Anda di halaman 1dari 60

1

LAPORAN PENELITIAN

PENGEMBANGAN DESAIN MESIN POMPA AIR PORTABLE


ALAT BANTU SIRAM TANAMAN BAWANG MERAH DENGAN
MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR FAKTOR ERGONOMI

Disusun oleh :

Nama Jabatan NIDN


Tofik Hidayat, ST. M. Eng Ketua 0619026902
Agus Sidik, ST, MT Anggota 0602017803
Siswiyanti, ST. MT Anggota 0613047402

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2013
2

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : Pengembangan Desain Mesin Pompa Air Portable


Alat Siram Tanaman Bawang Merah Dengan
Mempertimbangkan Faktor Faktor Ergonomi
2. Ketua Peneliti
a) Nama Lengkap : Tofik Hidayat, ST, M.Eng
b) Jenis Kelmin : Laki-laki
c) NIDN/NIPY : 0619026902 / 69519021969
d) Disiplin ilmu : Teknik Industri
e) Pangkat/Golongan : Penata Muda/III b
f) Jabatan : Lektor
g) Fakultas/Jurusan : Teknik i/Teknik Industri
h) Alamat : Jl. Halmahera Km1 Kota Tegal
i) Telpon/Faks/E-mail : (0283) 342519/(0283)351082/upstegal@gail.com
j) Alamat Rumah : Jl. Cemara No. 13 RT 01/II Desa Mejasem Barat
Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal
k) Telpon/Faks/E-mail : (0283)3276985/-/tofik.hdt@gmail.com
3. Jangka Waktu Penelitian : 10 bulan
4. Pembiayaan : LEMLIT UPS Tegal
Tegal, Maret 2013
Menyetujui,
Dekan Ketua Peneliti,
Fak. Teknik

Mustaqim, ST., M.Eng Tofik Hidayat, ST, M.Eng


NIDN. 0607057001 NIDN. 0619026902
Menyetujui,
Kepala
Lembaga Peneltian dan Pengembangan

Dr. Dino Rozano, M.Pd


NIP. 195304041988031001
3

PRAKATA

Puji syukur kehadirat ALLoH SWT yang telah memberikan kemampuan pada
penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Pengembangan Desain
Mesin Pompa Air Portable Alat Siram Tanaman Bawang Merah
DenganMempertimbangkan Faktor Faktor Ergonomi . Sholawat dan salam semoga
senantiasa dilimpahkan pada Nabi Muhammad SAW, sahabat dan pengikutnya yang
senantiasa memegang teguh syariat-Nya.
Selama penelitian ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Pancasakti Tegal yang telah memberikan dana untuk penelitian.
2. Bapak Dr. Dino Rozano, M.Pd selaku Ketua LEMLIT yang senantiasa memberikan
dorongan dan kesempatan pada para dosen untuk melakukan penelitian.
3. Bapak Mustaqim, ST.M.Eng. Selaku Dekan FT UPS Tegal yang telah memberikan
support pada dosen untuk melakukan penelitian.
4. Rekan-rekan dosen FT yang aktif memberikan masukan saat analisa data untuk
menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari ada kesalahan dan ketidak sempurnaan yang tidak tampak
dimata penulis, maka kritik dan saran senantiasa penulis harapkan untuk
penyempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini memberi manfaat
bagi kemaslahatan umat.

Tegal, Maret 2013

Peneliti
4

ABSTRAK

Bawang merah adalah jenmis tanaman yang memerlukan air cukup banyak,
namun demikian tanaman ini jika terendam air akan membusuk dan mati, maka pola
penanaman bawang merah akan dilakukan ditas tanah yang ditinggikan dengan
dikelilingi air. Karena tanaman ini memerlukan air cukup banyak maka ada satu
kegiatan nyang dilkukan petani bawang merah yaitu melakukan peyiraman baik pada
pada pagi hari maupun sore hari. Kegiatan ini dimulai saat tanaman baru berusa 3 hari
samapi menjelang panen. Luasnya tanaman yang harus disiram menjadikan pekerja
mengalami keluhan-keluhan muskuskeletal dan tingkat kelelahan yang cuput tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keluhan dan kelelahan yang
dialami oleh pekerja siram. Tujuan lain adalah mengembangkan alat siram yang
ergonomis.
Dari penelitian yang dilakukan dengan sampel 25 pekerja siram didapat 40 %
keluhan dialami dibagian pinggang, hal ini dikarenakan pekerja harus melakukan
kegiatan membungkuk saat mengambil air dan berdiri saat menyiram. 20 % kesakitan
pada pergelangan tanggan, karena ada gerakan memutar untuk menumpahkan air dari
alat ketanaman. 40 % yang lain keluhan pada pantat dan pinggul.
Dari keluhan-keluhan yang ada dan dari keinginan para pekerja didapat satu
konsep alat yang diharapkan mampu mengatasi keluhan pekerja. Alat ini dikembangkan
dengan cara memodifikasi alat pemotong rumput gendong yang dirubah putaranya
menjadi pompa hisap. Untuk kenyamanan pekerja kerangka dan dudukan yang
menempel di punggung disesuaikan dengan ukuran ergonomic tubuh pekerja. Mesin
siram ini mampu menghasilkan 8.161,5 m/menit air, adapun kekuatan pancar
tergantung pada nosel yang dipasang diujung alat siram.

Kata Kunci : Desain, Anthropometri, Ergonomi, Muskuskeletal Mesin Siram


5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
PRAKATA iii
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Khusus 4
1.4 Urgensi Penelitian 4

BAB II LANDASAN TEORI 5


2.1 Bawang Merah 5
2.2 Ergonomi 6
2.2.1. Pengertian Ergonomi 6
2.2.2. Penerapan Ergonomi 7
2.2.3. Antropometri dalam desain ergonomis 8
2.2.4. Data Antropometri dan Pengukurannya 11
2.2.5. Pengolahan data antropometri 14
2.2.6. Persetil Data 17
2.3 Metode Perancangan 18
2.4 Pompa 22
2.4.1. Definisi Pompa 22
2.4.2. Kerja Pompa Sentrifugal 22
2.4.3. Klasifikasi Pompa Sentrifugal 23
2.4.4. Hukum Kesebangunan 27
6

2.4.5. Kecepatan Spesifik 28


2.4.6. Karakteristik Sistem Pemompaan 29
2.4.7. Kavitasi 31
1. Net Positive Suction Head (NPSH) 31
2. NPSHa (NPSH yang tersedia) 32
3. NPSHr (NPSH yang diperlukan) 32
4. Cara Menghindari Kavitasi 33
2.5 Pemilihan pompa 34
2.6 Spesifikasi mesin penggerak pompa 35
2.7 Pengaturan Pompa 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37


3.1. Metode Penelitian 37
3.2. Subjek 37
3.3. Objek 38
3.4. Lokasi Penelitian 38
3.5. Jenis data 38
3.6. Pengolahan data 36
3.7. Alur Penelitian 39

BAB IV DATA DAN ANALISIS 41


4.1 Data Penelitian 41
4.1.1 Data Antropometri dan Keluhan Pekerja 41
4.1.2 Analsis Data 43
a. Perhitungan Keseragaman Data 43
1. Perhitungan Keseragaman Data Lebar Bahu 43
2. Perhitungan Keseragaman Data Tinggi Bahu 44
b. Uji Kecukupan Data 44
c. Persentil data
4.2 Analisis Perancangan 45
4.2.1 Tahap Klarifikasi Tujuan 45
7

4.2.2 Tahap Penetapan Fungsi 46


4.3.3 Tahap Penetapan Spesifikasi 47
4.3.4 Tahap Pembuatan Desain 48
a. Pembuatan Desain Kerangka Dudukan Pompa 48
b. Pembuatan Desain Pompa 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 50
5.1 Kesimpulan 50
5.2 Saran-saran 50
Daftar Pustaka 51
Lampiran 52
8

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Alat untuk Menyiram Tanaman Bawang Merah 6

Gambar 2.2 Antropometri Tubuh Manusia Yang Diukur Dalam 13


Posisi Statis (sumber : Nurmianto, 1991)

Gambar 2.3 Distribusi normal dengan data antropometri 95 17


persentil
Gambar 2.4 Model Sistem Black Box 20
Gambar 2.5 Model Transparant Box 20
Gambar 2.6 Bagian bagian pompa sentrifugal 26
Gambar 2.7 Pompa sentrifugal aliran radial 24
Gambar 2.8 Pompa sentrifugal aliran campur. 24
Gambar 2.9 Pompa aliran aksial 24
Gambar 2.10 Impeler tertutup 25
Gambar 2.11 Pompa volut 26
Gambar 2.12 Pompa diffuser 26
Gambar 2.13 Poros vertika dan Poros horisontal 27
Gambar 2.14 Grafik Kecepatan Jenis Pompa 28
Gambar 2.15 Kurva Karakteristik Pompa 30
Gambar 2.16 Kavitasi 31
Gambar 2.17 Grafik Kefisien kavitasi Thoma 33
Gambar 2.18 Diagram Pemilihan Pompa Standar 34
Gambar 2.19 Spesifikasi mesin penggerak pompa 36
Gambar 3.1 Alur Penelitian 38
Gambar 4.1 Antropometri Tubuh Manusia Yang Diukur Dalam 39
Posisi Statis
Gambar 4.2 Objective tree mesin pompa air portabel 45
Gambar 4.3 Objective analysis mesin pompa air portabel 46
9

