Anda di halaman 1dari 9

Theresia Vanny

1711000066

PERBANDINGAN PRAKTIK LAPANGAN DALAM MENJALANKAN

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN ORGANISASI DI

INDONESIA DAN AUSTRALIA

I. PENDAHULUAN

Organisasi adalah sistem kerjasama sekelompok orang yang mempunyai

aturan dan keterikatan tertentu untuk mencapai tujuan yg telah ditentukan.

Romney dan Steinbart (2015:3) mengemukakan bahwa sistem adalah rangkaian

dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang

berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sebagian besar sistem terdiridari

subsistem yang lebih kecil yang mendukung sistem yang lebih besar. Organisasi

sebagai sistem tempat berkumpulnya orang-orang yang ingin mencapai tujuan

bersama haruslah juga diatur oleh sebuah aturan. Dalam menjalani aturan pun

tidak serta merta semua orang akan menjalaninya sesuai dengan ketentuan. Oleh

karena itu, dibutuhkan yang namanya pengendalian dan juga pengawasan agar

semua perilaku dalam organisasi bisa berjalan sesuai aturan dan bisa mencapai

tujuan organisasi.

Pengendalian manajemen merupakan proses dengan mana para manajer

mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasikan strategi

organisasi. Sistem pengendalian manajemen adalah suatu proses yang menjamin

bahwa sumber-sumber diperoleh dan digunakan dengan efektif dan efisien dalam

rangka pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan pengendalian manajemen meliputi

merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh organisasi,

mengkoordinasikan aktivitas – aktivitas dari beberapa bagian organisasi,


Theresia Vanny
1711000066
mengomunikasikan informasi, mengevaluasi informasi, memutuskan tindakan

apa yang seharusnya diambil jika ada. Adapun elemen-elemen dalam sistem

pengendalian manajemen ini adalah (1) pelacak (detector) atau sensor, (2) penilai

(assessor), (3) effector, dan (4) jaringan komunikasi. Elemen-elemen ini

dibutuhkan tentunya untuk bisa mencapai tujuan organisasi.

II. PENELITIAN

A. Penelitian Praktik SPM di Indonesia

Penelitian terhadap sistem informasi akuntansi manajemen dan praktik

lapangan dilakukan oleh Ishak Ramli dan Denny Iskandar pada tahun 2014

dengan judul Control Authority, Business Strategy, and the Characteristics of

Management Accounting Information Systems. Data penelitian didapatkan dari

195 responden dari 430 manajer perusahaan manufaktur di Jakarta. Penelitian ini

menganalisis struktur formal dan informal yang mendalikan otoritas dan strategi

bisnis.

Di Indonesia, laporan hanya dibuat untuk urusan resmi dan bukan

pertimbangan untuk pengambilan keputusan. Sejak laporan tidak digunakan

untuk pertimbangan pengambilan keputusan, banyak laporan yang sudah dibuat

yang tidak berguna. Sebaliknya ada banyak laporan statistik yang tidak

digunakan oleh departemen terkait. Informasi yang ada tidak dimanfaatkan

dengan biak sampai akhirnya ketika ada masalah, barulah disadari bahwa

informasi yang ada masih kurang dan tidak mencukupi.

Informasi yang berguna dalam sistem informasi akuntansi manajemen

didasarkan pada kebutuhan para pembuat keputusan. Terdapat beberapa faktor

yang bisa mempengaruhi sistem informasi akuntansi manajemen, antara lain


Theresia Vanny
1711000066
Kecerdasan bisnis, dukungan keputusan, kualitas manajer akuntansi, dukungan

dan komitmen atas manajemen, ketidakpastian lingkungan, otoritas, strategi

bisnis, budaya dan struktur organisasi. Faktor-faktor tadi diharapkan bisa

mempengaruhi otoritas dan strategi bisnis yang ada di Indonesia karena

karakteristik tadi digunakan untuk mengontrol perilaku manajer dan

pertimbangan pengambilan keputusan. Semakin tersedia karakteristik MAIS yang

dibutuhkan, semakin baik manajer individu membuat keputusan. Struktur otoritas

kontrol formal terkait dengan tingkat sub-unit yang terkait dengan dua hal,

sebagai peran kontrol, yaitu penggunaan SIAM untuk mengontrol perilaku

bawahan dan sebagai peran yang membuat penggunaan SIAM untuk

memfasilitasi pengambilan keputusan. Oleh karena itu, sistem dirancang dengan

otoritas yang terbagi dalma dua jenis, yaitu formal dan informal. Sistem formal

berisi aturan-aturan sistem itu sendiri, sedangkan sistem informal adalah hal

lainnya yang berada diluar kendali sistem formal.

Penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa di Indonesia terdapat

kesenjangan antara otoritas kontrol formal dan informal. Informasi yang tersedia

tidak disiapkan dan digunakan untuk pengambilan keputusan. Sebaliknya

pengambilan keputusan dilakukan tanpa menggunakan informasi yang sesuai dan

relevan. Padahal penelitian menemukan bahwa otoritas formal dan informal, dan

strategi bisnis secara signifikan dan positif mempengaruhi karakteristik SIAM.

Sebenarnya otoritas kontrol informal punya pengaruh lebih besar dari otoritas

kontrol formal ketika merancang SIAM yang bisa digunakan dalam pengambilan

keputusan. Stretegi bisnis dan otoritas kontrol struktur informal memiliki

pengaruh yang lebih besar pada karakteristik SIAM daripada otoritas kontrol

formal. Otoritas formal tidak memberikan banyak informasi yang bisa digunakan
Theresia Vanny
1711000066
untuk pengambilan keputusan karena otoritas formal hanya digunakan untuk

pelaporan dan pelengkap untuk aplikasi dan surat, serta dokumen resmi.

Sebaliknya, otoritas informal memberi informasi yang berfokus pada bagaimana

caranya untuk membuat keputusan yang tepat. Hal ini sejalan dengan sifat

manajemen dimana perencanaan dan pelaksanaanya perlu strategi bisnis yang

baik dan harus dipertimbangkan dengan benar dan matang. Strategi bisnis adalah

hal utama yang perlu dipikirkan, kemudian otoritas informal, barulah otoritas

formal.

B. Penelitian Praktik SPM di Australia

Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Basil P. Tucker dan Lee D. Parker

tahun 2015 juga membahas tentang pandangan institusi atau organisasi tentang

hubungan antara sistem pengendalian manajemen dan strategi bisnis. Investigasi

yang dilaporkan dalam penelitian ini adalah bagian dari studi penelitian yang

lebih besar yang meneliti strategi dan praktik kontrol dalam sektor organisasi

Not-For-Profit di Australia. Data penelitian berasal dari wawancara 182

responden untuk survei kuesioner terhadap 401 organisasi NFP Australia dari

semua sektor industri, dan di seluruh negara bagian Australia. Studi saat ini

didasarkan pada wawancara dengan 32 organisasi NFP di Australia.

Dalam meneliti hubungan antara SPM dan strategi bisnis tadi dimasukkan juga

ukuran kinerja organisasi yang biasanya dikonseptualisasikan sebagai keseuaian

antara SPM dan arah strateginya. Meskipun kinerja organisasi diyakini penting

sebagai motivasi yang mendasari untuk menyelidiki hubungan strategi SPM dan

strategi bisnis, penelitian ini menyatakan bahwa peningkatan efisiensi bukan

penentu utama bagaimana SPM digabungkan dengan strategi. Sudah jelas bahwa
Theresia Vanny
1711000066
SPM juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan organisasi untuk legitimasi

kelembagaan, sosial dan politik, dan kebutuhan yang mungkin tidak konsisten

dengan motivasi ekonomi rasional. Organisasi juga perlu menunjukkan

kesesuaian dengan harapan yang dilembagakan dari praktik rasional yang bisa

mempengaruhi mekanisme kontrol dan koordinasi.

Terkadang terdapat skenario dimana organisasi melakukan upaya sadar untuk

menggambarkan dirinya mengikuti aturan yang dilembagakan sambil menjalani

bisnis seperti biasanya yang dikenal dengan aktivitas decoupling dan membentuk

konsep utama dalam kelembagaan. Kelembagaan dan decoupling memiliki

relevansi khusus untuk akuntansi dan kontrol manajemen.

