Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL PENELITIAN

Penerapan Arsitektur Tropis pada Bangunan Publik di Kota Semarang,


Studi Kasus : Microlibrary Warak Kayu

Dosen Pengampu :

Teguh Prihanto, S.T., M.T.

Dr. Ardiyan Adhi Wibowo, S.T., M.T.

Oleh :
Riza Ai Khusni 5112420026
Salsabila Ghina Safitri 5112420027
Rendi Noor Ilham 5112420028
Steffany Wijaya 5112420038
Muhammad Fahrul S 5112420062

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Tujuan, Sasaran, dan Manfaat Penelitian 2


1.3.1 Tujuan Penelitian 2
1.3.2 Sasaran Penelitian 2
1.3.3 Manfaat Penelitian 2
1.3.3.1 Manfaat Penelitian bagi Peneliti 2
1.3.3.2 Manfaat Penelitian bagi Obyek Penelitian 2
1.3.3.3 Manfaat Penelitian bagi Perkembangan Arsitektur 3

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan 3


1.4.1 Fokus Penelitian 3
1.4.2 Lokasi Penelitian 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4

2.1. Tinjauan Tropis 4


2.1.1 Karakteristik Iklim Tropis 4
2.1.2 Permasalahan Iklim Tropis 5
2.1.3 Pengertian Arsitektur Tropis 7
2.1.4 Prinsip Arsitektur Tropis 9

2.2. Perpustakaan 12
2.2.1 Pengertian Perpustakaan 12
2.2.2 Sejarah Perpustakaan 12
2.2.3 Fungsi Perpustakaan 13
2.2.4 Tujuan Perpustakaan 13
2.2.5 Jenis-jenis Perpustakaan 14

2.3 Kerangka Teoritik 14

BAB III LOKASI DAN METODE PENELITIAN 16

3.1. Metode Penelitian 16


3.1.1 Metode Penelitian Kualitatif 16
3.1.2 Teknik Pengumpulan Data 16
3.1.2.1 Pengambilan Data Primer dan Data Sekunder 16
3.2 Gambaran Wilayah Penelitian 18
3.2.1 Wilayah Penelitian 18
3.2.2 Lokasi Obyek Penelitian 18
3.2.3 Obyek Penelitian 21
3.2.3.1 Deskripsi Microlibrary Warak Kayu 21
3.2.3.2 Fungsi dan Kegunaan 21
3.2.3.3 Denah, Tampak, Potongan 22

BAB IV 25
4.1 Kesimpulan 25

DAFTAR PUSTAKA 26
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sistem Radiasi Matahari 6