BAB I
PENDAHULUAAN

1.1 Latar Belakang


Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran dataran rendah,
meskipun bukan merupakan kebutuhan pokok, tetapi hampir selalu dibutuhkan oleh
konsumen rumah tangga sebagai pelengkap bumbu masak sehari-hari. Kegunaan lain
dari bawang merah adalah sebagai obat tradisional (sebagai kompres penurun panas,
diabetes, penurun kadar gula dan kolesterol darah, mencegah penebalan dan pengerasan
pembuluh darah dan maag) karena kandungan senyawa allin dan allisin yang bersifat
bakterisida (Rukmana, 1994). Selain itu, pesatnya peningkatan industri pengolahan
makanan juga cenderung meningkatkan kebutuhan bawang merah di dalam negeri
kurang lebih 5% setiap tahunnya di luar konsumsi untuk restoran, hotel dan industri
olahan (Suwandi dan Azirin, 1995; Sutarya dan Grubben, 1995).
Di Indonesia tanaman bawang merah telah lama diusahakan oleh petani sebagai
usahatani komersial. Meskipun demikian, adanya permintaan dan kebutuhan bawang
merah yang terus meningkat setiap tahunnya belum dapat diikuti oleh peningkatan
produksinya. Salah satau daerah penghasil bawang merah yang terkenal adalah
Kabupaten Brebes. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trade mark
mengingat posisinya sebagai penghasil terbesar komoditi tersebut di tataran nasional.
Pusat bawang merah di Kabupaten Brebes tersebar di 11 kecamatan (dari 17 kecamatan)
dengan luas panen per tahun 20.000 - 25.000 hektar. Dari sekitar 1,7 juta penduduk
Brebes, sekitar 70 persen bekerja pada sektor pertanian. Sektor ini menyumbang 53
persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Brebes, yang 50 persen
dari pertanian bawang merah (BPS, Statistik Daerah Kabupaten Brebes 2011).
Kegiatan pertanian bawang merah ini dimulai dari penyiapan lahan, penanaman
bibit, pemeliharaan , panen dan kegiatan pasca panen. Kegiatan pemeliharaan tanaman
salah satunya adalah penyiraman tanaman, penyiraman ini dilakukan sejak bibit
bawang ditanam sampai tanaman berusia 50 hari. Penyiraman dilakukan setiap pagi
10

hari dan sore hari. Adapun alat yang dipakai menggunakan ember atau alat siram yang
didesain secara khusus dengan volume 5 6 liter, seperti pada gambar 1. Kegiatan
penyiranam air pada tanaman bawang merah dengan alat bantu khusus ini memerlukan
gerakan membungkuk untuk mengambil air, kemudian gerakan mengangkat air dengan
tangan dan memutar pergelangan tangan untuk menumpahkan air ke tanaman bawang.
Gerakan tersebut dilakukan secara repetitif atau berulang-ulang selama proses
penyiraman. Kegiatan tersebut yang dilakukan pagi hari mulai jam 07.00 wib sampai
jam 09.00 wib, sedangkan proses penyiraman sore hari dilakukan mulai jam 15.00
sampai jam 17.00 wib. Dari hasil survai awal wawancara dengan beberapa pekerja,
kebanyakan mereka mengalami keluhan, terutama pada daerah punggung, tangan kanan
atas dan tangan kiri atas. Keluhan sistem musculoskeletal yang mera rasakan akibat
dari beban kerja yang berlebihan dan dapat juga di sebabkan oleh posisi saat bekerja
yang tidak nyaman. Jika kegiatan ini diteruskan maka akan menyebabkan kecelakaan
kerja. Kecelakaan kerja ini disebut over exertion-lifting and carrying atau kerusakan
jaringan tubuh (Nurmianto, 1996). Gerakan yang berulang juga akan dapat
menimbulkan kelelahan kerja dan yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas
kerja (Byrd dan Moore, 1986).

a) Tanaman berusia 5-10 hari b) Tanaman berusia 30- 45 hari


Gambar 1.1 Proses Penyiranam Air Pada Tanaman Bawang Merah dengan Alat
Bantu Khusus
11

Manuaba (1992) menyatakan bahwa usaha perbaikan kerja untuk mengurangi


keluhan dapat dilakukan dengan perancangan alat kerja yang hendaknya bersifat
sederhana, murah biayanya, mudah dilakukan, dan dapat memberikan keuntungan
secara ekonomi. Perancangan alat kerja tersebut secara ergonomi akan mengurangi
potensi penyebab kecelakaan di tempat kerja, menurunkan rasa sakit akibat kerja, dan
meningkatkan produktivitas, demikian juga menurut Prasetyowibowo (1999) yaitu
dalam merancang suatu peralatan agar dapat memenuhi fungsinya dan menjadi
perhatian utama dari keinginan pemakai. Dari uraian diatas maka diperlukan satu kajian
pembuatan alat bantu Siram air yang mampu berfungsi lebih baik dari alat yang sudah
ada, mampu menurunkan tingkat keluhan pada musculoskeletal pekerja dan
mengurangi tingkat kelelahan pekerja. Untuk dapat membuat alat tersebut maka
diperlukan suara konsumen atau pekerja (voice of customers ) yang diolah dengan
menggunakan metode Quality function Deployment (QFD). Bagi para pemilik pertanian
alat tersebut menguntungkan jika mampu memberikan nilai ekonomi yag lebih baik,
oleh karena itu kajian kelayakan ekonomi menjadi sangat penting pada alat tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan masalah di atas, maka pokok permasalahan yang dihadapi pada
penelitian ini adalah :
1. Berapa besar tingkat keluhan muskuskeletal yang dialami pekerja Siram tanaman
bawang merah saat ini ?
2. Berapa besar tingkat kelelahan yang dialami pekerja Siram tanaman bawang merah
saat ini ?
3. Apakah secara teknis desain pompa air portable sebagai alat bantu siram tanaman
bawang merah akan lebih baik bagi pekerja ?
12

1.3 Tujuan Khusus


Tujuan penelitian khusus penelitian dengan judul Pengembangan Desain
Pompa Air Portable Sebagai Alat Siram Tanaman Bawang Merah Dengan
Mempertimbangkan Faktor Faktor Ergonomi adalah :
1. Dapat mengetahui tingkat keluhan muskuskeletal dan kelelahan yang dialami
pekerja siram tanaman bawang merah.
2. Dapat mengembangkan mesin potong rumput menjadi mesin siram tanaman
bawang merah

1.4 Urgensi Peneliti


Urgensi penelitian dengan judul Pengembangan Alat Siram Tanaman Bawang
Merah Menggunakan Pendekatan Metode Quality Function Deployment (QFD) Untuk
Meningkatkan Produktivitas Kerja Dan Tinjauan Kelayakan Ekonomi adalah upaya
untuk membantu pekerja diproses penyiramaan tanaman bawang merah dengan
menciptakan atau membuat alat khusus yang mampu mengurangi keluhan dan kelelahan
pekerja sehingga mampu meningkatkan produktivitas pekerja. Pengoperasian alat
yang mudah dan penggunaan tenaga yang lebih sedikit, alat ini akan mampu
memberikan daya tarik tersendiri untuk para pemuda yang mulai meninggalkan
sektor pertaniaan untuk kembali menekuni bidang pertaniaan, terutama
pertanian tanaman bawang merah.
Dari sisi pemilik lahan yang juga memiliki alat pompa, akan memberikan
penekanan ongkos biaya produksi, karena pengoperasian alat tersebut akan mampu
meningkatkan produktifitas pekerja. Peningkatan produktifitas pekerja juga
memberikan arti pengurangan jumlah pekerja pada proses penyiraman tanaman bawang
merah.
13

BAB II
LANADASAN TEORI

2.1 Bawang Merah


Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu
komoditas sayuran dataran rendah, berasal dari Syria dan telah dibudidayakan semenjak
5.000 tahun yang lalu. Bawang merah merupakan tanaman semusim yang memiliki
umbi yang berlapis, berakar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi
bawang merah terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang
berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi. Tanaman ini dapat
ditanam di daratan rendah sampai daratan tinggi yang tidak lebih dari 1200 m dpl. Di
daratan tinggi umbinya lebih kecil dibanding daratan rendah. Bawang merah dapat
tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, berstruktur remah, dan bertekstur sedang sampai
liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5. Tanaman bawang
merah memerlukan udara hangat untuk pertumbuhannya (25 s/d 32 0C), curah hujan
300 sampai 2500 mm pertahun, ketinggian 0-400 mdpl, dan kelembaban 50-70
Pengolahan tanah dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan lapisan tanah
yang gembur, memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah, dan
mengendalikan gulma. Tanah dibajak atau dicangkul dengan kedalaman 20 cm,
kemudian dibuat bedengan selebar 120 - 175 cm, tinggi 25 - 30 cm, serta panjang sesuai
disesuaikan dengan kondisi lahan. Saluran drainase dibuat dengan lebar 40 - 50 cm dan
kedalaman 50 - 60 cm. Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5
ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.
Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO)
dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di
atas bedengan.
Bawang merah dipanen apabila umurnya sudah cukup tua, biasanya pada umur
60-70 hari setelah tanam. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda
60-70% daun telah rebah atau leher batang lunak, sedangkan untuk bibit kerebahan
daun lebih dari 90%. Panen dilakukan waktu udara cerah. Pada waktu panen, bawang
14

merah diikat dalam ikatan-ikatan kecil (1-1.5 kg/ikat), kemudian dijemur selama 5-7
hari). Setelah kering (penjemuran 5-7 hari), 3-4 ikatan bawang merah diikat menjadi
satu, kemudian bawang dijemur dengan posisi penjemuran bagian umbi di atas selama
3-4 hari. Pada penjemuran tahap kedua dilakukan pembersihan umbi bawang dari tanah
dan kotoran. Bila sudah cukup kering (kadar air kurang lebih 85 %), umbi bawang
merah siap dipasarkan atau disimpan di gudang.
Pengairan, tanaman bawang merah salah satu jenis tanaman yang memerlukan
cukup banyak air, pada musim kemarau maka petani akan melakukan penyiraman pada
pagi hari dan sore hari. Kegiatan ini dimulai saat bibit tanaman ditanam sampai tanaman
memasuki usia 50 hari. Kegiatan penyiraman ini merupakan proses yang cukup banyak
memerlukan biaya, disamping itu tanaga yang diperlukan sangat banyak dibandingkan
proses yang lain. Alat yang digunakan para pekerja masih sangat tradisional dan sangat
beragam. Salah satu contoh alat yang digunakan seperti terdapat pada gambar 2 berikut.

Gambar 2. 1. Alat untuk Menyiram Tanaman Bawang Merah

2.2 Ergonomi
2.2.1. Pengertian Ergonomi
Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang
suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik,
yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan
nyaman (Sutalaksana, 1979). Menurut Barnes (1991) menyebutkan istilah ergonomi
15

sebagai human engineering yang mempunyai tujuan mendekati tugas-tugas manusia


dengan lingkungannya terutama pada panca indera, persepsi, mental, fisik, dan sifat-
sifat manusia lainnya. Sasaran ergonomi yaitu agar tenaga kerja dapat mencapai prestasi
kerja yang tinggi tetapi dalam suasana yang tentram, aman dan nyaman. Menurut
Wignjosoebroto (1995) ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang
mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih
popular digunakan beberapa negara Eropa Barat. Sedangkan di Amerika istilah ini lebih
dikenal sebagai Human Factors Engineering atau Human Engineering.
Sedangkan Tarwaka (2004) menjelaskan bahwa ergonomi adalah ilmu, seni dan
penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas
yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara
keseluruhan menjadi lebih baik. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam
meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, serta untuk desain dan evaluasi
produk yang dapat dengan mudah diterapkan pada sejumlah populasi masyarakat
tertentu tanpa mengakibatkan bahaya atau resiko dalam penggunaanya (Nurmianto,
1998). Dengan demikian ergonomi adalh satu ilmu yang mendasari desain produk
berdasarkan faktor-faktor tiubuh manusia.

