Anda di halaman 1dari 23

PENAMBANGAN TIMAH ILEGAL DI BANGKA BELITUNG

Anggota Kelompok 3:
1. Aulia Utami Rahmalika (1222120059)
2. Bilal Bara Fiqaulihi (122490018)
3. Eykel Brena KS (122170047)
4. Kevin Parulian Marpaung (122190072)
5. Mahmud Marzuki Rif’an (122170050)
6. Nabil Hakim Putra (122360034)
7. Raden Bagus Tri Anggoro (122120070)

TPB: 32
Ketua Kelompok: Bilal Bara Fiqaulihi
Dosen Pengampu: Madi S.T, M.T

Lampung Selatan, 29 November 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya, dapat
menyelesaikan laporan analisis fishbone dengan judul “Menghapus Kemiskinan
Di Provinsi Riau ” selesai tepat waktu sebagai salah satu tugas Lingkunagan
Hidup Sumatera. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Madi
S.T, M.T. selaku dosen pengampu Lingkungan Hidup Sumatera. Kami juga
mengucapkan terima kasih pada teman kelompok kami yang membantu
mengerjakan dan juga mengumpulkan data – data dalam pembuatan laporan ini.
Dalam laporan ini kami menjelaskan tentang Menghapus Kemiskinan di Provinsi
Riau
Daftar Isi

Daftar ISI
BAB 1. PENDAHULUAN..........................................................................................4
A. Gambaran umum wilayah..............................................................................4
Kondisi Geografis................................................................................................4
Lokasi Dan Luas..................................................................................................5
KABUPATEN YANG ADA DI PROVINSI RIAU................................................ 6
Ibukota Provinsi Riau...........................................................................................7
Pulau Terluar.......................................................................................................7
Potensi Bencana yang berkaitan dengan Lingkungan Hidup.................................... 7
B. Gambaran Umum Masyarakat......................................................................... 8
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok....................................... 8
Demografi......................................................................................................... 11
Sejarah Budaya Dan Suku Lokal......................................................................... 12
Angka Kemiskinan.............................................................................................13
KONDISI PENDIDIKAN.................................................................................. 14
KESEHATAN MASYARAKAT........................................................................ 15
Kerusakan Lingkungan.......................................................................................16
BAB 2. METODE PENGUMPULAN DATA........................................................... 17
Metode Penelitian.................................................................................................. 17
Pengumpulan dan Analisis Data..............................................................................17
BAB 3. PENJABARAN HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN
REKOMENDASI PENYELESAIAN MASALAH................................................... 18
Identifikasi Masalah Dan Rekomendasi............................................................... 18
Bab 4. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 21
Daftar Pustaka........................................................................................................ 22
BAB 1. PENDAHULUAN

A. Gambaran umum wilayah


Provinsi Riau merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak di
bagian tengah pulau Sumatera, yang memiliki luas wilayah sebesar 87.024 km2 .
Provinsi ini memiliki sumber daya alam, baik kekayaan yang terkandung di perut
bumi, berupa minyak bumi dan gas, serta emas, maupun hasil hutan dan
perkebunannya. Jumlah penduduk Provinsi Riau berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Riau pada tahun 2010 sebesar 5.543.031 jiwa. Riau saat ini
merupakan salah satu Provinsi terkaya di Indonesia, dan sumber dayanya
didominasi oleh sumber daya alam yang baik, terutama minyak bumi, gas alam,
karet, kelapa sawit dan perkebunan serat.

Kondisi Geografis

Provinsi Riau secara geografis terletak pada jalur yang sangat strategis
baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang karena terletak pada
jalur perdagangan Regional dan Internasional. Provinsi Riau memiliki luas area
sebesar 87.023,66 km2 . Keberadaannya membentang dari lereng Bukit Barisan
sampai dengan Selat Malaka, terletak antara 01°05'00’’ Lintang Selatan sampai
02°25'00’’ Lintang Utara atau antara 100°00'00’’ Bujur Timur-105°05'00’’ Bujur
Timur. Batas-batas daerah Riau adalah:
Sebelah Utara : Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara
Sebelah Selatan : Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat
Sebelah Timur : Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka
Sebelah Barat : Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara
Da
ri posisi ini kelihatan bahwa Provinsi Riau berbatasan langsung dengan 4 (empat)
Provinsi lainnya, yaitu: Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi dan
Kepulauan Riau. Disamping itu juga berhadapan langsung dengan 2 (dua) negara
tetangga yaitu Singapura dan Malaysia. Kondisi ini secara ekonomi justru akan 2
Profil Kesehatan Provinsi Riau 2020 memberikan keuntungan bagi Provinsi Riau
apabila bisa memanfaatkan setiap peluang yang ada.