Gambar 2. Curah Hujan di Indonesia 6

Gambar 3. Tingkat Kelembaban di Indonesia 7

Gambar 4. Bukaan pada Rumah Tropis 8

Gambar 5. Bangunan Tropis 9

Gambar 6. Bentuk Bangunan Tropis 10

Gambar 7. Orientasi Bangunan Terhadap Sinar Matahari 10

Gambar 8. Material Alam pada Bangunan Tropis 12

Gambar 9. Peta Kota Semarang 19

Gambar 10. Peta Kecamatan Salatiga 20

Gambar 11. Lokasi Obyek Penelitian 20

Gambar 12. Microlibrary 21

Gambar 13. Denah Lantai 1Microlibrary 22

Gambar 14. Denah Lantai 2 Microlibrary 22

Gambar 15. Potongan A Microlibrary 23

Gambar 16. Elevasi A Microlibrary 23

Gambar 17. Elevasi B Microlibrary 24

Gambar 18. Konsep Desain Microlibrary 24


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara astronomis, Indonesia terletak pada 6 LU-11 LS dan 95 BT-141 BT. Berdasarkan
letak tersebut, Indonesia beriklim tropis karena berada di garis khatulistiwa (berada di
antara 23,5 LU dan 23,5 LS). Indonesia termasuk negara dengan iklim tropis lembab.
Ciri-ciri iklim tropis lembab antara lain memiliki kelembaban udara dan curah hujan yang
relatif tinggi, suhu tahunan di atas 18 derajat celcius bahkan bisa mencapai 38 derajat
celcius saat kemarau, dan perbedaan antar musimnya tidak terlalu terlihat.
Bangunan publik adalah tempat bagi khalayak umum untuk melakukan berbagai
macam kegiatan, atau pelayanan. Semua orang dari berbagai kalangan usia, jenis
kelamin, bahkan status sosial dapat menggunakan fasilitas bangunan ini. Bangunan
publik dapat ditemukan di seluruh wilayah Indonesia. Bangunan publik ada banyak
jenisnya, mulai dari gedung pertunjukan, gedung hunian massal, hingga gedung
pendidikan. Bangunan publik dapat dijadikan sarana infrastruktur penunjang pendidikan.
Microlibrary Warak Kayu di Semarang adalah salah satu contohnya.
Microlibrary Warak kayu adalah sebuah perpustakaan umum yang didesain
menyerupai sisik kulit warak (hewan mitologi khas Semarang). Perpustakaan ini
berfungsi untuk mewadahi aktivitas workshop, berkumpul, bermain, belajar, dan
membaca. Perpustakaan ini menerapkan gaya arsitektur tropis. Arsitektur tropis adalah
konsep desain arsitektur yang mampu beradaptasi dengan kondisi iklim tropis yang
dialami Indonesia. Penerapan gaya arsitektur ini terlihat dari seluruh elemen bangunan
yang menggunakan 100% material kayu (lantai, kolom, atap, dan lain sebagainya). Untuk
dapat mengidentifikasi penerapan gaya arsitektur tropis lainnya pada perpustakaan ini,
diperlukan wawasan mendalam mengenai konsep desain tersebut, mulai dari
pengertian, ciri-cirinya, hingga penerapannya dalam bangunan.

1
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan masalah bagaimana penerapan


arsitektur tropis di Microlibrary Warak Kayu Kota Semarang? Rumusan masalah tersebut
dapat dipecah menjadi beberapa pertanyaan antara lain:
● Apa saja contoh penerapan arsitektur tropis pada bangunan Microlibrary Warak
Kayu?
● Apa jenis material kayu yang digunakan di Microlibrary Warak Kayu?
● Bagaimana bangunan merespon pemenuhan kebutuhan penggunanya?

1.3. Tujuan, Sasaran, dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian


● Mengetahui penerapan arsitektur tropis di Microlibrary Warak Kayu
● Mengetahui material kayu yang digunakan pada Microlibrary Warak Kayu
● Mengetahui apakah Microlibrary Warak Kayu telah merespon pemenuhan
kebutuhan penggunanya
1.3.2 Sasaran Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Microlibrary Warak Kayu yang terletak di Jl. DR.
Sutomo, Barusari, Kec. Semarang Sel., Kota Semarang. Adapun penelitian
difokuskan pada penerapan gaya arsitektur tropis di bangunan tersebut.
1.3.3 Manfaat Penelitian
1.3.3.1 Manfaat Penelitian bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti diharapkan mampu menambah wawasan
mengenai penerapan gaya arsitektur tropis dalam bangunan publik dan
diharapkan mampu menjadi proposal penelitian yang berkualitas sehingga
dapat memenuhi tugas mata kuliah Metode Riset Arsitektur.
1.3.3.2 Manfaat Penelitian bagi Obyek Penelitian
Manfaat bagi obyek penelitian diharapkan mampu dijadikan
sebagai acuan untuk menerapkan elemen-elemen arsitektur tropis pada
bangunan publik dengan tetap mempertimbangkan pemenuhan
kebutuhan penggunanya.
1.3.3.3 Manfaat Penelitian bagi Perkembangan Arsitektur
Manfaat bagi perkembangan arsitektur diharapkan bangunan
publik ke depannya dirancang sesuai kondisi iklim, lingkungan setempat,
dan kebutuhan penggunanya, sehingga bangunan dapat berfungsi
sebagaimana mestinya dan pengguna merasa nyaman.

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan


1.4.1 Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan garis besar dari penelitian yang akan
dilakukan. Adanya fokus penelitian dimaksudkan agar observasi dalam penelitian
lebih terarah. Dalam penelitian ini difokuskan ke dalam tiga poin yaitu sebagai
berikut :
1. Bagaimana penerapan arsitektur tropis di Microlibrary Warak Kayu
2. Apa jenis material kayu yang digunakan di Microlibrary Warak Kayu
3. Apakah kebutuhan pengguna di Microlibrary Warak kayu telah terpenuhi
1.4.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Microlibrary Warak Kayu yang beralamat di
Jl. DR. Sutomo, Barusari, Kec. Semarang Sel., Kota Semarang. Penelitian akan
dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang datanya berupa
lisan atau deskripsi dari objek yang diamati peneliti.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tropis

Iklim tropis merupakan jenis iklim yang berlangsung di daerah yang dilalui garis khatulistiwa.
Iklim tropis ini cenderung memiliki dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan.
Terdapat dua klasifikasi tehadap iklim tropis,, yakni daerah tropis kering dan daerah tropis
lembab. Daerah yang ber iklim tropis kering memiliki kelembaban udara yang relatif
rendah, curah hujan tidak terlalu tinggi, serta tidak jarang terdapat gurun pasir.
Sedangkan daerah tropis lembab memiliki kelembaban udara dan curah hujan yang
tergolong tinggi, serta banyak disertai angin kencang yang berhembus.
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, secara geografis kawasan tropis yang
terletak di antara garis 23,5°LU-23,5°LS selalu memperoleh sinar matahari tegak lurus
pada tengah hari minimal satu hari dalam satu tahun. Indonesia merupakan salah satu
negara yang mendapatkan iklim tropis berjenis lembab. Garis khatulistiwa melewati dua
kota di Indoensia, yakni Kota Bonjol di Sumatra dan Kota Pontianak di Kalimantan. Iklim
tropis lembab mengakibatkan pada daerah tertentu akan mengalami musim hujan
sepanjang hari, seperti di daerah Kota Hujan Bogor.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi pengaruh dalam pembentukan iklim tropis di
Indonesia, diantaranya :
● Skala global : Letak kepulauan Indonesia yang dikelilingi Samudra Pasifik dan Saudra
Hindia, serta berbatasan dengan Benua Asia dan Benua Australia.
● Skala regional : Kepulauan Indonesia terdiri atas lima pulau besar dan ribuan pulau
kecil.
● Skala lokal : Terdapat gunung-gunung yang menjulang tinggi besar yang dapat
berpengaruh terhadap suhu udara dan curah hujan.

2.1.1 Karakteristik Iklim Tropis


Pada umumnya iklim tropis memiliki beberapa karakteristik yakni, rata-rata
temperatur dan kelembaban relatif stabil, rata-rata temperatur bulanan berkisar antara
1-3 derajat, curah hujan lumayan tinggi dan dapat melanda sepanjang tahun, kondisi
langit pada umumnya selalu berawan.
Sedangkan menurut Lippsmeier (1994), iklim tropis memiliki ciri-ciri iklim yang
dapat berpengaruh pada masalah umum bangunan, diantaranya :
1. Permukaan tanah: landscape hijau. Tanah biasanya merah atau coklat.
2. Vegetasi : lebat, sangat kaya dan bermacam-macam sepanjang tahun.
3. Musim: perbedaan musim kecil. Bulan terpanas, panas lembab sampai basah.
Bulan terdingin, panas sedang dan lembab sampai basah.
4. Kondisi awan: berawan dan berkabut sepanjang tahun.
5. Presipitasi: curah hujan tahunan 500- 1250 mm. Selama musim kering tidak ada
atau sedikit hujan Selama musim hujan berbeda-beda setiap tempat.
6. Kelembaban: kelembaban absolut (tekanan uap) cukup tinggi, sampai 15 mm
selama musim kering,pada musim hujan sampai 20 mm. Kelembaban relatif
berkisar 20 ± 85%, tergantung musim.
7. Gerakan udara: angin kuat dan konstan. Di daerah hutan rimba lebih lambat,
bertambah cepat bila turun hujan. Biasanya terdapat satu atau dua arah angin
utama.

2.1.2 Permasalahan Iklim Tropis


Setiap iklim pasti punya permasalahan masing-masing, tidak terkecuali untuk
iklim tropis lembab yang berlangsung di Indonesia. Menurut Lippsmeier (1994),
Terdapat tiga permasalahan iklim tropis berjenis lembab di Indonesia, diantaranya :
a. Radiasi Matahari Tinggi
Sinar matahari yang terus menyinari wilayah Indonesia menciptakan energi
panas radiatif yang cenderung tinggi. Radiasi tersebut tergantung pada posisi
matahari dan sudut jatuhnya cahaya. Di Indonesia sudut cahaya matahari
tegak lurus dengan bumi dan termasuk kedalam jarak terdekat dengan bumi,
sehingga temperaturnya terbilang tinggi.
Gambar 1. Sistem Radiasi Matahari

Sumber : maolioka.com

b. Curah Hujan Tinggi


Intensitas curah hujan di Indonesia tergolong ke dala hujan lebat yang
diakibatkan oleh konvergensi angin pasar yang berasal dari belahan bumi
utara maupun selatan equator. Konvergensi angin pasat ini selalu mengikuti
gerakan matahari.

Gambar 2. Curah Hujan di Indonesia

Sumber : nasional.okezone.com
c. Kelembaban Udara Tinggi
Udara yang lembab juga menjadi permasalahan tersendiri, tingkat
kelembaban diukur dengan dua pendekatan, diantaranya :
- Kelembaban udara mutlak.
- Kelembaban udara relatif.

Gambar 3. Tingkat Kelembaban di Indonesia

Sumber : aprak-we.blogspot.com

Permasalahan-permasalahan diatas capat diatasi dengan menerapkan ilmu


fisika bangunan yang menerapkan teori tentang pencapaian kenyamanan thermal dala
sebuah bangunan. Kenyamanan thermal dapat juga dipengaruhi oleh letak dari lokasi
dimana bangunan tersebut berdiri. Pencapaian kenyamanan pada daerah pegunungan
sudah pasti berbeda dengan pencapaian di daerah pantai. Hal ini disebabkan karena
kondisi alam yang jelas berbeda.

2.1.3 Pengertian Arsitektur Tropis

Arsitektur tropis merupakan sebuah gaya desain bangunan yang tanggap akan
iklim tropis itu sendiri dan menjadi jawaban atas permasalahan yang disebabkan oleh
cuaca iklim tropis. Pada umumnya, bangunan yang mengusung konsep arsitektur tropis
memiliki bukaan yang lumayan lebar dan banyak. Hal ini bertujuan agar bangunan
tersebut mampu memanfaatkan sumber daya alam semaksimal mungkin dan
mengurangi penggunaan energi buatan. Selain itu, terdapat tritisan yang lebar agar air
hujan tidak masuk ke dalam rumah.
Biasanya bukaan-bukaan tersebut untuk memanfaatkan pencahayaan dan
penghawaan alami. Pemanfaatan cahaya alami dapat melalui skylight, jendela, ventilasi
udara, dll. Sedangkan pemanfaatan penghawaan alami dapat melalui roster, jendela,
dan ventilasi udara.

Gambar 4. Bukaan pada Rumah Tropis

Sumber : pinhome.id

Akan tetapi penenpatan bukaan-bukaan tersebut juga harus mempertimbangkan


berbagai hal, diantaranya arah datang sinar matahari dan arah angin. Karena jika tidak
dipertimbangkan sebelumnya, akan berakibat pada ketidaknyamanan thermal
penghuni rumah. Seperti contoh, jika bukaan ditempatkan pada arah datang sinar
matahari langsung, maka ruangan akan menjadi silai dan panas. Sedangkan jika bukaan
tidak ditempatkan pada arah angin yang sesuai, maka angin tersebut tidak akan masuk
ke seisi rumah secara maksimal.
Gambar 5. Bangunan Tropis

Sumber : arthagilberte.com

2.1.4 Prinsip Arsitektur Tropis

Bangunan yang berada di iklim tropis harus menerapkan prinsip-prinsip arsitektur


tropis agar mampu menciptakan bangunan yang merespon , serta memanfaatkan
potensi iklim. Setiap bangunan yang mengusung konsep arsitektur tropis pastinya
ramah lingkungan dan meminimalisir pengunaan energi yang tidak terbarukan.
Dibawah ini merupakan prinsip-prinsip yang harus ada dalam sebuah bangunan tropis,
diantaranya :
a. Bentuk Bangunan
Bentuk tampilan bangunan yang terletak di daerah dengan iklim tropis cenderung
memiliki elemen-elemen yang merespon iklim. Indonesia sendiri memiliki wujud
khas dari bangunan tropis pada bangunan-bangunan tradisional dan kolonial.
Wujud bangunan tersebut merupakan adaptasi dari kondisi iklim.
Gambar 6. Bentuk Bangunan Tropis

Sumber : naishahijrah.com

b. Orientasi Bangunan
Posisi bangunan terhadap suatu tapak termasuk ke dalam prinsip-prinsip
arsitektur tropis. Umumnya posisi bangunan terpengaruh terhadap faktor-faktor
lingkungan yang ada di sekitar tapak, seperti pencahayaan, peletakan dan ukuran
bukaan, serta pelindung sinar radiasi matahari.

Gambar 7. Orientasi Bangunan Terhadap Sinar Matahari

Sumber : temuilmiah.ipibi.or.id

● Pencahayaan
Aspek pencahayaan merupakan sebuah komponen penting dalam suatu
bangunan. Sumber cahaya dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Iklim tropis yang menghasilkan
sinar matahari melimpah memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Kelebihannya mampu menyinari ruangan secara alami, sehingga dapat
mengurangi penggunaan energi tidak terbarukan. Kekurangannya adalah sinar
matahari langsung dapat memberi efek panas dan silau jika bukaan tidak
diletakan dengan mestinya.
● Arah Angin
Potensi arah angin juga dapat dimanfaatkan pada sebuah bangunan untuk
memberikan sistem penghawaan alami di setiap ruang-ruang yang dilaluinya.

c. Material Bangunan
Material yang digunakan pada bangunan dengan arsitektur tropis didominasi
oleh material alami, seperti kayu, batu alam, bambu, dll. Material ini dipilih karena
dapat menciptakan kesan natural yang sangat erat kaitannya akan pendekatan
arsitektur tropis. Selain itu, jenismaterial tersebut juga memiliki kdar kalor yang
tidak terlalu besar. Sehingga aman untuk dijadikan sebagai material utama
pembangun bangunan.

Gambar 8. Material Alam pada Bangunan Tropis

Sumber : bangunrumah-jogja.com
2.2. Perpustakaan

2.2.1 Pengertian Perpustakaan

Perpustakaan ataupun rumah buku, adalah sebuah koleksi buku dan


majalah. Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun
perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan
dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, serta dimanfaatkan oleh masyarakat
yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku dengan biaya sendiri.

2.2.2 Sejarah Perpustakaan

Perpustakaan pertama yang diketahui berada di reruntuhan Dataran Niniwe.


Lokasinya berada di sebuah kota kuno pada masa Asiria yang terletak di tepi
sungai Tigris bagian timur. Pada masa lalu kota tersebut merupakan ibu kota
kerajaan Asiria purba. Situs kota purbakala ini bersebelahan dengan kota Mosul, di
Provinsi Ninawa, Irak

Sejarah Perpustakaan tidak terlepas dengan yang biasa kita sebut tulisan,
pada 2500. M, di Mesir ditemukan sebuah tulisan berupa papyrus yang dibuat dari
sejenis rumput yang tumbuh di sepanjang sungai Nil. Papyrus merupakan rumput
yang dihaluskan dengan cara ditumbuk lalu diratakan, kemudian dikeringkan dan
digunakan untuk menulis dengan menggunakan pahatan dan tinta. Bermula dari
papyrus kita bisa mengenal istilah paper, papiere, papiros yang kesemuanya itu
berarti kertas. Keberadaan papyrus cukup sentral, karena dari situlah
dikembangkannya sehingga berupa kertas pada zaman modern.

Di Indonesia, Perpustakaan Tanoh Abee sebagai salah satu perpustakaan


klasik di Indonesia yang sudah berdiri sejak masa pemerintahan Sultan Iskandar
Muda yakni 1607-1636 M. Selanjutnya pada masa penjajahan Belanda juga
membangun perpustakaan di Indonesia.
2.2.3 Fungsi Perpustakaan

Berikut beberapa fungsi dari perpustakaan secara umum :

● Mengumpulkan, mengatur, dan menyediakan hasil karya tulisan yang di


terbitkan di Indonesia.
● Menjadi perpustakan deposit dari terbitan indonesia, baik terbitan
pemerintah maupun swasta.
● Mengumpulkan, mengatur, dan menyediakan terbitan PBB dan negara lain,
khususnya dari kawasan ASEAN.
● Menentukan standar dari sistem, organisasi, pelayanan, dan mutu koleksi
perpustakaan di Indonesia.
● Menyelenggarakan kursus tingkat nasional bagi pegawai perpustakaan.
● Memprakarsai kerjasama dengan lembaga di luar negri, misalnya dalam
pertukaran publikasi, peminjaman antar perpustakaan, penyusun bibliografi,
dan pembuatan microfilm.
● Menyusun dan menerbitkan bibliografi nasional.
● Menyusun catalog induk

2.2.4 Tujuan Perpustakaan

Tujuan perpustakaan adalah untuk membantu masyarakat dalam segala


umur dengan memberikan kesempatan dengan dorongan melalui jasa pelayanan
perpustakaan agar mereka:

● Dapat mendidik dirinya sendiri secara berkesimbungan


● Dapat tanggap dalam kemajuan pada berbagai lapangan ilmu pengetahuan,
kehidupan sosial dan politik
● Dapat memelihara kemerdekaan berpikir yang konstruktif untuk menjadi
anggota keluarga dan masyarakat yang lebih baik
● Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, membina rohani dan
dapat menggunakan kemampuannya untuk dapat menghargai hasil seni dan
budaya manusia
● Dapat meningkatkan taraf kehidupan sehari-hari dan lapangan pekerjaannya
2.2.5 Jenis-jenis Perpustakaan

● Perpustakaan Sekolah, sebuah perpustakaan yang letaknya di lingkungan


sekolah.
● Perpustakaan Perguruan Tinggi, sesuai namanya perpustakan ini terdapat di
perguruan tinggi.
● Perpustakaan Umum, Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang
diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani masyarakat umum.
● Perpustakaan Keliling, Perpustakaan keliling adalah bagian perpustakaan
umum yang mendatangi pemustaka dengan menggunakan kendaraan, baik
darat maupun air.
● Taman Baca Masyarakat, Taman baca masyarakat adalah perpustakaan skala
kecil yang biasanya terdapat di lingkungan masyarakat, baik RT, RW, atau
perumahan.
● Perpustakaan Khusus, Berlawanan dengan perpustakaan umum, perpustakaan
khusus merupakan perpustakaan yang dimiliki oleh departemen, lembaga
negara, organisasi, militer, industri, perusahaan, atau perorangan.
● Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Nasional adalah perpustakaan pusat di
suatu negara yang berfungsi sebagai pengawas bagi perpustakaan dan terbitan
yang ada di wilayahnya.

2.3 Kerangka Teoritik


BAB III
LOKASI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

3.1.1 Metode Penelitian Kualitatif

Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
memahami fenomena yang dialami oleh subyek penelitian. Misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya, dengan cara deskriptif. Berikut
adalah pengertian penelitian kualitatif menurut para ahli:
● Menurut Koentjaraningrat (1993: 89), penelitian kualitatif adalah desain
penelitian yang memiliki tiga format. Ketiga format tersebut meliputi
penelitian deskriptif, verifikasi dan format Grounded research.
● Menurut David Williams (1995), penelitian kualitatif adalah upaya peneliti
mengumpulkan data yang didasarkan pada latar alamiah.
● Menurut Moleong (2007: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian.
● Menurut Creswell, J. W, penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan
untuk meneliti masalah manusia dan sosial. Dimana peneliti akan melaporkan
dari hasil penelitian berdasarkan laporan pandangan data dan analisa data
yang didapatkan di lapangan, kemudian di deskripsikan dalam laporan
penelitian secara rinci.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memahami penerapan gaya arsitektur
tropis pada bangunan publik dan belum atau sudah terpenuhinya kebutuhan pengguna
bangunan, dalam kasus ini Microlibrary Warak Kayu, dengan cara deskriptif.

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data

3.1.2.1 Pengambilan Data Primer dan Data Sekunder


3.1.2.1.1 Data Primer
Menurut Sugiyono (2019:296), data primer adalah data
yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media
perantara). Metode yang bisa digunakan untuk mendapatkan
data primer yaitu melalui dokumentasi, wawancara, dan
observasi. Data penelitian yang dilakukan berasal dari
dokumentasi dan observasi yang dilakukan secara langsung di
lokasi penelitian.
3.1.2.1.2 Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2019:296), data sekunder, data
sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
oleh pihak lain). Data sekunder biasanya berupa bukti, catatan
atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip.
Pengambilan data penelitian ini diambil dari peta (untuk
mengetahui letak lokasi Microlibrary Warak Kayu), data
spesifikasi struktur bangunan, material, ukuran, elemen, serta
desain gaya arsitektur tropis yang bersumber dari internet dan
jurnal penelitian.

3.1.2.2 Observasi

Menurut Widoyoko (2014:46) observasi merupakan pengamatan


dan pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang nampak
dalam suatu gejala pada objek penelitian. Penelitian ini menggunakan
metode observasi langsung ke objek penelitian untuk mengetahui
penerapan gaya arsitektur tropis pada bangunan, fasilitas-fasilitas yang
tersedia, dan aktivitas yang ada dalam Microlibrary Warak Kayu.

3.1.2.3 Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang digunakan


untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip,
dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta
keterangan yang dapat mendukung penelitian. Penelitian ini
menggunakan metode dokumentasi pribadi yang diambil langsung di
lokasi tersebut, untuk kemudian dianalisis kembali. Dokumentasi yang
diambil berupa foto fasad bangunan, aktivitas dan fasilitas-fasilitas yang
ada.

3.2 Gambaran Wilayah Penelitian

3.2.1 Wilayah Penelitian


Ada banyak bangunan publik di Kota Semarang. Salah satu jenis bangunan
publik adalah gedung pendidikan. Gedung pendidikan ada banyak macamnya
antara lain sekolah, perpustakaan, kursus/pelatihan, dan lain sebagainya. Ada
banyak perpustakaan di Kota Semarang, salah satunya adalah Microlibrary Warak
Kayu. Microlibrary Warak Kayu berada di kawasan Semarang Selatan, Kota
Semarang yang notabene merupakan daerah pesisir pantai, sangat cocok untuk
bangunan bergaya arsitektur tropis.