2.2.2. Penerapan Ergonomi


Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu
pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan
teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan
sistem manusia-mesin (teknologi) yang optimal (Wignjosoebroto, 1995). Dengan
demikian disiplin ergonomi melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu
sistem dengan pemecahan masalah-masalahnya melalui proses pendekatan sistem pula.
Prinsip utama ergonomi adalah bagaimana menyesuaikan pekerjaan dengan
pekerja. Artinya, perancangan suatu alat/pekerjaan harus berdasarkan penggunaan oleh
manusia, dan harus dipertimbangkan mengenai kemampuan dan kemauan manusia.
Manusia dengan segala sifat dan tingkah lakunya merupakan makhluk yang sangat
16

kompleks. Untuk mempelajari manusia, tidak cukup ditinjau dari satu disiplin ilmu saja.
Oleh sebab itulah untuk mengembangkan Ergonomi diperlukan dukungan dari berbagai
disiplin ilmu, antara lain psikologi, antropologi, faal kerja atau fisiologi, biologi,
sosiologi, perencanaan kerja, fisika, dan lain-lain. Masing-masing disiplin tersebut
berfungsi sebagai pemberi informasi. Pada gilirannya, para perancang, dalam hal ini
para ahli teknik, bertugas untuk meramu masing-masing informasi di atas, dan
menggunakannya sebagai pengetahuan untuk merancang fasilitas kerja sehingga
mencapai kegunaan yang optimal (Sutalaksana, 2006).
Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun
(desain) atau rancang ulang / redesain (Nurmianto, 1996). Ergonomi dapat berperan
pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya : penentuan jumlah jam
istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja), dan lain-lain.
Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor
keselamatan dan kesehatan kerja. Penerapan faktor ergonomi lainnya yang tidak kalah
pentingnya adalah untuk desain dan evaluasi produk. Produk-produk ini haruslah dapat
dengan mudah diterapkan pada sejumlah populasi masyarakat tertentu tanpa
mengakibatkan bahaya / resiko dalam penggunaannya.
Fokus perhatian ergonomi adalah berkaitan erat dengan aspek-aspek manusia
di dalam perencanaan man-made objects (proses perancangan produk) dan lingkungan
kerja (Wignjosoebroto, 1995). Pendekatan ergonomi akan ditekankan pada penelitian
kemampuan keterbatasan manusia, baik secara fisik maupun mental psikologis dan
interaksinya dalam sistem manusia-mesin yang integral. Maka, secara sistematis
pendekatan ergonomi kemudian akan memanfaatkan informasi tersebut untuk tujuan
rancang bangun, sehingga akan tercipta produk, sistem atau lingkungan kerja yang lebih
sesuai dengan manusia. Pada gilirannya rancangan yang ergonomis akan dapat
meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan
sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
Tarwaka (2004) menerangkan dalam bukunya seperti yang dikemukakan oleh
Manuaba (1999) bahwa salah satu definisi ergonomi yang menitik beratkan pada
penyesuaian desain terhadap manusia. Mereka menyatakan bahwa ergonomi adalah
17

kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas dan


keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin dan sistemnya, ruangan kerja dan
lingkungan sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman dan
efisien. Sedangkan Pulat (1992) menawarkan konsep desain produk. Konsep tersebut
meliputi desain untuk reliabilitas, kenyamanan, lamanya waktu pemakaian, kemudahan
dalam pemakaian dan efisien dalam pemakaian. Selanjutnya agar setiap desain produk
dapat memenuhi keinginan pemakainya maka harus dilakukan melalui beberapa
pendekatan sebagai berikut :
1) Mengetahui kebutuhan pemakai
2) Fungsi produk secara detail
3) Melakukan analisis pada tugas-tugas desain produk
4) Mengembangkan produk
5) Melakukan ujicoba terhadap produk
Lebih lanjut, suatu desain produk disebut ergonomis apabila secara
antropometris, faal, biomekanik dan psikologis kompatibel dengan manusia
pemakainya. Bagas (2000) dalam buku Tarwaka (2004) mengatakan, apabila antara
manusia (pemakai) dan kondisi hasil desain yang sifatnya fisik atau mekanismenya
tidak aman, itu berarti terjadi ketidakmampuan pelaksanaan fungsi secara baik,
sehingga berakibat pada kesalahan manusiawi (human errors), kegagalan akhir pada
desain yang tidak baik, kesulitan dalam produksi, kegagalan produk, bahkan
menimbulkan kecelakaan kerja.
Hal yang sama diungkapkan oleh Cormick (1992) it is easier to bend metal
than twistarms, yang bisa diartikan merancang produk untuk mencegah terjadinya
kesalahan akan jauh lebih mudah bila dibandingkan mengharapkan orang atau operator
jangan sampai melakukan kesalahan pada saat mengoperasionalkan produk tersebut.
Memperhatikan hal tersebut, diperlukan pengetahuan dan penyelidikan tentang
ketepatan atau kepresisian, kesesuaian, kesehatan, keselamatan, keamanan dan
kenyamanan manusia dalam bekerja. Faktor perbedaan ukuran atau postur dan berat
badan manusia, kebiasan, perilaku, sikap manusia dalam beraktivitas, serta kondisi
lingkungan juga memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Sedangkan dalam perancangan
18

desain, pertimbangan ergonomi yang nyata dalam aplikasinya untuk mendapatkan data
ukuran tubuh yang akurat menggunakan pengukuran antropometri.

2.2.3. Antropometri dalam desain ergonomis


Istilah antropometri berasal dari kata Anthro yang berarti manusia dan Metri
yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi
yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto, 1995).
Sedangkan menurut Nurmianto (1996) antropometri adalah suatu kumpulan data
numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk
dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang sangat
komplek, harus berpedoman kepada antropometri pemakainya (Tarwaka, 2004).
Sedangkan Pulat (1992) menyatakan bahwa antropometri adalah pengukuran dimensi
tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu
yang dipakai.
Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan
ergonomis yang memerlukan interaksi manusia. Aplikasinya antara lain yaitu dalam hal
perancangan areal kerja, peralatan kerja, produk konsumtif dan lingkungan kerja fisik
McConville (1996) membagi aplikasi ergonomi dalam kaitannya dengan antropometri
menjadi dua divisi utama, yaitu :
1) Ergonomi berhadapan dengan tenaga kerja, mesin beserta sarana pendukung
lainnya dan lingkungan kerja. Tujuan ergonomi dari divisi ini adalah untuk
menciptakan kemungkinan situasi terbaik pada pekerjaan, sehingga kesehatan
fisik dan mental tenaga kerja dapat terus terpelihara serta efisiensi produktivitas
dan kualitas produk dapat dihasilkan dengan optimal.
2) Ergonomi berhadapan dengan karakteristik produk yang berhubungan dengan
konsumen atau pemakai produk. Tujuan ergonomi dalam divisi ini adalah untuk
membuat suatu produk yang sesuai dan dapat digunakan dengan baik oleh
pemakainya.
19

Beberapa langkah yang berkaitan dengan aplikasi data antropometri dalam


perancangan produk atau fasilitas kerja yaitu :
1) Menetapkan anggota tubuh yang akan mengoperasikan rancangan produk.
2) Menetapkan dimensi tubuh yang diperlukan dan memilih untuk menggunakan
structural body dimension atau functional body dimension.
3) Menetapkan populasi terbesar yang akan diakomodasi.
4) Menetapkan prinsip ukuran yang akan digunakan. Apakah untuk ukuran ekstrim,
rentang ukuran tertentu atau ukuran rata-rata.
5) Menetapkan persentase populasi.
6) Menetapkan nilai ukuran dimensi tubuh dan tabel data antropometri yang sesuai
dan memberi kelonggaran.

2.2.4. Data Antropometri dan Pengukurannya


Manusia pada umumnya akan berbeda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran
tubuhnya. Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain diakibatkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut (Nurmianto, 1991) :
1) Keacakan / Random
Meskipun suatu populasi tertentu sudah terdapat dalam kelompok jenis kelamin,
umur, suku bangsa yang sama, namun masih akan ada perbedaan yang cukup
signifikan antara berbagai macam masyarakat.
2) Jenis kelamin
Secara statistik rata-rata ukuran dimensi tubuh antara pria dan wanita memiliki
perbedaan. Pria memiliki dimensi yang lebih panjang daripada wanita sehingga
kedua jenis kelamin itu dipisahkan untuk data anthropometri.
3) Suku bangsa
Suku bangsa ini menimbulkan variansi karena meningkatnya angka migrasi
sehingga hal ini mampu merubah data antropometri secara nasional.
4) Usia
20

Anthropometri tubuh manusia akan semakin meningkat dengan semakin


bertambahnya usia. Sehingga hal ini akan mempengaruhi jika desain
diaplikasikan untuk usia yang berbeda-beda. Data antropometri menurut usia
sendiri digolongkan menjadi kelompok usia balita, anak-anak, remaja, dewasa
dan lanjut usia.
5) Jenis pekerjaan
Perbedaan jenis pekerjaan terkadang juga menimbulkan perbedaan pada postur
tubuh masin-masing pekerjanya.
6) Pakaian
Variabilitas ini disebabkan karena adanya perbedaan musim. Sehingga dengan
musim yang berbeda maka ketebalan pakaian yang digunakan pun akan berbeda.
7) Kehamilan
Faktor kehamilan ini memiliki pengaruh perbedaan yang berarti apabila
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.
8) Cacat tubuh
Karena adanya keterbatasan manusia yang memiliki cacat tubuh maka akan
muncul keterbatasan juga misalnya mengenai jarak jangkauan dan
diperlukannya ruang khusus.
Secara umum pengukuran antropometri dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
pengukuran antropometri statis dan antropometri dinamis. Antropometri statis disebut
juga dimensi struktur tubuh, disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak
bergerak. Beberapa dimensi tubuh yang biasa digunakan dalam pengukuran data
antropometri statis ditunjukkan dalam tabel berikut (Nurmianto, 1991):
21

