PERTAMBANGAN MINERBA
PRINSIP DASAR TEKNIS PERTAMBANGAN
• Pengangkutan/Penjualan
Tahap dan Jenis Kegiatan Teknis Pertambangan
KTT dan/atau PTL menetapkan tata cara baku kegiatan
pengelolaan teknis pertambangan paling kurang terdiri atas:
GEOTEKNIK
GEOTEKNIK
HIDROGEOLOGI
Studi hidrologi air permukaan
Studi kondisi air bawah tanah
Studi kegiatan tambang terhadap air permukaan dan air bawah
tanah
Studi akibat perubahan / naiknya kembali air bawah tanah
terhadap kestabilan dan efek kimia di underground
Pengaruh kegiatan tambang terhadap pemanfaatan air
permukaan dan bawah tanah
Penanganan air tambang
Kualitas air
Porositas, permiabilitas, patahan, retakan
Zone aquifer dan sifat hidrouliknya
Daerah tangkapan air dll
Manajemen air tambang ( pengeringan tambang, drainage, water
treatment, pengalihan sungai , kontrol air asam tambang dsb )
III. LINGKUP PENGAWASAN
kajian kelayakan teknis dalam studi kelayakan paling kurang terdiri atas: a) keadaan
umum; b) geologi dan keadaan endapan; c) sumber daya dan cadangan; d) kajian
geoteknik tambang; e) infrastruktur yang telah tersedia; f) kajian hidrologi dan
hidrogeologi; g) kajian air asam tambang; h) perencanaan tambang; i) perencanaan
pengolahan dan/atau pemurnian; j) perencanaan pengangkutan dan penumpukan; dan
k) kajian risiko;
pembangunan sarana, prasarana, dan instalasi yang dilakukan di luar WIUP atau
WIUPK untuk menunjang usaha kegiatan pertambangan wajib memiliki izin wilayah
dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai Kewenangannya
MATERIAL LUMPUR: pengupasan material lumpur hanya dapat dilakukan setelah ada
kajian teknis yang paling sedikit terdiri atas: (a) ketebalan dan volume material lumpur; (b)
sifat fisik material lumpur; (c) penirisan kandungan air dalam material lumpur; dan (d)
rekomendasi penanganan material lumpur.
KTT menetapkan jarak aman (buffer zone) antara batas tepi penambangan dengan material
lumpur di luar rencana bukaan tambang dan tinggi kabin alat muat berdasarkan kajian
teknis;
OUTPIT DUMP: penimbunan batuan penutup tidak boleh ditempatkan pada area yang
terdapat sumber daya dan/atau cadangan mineral atau batubara; dalam hal nilai faktor
keamanan lereng timbunan dengan menggunakan kohesi dan sudut gesek residual tidak
memenuhi nilai dalam studi kelayakan maka berdasarkan hasil kajian teknis yang paling
kurang mencakup geometri dan dimensi lereng timbunan, umur pakai timbunan, faktor
keamanan lereng, upaya penguatan timbunan, rencana pemantauan, dan tindak lanjut serta
analisis risiko; dilarang menimbun batuan penutup pada area bekas kolam, bekas alur
sungai, dan rawa kecuali dilakukan berdasarkan hasil kajian teknis; timbunan batuan
penutup dengan sistem bottom up dilakukan pemadatan menggunakan compactor secara
bertahap atau menggunakan alat angkut dengan rasio tebal layer tidak lebih dari 1/3 tinggi
alat angkut atau berdasarkan hasil kajian teknis;
...PENAMBANGAN
INPIT DUMP: dalam hal area penimbunan batuan penutup berada di lokasi yang telah
selesai ditambang (inpit), dasar area timbunan bebas dari lapisan batuan yang dapat
menjadi bidang gelincir serta bebas air dan/atau lumpur;
dalam hal area penimbunan batuan penutup berada di lokasi yang belum selesai ditambang,
jarak antara kaki timbunan batuan penutup dengan area kerja aktif sekurang kurangnya 3
(tiga) kali tinggi total timbunan atau berdasarkan hasil kajian teknis;
PENGALIHAN SUNGAI dalam hal penambangan perlu melakukan pengalihan sungai untuk
optimasi cadangan dan keberlanjutan umur tambang maka mempertimbangkan orde dan
sempadan sungai, serta mendapatkan persetujuan prinsip dari instansi yang berwenang.
pemegang IUP menyampaikan rencana pengalihan sungai dan menyusun kajian teknis
kepada KAIT
Pengelolaan Air Tambang fasilitas penampungan air tambang, serta fasilitas pengendapan
memiliki kapasitas sekurang-kurangnya 1,25 (satu koma dua puluh lima) kali volume air
tambang pada curah hujan tertinggi selama 84 (delapan puluh empat) jam; pengendalian isi
fasilitas penampungan dan pengelolaan air tambang dilakukan apabila telah terisi 80%
(delapan puluh persen) atau lebih dari kapasitas penampungan sesuai ketentuan pada pada
angka 2; dalam hal terjadi air larian yang tidak terkendali, kegiatan penambangan yang
terpengaruh dihentikan kecuali kegiatan untuk penanganan air larian; jarak minimal fasilitas
pengendapan ke tepi terluar penambangan sekurang kurangnya 500 meter atau
berdasarkan kajian teknis; Kepala Teknik Tambang menjamin daya dukung fasilitas
pengendapan terhadap air dan material endapan;
...PENAMBANGAN
Penumpukan Minerba tempat penumpukan memenuhi syarat: (a) tidak boleh ditempatkan
pada area yang terdapat cadangan mineral atau batubara; (b) dilakukan pengupasan tanah
pucuk terlebih dahulu; (c) memiliki daya dukung yang memadaiterhadap tumpukan dan alat
yang digunakan; (d) bebas dari air yang menggenang dan memiliki sistem penyaliran yang
mampu mengalirkan debit air larian tertinggi; (e) dilengkapi dengan material bedding untuk
mencegah terjadinya dilusi; (f) dilengkapi tanggul pembatas setinggi paling kurang 1 (satu)
meter di sekeliling area tumpukan; (g) tersedia akses masuk dan keluar alat angkut yang
terpisah; dan (h) kapasitas tempat penumpukan paling kurang sebesar 3 (tiga) hari
kapasitas produksi harian;
Kegiatan penumpukan: (a) melakukan upaya untuk menjaga kualitas minerba yang
ditumpuk; (b) memisahkan dengan jelas berdasarkan kadar/kualitas, jenis dan/atau raw dan
produk; (c) menerapkan sistem First In First Out (FIFO) dengan mempertimbangkan
blending; (d) menyediakan jarak antar tumpukan dan tanggul pembatas; (e) tidak boleh
melebihi kapasitas maksimum area penumpukan dan/atau daya dukung tumpukan; (f) dalam
hal area penumpukan dioperasikan menggunakan chute untuk mengeluarkan minerba maka
dilarang unit bekerja di atas tumpukan ketika chute akan dioperasikan; dan (g) diukur
kondisi akhir dibandingkan dengan kondisi awal minerba dalam rangka menjaga kesesuaian
jumlah material yang ditumpuk (tidak terjadi kehilangan dalam stock opname);
Alat Gali-Muat kapasitas alat gali-muat mampu memuat material ke alat angkut tidak boleh lebih
dari 5 (lima) kali pemuatan dan tidak boleh kurang dari 3 (tiga) kali pemuatan; dalam hal
ketebalan lapisan mineral dan/atau batubara kurang dari 75 (tujuh puluh lima) centimeter
dilakukan pengumpulan dengan alat tertentu sebelum dilakukan pemuatan atau berdasarkan
kajian teknis; alat gali-muat yang dioperasikan diupayakan memiliki bucket fill factor mencapai
sekurangkurangnya 80% (delapan puluh persen); penggalian material dengan menggunakan alat
gali muat tidak boleh melebihi beban gali alat yang digunakan;
Alat Angkut pengangkutan material dengan menggunakan truk tidak boleh melebihi kapasitas
maupun beban angkut serta tidak boleh kurang dari 90% (sembilan puluh persen) kapasitas
maupun beban angkut;
III. LINGKUP PENGAWASAN
Pengangkutan dengan Konveyor penggunaan sistem konveyor didasarkan hasil kajian teknis
yang paling kurang mencakup: (1) jenis material; (2) ukuran butir terbesar; (3) ketersediaan
sumber energi; (4) kemiringan; (5) daya dukung dasar konveyor; (6) daya penggerak; (7)
kapasitas angkut; (8) jarak pengangkutan; (9) kandungan air dalam material tidak lebih dari 20%
(dua puluh persen); dan (10) tingkat kekerasan material;
dalam rangka rekonsiliasi data muatan dan mencegah atau menghindari kelebihan dan
kehilangan material angkut pada jenis pengangkutan menggunakan konveyor dipasang alat ukur
(belt scale) untuk dapat mengetahui berat dan/atau volume material yang diangkut; alat ukur (belt
scale) dilakukan kalibrasi secara berkala.
III. LINGKUP PENGAWASAN