Anda di halaman 1dari 26

Aspek Sosiologi Politik Karya Sastra: Kajian Sosiologi

Sastra dalam Cerpen Saksi Mata

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Sastra

yang Diampu Oleh Khothibul Umam., S.S., M.Hum.

Disusun Oleh:

Dewi Zulvia 13010119130050

Dewi Fitri Titasari 13010119130034

Emha Ayu Puspaningrum 13010119120101

Laela Nur Rahmawati 13010118140137


Reza Amalia 13010119140105
Shielvia Faradhiba 13010119140110
Tabitha Wahyu Wicaksono 13010119120023

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali
duduk, kira- kira berkisar antara setengah sampai dua jam, suatu hal yang
kiranya tidak mungkin dilakukan dalam sebuah novel. Ada cerpen yang
pendek (short story), ada yang cukup panjang (midle short stoy), serta
ada cerpen yang panjang (long short story). Cerpen disusun dengan unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik. Cerpen disebut cerita khayal berbentuk
prosa yang pendek, biasanya di bawah 10.000 kata, bertujuan
menghasilkan kesan kuat dan mengandung unsur-unsur drama (alurnya
disebut konflik dramatik). Cerita pendek hanya memiliki satu arti, satu
krisis dan satu efek untuk pembacanya, sehingga di dalamnya terdapat
dialog antartokoh.
Aspek sosiologi politik cerpen diantaranya yaitu: (1) Struktur
sosial, berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian tokoh. (2) Proses
sosial, ditunjukkan melalui usaha tokoh dalam berinteraksi di masyarakat
melalui kerja sama dan pertentangan. (3) Masalah sosial, tercermin dari
usaha tokoh dalam menghadapi masalah dalam hidupnya. (4) Penyebab
konflik politik, ditunjukkan dengan adanya keinginan berkuasa maupun
rekayasa politik terhadap sejarah. (5) Bentuk konflik politik, yaitu aksi
demonstrasi masa, aksi pengeboman gedung perlindungan sosial. (6)
Strategi politik, meliputi strategi untuk mendapatkan kekuasaan, dan
strategi dalam penyerbuan. (7) Proses politik, tercermin dari usaha-usaha
tokoh untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan melalui cara
konspirasi dan penetapan kebijakan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang
meliputi unsur naratologi, bentuk konflik sosio politik, dan proses sosial
politik dalam cerpen Saksi Mata.

2. Rumusan Masalah
a. Apa saja unsur naratologi dalam cerpen Saksi Mata?
b. Apa saja bentuk konflik sosial politik dalam cerpen Saksi Mata?
c. Bagaimana proses sosial politik dalam cerpen Saksi Mata?

3. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui unsur naratologi dalam cerpen Saksi Mata.
b. Mengetahui bentuk konflik sosial politik dalam cerpen Saksi
Mata.
c. Mengetahui proses sosial politik dalam cerpen Saksi Mata?

4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini sebagai bahan pengembangan kajian
sosiologi sastra. Penelitian ini juga diharapkan membantu
pembaca untuk memperluas pengetahuan dan memperkaya hasil
penelitian dalam ilmu kesusastraan.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan
pengetahuan dan menambah wawasan aspek sosial politik karya
sastra.
BAB II
PEMBAHASAN

1. UNSUR INTRINSIK CERPEN SAKSI MATA

A. Tema:

Dalam dilakukannya analisis untuk menentukan tema apa yang

digunakan dalam cerita pendek Saksi Mata, ditemukan adanya

penggunaan tema yang berputar pada keseriusan di mana sebuah

kebenaran berusaha untuk ditutup-tutupi. Hal tersebut terlihat dari

tokoh utamanya yang datang sebagai seorang saksi mata di sebuah

pengadilan, yang harus kehilangan kedua matanya sebelum

memberikan kesaksian. Bahkan setelah tokoh Hakim menunda

persidangan dan meminta tokoh Saksi Mata memberikan

kesaksiannya dalam sidang berikutnya, tokoh utama tersebut harus

kehilangan lidahnya malam itu. Data yang menunjukan adegan

tersebut termuat dalam paragraf akhir cerita pendek yang berbunyi,

Pada waktu tidur lagi-lagi ia bermimpi, lima orang berseragam

Ninja mencabut lidahnya—kali ini menggunakan catut. (Paragraf

akhir, cerpen Saksi Mata)


Data ini menunjukan bahwa di dalam cerita pendek Saksi Mata,

kebenaran dari kasus yang diperbincangkan di dalam isi cerita

ditutup-tutupi dengan cara mencongkel mata serta lidah tokoh

utama, sehingga tokoh tersebut tidak mampu memberikan

kesaksiannya. Dengan ini, didukung dengan data yang ditemukan,

dapat ditarik kesimpulan bahwa tema yang digunakan dalam cerpen

adalah kebenaran yang ditutup-tutupi.