Tabel 2.1 Macam-macam Dimensi Tubuh dalam pengukuran


Antropometri Statis (Sumber: Nurmianto,1991)
No Dimensi Tubuh
1 Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak
2 Tinggi Mata
3 Tinggi Bahu
4 Tinggi Siku
5 Tinggi Genggaman Tangan (Knuckle) Pada Posisi Relaks Kebawah
6 Tinggi Badan Pada Posisi Duduk
7 Tinggi Mata Pada Posisi Duduk
8 Tinggi Bahu Pada Posisi Duduk
9 Tinggi Siku Pada Posisi Duduk
10 Tebal Paha
11 Jarak Dari Pantat Ke Lutut
12 Jarak Dari Lipat Luntut (Popliteal) Ke Pantat
13 Tinggi Lutut
14 Tinggi Lipat Lutut (Popliteal)
15 Lebar Bahu (Bideltoid)
16 Lebar Panggul
17 Tebal Dada
18 Tebal Perut (Abdominal)
19 Jarak Dari Siku Ke Ujung Jari
20 Lebar Kepala
21 Panjang Tangan
22 Lebar Tangan
23 Jarak Bentang Dari Ujung Jari Tangan Kanan Ke Kiri
24 Tinggi Pegangan Tangan (Grip) pada Posisi Tangan Ke Atas & Berdiri Tegak
25 Tinggi Pegangan Tangan (Grip) Pada Posisi Tangan Ke Atas Dan Duduk
26 Jarak Genggaman Tangan (Grip) Ke Punggung Pada Posisi Tangan Kedepan

Gambar 2.2 Antropometri Tubuh Manusia Yang Diukur Dalam


Posisi Statis (sumber : Nurmianto, 1991)
22

Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh
manusia yang akan mengoperasikannya, maka ditetapkan prinsip-prinsip yang harus
diambil di dalam aplikasi data antropometri seperti diuraikan berikut ini
(Wignjosoebroto, S.,1995):
1) Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim.
Rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2(dua) sasaran produk, yaitu:
Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim
dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.
Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain(mayoritas
dari populasi yang ada).
2) Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran
tertentu. Rancangan bisa diubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel
dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.
3) Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata. Dalam hal ini rancangan
produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Produk dirancang dan
dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka
yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rancangan tersendiri.

2.2.5. Pengolahan data antropometri


Untuk melakukan pengolahan data anthopometri maka beberapa prosedur
yang harus diperhatikan yaitu :
1) Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data digunakan untuk mengetahui apakah data yang telah
diperoleh itu seragam, apakah berasal dari populasi yang sama, dan apakah data
berada diluar batas atau tidak. Data yang diperoleh di dalam penelitian tidak
mungkin sama semua, karena pasti ada perbedaan dan ada perubahan ukuran data
operator atau pelaku, tetapi perubahan atau perbedaan ini ada batas-batasnya.
Untuk menentukan apakah data-data yang diperoleh selama penelitian ini tidak
melampui batas-batas itulah maka dilakukan uji keseragaman data. Langkah-
23

langkah yang dilakukan untuk melakukan uji keseragaman data adalah sebagai
berikut : . (Tawaka, dkk, 2004)
1. Mengelompokkan data hasil pengukuran ke dalam kelompok-kelompok atau
grup.
2. Menghitung rata-rata grup.

3. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari data hasil pengukuran dengan


rumus :

4. Menghitung Standar deviasi dari distribusi harga rata-rata dengan rumus :


24

5. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) dengan
rumus :

2) Uji Kecukupan Data


Uji kecukupan data ini sangat dipengaruhi oleh :
1. Tingkat Ketelitian (dalam persen), adalah penyimpangan maksimum dari hasil
pengukuran terhadap nilai yang sebenarnya.
2. Tingkat Kepercayaan (dalam persen), adalah besarnya keyakinan/besarnya
probabilitas bahwa data yang kita dapatkan terletak dalam tingkat ketelitian
yang telah ditentukan.
Rumus umum uji kecukupan data:

Dimana : k=3 jika tingkat kepercayaan 99%

k=2 jika tingkat kepercayaan 95%

k=1 jika tingkat kepercayaan 68%

a = 0,05 jika derajat ketelitian 5%

a = 0,1 jika derajat ketelitian 10%

a = 0,2 jika derajat ketelitian 20%


25

Apabila N (N) < N (Jumlah data yang diukur) maka data yang diperoleh
hitung

sudah mencukupi, sebaliknya jika N(N) > N maka perlu tambahan data.
Perhitungan N dilakukan dengan formulasi seperti berikut untuk tingkat
keyakinan 95%, tingkat ketelitian 5% : (Wignjosoebroto, S.,1995):

2.2.6. Persetil Data


Untuk penetapan data antropometri, pemakaian distribusi normal akan umum
diterapkan (Wignjosoebroto, 1995). Dalam statistik, distribusi normal dapat
diformulasikan berdasarkan nilai rata-rata (mean, X ) dan simpangan standarnya
(standard deviation, x ) dari data yang ada. Dari nilai yang ada tersebut, maka
persentil dapat diterapkan sesuai dengan tabel probablitas distribusi normal. Yang
dimaksud persentil adalah nilai yang menunjukkan prosentase tertentu dari orang yang
memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Dalam antropometri, angka 95-th
akan menggambarkan ukuran manusia yang terbesar dan 5-th menunjukkan ukuran
terkecil. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasi 95% dari
populasi yang ada maka diambil rentang 2,5-th dan 97,5-th persentil sebagai batas-
batasnya.

Gambar 2.3 Distribusi normal dengan data antropometri 95 persentil


(sumber : Nurmianto, 1991)
26

Sedangkan pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam


perhitungan data antropometri ditunjukkan dalam tabel dibawah ini

Tabel 2.2 Macam Persentil Dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal
(Sumber: Wignjosoebroto, 1995)

Persentil Perhitungan
1 - st x - 2.325 x
2.5 - th x - 1.96 x
5 - th x - 1.645 x
10 - th x - 1.28 x
50 - th x
90 - th x + 1.28 x
95 - th x + 1.645 x
97.5 - th x + 1.96 x
99 - th x + 2.325 x

2.3 Metode Perancangan


Metode perancangan adalah berupa prosedur, teknik-teknik, bantuan-bantuan
atau peralatan untuk merancang. Metode perancangan menggambarkan sejumlah
macam aktifitas dengan jelas yang memungkinkan perancang menggunakan dan
mengkombinasikan proses perancangan secara keseluruhan. Tujuan utama metode baru
ini adalah usaha untuk membawa prosedur rasional (masuk akal) di dalam proses
perancangan. Cross (1992) metode perancangan dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok besar yaitu : metode kreatif ( creative methods ) dan metode rasional (
rational methods ). Dalam penelitian ini metode perancangan yang dipilih untuk
merancang mesin paletadalah metode rasional ( rational methods ).
Metode rasional ( rational methods ) adaah metode yang dilandasi pada
kebutuhan pemakai dan bekerja secara rasional. Berikut ini beberapa tahap metode
rasional yang paling relevan dan paling luas digunakan, serta mencakup keseluruhan
proses perancangan .
27

1) Klarifikasi tujuan
Tahap penting pertama dalam perancangan adalah bagaimana mencoba untuk
menjelaskan sasaran perancangan. Pada kenyataan ini sangat membantu pada
keseluruhan langkah perancangan untuk mendapatkan ide yang jelas terhadap
sasaran, walaupun sasaran ini dapat berubah selama pengerjaan perancangan.
Metode Objective Tree (pohon tujuan) menawarkan format yang jelas dan
berguna untuk pernyataan sasaran/tujuan. Metode ini menunjukkan sasaran dan
maksud umum untuk pencapaian tujuan yang ada di bawah pertimbangan. Metode
ini ditunjukkan dalam suatu bentuk diagram di mana jalur-jalur sasaran yang berbeda
dihubungkan satu sama lain, serta pola hirarki tujuan dan sub tujuan. Tujuan metode
Objective Tree untuk menjelaskan tujuan dan sub tujuan perancangan serta hubungan
diantara keduanya. Langkah-langkah dalam pembuatan Objective Tree adalah
sebagai berikut :
a. Menyiapkan daftar tujuan perancangan.
Daftar ini diambil dari ringkasan perancangan, dari pertanyaan kepada klien
dan dari diskusi di dalam tim perancang.
b. Daftar disusun ke dalam kumpulan tujuan tingkatan ( level ) tinggi dan level
rendah.
Perluasan daftar tujuan dan sub tujuan secara kasar dikumpulkan ke dalam
tingkatan hirarki
c. Menggambarkan diagram pohon tujuan, menggambarkan hirarki dan garis
hubungan Cabang-cabang atau akar dalam pohon menggambarkan hubungan
yang mengusulkan bagaimana mencapai tujuan.
2) Penetapan fungsi
Metode analisis fungsional (function analysis) menawarkan alat pertimbangan
fungsi-fungsi dasar dan tingkatan masalahnya yang akan dituju. Fungsi dasar
tersebut adalah fungsi di mana alat-alat, produk atau sistem yang akan dirancang
harus meyakinkan, tidak peduli apakah komponen fisik yang harus digunakan.
Tingkatan masalah ditentukan oleh penetapan batasan sekitar sub kumpulan fungsi
yang logis.
28

Tujuan metode analisis fungsi (function analysis) adalah untuk menetapkan


kebutuhan fungsi dan batas sistem perancangan baru. Langkah-langkah dalam
pembuatan metode analisis fungsi adalah sebagai berikut :
a. Menjelaskan keseluruhan fungsi perancangan dalam istilah konversi masukkan
menjadi keluaran.

Input Black Box Output

Gambar 2.4. Model Sistem Black Box


b. Keseluruhan fungsi dipecah ke dalam kumpulan sub fungsi dasar.
Sub fungsi terdiri dari semua tugas yang harus ditunjukkan dalam kotak hitam
c. Menggambar diagram blok yang menggambarkan interaksi antara sub fungsi.
Kotak hitam dibuat tembus pandang, jadi sub fungsi dan hubungan koneksinya
benar-benar jelas.

Transparant Box

Sub Function Sub Function

Sub Function Sub Function

Gambar 2.5. Model Transparant Box


d. Menggambarkan batas sistem. Batas sistem diartikan sebagai batasan bagi
produk atau alat yang akan dirancang.
e. Mencari komponen yang tepat untuk menampilkan sub fungsi dan interaksinya.