Lokasi Dan Luas

Provinsi Riau merupakan daerah kepulauan yang dengan luas wilayah


87.023,7 km2 , dan merupakan Provinsi yang memiliki luas wilayah ke dua di
Pulau Sumatera setelah Provinsi Sumatera Selatan. Dan Kabupaten Pelalawan
merupakan Kabupaten yang terluas 12.758,4 km2 diikuti oleh Kabupaten Indragiri
Hilir seluas 12.614,8 km2 dan Kabupaten Kampar 10.983,5. Dan Kabupaten/Kota
yang luas wilayahnya terkecil adalah Kota Pekanbaru dengan luas wilayah 632,27
km2. dikuti Kota Dumai 1.623,38 km2. dan Kabupaten Kepulauan Meranti
3.707,84 km2. Gambaran luas wilayah Provinsi Riau berdasarkan Kabupaten/Kota
dapat dilihat dari gambar dibawah ini.
(gambar 1.1)

KABUPATEN YANG ADA DI PROVINSI RIAU

1. Kabupaten Kuantan Singingi


Luas wilayah: 5.259,36 km²
Pusat pemerintahan: Teluk Kuantan
Jumlah penduduk: 334,94 ribu jiwa (Hasil SP2020)
2. Kabupaten Indragiri Hulu
Luas wilayah: 7.723,80 km²
Pusat pemerintahan: Rengat
Jumlah penduduk: 444,55 ribu jiwa (Hasil SP2020)
3. Kabupaten Indragiri Hilir
Luas wilayah: 12.614,78 km²
Pusat pemerintahan: Tembilahan
Jumlah penduduk: 654,91 ribu jiwa (Hasil SP2020)
4. Kabupaten Pelalawan
Luas wilayah: 12.758,45 km²
Pusat pemerintahan: Pangkalan Kerinci
Jumlah penduduk: 390,05 ribu jiwa (Hasil SP2020)
5. Kabupaten Siak
Luas wilayah: 8 275,18 km²
Pusat pemerintahan: Siak Sri Indrapura
Jumlah penduduk: 457,94 ribu jiwa (Hasil SP2020)
6. Kabupaten Kampar
Luas wilayah: 10.983,47 km²
Pusat pemerintahan: Bangkinang
Jumlah penduduk: 841,33 ribu jiwa (Hasil SP2020)
7. Kabupaten Rokan Hulu
Luas wilayah: 7.588,13 km²
Pusat pemerintahan: Pasir Pengaraian
Jumlah penduduk: 561,38 ribu jiwa (Hasil SP2020)
8. Kabupaten Bengkalis
Luas wilayah: 6.975,41 km²
Pusat pemerintahan: Bengkalis
Jumlah penduduk: 565,57 ribu jiwa (Hasil SP2020)
9. Kabupaten Rokan Hilir
Luas wilayah: 8.881,59 km²
Pusat pemerintahan: Bagan Siapi-api
Jumlah penduduk: 637,16 ribu jiwa (Hasil SP2020)
10. Kabupaten Kepulauan Meranti
Luas wilayah: 3.707,84 km²
Pusat pemerintahan: Selat Panjang
Jumlah penduduk: 206,12 ribu jiwa (Hasil SP2020)
11. Kota Pekanbaru
Luas wilayah: 632,2 km²
Pusat pemerintahan: Pekanbaru
Jumlah penduduk: 983,36 ribu jiwa (Hasil SP2020)
12. Kota Dumai
Luas wilayah: 1.623,38 km²
Pusat pemerintahan: Dumai
Jumlah penduduk: 316,78 ribu jiwa (Hasil SP2020)

Ibukota Provinsi Riau

Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah


pulau Sumatra, yaitu di sepanjang pesisir Selat Melaka. Ibu kota dan kota terbesar
Riau adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya antara lain Dumai, Selat panjang,
Bagansiapiapi, Bengkalis, Bangkinang, Tembilahan, dan Rengat

Pulau Terluar

Provinsi Riau mepunyai tiga pulau terluar yang belum tergarap maksimal,
diantaranya Pulau Rangsang, Pulau Bengkalis dan Pulau Rupat.sebetulnya pulau
terluar di Riau ada 4, yaitu satunya lagi Pulau Mandi. Namun di pulau ini karna
memang tidak ada penghuni dan pulaunya adalah pulau batu. Sedangkan 3 pulau
lainnya adalah pulaunya terdiri dari tanah gambut seperti Pulau Rangsang Pulau
Bengkalis dan Pulau Rupat.

Potensi Bencana yang berkaitan dengan Lingkungan Hidup

(BPBD)Provinsi Riau mengimbau kepada masyarakat khususnya di


wilayah pesisir Riau untuk selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi
terjadinya banjir rob. Daerah-daerah pesisir di Riau sangat rawan dihantam
bencana banjir yang diakibatkan naiknya air laut karena pasang akhir tahun itu.
Saat ini, sejumlah daerah di Dumai sudah dilanda banjir rob. Adapun beberapa
daerah yang disebut sangat berpotensi terjadinya bencana itu, yakni Dumai,
Indragiri Hilir, Rokan Hilir, Bengkalis dan Kabupaten Kepulauan Meranti.
Secara geografis, daerah yang masuk dalam administrasi Riau Pesisir ini,
memang biasa langganan banjir rob Berdasarkan analisis umum, banjir rob akan
datang di penghujung atau awal tahun. Adanya pasang besar sebagai fenomena
alam ditambah musim hujan, membuat volume air laut naik. Sementara faktor lain
yang memang sudah menjadi kekhawatiran global, yakni perubahan cuaca atau
global warming yang dampaknya kini sudah sangat dirasakan. Secara siklus
musim, Riau masih akan merasakan musim hujan pada penghujung hingga awal
tahun. Sedangkan di masa ini, juga merupakan waktu air pasang besar akan terjadi.
"Air laut cenderung akan meluap. Kondisi seperti ini setiap tahun pasti terjadi.
Semakin ke sini, air pasang cenderung semakin tinggi sebagai dampak dari global
warming,”