B. Tokoh Penokohan

a. Saksi Mata

Tokoh Saksi Mata merupakan tokoh utama dalam cerpen

Saksi Mata. Tokoh ini digambarkan sebagai seseorang yang

pemberani dan menjunjung tinggi kebenaran serta keadilan.

Hal tersebut terlihat dalam keputusannya yang datang ke

persidangan meskipun telah kehilangan kedua matanya dan

berniat untuk meneruskan keputusannya dalam memberikan

kesaksian. Data yang mendukung hal ini termuat dalam

adegan yang berbunyi,

“Saudara Saksi Mata.”


“Saya Pak.”

“Apakah saudara masih bisa bersaksi?”

“Saya siap Pak, itu sebabnya saya datang ke pengadilan ini

lebih dulu ketimbang ke dokter mata Pak.” (dialog antara

Saksi Mata dengan Hakim)

b. Hakim

Tokoh Hakim digambarkan sebagai tokoh yang memiliki

ketegasan serta ketelitian yang tinggi. Hal tersebut terlihat dari

sikap tokoh Hakim yang ingin mengetahui detail kejadian

pencongkelan mata tokoh Saksi Mata, serta sikapnya yang

tidak segan-segan untuk menegur atau mengeluarkan

seseorang yang memicu keributan dalam ruang sidang. Di sisi

lain, tokoh Hakim bersifat teliti karena tidak mempercayai apa

yang dialami oleh tokoh Saksi Mata. Dengan detail cerita yang

diminta, tokoh ini berusaha memahami kejadian yang

menurutnya sulit untuk diterima.


Penokohan tokoh Hakim ditemukan melalui dialog dan

tindakan tokoh yang ada di dalam isi cerita pendek. Beberapa

data yang menunjukan adanya sikap dan sifat tokoh, termuat

sebagai berikut,

“Saudara, kan, bisa teriak-teriak atau melempar barang apa

saja di dekat Saudara atau ngapain kek supaya tetangga

mendengar dan menolong Saudara. Rumah Saudara, kan, di

gang kumuh, orang berbisik di sebelah rumah saja

kedengaran, tapi kenapa Saudara diam saja?” (dialog Hakim

pada Saksi Mata)

“Hussss! Jangan kampanye di sini!” Ia berkata tegas. (dialog

Hakim saat ruangan pengadilan jadi gemuruh)

c. Sopir

Tokoh Sopir merupakan tokoh tambahan yang mendukung

jalannya cerita cerpen Saksi Mata. Dalam cerita pendek, tokoh

ini digambarkan sebagai seseorang yang bekerja menjadi sopir

tokoh Hakim. Melalui tindakannya, tokoh Sopir memiliki sifat


sopan dan simpati, yang mampu terlihat dalam tindakannya

yang ingin menjawab perkataan Hakim, namun tidak

tersampaikan sebab tokoh Hakim lebih dahulu tertidur dalam

posisinya. Data yang mendukung hal ini termuat dalam adegan

sebagai berikut:

Dalam perjalanan pulang, Bapak Hakim Yang Mulia berkata

pada sopirnya, “Bayangkanlah betapa seseorang harus

kehilangan kedua matanya demi keadilan dan kebenaran.

Tidakkah aku sebagai hamba hukum mestinya berkorban yang

lebih besar lagi?”

Sopi itu ingin menjawab dengan sesuatu yang menghilangkan

rasa bersalah, semacam kalimat, “Keadilan tidak buta.”

Namun Bapak Hakim Yang Mulia telah tertidur dalam

kemacetan jalan yang menjengkelkan.