3) Penetapan spesifikasi
29

Metode penetapan spesifikasi pelaksanaan (performance spesification) adalah


sesuatu yang diharapkan untuk membantu menjelaskan masalah perancangan.
Spesifikasi artinya merupakan kebutuhan pelaksanaan dan bukan merupakan
kebutuhan produk. Metode ini menegaskan pelaksanaan bagaimana penyelesaian
perancangan harus dicapai dan tidak ada komponen fisik khusus yang
memungkinkan cara-cara pencapaian pelaksanaan tersebut.
Tujuan metode spesifikasi pelaksanaan adalah untuk membuat spesifikasi akurat
dari kebutuhan pelaksanaan suatu penyelesaian perancangan. Langkah-langkah untuk
membuat metode ini adalah sebagai berikut :
a. Mempertimbangkan perbedaan tingkatan umum penyelesaian yang dapat
diterima.
Misalkan ada beberapa pilihan alternatif produk, tipe produk , ciri-ciri produk.
b. Menentukan tingkatan umum yang akan dioperasikan.
Keputusan ini biasanya dibuat oleh klien. Tingkatan umum yang lebih tinggi
memberikan kebebasan yang lebih untuk perancang.
c. Mengidentifikasikan atribut kebutuhan penyelenggaraan.
Atribut seharusnya diterangkan sebagai yang independen dari beberapa
penyelesaian khusus.
d. Menyebutkan dengan ringkas dan tepat kebutuhan penyelengaraan untuk setiap
atribut. Bila dimungkinkan spesifikasi seharusnya dalam istilah pengukuran dan
mengidentifikasi jarak antar batas.
4) Pembangkitan alternatif
Tujuan utama metode ini adalah perluasan pencarian kemungkinan penyelesaian
baru. Morpologi berarti studi tentang bentuk atau ukuran, jadi analisis morpologi
adalah suatu usaha sistematis untuk menganalisa bentuk yang dapat diambil oleh
suatu produk atau mesin dan bagan morpologi adalah suatu rangkuman analisis ini.
Perbedaan kombinasi sub solusi dapat dipilih dari bagan yang mungkin menunjukkan
kepada penyelesaian baru yang sebelumnya belum teridentifikasi.
Langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pembuatan metode bagan morpologi
adalah sebagai berikut :
30

a. Membuat daftar tampilan atau fungsi produk yang mendasar.


Walaupun tidak begitu panjang, daftar tersebut dapat secara luas mencakup
fungsi-fungsi umum pada tingkat yang tepat.
b. Untuk setiap daftar tampilan atau fungsi cara-cara yang mungkin dapat dicapai.
Daftar ini dapat memasukkan ide baru yang sama baiknya dengan pengenalan
komponen atau sub-solusi yang ada.
c. Menggambarkan suatu bagan yang mengandung semua sub-solusi yang
memungkinkan.
Bagan morpologi ini mewakili ruang penyelesaian total produk, membuat
kombinasi sub-solusi.
d. Mengidentifikasikan kombinasi sub-solusi yang memungkinkan.
Total nomor kombinasi yang mungkin dapat sangat besar maka pencarian
strategis harus diarahkan dengan batasan-batasan atau kriteria.
e. Menghitung dan membandingkan nilai kegunaan relatif perancangan alternatif.
Mengalikan setiap nilai parameter dengan nilai pembobotan, alternatif terbaik
mempunyai jumlah nilai tertinggi. Perbandingan dan pembahasan profil nilai
guna mungkin merupakan bantuan perancangan yang lebih baik daripada hanya
sekedar memilih yang terbaik.

2.4 Pompa
2.4.1. Definisi Pompa
Pompa adalah suatu mesin yang menambahkan energi ke cairan dengan tujuan
untuk meningkatkan tekanannya atau memindahkan cairan tersebut melalui pipa.
Pompa adalah alat atau mesin untuk memindahkan atau menaikkan cairan atau gas dng
cara mengisap dan memancarkannya, biasanya berupa silinder yg berpelocok berkatup.
Dalam menjalankan fungsinya tersebut, pompa mengubah energi gerak poros untuk
menggerakkan sudu-sudu menjadi energi tekanan pada fluida
2.4.2. Kerja Pompa Sentrifugal
Pompa digerakkan oleh motor, daya dari motor diberikan kepada poros
pompa untuk memutar impeler yang dipasangkan pada poros tersebut. Zat cair yang ada
31

dalam impeler akan ikut berputar karena dorongan sudusudu. Karena timbulnya gaya
sentrifugal, maka zat cair mengalir dari tengah impeler keluar melalui saluran diantara
sudu dan meninggalkan impeler dengan kecepatan yang tinggi. Zat cair yang keluar dari
impeler dengan kecepatan tinggi ini kemudian mengalir melalui saluran yang
penampangnya makin membesar (volute/diffuser), sehingga terjadi perubahan dari head
kecepatan menjadi head tekanan. Maka zat cair yang keluar dari flens keluar pompa
head totalnya bertambah besar. Pengisapan terjadi karena setelah zat cair dilemparkan
oleh impeler, ruang diantara sudusudu menjadi vakum sehingga zat cair akan terisap
masuk.
Selisih energi per satuan berat atau head total dari zat cair pada flens keluar
(tekan) dan flens masuk (isap) disebut head total pompa

Gambar 2.6. Bagian bagian pompa sentrifugal

2.4.3. Klasifikasi Pompa Sentrifugal


Pompa sentrifugal dapat diklasifikasikan menurut beberapa cara yaitu antara
lain adalah :
1) Menurut jenis aliran dalam impeler
a. Pompa aliran radial
Pompa ini mempunyai konstruksi sedemikian sehingga aliran zat cair yang
keluar dari impeler akan tegak lurus poros pompa (arah radial).
32

Gambar 2.7. Pompa sentrifugal aliran radial

b. Pompa aliran campur


Aliran zat cair didalam pompa waktu meninggalkan impeler akan bergerak
sepanjang permukaan kerucut (miring) sehingga komponen kecepatannya
berarah radial dan aksial

Gambar 2.8. Pompa sentrifugal aliran campur.

c. Pompa aliran aksial


Aliran zat cair yang meninggalkan impeler akan bergerak sepanjang
permukaan silinder (arah aksial)

Gambar 2.9. Pompa aliran aksial


33

2) Menurut jenis impeller


a. Impeler tertutup
Sudusudu ditutup oleh dua buah dinding yang merupakan satu kesatuan ,
digunakan untuk pemompaan zat cair yang bersih atau sedikit mengandung
kotoran.

Gambar 2.10. Impeler tertutup

b. Impeler setengah terbuka


Impeler jenis ini terbuka disebelah sisi masuk (depan) dan tertutup di
sebelah belakangnya. Sesuai untuk memompa zat cair yang sedikit
mengandung kotoran misalnya : air yang mengandung pasir, zat cair yang
mengauskan, slurry, dll
c. Impeler terbuka
Impeler jenis ini tidak ada dindingnya di depan maupun di belakang. Bagian
belakang ada sedikit dinding yang disisakan untuk memperkuat sudu. Jenis
ini banyak digunakan untuk pemompaan zat cair yang banyak mengandung
kotoran.

3) Menurut bentuk rumah


a. Pompa volut
Bentuk rumah pompanya seperti rumah keong/siput (volute), sehingga
kecepatan aliran keluar bisa dikurangi dan dihasilkan kenaikan tekanan.
34

Gambar 2.11. Pompa volut


b. Pompa diffuser
Pada keliling luar impeler dipasang sudu diffuser sebagai pengganti rumah
keong.

Gambar 2.12. Pompa diffuser

c. Pompa aliran campur jenis volut


Pompa ini mempunyai impeler jenis aliran campur dan sebuah rumah volut.

4) Menurut jumlah tingkat


a. Pompa satu tingkat
Pompa ini hanya mempunyai satu impeler. Head total yang ditimbulkan
hanya berasal dari satu impeler, jadi relatif rendah.
b. Pompa bertingkat banyak
Pompa ini menggunakan beberapa impeler yang dipasang secara berderet
(seri) pada satu poros. Zat cair yang keluar dari impeler pertama dimasukkan
ke impeler berikutnyadan seterusnya hingga impeler terakhir. Head total
pompa ini merupakan jumlahan dari head yang ditimbulkan oleh
35

masingmasing impeler sehingga relatif tinggi.


5) Menurut letak poros
Menurut letak porosnya, pompa dapat dibedakan menjadi poros horisontal dan
poros vertikal seperti pada gambar berikut ini :

Gambar 2.13. Poros vertika dan Poros horisontal

2.4.4. Hukum Kesebangunan


Jika dua buah pompa sentrifugal yang geommetris sebangun satu dengan yang
lain maka untuk kondisi aliran yang sebangun pula berlaku hubungan sebagai berikut :

Keterangan :
D = diameter impeller (m)
Q = kapasitas aliran (m3/s)
H =head total pompa (m)
P = daya poros pompa (m)
N = putaran pompa (rpm)

Hubungan diatas dinamakan Hukum Kesebangunan Pompa. Hukum tersebut


sangat penting untuk menaksir perubahan performansi pompa bila putaran diubah dan
36

juga untuk memperkirakan performansi pompa yang direncanakan apabila pompa


tersebut geometris sebangun dengan pompa yang sudah diketahui performansinya

2.4.5. Kecepatan Spesifik

Kecepatan spesifik dinyatakan dalam persamaan :

Dimana n, Q dan H adalah hargaharga pada titik efisiensi maksimum pompa.


Harga ns dapat dipakai sebagai parameter untuk menyatakan jenis pompa. Jika ns sudah
ditentukan maka bentuk impeler pompa tersebut sudah tertentu pula. Gambar berikut
menunjukkan harga ns dalam hubungannya dengan bentuk impeler.

Gambar 2.14. Grafik Kecepatan Jenis Pompa

Dalam menghitung ns untuk pompa isapan ganda harga Q diganti dengn Q/2,
sedangkan untuk pompa bertingkat banyak, head H yang dipakai dalam perhitungan ns
adalah head per tingkat dari pompa tersebut.
Besarnya ns dapat berbedabeda tergantung dari satuan yang dipakai untuk
menyatakan n, Q dan H. Tabel berikut menunjukkan faktor konversi yang harus
digunakan untuk mengubah ns dari satuan yang satu ke satuan yang lain.
37

2.4.6. Karakteristik Sistem Pemompaan


1) Efisiensi Pompa
Pompa tidak dapat mengubah seluruh energi kinetik menjadi energi tekanan
karena ada sebagian energi kinetik yang hilang dalam bentuk losis. Efisiensi
pompa adalah suatu faktor yang dipergunakan untuk menghitung losis ini.
Efisiensi pompa terdiri dari :
a. Efisiensi hidrolis, memperhitungkan losis akibat gesekan antara cairan
dengan impeller dan losis akibat perubahan arah yang tibatiba pada
impeler.
b. Efisiensi volumetris, memperhitungkan losis akibat resirkulasi pada
ring, bush, dll.
c. Efisiensi mekanis, memperhitungkan losis akibat gesekan pada seal,
packing gland, bantalan, dll.
Setiap pompa dirancang pada kapasitas dan head tertentu, meskipun dapat
juga dioperasikan pada kapasitas dan head yang lain. Efisiensi pompa akan
mencapai maksimum pada designed point tersebut, yang dinamakan dengan
titik BEP.Untuk kapasitas yang lebih kecil atau lebih besar efisiensinya akan
lebih rendah. Efisiensi pompa adalah perbandinga antara daya hidrolis
pompa dengan daya poros pompa.