B. Gambaran Umum Masyarakat


Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok

Umur Hasil proyeksi penduduk tahun 2020 juga memperlihatkan


perbedaan komposisi penduduk berdasarkan gender yaitu terdiri dari 3.653.963
laki-laki dan 3.474.42 perempuan. Berdasarkan Gambar dibawah ini dapat
dilihat bentuk piramida penduduk Provinsi Riau tahun 2020 masih bertipe
ekspansif, di mana penduduk muda menunjukkan proporsi yang besar dan
kecilnya proporsi penduduk tua, serta pertumbuhan penduduk yang tinggi
(bagian tengah cembung). Sedangkan badan piramida yang besar,
menunjukkan jumlah penduduk usia kerja/usia produktif yang besar.
(gambar 1.2)
1. Kepadatan Penduduk/km2
Penduduk merupakan modal dasar dalam pembangunan suatu wilayah,
tetapi di sisi lain penduduk juga dapat menjadi suatu beban bagi wilayah itu
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang dapat dinikmati oleh seluruh
lapisan masyarakat. Pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkendali akan
menyebabkan berbagai masalah yang dapat menghambat pembangunan. Laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi dikhawatirkan akan dapat menimbulkan
masalahmasalah terutama yang menyangkut tentang penyediaan berbagai
kebutuhan, termasuk juga di dalamnya pendidikan, kesehatan dan penyediaan
lapangan pekerjaan.
Data kependudukan merupakan salah satu data pokok yang sangat
diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan karena penduduk
selain merupakan objek juga merupakan subjek pembangunan. Jumlah
penduduk Provinsi Riau berdasarkan proyeksi BPS tahun 2020 adalah
7.128.305 jiwa, Bila dibandingkan dengan sensus maupun survei penduduk
sebelumnya, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Provinsi Riau terus
mengalami peningkatan dalam jangka waktu 20 tahun yaitu dari tahun 2000
hingga 2020.
Wilayah Provinsi Riau semakin padat penduduk, hal ini dibuktikan
dengan semakin meningkatnya angka kepadatan penduduk. Berdasarkan hasil
Sensus Penduduk Tahun 2000 kepadatan penduduk Provinsi Riau sebesar 43
jiwa per kilometer persegi dan angka ini meningkat terus hingga mencapai 82
jiwa per kilometer persegi pada tahun 2020.
Sedangkan Penyebaran penduduk di Provinsi Riau tidak merata, sebagian
besar penduduk Provinsi Riau bertempat tinggal di kota Pekanbaru 1.849
jiwa/km2mengingat Kota Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau, kota
ke dua yang memiliki penduduk yang padat adalah Kota Dumai 194 jiwa/km2
sebagai kota pelabuhan dan penghasil minyak bumi dan selanjut kabupaten
Rokan Hulu 95 jiwa/km2 yang berbatasan Provinsi Sumatera Utara.
Sedangkan daerah yang penduduknya sangat jarang adalah Kabupaten
Pelalawan 40 jiwa/km2 dan Kabupaten Kep. Meranti 50 jiwa/km2 dan
Kabupaten Indragiri Hulu 58 jiwa/km2 . Untuk melihat gambaran kepadatan
penduduk di Provinsi lihat dapat dilihat dari grafik dibawah ini.

(gambar 1.3)

Masalah kependudukan lainnya adalah persebaran penduduk yang tidak


merata. Persebaran penduduk yang tidak merata disebabkan oleh berbagai hal
antara lain letak geografis, iklim/cuaca, tingkat kesuburan tanah, pusat
kegiatan penduduk dan faktor sosial budaya atau adat istiadat wilayah
setempat. Tidak meratanya persebaran penduduk akan menyebabkan berbagai
masalah seperti meningkatnya jumlah pengangguran, munculnya
permasalahan kebutuhan lahan untuk pemukiman, akses fasilitas pendidikan
dan kesehatan yang tidak memadai serta masalah-masalah sosial lainnya.
2. Jumlah Desa/Kelurahan
Secara administratif Provinsi Riau terbagi menjadi 10 Kabupaten
dan 2 Kota dengan Kecamatan 169 Kecamatan meliputi Desa / Kelurahan
1.876 Desa/Kelurahan dimana Kabupaten Kampar dengan kecamatan
terbanyak (21 kecamatan) dan Kabupaten Kampar dengan Kelurahan /
Desa terbanyak (250 kelurahan/Desa). Sedangkan Kota Dumai dengan
kecamatan paling sedikit (7 kecamatan) dengan Kelurahan/Desa (33
kelurahan),1609 desa, 267 kelurahan.
Demografi

A. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk dapat dipengaruhi oleh faktor geografi (fisiologis,
sumberdaya alam, iklim dan topografi) dan faktor demografi (natalitas,
mortalitas dan migrasi). Pada tahun 2018, jumlah penduduk Provinsi Riau
adalah 6.074.100 jiwa dengan luas wilayah 89.150,16 Km2. Sehingga, rata-rata
kepadatan penduduk Provinsi Riau per Juni 2015 adalah sebesar 69,80
orang/Km2. laju pertumbuhan penduduk Provinsi Riau adalah 0.75%.
B. Jumlah Penduduk Beragama
Berdasarkan agama yang dianut, mayoritas penduduk di provinsi riau tahun
2018 memeluk Agama Islam yaitu sebesar 5.312.814 jiwa (87,47%), lalu
Kristen 562.907 Jiwa (9,27%), Budha 132.593 Jiwa (2.18%), Katolik 61.391
Jiwa (1.01%), Kong Hu Cu 2.130 Jiwa (0.04%), Hindu 757 Jiwa (0.01%), dan
Kepercayaan Lainnya 1.508 (0.02%).
Provinsi Riau memiliki jumlah penduduk sebanyak 6.500.971 jiwa pada tahun 2016.
Komposisi penduduk Provinsi Riau lebih banyak terdapat di perdesaan dengan
jumlah 3.928.098 jiwa sedangkan untuk di perkotaan hanya sebesar 2.572.873 jiwa.
Untuk kepadatan penduduk Provinsi Riau sebesar 29,57 jiwa/km2. Berikut data
kependudukan Provinsi Riau Tahun 2016:
NO Kabupaten/Kota JIWA KEPADATAN
PENDUDUK
Perkotaan Pedesaan
1 Kuantan Singingi 46380 271555 60,45
2 Indragiri Hulu 100605 317128 54,08
3 Indragiri Hilir 114412 598622 56,52
4 Pelalawan 93592 323906 32,72
5 Siak 195693 257359 54,75
6 Kampar 193388 619314 73,99
7 Rokan Hulu 87672 528794 81,24
8 Bengkalis 278647 273036 79,09
9 Rokan Hilir 150016 512226 74,56
10 Pekanbaru 1050742 13824 1683,72
SUMBER DATA : BPS Provinsi Riau, 2019
Sejarah Budaya Dan Suku Lokal
Secara geografis dan demografis KAT di Provinsi Riau dikelompokkan dalam 5
Suku, yaitu Suku Sakai, Suku Akit, Suku Talang Mamak, Suku Bonai dan Suku Laut
(Duano) yang tersebar di beberapa Kabupaten, pada umumnya masih tertinggal secara
sosial dan ekonomi dan belum mendapat pelayanan sosial dasar, dikarenakan geografis
yang pada umumnya masih ada yang sulit dijangkau oleh alat transportasi baik laut dan
darat (tergantung pada kondisi alam).
1. Suku Sakai
Asal kata “Sakai” sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan
kata Sakai tersebut berasal dari nama pohon yang banyak tumbuh di Kecamatan Mandau,
yaitu pohon “Sikai”. Informasi lainnya mengatakan kata Sakai itu adalah dari Sungai,
yaitu sungai Sikai. Menurut keterangan para tetua Sakai, nama Sakai baru ada sejak
zaman penjajahan Jepang. Sebelum itu Suku Sakai dikenal dengan nama ”Uang Daek”
(orang darat) atau suku ”Pebatin”. Istilah Sakai pada mulanya dipakai oleh tentara Jepang
untuk membedakan masyarakat biasa dengan para tentara pejuang. Jepang menyebut
rakyat biasa yang bukan pejuang dengan sebutan orang ”sakai”. Akhirnya nama tersebut
melekat pada diri mereka sampai sekarang dan sebutan ”Uang Daek” atau ”Suku Pebatin”
lama kelamaan menjadi hilang dan sampai sekarang dikenal dengan Suku Sakai.
2. Suku Akit
Menurut perkembangan sejarah suku asli Akit yang ada di Pulau Rupat Kabupaten
Bengkalis khususnya di Desa Titi Akar dahulunya termasuk dari Siak Sri Indrapura yang
termasuk kerajaan Melayu Riau. Kerajaan ini didirikan sekitar abad 17 oleh Raja Kecik
yang digelari Sultan Siak yang berada di pinggir Sungai Siak. Kelompok ini mengungsi
ke daerah lain atas permintaan suku tersebut pindah ke tempat yang lebih aman menuju
ke Pulau Padang yang dibatasi oleh selat. Suku tersebut kembali melanjutkan perjalanan
ke lautan yang luas yang ada dibagian utara kemudian kembali ke bagian barat disanalah
suku tersebut berlabuh dan diterima oleh Datuk Empang Kelapahan. Mereka dapat
mendiami pulau atas izin dengan syarat SEKERAT MATA BERAS – SEKERAT
TAMPING SAGU – SEBATANG DAYUNG EMAS, jika mereka dapat memenuhi
syarat tersebut mereka boleh tinggal dipulau itu. Kelompok suku merasa keberatan,
kemudian mengadakan perundingan dan mendapatkan kesepakatan untuk pindah ke
Pulau Tujuh.
3. Suku Talang Mamak
Menelusuri asal usul Suku Talang Mamak merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah,
sebab dari banyak tulisan yang tidak membedakan antar mitos dan sejarah. Namun
demikian dalam tulisan ini akan dicoba diketengahkan tulisan yang berbau mitos
disamping dikutip tulisan yang menggambarkan sejarah. Orang Desa Talang Mamak
menyatakan diri sebagai keturunan dari “Datuk Patih Nan Sebatang” yang datang dari
daerah Minang Kabau melalui batang (sungai) Kuantan dengan mitos “Rakit Kulim”.
Selanjutnya Datuak Papatih Nan Sebatang yang dipanggil Mamak mendirikan
pemukiman baru (Talang) di Indragiri, maka untuk selanjutnya anak kemenakan Datuak
Papatih Nan Sebatang menyebut pemukiman baru (Talang) sebagai “Talang Mamak”
atau tempat tinggal mamak.
Menurut keturunan Patih Ke 28 dari Patih Bunga yang merupakan anak Datuak Papatih
Nan Sebatang bahwa leluhur orang Talang Mamak adalah Talang Parit, disinilah Patih
Nan Sebatang tinggal dan disinilah ia mempunyai 3 orang anak, yaitu Tuah Besi, Tuah
Kelopak dan Tuah Bunga ketiga ini selanjutnya membuka kampung (talang) sekaligus
menjadi Patih dimasing-masing Talang. Tuah Besi menjadi Patih di Talang Parit
melanjutkan kekuasaan ayahnya, Tuah Kelopak mendirikan Talang Perigi, Tuah Bunga
mendirikan Talang Durian Cacar. Namun pewarisan selanjutnya setelah generasi ke-3
(cucu patih nan sebatang) pola kepemimpinannya tidak diwariskan lagi kepada anak
melainkan diwariskan kepada keponakan, maka gelar tertinggi pemimpin tidak lagi patih
melainkan berubah menjadi Batin. Selanjutnya terjadi pengembangan wilayah, Kampung
Talang Parit dimekarkan menjadi 2 yaitu talang parit dan talang sungai limau, Talang
durian cacar dibagi 3 yaitu, Talang selantai, Talang Tujuh Anak Tangga, dan Talang
Durian Cacar.
Dengan demikian satu talang telah berkembang menjadi 6 talang. Menurut versi orang
talang yang berada didesa siambul bahwa leluhur orang talang adalah dari talang sungai
limau karena leluhur orang talang 1 mendirikan perkampungan disungai limau, kemudian
terjadi penyebaran kearah selatan (siambul) yang masuk Kecamatan Siberida dan kearah
timur dengan nama Talang Gerinjing.
4. Suku Bonai
Asal kata Bonai sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun dalam masyarakat
Suku Bonai berkembang 2 versi tentang asal usul mereka. Pertama menerangkan bahwa
nenek moyang mereka adalah berasal dari Borneo (Kalimantan) yang datang menyusuri
muara Sungai Rokan ke arah hulu, dan sampailah mereka ketempat pemukiman sekarang.
Menurut sejarah nenek moyang suku Bonai dipimpin oleh 2 orang bersaudara, yaitu
Sultan Janggut yang menjadi cikal bakal orang Sakai dibagian hilir Sungai Rokan dan
Sultan Harimau yang menjadi cikal bakal orang Bonai.
5. Suku Laut (Duano)
Propinsi Riau mempunyai ciri khas yang berbeda dengan propinsi lain (daerah), ciri khas
tersebut termasuk geografis dan kondisi pulau yang terpisah-pisah serta mempunyai
komunitas terpencil paling banyak dibandingkan dengan daerah yang lain, seperti suku
Talang Mamak yang ada di Kabupaten Indragiri Hulu, Suku Sakai yang ada di Kembang
Luar di Kabupaten Bengkalis, Suku Akit yang ada di Rupat Utara Kabupaten Bengkalis,
Suku Bonai, dan Suku Kuala (Duano) yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir.

