HALAMAN JUDUL
USULAN PENELITIAN
NPM : 2106770813
TAHUN 2022
1
UNIVERSITAS INDONESIA
PROPOSAL TESIS
NPM : 2106770813
TAHUN 2022
2
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
/Tesis/Disertasi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
3
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
4
Tanggal :
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Kedokteran Kerja
dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Drs. A, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini;
(2) PT. xxx yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya
perlukan;
(3) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
(4) Sahabat Magic 21 (Magister Class 21) yang telah banyak membantu saya dalam
menyelesaikan tesis ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Jakarta,
Penulis
5
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database ), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal :
Yang menyatakan
6
*Karya Ilmiah: karya akhir, makalah non seminar, laporan kerja praktek, laporan magang,
karya profesi dan karya spesialis
ABSTRAK
Nama :
Program Studi :
Judul :
Pembimbing :
….
Kata kunci:
7
ABSTRACT
Name :
Study Program :
Title :
Counselor :
….
Key words:
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vi
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
DAFTAR SINGKATAN xiv
BAB I 1
I.1 Latar Belakang Masalah 1
I.2 Perumusan Masalah 1
I.3 Pertanyaan Penelitian 1
I.4 Hipotesis 1
1.5 Tujuan Penelitian 1
1.5.1 Tujuan Umum 1
1.5.2 Tujuan Khusus 1
1.6 Manfaat Penelitian 2
1.6.1 Manfaat di bidang akademik 2
1.6.2 Manfaat di bidang pelayanan masyarakat 2
1.6.3 Manfaat di Bidang Pengembangan Penelitian 2
BAB 2 3
2.1 … 3
2.2 … 3
2.3 … 3
2.4 … 3
BAB 3 4
9
3.1 Desain Penelitian 4
3.2 Tempat dan Waktu 4
3.3 Populasi Penelitian 4
3.3.1 Populasi Target 4
3.3.2 Populasi Terjangkau 4
3.3.3 Sampel Penelitian 4
3.4 Kriteria Pemilihan Sampel 4
3.4.1 Kriteria Inklusi 4
3.4.2 Kriteria Eksklusi 4
3.4.3 Kriteria Drop Out 4
3.5 Perhitungan Besar Sampel 5
3.6 Alur Penelitian 5
3.7 Cara Kerja 5
3.8 Identifikasi Variabel 5
3.8.1 Variabel Bebas 5
3.8.2 Variabel Tergantung 5
3.9 Definisi Operasional 5
3.10 Analisis Data 5
3.11 Etika Penelitian 5
3.12 Jadwal Penelitian 5
3.13 Rencana Biaya 5
Referensi 6
10
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. 15
Tabel 2.1. 25
Tabel 3.1. 28
Tabel 4.1. 33
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. 15
Gambar 2.1. 25
Gambar 3.1. 28
Gambar 4.1. 33
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1. 15
Lampiran 2.1. 25
Lampiran 3.1. 28
Lampiran 4.1. 33
13
DAFTAR SINGKATAN
14
BAB I
PENDAHULUAN
1
Rumah sakit sebagai salah satu pelayanan publik yang vital peranannya dalam
melayani kegiatan kesehatan memiliki kewajiban untuk mampu melaksanakan
tugasnya setiap saat, dalam hal ini siap sedia selama 24 jam atau nonstop. Rumah sakit
menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan pelayanan gawat darurat
sebaik mungkin dengan mengatur kerja gilir dokter, perawat, apoteker, maupun
paramedis lain seperti analis laboratorium dan radiografer, yang diharapkan akan
membuat pelayanan berlangsung lancar tanpa hambatan.
Hasil penelitian di Center for Disease Control and Prevention ( CDC ) pada
tahun 2020 menunjukkan 32.8 % orang dewasa di Amerika Serikat memiliki kualitas
tidur yang buruk.4 Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di Indonesia , didapati
prevalensi gangguan kualitas tidur pada perawat 52,5%.5 Sebuah survei besar
menunjukkan bahwa prevalensi gejala gangguan kerja shift (seperti kesulitan tidur,
kantuk berlebihan, dan insomnia) pada perawat shift malam adalah sekitar 40%.6
Kerja shift malam pada petugas kesehatan meningkatkan risiko gangguan tidur,
insomnia, dan kantuk berlebihan di siang hari. Faktor keluarga, seperti menikah,
semakin meningkatkan risiko gangguan tidur terkait shift malam karena meningkatnya
tanggung jawab kepada keluarga.7 Kualitas tidur akan mempengaruhi fungsi kognitif
seseorang, sedangkan pada saat tidur, darah mengalir ke otak, meningkatkan konsumsi
oksigen, yang dapat membantu penghematan memori dan pembelajaran yang berkaitan
dengan fungsi kognitif seseorang. Tidur juga terlibat dalam perubahan neuroplastisitas
yang mendasari pembelajaran dan ingatan pada otak orang dewasa.8
Studi pada orang dewasa muda yang sehat menunjukkan bahwa kurang tidur
menyebabkan perubahan fungsi neurofisiologi dan endokrin yang digunakan untuk
meningkatkan fungsi otak. Penelitian pada orang dewasa muda sehat menunjukkan
bahwa deprivasi tidur menyebabkan perubahan pada neurofisiologi dan kinerja endokrin
yang ditandai dengan gangguan fungsi kognitif.9
Untuk memberikan perawatan pasien yang profesional, perawat perlu
berpartisipasi dalam jadwal bergilir, yang membutuhkan giliran untuk bergilir melalui
interval yang ditentukan antara pagi,siang, dan malam. Kualitas tidur yang baik sangat
penting untuk perawat. Adapun akibat dari penurunan kualitas tidur yang berkaitan
dengan fungsi kognitif, yaitu akan mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam bekerja,
2
pengambilan keputusan, memecahkan masalah, menerima memori baru yang akan
berdampak pada performa perawat tersebut di Rumah sakit.