C. Alur

Alur yang digunakan dalam cerita pendek Saksi Mata merupakan

alur maju dan alur rekat. Hal tersebut diketahui karena jumlah tokoh
yang digunakan dalam cerpen tidak banyak dengan penceritaan yang

padat. Di sisi lain, dalam cerpen Saksi Mata, kehadiran tokoh utama

mempengaruhi tokoh lainnya. Selanjutnya, tindakan tokoh lain yang

terdapat dalam cerita pendek juga mempengaruhi tokoh utamanya.

Kepadatan alur dengan tokoh yang saling mempengaruhi tersebut,

dibagi ke dalam tiga bagian. Pada bagian awal, cerpen ini

mengungkapkan seorang saksi mata yang menghadiri persidangan

tanpa mata. Ia memasuki ruang persidangan dengan darah yang terus

mengalir dari kedua matanya. Pada bagian kedua, tokoh Hakim

terlihat berusaha menenangkan kericuhan para penonton sidang

yang diakibatkan oleh kondisi Saksi Mata. Ia mengetuk-ngetukkan

palu dan membuat suasana menjadi cukup tenang. Adegan

berikutnya diisi dengan Hakim yang mempertanyakan apa yang

terjadi pada tokoh Saksi Mata dan konflik tercipta saat Saksi Mata

mengatakan bahwa kejadian tersebut terjadi dalam mimpinya. Hal

tersebut kemudian memicu kebingungan tokoh Hakim, sedangkan

darah masih terus mengalir dan memenuhi lantai ruang sidang.

Kemudian, bagian kedua ditutup dengan keputusan Hakim menunda


pengadilan dan meminta Saksi Mata memberikan kesaksian di

sidang selanjutnya.

Bagian akhir dimulai dengan perkataan tokoh Hakim kepada

sopirnya. Pada bagian ini pula, alur dibuat menggantung dengan

tokoh Saksi Mata yang kehilangan lidahnya saat ia tertidur.

Dijelaskan pula bahwa tokoh tersebut lagi-lagi kehilangan anggota

tubuhnya dalam mimpi.

D. Latar

Latar menurut Abrams (1981:175) yaitu keterangan yang

mengenai tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat

terjadinya dalam peristiwa yang sedang diceritakan. Latar pada suatu

cerita dapat dikategorikan menjadi latar tempat, latar waktu, dan

latar sosial. Latar yang terdapat dalam cerpen ini terbagi menjadi tiga

bagian yaitu:

a. Latar tempat

Latar tempat yang terdapat dalam cerpen ini adalah ruang

pengadilan. Ruang pengadilan adalah tempat saksi mata


mengatakan peristiwa yang telah dialaminya kepada Bapak

Hakim Yang Mulia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan isi

cerita cerpen yang terjadi di ruang pengadilan.

b. Latar Waktu

Latar waktu yang digunakan pada cerpen ini tidak dijelaskan.

Akan tetapi yang disajikan dalam cerpen ini dapat

disimpulkan bahwa waktu peristiwa berlangsung adalah pada

saat sidang dimulai. Hal ini dikarenakan pada saat sidang

berlangsung terjadi konflik antara Saksi Mata dengan Bapak

Hakim Yang Mulia.

c. Latar Sosial Budaya

Latar sosial budaya yang diangkat dalam cerpen adalah era

orde baru. Hal ini dapat terlihat dari peristiwa yang telah

dialami oleh tokoh Saksi Mata. Diceritakan jika tokoh Saksi

Mata kehilangan matanya akibat sekumpulan ninja yang

identitasnya tidak diketahui. Dan peristiwa munculnya

sekumpulan ninja tersebut telah terjadi pada era orde baru.


E. Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan arah pandang pengarang dalam

menyampaikan ceritanya. Sudut pandang dalam cerpen terbagi

menjadi empat bagian yaitu, sudut pandang orang pertama tokoh

utama, sudut pandang orang pertama tokoh sampingan, sudut

pandang orang kedua, dan sudut pandang orang ketiga serba tahu.

Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang pada cerpen ini

adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Hal ini dibuktikan

dengan isi cerita yang disampaikan pengarang dengan menempatkan

dirinya sebagai orang ketiga yang serba tahu atau sebagai pengamat

yang sedang mengamati jalannya cerita.