Angka Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Riau pada periode September 2017


hingga September 2018 terjadi penurunan, yang pada September 2017 hanya
berjumlah 496,39 ribu jiwa atau 7,41 persen, pada September 2018 mengalami
penurunan hingga 494,26 ribu jiwa atau 7,21 persen. terjadi penurunan 2,13 ribu
jiwa atau 0,20 persen dari seluruh penduduk Riau.
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase
penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman
dan keparahan dari kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan (P1)
mengindikasikan jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Indeks keparahan kemiskinan (P2) mengindikasikan ketimpangan
pengeluaran di antara penduduk miskin. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari
0,96 pada September 2017 menjadi 1,05 pada September 2018. Indeks Keparahan
Kemiskinan naik dari 0,19 menjadi 0,24 pada periode yang sama.
Berikut tabel Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di Provinsi Riau,
2015 – 2018 (profil kemiskinan BPS September 2018)

KONDISI PENDIDIKAN

Berbagai persoalan, khusus di Provinsi Riau masih dirasakan oleh


masyarakat, terutama masalah pendidikan. Pemerintah memiliki tanggungjawab
penuh terkait hak dasar rakyat untuk mendapatkan pendidikan demi terwujudnya
bangsa yang cerdas dan generasi emas Indonesia. Pendidikan diamanatkan juga
merupakan urusan wajib dari pemerintah. Dengan alokasi anggaran yang
diberikan sebesar 20 persen dari APBD, pendidikan di Riau saat ini butuh
pendulum atau daya dorong yang kuat agar pendidikan di Riau bisa menghasilkan
siswa-siswa yang berkompeten minimal sesuai dengan kelulusannya.
Kewajiban pemerintah tidak hanya dalam mempersiapkan ketersediaan
sekolah ataupun ruang kelas saja. Lebih dari itu, Pemrov harus memastikan bahwa
anak-anak yang tidak tertampung di sekolah negeri, tetap bisa melanjutkan
pendidikannya di sekolah swasta dengan dibantu oleh BOSDA yang mencukupi
tentunya.
Strategi dan perencanaan anggaran harus dipastikan memiliki ukuran yang
jelas dalam hal program dan kegiatan yang langsung manfaatnya bisa dirasakan
masyarakat. Contohnya, anggaran yang berasal dari DAK tidak lagi digunakan
untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya by project.
Begitu juga anggaran yang bersumber dari APBD, harus dipastikan bisa
menyentuh kebutuhan dasar yang perlukan seperti sarana prasarana, peningkatan
kompetensi guru, dan pengembangan bakat dan minat siswa.
"Provinsi Riau dengan APBD hampir Rp10 triliun, dan 20 persennya
dialokasikan bagi urusan wajib pendidikan idealnya mampu menghasilkan siswa-
siswa yang memiliki daya saing dan berkompeten dengan dunia kerja dan
tantangan global ke depan.

KESEHATAN MASYARAKAT

Sumber : Source Url: https://riau.bps.go.id/indicator/30/164/1/jumlah-sarana-


kesehatan.html

Dari data Tabel Banyaknya Fasilitas Kesehatan disetiap kabupaten/kota di


Provinsi Riau, Masih banyak daerah yang belum ada salah satu dari beberapa
fasilitas kesehatan yang disediakan. Penyebabnya dikarenakan ketidakmerataan
fasilitas di suatu daerah sebab belum optimalnya dukungan kebijakan nasional dan
daerah dari pihak masyarakat dan Belum berkembangnya infrastruktur
kelembagaan yang berorientasi pada pengembangan pembangunan berkelanjutan.
Kerusakan Lingkungan

Sumber : BPPD Provinsi Riau

Kepala Dinas LHK Provinsi Riau, Mamun Murod memberikan sambutan pada
Rapat Evaluasi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2021, Murod
mengatakan, "untuk kebakaran hutan dan lahan sesuai dengan instruksi Bapak
Presiden Republik Indonesia agar dapat mengedepankan pencegahan
dibandingkan penanggulangan, maka daripada itu Gubernur Riau sudah
menerbitkan status siaga darurat pada tanggal 15 Februari 2021". Acara yang
bertempat di Aula Dinas LHK Prov. Riau Lt.II. Acara di hadiri oleh UPT KPH
Se-Provinsi Riau, PT. RAPP, PT. Asian Agri, PT. Arara Abadi, PTPN V, PT.
Sambu, Kabid Proklim, beserta jajaran staf Dinas LHK Provinsi Riau.

“Tentunya pencegahan ini harus didukung oleh semua pihak, tidak hanya dari
pemerintah saja, tapi juga perusahaan-perushaan yang bergerak di sektor
agribisnis, kami juga meminta dukungan penuh di daerah-daerah yaitu melalui
KPH-KPH yang ada di 13 lokasi. Dukungan ini juga kita dapatkan dari
pemerintah pusat, dimana mereka sudah menurunkan water booming, selain itu
Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) juga akan segera dilakukan tidak lama lagi
untuk pencegahan kebakaran itu sendiri”, Ujar Murod.

Pencegahan kebakaran sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
melakukakn monitoring terhadap hotspot, meningkatkan partisipasi api dalam
pencegahan karhutla, patrol mandiri, kampanye dan publikasi, menggandeng
organisasi agama, komunikasi intensif dengan satgas karhutla di daerah,
pemantauan dengan CCTV atau drone, serta tidak kalah penting adalah bagi
perusahaan untuk dapat mempersiapkan personilnya untuk melakukan sosialisasi
dan melakukan kegiatan-kegiatan dilapangan dalam pencegahan kebakaran.

Untuk dapat diketahui bahwa sudah ada 172 titik api (hotspot) di seluruh Riau,
dengan luas kebakaran yaitu 492 Ha, antara lain di Bengkalis, Indragiri Hilir,
Dumai, Siak, Pelalawan, Meranti, Rohil, Inhu dan Kampar. Oleh karena itu, kami
berharap akan adanya koordinasi selalu, baik dari pihak perusahaan dan KPH
untuk selalu memberikan laporannya mengenai karhutla, sehingga kebakaran
dapat kita cegah lebih awal.
BAB 2. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode Penelitian

Penelitian ini secara umum menggunakan metode survei terhadap


beberapa jurnal dan artikel. Sifat penelitian ini yaitu kreatif, fleksibel, terbuka dan
semua sumber dianggap penting sebagai sumber informasi. Metode survei ini juga
mengevaluasi dan membandingkan terhadap hal-hal yang dikerjakan orang dalam
mengenai situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam
pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa mendatang.

Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan informasi dilakukan dengan sistem pemilahan terhadap


beberapa sumber yang kami dapatkan. Kami melakukan perhimpunan data dari
rekap lampau berdasarkan bukti-bukti yang telah ada dan kami masukan ke dalam
laporan.
Pengumpulan data dapat di laksanakan dalam beberapa cara dan sumber.
Bila dilihat dari setting-nya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, pada
laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden,
pada suatu seminar, diskusi dan sebagainya. dilihat dari sumber datanya maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.
Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau metode pengumpulan data maka
metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi dan dokumentasi.
BAB 3. PENJABARAN HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN
REKOMENDASI PENYELESAIAN MASALAH

Identifikasi Masalah Dan Rekomendasi


1. Resiko Terjadinya Banjir
Terdapat beberapa upaya yang bisa kita lakukan bersama-sama untuk mencegah
banjir, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan tempat tinggal. Berikut
cara mencegah banjir.
 Jangan membuang sampah ke sungai dan selokan Penting untuk menjaga
sungai dan selokan tetap bersih agar mampu menampung debit air tinggi
ketika musim hujan. Sayangnya, ada yang suka membuang sampah
sembarangan ke sungai atau selokan. Ini akan membuat sungai dan
selokan tersumbat dan berkurang kapasitasnya untuk menampung air.
 Hindari membuat bangunan di pinggir sungai Saat ini semakin banyak
yang membangun di pinggir sungai, padahal itu bisa menyebabkan banjir.
Pembangunan rumah atau bangunan di pinggir sungai akan mempersempit
sungai. Selain itu, sampah rumah tangga berpotensi masuk ke dalam
sungai.
 Tebang pilih dan reboisasi Setelah menebang pohon, sebaiknya ditanam
lagi pohon yang baru. Utamakan menanam pohon berakar besar yang bisa
menyerap air dengan cepat.
 Memperbanyak lahan terbuka hijau Perkotaan jauh dari hutan. Lahan
terbuka hijau di perkotaan bisa menggantikan hutan dan menambah daerah
resapan di perkotaan agar terhindar dari banjir. Area ini bisa ditanami
berbagai pohon yang baik untuk menyerap air.
 Menjaga dan membersihkan saluran air secara rutin Perawatan saluran air
dan membersihkannya secara rutin bisa mencegah banjir. Hal ini bisa
dilakukan secara bergotong royong oleh warga di sekitar saluran air
tersebut. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa saluran air siap
menampung jika curah hujan meninggi sehingga tidak terjadi banjir

2. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi menjadi penghambat


pembangunan
Cara mengatasi tingginya pertumbuhan penduduk. Berikut ini cara mengatasi
tingginya pertumbuhan penduduk, yaitu:
 Program Keluarga Berencana
Supaya angka kelahiran tidak terus menerus mengalami peningkatan, salah
satunya dengan menyebarkan informasi terhadap masyarakat luas terhadap
program Keluarga Berencana (KB). Dengan informasi program KB
disebarluaskan dengan baik, maka masyarakat akan sadar bahwa program ini
memiliki banyak manfaat untuk keluarga dan lingkungan. Lingkungan akan
menjadi terkendali dan tidak mudah tercemar karena pertumbuhan penduduk bisa
dikendalikan dengan baik.

 Meningkatkan kualitas Pendidikan


Meningkatkan kualitas pendidikan akan menyadarkan banyak penduduk bahwa
laju pertumbuhan penduduk yang terus menerus dibiarkan meningkat akan
memberikan dampak negatif bagi penduduk atau lingkungan masyarakat itu
sendiri. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, sebaiknya dilakukan dengan
memperbanyak sekolah-sekolah dan guru-guru yang berkompeten, sehingga para
siswa bisa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dengan maksimal.
 Melakukan pemerataan pembangunan
Pemerataan bangunan merupakan salah satu cara mengatasi tingginya
pertumbuhan penduduk. Hal ini dikarenakan pemerataan pembangunan bisa
membuat masyarakat tidak perlu pindah atau bermigrasi pada wilayah tertentu
saja, sehingga kepadatan penduduk bisa dihindari. Selain itu, pemerataan
pembangunan juga diharapkan bisa mengurangi angka pengangguran, sehingga
banyak masyarakat yang mendapatkan pekerjaan.
Pembangunan yang semakin merata ini perlu dilakukan oleh pemerintah karena
bisa memengaruhi kepadatan penduduk dan membangun perekonomian menjadi
lebih baik. Ekonomi yang baik ini bisa memberikan manfaat bagi penduduk,
lingkungan, hingga negara. Oleh sebab itu, jangan terlalu lama menunda-nunda
melakukan pemerataan pembangunan.
 Meningkatkan Fasilitas Kesehatan
“Bangsa yang sehat adalah bangsa yang cerdas” mungkin pepatah itu masih
berlaku hingga sekarang karena tanpa masyarakat yang sehat suatu pembangunan
akan tidak berjalan dengan maksimal. Oleh sebab itu, sudah seharusnya bagi
pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan terutama pada wilayah-
wilayah yang sulit terjangkau.

Terlebih lagi, fasilitas kesehatan yang terus ditingkatkan akan memudahkan


penyebaran informasi program KB kepada masyarakat. Jika, program KB
semakin tersebar dengan cepat, maka pertumbuhan penduduk juga bisa
dikendalikan, sehingga tidak terjadi kepadatan penduduk. Alangkah baiknya,
fasilitas kesehatan ini dimulai dari pembangunan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas).
3. Persebaran penduduk yang tidak merata yang menyebabkan berbagai
permasalahan sosial maupun ekonomi

 Pembangunan infrastruktur yang merata

Pembangunan merupakan salah satu daya tarik dari datangnya penduduk ke suatu
daerah. Daerah yang mempunyai tingkat kemajuan lebih, terutama dalam
pembangunan infrastruktur atau pelayanan akan banyak diminati sebagai tempat
tinggal. Jika sarana infrastruktur, seperti sarana transportasi, pendidikan,
kesehatan, dan juga hiburan membuat penduduk tidak akan berpindah ke daerah
tersebut. Maka dari itu, pembangunan infrastruktur di daerah menjadi hal yang
harus dilakukan untuk membuat pemerataan penduduk.