Penggunaan NFP sebagai wahana untuk investigasi ini sangat cocok untuk

penelitian ini karena telah diketahui bahwa sektor NFP ini, di mana hubungan

antara sarana dan tujuan sering tidak jelas dan hasilnya sering tidak berwujud

adalah salah satu yang sangat dilembagakan. Dalam pengaturan seperti itu,

legitimasi seringkali lebih penting daripada efisiensi dalam mendapatkan akses ke

sumber daya, dana, dan personel.

Konteks institusional dari penelitian ini merupakan predisposisi penyelidikan

terhadap hubungan strategi MCS melalui lensa New Institutional Theory (NIS).

NIS berpendapat bahwa organisasi menghadapi berbagai tekanan dan bujukan

apapun dari lingkungan untuk menunjukkan legitimasi mereka. Perkembangan

terbaru dalam teori NIS mengakui bahwa organisasi tidak serta merta meniru atau

menyetujui dalam menghadapi tekanan institusional tersebut melainkan,

pelembagaan harus berurusan dengan perilaku organisasi yang dapat bervariasi

dari manipulasi, penangguhan, penghindaran, penolakan langsung atau

kompromi. Menurut perspektif institusional, organisasi memperoleh legitimasi


Theresia Vanny
1711000066
dengan menyesuaikan dengan ekspektasi eksternal dari praktik yang dapat

diterima. Karena itu organisasi dapat secara resmi mengadopsi elemen strategi

dan praktik kontrol untuk menunjukkan rasionalitas operasinya kepada pihak

eksternal, daripada benar-benar memantau, dan mengatur upaya organisasi.

Konseptualisasi NIS tentang decoupling menawarkan studi ini alat yang ampuh

untuk memeriksa hubungan antara strategi, SPM dan kontrol informal dalam

konteks NFP.

Arena organisasi NFP sangat dilembagakan dalam beberapa hal dan ditandai

oleh lingkungan di mana NFP harus mengelola dan menyeimbangkan tuntutan

kelompok pemangku kepentingan yang signifikan yang dapat secara langsung

dan tidak langsung memengaruhi operasi organisasi mulai dari misi inti hingga

strategi hingga proses operasional untuk memastikan aliran sumber daya untuk

mencapai tujuan mereka. Dari 32 orang yang diwawancarai, 25 menyatakan

organisasi mereka mengejar strategi yang konsisten dengan tipologi Miles dan

Snow atau Porter. Dua belas orang yang diwawancarai mengklasifikasikan

strategi organisasi mereka menurut jenis strategi Miles dan Snow sebagai

Pembela (3) atau Prospektor (9). Demikian pula, 13 orang yang diwawancarai

mengklasifikasikan strategi yang dikejar oleh organisasi mereka dalam hal

klasifikasi Porter dari Biaya Rendah (3) atau Diferensiator (10). Pandangan-

pandangan ini mencerminkan persepsi umum yang diwawancarai, bahwa

lingkungan kompetitif di mana mereka beroperasi tidak berbeda dari yang

dialami oleh mitra nirlaba mereka, tetapi bahwa itu terdiri dari berbagai

pemangku kepentingan yang berpotensi berpengaruh lebih luas. mereka juga

ingin seperti bisnis lain yang bisa mendapatkan saluran dana dri pemerintah atau

pihak lain. Dari perspektif NIS, alasan utama menggunakan SPM formal untuk
Theresia Vanny
1711000066
akuntabilitas formal kepada dewan dan dengan demikian membantu untuk

menunjukkan bahwa ia memenuhi persyaratan uji tuntasnya. Kedua, SPM formal

ditargetkan untuk menunjukkan manajemen yang rasional dan kompeten kepada

pemangku kepentingan eksternal utama, terutama penyandang dana operasi NFP.

Berbanding terbalik dengan teorinya, fakta yang sebenarnya di lapangan

menunjukan bahwa kontrol informal muncul sebagai kebijakan organisasi yang

tidak tertulis yang berfungsi untuk proses komunikasi kepada seluruh karyawan

karena kontrol internal ini bersifat longgar dan terbuka, sehingga penyampaian

dan hubungan kepada karyawan lebih dipahami dan baik. Temuan juga

menunjukkan bahwa penggabungan antara kontrol formal dan informal

membentuk kontrol kerja yang lebih luas dan bertujuan untuk mendukung tujuan

oganisasi. Bukti juga menunjukkan bahwa kontrol informal bisa bertindak

sebagai pengganti SPM formal. Berdasarkan hasil wawancara, SPM formal

dalam organisasi tampaknya terpisah dari manajemen operasional sehari-hari dan

sangat berbeda dengan kontrol informal. Oleh karena itu, sistem decoupling

memungkinkan SPM formal untuk fokus pada pelaporan tingkat dewan dan uji

tuntas dan pada proyeksi rasionalitas dan kompetensi yang diinginkan untuk

pemangku kepentingan eksternal. Pada saat yang sama, kontrol informal

memfasilitasi kontrol manajemen sehari-hari terhadap penerapan strategis dan

upaya efisiensi mereka. Decoupling secara umum dianggap negatif, namun tidak

sepenuhnya buruk karena decoupling bisa digunakan organisasi untuk

mempertahankan standar dan melegitimasi struktur formal.

Temuan lain membuktikan bahwa SPM formal juga dipisahkan dari strategi.

Peneliti menyatakan mungkin organisasi telah mencerminkan upaya untuk

menggabungkan informasi informal dan interaksi ke dalam proses strategis dan


Theresia Vanny
1711000066
anggaran tradisional untuk memungkinkan respons yang lebih fleksibel terhadap

berbagai pemangku kepentingan, program dan pengaruh lingkungan yang

kompleks. Peneliti menemukan bahwa sekali lagi, kontrol lebih banyak dilakukan

secara informal melalui dialog direktur daripada melalui mekanisme pelaporan

formal. Temuan peneliti lainnya mengatakan bahwa memisahkan SPM dari

strategi adalah tindakan sadar dan disengaja yang disusun untuk menghasilkan

keuntungan secara finansial. Dengan demikian kontrol dan strategi informal

muncul sebagai selaras dan saling berkontribusi.

III. KESIMPULAN

Pada dasarnya pelaksanaan sistem pengendalian manajemen di Indonesia dan

Australia memiliki sedikit banyak kesamaan. Keduanya sama-sama lebih

dominan ke otoritas kontrol informal dibanding formal. Otoritas kontrol informal

ini digunakan untuk menjalankan operasi dan strategi sehari-hari, sedangkan

otoritas kontrol formal digunakan untuk perhatian khusus dan resmi juga sebagai

penyambung kepada pihak yang berkepentingan.

Perbedaan pada pelaksanaan SPM akan dijelaskan melalui tabel dibawah ini.

Praktik SPM di Indonesia Praktik SPM di Australia

Perusahaan yang diteliti adalah Perusahaan yang diteliti adalah

perusahaan manufaktur organisasi Not-For-Profit

Pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan yang digunakan adalah

strategi bisnis dan struktur formal pendekatan New Institutional Theory

informal (NIS) ke arah kontrol formal dan

informal
Theresia Vanny
1711000066
Kontrol informal berfungsi untuk Kontrol infomal muncul sebagai

memberi informasi penting yang kebijakan organisasi yang tidak tertulis

nantinya bisa digunakan untuk yang berfungsi untuk proses

pengambilan keputusan komunikasi kepada seluruh karyawan

Terdapat kesenjangan pelaksanaan Sistem informal dan formal berjalan

antara kontrol formal dan informal seiringan namun berbeda fungsi dan

dimana informal lebih dominan jauh disebut dengan decoupling dimana

menjalankan operasi organisasi

sembari menjalankan bisnis seperti

biasa.

Kontrol formal dan informal berjalan Terdapat pemisahan sistem. Sistem

seiringan, meskipun terdapat formal dipisahkan dari strategi untuk

kesenjangan mendapatkan keuntungan

Otoritas kontrol formal tidak Sistem formal ditargetkan untuk

memberikan banyak informasi yang menunjukkan manajemen yang

bisa digunakan untuk pengambilan rasional dan kompeten kepada

keputusan karena otoritas formal hanya pemangku kepentingan eksternal

digunakan untuk pelaporan dan utama, terutama penyandang dana

pelengkap untuk aplikasi dan surat, operasi NFP

serta dokumen resmi.

Perbedaan diatas sekilas menunjukkan data yang berbeda. Namun, sebenarnya

kesamaannya lebih dominan dimana sistem informal lebih sering digunakan dan

diandalkan untuk menghasilkan informasi dan sebagai alat komunikasi yang lebih

efektif demi strategi yang berjalan lancar dan tujuan bisa tercapai.

Anda mungkin juga menyukai