Instrumen pengukuran gangguan tidur pada penelitian ini menggunakan
Kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index10 versi bahasa Indonesia dengan nilai
sensitivitas 1 dan spesifisitas 0.81.11 Sedangkan untuk pengukuran fungsi kognitif
memakai Montreal Cognitive Assessment versi bahasa Indonesia ( MoCA-INA).12
1.4. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
Adanya hubungan gangguan tidur pada fungsi kognitif pada perawat di RS X
3
2 Diketahuinya gambaran karakteristik khusus masa kerja , gangguan tidur , unit
kerja pada perawat.
3 Diketahuinya fungsi kognitif berdasarkan unit kerja perawat di RS X .
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
a. Tahap 1 adalah tahap transisi antara keadaan bangun (terjaga) dan tidur, yang
dalam keadaaan normal berlangsung antara 1-7 menit, Dalam tahap ini, orang
ini dalam keadaan relaksasi dengan mata tertutup dan pikiran yang belum tidur
sepenuhnya. Apabila orang ini dibangunkan pada tahap ini, maka mereka akan
mengatakan bahwa mereka belum tertidur.
b. Tahap 2 atau tidur ringan adalah tahap pertama orang dalam keadaan benar-
5
benar tertidur.
c. Tahap 3 adalah periode tidur dalam yang sedang. Suhu tubuh dan tekanan darah
menurun, dan menjadi sulit untuk membangunkan orang pada tahap ini. Tahap
ini berlangsung kira kira 20 menit setelah tertidur.
d. Tahap 4 adalah level terdalam dari tidur. Meskipun metabolisme otak menurun
secara signifikan dan suhu tubuh menurun sedikit pada tahap ini, kebanyakan
refleks masih terjadi, dan hanya terjadi sedikit penurunan tonus otot. Pada tahap
ini orang akan sangat sulit dibangunkan, hanya suara yang sangat keras yang
dapt membangunkan orang tersebut. Apabila pada tahap keempat orang ini
dibangunkan, maka orang tersebut akan terlihat grogi dan bingung.
Fase tidur NREM ini berlangsung sekitar 70-100 menit, setelah itu masuk ke
fase REM. Selama tidur fase REM, mata bergerak cepat ke berbagai arah walaupun
mata terpejam. Pernafasan juga menjadi lebih cepat, tidak teratur dan dangkal. Denyut
jantung ikut meningkat. Selama tidur malam yang berlangsung selama rata-rata tujuh
jam, fase REM dan NREM terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang
kurang cukup mengalami REM, maka keesokan harinya ia akan menunjukkan
kecenderungan menjadi hiperaktif, kurang mampu mengendalikan emosinya dan nafsu
makan bertambah. Sedangkan jika fase NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi
kurang gesit.10
6
sebagai prekursor sehingga produksi hormon melatonin sangat bergantung pada
ketersediaan asam amino tryptophan di dalam tubuh. Tryptophan merupakan asam
amino esensial yang produksi dalam tubuhnya sangat kecil sehingga perlu adanya
asupan protein dari makanan. Berdasarkan penelitian ternyata jumlah produksi
hormon melatonin dapat ditingkatkan dengan melakukan aktivitas yang dapat
memperlancar aliran darah dan hormon dari otak ke seluruh tubuh. Jumlah melatonin
yang maksimal dalam tubuh, maka keseimbangan tubuh secara keseluruhan akan
terjaga,. Melatonin berfungsi sebagai konduktor: mengatur dan menjaga keharmonisan
kerja hormon, menjaga keteraturan metabolisme sel, mempertahankan efisiensi dan
efektivitas kerja sel, mekanisme antioksidan. Fungsi fisiologis di antaranya pengaturan
suhu tubuh, kematangan seksual, suasana hati, fungsi imun, , dan fungsi
kardiovaskular. Namun, sebagian besar dikenal hubungannya dengan irama sirkadian
dan tidur. Peran melatonin terhadap tidur ditemukan beberapa interaksi, terutama
diekspresikan pada suprachiasmatic nuclei (SCN) dan terlibat dalam penghambatan
mekanisme terjaga (wakefulness) yang menghasilkan sirkadian dalam suprachiasmatic
nuclei (SCN) sehingga meningkatkan tidur. Melatonin juga meningkatkan irama
sirkadian endogen pada manusia, Studi menunjukkan bahwa melatonin memberi
pengaruh kompleks pada tidur, di satu sisi melalui efeknya pada pengaturan sirkadian
tidur dan terjaga (wakefulness), dan di sisi lain dengan efek langsung meningkatkan
tidur.