 Pengalihan Industri

Pengembangan industri ke daerah lain di luar pulau Jawa merupakan salah satu
cara agar terjadi pemerataan penduduk. Perlu adanya kebijakan untuk
memudahkan industri dalam memproduksi barang di suatu daerah, seperti adanya
pembangunan infrastruktur jalan. Dengan begitu investor akan mau membangun
usaha di daerah-daerah lain dengan skala yang besar yang bisa menarik datangnya
penduduk.

 Membangun Pariwisata

Daerah di luar pulau Jawa masih memiliki jumlah penduduk yang sedikit karena
kurang meratanya penduduk di Indonesia. Pembangunan pariwisata merupakan
salah satu cara untuk memikat penduduk, karena mata pencaharian penduduk
menjadi lebih banyak. Selain itu wisatawan juga bisa datang sehingga daerah
tersebut akan padat penduduk dan terjadi pemerataan penduduk.

 Pembangunan Industri Kecil

Setiap daerah di Indonesia memiliki keunggulan dalam sumber daya alam yang
bisa dimanfaatkan. Pembangunan industri kecil di daerah-daerah membuat taraf
hidup masyarakat menjadi meningkat, sehingga penduduk akan banyak datang ke
daerah tersebut.
Daftar Pustaka
Adlani, N. (2021, 11 28). Jawab Soal Cara agar Terjadi Pemerataan Penduduk di Indonesia. Diambil
kembali dari Adjar.id: https://adjar.grid.id/read/543017218/jawab-soal-cara-agar-terjadi-pemerataan-
penduduk-di-indonesia?page=3

adminlp2m. (2022, 04 8). Metode Pengumpulan Data: Pengertian, Contoh dan Sumber. Diambil kembali dari
L P 2 M: https://lp2m.uma.ac.id/2022/04/08/metode-pengumpulan-data-pengertian-contoh-dan-
sumber/

BPS. (t.thn.). Badan Pusat Statistik Riau. Diambil kembali dari Badan Pusat Statistik Riau:
https://riau.bps.go.id/
Cakaplah. (2022, 08 17). 77 Tahun Indonesia Merdeka, Dunia Pendidikan di Riau Masih Banyak Persoalan.
Diambil kembali dari Cakaplah: https://www.cakaplah.com/berita/baca/88454/2022/08/17/77-tahun-
indonesia-merdeka-dunia-pendidikan-di-riau-masih-banyak-
persoalan#sthash.K29iisaR.zOsHNi6V.dpbs

Dra. Hj. Mimi Yuliani Nazir, A. M. (2021, 08 02). Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2020. Diambil
kembali dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau:
file:///C:/Users/Asus/Downloads/Profil%20Kesehatan%20Provinsi%20Riau%20Tahun%202020.pdf

Faradiba, N. (2021, 11 09). Cara Mencegah Banjir. Diambil kembali dari Kompas.com:
https://www.kompas.com/sains/read/2021/11/09/120000623/cara-mencegah-banjir

Kurtobi, D. A. (2017, 09 05). MENGENAL SUKU-SUKU ASLI (KOMUNITAS ADAT TERPENCIL) DI


PROVINSI RIAU. Diambil kembali dari DInas Sosial Provinsi Riau:
https://dinsos.riau.go.id/web/index.php?option=com_content&view=article&id=410:mengenal-
suku-suku-asli-komunitas-adat-terpencil-di-provinsi-riau-oleh-dodi-ahmad-
kurtubi&catid=17&Itemid=117#:~:text=Secara%20geografis%20dan%20demografis%20KAT,pelay
anan%20so

perkim.id. (2021, 04 13). Profil Perkembangan Kawasan Permukiman Provinsi Riau. Diambil kembali dari
Perkim.id: https://perkim.id/profil-pkp/profil-provinsi/profil-perkembangan-kawasan-permukiman-
provinsi-riau-
2/#:~:text=Riau%20adalah%20sebuah%20provinsi%20di,Bangkinang%2C%20Tembilahan%2C%20
dan%20Rengat.

Restu. (t.thn.). Dampak Pertumbuhan Penduduk dan Cara Mengatasinya. Diambil kembali dari Gramedia
Blog: https://www.gramedia.com/literasi/dampak-pertumbuhan-penduduk/

riau, d. (2021, 06 02). Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Riau. Diambil kembali dari
DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PROVINSI RIAU:
https://dislhk.riau.go.id/lihat_berita.php?id_berita=39#

RIAU, M. P. (2022, 09 14). Penjelasan BPBD Riau Terkait Potensi Banjir Rob Akhir Tahun. Diambil kembali
dari Info Publik : https://infopublik.id/kategori/nusantara/666318/penjelasan-bpbd-riau-terkait-
potensi-banjir-rob-akhir-tahun

riau.go.id. (2019, 07 23). Sosial Budaya. Diambil kembali dari riau.go.id:


https://www.riau.go.id/home/content/67/sosial-budaya

riau.go.id. (2020, 02 14). Riau Memiliki Pulau Terluar Yang Belum Tergarap Maksimal. Diambil kembali dari
riau.go.id: https://www.riau.go.id/home/content/2020/02/14/8355-riau-memiliki-pulau-terluar-yang-
belum-tergarap

Setyaningrum, P. (2022, 11 15). Daftar Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau. Diambil kembali dari
KOMPAS.com: https://regional.kompas.com/read/2022/11/15/164022678/daftar-kabupaten-dan-kota-
di-provinsi-riau?page=all

Anda mungkin juga menyukai