2) Daya Hidrolis
Daya hidrolis adalah daya yang diperlukan oleh pompa untuk mengangkat
sejumlah zat cair pada ketinggian tertentu. Daya hidrolis dapat dicari dengan
persamaan berikut :

Keterangan :
= massa jenis , kg/m H = head ,

g = gaya gravitasi Q = kapasitas, m3/s


38

3) Kurva Karakteristik Pompa


Untuk setiap pompa, biasanya pabrik pembuatnya memberikan kurva
karakteristik yang menunjukkan unjuk kerja pompa pada berbagai kondisi
pemakaian. Karakteristik sebuah pompa digambarkan dalam kurva karakteristik
menyatakan besarnya head total, daya pompa dan efisiensi pompa terhadap
kapasitas. Berikut ini adalah contoh kurva karakteristik suatu pompa :

Gambar 2.15. Kurva Karakteristik Pompa

2.4.7. Kavitasi
Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang sedang mengalir, karena
tekanannya turun sampai dibawah tekanan uap jenuhnya. Ketika zat cair terhisap pada
39

sisi isap pompa, tekanan pada permukaan zat cair akan turun, seperti pada gambar
dibawah ini.

Gambar 2.16. Kavitasi

Bila tekanannya turun sampai pada tekanan uap jenuhnya, maka cairan akan
menguap dan membentuk gelembung uap. Selama bergerak sepanjang impeler,
kenaikan tekanan akan menyebabkan gelembung uap pecah dan menumbuk permukaan
pompa. Fenomena ini dinamakan kavitasi. Jika permukaan saluran/pipa terkena
tumbukan gelembung uap tersebut secara terus menerus dalam jangka lama akan
mengakibatkan terbentuknya lubanglubang pada dinding saluran atau sering disebut
erosi kavitasi. Pengaruh lain dari kavitasi adalah timbulnya suara berisik, getaran dan
turunnya performansi pompa.

1) Net Positive Suction Head (NPSH)


Kavitasi akan terjadi bila tekanan statis zat cair turun sampai dibawah
tekanan uap jenuhnya. Agar dalam system pemompaan tidak terjadi kavitasi, harus
diusahakan agar tidak ada satu bagianpun dari aliran pada pompa yang mempunyai
tekanan statis lebih rendah dari tekanan uap jenuh cairan pada temperatur yang
bersangkutan. Berhubung dengan hal ini didefinisikan sutu Head Isap Positif
Netto atau NPSH yang dipakai sebagai ukuran keamanan pompa terhadap kavitasi.
Ada dua macam NPSH yaitu NPSHa dan NPSHr. Agar pompa dapat bekerja tanpa
mengalami kavitasi maka harus dipenuhi persyaratan berikut : NPSHyang tersedia >
NPSH yang diperlukan
40

2) NPSHa (NPSH yang tersedia)


NPSH yang tersedia adalah head yang dimiliki zat cair pada sisi isap pompa
dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat cair ditempat tersebut. NPSH yang tersedia
tergantung pada tekanan atmosfer atau tekanan absolut pada permukaan zat cair
dan kondisi instalasinya. Besarnya dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Keterangan :
hsv : NPSH yang tersedia, m

pa : tekanan pd permukaan cairan, kgf/m2


2
pv : tekanan uap jenuh, kgf/m

: berat jenis zat cair, kgf/m3


hs : head isap statis, m
hls : kerugian head dalam pipa isap, m

3) NPSHr (NPSH yang diperlukan)


NPSH yang diperlukan adalah NPSH minimum yang dibutuhkan untuk
membiarkan pompa bekerja tanpa kavitasi. Besarnya NPSH yang diperlukan
berbeda untuk setiap pompa. Untuk suatu pompa tertentu NPSH yang diperlukan
berubah menurut kapasitas dan putarannya. NPSH yang diperlukan harus
diperoleh dari pabrik pompa yang bersangkutan. Namn untuk perkiraan secara
kasar, NPSH yang diperlukan dapat dihitung dari konstanta kavitasi .
Jika head total pompa pada titik efisiensi maksimum dinyatakan sebagai
HN dan NPSH yangdiperlukan untuk titik ini Hsvn, maka (koefisien kavitasi
Thoma ) didefinisikan sebagai :
H SVN
=
HN
41

Besarnya koefisien kavitasi Thoma dapat ditentukan dari grafik pada gambar,
sedangkan NPSHyang diperlukan ditaksir sebagai berikut :
NPSH yang diperlukan : HSVN = x HN

Gambar 2.17. Grafik Kefisien kavitasi Thoma

Rumus diatas berlaku untuk pompa pada efisiensi tertinggi ( dipergunakan


pada titik BEP ), bila pompa dipergunakan diluar titik BEP maka NPSH yang
diperlukan dikoreksi menggunakan grafik pada gambar.
4) Cara Menghindari Kavitasi
Kavitasi pada dasarnya dapat dicegah dengan membuat NPSH yang
tersedia lebih besar dari pada NPSH yang diperlukan. Dalam perencanaan instalasi
pompa, hal hal berikut harus diperhitungkan untuk menghindari kavitasi.
1) Ketinggian letak pompa terhadap permukaan zat cair yang dihisap harus
dibuat serendah mungkin agar head isap statis menjadi rendah pula.
2) Pipa isap harus dibuat sependek mungkin. Jika terpaksa dipakai pipa isap
yang panjang, sebaiknya diambil pipa yang berdiameter satu nomor lebih
besar untuk mengurangi kerugian gesek.
3) Hindari penggunaan katup yang tak perlu dan menekuk pipa pengisapan.
4) Hindari masuknya udara pada sisi isap pompa.
2.5 Pemilihan pompa
Setelah mengetahui kapasitas dan head yang diperlukan pada sistem
instalasi, selanjutnya dapat dilakukan pemilihan pompa dengan menggunakan daigram
pemilihan pompa. Diagram ini berbedabeda untuk setiap merk dan jenis pompa dan
42

biasanya telah disediakan oleh pabrik pembuatnya. Berikut ini adalah contoh diagram
pemilihan pompa standar .

Gambar 2.18. Diagram Pemilihan Pompa Standar


2.6 Pengaturan Pompa
Pompa ini digerakkan oleh mesin dengan jenis mesin potong rumput gendong
yang dimodifikasi pada bagian poros output diganti dan diberi pompa jenis sentrifugal
yang memiliki ukuran as/poros sama dengan poros mesin penggerak. Pada poros output
mesin penggerak dikopel secara langsung rumah impeller dari pompa air yaitu jenis
seperti gambar berikut :
Daya hidrolis dari peralatan ini adalah dengan persamaan berikut :

Keterangan :
= massa jenis air sawah, 1100 kg/m3
g = gaya gravitasi, 9,806 m/s2
H = head , 2 m
Q = kapasitas, m3/s
43

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk pompa portabel yang disesuaikan dengan


data antropometri berdasarkan prinsip-prinsip ergonomi agar sesuai dengan kondisi
tubuh anak sebagai pengunanya, untuk mencapai tujuan tersebut maka metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yang termasuk kedalam
penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk pemecahan masalah
secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat populasi (Narbuko,
2002).
Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran secara langsung data
antropometri yang diperlukan untuk menentukan dimensi penyangga pompa yang
diletakan dipunggung . Selanjutnya dilakukan desain atau rancangan produk sesuai
dimensi yang telah ditentukan berdasarkan data antropometri yang telah diperoleh.

3.2 Subjek
Subjek penelitian ini adalah kelompok pekerja pada tanaman bawang
merah di Desa Pesantunan Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes

3.3. Objek
Objek penelitian adalah sikap kerja / posisi kerja untuk aktivitas
penyiraman bawang merah di Desa Pesantunan Kecamatan Brebes Kabupaten
Brebes.
3.4. Lokasi Penelitian
Penelitian dengan judul Pengembangan Desain Pompa Air Portable Alat
Siram Tanaman Bawang Merah Dengan Mempertimbangkan Faktor Faktor
Ergonomi dilaksanakan di Desa Pesantunan Kecamatan Brebes Kabupaten
Brebes
44

3.5. Jenis data


Data yang diperlukan dapat dilakukan pada penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Data yang diperlukan untuk melakukan perancangan alat yang diperoleh dari
lapangan. Data ini meliputi data antropometri data, data mesin data mesin
rumput portabel, dan data bahan yang digunakan.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas.

3.6. Pengolahan data


Setelah semua data yang diperlukan untuk proses perancangan diperoleh
maka selanjutnya dilakukan pengolahan data agar dapat diambil keputusan akhir
dalam perancangan Mesin pakan ikan. Pengolahan data yang dilakukan adalah :
1. Analisis data antropometri
Dilakukan validasi data dengan menggunakan program anthropometri.
Dilakukan uji keseragaman, kecukupan, dan kenormalan data agar data yang
diuji dapat mewakili populasinya. Menghitung prosentase sample berdasarkan
nilai persentil (5%,50%,95%) untuk data antropometri yang digunakan.
2. Analisis data mesin
Analisa datab mesin dilakukan untuk mengetahui kecepatan putar poros mesin
yang akan memutar baling-baling pompa. Dengan demikian dapat diperoleh
berapa daya hisap pompa dan daya dorong pompa. Daya hisap pompa juga akan
dipertimbangkan tingkat kekeruhan air sawah dengan demikian akan diperoleh
poerancangan pompa yang optimal.
3. Analisis perancangan
Analisis perancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
rasional yang tahapannya adalah sebagai berikut:
45

a. Klarifikasi Tujuan bertujuan untuk mengklarifikasi semua tujuan dan


sub-sub tujuan yang ada pada proses perancangan dalam hubungan satu
dengan yang lainnya.
b. Penetapan Fungsi bertujuan untuk menetapkan fungsi-fungsi yang
diperlukan dan batas-batas sistem perancangan produk yang baru.
c. Penetapan Spesifikasi bertujuan untuk membuat spesifikasi kerja yang
akurat dari suatu solusi rancangan yang diperlukan.
d. Pembangkitan Alternatif bertujuan untuk membangkitkan solusi-solusi
rancangan alternatif, memperluas pencarian terhadap solusi-solusi baru yang
potensial.
e. Evaluasi Alternatif Weighted Objective yang bertujuan untuk
membandingkan nilai-nilai utilitas dari berbagai usulan alternatif
berdasarkan kinerjanya terhadap tujuan-tujuan yang telah berbobot.