F. Gaya Bahasa

Menurut Aminuddin (1995: 5) style atau gaya bahasa merupakan

cara yang digunakan oleh pengarang dalam memaparkan

gagasannya sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapai. Secara

garis besar, gaya bahasa pada cerpen dibagi menjadi empat bagian

yaitu, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa perbandingan, gaya

bahasa sindiran, dan gaya bahasa penegasan.


Gaya bahasa yang digunakan pengarang pada cerpen ini adalah

gaya bahasa perbandingan. Gaya bahasa perbandingan yang

digunakan adalah majas simile. Majas simile merupakan suatu gaya

bahasa yang digunakan untuk menyamakan suatu hal dengan hal

lain. Hal ini dapat dibuktikan dengan penggunaan bahasa kias yang

terkesan menyamakan dalam cerpen ini.

G. Amanat

Amanat adalah pesan yang terkandung dalam cerita. Pengarang

dapat menyampaikan amanat secara tersirat maupun tersurat.

Amanat yang terdapat pada cerpen ini disampaikan secara tersirat

yang merujuk pada penegakan hukum. Sudah sepantasnya bagi para

pemegang jabatan hukum harus menegakkan hukum dengan seadil-

adilnya.

2. Konflik Sosial dan Politik dalam Novel Saksi Mata


Saat ini, perkembangan ilmu sosial bisa dibilang lebih baik dari

sebelumnya. Hal ini terbukti dari semakin berkembangnya objek

kajian sosiologi termasuk sosiologi politik. Bahkan, ilmu sosiologi

yang awalnya merupakan sejarah sosiologi juga sudah menjadi

bagian dari ilmu filsafat. Seiring berkembangnya ilmu sosiologi saat

ini, muncul satu kajian khusus yang membahas mengenai politik

atau yang dikenal dengan sosiologi politik.

Sosiologi politik kemudian menjadi aspek paling penting, karena

setiap hidup manusia tidak terlepas dari bagaimana cara seseorang

memperoleh kekuasaan, pengakuan, status sosial, dan upaya untuk

mempertahankan tersebut. Ilmu sosiologi politik lahir sebagai

bagian dari masyarakat yang mengkaji antara kehidupan masyarakat

dengan keputusan yang diambil penguasa. Sebelum membahas

mengenai pengertian sosiologi politik, perlu diketahui lebih dulu

bahwa sosiologi politik merupakan kajian interdisiplin yang terdiri

dari irisan dua bidang ilmu, yakni sosiologi dan politik. Sehingga

apabila ilmu sosiologi ini membahas dan mengkaji mengenai


masyarakat, politik ini mengkaji pada para penguasanya atau

pengambil keputusannya.

Pada dasarnya, konsep-konsep sosiologi politik bersifat dinamis

dan mengikuti bagaimana perkembangan zaman, sehingga akan

lebih menarik perhatian siapa saja yang mengikuti dinamika politik

di suatu negara atau wilayah. Tujuan adanya ilmu tersebut adalah

untuk mencerdaskan pembaca atau masyarakat dalam menganalisis

situasi sosial politik di sekitarnya. Sosiologi politik juga bisa disebut

sebagai ilmu sosiologi yang secara khusus mempelajari dimensi

sosial dari politik yang erat kaitannya dengan keberadaan individu

sebagai makhluk sosial yang memiliki pengaruh terhadap

masyarakat, termasuk di dalamnya merupakan berbagai lembaga

politik di negara tertentu.

Secara umum, ilmu sosiologi politik mengkaji mengenai

hubungan antara masyarakat dan negara dan secara khusus memiliki

fokus perhatian lain pada kajian kondisi-kondisi sosial yang

mempengaruhi pembuatan program publik yang ditetapkan


pemerintah, kebijakan, pengaruh ke kelompok sosial yang

dikeluarkan pemerintah.

3. Pengertian Sosiologi

Untuk merumuskan pengertian sosiologi tidaklah mudah,

karena banyak sekali definisi tentang sosiologi dari para ahli dengan

berbagai sudut pandangnya masing-masing. Sosiologi banyak

hubungannya dengan filsafat, sejarah dan politik, karena pada

dasarnya sosiologi mempelajari gejala hubungan antar manusia, di

mana secara etimologis istilah sosiologi terdiri dari socius yang

berarti teman dan logos yang berarti ilmu. Jadi sosiologi adalah ilmu

yang hendak memahami dan menjelaskan tindakan-tindakan sosial

dari manusia yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat,

demikian yang dijelaskan oleh Weber. Pernyataan tersebut

mempunyai implikasi bahwa tindakan sosial tersebut harus

membawa pengaruh pada masyarakat, sehingga seorang individu

yang hidup secara terasing bukan merupakan bidang kajian sosiologi

melainkan lebih mengarah pada bidang psikologi. Jadi dalam hal ini

manusia dipengaruhi oleh masyarakat dalam pembentukan

kepribadiannya dan individu mempengaruhi masyarakat, artinya

bahwa manusia selain sebagai hasil pendidikannya sebagai manusia

yang berpikir juga dapat memberikan kesimpulan dan pelajaran dari

pengalamannya dan mencetuskannya ke dalam ide yang baru


sehingga dapat berpengaruh pada masyarakat sehingga terjadi

perubahan dalam suatu rangkaian proses sosial. Jadi dapat dikatakan

bahwa masyarakat selalu mengalami perubahan, penyesuaian dan

pembentukan diri.

Menurut K.J. Verger, secara sederhana sosiologi mempunyai

arti sebagai ilmu tentang masyarakat, secara umum dapat dikatakan

bahwa sosiologi mempelajari secara sistematik kehidupan

masyarakat dengan memakai metode pendekatan empiris. Comte

dan Herbert Spencer menyatakan bahwa masyarakat adalah unit

analisis dasar dari sosiologi, sedangkan lembaga sosial seperti

keluarga, agama, ekonomi termasuk lembaga politik di dalam- nya

dan interaksi antar lembaga merupakan subunit dari analisis tersebut.

Para ahli sosiologi modern menyatakan bahwa sosiologi berusaha

menjelaskan tentang kelompok-kelompok sosial dan studi tentang

interaksi antar individu. Pokok bahasan dari sosiologi adalah tingkah

laku manusia baik secara individu maupun kolektif dan

hubungannya dengan masyarakat.

4. Pengertian Politik

Politik dapat dikatakan ilmu yang masih berusia muda yang

lahir pada akhir abad 19, jika dilihat sebagai cabang dari ilmu sosial

yang mempunyai dasar, kerangka dan fokus serta ruang lingkup

yang jelas. Di mana ia bersama cabang ilmu sosial lainnya seperti

sosiologi, antropologi dan psikologi mengalami perkembangan pesat


dan saling mempengaruhi. Sedangkan jika dikaji lebih luas lagi

sebagai pembahasan rasional dari berbagai aspek negara dan

kehidupan politik maka ilmu politik sering dikatakan lebih tua

umurnya, di mana pada tahap itu ilmu politik banyak bersandarkan

pada ilmu filsafat dan sejarah. Sejarah merupakan alat penting dalam

ilmu politik, karena sejarah menyumbangkan data dan fakta dari

masa lalu untuk diolah lebih lanjut. Banyak sekali dalam

kepustakaan pengertian tentang politik. Selanjutnya dikemukakan

oleh pakar ilmu politik Miriam Budiharjo bahwa politik pada

umumnya berkaitan dengan berbagai kegiatan dalam suatu sistem

politik maupun suatu negara dalam upaya untuk tercapainya tujuan

yang telah ditetapkan oleh pelaksana negara. Pengambilan

keputusan mengenai apakah tujuan yang ingin dicapai berkaitan

dengan seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala

prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Dalam rangka untuk

menentukan dan melaksanakan tujuan tersebut diperlukan adanya

kebijakan-kebijakan yang mengatur alokasi sumber-sumber yang

ada, dengan demikian dibutuhkanlah seperangkat kekuasaan dan

kewenangan sebagai alat untuk membina kerja sama maupun untuk

menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses tersebut.

Penggunaan kekuasaan dan otoritas dapat dilaksanakan secara

persuasif maupun secara koersif atau paksaan, karena pemaksaan

terkadang diperlukan juga untuk tercapainya suatu tujuan karena jika

tidak kebijakan yang telah ditetapkan tidak akan terwujud hanya

sekedar suatu rangkaian kalimat yang tidak ada artinya.


5. Pengertian Sosiologi Politik

Sosiologi politik adalah ilmu pengetahuan yang khusus

mempelajari keteraturan kekuasaan, pemerintahan, lembaga negara,

otoritas, dan hal lainnya yang ada dalam kehidupan masyarakat dan

mempengaruhi pola hidup yang ada dalam masyarakat. Hal ini

menjadi objek kajian sosiologi politik yang sangat penting,

mengingat semua segmen kehidupan manusia memerlukan politik.

Bahkan sejak lahir sampai menjelang kematiannya untuk

memperluas kekuasaan pengakuan diperlukan perpolitikan.

6. Aspek Sosiologi Politik Cerpen Saksi Mata

Berdasarkan pengertian sosiologi politik, kami menemukan

beberapa aspek sosiologi politik dalam cerpen saksi mata karya Seno

Gumira Ajidarma sebagai berikut :

a. Kesulitan orang lain adalah ladang emas untuk wartawan

Wartawan adalah sebuah pekerjaan yang melakukan

kegiatan jurnalistik untuk menyampaikan sebuah berita,

namun tak jarang wartawan menjadi salah satu pekerjaan

paling tidak bermoral karena mengutamakan media

ketimbang moral. Setiap wartawan mencoba untuk

memiliki nilai rating berita yang bagus agar mampu

bertahan dibidang yang penuh dengan persaingan itu.

Sementara para wartawan yang selalu menanggapi


peristiwa menggemparkan dengan penuh gairah segera

memotret Saksi Mata itu dari segala sudut sampai

nungging-nungging sehingga lampu kilat yang berkedap

membuat suasana makin panas.

Salah satu kutipan tersebut menunjukkan bahwa wartawan

lebih mementingkan hasil jepretannya alih-alih menolong

saksi mata yang kehilangan mata itu. Media lebih penting

daripada moral.

Dengan sisa semangat, sekali lagi ia ketukkan palu, namun

palu itu patah. Orang-orang tertawa. Para wartawan, yang

terpaksa menulis berita kecil karena tidak kuasa menulis

berita besar, cepat-cepat memotretnya. Klik-klik-klik-klik-

klik! Bapak Hakim Yang Mulia diabadikan sedang

memegang palu yang patah.

Kutipan di atas menunjukkan bahwa kesulitan orang lain

adalah ladang emas bagi para wartawan. Palu hakim yang

patah mungkin menjadi berita kontroversi yang akan

diminati oleh banyak pembaca. Di dunia jurnalistik yang

amat keras, para wartawan kecil dituntut menulis berita

apapun meskipun berita tersebut bertentangan dengan

kemanusiaan untuk memuaskan dahaga pembaca yang

lebih senang dengan berita negatif.

b. Pejabat yang hanya bisa bicara tanpa melakukan apapun.


Tugas dari seorang hakim dalam persidangan adalah

melakukan tugas kekuasaan kehakiman, untuk memeriksa,

memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara

perdata. Sehingga seorang hakim memiliki kekuasaan penuh

dalam sebuah persidangan yang dipimpinnya.

Bapak Hakim Yang Mulia, yang segera tersadar, mengetuk-

ngetukkan palunya. dengan sisa wibawa yang masih ada ia

mencoba menenangkan keadaan. “Tenang saudara-saudara!

Tenang! Siapa yang mengganggu jalannya pengadilan akan

saya usir keluar ruangan!”

Kutipan diatas menunjukkan kekuasaan seorang hakim ketika

didalam persidangan. Namun, hakim yang sepatutnya

menegakkan hukum juga acap kali acuh tak acuh.

Dalam perjalanan pulang, Bapak Hakim Yang Mulia

berkata pada sopirnya,“Bayangkanlah betapa seseorang

harus kehilangan kedua matanya demi keadilan dan

kebenaran. Tidakkah aku sebagai hamba hukum mestinya

berkorban yang lebih besar lagi?” Sopir itu ingin menjawab

dengan sesuatu yang menghilangkan rasa bersalah, semacam

kalimat, “Keadilan tidak buta.”* Namun Bapak Hakim Yang

Mulia telah tertidur dalam kemacetan jalan yang

menjengkelkan.
Berdasarkan potongan cerpen diatas ditunjukkan bahwa ia

memiliki rasa kepekaan, namun ia hanya mengungkapkannya

saja tanpa pernah mencoba untuk melakukan apapun, rasa

bersalah yang hinggap di pikirannya juga seketika mudah

menguap dan ia dengan mudah melupakannya.

c. Masyarakat yang menutup mata pada kekerasan yang terjadi.

Salah satu bagian dari cerpen Saksi Mata saat hakim

menanyakan kesanggupan saksi untuk memberikan kesaksian

atas kekerasan yang ia lihat karna hanya ia yang mau menjadi

memberi pernyataan atas kejadian tersebut membuktikan

bahwa banyak orang yang melihat kekerasan tersebut terjadi

namun tidak banyak yang mau memberitahu siapapun dan

lebih memilih untuk menutup mata.

“Lho ini bisa dibuktikan Pak, banyak saksi mata yang tahu

kalau sepanjang malam saya cuma tidur Pak, dan selama tidur

tidak ada orang mengganggu saya Pak.”

Kutipan di atas sepertinya terlihat ambigu, didalamnya seperti

ada makna konotatif bahwa banyak pasang mata yang melihat

mata dari saksi tersebut dicongkel namun mereka tetap diam

saja. Selain itu, terdapat penggambaran lainnya sebagaimana

dijelaskan dalam kutipan dibawah ini :


Darah masih mengalir perlahan-lahan tapi terus menerus

sepanjang jalan raya sampai kota itu banjir darah. Darah

membasahi segenap pelosok kota bahkan merayapi gedung-

gedung bertingkat sampai tiada lagi tempat yang tidak

menjadi merah karena darah. Namun, ajaib, tiada seorang

pun melihatnya.

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa darah hasil pembantaian

manusia terlihat dimana-mana namun tidak ada satu orangpun

yang peduli dengan keadaan tersebut.

d. Kampanye

Kampanye sejatinya adalah sebuah usaha yang dilakukan

oleh perseorangan atau kelompok untuk mendapatkan

dukungan atau simpati dari masyarakat banyak. Namun, tidak

sedikit kampanye yang letaknya tidak pada tempatnya. Mereka

mengambil beberapa momen-momen keputusasaan seseorang

untuk menggaet banyak massa dengan suasana kesedihan

tersebut.

“Sekali lagi, apakah saudara Saksi Mata masih bersedia


bersaksi?”

“Saya Pak.”

“Kenapa?”

“Demi keadilan dan kebenaran Pak.”


Ruang pengadilan jadi gemuruh. Semua orang bertepuk
tangan, termasuk Jaksa dan Pembela. Banyak yang bersorak-
sorak. Beberapa orang mulai meneriakkan yel.

Tepuk tangan dan yel-yel yang disuarakan terasa sangat

semu, karena dari sekian banyak orang saksi yang melihat sebuah

kejadian kekerasan hanya ada satu yang mengajukan diri

walaupun matanya sudah dicongkel oleh seseorang.


BAB III

KESIMPULAN

Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-

kira berkisar antara setengah sampai dua jam, suatu hal yang kiranya tidak

mungkin dilakukan dalam sebuah novel. Ada cerpen yang pendek (short

story), ada yang cukup panjang (midle short stoy), serta ada cerpen yang

panjang (long short story). Aspek sosial politik cerpen diantaranya yaitu

Struktur sosial yang berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian tokoh.

Dalam unsur intrinsik cerpen Saksi Mata terdapat latar, alur,

tokoh/penokohan, amanat, gaya bahasa, dan juga sudut pandang. Selain unsur

intrinsik tersebut ditemukan juga aspek sosial politik yang terdapat dalam

cerpen. Seperti kesulitan orang lain adalah ladang emas untuk wartawan,

Pejabat yang hanya bisa bicara tanpa melakukan apapun, Masyarakat yang

menutup mata pada kekerasan yang terjadi, dan juga kampanye


Daftar Pustaka

Bottomore, Tom. (1992). Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiardjo, Miriam. (2003). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Penerbit

Gramedia Pustaka Utama.

Duverger, Maurice. (2005). Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali Press.

Eko Handoyo. 2008. Sosiologi Politik. Semarang: Universitas Negeri

Semarang Press.

Rafael Raga Maran. 1999. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Abrams. (1981). Teori Pengantar Fiksi. Yogyakarta: Hanindita Graha

Wida.

Anda mungkin juga menyukai