3.2.2 Lokasi Obyek Penelitian

Lokasi penelitian merupakan lokasi yang digunakan peneliti untuk


memfokuskan penelitian yang akan dilakukannya sehingga mendapatkan hasil yang
lebih sesuai dan sempurna. Lokasi penelitian ini berada di Microlibrary Warak Kayu
yang terletak di Jl. DR. Sutomo, Barusari, Kec. Semarang Sel., Kota Semarang, Jawa
Tengah 50245. Lokasi obyek penelitian dirinci sebagai berikut:
Gambar 9. Peta Jawa Tengah
Sumber: gurune.net

Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 Kabupaten dan 6 Kota. Salah satu kota
di Jawa Tengah adalah Kota Semarang. Kota Semarang merupakan Ibukota
Jawa Tengah. Kota Semarang termasuk kawasan pesisir, karena berbatasan
dengan laut, yaitu Laut Jawa.

Gambar 9. Peta Kota Semarang

Sumber: jagad.id

Secara administratif, Kota Semarang terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177


Kelurahan. Dari 16 Kecamatan yang ada, Kecamatan yang mempunyai wilayah
terluas adalah Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km2 , dan Kecamatan
dengan luas terkecilnya adalah Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah
5,93 Km2.
Gambar 10. Peta Kecamatan Salatiga

Sumber : lokanesia.com
Kecamatan Semarang Selatan terbagi menjadi 10 Kelurahan. Salah satu
kelurahan yaitu Kelurahan Randusari, merupakan kelurahan dari Microlibrary
Warak Kayu.

Gambar 11. Lokasi Obyek Penelitian

Sumber : Google Maps

Microlibrary Warak Kayu terletak di Jl. Dr. Sutomo. Bangunan ini memiliki
letak yang sangat strategis, karena berada di pusat Kota Semarang. Selain itu,
terdapat destinasi wisata yang terdapat di sekitar bangunan ini, yakni Kampung
Pelangi dan Tugu Muda. Sehingga siapapun yang mengunjungi perpustakaan ini,
diharapkan dapat juga mengunjungi destinasi wisatanya.
Bangunan ini berada di kavling dengan batas-batasnya, sebagai berikut :
- Batas Depan : Jl. Dr. Sutomo
- Batas Samping Kiri : Taman Kasmaran
- Batas Samping Kanan : Tepian Kopi
- Batas Belakang : Taman Kasmaran
3.2.3 Obyek Penelitian

3.2.3.1 Deskripsi Microlibrary Warak Kayu


Microlibrary Warak Kayu merupakan perpustakaan sekaligus ruang
komunal yang dirancang oleh SHAU Architects dengan penekanan terhadap
material ramah lingkungan yang berlokasi di Kota Semarang. Bangunan ini
berhasil menjadi salah satu finalis Architizer A+ Awards untuk arsitektur
perpustakaan terbaik di dunia dan bersaing ketat dengan China, Thailand,
dan Amerika Serikat.

3.2.3.2 Fungsi dan Kegunaan


Bangunan ini dibuat untuk memfasilitasi masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan sosial dan kebutuhan akademik. Hal tersebut sesuai dengan
fungsi bangunan ini, yakni sebagai perpustakaan sekaligus ruang komunal.

Gambar 12. Microlibrary

Sumber: asrinesia.com
3.2.3.3 Denah, Tampak, Potongan

Gambar 13. Denah Lantai 1Microlibrary

Sumber: archdaily.com

Gambar 14. Denah Lantai 2 Microlibrary

Sumber: archdaily.com
Gambar 15. Potongan A Microlibrary

Sumber: archdaily.com

Gambar 16. Elevasi A Microlibrary

Sumber: archdaily.com
Gambar 17. Elevasi B Microlibrary

Sumber: archdaily.com

Gambar 18. Konsep Desain Microlibrary

Sumber: archdaily.com
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Indonesia termasuk negara dengan iklim tropis lembab dimana memiliki kelembaban
udara dan curah hujan yang relatif tinggi. Bangunan publik adalah tempat bagi khalayak
umum untuk melakukan berbagai macam kegiatan, atau pelayanan. Sehingga nilai
kenyamanan suatu bangunan terhadap manusianya perlu untuk diperhatikan.
Microlibrary Warak Kayu di Semarang adalah salah satu contohnya.
Microlibrary Warak kayu ini sebuah perpustakaan umum yang didesain menyerupai
sisik kulit warak (hewan mitologi khas Semarang) dan berfungsi untuk mewadahi
aktivitas komunal. Perpustakaan ini menerapkan gaya arsitektur tropis yang mana dari
segi layout denah dan tampak memiliki konsep yang terbuka dengan memaksimalkan
pencahayaan dan penghawaan alami. Material yang digunakan juga didominasi
menggunakan material kayu.
Sirkulasi manusia yang tercipta pada Microlibrary Warak Kayu ini sangat efektif dan
efisien karna berdimensi yang cukup untuk dilalui 1-2 orang secara bersamaan. Atap
pada bangunan ini juga menggunakan atap limasan dengan kemiringan +- 10 derajat
serta teritisan dengan lebar 1440 mm, sehingga curah hujan dapat dengan mudah untuk
turun dan meminimalisir masuknya air hujan ke dalam bangunan. Jadi, Microlibrary
Warak Kayu karya SHAU Architect yang terletak di Taman Kasmaran Jl. DR. Sutomo,
Barusari, Kec. Semarang Sel., Kota Semarang, Jawa Tengah termasuk Ruang komunal
yang bergaya Arsitektur Tropis sehingga cocok dengan lingkungan sekitar sitenya.
DAFTAR PUSTAKA