3.6 Alur Penelitian


46

Kegiatan Kegiatan Tempat Kegiatan Hasil Kegiatan

Mulai

Gagasan Ide Dasar

Survey Lapangan Awal

Penentuan Tujuan
Survei dilakukan
dipersawah 10 desa
Studi Literatur Survey Lapangan Lanjutan kab. Brebes Hasil :
Studi Literatur 1. Data tingkat keluhan
muskuskeletal
2. Data tingkat
Pengambilan Data VOC kelelahan pekerja
3. Desain Mesin
Pompa Air Portable
Pekerja
Pengambilan Data Antropometi
Sebagai
Pekerja
Sampel

Analisis Data Hasil :

Laporan Penelitian Jurnal Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian


47

BAB IV
DATA DAN ANALISIS

4.1. Data Penelitian


4.1.3 Data Antropometri dan Keluhan Pekerja
Data antropometri yang digunakan dalam perancangan mesin pompa portable
diperoleh dari pengukuran dimensi tubuh pekerja secara statis yang meliputi:
a. Tinggi Punggung (TP) = Tinggi Bahu - Tinggi Pinggang
b. Lebar Bahu (LBH) Sumber data anthropometri
Sedangkan data keluhan pekerja yang diamati adalah keluhan :
a. Keluhan pinggang
b. Keluhan tangan

Gambar 4.1 Antropometri Tubuh Manusia Yang Diukur Dalam


Posisi Statis (sumber : Nurmianto, 1991)

Data penelitian ini menggunakan para pekerja bawang merah yang ada di Desa
Pesantunan Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. Data diambil secara acak dengan cara
menjumpai pekerja yang tengah melakukan pekerjaan. Untuk menghindarin
kesalahpahaman maka peneliti memberikan maksud dan tujuan dari pengambilan data
kepada para pekerja. Tabel 4.1 menampilkan hasil pengambilan data pekerja.
48

Tabe 4 1. Data Antropometridan Keluhan Pekerja Petani Bawang


Ukuran Keluhan
No Nama Usia Alamat LB TB OLU OLS
1 Warssa 35 Gandasuli- Brebes 40 50 Bisep Paha
2 Abdul Hadi 32 Padasugih- Brebes 41 54 Bisep Bokong
3 Rusmani 32 Tengki- Brebes 40 45 Bisep Pergelangan
4 Sunarto 30 Kedung Uter - Brebes 42 53 Bisep Paha
5 Talim 40 Wangandalem - Brebes 38 40 Bisep Punggung
6 Kaman 45 Wangandalem - Brebes 40 50 Bisep Punggung
7 Sultoni 33 Padasugih - Brebes 40 45 Bisep Paha
8 Biusri 30 Pasar batang- Brebes 40 45 Bisep Punggung
9 Darjo 50 Wangandalem - Brebes 27 30 Bisep Punggung
10 Salya 45 Wangandalem-Brebes 42 53 bisep Pergelangan Tangan
11 Toni 39 Wangendalem-Brebes 39 40 bisep Pergelangan tangan
12 Rosli 20 Kalimati - Brebes 39 45 bisep Bokong
13 Darjan 55 Wangandaklem-Brebes 45 50 bisep Bokong
14 Burhan 20 Lembarawa - Brebes 40 53 bisep Pergelangan tangan
15 Barip 39 Wangandaklem-Brebes 40 50 bisep Bokong
16 Abdillah 36 Kalipucang - Brebes 40 50 bisep Pergelangan tangan
17 Karsa 55 Wangandalem - Brebes 40 50 bisep Punggung
18 Surip 55 Wangandalem Brebes 40 50 bisep Punggung
19 Carsad 39 Wangandalem Brebes 40 50 bisep Bokong
20 Juned 39 Wangandalem Brebes 40 50 bisep Bokong
21 Tanto 30 Wangandalem - Brebes 38 47 bisep Punggung
22 Agus 40 Wangandalem - Brebes 40 50 bisep Punggung
23 Dasmad 36 Tengki - Brebes 38 47 bisep Punggung
24 Tarslim 38 Lembara- Brebes 39 45 bisep Bokong
25 Karsa 45 Padasugih - Brebes 40 50 bisep Pungguing

Data tersebut kemudian diolah di Laboratorium Analisis Perancangan Kerja Dan


Ergonomi (APK dan E) Progdi Teknik Industri Fakultas Teknik UPS Tegal dengan
49

menggunakan tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95%. Dari data tersebut maka
diperoleh nilai rata-rata dan standar deviasi, seperti terlihat pada tabel berikut.

4.1.2 Analsis Data


a. Perhitungan Keseragaman Data
Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% (k=2) dan tingkat ketelitian 5%
(=0.05), maka data antropometri yang diperoleh diuji keseragaman sebagai berikut :
Tabe 4 1. Data Antropometridan Keluhan Pekerja Petani Bawang
Ukuran Keluhan
No Nama Usia LB TB OLU OLS
1 Warssa 35 40 50 Bisep Paha
2 Abdul Hadi 32 41 54 Bisep Bokong
3 Rusmani 32 40 45 Bisep Pergelangan
4 Sunarto 30 42 53 Bisep Paha
5 Talim 40 38 40 Bisep Punggung
6 Kaman 45 40 50 Bisep Punggung
7 Sultoni 33 40 45 Bisep Paha
8 Biusri 30 40 45 Bisep Punggung
9 Darjo 50 27 30 Bisep Punggung
10 Salya 45 42 53 bisep Pergelangan Tangan
11 Toni 39 39 40 bisep Pergelangan tangan
12 Rosli 20 39 45 bisep Bokong
13 Darjan 55 45 50 bisep Bokong
14 Burhan 20 40 53 bisep Pergelangan tangan
15 Barip 39 40 50 bisep Bokong
16 Abdillah 36 40 50 bisep Pergelangan tangan
17 Karsa 55 40 50 bisep Punggung
18 Surip 55 40 50 bisep Punggung
19 Carsad 39 40 50 bisep Bokong
20 Juned 39 40 50 bisep Bokong
50

21 Tanto 30 38 47 bisep Punggung


22 Agus 40 40 50 bisep Punggung
23 Dasmad 36 38 47 bisep Punggung
24 Tarslim 38 39 45 bisep Bokong
25 Karsa 45 40 50 bisep Pungguing
958 988 1192
Jumlah
38,3 39,52 47,68
X rata-rata
2,973774 5,209926
Standar deviasi

Untuk melihat keseragaman data maka dilakukan uji kontrol. Uji ini berfungsi
untuk mengetahui apakah ada data yang ektrims atau tidak, baik ekrtim bawah maupun
atas. Untuk itu laanagkah pertama dalah menghitung batas kontrol atas (BKA) dan batas
kontrol bawah (BKB dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
BKA = x + k. x

BKB = x - k. x
Usia karyawan tidak dilakukan pengujiaan karena usia hanyta untuk mengetahui
seberapa besar minat pemuda di bidang pertaniaan, jadi tidak untuk rekomendasi
rancangandesain mesin pompa portable. Jadi Keseragaman data di kenakan pada Lebar
bahu dan tinggi bahu.

1) Perhitungan Keseragaman Data Lebar Bahu


Dari tabel 4.2 dapat diketahui x rata-rata lebar bahu adalah 39,52 cm sedangkan
standar deviasinya adalah 2,973774
Dengan demikian maka nilai BKA dan BKB nya adalah sebagai berikut :
BKA = x + k. x = 39,52 + (2 x 2,973774 ) = 45,47 cm
X rata-rata = 39,52 cm
BKB = x - k. x = 39,52 - (2 x 2,973774 ) = 33,57 cm
Untuk mengetahui apakah data masuk dalam batas kendali tersebut maka data
yang ada di masukan ke dalam plot data seperti terlihat pada gambar berikut :
51

Gambar 4. 2. Grafik Keseragaman Data Lebar Bahu

2) Perhitungan Keseragaman Data Tinggi Bahu


Dari tabel 4.2 dapat diketahui x rata-rata lebar bahu adalah 47,68 cm sedangkan
standar deviasinya adalah 5,209926423
Dengan demikian maka nilai BKA dan BKB nya adalah sebagai berikut :
BKA = x + k. x = 47,68 + (2 x 5,209926423) = 58,09 cm
X rata-rata = 47,68 cm
BKB = x - k. x = 47,68 - (2 x 5,209926423) = 37,26 cm
Untuk mengetahui apakah data masuk dalam batas kendali tersebut maka data
yang ada di masukan ke dalam plot data seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar 4.3. Grafik Keseragaman Data Tinggi Bahu


52

b. Uji Kecukupan Data


Uji kecukupan data ditentukan menggunakan rumus :
2
2
k N x2 x
N = a
x

Dari gambar 4.1 terlihat bahwa data nomer 9 tidak masuk dalam batas kontrol.
Dengan demikian didalam perhitungan kecukupan data data tersebut dikeluarkan,
maka data yang ada berjumlah n = 24 dengan maka akan diperoleh :
2
2
40 24 39258 976144
N =
988

= 8,69
= 9

Dimana nilai N (perhitungan ) < N (pengamatan), maka pengamatan


dinyatakan cukup memenuhi.

c. Persentil data
Persentil yang digunakan adalah persentil ke-50 agar operator dengan ukuran
anthropometri besar maupun kecil dapat menggunakan alat hasil rancangan. Persentil
tersebut di cari dengan menggunkan formula berikut :
P5 = x - 1.645. x

1) Perhitungan Persentil Lebar Bahu


P5 = x - 1.645. x = 39,52 - 1.645 (2,973) = 34.66 = 35 cm

2) Perhitungan Persentil Tinggi Bahu


P5 = x - 1.645. x = 44,35 - 1.645 (5,209) = 35.78 = 36 cm
53

4.2 Analisis Perancangan


Perancangan dilakukan berdasarkan metode-metode perancangan produk yaitu
dengan menggunakan metode rasional.
4.2.1 Tahap klarifikasi tujuan
Tahap ini menggunakan metode Objectives Tree (Gambar 4.1.) yang akan
menjelaskan sasaran proses perancangan mesin pompa air portable yang nyaman,
perfomansinya baik, dan biaya murah. Yang dimaksud murah karena mesin ini hanya
memodifikasi mesin rumput yang sudah ada.
Fungsi mesin pompa air portable ini memiliki fungsi yang sama dengan alat siram
yang sudah ada, tetapi memiliki berbagai kelebihan anatar lain (1) menyiram tanaman secara
stabil sehingga tidak merusak tanaman (2) digerakan menggunakan mesin.

