halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. iii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………….. vi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………….. viii
BAB
I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………… I–1
Gambar halaman
2.1 Proses utama dalam pembentukan endapan bahan galian … II – 3
2.2 Pendekatan (proses) kegiatan eksplorasi secara umum …….. II – 6
2.3 Pentahapan kegiatan eksplorasi ……………………………………… II – 9
2.4 Skema pentahapan eksplorasi ……………………………………….. II – 12
2.5 Diagram alir tahapan pengambilan keputusan ………………….. II – 13
3.1 Diagram umum hubungan antara proses geologi, gejala
geologi, dan genesa endapan …………………………………………. III – 2
3.2 Sketsa model tektonik lempeng ………………………………………. III – 4
3.3 Sketsa pendeksripsian dimensi badan bijih ……………….……… III – 5
3.4 Sketsa badan bijih berupa urat (vein) ……………………………… III – 7
3.5 Sketsa endapan skarn ……………………………………………………. III – 9
3.6 Endapan volkanik yang berasosiasi dengan sulfida masif …… III – 11
3.7 Sketsa pembentukan endapan primer ……………………………… III – 15
3.8 Sketsa letak (keterdapatan) endapan sekunder mekanis …… III – 17
3.9 Sketsa pembentukan endapan sekunder hasil rombakan
kimiawi ………………………………………………………………………… III – 18
4.1 Siklus penyusunan model endapan …………………………………. IV – 7
4.2 Tingkat kesulitan dan lama waktu perancangan model ……… IV – 8
5.1 Metode eksplorasi geokimia dan material geologi yang
disampling ……………………………………………………………………. V–6
5.2 Pola dispersi sekunder V–7
5.3 Daur geologi, geokimia, dan terbentuknya bijih ……………….. V–8
5.4 Histogram dan frekuensi-kumulatif …………………………………. V – 13
5.5 Beberapa sifat fisik berbagai jenis batuan ……………………….. V – 15
5.6 Contoh peta kontur hasil survei aeromagnetik ………………….. V – 16
5.7 Contoh profil hasil survei IP, gaya berat dan EM ………………. V – 18
5.8 Spektrum radiasi elektromagnetik …………………………………… V – 19
5.9 Contoh anomali gaya berat …………………………………………….. V – 21
6.1 Peta dan penampang geologi suatu daerah vulkanik …………. VI – 4
6.2 Sketsa proses terbentuknya float ……………………………………. VI – 5
6.3 Sketsa konseptual pengerjaan metode tracing float ………….. VI – 6
6.4 Sketsa lokasi pembuatan paritan uji ………………………………… VI – 8
6.5 Sketsa pembuatan sumur uji ………………………………………….. VI – 9
6.6 Sketsa pembuatan channel sampling pada urat ……………….. VI – 14
Tabel halaman
4.1 Klasifikasi model endapan mineral berdasarkan lingkungan
litologi dan tektonik …………………………………………………………… IV – 3
4.2 Penggunaan sub-tipe model endapan …………………………………. IV – 8
5.1 Perbandingan metode eksplorasi langsung-tak langsung ………. V–1
5.2 Perbandingan citra landsat dengan foto udara ……………………… V–5
5.3 Contoh asosiasi bijih, unsur-unsur penunjuk dan jejak ………….. V–9
5.4 Metode-metode utama dalam prospeksi geokimia ………………… V–9
5.5 Penerapan metode-metode geofisika dan geokimia ………………. V – 14
5.6 Resume metode eksplorasi geofisika …………………………………… V – 23
6.1 Hasil analisis pada masing-masing tahapan reduksi ……………… VI – 19
6.2 Beberapa permasalahan dalam pemboran …………………………… VI – 34
6.3 Ukuran wireline drill rod seri Q …………………………………………… VI – 34
6.4 Ukuran wireline core barrel seri Q/Q-3 ………………………………… VI – 35
7.1 Tahapan eksplorasi dan metode yang digunakan …………………. VII – 8
8.1 Klasifikasi kualitas batuan berdasarkan RQD ………………………… VIII – 3
8.2 Informasi geologi yang diperlukan untuk merekam cacat
struktur dalam batuan ……………………………………………………….. VIII – 3
8.3 Kuat tekan uniaksial dan kuat tarik dari beberapa jenis batuan VIII – 7
PENDAHULUAN
Industri Pertambangan merupakan salah satu industri yang mempunyai resiko yang
tinggi (kerugian). Dalam usaha pemanfaatan sumberdaya mineral/bahan galian
untuk kesejahteraan masyarakat dan pengembangan suatu daerah, diperlukan
suatu usaha pertambangan. Agar usaha pertambangan tersebut dapat berjalan
dan memperoleh keuntungan, maka potensi sumberdaya mineral/bahan galian
yang ada harus diketahui dengan pasti, begitu juga terhadap resiko yang ada,
yang dapat dirinci sebagai resiko geologi, resiko ekonomi-teknologi, dan resiko
lingkungan, harus dihilangkan atau paling tidak diperkecil.
Sedangkan pada tahap lanjutan atau detail, diterapkan metode langsung, yaitu
dengan cara survei langsung mulai dari pemetaan, pembuatan parit uji dan sumur
uji, dan pemboran, yang dilengkapi dengan pengambilan conto secara
sistematik pada badan bijih/cebakan bahan galian yang bersangkutan. Conto-
conto tersebut lalu dianalisis secara kimia di laboratorium untuk mengetahui kadar
atau kualitasnya, yang selanjutnya data tersebut digunakan dalam perhitungan
potensi atau cadangan.
Hasil dari setiap tahapan eksplorasi dipakai untuk mengambil keputusan apakah
pekerjaan eksplorasi tersebut diteruskan ke tahap yang lebih lanjut (daerah
prospek ditemukan) atau tidak dilanjutkan (tidak ada indikasi daerah prospek).
Dengan demikian resiko kerugian yang besar dalam melakukan eksplorasi dapat
dihindari, hanya kalau hasilnya menjanjikan, dalam hal ini terdapat suatu harapan
yang besar akan ditemukannya cadangan yang dapat ditambang (mineable-
bankable-economic), maka kegiatan eksplorasi dilanjutkan ke tahap yang lebih
detail.
Kuliah teknik eksplorasi ini merupakan suatu integrasi dari kuliah-kuliah lainnya
dalam bidang geologi, genesa bahan galian, teknologi eksplorasi, pemboran dan
sampling, perhitungan cadangan, dan analisis keekonomian.
Sebagai suatu industri yang padat modal, padat teknologi, dan padat
sumberdaya, serta mengandung resiko yang tinggi, maka industri pertambangan
menjadi hal yang sangat unik dan membutuhkan usaha yang lebih untuk dapat
menghasilkan sesuatu yang positif dan menguntungkan. Banyaknya disiplin ilmu
dan teknologi yang terlibat di dalam industri ini mulai dari geologi, eksplorasi,
pertambangan, metalurgi, mekanik dan elektrik, lingkungan, ekonomi, hukum,
manajemen, keuangan, sosial budaya, dan komunikasi, sehingga menjadikan
industri ini cukup kompleks.
Kalau kegiatan eksplorasi menjanjikan adanya suatu harapan bagi pelaku bisnis
pertambangan, barulah kegiatan industri pertambangan dapat dilaksanakan.
Kegiatan eksplorasi dilakukan karena ada tujuan (goal) yang diharapkan oleh
badan/pihak perencana eksplorasi tersebut.
Sebagai contoh :
Pada badan pemerintah, dengan tujuan pengembangan wilayah (daerah),
maka kegiatan eksplorasi diarahkan untuk pendataan potensi sumberdaya
bahan galian, sehingga kegiatan eksplorasi tersebut lebih bersifat
inventarisasi sumberdaya mineral.
Dilihat dari pentingnya hal tersebut di atas, terdapat 5 (lima) hal penting yang
harus diperhatikan, yaitu :
Pemahaman filosofi eksplorasi dan cebakan bahan galian
Pengetahuan (dasar ilmu dan teknologi) yang terkait dalam pekerjaan
eksplorasi,
Pemahaman konsep dan metode eksplorasi,
Prinsip dasar dan penerapan metode (teknologi) eksplorasi,
Pengambilan keputusan pada setiap tahapan eksplorasi.
Proses eksplorasi mempunyai hubungan yang erat dengan keadaan dan perilaku
suatu endapan bahan galian, yaitu proses untuk mengetahui bagaimana suatu
endapan terbentuk (terakumulasi), bagaimana penyebaran dan bentuk
(geometri) endapan tersebut di alam, berapa banyak endapan tersebut yang
dapat diambil, serta bagaimana tingkat (nilai) keekonomian endapan tersebut.
Tanda-tanda
Sumber
Fakta
Perpindahan/
Transportasi
Cebakan
Wadah/
Perangkap Sumber
(a) (b)
Gambar 2.1 (a) Proses utama dalam pembentukan endapan bahan galian,
(b) Proses penemuan
Dewasa ini banyak kegiatan eksplorasi sukses dengan didasarkan pada analogi
model-model endapan yang telah ada pada kondisi alam yang mirip. Namun
metode analogi ini menjadi berbahaya untuk pelaku-pelaku pemula yang
mempunyai dasar pengetahuan genesa bijih yang lemah.
Pada Gambar 2.2 dapat dilihat secara skematik pendekatan (proses) kegiatan
eksplorasi secara umum.
Banyak definisi yang dapat diuraikan dalam istilah eksplorasi, namun dalam
konteks ini secara umum, eksplorasi dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan
untuk mencari, menemukan, dan mendapatkan suatu bahan tambang (bahan
galian) yang kemudian secara ekonomi dapat dikembangkan untuk diusahakan.
Secara konsep, dalam lingkup industri pertambangan, eksplorasi dinyatakan
sebagai suatu usaha (kegiatan) yang karena faktor resiko, dilakukan secara
bertahap dan sistematik untuk mendapatkan suatu areal yang representatif untuk
dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai areal penambangan (dieksploitasi).
Kegiatan eksplorasi dapat dimulai setelah target endapan yang akan dieksplorasi
telah ditetapkan. Prosedur berikut merupakan prosedur umum yang diterapkan
dalam suatu program eksplorasi :
1. Melakukan pengumpulan data awal mineral dan informasi-informasi yang
berhubungan dengan mineral target, dan melakukan analisis terhadap
informasi-informasi tersebut untuk mendapatkan hubungan antara ukuran
(size), keterdapatan (sebaran), serta kadar endapan tersebut dalam
beberapa kondisi geologi yang berbeda.
Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh berupa :
Publikasi ilmiah,
Textbook geologi/ekonomi,
Publikasi dari badan-badan pemerintahan, termasuk berupa peta-peta
geologi dan geofisika, serta laporannya,
Data remote sensing seperti foto udara dan citra satelit,
Data hasil survei geofisika udara (airborne geophysics),
Proceeding dan publikasi-publikasi teknik pada konferensi dan
simposium organisasi profesional,
Jurnal teknik dan industri,
Laporan survei yang pernah dilakukan,
Hasil diskusi dengan kontak person dan kolega-kolega seprofesi.
2. Melakukan seleksi data serta membuat sintesis-sintesis untuk menyusun model
yang menggambarkan endapan pada beberapa kombinasi lingkungan
geologi,
3. Menyusun skala prioritas berdasarkan gambaran kondisi daerah target
eksplorasi,
4. Melakukan survei geologi pendahuluan dan pengambilan beberapa conto
untuk dapat menghasilkan gambaran awal berdasarkan kriteria seleksi
geologi yang telah ditetapkan pada daerah terpilih,
5. Mencari informasi pada tambang-tambang endapan sejenis yang telah
ditutup maupun sedang beroperasi, dan mencoba menerapkannya jika
Tahap I (Preliminary), yaitu program dengan budget rendah yang ditujukan untuk
memperoleh informasi umum. Tahap I ini pada umumnya dapat berupa kegiatan :
Survei geologi tinjau (reconaissance),
Pengecekan-pengecekan data yang sudah ada pada peta geologi
regional (desk study),
Pengambilan beberapa sampel awal geokimia.
Tahap III (Finding & Calculation/Evaluation), yaitu program yang ditujukan untuk
memastikan kondisi endapan yang disusun berdasarkan hasil analisis dan
interpretasi hasil tahap II (model genetik). Target awal dipersempit sesuai dengan
anomali geokimia dan geofisika yang ditemukan. Pada umumnya program yang
direncanakan berupa pemboran dan sampling untuk pemastian anomali-anomali
yang ada.
3. Geological mapping,
Survei topografi untuk updating peta
Interpretasi foto udara dan citra satelit (batuan, struktur)
Identifikasi batuan & mineral baik di lapangan maupun di laboratorium
Sistem navigasi yang presisi dan modern
7. Analisis data mulai dari kompilasi data yang potensial serta aplikasinya
sampai analisis untuk penentuan zona-zona anomali.
Berdasarkan definisi dan prinsip dasar eksplorasi di atas, maka setiap kegiatan
eksplorasi dilaksanakan (direncanakan) secara bertahap, dan unsur design
menjadi dasar dalam perencanaan setiap tahapan, mulai dari metode yang
paling sederhana sampai dengan metode yang lebih kompleks dan akurat, serta
dari biaya yang relatif murah sampai dengan biaya yang lebih mahal.
Pre-Studi Kelayakan
Resiko tinggi
Penseleksian
daerah target
Pemboran,
Tahapan
Pemastian model
endapan
SURVEI Pemetaan, Survei Eksplorasi semi (uji geoteknik, uji
Kegiatan
Analisis
REGIONAL dan sampling detail (pemboran hidrologi,
kesesuaian studi Pembukaan
Studi Inderaja, geokimia, dan sampling semi hidrogeologi, uji
literatur dengan lokasi
Literatur Geokimia, Survei geofisika, detail), Analisis metoda
keadaan pengolahan, uji
penambangan
Geofisika, Pemodelan dan Evaluasi
lapangan kadar) dan
Airborne. endapan Cadangan.
perhitungan
cadangan Dimodifikasi dari Eimon, 1988
KOMPILASI DAN
ANALISISDATA
(Peta, Inderaja) STUDI LITERATUR
MODEL GEOLOGI
RECONNAISSANCE
REGIONAL
MODEL GEOLOGI/GENETIK
ENDAPAN Prospek ? Tidak Berhenti
(TEORITIS/ANALOG)
Ya
DESAIN PROGRAM
EKSPLORASI
SELEKSI DAERAH
TARGET
PROGRAM EKSPLORASI
(Bertahap)
Petunjuk-petunjuk
Anomali-anomali
(Guide to Ore)
PENERAPAN
TEKNOLOGI (METODE)
EKSPLORASI
MODEL EKSPLORASI
(MODEL ENDAPAN)
Ya
KUANTIFIKASI CADANGAN
MODEL CADANGAN
(Sumberdaya Terukur)
Gambar 2.5 Diagram alir tahapan pengambilan keputusan, sesuai model, hasil
interpretasi dan evaluasi dari kegiatan-kegiatan eksplorasi
Indikasi (gejala) geologi yang diamati merupakan hasil (produk) dari proses
geologi (asosiasi batuan, tektonik, dan siklus geologi) yang mengontrol
pembentukan endapan, yang kemudian dikaji dalam konteks genesa
endapan berupa komposisi mineral, asosiasi mineral, unsur-unsur petunjuk, pola
tekstur mineral, ubahan (alterasi), bentuk badan bijih (tipe endapan), dan lain-
lain, menghasilkan elemen-elemen yang harus ditemukan dan dibuktikan
melalui penerapan metode (teknologi) eksplorasi yang sesuai, sehingga dapat
menjadi petunjuk untuk mendapatkan endapan bijih yang ditargetkan (guide
to ore). Secara skematis hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1.
PROSES GEOLOGI
Magmatik
Tektonik
(Struktur geologi)
Pelapukan
Erosi & Sedimentasi
Gambar 3.1 Diagram umum hubungan antara proses geologi, gejala geologi,
dan genesa endapan untuk memperoleh tipe dan karakteristik
endapan dengan pemilihan metode eksplorasi
Seperti yang telah diuraikan di atas, salah satu yang mengontrol pembentukan
mineral adalah siklus geologi.
Di kerak bumi, lelehan batuan (magma) muncul mendekati permukaan
bumi akibat pendinginan dan perbedaan tekanan yang dikenal dengan
differensiasi magma. Proses magmatisme salah satunya dapat diamati
sebagai aktivitas volkanik.
Daerah-daerah volkanik yang mengalami pelapukan dan proses
penurunan serta adanya media (fluida) membawa material-material
klastik menuju cekungan pengendapan.
Penurunan kerak bumi di cekungan tersebut menyebabkan proses
metamorfisme di bawah kondisi tekanan dan temperatur yang
mendekati titik lelehnya, sehingga terbentuk magma baru.
Pembentukan bijih dan endapan secara sederhana dapat dilihat pada sketsa
model tektonik lempeng serta evolusi pembentukan mineral dan endapan di
kerak bumi (Gambar 3.2) di bawah ini.
Urat (Vein)
(Au - Ag - Hg)
(Cu - Pb - Zn)
Eksalatif - S
Placer Au - Sn
Cr - Ni - Pt
ZONA REGANGAN
(RIFT ZONE)
ZONA TUMBUKAN
(SUBDUCTION ZONE)
ZONA TUMBUKAN
(SUBDUCTION ZONE)
Gambar 3.2 Sketsa model tektonik lempeng serta evolusi pembentukan mineral
dan endapan di kerak bumi (Gocht et al., 1988)
Jika dilihat pada tatanan tektonik di Indonesia, maka terdapat beberapa zona
pengendapan bijih-bijih logam, sesuai dengan karakteristik batuan dan proses-
proses tektonik yang mempengaruhinya, seperti yang telah diberikan contoh
pada penjelasan metallogenic province.
Sebagai dasar dalam pengenalan bentuk dan morfologi badan bijih, maka
pemahaman pendiskripsian dimensi badan bijih menjadi sangat penting. Arah
sumbu panjang badan bijih dalam bidang horizontal yang sama dianggap
sama dengan jurus (strike). Iklinasi (penunjaman) bidang badan bijih dalam
arah tegak lurus jurus dianggap sama dengan kemiringan (dip), dan
merupakan arah 3D dari suatu badan bijih. Jika suatu badan bijih merupakan
akibat struktur geologi (misalnya sesar), yang juga merupakan suatu bidang,
maka arah pitch dan plunge menjadi penting. Untuk jelasnya masing-masing
dimensi badan bijih tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.3 di bawah ini.
ukaan
Perm
D B
Shaft
A Dip Level
Plunge
Tebal
Pitch / rake
Level
E ar
Leb
Pan
Level
jan
g
sea
Level
rah
C
bu
Gambar 3.3 Sketsa pendeskripsian dimensi badan bijih (dimodifikasi dari Evans,
1995)
Batugamping
Serpih
Batugamping
Serpih
Batulanau
Batupasir
Footwall
Hanging wall
20 m
Urat mineralisasi mengisi bidang
sesar
Gambar 3.4 Sketsa badan bijih berupa urat yang dikontrol oleh bidang sesar
(dimodifikasi dari Evans, 1995)
Batugamping 100 m
Serpih
Batupasir
Bidang sesar
Tubuh intrusi
(Batuan beku)
Sketsa contoh model endapan skarn (replacement bijih besi pada batugamping)
Gambar 3.5 Sketsa endapan skarn, contoh replacement bijih besi pada
kontak batugamping (dimodifikasi dari Evans, 1995)
Umumnya badan bijih ini terbentuk pada batuan induk (host rock) atau
sebagai endapan hasil proses pelapukan. Endapan-endapan yang
mempunyai badan bijih konkordan ini dikelompokkan sesuai dengan jenis
batuan induknya, yaitu :
sedimentary host rock (dengan batuan induk adalah batuan
sedimen),
igneous host rock (dengan batuan induk adalah batuan beku),
metamorphic host rock (dengan batuan induk adalah batuan
metamorf),
residual deposit (endapan akibat pelapukan batuan induk).
Secara umum badan bijih dengan host rock batuan beku ini dapat
dibedakan menjadi dua berdasarkan posisin terbentuknya batuan beku
tersebut, yaitu volkanik host (dekat permukaan) dan plutonik host (batuan
beku dalam).
Andesit
Lapisan Batas,
biasanya kaya logam besi
Massive Sulphides
Py - sp - ga - cp (+ Ag,Au)
Stockwork
Py - cp
Low : sp, ga, Ag, Cu Riolit
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma
dalam lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini
disebut kontak-metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara
batuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda. Gejala kontak
metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan
beku intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu baking
(pemanggangan) dan hardening (pengerasan).
Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi
dari magma kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral
kontak yang terbentuk adalah : wolastonit (CaSiO 3), kuarsa, garnet,
tremolit, aktinolit, diopsit, amfibol, epidot, vesuvianit, topaz, turmalin, dan
batuan skarn.
Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan
batuan sedimen, dibentuk oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama proses
sedimentasi berlangsung, atau pelapukan maupun dibentuk oleh proses
hidrotermal. Mineral bijih sedimenter umumnya mengikuti lapisan (stratiform)
atau berbatasan dengan litologi tertentu (stratabound).
Terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih yang berasal dari
batuan/endapan lain (akibat pelapukan kimiawi maupun mekanik).
Proses pemilahan selama proses transportasi dan pengendapan,
tergantung oleh besar butir dan berat jenis (dikenal sebagai endapan
plaser atau endapan letakan). Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au,
kasiterit, magnetit, monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil,
dsb.
Laterit
Eluvium
Kolovium
Aluvium
Endapan rawa
Endapan pantai
Mineralisasi primer
(pada batuan beku) Endapan laut
Metasomatisme Nodul
Selain itu juga tergantung dari sifat kimia, Eh (potensial redoks), dan Ph (tingkat
keasaman) suatu lingkungan, seperti Cu dalam kondisi asam akan mempunyai
Lapukan batuan
dasar
Endapan bijih (“ore deposit”) adalah suatu endapan mineral yang mempunyai ukuran
dan kadar dapat diuji dan diketahui, serta mempunyai kemungkinan untuk ditambang
(dieksploitasi) secara menguntungkan. Pada konteks endapan bijih ini, kontrol ekonomi
dan integrasi proses pengelolaan (penambangan – pengolahan – pemasaran) harus
akurat dan terukur.
Perlu diingat bahwa bahan tambang bukan hanya mineral atau bijih, tetapi juga
bahan-bahan lain yang dapat diusahakan dan dipasarkan, misalnya batubara,
permata/batu mulia, bahan galian industri, bahan bangunan atau bahkan tanah urug
(bahan galian konstruksi).
Dalam tahapan eksplorasi, pada observasi lapangan selalu dimulai untuk menemukan
keterdapatan mineral, dimana kegiatan-kegiatan eksplorasi selanjutnya berusaha
untuk menghasilkan (membuktikan) suatu keterdapatan mineral dapat ditingkatkan
menjadi konteks endapan mineral dan bahkan jika beruntung dapat ditingkatkan
menjadi endapan bijih.
Atribut atau sifat-sifat dari suatu keterdapatan mineral harus dapat tergambarkan
dalam sebuah model. Untuk itu dalam penggambaran atribut atau sifat-sifat dari suatu
endapan mineral tersebut, dapat dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan
(pengelompokan), yaitu :
Komponen atribut utama dalam penyusunan suatu model endapan ada 2 (dua), yaitu
pola geokimia (berhubungan dengan distribusi/komposisi unsur, pola dispersi, anomali-
anomali, dll.) dan mineralogi (berhubungan dengan komposisi mineralogi beserta sifat-
sifat fisik dan kimianya, termasuk struktur dan tekstur endapan mineral tersebut).
Suatu model endapan mineral merupakan sebuah informasi yang disusun secara
sistematis yang memuat informasi-informasi tentang atribut-atribut penting (sifat dan
karakteristik) pada suatu kelas endapan mineral. Model endapan mineral tersebut
dapat juga berupa suatu model empirik (deskriptif), yang memuat informasi-informasi
yang saling berhubungan (dari yang belum diketahui) berdasarkan data teoritik, yang
selanjutnya dijabarkan dalam konsep-konsep yang fundamental (mendasar).
Sifat dari suatu model endapan mineral haruslah fleksibel, yaitu terbuka dan mudah
diaplikasikan.
a. Terbuka, yaitu dapat berubah dengan penambahan data atau informasi baru
yang diperoleh, sehingga dapat memperkaya/menyempurnakan model atau
bahkan dapat merubah model endapan awal.
b. Mudah digunakan (diaplikasikan), yaitu pengguna dapat dengan mudah untuk
mengerti dan membaca model untuk diterapkan pada lingkungan batuan dan
tektonik selama penyelidikan.
Pada Tabel 4.1 berikut dapat dilihat pengklasifikasian model-model endapan mineral
sesuai dengan proses dan lingkungan geologi pembentukan endapan oleh Cox &
Singer.
Tabel 4.1 Klasifikasi model endapan mineral berdasarkan lingkungan litologi dan
Tektonik Stabil
high-silica
b. Batuan felsik-mafik Porfiri – Cu
termasuk alkalik
- Batuan samping Porfiri – Cu ; Skarn – Cu ; Skarn Zn – Pb ; Skarn - Fe
intrusi
- Endapan dengan Vulkanik hosted Cu – As – Sb ; Vein Au – Ag – Te ;
Vein polimetalik (epitermal kuarsa – alunit Au)
batuan samping Urat kuarsa low – sulfida Au
lain
Perlu ditekankan bahwa lebih banyak lagi aspek-aspek deskriptif endapan yang perlu
diperhatikan, karena tujuan dari pembuatan model endapan ini adalah untuk
menghasilkan suatu dasar interpretasi observasi geologi yang lebih lanjut (kemudian)
digunakan sebagai dasar dalam interpretasi dalam proses eksplorasi endapan. Atribut-
atribut (karakteristik) yang diuraikan digunakan sebagai petunjuk (guide) untuk
pembuktian sumberdaya dalam eksplorasi dan untuk pendukung interpretasi dalam
pembuktian keberadaan endapan tersebut.
b. Deskripsi Endapan ;
Mendeskripsikan (menguraikan) karakteristik geokimia dan geofisika endapan
dengan memberikan penekanan kepada aspek-aspek yang diperkirakan
dapat terdeteksi sebagai anomali-anomali geokimia dan geofisika.
Dalam banyak kasus, deskripsi karakteristik geokimia dan geofisika ini akan
digunakan sebagai landasan (dasar) dalam perencanaan program
eksplorasi, yaitu dalam perencanaan pemilihan metode (teknologi)
eksplorasi.
Deskripsi ini harus dapat mengkualifikasi karakteristik-karakteristik utama
(dominan) seperti unsur-unsur asosiasi, maupun karakteristik-karakteristik
penunjang (sekunder/ikutan) seperti mineral pengotor atau unsur-unsur
ikutan.
Ada beberapa tahapan dalam mengkonstruksi suatu model endapan, mulai dari
perumusan model genetik, model kemungkinan penyebaran, sampai dengan
menghasilkan suatu model kuantitatif endapan.
Beberapa ahli membedakan definisi (konsep) antara model deskriptif dengan model
genetik suatu endapan. Secara umum, konsep dan pengertian model deskriptif dan
model genetik ini sama, namun secara definitif dibedakan berdasarkan penggunaan
data dan penyampaian informasi yang diharapkan.
Model genetik dikompilasi dari sifat-sifat (kelompok atau individu) yang berhubungan
dengan pembentukan endapan dimana atribut-atribut baru dapat ditemukan dan
diidentifikasikan. Di sini model geologi (sebagai model awal) telah ditingkatkan
menjadi model genetik (lebih fleksibel dan dapat dipercaya). Secara umum
(disimpulkan) bahwa suatu model desktiptif dapat dikembangkan menjadi satu atau
lebih model genetik.
Sub-tipe model dapat dihasilkan dengan memperhatikan suatu alur pemikiran yang
lateral (linier) sebelum menghasilkan suatu model akhir. Dalam kenyataannya akan
terjadi hubungan yang interaktif antara model deskriptif, model genetik, dan model
cadangan (tonase/kadar/sebaran/kuantitatif).
Semua sub-tipe model tersebut merupakan suatu siklus yang dapat terus
disempurnakan untuk dapat menghasilkan suatu model akhir yang akurat, seperti
terlihat pada Gambar 4.1. Dari penelitian para ahli endapan, tingkat kesulitan dan
waktu yang diperlukan untuk perumusan suatu model endapan bervariasi sesuai tipe
endapannya. Tipe endapan plaser dan evaporit secara genetik lebih mudah dipahami
sehingga membutuhkan waktu yang relatif lebih pendek untuk merumuskan model
endapannya dibanding tipe endapan primer (relatif lebih sulit dan kompleks). Pada
diagram Gambar 4.2 berikut dapat dilihat tingkat kesulitan dan penggunaan waktu
relatif dari perumusan beberapa tipe endapan. Sedangkan pada Tabel 4.2 dapat
dilihat penggunaan masing-masing sub-tipe model endapan dalam beberapa aspek
kegiatan.
Pengelompokan Endapan
(berdasarkan tipe)
Model Genetik
Model Kuantitatif Endapan
Pembentukan Model Keterdapatan
Endapan Endapan
Model Akhir
(Final Model)
Gambar 4.1 Siklus penyusunan model endapan (dimodifikasi dari Cox & Singer, 1987)
Endapan Placer
Kemungkinan Kelengkapan Pengumpulan Data
Endapan Evaporit
Endapan Lateritik
Endapan Sulfida Magmatik
(Tingkat Kepastian Model)
Phosporites
Formasi Lapisan Besi (Banded Iron Formation)
Endapan Vulkanogenik Sulfida Masif
Endapan Porfiri
Endapan Epithermal
Endapan Sedimentary Hosted
Endapan Podiform
Endapan Eksalatif Sedimentary
Minimum
Lama Waktu Perancangan Model Maksimum
Gambar 4.2 Tingkat kesulitan dan lama waktu perancangan model dari perumusan
beberapa tipe endapan (dimodifikasi dari Cox & Singer, 1987)
Pendidikan
Riset (ilmiah)
Secara prinsip kedua jenis metoda eksplorasi tersebut mempunyai tujuan yang sama
yaitu untuk mengidentifikasikan dan menemukan endapan bahan galian (bijih).
Perbedaan mendasar dari kedua jenis kegiatan eksplorasi tersebut dapat dilihat pada
Tabel 5.1 berikut.
Dalam pembahasan di bab ini, yang dibicarakan khusus untuk kegiatan eksplorasi tak
langsung, sedangkan kegiatan eksplorasi langsung akan dibicarakan pada bagian
(bab) lain. Pembahasan pada Bab ini akan diuraikan metoda-metoda eksplorasi tak
langsung, yaitu :
Penginderaan jarak jauh (inderaja).
Metoda eksplorasi geokimia.
Metoda eksplorasi geofisika.
Dengan bantuan penginderaan jarak jauh (terutama foto udara) dapat membantu
juga dalam pembuatan peta-peta topografi maupun peta-peta tematik dengan
cepat dan akurat. Selain itu karena data-data dapat diperoleh dalam bentuk data
digital, maka dapat dilakukan kompilasi maupun manipulasi peta dengan cepat
melalui bantuan teknologi komputer.
Secara umum penginderaan jarak jauh (inderaja) ini dapat dilakukan dengan 3 (tiga)
sistem, yaitu :
Beberapa kelebihan yang dapat diperoleh dari penggunaan inderaja ini, antara lain :
Dapat mencakup (meliputi) area permukaan bumi yang cukup luas,
Dapat dilakukan pengamatan fenomena geologi yang dinamik dengan cara
melakukan pengamatan dalam range (interval) waktu tertentu, sehingga proses,
pergerakan, maupun perubahan objek dapat diamati.
Dapat mengeliminasi kesulitan dalam interpretasi bawah permukaan pada
daerah-daerah yang ditutupi oleh vegetasi yang lebat (terutama melalui citra
satelit).
Dapat mengeliminasi kesulitan pengamatan akibat iklim (misalnya tertutup
awan) melalui pengamatan dengan menggunakan citra satelit.
Dapat ditampilkan dalam beberapa variasi bentuk antara lain foto hitam-putih,
citra berwarna, citra hitam-putih, serta variasi rona sehingga dapat
dimanfaatkan untuk interpretasi litologi maupun alterasi.
Dapat membantu dalam pengamatan struktur geologi lokal sehingga akan
sangat membantu dalam interpretasi kontrol pembentukan zona mineralisasi.
Dalam suatu pengamatan foto udara terdapat 7 (tujuh) komponen dasar foto udara
yang perlu diketahui, yaitu :
Bentuk, berhubungan dengan kenampakan fisik suatu objek.
Ukuran, berhubungan dengan dimensi suatu objek dan umumnya berfungsi
sebagai skala,
Pola, berhubungan dengan posisi/sifat/karakteristik spasial suatu objek,
Bayangan, dapat menjadi petunjuk interpretasi (sebagai guide untuk
kenampakan suatu objek), namun dapat juga menjadi kendala dalam
interpretasi (jika menghalangi fisik objek yang penting),
Rona, merupakan tingkat (gradasi) kecerahan/warna relatif suatu objek
terhadap objek lain,
Tekstur, merupakan kombinasi dari bentuk, ukuran, pola, bayangan, atau rona,
Situs/lokasi/indeks, merupakan letak/posisi relatif objek terhadap objek lain.
Pemotretan untuk pembuatan suatu series foto udara yang meliputi suatu daerah
dapat dilakukan pada jalur terbang dan menghasilkan lembaran-lembaran foto. Untuk
dapat dilakukan penggabungan foto-foto (mosaik) maka masing-masing lembaran
yang dihasilkan (difoto) harus saling overlap (umumnya 30%).
Adapun dalam pengamatan suatu foto udara, secara umum dapat diikhtisarkan
sebagai suatu rangkaian kegiatan yang meliputi : pengamatan foto
analisis/pengukuran kenampakan suatu objek pemindahan hasil interpretasi ke
dalam peta dasar. Pengamatan dan analisis suatu foto udara dapat dilakukan secara
3-D, yaitu melalui pengamatan stereografis dengan perantara suatu alat yaitu
stereoskop.
Umumnya peralatan sistim Radar ini dipasang pada pesawat terbang maupun
pesawat antariksa (ulang-alik). Sistem Radar yang digunakan pada umumnya adalah
SLR (Side Looking Radar) dan SLAR (Side Looking Airborne Radar).
Karena resolusi spasial yang dihasilkan oleh sistem SLR/SLAR ini relatif lebih kasar
daripada resolusi yang dihasilkan oleh foto udara, maka SLR/SLAR ini jarang digunakan
pada tahapan penelitian (pemetaan) rinci, tapi hanya (umum) digunakan pada
pemetaan awal (survei tinjau reconnaissance).
Jika dibandingkan dengan penginderaan dengan foto udara, maka Citra Satelit ini
mempunyai beberapa kelebihan/kekurangan, seperti terlihat pada Tabel 5.2.
Format
185 x 185 mm 230 x 230 mm
Foto
Skala 1 : 20.000 s/d 1 : 120.000 1 : 1.000.000
Cakupan areal 21 s/d 760 km 2 34.000 km 2
Untuk kenampakan geologi yang kecil Untuk kenampakan geologi yang kecil
(detail) kurang teliti (detil) cukup teliti
Hasil Untuk kenampakan geologi pada dimensi
Untuk kenampakan geologi pada dimensi
besar membutuhkan banyak lembaran foto
besar cukup terlihat
(terpotong-potong)
Interpretasi 2 (dua) dimensi 3 (tiga) dimensi
Waktu Cepat Lebih lama
Biaya Murah Murah
Oleh sebab itu, maka hasil Citra Landsat umumnya digunakan sebagai pelengkap
dalam melakukan interpretasi penginderaan jarak jauh disamping analisis foto udara
sebagai media interpretasi utama.
Beberapa satelit lain yang sering digunakan dalam penginderaan jarak jauh adalah :
Seasat-1 ; umumnya untuk penelitian oseanografi (dari ketinggian 800 km).
SPOT ; yang merupakan satelit Perancis (Satelit Proboloire Pour 1 Observation de
La Terre).
Satelit cuaca, antara lain NOAA/TIROS, GOES, NIMBUS, DMSP.
Gambar 5.1 Metode eksplorasi geokimia dan material geologi yang di-sampling untuk
mendeteksi dispersi primer dan sekunder (Gocht et al., 1988)
Gambar 5.2 Pola dispersi sekunder dan endapan yang berpindah dari sumbernya
(Chaussier, 1987)
Semua endapan bijih adalah produk dari daur yang sama di dalam proses-proses
geologi yang mengakibatkan terjadinya tanah, sedimen, dan batuan. Dispersi
r TERSINGKAP
de
un si
Sek Ero
i Bijih Oksidasi
ers dan Supergen
sp
Di is
i
os
ep CEBAKAN EKSHALASI
D
(VULKANIK)
Ekstrusif
re
nd
SEDIMEN
ku
(PLACER)
Se
rsi
asi
spe
BATUAN BEKU
Litifik
Di
(CEBAKAN HIDROTHERMAL)
Intrusif
BATUAN SEDIMEN
(ENDAPAN SULFIDA SEDIMEN,
er
ENDAPAN POSFAT)
nd
ku
e
Se
ism
rsi
er
orf
spe
im
tam
tan
Di
Pr
rsi
da
Me
spe
pa
Di
di
BATUAN METAMORF
ja
en
(CEBAKAN METAMORFIK)
m
n
da
i
Fu as
si gr
Mi
MAGMA
a l
oth as
erm
MATERIAL BARU
Ge Pan
Menurut Peters (1978), urutan kegiatan eksplorasi geokimia secara umum terdiri dari :
a. Seleksi metode, elemen-elemen yang dicari, sensitivitas dan ketelitian yang
diinginkan, serta pola sampling.
b. Kegiatan pendahuluan atau program sampling lapangan dengan mengecek
conto-conto secara umum dan kedalaman conto untuk menentukan level yang
dapat diyakini dan untuk mengevaluasi faktor bising (noise).
c. Analisis conto, di lapangan dan laboratorium dengan analisis cek yang dibuat
pada beberapa metode.
d. Melakukan statistik dan evaluasi geologi dari data, sering berkaitan dengan
ketersediaan data geologi dan geofisika.
e. Konfirmasi anomali semu, sampling lanjutan, serta analisis dan evaluasi pada
area yang lebih kecil, menggunakan interval sampling yang lebih rapat dan
penambahan metode geokimia.
f. Penyelidikan target dengan suatu ketentuan untuk sampling ulang dan
penambahan analisis dari conto-conto yang telah ada.
Dua hal dasar yang berkaitan dengan prospeksi geokimia adalah unsur-unsur penunjuk
(indicator element) dan unsur-unsur jejak (pathfinder element). Suatu penunjuk
Tabel 5.3 Contoh asosiasi bijih, unsur-unsur penunjuk dan jejak (Peters, 1978)
Asosiasi bijih Unsur penunjuk Unsur jejak
Tembaga porfiri Cu, Mo Zn, Mn, Au, Rb, Re, Tl, Te
Bijih sulfida kompleks Zn, Cu, Ag, Au Hg, As, S (SO4), Sb, Se, Cd
Urat-urat logam berharga Au, Ag As, Sb, Te, Mn, Hg, I, F, Bi, Co
Endapan skarn Mo, Zn, Cu B
Uranium (batupasir) U Se, Mo, V, Rn, He
Uranium (urat) U Cu, Bi, As, Co, Mo, Ni
Badan bijih ultramafik Pt, Cr, Ni Cu, Co, Pd
Urat-urat fluorspar F Y, Zn, Rb, Hg
Sampling batuan dapat dilakukan pada singkapan, dalam tambang, dan inti bor.
Dalam hal ini permukaan batuan dibersihkan dengan pencucian dan conto chip
diambil dalam area atau interval yang standar. Conto batuan 500 gram umumnya
diambil terhadap batuan berbutir halus, sedangkan batuan yang berbutir sangat kasar
diambil lebih dari 2 kg. Pada metode ini data dapat secara langsung berhubungan
dengan aureole primer dalam sampling detil dan terhadap provinsi geokimia dalam
sampling pengamatan awal. Konteks geologi dari conto batuan langsung
menggambarkan struktur, jenis batuan, mineralisasi, dan alterasi pada saat conto
tersebut diambil.
Sampling sedimen sungai merupakan komposit alami dari material di bagian atas
(hulu) sampai lokasi sampling. Sampling tersebut efektif pada pekerjaan pengamatan
awal dimana lokasi conto tunggal mungkin menunjukkan area tangkapan (catchment
area) yang sangat luas. Dalam survei yang detil, conto dapat diambil setiap 50-100 m
sepanjang aliran, masing-masing sebanyak 50 gram dengan ukuran butir –80 mesh
untuk keperluan analisis.
Sampling air merupakan salah satu metode geokimia yang paling lama. Metode
tersebut mudah dilakukan, tetapi conto air tidak stabil untuk waktu yang singkat.
Faktor-faktor yang mengontrol kandungan logam dalam air permukaan seperti dilusi,
pH, temperatur, kompleks organik sulit untuk dievaluasi, dan kandungan logam
biasanya relatif rendah.
Sampling vegetasi diperlukan sebagai koreksi terhadap sampling tanah dan airtanah
untuk analisis kimia. Tumbuhan mengekstrak unsur-unsur logam dari kedalaman dan
mengirimnya ke dedaunan. Interpretasi yang dihasilkan lebih kompleks dibandingkan
dengan metode lainnya. Sampling yang dilakukan sangat sederhana hanya dengan
memotong ranting dan dedaunan. Conto yang diambil sekitar 100 gram daun atau
ranting muda pada setiap pohon, kemudian dikirim ke laboratorium untuk diabukan
dan dianalisis, conto abu akhir umumnya sekitar 10-30 gram. Idealnya vegetasi
disampling pada lintasan yang seragam.
Sampling uap air raksa digunakan sebagai petunjuk badan bijih sulfida sejak sekitar
tahun 1950-an yang diambil dari tanah, udara maupun air. Spektrometer portabel
sering digunakan untuk memompa gas dari lubang bor berdiameter kecil dalam
tanah. Conto yang paling efektif diambil dari tanah dimana konsentrasi gas ribuan kali
lebih banyak daripada di udara. Radon dan helium dikumpulkan dari conto air
permukaan dan airtanah yang terbukti efektif sebagai petunjuk mineralisasi uranium.
Metode AAS paling sering digunakan dalam analisis unsur tunggal standar. Sedangkan
peralatan yang lebih canggih dapat menganalisis multiunsur, seperti :
Plasma emission spectrometry menganalisis 12 unsur utama (Cu, Pb, Zn, Ag, W,
Sb, Ba, Ni, Mn, Fe, Cr, Sn) dan 10 unsur jejak baik sebagai unsur penyerta (V, P, As,
Mo, B, Be, Cd, Co, Ni, Y), maupun untuk pemetaan geologi.
Interpretasi data geokimia melibatkan kesimpulan statistik dan geologi. Perlu disadari
bahwa kesuksesan interpretasi data tergantung pada keberhasilan program
pengambilan conto. Jika mungkin program pengambilan conto dibuat sefleksibel
mungkin sehingga interpretasi dapat dilakukan secara progresif, mulai dari interpretasi
subjektif diteruskan dengan prosedur yang lebih kompleks sampai kemungkinan
anomali ditemukan atau sampai dapat dikenali tanpa ragu jika tidak terdapat
anomali.
Geokimia strategis dan analisis multiunsur dengan data yang banyak (33 unsur/conto)
memerlukan pengolahan data dengan komputer. Analisis ini sering dilakukan di pusat-
pusat pengolahan data. Seorang mine-geologist hanya perlu menyediakan peta lokasi
dan data lapangan (buku catatan sampling).
Pengolahan data dimulai dengan mengambil informasi geokimia dari conto yang
dikumpulkan. Hal ini dapat diperoleh dengan cara mengelompokkan conto dengan
indeks yang sama, seperti :
hasil analisis dari laboratorium,
koordinat conto, dan
observasi lapangan.
Pengolahan data melibatkan manipulasi sejumlah besar variabel (nilai conto). Ini
dapat menentukan variabilitas dalam dan antara populasi conto. Terdapat tiga
metode statistik yang digunakan, yaitu pertama melibatkan pengolahan variabel
yang diambil satu persatu (analisis univarian), kedua teknik analisis bivarian, dan
ketiga analisis multivarian.
Analisis bivarian terdiri dari analisis dua karakter dari variasi simultan, baik secara grafis
ataupun perhitungan koefisien korelasi linier.
Analisis multivarian terdiri dari regresi multipel dan analisis faktorial. Regresi multipel
memungkinkan variasi-variasi dari suatu variabel dihubungkan dengan variasi-variasi
dari satu atau beberapa variabel lain. Gunanya untuk membantu menonjolkan atau
mengeliminasi material logam dari endapan primer, sebagai contoh Cu tinggi yang
berasosiasi dengan batuan basa dapat ditekan atau dihapus dengan studi distribusi Ni,
Co dan V. Di lain pihak anomali yang signifikan akan kelihatan lebih kontras.
Sinyal yang diukur oleh peralatan geofisika mungkin merefleksikan bising (noise) yang
disebabkan oleh alat atau faktor-faktor lingkungan luar, background yang tipikal untuk
lokasi atau wilayah tertentu, dan anomali yang merefleksikan kehadiran dan distribusi
konsentrasi batuan atau mineral dari kontras sifat-sifat fisik.
Tabel 5.5 Penerapan metode-metode geofisika dan geokimia dalam eksplorasi (Gocht
et al., 1988)
Cu/Pb
Survei eksplorasi Fe Cr Au Ag Sn U Hidrokarbon
Zn
Survei magnetik ++ -- - -- -- --
Survei geolistrik - - ++ + -- -- --
Survei elektromagnetik - ++ + --
Survei radiometrik -- -- - - ++ --
Survei gravimetrik + + - - -- +
Survei seismik -- -- -- -- -- ++
Survei geokimia -- - ++ + ++ + -
Survei mineral berat + ++ - ++ -- ++ --
Detektor Hg -- -- + + + -- - --
Keterangan : -- tidak dapat diterapkan; - jarang diterapkan; dapat diterapkan untuk bukti tidak langsung;
+ umumnya berhasil; ++ sangat berhasil
Survei ini bertujuan untuk mengukur intensitas medan magnetik bumi. Deviasi lokal dari
medan tersebut disebabkan oleh kehadiran batuan dan mineral yang bersifat
magnetik atau magnetismenya diinduksi oleh medan magnet bumi. Mineral yang
paling berkaitan dalam survei ini adalah magnetit, tetapi dalam beberapa kasus
terdapat kehadiran ilmenit, hematit atau pirotit. Magnetisme alami atau remanen
yang terdapat dalam mineral saat formasinya, umumnya lebih lemah daripada
Gambar 5.5 Beberapa sifat fisik berbagai jenis batuan yang digunakan dalam
eksplorasi geofisika (Gocht et al., 1988)
Medan magnetik yang diukur selama survei merupakan cerminan jenis batuan yang
mendasari. Survei ini berguna untuk deteksi langsung misalnya terhadap endapan Fe,
Ni, atau Cu-Pb-Zn yang mengandung magnetit atau pirotit, dan untuk pemetaan
geologi. Survei dengan metode magnetik ini dapat dilakukan di darat, laut maupun
udara.
Survei magnetik udara dilakukan untuk menampilkan kenampakan geologi pada area
yang luas, jika terdapat tanah atau overburden yang cukup tebal menutupi batuan.
Intensitas medan magnetik diukur dalam gamma () dimana 1 = 10-6 nT. Total medan
bumi berkisar antara 20.000-50.000 dan magnitudo lokal tergantung pada lintang dan
bujur; nilai tersebut bervariasi 10-30 dalam background harian, dan 1000 atau lebih
disebabkan oleh badai magnetik yang berkaitan dengan aktivitas sunspot. Proton
precession magnetometer yang mengukur medan magnetik total, dan fluxgate
magnetometer yang mengukur medan magnetik total maupun komponen tunggal
(medan vertikal dan horisontal) adalah alat yang paling sering digunakan dalam
eksplorasi. Peralatan tersebut memiliki sensitivitas di bawah 1 .
Hasil survei magnetik yang terkoreksi untuk interferensi ditunjukkan sebagai peta kontur
dari intensitas medan magnetik (Gambar 5.6) atau sebagai profil magnetik. Idealnya
peta dan penampang dibuat pada skala peta geologi sebagai fasilitator interpretasi
geologi dari anomali. Pada dasarnya survei magnetik mampu mencakup area yang
luas dengan cepat dan menyediakan data perkiraan awal dari distribusi jenis batuan,
struktur dan endapan bijih.
Metode geolistrik dapat digunakan pada beberapa kegiatan eksplorasi berikut ini :
a. Geologi regional ; struktur, stratigrafi, sedimentologi, dll.
b. Hidrogeologi ; muka airtanah, akuifer, intrusi air asin, dll.
c. Geoteknik ; struktur geologi, konstruksi, porositas dan permeabilitas batuan.
d. Pertambangan ; penyebaran endapan mineral, potensi bahan galian C, dll.
e. Arkeologi ; candi terpendam
f. Panasbumi ; kedalaman, penyebaran, daerah panas bumi tahanan jenis rendah.
g. Minyak bumi ; struktur, kontak air-minyak, logging geofisika, dll.
Jenis metode tahanan jenis dan polarisasi terimbas paling sering digunakan. Untuk
mengukur tahanan jenis, suatu arus diinjeksikan ke dalam tanah dengan dua input
atau elektroda arus. Potensial dihasilkan oleh arus yang diukur sebagai suatu beda
tegangan antara dua output atau elektroda potensial. Kedalaman penetrasi dari
pengukuran sebanding terhadap jarak antara elektroda arus dan potensial, dan variasi
dari konfigurasi elektroda yang digunakan pada endapan yang berbeda. Data
ditampilkan sebagai profil tahanan jenis (Gambar 5.7) sepanjang garis lintasan, atau
sebagai peta kontur dengan iso-tahanan jenis.
Pada survei polarisasi terimbas, elektroda potensial dan arus ditempatkan dalam tanah
dan diinjeksikan arus listrik. Peningkatan tahanan jenis disebabkan oleh polarisasi dari
sulfida disseminated sebagai fungsi frekuensi dari arus yang diberikan. Efek frekuensi
pada tahanan jenis diukur sebagai frequency effect (FE), yang merupakan basis untuk
pengukuran IP domain-frekuensi. Keuntungan utama dari survei IP adalah dapat
mendekteksi baik sulfida disseminated maupun masif. Survei IP dapat dapat diterapkan
untuk semua jenis endapan sulfida termasuk endapan tembaga porfiri atau urat
dengan sulfida disseminated yang tidak dapat dideteksi oleh survei tahanan jenis
biasa. Hasil survei IP ditampilkan sebagai profil (Gambar 5.7) dan peta kontur yang
menghubungkan pengukuran tahanan jenis domain-frekuensi dan peluruhan domain-
waktu.
badan bijih Pyramid di wilayah Kanada (Wright op cit. Gocht et al., 1988)
Dalam survei elektromagnetik, arus AC yang dikirimkan melalui kawat transmitter pada
permukaan bumi akan menginduksi suatu medan magnet dalam konduktor listrik,
sebagai contoh sulfida masif dalam batuan dasar. Arus sekunder yang terinduksi
dalam konduktor menyebabkan suatu medan magnetik sekunder yang kemudian
diukur oleh kawat pendeteksi. Jenis-jenis survei elektromagnetik ini tergantung pada
frekuensi gelombang (Gambar 5.8) dan target kedalaman yang diinginkan. Anomali
elektromagnetik menunjukkan kehadiran benda konduktor di bawah permukaan.
Adapun jenis metode elektromagnetik yang sering digunakan untuk eksplorasi adalah :
MT (magnetotelluric).
CSAMT (control source audio-magnetotelluric).
VLF (very low frequency).
GPR (ground penetrating radar).
Survei EM dapat dapat dilakukan melalui udara (airborne) untuk mencakup daerah
mendapatkan data yang lebih detil dan resolusi yang lebih baik daripada survei
airborne.
jauh dan eksplorasi geofisika (Gunther & Peters op cit. Gocht et al., 1988)
terhadap medan primer, yang menghasilkan perbedaan fase antara medan sekunder
dan primer. Selanjutnya disusun suatu kurva peluruhan untuk medan sekunder yang
Menurut Sanny et al. (1997), survei gaya berat digunakan untuk menggambarkan
bentuk (struktur) geologi bawah permukaan berdasarkan variasi medan gravitasi bumi
Percepatan gaya berat rata-rata di permukaan bumi sebesar 983 cm/det2, dan variasi
gaya berat di setiap titik permukaan bumi dipengaruhi oleh :
a. lintang, dikarenakan ketidakteraturan bentuk bumi dan variasi gaya sentrifugal
dari ekuator menuju kutub bumi,
b. pasang naik-surut air laut,
c. perbedaan elevasi atau ketinggian,
d. topografi, dan
e. densitas batuan bawah permukaan pada titik pengukuran.
Gaya berat diukur dalam Milligal (mGal, 1 mGal = 0,001 cm/det 2) dengan gravimeter
yang bekerjanya mirip dengan kesetimbangan sensitif dan dapat mengukur
perbedaan nilai yang lebih kecil dari 0,01 mGal. Nilai densitas rata-rata kerak bumi
bagian atas mendekati 2,67 g/cm3, dan rentang densitas material geologi adalah 2,0
g/cm3 untuk tanah dan 4,0 g/cm3 untuk sulfida masif atau endapan bijih besi
(Gambar 5.5).
hasil perhitungan yang cocok dengan model (Griffiths & King op cit.
Pengukuran gaya berat harus dikoreksi terhadap lintang dan efek topografi lokal.
Anomali gaya berat yang terukur oleh gravimeter disebut dengan anomali Bouguer.
Data ditampilkan sebagai profil gaya berat (Gambar 5.7 dan 5.9) dan peta kontur
yang membatasi harga anomali tertentu, misalnya gaya berat yang tinggi untuk
batuan yang berat atau endapan bijih, sedangkan gaya berat yang rendah
ditunjukkan misalnya oleh endapan aluvial atau kubah garam. Anomali gaya berat
tergantung pada beberapa faktor termasuk kontras densitas, ukuran dan bentuk
Survei seismik pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu seismik pantul (refleksi) dan
seismik bias (refraksi). Survei seismik pantul sering digunakan untuk target kedalaman
yang besar guna mendeteksi struktur geologi bawah permukaan, sedangkan survei
seismik bias lebih sering digunakan untuk survei dangkal guna mendeteksi struktur
dangkal dan perlapisan batuan dekat permukaan. Sumber getaran adalah
gelombang seismik yang merambat dengan kecepatan yang berbeda dalam tipe
batuan yang berbeda, kemudian dipantulkan dan dibiaskan pada kontak perlapisan
atau struktur.
Gelombang seismik diinduksi pada permukaan bumi dengan palu, senapan, atau
dinamit untuk survei lokal dekat permukaan dan dengan vibrator untuk survei yang
dalam. Rangkaian geofon di permukaan mengukur getaran yang dipantulkan
maupun dibiaskan dalam perekam multichannel. Setelah proses penyaringan
kompleks dari bising yang berinterferensi dan pemrosesan komputer maka profil seismik
dari jarak terhadap waktu tempuh gelombang seismik diplot. Profil tersebut dapat
dikonversi ke dalam skala kedalaman sebenarnya dan konfigurasi struktur geologi jika
kecepatan rambat gelombang pada batuan diketahui. Survei seismik terutama jenis
seismik pantul merupakan metode geofisika yang paling berguna dalam eksplorasi
Metode seismik jarang digunakan dalam eksplorasi mineral karena sering terjadi
interferensi yang kuat antara gelombang yang dipancarkan dengan yang dipantulkan
atau dibiaskan pada kedalaman yang dangkal serta diperlukan resolusi yang tinggi
untuk mendeteksi struktur kompleks yang sering berasosiasi endapan bijih. Saat ini survei
seismik pantul dangkal telah digunakan pada eksplorasi batubara untuk mendeteksi
kemenerusan perlapisan batubara dan untuk mendeteksi kemungkinan adanya
struktur patahan yang berguna dalam antisipasi kemajuan tambang bawah tanah.
Secara umum resume penggunaan metode geofisika sebagai alat dalam kegiatan
eksplorasi sumberdaya mineral dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Resume metode eksplorasi geofisika yang digunakan dalam geologi tambang dan eksplorasi mineral (dimodifikasi dari
Peters, 1978)
Contoh
Metoda Satuan Parameter Sifat Fisik Kompilasi Aplikasi
Anomali
Endapan magnetik, ilmenit,
Suseptibilitas pirotit, dan hematit
magnetik dan Badan bjih Airborne
Medan magnetik Peta kontur dan
Magnetik Gamma magnetisasi Ketakteraturan dalam batuan Drill-hole logging
bumi penampang
remanen dasar Offshore
Intrusif masif dan batuan
volkanik
Badan bijih yang berat
Airborne
Percepatan gaya Peta kontur dan Batuan intrusif yang berat
Gaya berat Miligal Densitas Drill-hole logging
berat enampang Ketakteraturan batuan dasar
Offshore
Kubah garam
Radiasi gamma alami Badan bijih uranium dan torium
Peta kontur,
Radiometrik Count per waktu atau dari mineral-mineral Endapan potasium Airborne
Radioaktivitas penampang, peta
miliroentgen per waktu uranium, torium, dan Zone alterasi potasik Drill-hole logging
rasio
potasium Batuan intrusif granitik
Mhos-meter
Elektroma (konduktivitas) dan tilt Medan elektromag- Peta kontur, Badan bijih yang konduktif Airborne
Konduktivitas
gnetik angle dari koil
penerima
netik terinduksi penampang Grafit, lempung Drill-hole logging
Geolistrik
Badan bijih yang konduktif
Polarisasi SP (self- Aksi elektrokimia Peta kontur dan
Milivolt Medan alami Grafit Drill-hole logging
potential) dan konduktivitas penampang
ii
Buku Ajar Mata Kuliah TEKNIK EKSPLORASI
Contoh
Metoda Satuan Parameter Sifat Fisik Kompilasi Aplikasi
Anomali
dengan elektroda penampang
sumber di dalam bijih lintang
Efek-efek
Kontur
Tahanan jenis semu elektrokimia Badan bijih yang konduktif
penampang
Polarisasi terimbas pada dua frekuensi diantara Tipe mineralisasi disseminated
Milivolt-volt lintang, peta Drill-hole logging
(IP) atau lebih (domain konduktor Grafit, serpentin, lempung dan
kontur,
frekuensi) elektronik (logam) mika
penampang
dan ionik (fluida)
Penampang
travel-time,
Kecepatan Drill-hole logging
Seismik Jarak per waktu Elastisitas penampang Ketakteraturan batuan dasar
gelombang elastik Offshore
kedalaman yang
diinterpretasi-kan
iii
BAB VI
METODE EKSPLORASI LANGSUNG
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa berdasarkan pada sifat penyelidikan dan
pendekatan teknologi yang digunakan, maka kegiatan eksplorasi secara umum dapat dibedakan
menjadi 2 (dua), yaitu eksplorasi tak langsung dan eksplorasi langsung.
Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa pengamatan dapat dilakukan dengan
kontak visual dan fisik dengan kondisi permukaan/bawah permukaan, terhadap endapan yang dicari,
serta dapat dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling terhadap objek
yang dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi yang dilakukan, dapat berhubungan langsung
dengan fakta-fakta dari hasil pengamatan lapangan. Metode eksplorasi langsung ini dapat dilakukan
(diterapkan) pada sepanjang kegiatan eksplorasi (tahap awal s/d detail).
Beberapa metode (aspek) yang akan dipelajari sehubungan dengan Metode Eksplorasi Langsung ini
adalah :
Pemetaan geologi/alterasi.
Tracing float, paritan, dan sumur uji.
Sampling (pengambilan dan preparasi conto).
Pemboran eksplorasi dan sampling pemboran.
Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi permukaan dan
menghasilkan suatu bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan gambaran mengenai
penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur
geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain
pemetaan informasi geologi, pada kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi
yang berupa alterasi mineral.
Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung pada informasi-
informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta. Skala peta tersebut
mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang diperoleh yang diperoleh.
Tingkat ketelitian peta geologi ini juga dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi yang
dilakukan. Pada tahap eksplorasi awal, skala peta 1 : 25.000 mungkin sudah cukup
Pada tahapan eksplorasi awal, pengumpulan data (informasi singkapan) dapat dilakukan dengan
menggunakan palu dan kompas geologi, serta penentuan posisi melalui orientasi lapangan atau
dengan cara tali-kompas.
Namun dalam tahapan eksplorasi lanjut s/d detail, pengamatan singkapan dapat diperluas dengan
menggunakan metode-metode lain seperti uji sumur, uji parit, maupun bor tangan atau auger,
sedangkan penentuan posisi dilakukan dengan menggunakan alat ukur permukaan seperti pemetaan
dengan plane table atau dengan teodolit.
6.1.1 Singkapan
Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan lintasan-lintasan pengamatan yang
dapat mencakup seluruh daerah pemetaan. Perencanaan lintasan tersebut sebaiknya dilakukan
setelah gambaran umum seperti kondisi geologi regional dan geomorfologi daerah diketahui, agar
lintasan yang direncanakan tersebut efektif dan representatif.
Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai atau jalur-jalur kikisan yang
memotong arah umum perlapisan, dengan tujuan dapat memperoleh variasi litologi (batuan).
Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasi-informasi yang diperoleh dari lintasan-lintasan
yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan korelasi (interpretasi) batas satuan-
satuan litologi.
Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan kompas dan pengukuran
penampang stratigrafi. Lintasan kompas (measured section atau tali kompas) dilakukan dengan
tujuan membuat penampang (topografi dan litologi) di sepanjang lintasan. Sedangkan pengukuran
penampang stratigrafi dilakukan untuk mengetahui ketebalan, struktur perlapisan, variasi satuan
litologi, atau mineralisasi dengan detail (rinci). Umumnya pengukuran penampang stratigrafi
dilakukan pada salah satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuat informasi litologi
keseluruhan wilayah.
Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan pemetaan geologi/alterasi
antara lain :
Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara).
Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara.
Penyebaran dan pola alterasi yang ada.
Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau formasi).
Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.
Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi geoteknik dan
hidrologi.
Bangunan-bangunan, dll.
Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar geologi perlu diperhatikan,
antara lain :
Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi.
Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona endapan/bijih, zona pelapukan, dan
zona (penyebaran) alterasi.
Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan, zona-zona intrusi, dan
proses sedimentasi.
Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan, zona kekar,
kelurusan-kelurusan, dll.
Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan manfaat antara lain :
Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui (diperkirakan).
Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.
Gambar 6.1 menunjukkan hasil interpretasi pemetaan geologi berupa peta dan penampang geologi
dari data pengamatan singkapan di lapangan.
Gambar 6.1 Peta dan penampang geologi suatu daerah vulkanik yang ditandai dengan munculnya beberapa tubuh intrusi
(Graha, 1987)
Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari badan bijih yang
lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air, maka float ini ditransport ke tempat-
Pel
apu
ka
n p inera
m
ada lisa
sin si
gka
pan
zon
a
ter Fragm
min
era en-fra
i lis g
i sas zon asi y men Fragmen batuan termineralisasi
ral a m ang bat
i ne ine t ua yang tertransport ke sungai
n am rali erero n sebagai FLOAT
Zo sas si d
i ari
Sungai
Tracing (penjejakan perunutan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan pengamatan pada
pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran kerakal s/d boulder yang terdapat pada
sungai-sungai, dengan asumsi bahwa jika terdapat pecahan-pecahan yang mengandung mineralisasi,
maka sumbernya adalah pada suatu tempat di bagian hulu dari sungai tersebut. Dengan berjalan ke
arah hulu, maka diharapkan dapat ditemukan asal dari pecahan (float) tersebut.
Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung mineralisasi (termineralisasi) dapat
digunakan sebagai indikator untuk menduga jarak float terhadap sumbernya. Selain itu sifat dan
karakteristik sungai seperti kuat arus, banjir, atau limpasan juga dapat menjadi faktor pendukung.
Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan (tracing with
panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan berukuran kasar (besar), sedangkan
dengan menggunakan dulang ditujukan untuk material-material yang berukuran halus (pasir s/d
kerikil). Secara konseptual tracing dengan pendulangan ini mirip dengan tracing float.
Pada Gambar 6.3 dapat dilihat sketsa pengerjaan metode tracing float atau tracing with panning
tersebut, dimana pengecekan dilakukan untuk semua cabang (anak) sungai. Oleh sebab itu, informasi
(peta) jaringan sungai menjadi media utama untuk metode ini.
Gambar 6.3 Sketsa konseptual pengerjaan metode tracing float dan tracing with panning
Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona sumber float
telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada
daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada daerah dimana float
tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji paritan
(trenching) dan uji sumuran (test pitting).
Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan atau dalam
pencarian sumber (badan) bijih/endapan.
Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara menggali tanah
penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis).
Informasi yang diperoleh antara lain ; jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan
lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.
Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa series dengan arah
paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan bijih, sehingga batas zona bijih tersebut
Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut :
Terbatas pada overburden yang tipis,
Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan tenaga manusia atau dengan
menggunakan eksavator/back hoe),
Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah, sehingga dapat
terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).
30°
TP-6
30°
TP-5 HB IV-2
20°
HB IV-1
TP-4
TR-D.3
30°
TR-D.2 HB III-3
Garis singkapan TR-D.1 30°
batubara TR-C.4 HB III-2
48°
Singkapan TR-C.3 HB III-1
48°
TR-C.2
HB I-8 Pemboran dangkal TP-3
Gambar 6.4 Sketsa lokasi pembuatan paritan pada garis singkapan batubara
Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau pemastian
kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan
kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus,
sehingga pola endapan dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal.
Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan
pelapukan dan endapan-endapan berlapis.
Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan kemenerusan
lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan
Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3–5 m dengan
kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan
lateritik atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai
menembus batuan dasar.
Dalam pembuatan sumur uji tersebut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
ketebalan horizon B (zona laterit/residual),
ketinggian muka airtanah,
kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S),
kekuatan dinding lubang, dan
kekerasan batuan dasar.
Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian dari keseluruhan yang
bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk tujuan inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti
kualitas, dan merupakan sebagian dari populasi stastistik dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk
mendapatkan informasi keseluruhan.
Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun tahapan pekerjaan (tahapan
eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).
Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable thickness) dan tidak
hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga pada zona-zona low grade maupun
material barren, dengan tujuan untuk mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing
zona tersebut.
Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan, tapi juga pada
daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan memperoleh informasi lain yang
berhubungan dengan kestabilan lereng dan pemilihan metode penambangan.
Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan tujuan kontrol kadar
(quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front kerja yang aktif, kadar pada
bench open pit, atau kadar pada umpan material).
Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan diambil tergantung pada beberapa faktor,
antara lain :
Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi, atau barren),
Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan letak dan kondisi batuan induk.
Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.
Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling dengan cara mengambil bagian
(fragmen) yang berukuran besar dari suatu material (baik di alam maupun dari suatu tumpukan) yang
mengandung mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang khusus). Tingkat ketelitian sampling pada
metode ini relatif mempunyai bias yang cukup besar.
Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab sampling ini antara lain :
Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan gambaran umum
kadar.
Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada transportasi material, dengan
tujuan pengecekan kualitas.
Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk memperoleh
kualitas umum dari material yang diledakkan, dll.
Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan cara mengambil material dalam
jumlah (volume) yang besar, dan umum dilakukan pada semua fase kegiatan (eksplorasi sampai
dengan pengolahan). Pada fase sebelum operasi penambangan, bulk sampling ini dilakukan untuk
mengetahui kadar pada suatu blok atau bidang kerja. Metode bulk sampling ini juga umum
dilakukan untuk uji metalurgi dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan) suatu proses
pengolahan. Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu penerapan metode bulk sampling ini
adalah dalam pengambilan conto dengan sumur uji (lihat Gambar 6.5).
Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan cara mengumpulkan
pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur (dengan lebar 15 cm) yang
memotong zona mineralisasi dengan menggunakan palu atau pahat. Jalur sampling tersebut biasanya
bidang horizontal dan pecahan-pecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam suatu kantong conto.
Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang seragam (baik ukuran butir, jumlah, maupun
interval) cukup sulit, terutama pada urat-urat yang keras dan brittle (seperti urat kuarsa), sehingga
dapat menimbulkan kesalahan seperti oversampling (salting) jika ukuran fragmen dengan kadar
tinggi relatif lebih banyak daripada fragmen yang low grade.
Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan membuat alur (channel)
sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara
teratur dan seragam (lebar 3-10 cm, kedalaman 3-5 cm) secara horizontal, vertikal, atau tegak lurus
kemiringan lapisan (Gambar 6.6 dan 6.7).
Gambar 6.6 Sketsa pembuatan channel sampling pada urat (Chaussier et al., 1987)
Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengumpulkan fragmen-fragmen
batuan dalam satu conto atau melakukan pengelompokan conto (sub-channel) yang tergantung pada
tipe (pola) mineralisasi, antara lain :
Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang diakibatkan oleh
variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya pada pembuatan channel dalam sumur
uji pada endapan laterit atau residual (lihat Gambar 6.8, 6.9, dan 6.10).
Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang diakibatkan oleh variasi
(distribusi) zona mineralisasi.
Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam satu analisis kadar atau
dibuat komposit.
Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel sampling per tebal seam (lapisan)
atau ply per ply (jika terdapat sisipan pengotor).
Gambar 6.8 Sketsa pembuatan sub-channel pada mineralisasi berupa urat (Dimodifikasi dari
Annels, 1991)
Gambar 6.9 Sketsa pembuatan channel pada bukaan stope untuk mineralisasi berupa
urat (Annels, 1991)
Gambar 6.10 Sketsa pembuatan channel pada sumur uji untuk endapan berlapis.
Informasi-informasi yang harus direkam dalam pengambilan conto dari setiap alur adalah sebagai
berikut :
Letak lokasi pengambilan conto dari titik ikat terdekat.
Posisi alur (memotong vein, vertikal memotong bidang perlapisan, dll.).
Lebar atau tebal zona bijih/endapan (lebar horizontal, tebal semu, atau tebal sebenarnya).
Penamaan (pemberian kode) kantong conto, sebaiknya mewakili interval atau lokasi sub-
channel.
Tanggal pengambilan dan identitas conto.
Setelah conto diperoleh, kemudian dibawa ke laboratorium untuk dilakukan assay (analisis kadar).
Karena yang dianalisis tersebut hanya sebagian kecil dari conto, maka diperlukan preparasi
(persiapan) conto, agar bagian conto yang dianalisis masih representatif terhadap kondisi yang
sebenarnya. Namun secara umum, ukuran conto dapat berpengaruh terhadap hasil analisis, sehingga
biasanya analisis dilakukan sedikitnya pada 2 (dua) laboratorium yang berbeda, dan sebagian conto
lagi disimpan sebagai dokumentasi (lihat Gambar 6.11).
D1 3
RW OW x ( )
D2
dimana :
RW = berat conto yang dikurangi
OW = berat conto awal
D1 = diameter partikel yang dikurangi
D2 = diameter partikel awal
Gambar 6.11 Prosedur umum (coning & quartering) preparasi conto untuk analisis
laboratorium dan dokumentasi (Chaussier et al., 1987)
Tabel 6.1 Hasil analisis pada masing-masing tahapan reduksi ukuran conto (Chaussier et al., 1987)
Setelah ukuran dari conto terdistribusi pada fraksi yang seragam, kemudian dilakukan
pengurangan (reduksi) bobot/jumlah conto. Metode reduksi yang umum digunakan
adalah splitting dan quartering. Metode reduksi splitting dapat dilihat pada Gambar
6.13 dan metode quartering dapat dilihat pada Gambar 6.14.
Gambar 6.13 Reduksi jumlah conto dengan metode splitting (Chaussier et al., 1987)
Pada suatu kegiatan pengambilan conto (sampling) dan penentuan kadar rata-rata dari lokasi
pengambilan conto, dilakukan penentuan kadar dengan menggunakan pembobotan kadar. Secara
umum ada 2 (dua) metode pembobotan dalam penentuan kadar, yaitu :
Pembobotan aritmetik sederhana, yang digunakan jika interval pengambilan conto seragam
dan homogenitas dari masing-masing interval diasumsikan tinggi (besar).
Pembobotan oleh lebar (tebal), panjang, luas, volume, dan SG (specific gravity), jika interval
pengambilan conto tidak seragam dan diasumsikan bahwa karakteristik material pada masing-
masing interval tidak sama (bervariasi).
Pembobotan tebal-lebar-panjang
Jika semua blok mempunyai luas dan SG relatif sama (seragam)
Pembobotan luas
Jika semua blok mempunyai ketebalan dan SG relatif sama (seragam)
t1.A1 t 2 .A 2 t 3 .A 3 ..... t n A n n A .k
Persamaan : k i i
A1 A 2 A 3 .... A n i 1 Ai
Pembobotan volume
Jika semua blok mempunyai SG relatif sama (seragam)
t1.V1 t 2 .V2 t 3 .V3 ..... t n Vn n V .k
Persamaan : k i i
V1 V2 V3 .... Vn i 1 Vi
Pembobotan tonase
Jika semua blok mempunyai tonase yang berbeda-beda
t1.T1 t 2 .T2 t 3 .T3 ..... t n Tn n T .k
Persamaan : k i i
T1 T2 T3 .... Tn i 1 Ti
Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan kapan kegiatan
pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat penting jika kegiatan yang dilakukan
adalah menentukan zona mineralisasi dari permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran mineralisasi dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat
Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu diperhatikan dan direncanakan dengan
baik adalah :
kondisi geologi dan topografi,
tipe pemboran yang akan digunakan,
spasi pemboran,
waktu pemboran, dan
pelaksana (kontraktor) pemboran.
Selain itu aspek logistik juga harus dipikirkan dengan cermat, antara lain :
juru bor,
peralatan dan onderdil yang dibutuhkan,
alat transportasi,
konstruksi peralatan pemboran, dll.
Umumnya mekanisme pemboran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu rotary drilling, percussive drilling,
dan rotary-percussive drilling. Pada mekanisme rotary drilling terdapat tiga macam penggerak atau
pemutar stang bor yaitu spindle, rotary table, dan top drive. Mesin penggerak yang digunakan dapat
bekerja secara mekanik (dengan bahan bakar) maupun elektrik. Mata bor yang sering digunakan
umumnya berupa tricone bit untuk pemboran open hole (non coring) ataupun diamond bit untuk
pemboran inti (coring).
Fluida bor yang sering digunakan dalam suatu operasi pemboran dapat berupa udara, air, lumpur
atau campuran air dan lumpur. Fluida bor pada umumnya berfungsi untuk : (a) pendingin mata bor,
(b) pelumas, (c) mengangkat sludge ke atas, (d) melindungi dinding lubang bor dari runtuhan.
Pembuatan lubang bor secara vertikal digunakan untuk kondisi dimana zona mineralisasi
diperkirakan pada kedalaman yang dangkal atau pada endapan disseminated. Namun demikian
kondisi lubang bor yang cenderung miring atau curam biasanya digunakan untuk target endapan
yang mempunyai kemiringan yang besar, dengan tujuan agar dapat menembus zona mineralisasi
pada sudut 900 (relatif tegak lurus). Selain itu dari pemboran juga diharapkan dapat diketahui batas-
batas zona pelapukan, zona oksidasi, atau zona bijih (batuan dasar), lihat Gambar 6.15.
S
DDH 02
N
40°
Overburden
(tanah penutup) Anomali
Weathered zone
(zona pelapukan) 50°
"Fresh" bedrock
(batuan dasar segar)
si
sa
ali
EOH
er
in
m
na
Zo
a. Pola pemboran
Pemboran dilakukan untuk dapat menentukan batas (outline) dari beberapa endapan dan juga
kemenerusan dari endapan tersebut yang berfungsi untuk perhitungan cadangan. Metode pemboran
yang akan digunakan bergantung kepada akses permukaan. Pada daerah yang tidak mengalami
kendala akses pola pemboran yang digunakan adalah persegi panjang dengan bentuk teratur. Lubang
bor pertama digunakan untuk proyeksi dip dari anomali bawah permukaan atau interpretasi pusat
anomali geofisika (atau anomali geokimia) di bawah permukaan.
Program berikutnya direncanakan setelah melihat hasil dari sejumlah lubang bor pada daerah target.
Spasi lubang bor didasarkan pada antisipasi ukuran target, atau pengalaman sebelumnya terhadap
endapan yang sejenis dan dari sejumlah kegiatan pemboran di lokasi tersebut. Lokasi pemboran dan
orientasi titik bor selanjutnya didasarkan pada sukses pemboran pada lubang pertama. Jika pemboran
pada lubang pertama tidak memberikan keyakinan geologi yang pasti maka daerah target lain harus
dicoba.
Pola pemboran dalam kegiatan eksplorasi bergantung dari data yang diperoleh. Pada tahap
pengenalan dimana seorang geologist belum mengetahui secara jelas lokasi tsb maka lubang bor
pertama dapat digunakan untuk orientasi. Untuk eksplorasi endapan uranium, batubara dan borat
lubang pengamatan dapat dibuat pada jarak 10 km dari formasi sedimen yang diamati. Lubang
berikutnya terletak beberapa km dari target dengan spasi 100–200 m. Namun demikian spasi
pemboran dapat juga ditentukan dari peta geologi, geokimia, geofisika dan hasil geostatistik.
Penentuan pola pemboran secara normal dilakukan dengan grid yang teratur pada suatu zona
mineralisasi. Hal ini akan memberikan data statistik yang baik dan penampang geologi dengan
proyeksi minimum. Pagaran sangat baik dibuat pada jarak 200–400 m dengan interval lubang antara
100–200 m sehingga memberikan ruang untuk pengisian kembali. Letak lubang khusus sangat
penting dan biasanya dibor dengan sudut siku-siku terhadap arah kemiringan rata-rata.
Sebagai contoh, pada Gambar 6.16 dapat dilihat beberapa tahapan pemboran
berdasarkan anamoli geokimia :
Titik bor ke-1 dan ke-2 ditujukan untuk memastikan (membuktikan) adanya zona
mineralisasi (secara vertikal) pada pusat anomali.
Selanjutnya pemboran pada titik bor ke-3 bersifat memastikan kemenerusan
zona mineralisasi tersebut (ke arah kemiringan).
Sedangkan titik bor ke-4 dan ke-5 merupakan titik bor yang ditujukan untuk
melihat kemenerusan zona mineralisasi ke arah jurus dari hasil pemboran pada
titik ke-1 dan ke-2.
Begitu juga dengan titik bor ke-6 dan ke-7, ditujukan untuk mengetahui
kemenerusan searah jurus hasil pemboran pada titik bor ke-3.
Dan selanjutnya dilanjutkan dengan titik bor ke-8 dan ke-9, yang ditujukan untuk
mengetahui kemenerusan titik bor sebelumnya, dan seterusnya dengan pola
N
Anomali
4 1 2 5
6 3 7
Drill lines
8 9 Titik bor
tambahan
(In fill drilling)
S
Gambar 6.16 Lay out pemboran berdasarkan anomali permukaan (Annels, 1991)
Sedangkan pada Gambar 6.17 dapat dilihat penampang hasil interpretasi suatu series
pemboran dalam penentuan zona bijih, dimana pemboran yang dilakukan merupakan
kombinasi antara bor tegak dan pemboran miring.
Monitoring geologi dan mineralisasi yang dipotong selama pemboran sangat penting dalam rangka
pengontrolan harga/biaya. Pada tahap awal dari pemboran dibutuhkan seorang engineer disamping
alat bor sehingga kegiatan pemboran dapat berjalan dengan cepat.
Contoh :
Jika menggunakan percussive drilling maka ahli geologi bertugas untuk melakukan observasi
atau pengamatan material yang keluar dari lubang bor.
Pada pemboran dengan diamond drilling maka pengamatan dilakukan dua kali sehari untuk
menganalisis inti bor, membuat log awal, dan memutuskan lokasi lubang bor berikutnya.
Disamping penggunaan core log secara detail, logging geofisika juga sering
digunakan.
Data mineralisasi, litologi, dan struktur dapat direkam dan diplot pada grafik log sesegera mungkin
setelah data diperoleh. Data ini umumnya diperoleh dari kepingan material yang dibor yang biasanya
menyatu dengan permukaan alat bor. Informasi mengenai assay dapat diperoleh beberapa hari
kemudian tetapi lokasi dan kedudukan mineralisasi harus segera diplot pada log litologi.
Dengan pemboran dapat diketahui kontrol struktur dan stratigrafi dari suatu zona mineralisasi.
Adanya pengambilan asumsi pada saat interpretasi pemboran sering tidak dapat dilokalisasi sampai
adanya data yang valid tentang kondisi bawah permukaan. Contoh dapat dilihat pada Gambar 6.18
dimana terdapat tiga interpretasi yang berbeda dari data yang ada.
Gambar 6.18 Kemungkinan perbedaan interpretasi dari hasil pemboran (Evans, 1995)
Beberapa metode yang digunakan untuk memplot atau mengekspresikan data lubang bor, antara lain
:
Kontur struktur.
Peta-peta tersebut biasanya digunakan untuk memperkirakan letak bijih dan juga
membantu dalam pemboran lanjut. Salah satu kunci dalam kegiatan pemboran adalah
kemenerusan zona mineralisasi, hal ini menentukan spasi lubang bor serta ketelitian
dalam perhitungan cadangan. Dalam beberapa kegiatan eksplorasi kemenerusan ini
dapat dilihat dengan membandingkan endapan tersebut dengan endapan yang sejenis,
uji kemenerusan ini dilakukan dengan jalan menguji titik-titik terdekat atau pengujian
terhadap suatu lokasi kecil dengan spasi rapat.
Salah satu keputusan yang paling sulit dalam kegiatan pemboran adalah memutuskan kapan
pemboran tersebut diakhiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan
adalah :
Tidak adanya mineralisasi yang dijumpai.
Mineralisasinya dapat dilokalisasi tetapi tidak ekonomis atau terlalu dalam.
Pemboran yang dilakukan menghasilkan beberapa zona mineralisasi yang ekonomis tetapi
penyebaran kadarnya terbatas atau perhitungan cadangan menunjukkan bahwa endapan
tersebut terlalu kecil dibanding yang diinginkan.
Tubuh kadar yang ekonomis sudah diketahui pasti.
Biaya pemboran sudah habis.
Keputusan pada langkah pertama relatif lebih mudah, namun demikian penyebab anomali
permukaan atau bawah permukaan yang menentukan letak lubang bor tidak dapat dihindari.
Langkah kedua lebih sulit dan dalam hal ini kemungkinan mineralisasi kadar tinggi harus dapat
dieliminasi. Adanya beberapa perpotongan pada saat prospeksi memberikan gambaran bahwa proses
penentuan kadar yang ekonomis berlaku tetapi tidak pada skala yang memungkinkan dalam suatu
endapan yang besar. Adanya kadar mineralisasi yang tinggi sering menghasilkan beberapa tahap
pemboran untuk menguji semua hipotesis dan lokasi di sekitarnya.
d. Kontrak pemboran
Pemboran dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan sendiri atau dengan mengontrak
perusahaan/konsultan pemboran. Permasalahan menyangkut kondisi pemboran, jumlah lubang yang
diminta, dan harga akan dijelaskan dalam surat kontrak.
Setiap hal tersebut harus dapat dideskripsikan secara detail didalam kontrak. Dalam hal pembayaran
tenaga kerja juru bor biasanya dibayar per shift dan sesuai dengan kedalaman lubang yang dibor,
sedangkan wellsite geologist dibayar sesuai dengan perjanjian mulai dari kegiatan eksplorasi sampai
target tercapai.
Beranekaragam metode pemboran memiliki tujuan tertentu dalam eksplorasi, jika kondisi dimana
dana tidak mencukupi maka kita dapat menggunakan metode pemboran yang agak murah seperti
auger, rotary atau percussive drilling, namun kekurangannya adalah kualitas samplingnya kurang
baik dengan kemungkinan terjadinya percampuran material pada level yang berbeda dapat terjadi.
Untuk pemboran yang lebih mahal biasanya menggunakan metode sirkulasi balik atau dengan
diamond drilling.
Pada prinsipnya pemboran adalah suatu kegiatan pembuatan lubang berdiameter kecil
pada suatu target eksplorasi dengan kedalaman mencakup ratusan meter untuk
memperoleh data yang representatif.
a. Pemboran auger
Auger adalah bor tangan dengan tangkai yang dilengkapi spiral untuk membawa material halus ke
permukaan, biasanya digunakan untuk endapan plaser. Kelebihan alat bor ini adalah dapat digunakan
untuk sampling dalam jika sumuran uji tidak praktis. Dengan auger kita dapat mencapai kedalaman
c. Rotary drilling
Rotary drilling adalah metode pemboran non-coring dan tidak sebanding jika pemboran dilakukan
pada batuan dengan kekerasan halus-sedang seperti batugamping atau batulumpur. Tipe mata bor
(bit) pada jenis pemboran ini menggunakan tricone atau roller rock bit yang ditutupi oleh tungsten
karbida. Potongan atau kepingan batuan akan ditekan keluar oleh fluida bor yang rata-rata
kecepatannya 100 m/jam. Tipe alat bor ini biasanya digunakan oleh industri minyak dengan diameter
lubang besar (>20 cm) dan kedalaman ratusan sampai ribuan meter dengan fluida bor berupa
lumpur.
d. Percussive drilling
Pada dasarnya alat ini menggunakan kompresor udara dan ukurannya bervariasi dari kecil (bor
tangan) sampai alat bor besar dengan rata-rata kedalaman pemboran ratusan meter.
Secara umum alat ini dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu :
Reverse circulation (RC) drilling mulai digunakan pada pertengahan tahun 70-an dan biasanya
digunakan untuk material sedimen yang tidak terkonsolidasi seperti pada endapan aluvial. Air atau
udara dapat digunakan sebagai fluida bor dan inti bor atau sludge dapat diperoleh semua. Media
fluida dialirkan ke sludge lewat dua dinding pada stang bor dan kembali ke permukaan lewat pusat
stang bor. Pada percussive drilling kepingan batuan juga tertransport ke permukaan lewat tengah
stang bor kemudian menuju ke cyclon dimana disana ditampung conto bor (lihat Gambar 6.19).
Kegunaan alat bor ini adalah untuk mengumpulkan kepingan batuan lebih dari auger, rotary atau
percussive drilling. Conto dapat dikumpulkan dengan cepat dan kadar kontaminasinya sedikit.
Skema dari beberapa metode pemboran yaitu diamond core, reverse circulation, dan rotary drlling
ditunjukkan pada Gambar 6.20.
Pada pemboran dengan metode ini sampel diambil dari target dengan diamond bit atau impregnated
bit. Hal ini mengakibatkan conto yang diperoleh pada tabung dalam (inner tube) dari core barrel
berbentuk silinder. Mata bor dan core barrel dihubungkan ke permukaan dengan tali baja yang juga
digunakan untuk menurunkan mata bor dan core barrel ke dalam lubang.
a. Drill bit
Bentuk mata bor ini terdiri dari butiran sintetik halus dengan kadar intan tanpa semen metalik yang
memiliki karatan tertentu. Pada umumnya keseluruhan mata bor ini digunakan untuk batuan yang
sangat keras seperti rijang, sedangkan mata bor intan tunggal digunakan untuk batuan yang lebih
halus seperti batugamping. Diamond bit dapat digunakan untuk batuan tertentu tetapi karena
harganya yang sangat mahal maka perlu pengalaman dan pemilihan lokasi yang tepat dalam
penggunaannya.
Inti bor diperoleh dari perputaran mata bor dan kemudian didorong ke core barrel oleh perputaran
tabung. Core barrel dapat diklasifikasikan sesuai panjang inti bor yang ditampung biasanya 1,5–3 m
namun dapat pula mencapai 6 m. Umumnya terdapat dua tabung dimana tabung luar untuk
menangkap inti bor dan tabung dalam dalam posisi tidak berputar. Triple-tube dapat digunakan
untuk tanah yang kurang baik selanjutnya inti bor dapat diangkat dengan menggunakan tali pada
stang bor ke permukaan.
c. Sirkulasi
Air disirkulasikan pada bagian dalam dari stang bor dengan tujuan untuk mencuci sludge,
permukaan mata bor dan kemudian dikeluarkan lewat celah antara antara dinding lubang bor dan
stang bor. Tujuan sirkulasi ini juga untuk memberi pelumasan pada mata bor, mendinginkannya dan
melepaskan hancuran batuan yang menempel pada permukaan mata bor. Air dapat dikombinasikan
dengan lempung atau bahan aditif lainnya untuk memberikan daya angkat bagi material yang dibor.
d. Casing
Casing digunakan untuk menutupi atau menguatkan permukaan lubang bor. Casing dilengkapi
dengan tabung baja sehingga tali baja dapat dioperasikan dengan aman. Casing dan mata bor telah
seukuran sehingga ukuran yang lebih kecil dari itu (diameter kecil) akan melewati ukuran besar pada
lubang yang akan dibor.
Mesin bor yang digunakan dalam eksplorasi mineral biasanya memiliki kapasitas sampai 2000 m
dan dapat diletakan horisontal atau vertikal. Rata-rata penggunaannya bergantung kepada tipe alat
bor, mata bor, diameter lubang, tipe batuan, kedalaman dan keahlian juru bor. Seorang juru bor harus
mempertimbangkan berapa besar volume fluida yang akan digunakan, besar tekanan yang akan
dipakai, besarnya perubahan putaran dan pemilihan mata bor yang benar. Sampai sekarang belum
Tabel 6.2 Beberapa permasalahan dalam pemboran dan perkiraan solusinya (dimodifikasi dari
Australian Drilling Industry, 1996)
Pada Tabel 6.3 dan 6.4 berikut ini secara berurutan diberikan ukuran wireline drill rod dan wireline
core barrel untuk seri Q.
Tabel 6.3 Ukuran wireline drill rod seri Q (dari Australian Drilling Industry, 1996)
Ukuran O.D. mm (inci) I.D. mm (inci)
AQ 44,5 (1 ¾) 34,9 (1 3/8)
BQ 55,6 (2 3/16) 46,0 (1 13/16)
Tabel 6.4 Ukuran wireline core barrel seri Q/Q-3 (dari Australian Drilling Industry, 1996)
Ukuran Diamater lubang mm (inci) Diameter inti mm (inci)
AQ 48,0 (1 57/64) 27,0 (1 1/16)
BQ 59,9 (2 23/64) 35,4 (1 7/16)
BQ-3 59,9 (2 23/64) 33,5 (1 5/16)
NQ 75,7 (2 63/64) 47,6 (1 7/8)
NQ-3 75,7 (2 63/64) 45,1 (1 25/32)
HQ 96,0 (3 25/32) 63,5 (2 ½)
HQ-3 96,0 (3 25/32) 61,1 (2 13/32)
Informasi dari lubang bor dapat diperoleh dari beberapa sumber : batuan, inti bor atau sludge,
geofisika bawah permukaan; dan informasi dari hasil pemboran. Pada bagian ini akan lebih
ditekankan pada pengamatan geologi.
Core recovery (CR) atau perolehan inti sangat penting, biasanya dinyatakan dalam persen volume.
Jika CR kurang dari 85–90% maka inti bor tersebut masih diragukan nilainya, hal ini berarti terjadi
loss selama pemboran dan inti bor tersebut tidak menunjukkan conto yang sebenarnya.
Logging (pengamatan) inti bor biasanya dilakukan di samping lokasi bor untuk menentukan apakah
pemboran dilanjutkan atau dihentikan. Beberapa organisasi memiliki prosedur standar dalam logging
inti bor dan terminologi standar untuk mendeskripsikan sifat geologi. Logging awal pada lokasi bor
biasanya dilengkapi dengan hasil analisis inti bor. Dari logging awal ini biasanya diperoleh data
tentang gambaran umum struktur (rekahan dan orientasi) juga litologi (warna, tekstur, mineralogi,
alterasi dan nama batuan) serta core recovery. Deskripsi harus dilakukan secara sistematis
menyangkut kualitas dan kuantitasnya.
Inti bor biasanya disimpan dalam boks kayu, plastik atau logam yang dapat memudahkan orang
memindahkannya. Inti bor dikumpulkan untuk berbagai tujuan, bukan untuk sekedar deskripsi
Potongan batuan dari sludge dapat dikumpulkan selama pemboran; keduanya menggambarkan
batuan yang dipotong oleh mata bor intan. Pemboran dengan menggunakan sirkulasi udara pada
lubang dangkal biasanya menghasilkan cutting atau sludge yang sangat cepat ke permukaan. Namun
demikian dengan pemboran inti sirkulasi air untuk lubang yang dalam sering terjadi cutting lambat
naik ke permukaan, hal ini dapat dilihat bahwa untuk kedalaman 1000 m cutting dapat diambil
dalam waktu 20–30 menit ke permukaan sehingga biasanya sludge yang dianalisis dahulu selama
pemboran.
b. Pemboran non-corring
Dalam pemboran non-coring kepingan (chips) batuan dapat diperoleh pada selang 1–2 m dalam
keadaan kering dan dikumpulkan pada sisi lokasi bor, setelah dicuci conto tersebut lebih mudah
untuk dianalisis secara mikroskopi. Conto tersebut dapat juga didulang untuk memperoleh mineral
berat dan kemudian diberi perekat dan disusun sesuai interval untuk memberikan gambaran lubang
bor tersebut.
Core adalah inti bor yang ditampung dalam core barrel dimana ukuran inti sangat
tergantung dengan ukuran mata bor. Sedangkan sludge adalah hancuran batuan yang
diangkat (terbawa) oleh fluida bor, dan biasanya sludge ditampung dalam sludge tank.
Gambar 6.21 menunjukkan sketsa pendefinisian antara core dan sludge.
Sludge
100 - i
100
Core
Dalam pengambilan conto dari inti bor (core recovery), harus diperhatikan reabilitas
dari conto. Seperti terlihat pada Gambar 6.22, conto 1, 2, dan 3 harus dipisahkan,
karena segmen conto dipisahkan oleh bagian yang hancur (conto 2).
1 2 3
Gambar 6.22 Reabilitas sample (conto)
Berikut ini dapat dilihat beberapa rumus yang dapat digunakan dalam penentuan kadar
sampling dengan penggabungan core dan sludge.
Rumus I2 :
i2 i2
S.100 -
100 .C
100
k
100
Interpretasi dan kompilasi data hasil eksplorasi langsung secara umum dapat berupa peta-peta atau
penampang (profil). Hasil kompilasi data pemetaan geologi atau alterasi tentu saja berupa peta
penyebaran batuan/struktur atau alterasi, serta penampang geologi/struktur atau alterasi (lihat contoh
Gambar 6.23). Sementara kompilasi data tracing float berupa peta penyebaran mineralisasi yang
mengarah ke sumber primernya. Data-data dari uji sumuran dan paritan umumnya digunakan untuk
melengkapi data penyebaran singkapan, misalnya pada endapan batubara.
Sedangkan dari kompilasi data bawah permukaan hasil pemboran dapat dibuat penampang
melintang untuk menggambarkan penyebaran dan model suatu endapan atau badan bijih, baik model
2-D maupun 3-D. Sebagai contoh interpretasi dan kompilasi data pemboran ditunjukkan pada
Gambar 6.24 berupa model blok dan Gambar 6.25 berupa diagram Fence. Dari kedua gambar
tersebut terlihat dengan jelas pola dan arah penyebaran suatu endapan bahan galian.
Gambar 6.23 Penampang melintang diagramatik dari potongan jalan raya di Kentucky timur
menunjukkan zona urutan transisi yang terbentuk antara lingkungan dataran bawah
dan atas hasil interpretasi observasi singkapan (Peters, 1978)
Gambar 6.25 Diagram Fence yang menunjukkan korelasi dan ketebalan seam batubara utama di
Campbell County, Wyoming ( Peters, 1978)
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, pekerjaan eksplorasi dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan data mengenai endapan (bentuk, penyebaran, letak, posisi,
kadar/kualitas, jumlah endapan, serta kondisi-kondisi geologi). Pekerjaan eksplorasi ini
harus telah selesai dilakukan sebelum memasuki tahapan perencanaan penambangan.
Sifat-sifat tersebut muncul akibat faktor-faktor kondisi endapan dan lingkungan, antara lain
:
adanya ketidakpastian mengenai pengetahuan cadangan bahan tambangnya, baik
mengenai jumlah kadar atau kualitas, bentuk, serta letak dan posisi endapan,
kondisi-kondisi geologi (sifat batuan, struktur, dan air tanah) endapan dan daerah
sekitarnya,
umumnya terletak pada daerah yang jauh dan relatif terpencil.
Secara umum aliran kegiatan industri pertambangan dimulai dengan tahapan prospeksi
yang kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi. Tahapan ini mempunyai resiko yang sangat
tinggi (high risk), karena berhubungan dengan resiko geologi. Pada saat memasuki
tahapan pre-studi kelayakan (prefeasibility study) sampai dengan tahapan studi kelayakan
(feasibility study), resiko kegagalan mulai diperkecil.
Kepastian dari segi ilmu geologi itu antara lain berkenaan dengan :
keanekaragaman mineral yang ada dalam bahan galian,
perubahan kandungan mineral bijih akibat struktur atau lingkungan geologi, dan
kemungkinan geologinya adanya sejumlah cadangan lain di tempat sekitar letakan
yang sudah diketahui.
Dalam pelaksanaannya, eksplorasi seperti disebut dalam UU tahun 1967 didahului oleh
adanya suatu kegiatan yang disebut sebagai Penyelidikan Umum. Penyelidikan umum ini
disebutkan sebagai penyelidikan secara geologi umum atau geofisika, di daratan, perairan,
dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau
menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya. Adanya letakan bahan
galian yang ditetapkan pada penyelidikan umum lebih lanjut diteliti secara seksama pada
tahap eksplorasi.
Istilah penyelidikan umum dalam UU tahun 1967 sama artinya dengan Prospeksi
Mineral. Prospek dalam bidang pertambangan berarti sesuatu yang memberi harapan
yang dapat bermanfaat bagi manusia. Secara fisik prospek ini umumnya merupakan
sebagian dari letakan bahan galian, misalnya mineralisasi yang muncul di permukaan bumi
atau yang terdapat di bawah permukaan pada batas daerah yang sedang ditambang.
Keseluruhan bagian dari letakan bahan galian belum diketahui dengan pasti karena belum
diselidiki dengan lebih teliti. Itu sebabnya pada suatu prospek masih harus dilakukan
penyelidikan lagi dan ini berlangsung pada tahap eksplorasi.
Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan, lembaga
pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya yang
mencakup mulai dari mencari prospek sampai menentukan besarnya cadangan mineral.
Sebaliknya ada beberapa negara, misalnya Perancis dan Uni Soviet (sebelum negara ini
bubar) yang menggunakan istilah eksplorasi untuk kegiatan mencari mineralisasi dan
prospeksi untuk kegiatan penilaian ekonomi suatu prospek (Tilton, 1988). Selanjutnya
istilah eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan
mulai mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan insitu hasil temuan
mineralisasi. Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti
keseluruhan urutan kegiatan mulai dari mencari letak mineralisasi sampai menentukan
cadangan insitunya.
Dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil
sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga mempunyai skala
yang relatif kecil, yaitu 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan pada tahap ini adalah :
A. Studi literatur
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data
dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama,
laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei.
Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional
dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah
eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada
proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan
pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta
topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan
pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka
hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-
tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari
singkapan-singkapan yang penting.
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat
penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi
hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan
sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan
pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan
bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran
mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah
survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah
tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi
selanjutnya.
Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai
prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail. Kegiatan utama dalam
tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan
memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk dapat mendapatkan data-data yang lebih
teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran
kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak.
Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan,
dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai
kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan
sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau
kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan
dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.
Pada tahap ini dibuat rencana peoduksi, rencana kemajuan tambang, metode
penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi tambang. Dengan melakukan
analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan pemasaran maka
dapatlah diketahui apakah cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang
dengan menguntungkan atau tidak.
Rencana biaya harus dipertimbangkan secara matang karena berkaitan dengan nilai
investisasi yang dilakukan, dan umumnya meliputi biaya pembukaan lahan untuk base
camp, persiapan sarana dan prasarana (peralatan), biaya operasional selama survei,
renumerasi (penggajian), akomodasi dan kebutuhan logistik, serta pajak.
Waktu kegiatan juga harus ditentukan secara tepat, misalnya disesuaikan dengan kondisi
iklim setempat serta trend kondisi politik, ekonomi atau investasi saat itu. Tidak akan
memungkinkan dilakukan suatu kegiatan eksplorasi di suatu daerah yang sedang
berkecamuk perang atau terdapat gangguan keamanan.
peta dasar,
alat surveying/ukur atau GPS (Global Positioning System),
alat kerja :
alat geofisika, kompas,
alat sampling, meteran,
palu, kantong contoh,
altimeter, geochemical kit,
alat bor, dll.
alat tulis,
alat komunikasi,
keperluan sehari-hari (makan-tidur-mandi, dll.), dan
obat-obatan/P3K.
Setelah sampai di lapangan (lokasi), maka hal-hal yang harus diperhatikan (disiapkan) adalah :
membuat base camp,
mencek peralatan/perbekalan,
melakukan quick survey di daerah penyelidikan, untuk menentukan langkah-
langkah yang lebih lanjut, serta
melakukan evaluasi rencana dan perubahan-perubahan sesuai dengan
keadaan sebenarnya (bila perlu).
Dalam pemilihan metode-metode yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis
endapan yang akan dicari. Adapun pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada masing-
masing tahapan eksplorasi serta pemilihan metode dapat digambarkan secara umum
seperti terlihat pada Tabel 7.1.
Jenis endapan
Tahapan Metode
mineral
Citra landsat semua
Pendahuluan
Sintesis regional semua
semua
Foto udara
logam dasar
Aeromagnetik
semua
Survei Tinjau Pemetaan geologi
misalnya batubara
(Reconnaissance) Pengukuran penampang stratigrafi
logam dasar
Stream sediment sampling
mineral berat
Pendulangan
semua
Pemetaan geologi
logam dasar
Stream sediment sampling mineral berat
Pendulangan
non-metalik
Prospeksi umum Gaya berat
singenetik
Seismik
logam dasar tertentu
Magnetik
semua
Rock sampling
Pemetaan geologi
semua
Uji sumuran
semua
Geolistrik (tahanan jenis, IP, SP, dll.)
logam dasar
Seismik refraksi/refleksi
Prospeksi detail singenetik
Detail magnetik
(Eksplorasi pendahuluan) logam dasar tertentu
Soil sampling (geokimia)
logam dasar
Rock sampling (geokimia)
semua
Rock sampling (petrografi, alterasi)
logam dasar, dll.
Agar eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efisien, ekonomis, dan tepat sasaran, maka
diperlukan perencanaan berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar eksplorasi
sebelum program eksplorasi tersebut dilaksanakan.
Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenuhi kaidah-kaidah dasar
ekonomis dan perancangan (desain) yaitu :
Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harus sesuai dengan keadaan
geologi endapan yang dicari.
Efisien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi, yaitu dengan biaya
serendah-rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya.
Cost-beneficial ; hasil yang diperoleh dapat dianggunkan (bankable).
Model geologi regional dapat dipelajari melalui salah satu konsep genesa bahan galian
yaitu Mendala Metalogenik, yaitu yang berkenaan dengan batuan sumber atau asosiasi
batuan, proses-proses geologi (tektonik, sedimentasi), serta waktu terbentuknya suatu
endapan bahan galian.
Selain itu, prinsip dasar dalam penentuan jarak sedapat mungkin telah memenuhi
beberapa faktor lain, seperti :
Grid density (interval/jarak) antar titik observasi. Semakin detail pekerjaan
maka grid density semakin kecil (interval/jarak) semakin rapat.
Persyaratan pengelompokan hasil perhitungan cadangan/endapan. Contoh
pada batubara ; syarat jarak untuk klasifikasi terukur (measured) 400 m
antar titik observasi.
Secara umum, suatu manajemen kegiatan eksplorasi telah meliputi beberapa hal berikut,
antara lain :
Jenis kegiatan.
Operasi lapangan.
Layanan pendukung.
Layanan teknis, logistik, dan administrasi.
Koordinasi, komunikasi, dan pengawasan.
Analisis dan integrasi data hasil eksplorasi.
Teori manajemen dapat diterapkan dalam kegiatan eksplorasi. Secara umum, dalam suatu
program penentuan yang mengarah ke eksplorasi harus dimulai dengan hipotesa
pekerjaan, yang merupakan rencana ulang pemilihan fakta-fakta dari beberapa observasi
dan intepretasi dengan spekulasi dari pengeluaran.
Syarat untuk perumusan hipotesis dari suatu penemuan (dalam hal ini endapan bahan
galian) adalah sebagai berikut :
pengetahuan staf (pekerja) yang baik tentang keadaan/kontrol geologi suatu
endapan,
mempunyai wawasan dan imajinasi,
mempunyai bakat intuisi,
mempunyai keberanian,
mempunyai keyakinan tentang penilaian hipotesis,
kemampuan untuk berdiri sendiri.
Untuk mencapai kesuksesan dalam eksplorasi, maka urutan-urutan yang perlu diperhatikan
oleh seorang (badan) pengelola eksplorasi antara lain :
penentuan tujuan jangka panjang yang realistik dan tidak bersifat subjektif,
pendelegasian tanggung jawab pada masing-masing individu/tim,
penciptaan suasana kerja yang produktif sehingga mampu merangsang
munculnya inovasi-inovasi dan penemuan-penemuan baru,
pemastian adanya komunikasi yang baik, baik dari pusat kelapangan, atau
dalam satu kerja tim lapangan,
penekanan dan proporsi yang baik dalam pengelolaan sumberdaya (manusia,
uang, dan waktu),
membiasakan dalam peninjauan kembali keputusan sebelum
memutuskan/membuat keputusan akhir (final decission).
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR PETA
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1. Maksud dan tujuan penyelidikan
2. Anggota tim penyelidikan
3. Penyelidikan yang pernah dilakukan sebelumnya
Untuk tahapan eksplorasi, kerangka laporan kegiatan eksplorasi adalah sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR PETA
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1. Maksud dan tujuan penyelidikan
2. Perizinan
3. Sejarah penyelidikan
BAB V. SIMPULAN
(antara lain memuat) :
1. Keadaan lingkungan daerah penyebaran endapan sekitarnya
2. Keadaan geologi yang penting dan keadaan batuan
3. Keadaan endapan (kadar, penyebaran, cadangan, tanah penutup, dan lain-
lain)
LAMPIRAN
(disesuaikan dengan jenis bahan galian)
1. Peta lokasi/situasi
2. Peta topografi (skala 1 : 500 - 2000)
3. Peta kajian eksplorasi (skala 1 : 2000 – 10.000) meliputi lokasi singkapan, sumur uji,
parit uji, pemboran dan pengambilan contoh
4. Peta geologi daerah (skala 1 : 500 – 2000)
5. Peta penyebaran bahan galian (skala 1 : 500 – 2000)
6. Peta perhitungan cadangan (skala 1 : 500 – 2000)
7. Peta penyebaran kadar (skala 1 : 500 – 2000)
8. Peta isopach tanah penutup (skala 1 : 500 – 2000)
Geoteknik atau dikenal sebagai engineering geology merupakan bagian dari rekayasa sipil
yang didasarkan pada pengetahuan yang terkumpul selama sejarah penambangan.
Seorang ahli sipil yang merancang terowongan, jalan raya, bendungan atau yang lainnya
memerlukan suatu estimasi bagaimana tanah dan batuan akan merespon tegangan,
sehingga dalam hal ini penyelidikan geoteknik merupakan bagian dari uji lokasi dan
merupakan dasar untuk pemilihan lokasi. Bagian dari ilmu geoteknik yang berhubungan
dengan respon material alami terhadap gejala deformasi disebut dengan geomekanika.
Dalam urutan kegiatan pertambangan, eksplorasi merupakan proses evaluasi teknis untuk
mendapatkan model badan bijih. Model cadangan suatu badan bijih yang diinterpretasikan
dari hasil eksplorasi langsung maupun tak langsung, sebelum ditentukan cara
penambangannya apakah dengan open pit atau underground mining harus dianalisis
secara geoteknik. Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut adalah
ketidakselarasan struktur geologi. Pola-pola dari patahan, rekahan, dan bidang perlapisan
mendominasi perilaku batuan dalam tambang terbuka karena terdapat gaya penahan yang
kecil untuk mencegah terjadinya luncuran dan karena terdapat semacam gaya tekan ke
atas dari permukaan air yang terdapat dalam rekahan.
Dalam tambang bawah tanah pengaruh ketidakselarasan kurang dominan namun tetap
harus diperhatikan. Permukaan patahan pada kedalaman tertentu merupakan tempat yang
memiliki kohesi yang rendah dan berakumulasinya tegangan. Permukaan rekahan dan
belahan merupakan bidang lemah dengan resistansi yang rendah untuk menahan
tegangan, dan memiliki kecenderungan terbuka saat terganggu oleh aktivitas peledakan
(blasting).
Instrumentasi yang modern dalam mekanika batuan memberikan cara pengukuran yang
lebih baik terhadap pengaruh kombinasi kekuatan batuan dan cacat struktur. Keuntungan
khusus dari studi mekanika batuan modern adalah lokasi dan material dapat diuji lebih
lanjut. Daerah kerja tambang dapat dirancang secara detail. Detail-line mapping dilakukan
untuk menggambarkan proyeksi rekahan dan kontak yang orientasinya menyebar
sepanjang singkapan atau suatu muka tambang. Gambar 8.1 adalah lembar data tipikal
yang digunakan dalam metoda ini, menunjukkan jenis informasi yang dikumpulkan. Posisi
rekahan yang dihasilkan dalam detail-line mapping diplot pada stereonet untuk dievaluasi.
Gambar 8.1 Lembar data untuk detail-line mapping terhadap rekahan dan kontak geologi
pada tambang terbuka (Peters, 1978)
Sebagai contoh :
Jika total kemajuan pemboran 130 cm, total inti bor yang diperoleh 104 cm, maka
perolehan inti bor (core recovery) adalah 104/130 = 80%. Jumlah panjang inti bor dengan
panjang 10 cm atau lebih adalah 71,5 cm, sehingga besarnya RQD = 71,5/130 = 55%
artinya kualitas batuan yang bersangkutan adalah sedang.
Tabel 8.2 memberikan penjelasan lebih detail mengenai informasi geologi yang digunakan
dalam rock-slope engineering., yang menunjukkan apa saja yang diperlukan dalam
merekam cacat struktur batuan.
Tabel 8.2 Informasi geologi yang diperlukan untuk merekam cacat struktur dalam batuan
(Peters, 1978)
Informasi geoteknik
1. Peta lokasi atau rencana tambang.
2. Kedalaman di bawah datum referensi.
3. Kemiringan (dip).
4. Frekuensi atau spasi antar bidang ketidakselarasan yang berdekatan.
5. Kemenerusan atau perluasan bidang ketidakselarasan.
6. Lebar atau bukaan bidang ketidakselarasan.
7. Gouge atau pengisian antar muka bidang ketidakselarasan.
8. Kekasaran permukaan dari muka bidang ketidakselarasan.
9. Waviness atau lekukan permukaan bidang ketidakselarasan.
10. Deskripsi dan sifat-sifat batuan utuh diantara bidang ketidakselarasan.
Berikut ini merupakan beberapa istilah dan pengertiannya berkaitan dengan pengujian
geomekanika :
1. Tegangan (stress) adalah gaya yang bekerja tiap satuan luas permukaan. Simbolnya
adalah (baca: sigma) untuk tegangan normal dan (baca: tau) untuk tegangan geser.
2. Regangan (strain) adalah respon yang diberikan oleh suatu material akibat dikenai
tegangan. Simbolnya adalah (baca: epsilon) yang menunjukkan deformasi
(pemendekan atau pemanjangan) per satuan panjang mula-mula.
3. Kuat geser (shear strength) adalah besarnya tegangan atau beban pada saat material
hancur dalam geserannya.
4. Modulus Young (E) adalah ukuran kekakuan yang merupakan suatu konstanta untuk
setiap padatan yang klastik. Sering disebut modulus elastisitas yang merupakan
perbandingan antara tegangan terhadap regangan (E=/).
5. Rasio Poisson (, baca: nu) berkaitan dengan besarnya regangan normal transversal
terhadap regangan normal longitudinal di bawah tegangan uniaksial. Nilainya berkisar
E y E z
sekitar –0,2 dan persamaannya adalah
x atau
x .
Gambar 8.2 Diagram penampang dari uji uniaksial pada suatu silinder batuan (Peters,
1978)
Kekuatan batuan dapat diukur secara insitu (di lapangan) sebaik pengukuran di
laboratorium. Regangan (deformasi) diukur di area tambang kemudian dihubungkan
terhadap tegangan dengan berpedoman pada konstanta elastik dari laboratorium.
Tegangan sebelum penambangan merupakan kondisi tegangan asli, sulit dihitung, tetapi
merupakan parameter desain tambang yang penting. Tegangan tersebut umumnya
diperkirakan dan diberi beberapa kuantifikasi dengan memasang sekelompok pengukur
tegangan elektrik dalam “rosette” pada permukaan batuan, memindahkan batuan-batuan
yang berdekatan, dan mengukur respon tegangan sebenarnya yang dilepaskan. Kondisi
tegangan yang berkembang selama penambangan merupakan hal penting yang harus
diperhatikan dalam operasi tambang sebaik dalam perancangan tambang. Regangan yang
dihasilkan dari pola tegangan baru diukur dari waktu ke waktu atau dimonitor secara
menerus selama penambangan berlangsung.
Beberapa karakteristik kuat tekan dan kuat tarik yang telah diukur untuk beberapa jenis
batuan yang umum ditunjukkan pada Tabel 8.3.
Tabel 8.3 Kuat tekan uniaksial dan kuat tarik dari beberapa jenis batuan (Peters, 1978)
Jenis batuan Kuat tekan (kg/m2) Kuat tarik (kg/m2)
Batuan intrusif
Granit 1000-2800 40-250
Diorit 1800-3000 150-300
Gabro 1500-3000 50-300
Dolerit 2000-3500 150-350
Batuan ekstrusif
Riolit 800-1600 50-90
Dasit 800-1600 30-80
Andesit 400-3200 50-110
Tanah merupakan hasil pelapukan dari batuan. Jika suatu batuan berasal dari material
yang tak terkonsolidasi, seharusnya mengikuti aturan mekanika tanah, dimana klasifikasi
material ditunjukkan pada Gambar 8.5.
Pola perilaku tanah dan batuan dipengaruhi oleh kehadiran air dan udara; terutama air.
Klasifikasi teknis yang umum untuk tanah berbutir halus melibatkan grafik plastisitas
(Gambar 8.6) dimana batas likuid diplot berlawanan terhadap indeks plastisitas. Garis A
pada grafik merupakan suatu batas empiris dengan lempung inorganik di atas dan dengan
lanau dan lempung organik di bawah.
Dua parameter pengukuran yang terpenting dalam hidrologi airtanah adalah koefisien
permeabilitas dan koefisien penyimpanan, atau “porositas efektif”. Koefisien permeabilitas
() merupakan suatu elemen dari Hukum Darcy : V = .i, dimana V adalah kecepatan aliran
laminer (kondisi nonturbulen) dan I adalah gradien hidraulik yang merupakan rasio
kehilangan dalam tinggi hidraulik (tekanan) oleh resistansi friksional terhadap satuan jarak
dalam arah aliran. Koefisien permeabilitas ditentukan secara eksperimen untuk daerah
yang spesifik dengan uji pompa dan di laboratorium dengan uji permeameter.
Koefisien penyimpanan dalam suatu akifer ditunjukkan sebagai fraksi desimal, yang
menunjukkan volume air yang dapat diharapkan untuk dikuras dari suatu satuan volume
tanah. Parameter tersebut berkaitan dengan pori, rekahan, dan lubang bukaan larutan
untuk pengisian oleh airtanah. Koefisien penyimpanan umumnya dihitung dari uji pompa
dalam sumur observasi yang digunakan untuk memonitor perbedaan kurva penurunan atau
permukaan piezometrik di sekitar sumur atau shaft, seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 8.8.
1978)
1. -----, Drilling : The Manual of Methods, Applications, and Management, Australian Drilling
Industry Training Committee Limited, Lewis Publishers, 1996.
3. Annels, Alwyn E., Mineral Deposit Evaluation, A Practical Approach, Chapman & Hall,
London, 1991.
4. Chaussier, Jean-Bernard & Jean Morer, Mineral Prospecting Manual, North Oxford Academic
Publishers Ltd., 1987.
5. Darijanto, Totok., Diktat Kuliah TA-313 Genesa Bahan Galian, Jurusan Teknik Pertambangan
FTM – ITB, tidak dipublikasikan, 1997.
6. Cox, Dennis P. & Donald A. Singer, Mineral Deposit Models, U.S. Geological Survey Bulletin
1693, 1987.
7. Evans, Anthony. M., Introduction to Mineral Exploration., Blackwell Science Ltd., 1995.
8. Gocht, W.R., H. Zantop, R.G. Eggert, International Mineral Economics – Mineral Exploration,
Mine Evaluation, Mineral Markets, International Mineral Policies, Springer-Verlag, 1988.
9. Graha, Doddy Setia, Batuan dan Mineral, Penerbit NOVA, Bandung, 1987.
10. Joyce, A.S., Exploration Geochemistry., Techsearch Inc., South Australian Institute of
Technology, 1974.
11. Peters, C. William, Exploration Mining and Geology, Department of Mining and Geological
Engineering, The University of Arizona, John Wiley & Sons, 1978.
13. Tilton, John E., G.E. Roderick, H.L. Hans, World Mineral Exploration, Trends and Economic
Issues, Resources For The Future, Washington D.C., 1988.
14. White, Andrew H., Management of Mineral Exploration, Rossco Print, Victoria 3072, 1997.
1. Secara umum industri pertambangan mempunyai karakteristik yang khas serta memiliki
beberapa tahapan (fase) kegiatan,
2. Pada kegiatan eksplorasi secara umum dikenal adanya tahapan-tahapan eksplorasi (mulai
dari studi literatur, eksplorasi pendahuluan, eksplorasi detil, s/d studi kelayakan).
4. Untuk dapat mengetahui sifat fisik dan kadar (kualitas) dari suatu bijih (endapan),
maka dilakukan sampling. Jelaskan metoda-metoda sampling yang anda ketahui
(meliputi : letak/posisi sampling, cara pengambilan conto, serta makna & tujuan dari
masing-masing metoda sampling tersebut).
6. Dalam melakukan penentuan kadar rata-rata suatu endapan (pada suatu areal) pada
umumnya digunakan faktor pembobotan (weighting), yaitu pembobotan aritmetika
sederhana, pembobotan panjang/tebal, pembobotan luas, pembobotan volume, dan
pembobotan tonase.
a. Mengapa diperlukan pembobotan tersebut ?
b. Jelaskan persamaan matematik untuk masing-masing pembobotan tersebut.
c. Jelaskan untuk kondisi data endapan yang bagaimana masing-masing
pembobotan tersebut yang cocok untuk diterapkan.
Soal – 1
Diketahui dari hasil penambangan bijih Cu dari 3 lokasi pit yang berbeda adalah sebagai
berikut :
1500 ton dengan kadar 0,70 % Cu
3000 ton dengan kadar 0,84 % Cu
1000 ton dengan kadar 1,10 % Cu
Pertanyaan :
Tentukan kadar rata-rata sesudah bijih tersebut dicampur, dan berapa tonase logam Cu
yang dapat diekstrak (jika recovery = 90%).
Soal – 2
Pertanyaan :
a. Hitung kadar rata-rata bijih Ni pada sumuran uji tersebut.
b. Jika c.o.g = 2,30 % Ni, berapa tebal bijih Ni pada sumuran uji ini.
c. Berapa tebal overburden (waste) pada sumuran uji ini.
Soal – 3
Dari suatu rangkaian test pit dengan grid 50 x 50 m (lihat Gambar 1), diperoleh
penyebaran kadar dalam arah horizontal (teoritis).
Pertanyaan :
a. Jika diberikan c.o.g = 2,30 %, maka buatlah sketsa batas tubuh bijih (ore body
outline).
b. Apakah pola pemboran yang ada dapat memberikan keyakinan geologi yang cukup
untuk penarikan ore body outline?. Jelaskan jawaban saudara.
c. Apa usulan yang saudara rekomendasikan untuk kondisi endapan tersebut ?
Soal – 4
Diketahui suatu endapan berbentuk vein dengan kondisi mineralisasi bijih Pb seperti
terlihat pada Gambar 2. Kemiringan vein adalah 600.
Pertanyaan :
a. Jika diberikan c.o.g = 3,90 % Pb dan minimum stoping width = 1,0 m, bagaimana
zona mineralisasi tersebut ditambang ?.
b. Berapa lebar dan tebal tubuh vein yang potensial ?
c. Buatlah sketsa posisi stoping yang direkomendasikan, jika tinggi stoping yang
diusulkan adalah 2,5 m, dan berapa kadar rata-rata yang dapat diperoleh dari
stoping tersebut ?.
1 2 3 4 5
10 cm 30 cm 40 cm 30 cm 20 cm
0,1 % 4,3 % 5,1 % 2,1 % 0,6 %
Pada Gambar 3 di bawah ini merupakan sebaran titik bor pola bujursangkar (10x10 m) pada
eksplorasi endapan nikel laterit, dan Tabel-I merupakan hasil analisis kadar (assay) % Ni pada
lubang bor dengan interval sampling 2 m.
Asumsi :
Faktor koreksi sebesar (losses) 0,3 ; Topografi datar ; SG bijih rata-rata 1,85
Tentukan :
a. Gambarkan bentuk 3D tubuh bijih berdasarkan korelasi masing-masing titik bor.
b. Kadar rata-rata, volume waste, dan volume bijih (sebelum dikurangi faktor koreksi) dengan
Petunjuk :
Untuk penentuan zona bijih gunakan metoda trial & error dengan mempertimbangkan
ketebalan tanah penutup (waste),
Untuk analisis cadangan, gunakan daerah pengaruh masing-masing titik bor.
Tabel – I
Hasil analisis assay masing-masing titik bor (untuk Soal – 5)
Soal. 6
Suatu eksplorasi nikel laterit dengan test pit menghasilkan data (lihat Tabel II) sebagai
berikut.
Bila batas cut off grade = 1,80 ; 1,85 ; 1,90 ; 1,95 ; 2,00 ; 2,05 ; 2,10 ; 2,15 % Ni,
Buat penampang Utara-Selatan untuk menunjukan tubuh bijih, dan
Tentukan batas penyebaran endapan bijih secara horizontal.
Diketahui BX-bit
Run = 5,0’
Panjang Core = 3,2’
Spesific Gravity = 2,6
Berat Core = 7,45#
Berat Sludge = 15,00#
Assay Core = 40 ; 45 ; 50 ; 55 % Fe
Assay Sludge = 55 ; 60 ; 65 ; 70 % Fe
a. Hitung assay rata-rata core dan sludge dengan memakai proportional weights
b. Berapakah hasil penggabungan assay core dan sludge dengan menggunakan rumus Long year
?
c. Bandingkan hasil perhitungan anda terhadap assay core dan assay sludge. Apa pendapat anda
mengenai hasil perhitungan tersebut ?