(2016). Iklim Tropis : Pengertian, Ciri-ciri, dan Persebarannya


https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/iklim/pengertian-ciri-ciri-dan-daerah-sebaran-ik
lim-tropis diakses pada 1 Juni 2022.

(n.d.). Retrieved from repository.stiedewantara.ac.id:

http://repository.stiedewantara.ac.id/1947/5/14.%20BAB%20III.pdf

Ashari, A. (2019). Apa Penyebab Indonesia Beriklim Tropis, ya? Yuk, Cari Tahu Faktanya!.
https://bobo.grid.id/read/081807446/apa-penyebab-indonesia-beriklim-tropis-ya-yu
k-cari-tahu-faktanya?page=all#:~:text=Penyebab%20Indonesia%20beriklim%20tropis
%20ada,laut%2C%20serta%20cuaca%20yang%20cerah diakses pada tanggal 8 Mei
2022.

Geografis dan Penduduk . (n.d.). Retrieved from kcsmgtengah.semarangkota.go.id:

https://kecsmgtengah.semarangkota.go.id/geografis-dan-penduduk

Hutabarat, F. S., & Susilawaty, M. D. (2015). Akademi Sepakbola Nusantara di Pekanbaru


dengan Pendekatan Arsitektur Tropis. JOM FTEKNIK, 2(2), 1-14.
Iklim Tropis – Pengertian, Persebaran dan Ciri-Cirinya. https://rimbakita.com/iklim-tropis/,
diakses pada 1 Juni 2022.

Jamila, Annisa dan Satwikasari, Anggana. (2020). Konsep Arsitektur Tropis Modern pada
Bangunan Kuliner Gading Festival Sedayu City. Vol 3 No 02.. 73-78

Kehadiran Bangunan Publik Dan Syarat-Syarat Yang Harus Terpenuhi. (n.d.). Retrieved from
https://arsitekta.com/kehadiran-bangunan-publik-dan-syarat-syarat-yang-harus-terpenuhi/

Mengenal 8 Jenis-Jenis Perpustakaan di Sekitar Kita. (n.d.). Retrieved from


Duniaperpustakaan.com:
https://duniaperpustakaan.com/2021/01/mengenal-8-jenis-jenis-perpustakaan-di-se
kitar-kita.html
Salma. (2021). Metode Penelitian Kualitatif: Pengertian Menurut Ahli, Jenis-Jenis, dan
Karakteristiknya.https://penerbitdeepublish.com/metode-penelitian-kualitatif/#Peng
ertian_Penelitian_Kualitatif_Menurut_Ahli diakses pada 1 Juni 2022.
Samsuddin, Edyas, A., Daming, T., & Syarif, E. (2017). Konsep Arsitektur Tropis pada Green
Building sebagai Solusi. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI , 33-40.
Sekar, Dea dkk. (2018). Aplikasi Konsep Arsitektur Tropis pada Bangunan Alam Lebah Putih
Salatiga. Vol 16 No 1. 5-14.
Sidiq, U., Choiri, M., & Mujahidin, A. (2019). Metode penelitian kualitatif di bidang
pendidikan. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1-228.
Supriyatna, Iwan. (2020). Daya Tarik Baru di Semarang, Perpustakaan Unik dari Limbah Kayu.
http://lib.litbang.kemendagri.go.id/news/index.php/category/tak-berkategori/page/
2/, diakses pada tanggal 1 Juni 2022.
Tim Editorial Rumah.com. (2019). Mengenal Arsitektur Tropis, Konsep, Ciri-Ciri, Desain, dan
Penerapannya.https://www.rumah.com/panduan-properti/10-jurus-merancang-rum
ah-tropis-12380 diakses pada tanggal 8 Mei 2022.
Zurnalis, Firzal, Y., & Dharma, M. (2017). ARSITEKTUR TROPIS SEBAGAI PENDEKATAN
REDESAIN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR. Jom
FTEKNIK, 4(2), 1-9.

Anda mungkin juga menyukai