Anda di halaman 1dari 3

Novel: Tritologi Insiden Saksi Mata

Pengarang : Seno Gumira Ajidarma

Penerbit : PT Bentang Pustaka

Kota Terbit : Yogyakarta

Tahun Terbit : 2010

Hal : 458 halaman

1. Tujuan Pengarang
Tujuan Seno Gumira Ajidarma menulis novel ini adalah untuk memberitahu kebenaran
atas insiden dili dan membongkar sejarah sejarah yang tersembuyi dari pembantaian
insiden dili agar semua orang dapat mengetahui fakta fakta yang sebenarnya
2. Latar belakang
Novel ini berdasarkan kisah nyata seno yang dulunya bekerja menjadi wartawan yang
selalu berpindah pindah dari satu media ke media lain. Suatu hari dia menerima skripsi
berjudul peristiwa insiden dili, timor timur, dalam majalah jakarta jakarta. Setelah itu
seno mulai melakukan penelitian tentang kasus jakarta jakarta dalam hubungan dengan
insiden dilli dan mendengarkan pengakuan dari para saksi mata hingga seno termotivasi
untuk mengungkapkan kebenarannya melalui novel.
3. Pandangan penulis
Dalam novel ini, seno gumira menggambarkan suatu peristiwa pembantaian orang orang
tidak bersenjata di timur timor oleh militer indonesia yang disebut dengan nama insiden
dili dengan mengungkap kan kebeneran dari para saksi. Suasana itu digambarkan seno
dengan seorang saksi mata yang tetap bersaksi mestipun kehilangan matanya.
4. Argumen

Pada saat awal membaca novel ini saya merasa kurang tertarik karena ceritanya yang
seperti cerita horror dimana manusia di congkel matanya dan terjadinya pembantaian
besar besaran yang mengakibatkan ribuan orang mati. Tetapi semakin dalam saya
membaca novel ini , saya mulai mengerti maksud tujuan penulis menulis cerita ini .
Penulis hanya ingin mengungkap kebeneran atas insiden dili melalui novel agar menarik
minat anak anak zaman sekarang untuk membaca cerita yang terdapat sejarah
didalamnya dengan ditambahkan sedikit romansa di dalam ceritanya.

5. Unsur
 Tema: Tema dari novel saksi mata adalah tema egoik, tema tersebut menceritakan
tentang kehidupan yang harus diperjuangkan walaupun penuh pengorbanan
 Tokoh : Tokoh dalam novel ini adalah saksi mata sebagai pemeran utama, lalu ada hakim
dan ada figuran yang digambarkan sebagai penonton sidang
 Penokohan: Tokoh tokoh di dalam novel ini ada berbagai macam karakteristik penokohan
antara lain tokoh hakim yang digambarkan tegas, tokoh saksi mata yang digambarkan
memiliki sifat yang polos dan penakut
 Alur: Alur yang digunakan adalah alur campuran, dimana terdapat alur maju, mundur
dan maju lagi. Indikator bisa dilihat dalam dialog antara tokoh hakim dan tokoh saksi
mata, disitu bisa kita lihat kalau saksi mata menerangkan, di ceritakanlah kejadian
sebelum waktu percakapan antara hakim dan si saksi mata yaitu disaat insiden dili
 Latar
- latar tempat: latar tempat di dalam novel ini yaitu ruang sidang, rumah, parkiran, jalan
raya, di dalam mobil, timor timur, dili, jakarta
- latar waktu: latar waktu yang terdapat di dalam novel yaitu pagi hari, malam hari, sore,
siang dan saat pembantaian, tahun 1991
- latar suasana: latar suasana yg terdapat di dalam novel yaitu ricuh,emosi, sedih,
terbayang, kagum ,penasaran, perperangan, mengerikan,keganasan
 Sudut pandang : Di dalam novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga.
Pengarang tidak melibatkan diri sendiri secara langsung ke dalam ceritanya
 Gaya bahasa: Di dalam novel ini bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari hari yang
mudah dimengerti
 Amanat : Novel ini dapat diambil makna tersirat nya bahwa untuk menjadi seseorang
yang memiliki jabatan hukum harus adil dan tegas kepada siapa pun dan tidak memilih
milih atau berpihak kepada satu orang saja. Nilai yang lain adalah terus perjuang di jalan
yang benar meskipun banyak halangan di Depan mata

 Nilai nilai dalam novel


- Nilai sejarah: Saat terjadinya pembantaian orang orang yang tidak bersenjata di timor
timur oleh militer indonesia pada masa orde baru yaitu insiden dili 12 November 1991
- Nilai Sosial: Disaat saksi mata rela kehilangan matanya hanya untuk tetap bersaksi di
pengadilan
-Nilai keadilan: Disaat hakim dengan sangat adil dan tegas dalam mengambil keputusan
- Nilai agama : " hari itu ada 3000 orang digereja untuk melakukan misa dan sekitar 1500
orang menunggu di kuburan karena akan diadakan upacara"

Anda mungkin juga menyukai