Gambar 4.4. Objectives Tree Mesin Pompa Air Portable


4.2.2 Tahap penetapan fungsi
Secara umum alat siram air yang berbentuk ember khusus (gambar 1.1)
menggunakan tenaga manusia. Secara umum dalam bekerja dapat digambarkan dalam
Funtion Analysis (Black Box) pada gambar 4.5.

Black
Alat siram air Box Air yang tertuang

Tanaman Rusak

Gambar 4.5. Funtion Analysis (Black Box) Alat Siram Air

Jika diperhatikan pada gambar 4.5 ada kotak black box yang harus dibuka untuk
dijadikan transparan box sehingga interaksi antara pekerja mesin dan tanaman menjadi
jelas sehingga menghasilkan hasil yang optimal. Untuk . Funtion Analysis (Transparant
Box) hasil pengembangan alat seperti terlihat pada gambar 5.6.
54

Gambar 4.6. Funtion Analysis (Transparant Box) Mesin Pompa Air Portable
4.3.3 Tahap Penetapan Spesifikasi
Tahap ini akan menjelaskan masalah Mesin Pompa Air Portable dari tujuan awal
penggunaan hingga kebutuhan pelaksanaan. Dalam tahap ini menggunakan metode
Perfomance specification (Tabel 4.4), yang menjelaskan mesin pompa air portable ini
dirancang dan dibuat dengan tujuan untuk memudahkan dalam produksi dan memberikan
kenyamanan operator mesin.
Tabel 4.4 Penetapan Spesifikasi Mesin
No Spesifikasi Manfaat
1 Berat Mesin pompa menggunakan mesin rumput,
sehinga memiliki berat standar perusahaan
2 Kenyamanan mengoperasikan Dududukan mesin rumput diganti
mesin pompa air portable menggunakan dudukan yang telah disesuaikan
dengan lebar bahu dan tinggi bahu
3 Konstruksi Alat Kontruksi mesin tidak mengalami perubahan,
tetapi hanya memodifikasi di bagian poros
yang seharusnya dipakai untuk memutar pisau
rumput dimodifikasi dan dipasang pada poros
yang berfungsi untuk memoutar pisau rumput.
4 Tidak mudah rusak/awet Material mesin tidak ada perubahan yang ada
hanya pada penambahan komponen pompa
hisap dimana material terbuat dari kuningan
atau dapat memanfaatkan komponen pompa
pada pompa air dengan demikian maka tidak
mudah rusak atau awet.
5 Mobilitas alat Mobilitas alat sangat baik karena dibuat seperti
mesin potong rumput portable.
6 Sumber tenaga Menggunakan mesin rumput dengan bahan
bakar bensin/premium
55

4.3.4 Tahap Pembuatan Desain


Mesin Pompa Air Portable ini merupakan mesin rekayasa dari mesin
rumput portable yang sudah ada dipasaran. Sehingga penulis hanya merekayasa
seperlunya yaitu pada dudukan mesin dan pada poros penggerak pisau yang
dipasang pompa hisap.
c. Pembuatan Desain Kerangka Dudukan Pompa
Kerangka dudukan berfungsi untuk menopang pompa sehingga pompa
bersifat portable atau mobile. Dari penelitian pendahuluan dijumpai bahwa
lebar dan tinggi dudukan mesin belum sesuai dengan ergonomic pekerja
penyiram tanaman bawang. Untuk itu maka diharapkan desain kerangka yang
dirancang didasarkan pada data pekerja penyiram bawang.
Adapun desainj kerangka alat seperti terlihat pada gambar (halaman
lampiran).
d. Perhitungan Pompa
Perencanaan pompa air ini menggunakan mesin rumput. Mesin penggerak
yang digunakan yaitu tipe mesin potong rumput dengan tipe sebagai berikut :
Tabel 4.5 Spesifikasi Mesin
RX43 Technical Specifications
Trimmer Type Knapsack Type
Engine Model IE40-5
Engine Type Air Cooled - 2 stroke - Single Cylinder - Gasoline
Type
Carburator Float Type
Displacement 42.7cc
Idle Speed 2800 rpm
Max Idle Speed 8500 rpm
Fuel Tank Cap. 1.3 Litre
Fuel Type Two Cycle Oil/ Gasoline Mixing Ratio 1:25
Rated Output 1.2 kw

1) Menghitung daya pompa.


Dari data mesin pompa sebagai penggerak, daya mesin adalah 1,2 kW
56

Effesiensi pompa direncanakan sampai sebesar 82 % dan effesiensi mesin


penggerak sebesar 85%, maka :

= 1,02 kW
Sedangkan daya pompa adalah :

= 0,8364 kW
Maka untuk kapasitas pompa adalah :

= 0,0388 m3/dt
Atau sebesar 2,328 m3/menit.
2) Menghitung Kecepatan aliran air
Sehingga debit aliran air dari pompa ini adalah 0,0388 m3/dt. Untuk
kecepatan aliran air adalah :

A = luas penampang pipa,

yaitu : , dengan D = atau 0,01905 m

Maka luasnya adalah ,

sehingga

kecepatan aliran adalah :

Atau sebesar 8161,5 m/menit.


57

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang dilakukan pada bab 4 menjawab hasil pengamatan pada
pekerja 25 siram air maka dapat disimpulkan :
a. 40 % menyatakan kelelahan punggung, 20 % menyatakan nyeri pada
pergelangan tangan dan sisanya 40% pada bokong yang mendekati pinggul.
b. Dari poin a maka diperlukan peralatan kusus siram bawang merah
c. Mesin potong rumput dapat dikembangkan dengan desain kerangka mesin
mengacu pada ergonomic pekerja
d. Hasil perhitungan teknis dapat diketahui bahwa pompa mampu menyemprotkan
air sebanyak 8161,5 m/menit, sedangkan kekuatan pancar tergantung pada
mulut nosel air.

5.2 Saran-saran
Dari penelitian diatas maka disarankan untuk dapat dilakukan pembuatan mesin
pompa penyiram air dengan memodifikasi mesin potong rumput gendong.
58

DAFTAR PUSTAKA

Asih. W. E. 2004. Perancangan Meja Putar Alat Pembuat Gerabah Yang Ergonomis
Dengan Metode Quality Function Deployment, Tesis, Institut Teknologi Bandung,
Bandung.

Aroef. M. 1985. Motivasi Dan Produktivitas, Suatu Pembahasan dengan Kasus


Indonesia, dalam J. Ravianto, Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia,
Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas, Jakarta.

Atmosoeharjo, H.S. 1994. Penerapan Ergonomi Dalam Rekayasa manusia


Mesin/Peralatan (Man-Machine Design). Forum Ilmu Kesehatan Masyarakat XII
No. 1-2 : 113-122.

Barnes. R. 1991. Motion And Time Study, John Wiley, New York

Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. Mc. Graw-Hill, Inc, New York.

Cohen, L. 1995. Quality Function Deployment : How Make QFD Work for You,
Addison-Wesley Publishing Company, Massachusetts.

Cross, N. 1994. Engineering Design Methods Strategies Of product, 2nd edition, John
Wiley & Sons Ltd, England.

Giatman, 2005, Ekonomi Teknik, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Grandjean, E. 1993. Fitting the task to the man. 4th ed. Taylor & Francis Inc. London.

Grandjean. E. 1973. Ergonomics In the Home, Tailor and Francis, London.

Grandjean, E., 1991. Fatique. Parmeggiani, L. ed. Encyclopaedia of Occupational


Health and Safety, Third (resived) edt. ILO. Geneva : 837-839.

Johnson B. 1989. Ergonomics and Prevention Of Musculoskeletal Injuries, Carpal


Tunnel Syndrome Selected References, NIOSH.

Manuaba, A. 1992. Pengaruh ergonomi terhadap produktivitas. Seminar Produktivitas


Tenaga Kerja, Jakarta.

Muller, K.F.H. 1965. Ergonomic: man in his working environment. Chapman and Hill
Inc, London.
59

Murniasih, N.N. 2004. Modifikasi Pisau Matetuesan dan Perbaikan Sikap Kerja dapat
Menurunkan Keluhan Subyektif serta Meningkatkan Produktivitas Kerja Tukang
Tues. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi, Aplikasi Ergonomi dalam Industri.
Yogyakarta.

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi konsep dasar dan aplikasiny,. Guna Widya, Jakarta.

Nurmianto. E.1998 Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Edisi Pertama, Guna
Widyan, Jakarta

Prasetyowibowo, Bagas. 1999. Desain Produk Industri. Penerbit Yayasan Delapan


Sepuluh, Bandung.

Partha, C.G.I. 2002. Penggunanan betel modifikasi menurunkan beban kerja dan keluhan
subjektif serta meningkatkan produktifitas pembobok tembok pemasang pipa
instalasi listrik. Tesis Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar.

Pujawan, 2004, Ekonomi Teknik, Penerbit Guna Darma, Jakarta

Rohmah. S. D. 2005 Re Design Alat Penggilingan Kopi Manual Dengan Pertimbangan


Ergonomi untuk Meningkatkan Produktivitas Tenaga Kerja, Prosiding Seminar
Internasional Perancangan Produk, Jurusan Teknik Industri, Universitas Atma
JayaYogyakarta, Yogyakarta

Sritomo Wignjosoebroto. 1997. Prosiding Lokakarya Pengembangan Kemampuan


Rancang Bangun Produk.

Sumamur, P.K., 1992. Ergonomi untuk produktivitas kerja, Yayasan Swabhawa Karya.
Jakarta.

Sastrowinoto, Suyatno. 1985. Meningkatkan produktifitas dengan ergonomi. PT. Pustaka


Binaman Pressindo, Jakarta.

Sutalaksana, Iftikar. Z. 1980. Teknik tata cara kerja. Departemen Teknik Industri. ITB.,
Bandung.

Sutjipto A. 2006. Analisis pengaruh sudut rotasi keyboard terhadap beban otot,
performansi kerja, tingkat ketidaknyamanan, dan tingkat kelelahan pada
pekerjaan pengetikan berkomputer. Laporan Tugas Akhir, Departemen Teknik
Industri, ITB., Bandung.

Sutjipto A. 2006. Analisis pengaruh sudut rotasi keyboard terhadap beban otot,
performansi kerja, tingkat ketidaknyamanan, dan tingkat kelelahan pada
pekerjaan pengetikan berkomputer. Laporan Tugas Akhir, Departemen Teknik
Industri, ITB., Bandung.
60

Widodo, Imam D. 2003. Perancangan dan pengembangan produk. UII PERS,


Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai