak atau yang telah
mengalamimodifikasi dapat dimasukkan ke dalam areal rehabilitasi
untuk restorasi ekologi sebagai upaya mengembalikan produktivitas
yang berkelanjutan.

Melihat peran Cagar Biosfer yang harus mempromosikan atau


mengedepankan pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan, area
transisi menjadi signifikan secara ekonomi dan sosial bagi
pembangunan daerah. Para pemangku kepentingan harus sepakat
untuk membangun wilayah tersebut secara berkelanjutanyang
dituangkan ke dalam peraturan atau sistem legal lainnnya, sehingga
mengikat bagi seluruh pihak untuk menjalankannya. Usulan area
transisi Cagar Biosfer Cibodas terdiri dari 21 desa ( Cianjur) , 38 desa
(Sukabumi) dan 19 desa (Bogor) dengan kriteria sebagaimana
diuraikan di dalam metoda. Daftar desa area transisi dapat dilihat
dalam Tabel Lampiran 2.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 24
Kondisi desa-desa di area transisi secara umum dapat diuraikan
berdasarkan kabupaten yaitu Kabupaten Cianjur, Kabupaten
Sukabumi dan Kabupaten Bogor sebagai berikut.

Kabupaten Cianjur
Berdasarkan data statistik Kecamatan Cianjur dalam Angka Tahun
2009, 2010, dan 2011, jumlah desa yang masuk ke dalam Zona
Transisin Cagar Bosfer Cibodas adalah 21 (dua puluh satu) Desa. Desa-
desa tersebut termasuk dalam 7 (tujuh) kecamatan sebagaimana
diuraikan dalam tabel Lampiran 2. Secara umum kondisi topografi
desa-desa dalam area tersebut bervariasi mulai dari kondisi berbukit,
landai sampai dengan datar, dan berada pada ketinggian 1.200 m dpl.
Kondisi topografi yang demikian menjadi pendukung kegiatan
pertanian, perkebunan, peternakan dan pariwisata yang menjadi
komoditi utama desa-desa tersebut. Tutupan lahannya kabupaten
Cianjur sebagian besar didominasi lahan persawahan dan sebagian
kecil lainnya terdiri dari lahan perkebunan, pemukiman, dan areal
peruntukan lainnya.

Komoditi utama yang dihasilkan desa-desa dalam Zona Transisi Cagar


Biosfer Cibodas dalam wilayah kabupaten Cianjur adalah pertanian,
dan sebagian kecil berupa komoditi perkebunan dan peternakan. Mata
pencaharian penduduk yang berada di areal transisi ini mayoritas
petani dengan tingkat pendidikan sebagian besar lulusan SLTP.

Konflik tataguna lahan yang terjadi di desa-desa tersebut


dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu konflik vertikal dan konflik
horisontal. Konflik vertikal berupa konflik tumpang tindih area antara
area inti dan area transisi (masyarakat), sedangkan konflik horisontal
adalah konflik yang terjadi didalam areal itu sendiri/ antara sesama
elemen masyarakat.

Kabupaten Sukabumi
Di wilayah kabupaten Sukabumi, terdapat 38 (tiga puluh delapan)
desa yang masuk dalam 10 (sepuluh) kecamatan di dalam Zona
Transisi Cagar Biosfer Cibodas. Secara umum kondisi topografi desa-
desa ini landai dengan kondisi tutupan lahan berupa pertanian (sawah
irigasi), perkebunan dan APL. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
mata pencaharian penduduk yang mayoritas petani dengan komoditi
utama berupa padi dari sawah irigasi.

Konflik tataguna lahan yang terjadi di desa-desa tersebut mayoritas


terkait penggunaan lahan, di mana lahan yang seharusnya merupakan
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 25
daerah resapan air, lahan pertanian/perkebunan seringkali digunakan
menjadi kawasan pabrik/industri dan pemukiman.

Kabupaten Bogor
Zona Transisi Cagar Biosfer Cibodas wilayah Kabupaten Bogor
meliputi 5 (lima) kecamatan dengan jumlah desa transisi sebanyak 19
(sembilan belas) desa. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian
sebagai petani tanaman pangan dan sayuran. Kondisi topografi desa-
desa tersebut berbukit dan landai, serta tutupan lahan yang di
dominasi oleh sawah tadah hujan dan pemukiman. Konflik tata guna
lahan yang banyak terjadi adalah ketidaksesuaian anatara RTRW
dengan pemnafaatannya, contohnya kawasan yang diperuntukan
sebagai daerah resapan air dansawah tadah hujan ternyata menjadi
areal pemukiman dan kawasan industri tidak ramah lingkungan.

Secara rinci dan lengkap kondisi masing-masing desa di area transisi


Cagar Biosfer Cibodas dapat dilihat pada Tabel di dalam Lampiran 2.

2. Cagar Biosfer Cibodas dan Usulan Zonasi

Dari analisis sebagaimana diuraikan di dalam bagian 1 di atas, dihasilkan


peta-peta cagar biosfer, usulan zonasi dan arahan pengelolaan Cagar
Biosfer Cibodas sebagai berikut:

1) Peta Cagar Biosfer Cibodas

Peta Cagar Biosfer Cibodas menunjukkan peta cagar biosfer dengan


TNGGP dan CA dan TWA Telagawarna sebagai zona inti beserta zona
penyangga dan zona transisi. Secara jelas Peta Cagar Biosfer Cibodas
dapat dilihat dalam Gambar 5.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 26
Gambar 5. Cagar Biosfer Cibodas Usulan Baru
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 27
2. Peta Area Inti Cagar Biosfer Cibodas

Peta area inti Cagar Biosfer Cibodas memperlihatkan Taman Nasional


Gunung Gede Pangrango dan Cagar Alam serta Taman Wisata Alam
Telagawarna yang merupakan area inti dari Cagar Biosfer Cibodas. Peta
ini juga memperlihatkan zonasi di dalam taman nasional sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang ada dan (apabila ada)
memperlihatkan blok pengelolaan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam
Telagawarna dengan arahan pengelolaannya. Secara jelas Peta Area Inti
Cagar Biosfer Cibodas dapat dilihat pada Gambar 6

3. Peta Zona Penyangga dan Area Transisi Cagar Biosfer Cibodas

Peta Zona Penyangga dan Area Transisi Cagar Biosfer Cibodas


memperlihatkan klaster desa-desa dan kawasan sesuai dengan arahan
kemungkinan kegiatan pada zona penyangga dan area transisi. Secara
jelas Peta Zona Penyangga dan Area Transisi Cagar Biosfer Cibodas dapat
dilihat pada Gambar 7.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 28
Gambar 6. Peta Area Inti Cagar Biosfer Cibodas

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 29
Gambar 6a. Zonasi di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 30
Gambar 7. Zona Penyangga dan Area Transisi Cagar Biosfer Cibodas

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 31
C. ARAHAN PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS

1. Arahan Pengelolaan Pada Area Inti

Area inti terdiri dari kawasan-kawasan konservasi yaitu Taman Nasional


Gunung Gede Pangrango, Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Telagawarna.
Sesuai dengan ketentuan Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemny, pengelolaan kawasan konservasi
dilakukan sesuai dengan Rencana Pengelolaan yang kemudian diturunkan ke
dalam rencana-rencana jangka menengah dan jangka pendek. Arahan
pengelolaan kawasan konservasi harus sesuai dengan zonasi taman nasional
atau blok pada taman wisata alam (Lihat Gambar 6a).

a. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango


Saat ini salah satu area inti CBC merupakan TN Gunung Gede Pangrango
yang merupakan salah satu kawasan pertama yang ditetapkan sebagai
kawasan taman nasional di Indonesia berdasarkan Pengumuman Menteri
Pertanian pada tanggal 6 Maret 1980 yang kemudian ditetapkan dengan SK
Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 meliputi kawasan seluas 15.196
ha. Sebelumnya kawasan ini terdiri dari kawasan CA Cimungkat (56 ha), CA
Cibodas (1.040 ha). Kawasan Hutan Gede Pangrango (14.000 ha) dan Taman
Wisata Situ Gunung (100 ha). Selanjutnya dengan SK Menteri Kehutanan No
174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003, luas TN Gunung Gede Pangrango
yang semula 15.196 Ha ditetapkan menjadi 21.975 ha dan berada di tiga
wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur. Adapun
areal perluasan eks Perum Perhutani tersebut sebelumnya berfungsi sebagai
hutan produksi, hutan lindung, tanah terlantar, lahan garapan masyarakat
dan lahan lain-lain. Berdasar Berita Acara Serah Terima Pengelolaan No
002/BAST-HUKAMAS/III/2009, No 1237/II-TU/2/2009 tanggal 6 Agustus 2009
dari Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banteng kepada Balai Besar
TNGGP, luas kawasan yang diserahkan adalah seluas 7665 ha, dengan
demikian total luas TNGGP adalah 22.851 ha.
Sejarah panjang kegiatan konservasi dan penelitian adanya kawasan
konservasi ini dimulai sejak tahun 1830 dengan terbentuknya kebun raya
kecil di dekat Istana Gubernur Jenderal Kolonial Belanda di Cipanas, dan
kemudian kebun raya kecil ini diperluas sehingga menjadi Kebun Raya
Cibodas sekarang ini. Pemerintahan Kolonial Belanda sangat antusias untuk
meningkatkan tanaman-tanaman penting dan bernilai ekonomis serta
perkebunan komersial, sehingga dibangun suatu stasiun penelitian dan
percobaan pertanian di dataran tinggi ini. Tidak lama setelah itu, botanis-
botanis lokal kemudian mulai tertarik untuk meneliti keanekaragaman
tumbuhan disekitar pegunungan ini. Abad 19 merupakan masa-masa
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 32
terbesar dan penting dalam sejarah koleksi tumbuhan, dan Cibodas menjadi
salah satu lokasi koleksi tumbuhan saat itu. Keunikan lain adalah Gunung
Gede dan Gunung Pangrango merupakan bagian rangkaian gunung berapi
yang membujur dari Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara, terbentuk sebagai
akibat pergerakan lapisan kulit bumi secara terus menerus selama periode
kuarter, sekitar 3 juta tahun lalu, dan dalam skala waktu geologi kedua
gunung termasuk ke dalam golongan gunung muda. Letusan gunung gede
pertama kali terjadi tahun 1747/1748. Setelah itu terjadi beberapa kali letusan
kecil (1761, 1780, dan 1832), gunung Gede kemudian ”tertidur” hampir 100
tahun. Pada tanggal 12 November 1840 terjadi sebuah letusan yang besar
dan disertai semburan api setinggi 50 m diatas kawah.
Kondisi hutan TNGGP relatif sangat baik bahkan termasuk ekosistem yang
masih utuh di Pulau Jawa. Secara umum tipe-tipe ekosistem di dalam
kawasan TNGP dapat dibedakan menurut ketinggiannya, antara lain (a)
ekositem hutan pegunungan bawah; (b) ekosistem hutan pegunungan atas;
dan (c) ekosistem sub alpin. Selain ketiga tipe ekosistem utama tersebut,
ditemukan beberapa tipe ekosistem khas lainnya yang tidak dipengaruhi
oleh ketinggian tempat. Ekosistem tersebut yaitu (a) ekosistem rawa; (b)
ekosistem kawah; (c) ekosistem danau; dan (d) ekosistem hutan tanaman. Di
kawasan TNGGP teridentifikasi lebih dari 1500 jenis tumbuhan, sekitar 800
jenis satwa liar serta memiliki banyak objek wisata alam. Beberapa jenis
satwa langka yang merupakan satwa endemis kawasan ini adalah elang
jawa, owa jawa, macan tutul, dan berbagai jenis burung raptor. Jasa
lingkungan yang dimiliki TNGGP selain penyerap karbon juga fungsi
hidroorologis dengan potensi 4,3 milyar liter air/tahun, objek wisata, serta
kekayaan keanekaragaman hayati dengan nilai dan manfaat yang tinggi.
Sebagai zona inti Cagar Biosfer yang ditetapkan oleh UNECO pada tahun
1977, peranannya sebagai daerah perlindungan system penyangga
kehidupan, khususnya fungsi perlindungan hidrologis dan iklim, terutama
bagi Kabupaten Cianjur, Sukabumi dan Bogor, sangat menonjol dan telah
diakui serta dirasakan manfaatnya bagi masyarakat luas. Selain itu
peranannya sebagai pengawetan keanekaragaman hayati yaitu dapat
dijadikan sebagai sumber plasma nutfah bagi kehidupan manusia. Manfaat
lain, baik langsung maupun tidak langsung yang dapat diperoleh dari
kawasan ini adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan dan
latihan, penunjang budidaya dan pariwisata.
Pada dasarnya, pengelolaan kawasan TN Gunung Gede Pangrango
disesuaikan dengan prinsip kebijaksanaan pengelolaan kawasan konservasi
secara umum. Dalam “Global Biodiversity Conservation Strategy” (1992)
disebutkan bahwa dalam rangka pelestarian, pengawetan dan pemanfaatan
kawasan konservasi terdapat 3 (tiga) kelompok tahapan utama yaitu save

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 33
(penyelamatan), study (penelaahan), dan use (Pemanfaatan). Ketiga tahapan
ini tidak selalu bersifat runtut (sequential) tetapi sering berjalan bersamaan
(simultaneously). Pada umumnya kawasan konservasi di Indonesia masih
pada tahap penyelamatan, yaitu penetapan suatu kawasan dengan luasan
tertentu yang mengandung ekosistem tertentu beserta komponen
pendukungnya.

i. Sistem Zonasi di TNGGP


Sesuai ketentuan Pasal 32 dalam UU No. 5 Tahun 1990, bahwa kawasan
taman nasional dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona inti,
zona pemanfaatan dan zona lainnya sesuai dengan keperluan. Untuk
TNGGP akibat adanya perluasan kawasan, maka klafikasi zona adalah:
zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, zona tradisional, zona
rehabilitasi, zona konservasi owa jawa dan zona khusus. Setiap zona
memiliki karakteristik khusus sehingga pengelolaan setiap zona berbeda
karena disesuaikan dengan fungsi dan perannya dalam sistem ekologi
kawasan konservasi.
Dalam implementasi aturan diatas, peruntukan masing-masing zona di
TN Gunung Gede Pangrango yang merupakan area inti Cagar Biosfer
Cibodas yang secara detil dapat dilihat pada Gambar 6a dan meliputi:
a) Zona inti untuk perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan
fauna khas beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan dan
perubahan, sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa
liar, untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya.
b) Zona rimba untuk kegiatan pengawetan dan pemanfaatan
sumberdaya alam dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian,
pendidikan konservasi, wisata terbatas, habitat satwa migran dan
menunjang budidaya serta mendukung zona inti.
c) Zona pemanfaatan untuk pengembangan pariwisata alam dan
rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan
yang menunjang pemanfaatan, kegiatan penunjang budidaya.
d) Zona tradisional untuk pemanfaatan potensi tertentu taman nasional
oleh masyarakat setempat secara lestari melalui pengaturan
pemanfaatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
e) Zona rehabilitasi untuk mengembalikan ekosistem kawasan yang
rusak menjadi atau mendekati kondisi ekosistem alamiahnya.
f) Zona konservasi owa jawa, untuk areal pelepasan liar owa jawa hasil
rehabilitasi yang bertujuan selain dalam rangka pengembangan
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 34
konservasi in situ satwa owa juga pengembangan program
pemberdayaan masyarakat melalui restorasi kawasan zonasi
tersebut.
g) Zona khusus untuk kepentingan aktivitas kelompok masyarakat
yang tinggal diwilayah tersebut sebelum ditunjuk/ditetapkan sebagai
taman nasional dan sarana penunjang kehidupannya, serta
kepentingan yang tidak dapat dihindari berupa sarana
telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik.

ii. Ketentuan perundangan terkait aspek pemanfaatan sumber daya alam


hayati TNGGP
- UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Kenakeragamanan Hayati
dan Ekosistemnya
- PP No. 28 Tahun 2011 (pengganti PP No. 68 tahun 1998) tentang
Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
- PP No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa
Liar
- PP No. 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam, di
Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan
Taman Hutan Raya
- Peraturan Menteri Kehutanan di bawah peraturan pemerintah yang
mengatur pemanfaatan potensi jasa lingkungan yang dimiliki
TNGGP.
iii. Potensi Taman Nasionalo Gunung Gede-Pangrango
a. Potensi Hidrologi

Kawasan TNGGP merupakan daerah tangkapan dan pemasok air


yang sangat penting bagi daerah sekitarnya. Tidak kurang dari 1.075
sungai dan anak sungai yang mendistribusikan air di tiga Daerah
Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Ciliwung, DAS Citarum dan DAS
Cimandiri terdapat di dalam kawasan ini. Dalam rangka mendukung
pengembangan wisata, beberapa sungai telah dikembangkan untuk
kegiatan wisata alam dan pendidikan lingkungan, Contohnya Sungai
Cisuren di Kompleks Air Terjun Barubolang untuk kegiatan water
tracking.
Selain dikembangkan untuk wisata, potensi hidrologi ini telah
dimanfaatkan untuk kepentingan industri air minum dan beberapa
kajian telah dilaksanakan untuk dapat dimanfaatkan sebagai energi
terbarukan.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 35
b. Potensi Flora

LIPI mencatat tidak kurang dari 1.500 jenis tumbuhan berbunga


hidup di kawasan pelestarian ini. Dari hasil penelitian Liem
(Phillipina) terungkap bahwa kawasan ini ditumbuhi tidak kurang
dari 120 jenis lumut kerak. Tidak kalah menariknya adalah
komposisi dan struktur tumbuhan. Bila memasuki kawasan ini bisa
dinikmati perubahan paling tidak tiga tipe hutan, yaitu tipe Sub
Montana (1.000 s/d 1.400 m dpl), Montana (1.500 s/d 2.400 m dpl.)
dan Sub Alpin (2.400 s/d 3019 m dpl.). Bunga abadi atau edelweis
(Anaphalis javanica), banyak digemari sebagai lambang keberhasilan
pendakian dan lambang keabadian. Raflesia (Rafflesia rochussenii),
banyak mengundang rasa penasaran orang karena langka dan unik
serta endemik. Kantong semar (Nephentes gymnamphora) yang
dikenal sebagai “Pembunuh Berdarah Dingin” unik dengan kantung
penjebak serangga menggelantung diujung daun. Perut (Balanophora
spp.), kiaksara (Macodes petola), pinang jawa (Pinanga javana), paku
sutra (Diksonia blumei) dan beberapa jenis lain sudah langka, unik
dan menarik.
c. Potensi Satwa Liar

Menurut data yang ada, 260 dari 450 jenis burung di Jawa bisa
ditemukan di TNGP; 21 dari 25 jenis endemik Jawa juga hidup di
kawasan ini, termasuk elang jawa (Spizaetus bartelsi) yang telah
diresmikan sebagai satwa dirgantara. Macan tutul (Panthera pardus)
merupakan predator terbesar di kawasan ini. Selain itu terdapat
sekitar 110 jenis mamalia lain seperti, anjing hutan (Cuon alpinus),
kijang (Muntiacus muntjak), owa (Hylobates moloch) dan surili
(Presbytis comata). Tercatat sekitar 75 jenis binatang melata
berkembang di Taman Nasional ini, antara lain bunglon
(Pseudocalotes tymanistriga dan P. chamaeleontinus), bengkarung
(Mabuya multifasciata), ular sanca (Python reticulatus), ular hijau
(Ahaetulla prasina).

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 36
Owa Jawa,
(Hylobates moloch)

Foto: Balai Besar TNGGP

Tercatat sekitar 20 jenis amfibi berada di hutan Gn. Gede,


diantaranya katak bintik merah (Leptophyre cruentata) yang endemik
Jawa Barat, katak serasah (Megophrys montana), katak pohon
(Rhacophorus reindwardti) dan katak bibir putih (Rana chalconate).
Tidak kalah menariknya adalah berbagai jenis serangga. Seorang ahli
Zoologi asal Australia berhasil mengidentifikasi sebanyak 300 jenis
serangga di kawasan ini. Beberapa diantaranya tawon (Vespa
velutina), kumbang kayu (Episcapha glabra), bangbara (Bombus rufipes),
kupu-kupu paris (Papillio paris), kupu-kupu ekor panjang (Actias
maenas).

Rasamala (Altingia exelsa)


merupakan salah satu pohon
raksasa di bagian bawah TNGGP

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 37
d. Potensi Keunikan Fenomena Alam

Puncak Gunung Gede (2.958 m dpl.) dan Pangrango (3.019 m dpl.),


kawah, Alun-alun Suryakancana merupakan fenomena alam yang
sangat menarik dan merupakan tujuan wisata yang sangat digemari
oleh bagi para pendaki di kawasan ini.
Tercatat tujuh belas (17) air terjun berada di dalam kawasan ini;
Selain air terjun, ekosistem danau dan rawa juga merupakan potensi
wisata yang banyak digemari seperti danau Situgunung yang telah
dilengkapi dengan sarana akomodasi dan Rawa Gayonggong. Bagi
yang senang berkemah, tersedia bumi perkemahan Pondok Halimun
di Selabintana, Bobojong di Gn. Putri, dan Barubolang di Cisarua.
Kanopi trail di Bodogol diperuntukan bagi mereka yang ingin
menikmati kehidupan di tajuk pohon.

Kawah Gunung Gede, salah


satu keunikan geologis di
TNGGP

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan objek wisata alam, TNGGP


telah mengembangkan berbagai paket wisata alam. Pengembangan
ekowisata TNGGP berlandaskan 7 prinsip ekowisata, yaitu (1)
ekologi/Konservasi, (2) Pendidikan konservasi/lingkungan, (3)
Ekonomi, (4) Sosial, (5) Budaya, (6) Partisipasi masyarakat, dan (7)
Kenyamanan dan keselamatan pengunjung.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 38
Adapun jenis-jenis kegiatan yang akan, sedang dan atau telah
dikembangkan, antara lain:
1. Wisata Minat Khusus, antara lain Bird watching, eksplorasi fauna
(ekplorasi Owa Jawa, Phantera watching, Raptor exploration, dll),
pengamatan flora, pengamatan kawah, dll.
2. Hiking ke Puncak Gunung Gede dan Puncak Pangrango.
3. Wisata Pendidikan (Education tourism) antara lain: School visit,
kemah konservasi, outbound.
4. Wisata Petualangan bersama Polhut (Ranger patrol)
5. Wisata Budaya, pengamatan kehidupan budaya Cimandean di
Desa Cimande
6. Wisata Ziarah; situs legenda batu dongdang, sejarah Eyang
Suryakencana, dll
7. Rekreasi ke air terjun.
8. Wisata ke Puncak Gunung Gede dan Pangrango dengan skyline

Dalam rangka mendukung pengembangan ekowisata yang optimal


maka kegiatan ekowisata TNGGP dilengkapi fasilitas, sarana dan
prasarana ekowisata, diantaranya: Wisma Tamu, Asrama
Pendidikan, canopy trail, trail wisata, shelter, MCK, instalasi air
bersih, Pusat Informasi, Pusat Pengunjung, dan lain sebagainya.

b. Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Telagawarna

TWA Telaga Warna yang terletak di sekitar Puncak dan tidak jauh dari jalan
raya Bogor - Cianjur memiliki pemadangan alam yang indah dengan udara
yang sejuk. Di samping itu juga terdapat danau alam dengan kondisi
alamnya yang relatif masih utuh merupakan daya tarik tersendiri bagi
wisatawan. Di TWA Telaga Warna juga terdapat obyek wisata budaya berupa
makam keramat yang sering dikunjungi para peziarah. Kegiatan wisata yang
dapat dilakukan antara lain menikmati panorama dan keindahan alam, foto,
pengamatan burung dan lintas alam. Fasilitas yang telah tersedia bagi
wisatawan antara lain pusat informasi, jalan setapak, MCK, Shelter dan Pos
Jaga.

Areal Telagawarna mempunyai dua status kawasan konservasi yaitu cagar


alam dan taman wisata alam. Fitur utama di kawasan ini adalah danau
dataran tinggi dengan temperatur rata-rata 20o C dengan kemiringan sekitar
45o yang merupakan tempat sempurna untuk kunjungan wisata. Oleh sebab
itu Telagawarna harus dikembangkan untuk kunjungan wisata dan dapat
dibuat jaringan dengan obyek-obyek wisata di sekitarnya. Sebelum
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 39
ditetapkan menjadi Taman Wisata Alam, Telagawarna merupakan bagian
dari Cagar Alam Gunung Mega Mendung dan Gunung Hambalang yang
ditetapkan pada tahun 1972. Kawasan ini merupakan hulu sungai Ciliwung
dan dapat menjadi penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan
dapat pula diarahkan untuk dikelola sebagai tempat penelitian dan
pendidikan lingkungan alam.

Karena kawasan ini merupakan kawasan konservasi maka pengelolaannya


harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan pelaksanaan Undang-
undang No. 5 Tahun 1990. Namun demikian pengembangan paket-paket
ekowisata wisata dengan mengkaitkan semua obyek wisata harus dilakukan
untuk dapat menyebarkan sehingga mengurangi tekanan daya dukung
pengunjung.

Telagawarna pada Jaman Kolonial: COLLECTIE TROPENMUSEUM


Mannen bij het kleurenmeer Telaga Warna

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 40
c. Taman Wisata Alam Jember

TWA Jember terletak di antara batas wilayah administrasi kabupaten Bogor


dan Cianjur tepat di Puncak dan ditunjuk oleh Menteri Pertanian pada tahun
1979 dengan luas kurang lebih 50 ha.

Potensi yang dimiliki TWA Jember selain bentang alam juga terdapat flora
dan fauna yang dilindungi seperti kantong semar, elang jawa, kancil dan lain
sebagainya. TWA Jember juga dapat menjadi home range dari berbagai
satwa yang berasal dari TN Gunung Gede Pangrango juga CA/TWA
Telagawarna mengingat letaknya yang bersebelahan dengan kata lain adalah
koridor satwa area inti cagar biosfer cibodas. Oleh karena itu dalam
pengelolaanya mengacu pada pengelolaan kawasan hutan konservasi

2. Arahan Pengelolaan pada Zona Penyangga dan Area Transisi

Sebagai hasil dari analisis arahan pengelolaan zona, diidentifikasi sembilan


arahan utama untuk pengelolaan zona sesuai dengan tujuan pembangunan
berkelanjutan yang berpilar pada kesembangan tiga elemen yaitu lingkungan,
ekonomi dan sosial. Arahan pengelolaan ini merupakan arahan umum yang
diidentifikasi dapat diaplikasikan di Cagar Biosfer Cibodas yang dapat
dilakukan di zona penyangga dan area transisi, dengan tetap memperhatikan
prasyarat yang berkaitan pengelolaan area inti.

Sembilan arahan pengelolaan di zona penyangga dan area transisi adalah


sebagai berikut:
a. Ekowisata
b. Pendidikan Konservasi/Lingkungan
c. Pertanian /Peternakan Berkelanjutan
d. Perkebunan Ramah Lingkungan
e. Ekonomi Berkelanjutan
f. Cagar Budaya
g. Industri Ramah Lingkungan
h. Pemukiman Ramah Lingkungan
i. Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai

Secara rinci arahan pengelolaan di zona inti dan area transisi diuraikan dalam
bagian di bawah ini.

a. Ekowisata

Hampir seluruh area dalam wilayah cagar biosfer mempunyai potensi wisata
yang dapat dikembangkan seperti flora, fauna, gejala alam, dan budaya.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 41
Dalam pengelolaan kepariwisataan alam (ekoturisme) secara umum di Cagar
Biosfer Cibodas (CBC), Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Alam,
merupakan aset bagi kesinambungan pengembangan pariwisata suatu
kawasan CBC, disamping sarana dan prasarana pendukung, serta
publikasinya yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Awalnya, di Indonesia pengembangan pariwisata dipandang sebagai


kegiatan pembangunan yang berbasiskan kebudayaan, kemudian sebagai
salah satu andalan sektor ekonomi terutama bagi peningkatan penerimaan
devisa. Terakhir, sejak tahun 1999 sampai sekarang pariwisata dikembalikan
pada konsep semula sebagai program pembangunan sosial budaya.
Perubahan kebijakan tersebut telah membawa implikasi luas, baik pada
kegiatan kepariwisataan itu sendiri, maupun bagi pengelolaan lingkungan
alam, sosial dan budaya sebagai sumber daya yang menjadi andalan utama
dalam kegiatan pariwisata. (Adriwijaya,2007).

Pemanfaatan ekowisata pada areal inti kawasan suatu taman nasional harus
mengacu pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 2010 dimana setiap
pengguna areal inti untuk kepentingan wisata diwajibkan mengajukan Ijin
Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA).Dalam pelaksanaannya kegiatan
ekowisata yang dijalanakan harus melibatkan para pihak, diantaranya
pemerintah pusat/daerah, swasta, masyarakat local, dan LSM serta Perguruan
Tinggi. Ekowisata juga harus dapat memberikan nilai ekonomi bagi kegiatan
ekosistem di dalam lingkungan yang dijadikan obyek wisata.

Adapun bentuk kegiatan yang dimungkinkan dilakukan di Cagar Biosfer


Cibodas adalah :
1) Eko-tour, dimana kegiatan pariwisata memanfaatkan potensi / gejala
alam spot by spot (point of interest) yang terdapat di dalam tiga area (inti,
penyangga, transisi).
2) Pendakian, yang dilakukan di area inti dengan memperhatikan aspek-
aspek konservasi.
3) Eco homestay, yaitu pemukiman penduduk yang dijadikan penginapan
bagi pengunjung dengan menjunjung tinggi kearifan local baik itu
kesenian, makanan, tempat, pakaian, dan aktifitas sehari-hari masyarakat.
4) Jungle track, yaitu kegiatan wisata dengan melakukan eksplorasi hutan
5) Animal watching, yaitu kegiatan pengamatan satwa liar, seperti
pengamatan burung (Bird watching).

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 42
Apabila kemungkinan-kemungkinan bentuk kegiatan di atas dapat
dilaksanakan di dalam kawasanCagar Biosfer Cibodas , maka ekowisata
akan melahirkan beberapa keuntungan, antara lain;
1) Menghasilkan keuntungan secara langsung untuk pelestarian
lingkungan;
2) Memberikan keuntungan secara langsung dan tidak langsung bagi para
pihak terkait (stakeholders), misalnya pendapatan ekonomi bagi
pemandu wisata lokal, retribusi bagi pemerintah setempat, dll;
3) Membangun konstituen atau dukungan bagi konservasi di tingkat lokal,
nasional dan internasional;
4) Mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan;
5) Mengurangi ancaman terhadap kenekaragaman hayati yang ada di
obyek wisata tersebut.

Secara rinci Gambar 8 melukiskan beberapa desa yang dapat dijadikan


jangkar untuk pengembangan ekowisata. Pengembangan kegiatan
ekowisata di zona penyangga dan area transisi harus dikaitkan dengan
pengembangan ekowisata di area inti. Untuk itu pengembangan ekowisata
tidak berdiri sendiri namun terkait satu sama linnya dengan tetap
memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 43
Gambar 8. Arahan Pengelolaan untuk Ekoturisme

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 44
b. Pendidikan Konservasi/Lingkungan

Pendidikan konservasi adalah usaha sadar yang dilakukan secara terus


menerus supaya masyarakat mempunyai kesadaran dan kepedulian
konservasi sumber daya alam dan segala permasalahannya sehingga
masyarakat akan memiliki pengetahuan, sikap, keahlian, motivasi dan
komitmen untuk ikut memecahkan permasalahan konservasi.

Pendidikan konservasi mutlak diperlukan untuk meningkatkan kepedulian


terhadap kelestarian sumber daya alam. Undang-undang No. 5 Tahun 1990
telah mengatur tentang konservasi keanekaragaman hayati, termasuk
pengelolaan sumber daya alam hayati dengan tiga hal, yaitu perlindungan
sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Undang-undang tersebut
menghendakinya agar seluruh bangsa Indonesia peduli terhadap pentingnya
keanekaragaman hayati di Indonesia.

Ada dua cara untuk mengajarkan pendidikan konservasi dan lingkungan


termasuk mitigasi bencana, yaitu melalui metode infusion dan metode block.
Metode infusi dilakukan dengan cara menyisipkan muatan dan proses
pendidikan konservasi atau lingkungan atau mitigasi bencana ke dalam
subyek kurikulum yang ada, misalnya dimasukkannya materi/pesan
pendidikan terkait ke dalam pelajaran IPA ataupun IPS. bahkan materi ini
dapat disisipkan ke semua subyek pelajaran, termasuk membaca, menulis,
berbahasa, matematika, musik, seni dan olah raga. Metode blok adalah
proses pembelajaran yang berdiri sendiri baik dalam bentuk mata pelajaran
khusus (kurikulum muatan lokal/intra kurikuler) maupun ke dalam kegiatan
ekstra kurikuler khusus. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan
kekurangan.

Meskipun demikian, pesan konservasi harus tersampaikan kepada generasi


muda khususnya para pelajar melalui berbagai sumber pembawa pesan
termasuk para guru di isekolah. Guna mendukung hal tersebut perlu
disiapkan model, metode dan media pembelajaran untuk mendorong para
guru agar mau dan mampu menerapkannya, baik untuk tingkat SD, SMP
atau pun SMA yang berada di sekitar area CBC.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 45
Metoda tersebut adalah :
a. Memasukkan Pendidikan konservasi/lingkungan pada pendidikan
formal berupa muatan local di sekolah dari tingkat SD sampai dengan
Perkuliahan, baik dengan cara menyisipkan maupun penyampaian
secara keseluruhan
b. Pendidikan konservasi dilaksanakan di luar pendidikan formal seperti
Pembinaan kepada kelompok penggiat alam, atau acara-acara yang
berbasis konservasi (pameran, Lomba-lomba, siaran media elektronik
atau cetak).

Area inti kawasan Cagar Biosfer Cibodas dapat dijadikan area praktek
lapang dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan konservasi tersebut. Untuk
area penyangga dan transisi dapat dijadikan sebagai subjek pendidikan
konservasi yang akan disampaikan kepada masyarakat usia dini, sebagai
salah satu target dari arahan kebijakan ini merupakan masyarakat usia dini.

Dengan dilakukannya pendidikan konservasi di sekitar area CBC


diharapkan dapat mengembangkan kepekaan individu atau kelompok
komunitas terhadap konservasi sumber daya alam, memberikan kesempatan
kepada semua orang untuk mendapatkan kesadaran, pengetahuan, dan
keahlian dan komitmen untuk melakukan konservasi sumber daya alam,
membentuk pola prilaku yang ramah terhadap sumber daya alam,
mengembangkan etika konservasi, memberantas buta konservasi, serta
meningkatkan kualitas sumber daya alam. Gambar 9 menunjukkan desa-
desa di luar area inti yang mungkin dapat digunakan sebagai jangkar dalam
pembangunan pendidikan konservasi.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 46
Gambar 9. Peta Lokasi-Lokasi untuk Arahan Pengelolaan Pendidikan Konservasi dan Lingkungan
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 47
c. Pertanian/Peternakan Berkelanjutan

Indonesia merupakan negara yang berbasiskan masyarakat dengan mayoritas


bermatapencaharian dalam bidang pertanian. Berbagai upaya dilakukan
pemerintah dan petani untuk meningkatkan produksi pertaniannya, namun
dalam perkembangannya, usaha peningkatan produksi pertanian hanya
mengutamakan produksi saja tanpa atau kurang memikirkan dampak
kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.

Revolusi Hijau (Green Revolution) merupakan salah satu program pemerintah


dalam usaha meningkatkan produksi pertanian di masa lalu yang bertujuan
untuk memperoleh hasil produksi pertanian yang maksimal. Dalam program
ini pemerintah menganjurkan menggunakan pupuk kimia serta berbagai
sarana produksi lainnya yang mengandung bahan kimia dalam upaya
peningkatan produksi pertanian. Dalam perkembangannya tujuan dari
proragm ini tercapai namun dari segi lingkungan dinilai tidak berkelanjutan
dan sangat merugikan lingkungan. Dampak lingkungan yang ditimbulkan
justru menimbulkan harga yang jauh lebih mahal, seperti meledaknya
populasi hama, munculnya hama sekunder, munculnya penyakit baru,
timbulnya resistensi hama, penurunan keanekaragaman hayati dan terjadinya
pencemaran lingkungan seperti air, tanah dan lain sebagainya.

Pilihan yang tepat untuk pertanian saat ini adalah pertanian berkelanjutan.
Pertanian berkelanjutan merupakan pertanian yang memacu peningkatan
produksi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu contoh
pertanian berkelanjutan adalah pertanian organik. Perkembangan pertanian
organik dalam 10 tahun terakhir yang dirasa menjadi langkah positif dalam
menjembatani antara kepentingan produksi pertanian dalam mencukupi
kebutuhan pangan dengan tuntutan akan kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan.

Sistem pertanian berkelanjutan secara sederhana pada hakikatnya adalah


sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras dan
seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada
kaidah-kaidah alamiah. Keberlanjutan dapat diartikan sebagai prinsip untuk
menjaga agar usaha pertanian dapat terus berlangsung dan kemampuan
untuk bertahan dapat terjaga agar tidak merosot. Dalam konteks pertanian,
keberlanjutan adalah prinsip untuk pengelolaan sumberdaya yang berhasil
untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang terus
berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan
dan melestarikan sumber daya alam. Sistem pertanian berkelanjutan berisi

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 48
suatu ajakan moral untuk berbuat kebajikan pada lingkungan sumber daya
alam dengan mempertimbangkan tiga aspek sebagai berikut :
1) Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian
tidak boleh menyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbangan
adalah indikator adanya harmonisasi sistem ekologis yang
mekanismenya dikendalikan oleh hukum alam.
2) Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus
mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri juga bagi
orang lain, untuk jangka pandek dan jangka panjang, serta bagi
organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi.
3) Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian
harus selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan
dijunjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya. Sebagai contoh, seorang
petani akan mengusahakan peternakan ayam dipekarangan milik sendiri.
Mungkin secara ekonomis dan ekologis menjanjikkan keuntungan yang
layak, namun ditinjau dari aspek sosial dapat memberikan aspek yang
kurang baik misalnya, pencemaran udara karena bau kotoran ayam.

Untuk menuju pembangunan pertanian berkelanjutan memang tak semudah


membalikkan telapak tangan. Hal ini dikarenakan pola pikir petani yang
telah dikondisikan untuk menggunakan bahan-bahan kimia pada saat masih
berlangsungnya kampanye revolusi hijau. Ketegasan pemerintah dalam
menagani pembatasan penjualan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
proses-proses pertanian, akan sangat efektif untuk mengurangi dampak yang
lebih parah terhadap aspek lingkungan. Sosialisasi pemerintah untuk mulai
menggalakkan pertanian organik dengan bertujuan mengurangi penggunaan
bahan-bahan kimia dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada
diharapkan terus meningkat. Berbagai upaya dapat dilakukan dengan
melakukan sosialisasi program pertanian organik, pelatihan bagi petani
untuk memanfaatkan sumber daya alam yang ada seperti dalam pembiakan
agen hayati, pestisida botani dan sebagainya.

Contoh kongkrit sistem pertanian berkelanjutan yang dapat diterapkan


antara lain:
1) Pupuk organik
Menggunakan pupuk organik seperti kompos, kotoran hewan sebagai
salah satu cara dalam upaya penyuburan tanah. Pupuk ini tidak akan
memberikan dampak negatif/kimiawi terhadap jasad renik yang ada di
dalam tanah seperti cacing yang berfungsi sebagai penyubur tanah dan
jasad renik lainnya yang mempunyai fungsi sangat penting dalam proses
penyuburan tanah;

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 49
2) Sistem terasering
Untuk kondisi daerah pertanian yang relatif miring/terjal dapat
menggunakan sistim terasering, untuk menghidari terjadinya erosi;
3) Menggunakan pestisida biologis
Penggunaan pesstisidan botani sebagai pembasmi hama seperti
penggunaa tumbuhan cabe untuk mengusir serangga, atau penggunaan
bahan kimia yang masih diperbolehkan dalam batas tertentu, seperti
halnya penerapan pengendalian hama terpadu (PHT).
4) Menggunakan sistem mekanis/pengolahan manual seperti bajak dengan
kerbau.

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan sistem pertanian berkelanjutan


manfaat secara ekonomi maupun secara ekologi antara lain :
1) Tidak ada pencemaran air tanah maupun air permukaan;
2) Mengontrol terjadinya erosi dan memperbaiki struktur tanah;
3) Mempertahankan kesuburan tanah dengan cara menjaga keseimbangan
hara;
4) Tidak ada pencemarahan tanah akibat penggunaan bahan pupuk
kimiawi;
5) Tidak ada pengendapan dan pendangkalan pada sungai dan danau
akibat erosi dan pencemaran air tanah maupun air permukaan;
6) Dapat mempertahankan sumber alam sebagai penunjang produksi
tanaman jangka panjang, dengan cara mengontrol erosi dan
memperbaiki struktur tanah, mempertahankan kesuburan tanah dengan
cara menjaga keseimbangan hara, mengusahakan diversifikasi tanaman
di lahannya;
7) Tidak ada ketergantungan terhadap sarana produksi yang berasal dari
industri ataupun bahan import seperti pupuk kimiawi;
8) Keberlanjutan ekologis adalah upaya mengembangkan agroekosistem
agar memiliki kemampuan untuk bertahan dalam kurun waktu yang
lama melalui pengelolaan terpadu untuk memelihara dan mendorong
peningkatan fungsi sumber daya alam yang ada. Pengembangan sistem
juga berorientasi pada keragaman hayati (biodiversity)

Sesuai dengan program Cagar Biosfer Cibodas, kawasan yang konsepnya


menggambarkan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi,
pengembangan sosial melalui pemberdayaan masyarakat dan konservasi
lingkungan, dimana keseimbangan hubungan manusia dan alam tetap dijaga,

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 50
sehingga cagar biosfer merupakan kawasan yang sempurna untuk
mengimplementasikan pendekatan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dengan membangun tiga pilar yaitu ekonomi, sosial dan
lingkungan secara selaras dan seimbang, pada tingkat lokal (tapak).

Banyak sekali desa yang mempunyai potensi pertanian berada di dalam zona
penyangga CBC untuk pengembangan sistem pertanian keberlanjutan,
misalnya Desa Cileungsi Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Jumlah
penduduk desa ini sebanyak 7.252 jiwa, dengan luas wilayah 365,9 ha (sawah
130 ha, pekarangan dan perumahan 16.6 ha, ladang dan empang 216 ha). Dari
luasan sawah ini, hasil panen yang dapat dicapai per ha adalah 6,30 ton/ha.
Desa ini juga merupakan daerah penghasil produksi buah-buahan (yaitu
alpukat, durian, pepaya, nenas dan pisang), penghasil palawija (yaitu jagung,
ubi kayu dan ubi jalar, kacang tanah), penghasil sayuran (yaitu bawang daun,
petsai sawi, wortel, kacang merah, kacang panjang, cabe, tomat, terong,
buncis, mentimun dan labu).

Mengingat permintaan terhadap produk organik saat ini semakin meningkat,


perlu disntisipasi bahwa desa-desa di Cagar Biosfer Cibodas dapat diarahkan
untuk pengelolaan pertanian berbasis organis. Peluang ini perlu ditangkap
dan diterapkan untuk membina masyarakat, sehingga pertanian di cagar
biosfer secara lingkungan ramah, namun secara ekonomi memberikan
keuntungan yang lebih. Gambar 10 memperlihatkan desa-desa yang
mungkin potensial untuk pengembangan pertanian organik.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 51
Gambar 10. Pertanian/Peternakan Berkelanjutan

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 52
d. Perkebunan Ramah Lingkungan

Dasar pengelolaan kebun ramah lingkungan adalah Undang-Undang RI


nomor 18 Tahun 2004 tentang perkebunan. Dalam undang-undang tersebut
tertuang bahwa Perkebunan diselenggarakan berdasarkan atas asas manfaat
dan berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan, serta
berkeadilan.

Perkebunan mempunyai fungsi:


1) ekonomi, yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta
penguatanstruktur ekonomi wilayah dan nasional;
2) ekologi, yaitu peninkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon,
penyedia oksigen, dan penyangga kawasan lindung; dan
3) sosial budaya, yaitu sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Perkebunan Ramah Lingkungan dapat diartikan sebagai upaya secara sadar


dan terencana yang mengintegrasikan (sistem) aspek ekonomi, sosial-budaya
dan perlindungan daya dukung ekosistem dengan memperhatikan generasi
sekarang dan generasi akan datang.

Bentuk kegiatan pada pembangunan perkebunan ramah lingkungan antara


lain :
1) Menanam tanaman perkebunan baik tanaman inti maupun tanaman
pelindung yang tidak mempunyai sifat invasif.
2) Mengurangi penggunaan pupuk kimia dan mengganti dengan pupuk
organik.
3) Mengganti pestisida kimia dengan pestisida dari bahan organik.
4) Mengembangkan penanaman jenis MPTS (multi purpose trees species)
berupa tanaman buah-buahan pada area penyangga dan transisi.
5) Memanfaatkan lahan pinggir jalan dan kanan kiri sungai untuk ditanami
tanaman berbuah.

Manfaat pembangungan Perkebunan Ramah Lingkungan antara lain:


1) Terjaminnya kualitas tanah
2) Produksi perkebunan berkelanjutan
3) Pencemaran baik tanah maupun air dapat di hindari
4) Ekosistem lingkungan terjaga.

Gambar 11 memperlihatkan daerah yang berpotensi bagi pengembangan dan pengaturan


perkebunan ramah lingkungan yang harus juga memasukkan perkebunan teh yang ada saat
ini.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 53
Gambar 11. Perkebunan Ramah Lingkungan
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 54
e. Ekonomi Berkelanjutan

Pembangunan ekonomi berkelanjutan adalah sebagai upaya manusia untuk


memperbaiki mutu kehidupan dengan tetap berusaha untuk tidak
melampaui kemampuan ekosistem yang mendukung kehidupannya. Salah
satu masalah penting yang dihadapi dalam pembangunan ekonomi adalah
bagaimana menghadapi keseimbangan (trade-off) antara pemenuhan
kebutuhan pembangunan disatu sisi dan upaya mempertahankan kelestarian
lingkungan disisi lain. Pembangunan ekonomi yang berbasis sumber daya
alam yang tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan pada akhirnya
akan berdampak negatif pada lingkungan itu sendiri, karena pada dasarnya
sumber daya alam dan lingkungan memiliki kapasitas daya dukung yang
terbatas. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi yang tidak
memperhatikan kapasitas sumber daya alam dan lingkungan akan
menyebabkan permasalahan pembangunan dikemudian hari. Pertumbuhan
ekonomi akan sangat dibatasi oleh ketersediaan sumber daya alam. Dengan
ketersediaan sumber daya alam yang terbatas, arus barang dan jasa yang
dihasilkan dari sumber daya alam tidak akan selalu bisa dilakukan secara
terus menerus (on sustainable basis).

Penduduk atau masyarakat selaku subjek dan objek ekonomi berperan


penting dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan. Terciptanya penduduk
yang berkualitas memungkinkan untuk bisa mengolah dan mengelola potensi
sumber daya alam dengan baik, tepat, efisien, dan maksimal dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga harapannya akan terjadi
keseimbangan dan keserasian antara jumlah penduduk dengan kapasitas
daya dukung alam dan daya tampung lingkungan.

Kawasan Cagar Biosfer Cibodas terdiri dari beberapa wilayah desa yang
terletak di area penyangga dan area transisi. Sebagian besar penduduk desa
tersebut berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di
sektor tradisional maupun modern, terdapat beberapa potensi bentuk usaha
kecil atau usaha rumah tangga yang berada di desa CBC tersebut diantaranya
home industry, nursery, dan flories yang mana dipandang perlu adanya
dukungan dari berbagai pihak yang berkepentingan (pemerintah, swasta,
dan masyarakat di tingkat nasional, regional maupun local).

Sumber daya alam yang melimpah merupakan modal dasar dalam


pembangunan ekonomi. Namun dalam hal pemanfaatannya harus didukung
upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas ekonomi
melalui pengaturan, perencanaan, pengendalian, pemantauan, dan

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 55
pemeliharaan sumber daya alam secara ekologis sekaligus layak secara
ekonomi juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat.

Untuk mewujudkan hal tersebut dipandang perlu adanya arah kebijakan


sebagai berikut:
1) Memantapkan tata kelola yang baik (good governance) dengan dukungan
SDM yang berkualitas serta prasarana dan sarana yang memadai
2) Mengembangkan ekonomi kerakyatan untuk peningkatan kesejahteraan
rakyat dengan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang berkelanjutan
dan terkendali.
3) Meningkatkan infrastruktur dan konservasi alam yang handal
berdasarkan tata ruang yang mantap untuk mendukung industri
pariwisata berbasis lingkungan dan budaya.
4) Meningkatkan situasi kondusit daerah dengan mendorong pelaksanaan
demokrasi dan penegakan hukum.
5) Mengembangkan jejaring yang sinergis dengan semua pihak.

Perundang-undangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan ekonomi


berkelanjutan adalah:
1) Undang Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
2) Undang Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
3) Undang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
4) Undang Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Konsep dasar pembangunan ekonomi berkelanjutan adalah antara lain:


1) Tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of
natural resources;
2) Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya;
3) Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources ataupun
replaceable resource.

Kemungkinan bentuk kegiatan kongkrit di kawasan Cagar Biosfer Cibodas


yang mengarah pada pembangunan ekonomi berkelanjutan adalah antara
lain:
1) Pemanfaatan jasa lingkungan pada zona inti sebagai asset wisata dengan
tetap memperhatikan azas kelestarian.
2) Pengembangan usaha kecil rumah tangga pada zona penyangga dan
transisi dengan memilih produk yang tidak mengakibatkan dampak
buruk terhadap lingkungan. Contoh one village one product.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 56
3) Pengembangan koperasi sebagai wadah bagi Usaha Kecil Menengah yang
berada di zona penyangga dan zona transisi.
4) Pengembangan usaha dalam bidang nursery dan flories dengan
memanfaatkan air permukaan yang ramah lingkungan.
5) Penginapan, hotel, dan villa dengan mengembangkan konsep ramah
lingkungan

Dengan melakukan aktivitas ekonomi yang berkelanjutan, maka manfaat


yang di peroleh adalah antara lain:
1) Terciptanya sinergisitas antara pelestarian dan pemanfaatan sumber daya
alam dengan kegiatan ekonomi di kawasan Cagar Biosfer Cibodas.
2) Meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat yang diikiuti dengan
meningkatnya kualitas sumber daya alam.

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kegiatan ekonomi


berkelanjutan, pemerintah daerah wajib mengembangkan regulasi, termasuk
kebijakan tentang insentif bagi pihak-pihak yang melaksanakan kegiatan
ekonomi yang ramah secara lingkungan. Gambar 12 memperlihatkan desa-
desa di zona penyangga dan area transisi dimana kegiatan ekonomi hharus
diatur sedemikian rupa sehingga ramah secara lkngkungan.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 57
Gambar 12. Ekonomi Berkelanjutan

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 58
f. Cagar Budaya

Cagar Budaya dan kebudayaan merupakan unsur yang sangat erat kaitannya,
apabila dilihat dari pengertiannya Kebudayaan (culture) adalah keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk
memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman
tingkah lakunya. Kebudayaan terdiri atas unsur-unsur universal, yaitu :
bahasa, teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan,
religi dan kesenian dan tersistem dalam tiga wujud ialah : ide, aktivitas, dan
kebendaan yang masing-masing biasanya disebut sistem budaya atau sistem
adat istiadat, sistem sosial dan kebudayaan kebendaan. Adapun pengertian
dari Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda
Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar
Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu
dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses
penetapan (UU No. 11 Tahun 2010).

Dari unsur-unsur tersebut kebudayaan sangat mempengaruhi terhadap


pola/pandangan aktivitas manusia dalam suatu lingkungannya baik dalam
upaya memenuhi kebutuhan ekonomi maupun dalam pengelolaan alam
lingkungannya. Misalkan, ketika manusia di dalam budaya dan
kebudayaannya sudah menganggap bahwa sesuatu (tempat, benda) penting
buat mereka baik buat budaya, ekonomi, sosial maupun untuk ekologinya
maka meraka akan terus berusaha untuk menjaga dan melestarikannya dan
sebaliknya apabila mereka tidak menganggap penting maka hal tersebut akan
mereka abaikan.

Salah satu tujuan dari pembentukan cagar biosfer adalah meningkatkan


perlindungan keanekaragaman hayati dan budaya, hal ini dengan
memberikan perhatian khusus pada habitat-habitat yang mengalami
fragmentasi, ekosistem yang terancam, dan lingkungan-lingkungan alam dan
budaya yang rawan terhadap kerusakan. Jelas bahwa antara budaya,
ekonomi, lingkungan harus dikelola secara seimbangan dan tidak saling
mendominasi dalam implementasinya.

Cagar Biosfer Cibidos yang meliputi 3 kabupaten (Cianjur, Sukabumi, Bogor)


terdapat beberapa Cagar Budaya yang mempunyai nilai penting dan sejarah
dalam kehidupan. Seperti pada zona inti CBS tepatnya di Alun-alun
Suryakencana (TN Gunung Gede Pangrango) terdapat sebuah batu (Batu
Sidondang/Kursi), sampai saat ini masyarakat percaya bahwa itu salah satu
patilasan/peninggalan Raja Siliwangi dan sampai sekarang masih sering
dikunjungi oleh masyarakat. Kuburan Jerman yang berada di Zona
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 59
Penyangga tepatnya di Desa Sukaresmi Kecamatan Megamendung, disini
terdapat beberapa kuburan orang jerman yang gugur pada saat perang dunia
ke II dan merupakan salah satu obyek wisata sejara di Kabupaten Bogor. Desa
Budaya Cimande yang berada Zona Penyangga di Kabupaten Bogor.

Lokasi-lokasi tersebut harus terus dipertahankan keberadaannya, karena


sangat bermanfaat secara budaya, ekonomi (wisata), adat dan ekologi.
Sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 11 Tahun 2010, bahwa cagar
budaya harus terus dilakukan pelestarianya karena memberikan manfaat
yang besar bagai kehidupan dengan tujuan sebagai berikut :
1) melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia;
2) meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya;
3) memperkuat kepribadian bangsa;
4) meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan
5) mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat
internasional.

Gambar 13 memperlihatkan lokasi-lokasi (desa) yang saat ini memiliki warisan


budaya dan disebuut desa cagar budaya. Sangat penting dilakukan di masa
datang bahwa pemerintah daerah, perguruan tinggi, LSM atau pihak lain yang
mempunya kepedulian budaya untuk melakukan studi atau pencatatan
mengenai desa-desa lain yang mempunyai warisan budaya yang perlu
dilindungi di Cagar Biosfer Cibodas.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 60
Gambar 13. Cagar Budaya

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 61
g. Industri Ramah Lingkungan

Perkembangan industri dan pola kehidupan masyarakat modern


berhubungan langsung dengan peningkatan kebutuhan barang dan jasa,
pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam. Penggunaan
sumber daya alam secara besar-besaran dengan mengabaikan aspek
lingkungan akan mengakibatkan berbagai dampak negatif yang terasa dalam
waktu relatif cepat maupun dalam jangka panjang. Pembangunan
berkelanjutan merupakan suatu upaya dan pola pendekatan dalam
pemanfaatan sumber daya alam, untuk memenuhi kebutuhan manusia
sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Pengembangan industri mulai dituntut untuk
menaati berbagai peraturan dan standar yang berhubungan dengan
lingkungan.

Fenomena pemanasan global (global warming), di mana terbentuknya


lubang ozon disebabkan oleh kegiatan industri merupakan contoh issu
global lingkungan yang terus menjadi perhatian . Konsentrasi karbon
dioksida yang merupakan hasil pembakaran hidrokarbon meningkat tajam
sejak terjadinya Revolusi Industridiyakini sebagai penyebab terjadinya
pemanasan global. Pemanasan global ini dengan mudah dapat disamakan
dengan efek rumah kaca (greenhouse effect). Rumah kaca apabila terkena sinar
matahari akan mengalami suatu proses yang menyebabkan suhu di dalam
rumah kaca lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di luar.

Lubang ozon (ozone depletion) merupakan permasalahan lingkungan terkini


terkait dengan kegiatan industri. Ozon (O3) di lapisan statosfer berfungsi
menyerap radiasi ultraviolet (uv) membentuk senyawa oksigen (O2) dan
radikal oksigen (O*). Dalam keadaan setimbang akan terjadi reaksi balik
antara oksigen dengan radikal oksigen membentuk ozon. Adanya emisi CFC
di bagian atas atmosfer akan bereaksi dengan radiasi ultraviolet
menghasilkan radikal khlorine (Cl.) yang selanjutnya berfungsi sebagai
katalis peruraian ozon. Pembatasan pemakaian bahan-bahan kimia
penyebab kerusakan ozon dilakukan agar terbentuknya lubang ozon dapat
dicegah.

Demikian pula pengaruh kadar karbon dioksida yang tinggi di atmosfer


memunyai efek sama dengan rumah kaca. AKibat semakin tingginya
emisi karbon dioksida, industri dituntut untuk menggunakan energi secara
efisien dan mengurangi emisi karbon dioksida. Program Mekanisme
Pembangunan Bersih [Clean Mechanism Develpomant] dikembangkan untuk
mengurangi emisi karbon dioksida secara global.
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 62
Konsep-konsep pengelolaan limbah saat ini telah bergeser dari pengolahan
limbah (waste treatment) ke arah pencegahan timbulan limbah (waste
prevention) dan pemanfaatan limbah menjadi produk (waste to product).
Dalam beberapa kasus, pengolahan limbah juga seringkali tidak dapat
memecahkan masalah lingkungan, karena pada beberapa proses
pengolahan hanya memindahkan pencemar dari satu media (misalnya, air)
ke media lain (misal udara ).

Ada beberapa konsep yang harus dijalankan oleh setiap industri dalam
pembangunan industri berwawasan lingkungan diantaranya :
1) Minimalisasi limbah
2) Pencegahan pencemaran
3) Produksi bersih
4) Responsible care
5) Eko efisiensi (Eco-efficiency) atau efisiensi sumber daya dalam proses
produksi
6) Pembatasan pemakaian bahan-bahan b
7) Desain berwawasan lingkungan
8) Produktivitas ramah lingkungan
9) Produk ramah lingkungan
10) Mengubah limbah menjadi produk
11) Pertukaran limbah
12) Bursa limbah
13) Kawasan industri berwawasan lingkungan

Berdasarkan perpres No 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional


dimana setiap pembangunan industri yang mampu menjaga keseimbangan
ekosistem, memelihara sumberdaya yang berkelanjutan, menghindari
eksploitasi sumberdaya alam dan fungsi pelestarian lingkungan. Pengelolaan
industri hijau / ramah lingkungan dapat dicapai melalui kegiatan antara lain:
1) Meningkatkan upaya-upaya pengelolaan internal/house keeping;
2) Meningkatkan proses pengawasan;
3) Daur ulang bahan/material;
4) Modifikasi peralatan yang ada;
5) Teknologi bersih;
6) Perubahan bahan baku;
7) Modifikasi produk; dan
8) Pemanfaatan produk samping
9) Pengolahan limbah industri
10) Optimalisasi CSR (Corporate Social Responsibility) untuk daerah sekitar area
industri

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 63
Jika melihat bahwa sekitar kawasan Cagar Biosfer Cibodas (CBC) dikelilingi
oleh kawasan industri yang jika dalam pengelolaannya tidak berwawasan
lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap kelestarian kawasan CBC.
Maka dengan ini perlu adanya penataan serta pengawasan secara benar agar
seluruh kawasan industri yang ada disekitar kawasan konservasi dalam
kawasan CBC tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

Dari metode pengelolaan industri ramah lingkungan dapat diambil beberapa


manfaat dan keuntungan antara lain:
1) Meningkatkan profitabilitas (keuntungan) melalui peningkatan efisiensi
sehingga dapat mengurangi biaya operasi, pengurangan biaya
pengelolaan limbah dan tambahan pendapatan dari produk hasil
samping bagi perusahaan maupun masyarakat sekitar;
2) Meningkatkan kinerja dan image perusahaan;
3) Fleksibilitas dalam regulasi;
4) Menjaga kelestarian fungsi lingkungan secara global;
5) Pencegahan pencemaran dengan sasaran peningkatan produktifitas dan
limbah yang minim;
6) Mengurangi dampak emisi dari pemanasan global dunia;
7) Dampak dari pengelolaan limbah industri terhadap masyarakat sekitar
kawasan industri dapat diminimalisir sehingga kerusakan lingkungan
dapat dihindari.
8) Semakin banyak kawasan industri yang menerapkan konsep ramah
lingkungan dapat berdampak pada semakin banyak peluang kerja baru
bagi masyarakat sekitar kawasan industri sehingga meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar;
9) Jika industri menerapkan konsep ramah lingkungan dalam
pengelolaannya maka akan menghindari timbulnya konflik antara
masyarakat sekitar dengan perusahaan.

Gambar 14 memperlihatkan peta kawasan di dalam Cagar Biosfer Cibodas yang


memerlukan regulasi ketat untuk mengurangi dampak industri terhadap lingkungan di
dalam cagar biosfer.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 64
Gambar 14. Industri Ramah Lingkungan
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 65
h. Pemukiman Ramah Lingkungan

Walaupun tidak sebesar pada industri, dampak adanya pemukiman yang


tidak ramah lingkungan terhadap cagar biosfer dirasa cukup besar. Dampak
ini telah terasa karena kontrol pemukiman yang kurang dengan terjadinya
banjir periodik di wilayah Jakarta. Kontrol ini harus dilakukan agar kawasan
pemukiman menjadi ramah lingkungan, bukan hanya bagi pemukiman itu
sendiri tetapi juga bagi areal yang kemungkinan terkena dampaknya.
Pemukiman ramah lingkungan adalah kawasan yang arealnya ditujukan bagi
penggunaan pemukiman dimana perumahan didisain sedemikian rupa
sehingga memenuuhi kaidah—kaidah perlindungan lingkungan. Beberapa
syarat pemukiman ramah lingkungan adalah sebagai berikut:

1) Penempatannya sesuai dengan tata guna lahan yang ditetapkan


berdasarkan kelas-kelas kesesuaian dan kemampuan lahan untuk
mendukung adanya pemukiman. Sebagai contoh bentang alam dengan
rata-rata kelerengan 45% atau lebih, daerah resapan air atau daerah
rawan bencana dan tanah tidak stabil sebaiknya tidak digunakan bagi
pemukiman;
2) Secara ketat memberlakukan aturan mengenai rasio lantai dasar bangunan
terhadap luas lahan atau kavling yang ada atau disebut juga dengan
koefisien dasar bangunan, garis sempadan bangunan dan ketingggian
bangunan.
Disamping itu, perumahan harus didisain sesuai dengan kondisi lokal dan
dibuat ramah terhadap lingkungan seperti:
1) Pembagunan rumah/villa dengan green garden atau roof garden yang
berfungsi sebagai media untuk menurunkan suhu panas di rumah
tersebut, sehingga seluruh pencahayaan dan sirkulasi udara pada setiap
rumah berjalan secara alami dan tidak tergantung terhadap sumber
energy, Konsep ini akan sangat ramah dan hemat energi, khususnya
untuk pencahayaan dan pengaturan suhu ruangan.
2) Seluruh bangunan yang dibangun pada kawasan pemukiman tersebut
harus memiliki luas bangunan tidak lebih dari 60% luas lahan yang ada,
sehingga memiliki lahan kosong sebagai lahan hijau yang bisa
dimanfaatkan sebagai daerah resapan air hujan dengan cara memberikan
pori-pori pada tanah dengan cara membuat lubang. Selain sebagai daerah
resapan air lahan kosong juga bisa dimanfaatkan untuk taman dengan

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 66
melakukan penanaman tanaman yang nantinya dapat berfungsi sebagai
penyaring kebisingan dan debu, sehingga lingkungan menjadi lebih sehat.
3) Serta menerapkan prinsip pengelolaan limbah rumah tangga yang
mencerminkan ramah lingkungan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan


dan Kawasan Pemukiman dijelaskan bahwa kawasan permukiman adalah
bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan
perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Dimana perumahan dan kawasan
pemukiman berwawasan lingkungan diselenggarakan dengan berasaskan
kesejahteraan, keadilan dan pemerataan, kenasionalan, keefisienan dan
kemudahan, keterjangkauan dan kebersamaan, kemitraan, keserasian dan
keseimbangan, keterpaduan, kesehatan, kelestarian dan keberlanjutan, dan
keselamatan, keamanan, ketertiban dan keteraturan.

Sebagian besar kawasan yang masuk di dalam kawasan Cagar Biosfer


Cibodas digunakan sebagai kawasan pemukiman untuk villa dan
perumahan yang sebagian besar lokasinya berdekatan dengan kawasan
konservasi. Hal ini sangat berdampak terhadap konsep konservasi jika dalam
pengelolaannya tidak berasaskan ramah lingkungan. Untuk itu perlu adanya
pengaturan, pengawasan dan pengelolaan kawasan yang lebih baik dalam
pemberian ijin pemanfaatan lahan yang berdekatan dengan kawasan
konservasi yang masuk kawasan Cagar Biosfer Cibodas (CBC) sebagai
kawasan pemukiman/ perumahan termasuk villa. Hal ini perlu untuk
mencegah timbulnya dampak negatif dari pembangunan kawasan tersebut
bagi kawasan konservasi serta masyarakat sekitarnya.

Gambar 15 memperlihatkan peta diimana kawasan pemukiman di area


transisi Cagar Biosfer Cibodas harus dikendalikan secara ketat. Pada zona
penyangga harus ada penetapan dimana kompleks pemukiman yang dapat
dibangun sesuai dengan sysrat-syarat kemampuan dan kesesuaian lahan.
Kawasan residensial, villa atau rumah-rumah yang telah ada saat ini di zona
penyangga harus diatur agar sesuai dengan konsep residensial yang ramah
lingkungan.

Dari metode pengelolaan pemukiman ramah lingkungan dapat diambil


beberapa manfaat dan keuntungan antara lain:
1) Jika setiap rumah / bangunan menerapkan pemanfaatan lahan luas untuk
taman dan penanaman , akan menghasilkan sirkulasi udara yang baik

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 67
sehingga akan mendapatkan kenyamanan rumah dan lingkungan. Selain
itu, radiasi matahari secara langsung dapat dihindari serta dapat
menurunkan suhu udara daerah sekitar areal pembangunan kawasan
pemukiman. Sehingga dengan semakin banyak ruang hijau maka semakin
banyak kawasan yang dapat menurunkan suhu udara panas akibat dari
pemanasan global.
2) Konsep green building yang dilakukan dengan mengurangi konsumsi
energi dan sumberdaya alam, seperti minyak bumi dan air bersih secara
berlebihan, akan mengurangi pemanfaatan serta eksplorasi terhadap
sumberdaya alam secara berlebihan.
3) Pembuatan pori-pori pada tanah dengan cara memberikan lubang tanah
sehingga akan membantu dalam proses penyerapan air di pemukiman
pada daerah sekitar kawasan konservasi sehingga dampak banjir yang
diakibatkan oleh pembangunan pemukiman yang tidak berasaskan
lingkungan hidup dapat dihindari.
4) Pengelolaan sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh kawasan
pemukiman sangat berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan dan
mengurangi dampak dari pemanasan global, tetapi jika dalam pengelolaan
sampah rumah tangga dijalankan secara benar dengan menjalankan
konsep ramah lingkungan maka akibat dari pemanasan global dapat
dikurangi serta sampah hasil rumah tangga sebagian dapat digunakan
sebagai kompos organik dengan cara melakukan pengolahan daur ulang
untuk dijadikan kompos organik.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 68
Gambar 15. Kawasan bagi Pengaturan Permukiman Ramah Lingkungan

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 69
i. Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan atau lahan
yang mempunyai komponen topografi, batuan, tanah, vegetasi, air, sungai,
iklim, hewan, manusia dan aktivitasnya yang berada pada, di bawah, dan di
atas tanah.

Pengelolaan DAS adalah upaya dalam mengelola hubungan timbal balik


antar sumberdaya alam terutama vegetasi, tanah dan air dengan sumberdaya
manusia di daerah aliran sungai dan segala aktivitasnya untuk mendapatkan
manfaat ekonomi dan jasa lingkungan bagi kepentingan pembangunan dan
kelestarian ekosistem DAS. Pengelolaan DAS pada prinsipnya adalah
pengaturan tata guna lahan atau optimalisasi penggunaan lahan untuk
berbagai kepentingan secara rasional serta praktek lainnya yang ramah
lingkungan sehingga dapat dinilai dengan indikator kunci (ultimate indicator)
kuantitas, kualitas dan kontinuitas aliran sungai pada titik pengeluaran
(outlet) DAS. Jadi salah satu karakteristik suatu DAS adalah adanya
keterkaitan biofisik antara daerah hulu dengan daerah hilir melalui daur
hidrologi.

Adapun regulasi yang terkait dengan Daerah Aliran Sungai diantaranya


adalah Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air, dan Perpres Nomor 12 Tahun 2008 tentang Dewan Sumber Daya
Air.

Tingkat kekritisan suatu DAS ditunjukkan oleh menurunnya penutupan


vegetasi permanen dan meluasnya lahan kritis sehingga menurunkan
kemampuan DAS dalam menyimpan air yang berdampak pada
meningkatnya frekuensi banjir, erosi dan penyebaran tanah longsor pada
musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.

Rehabiltasi DAS kritis harus dilakukan untuk mempperbaiki kapasitas lahan


dalam menahan air dan memperbaiki produktivitas DAS untuk mengurangi
resiko bencana seperti banjir dan longsor. Rehabilitasi menjadi kewajiban
semua pihak yang terkait di dalam pengelolaan DAS termasuk dengan
memasukkan daerah yang mungkin terdampak melalui pengembangan
sistem insentif hulu-hilir atau pengembangan pembayaran jasa lingkungan
(Payment for Ecosystem Services/PES).

Tingkat kesadaran dan kemampuan ekonomi masyarakat petani yang rendah


akan mendahulukan kebutuhan primer dan sekunder (sandang, pangan, dan
papan) bukan kepedulian terhadap lingkungan sehingga sering terjadi
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 70
perambahan hutan di daerah hulu DAS, penebangan liar dan praktik-praktik
pertanian lahan kering di perbukitan yang akan meningkatkan kekritisan
DAS.

Mengingat kondisi tersebut di atas maka dipandang perlu adanya upaya


rehabilitasi terhadap DAS guna menekan bahkan menurunkan laju kerusakan
DAS hal ini menjadi tanggung jawab bersama baik dari sector pemerintah
daerah/pusat, perusahaan swasta maupun masyarakat di kawasan Cagar
Biosfer Cibodas.

Beberapa bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka rehabilitasi


DAS tersebut diantaranya:
1) Reforestasi dan aforestasi (Reboisasi dan penghijauan) hutan dan lahan-
lahan kritis dengan vegetasi yang sesuai dan disukai masyarakat;
2) Penataan penggunaan lahan yang ada saat ini disesuaikan dengan
kemampuan dan kesesuaian penggunaan lahan melalui penerapan
peraturan beserta penegakannya secara efektif;
3) Restorasi ekosistem yang terdegradasi di dalam kawasan lindung;
4) Pengembangan pedoman-pedoman teknis bagi metoda pengolahan lahan
yang ramah lingkungan di daerah-daerah rawan erosi dan longsor.

Sebagaimana diketahui bahawa CBC merupakan hulu sungai beberapa


sungai besar. Peningkatan kualitas kawasan ini sebagai pengendali sistem
hidrologi sangat penting dan harus selalu dilakukan. Kondisi DAS di dalam
CBC saat ini yang mungkin telah menjadi terlalu rusak atau terdegradasi dan
rehabilitasi DAS merupakan satu-satunya cara memperbaikinya. Gambar 16
dan 17 adalah peta DAS di dalam Cagar Biosfer Cibodas. Gambar 16
memperlihatkan kondiisi Sub-Das dan Gambar 17 memperlihatkan kelas
kelerengan di dalam DAS. melalui .

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 71
Gambar 16. Arahan Pengembangan Daerah Aliran Sungai
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 72
Gambar 17. DAS berdasarkan Kelas Kelerengan /Slope
_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 73
3. Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan pada kawasan CBC mengacu pada Undang-undang


nomor 18 tahun 2002 tentang sistem nasional penelitian, pengembangan, dan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam pelaksanaan kegiatan
penelitian dan pengembangan bergantung pada zona yang ada. Area inti yang
merupakan kawasan konservasi sesuai dengantujuan pengelolaannya merupakan
kawasan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
sehingga penelitian dan pengembangan di area inti menjadi bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari pengelolaan kawasan konservasi.

Pada zona penyangga dan Area transisi sesuai dengan prinsip pengelolaan Cagar
Biosfer merupakan daerah yang menjadi target utama penyelenggaraan penelitian
dan pengembangan mengingat dinamika areal ini. Implementasi penelitian dan
pengembangan ditujukan untuk mendukung agar sembilan arahan pengelolaan
yang diusulkan dapat sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Sebagai contoh penelitian dan pengembangan untuk ekowisata dapat dilakukan
untuk mengembangkan model ekowisata berbasis pertanian berkelanjutan atau
pendidikan konservasi alam.

Lembaga-lembaga riset, perguruan tinggi, swasta dan Lembaga Swadaya


Masyarakat serta instansi pemerintah lainnya dapat menginisiasi pelaksanaan
penelitian dan pengembangan sesuai dengan tujuan organisasi dan kebutuhan
informasi di kawasan yang menjadi target pengelolan CBC.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 74
D. DASAR LEGAL PENGELOLAAN ZONA CAGAR BIOSFER CIBODAS

Menurut Undang Undang No. 5 Tahun 1990 cagar biosfer merupakan kawasan
suaka alam yang dikelola dalam rangka kerja sama internasional. Namun demikian
penetapan cagar biosfer tidak pernah dilakukan dengan dasar legal yang memadahi,
kecuali untuk area intinya yang seluruhnya merupakan kawasan konservasi yang
diatur oleh Undang-undang Konservasi. Untuk zona penyangga dan area transisi
yang berada di luar kawasan konservasi maka legalitas pengelolaannya bergantung
kepada status lahan yang ada. Namun diketahui bahwa zona penyangga dan zona
transisi sebagian besar berada di lahan-lahan privat. Di beberapa negara penetapan
cagar biosfer ditetapkan melalui parlemen sehingga mempunyai kekuatan hukum
yang memadahi. Oleh sebab itu agar implementasi konsep cagar biosfer dapat
dilakukan dengan efektif dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di
Cagar Biosfer Cibodas terutama di zona penyangga dan area transisi maka
diperlukan dasar legal agar semua pemangku kepentingan dapat menjalankan
konsep tersebut. Dasar legal yang paling kuat untuk pelaksanaan di tingkat
lapangan adalah melalui Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat, kerena
Cagar Biosfer Cibodas terdiri dari tiga Kabupaten atau Peraturan Gubernur.

Beberapa materi yang perlu masuk di dalam Peraturan Daerah atau Peraturan
Gubernur diantaranya adalah:
1. Definisi dan konsep cagar biosfer
2. Batas-batas cagar biosfer
3. Batas-batas zona
4. Rambu-rambu aturan pemanfaatan lahan dan kegiatan di setiap zona
5. Organisasi Pengelolaan cagar biosfer
6. Sanksi pelanggaran

Selain itu, mengingat pengelolaan cagar biosfer melibatkan Kementerian Kehutanan


sebagai lembaga yang mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab terhadap
pengelolaan area ini, yaitu taman nasional, serta melibatkan pemerintah daerah,
baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, maka ada baiknya dikembangkan suatu
kerangka kerja sama antara kementerian kehutanan dengan pemerintah daerah
sebagai basis legal implementasi konsep cagar biosfer.

Rancangan Peraturan Daerah dapat dilihat di Lampiran 12. Dalam pembahasan,


konsep peraturan daerah ini dapat saja diusulkan untuk menjadi Peraturan
Gubernur atau Keputusan Bersama Menteri Kehutanan dan Gubernur.

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 75
LAMPIRAN

_____________________________________________
Laporan: Activity 2.2. Collecting data and information on design and zonation border of Cibodas Biosphere Reserve-- Page 76

Anda mungkin juga menyukai