7
bangun tidur, temperatur tubuh, tekanan darah, dan pola sekresi hormon. 13 Peraturan
sirkadian tidur dan mekanisme bangun (wakefulness) diregulasi oleh suprachiasmatic
nuclei (SCN). nucleus suprachiasmatic paling aktif di siang hari dan diatur setiap hari
berdasarkan masukan cahaya dari retina dan selama siklus gelap oleh sekresi melatonin
dari kelenjar pineal,serta pada liver, ginjal dan jantung .
Irama sirkadian sangat dipengaruhi oleh lingkungan, khususnya rangsangan
cahaya. Cahaya yang diterima oleh retina oleh retina mata akan diteruskan menuju
suatu sistem isolasi SCN pada hipotalamus melalui suatu jalur saraf khusus yaitu
Retinohypothalamic Tract (RHT). Serabut eferen dari suprachiasmatic nuclei (SCN)
akan memicu sinyal saraf dan humoral yang akan menyelaraskan berbagai irama
sirkadian penting. Contoh pengaruh cahaya terhadap irama sirkadian ditunjukan pada
produksi melatonin. Pada kondisi cahaya gelap, produksi melatonin akan meningkat.
Oleh karena itu akan banyak terjadi konversi dari serotonin menjadi melatonin.jumlah
serotonin yang menekan tidur akan berkurang, oleh karena itu dalam kondisi cahaya
gelap akan terjadi peningkatan tidur.16
8
gangguan mimpi buruk, gangguan tidur REM, restless legs syndrome, gangguan tidur
terkait kondisi medis, dan gangguan tidur yang diinduksi zat.18
Beberapa gangguan tidur yang umum terjadi yaitu :
a. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu
dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik misal rasa nyeri atau karena
faktor mental seperti kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang
tidak menunjang untuk tidur. Berdasarkan jenisnya Insomnia dibagi menjadi 3
macam, yaitu: 19
1 Insomnia inisial. Kesulitan untuk memulai tidur.
2 Insomnia intermiten. Merupakan ketidakmampuan untuk tetap
mempertahankan tidur sebab sering terbangun.
3 Insomnia terminal. Bangun lebih awal tetapi sulit untuk tertidur kembali.
Kasus ini sering dijumpai terutama pada usia diatas 50 tahun atau pada
wanita yang sudah masuk fase menopause.
b. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan
parasomnia antara lain sering terjaga (misalnya: tidur berjalan, night terror),
gangguan transisi bangun-tidur (misalnya: mengigau), parasomnia yang terkait
dengan tidur REM (misalnya: mimpi buruk), dan lainnya (misalnya: bruksisme).
c. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan
terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu,
seperti kerusakan sistem saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena
gangguan metabolisme (misalnya: hipertiroidisme). Hipersomnia pada kondisi
tertentu dapat digunakan sebagai mekanisme untuk menghindari tanggung
jawab pada siang hari.
d. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur”
9
atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan
genetik sistem saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur
REM. Alternatif pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti amfetamin
atau metilfenidat, hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramin
hidroklorida.
e. Apnea saat tidur
Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya nafas secara
periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok
dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup berlebihan pada
siang hari, sakit kepala di siang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan
psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.
10
asupan alkohol, obat-obatan, penyakit, dan kerja shift.23
4 Wake after sleep onset ( WASO )
WASO adalah ukuran kualitas tidur yang objektif dan berfokus pada jumlah
total waktu bangun setelah awal tidur hingga akhirnya bangun. National Sleep
Foundation ( NSF) di Amerika menyebutkan bahwa WASO kurang dari 20
menit dianggap sebagai kualitas tidur yang baik pada kelompok usia dari anak
prasekolah hingga orang dewasa yang lebih tua. 22
11
pertanyaan dari kuesioner PSQI, dibutuhkan waktu 5-10 menit untuk
menyelesaikannya. PSQI ini sendiri telah di validasi oleh University of Pittsburgh
dengan sensitivitas 89.6% dan spesifisitas 86.5%. Reliabilitas dari kuesioner ini juga
telah diuji dengan nilai cronbach’s alpha sebesar 0.83.
Banyak penelitian tentang gangguan tidur yang menggunakan metode PSQI, hal
tersebut dikarenakan PSQI memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Namun
metode PSQI ini juga memiliki kekurangan yaitu pengisian kuesioner PSQI dapat
memperoleh hasil yang kurang akurat dikarenakan keterbatasan dan kesulitan klien
untuk memahami pertanyaan sehingga perlu untuk dipandu dalam pengisiannya. PSQI
sendiri sudah divalidasi ke dalam versi bahasa Indonesia dengan nilai sensitivitas 1 dan
spesifisitas 0.81.11
12
pembelajaran (pemeliharaan kognitif).
3 Girus parahipokampus, berperan dalam pembentuan memori spasial.
4 Girus cinguli, berperan dalam pengaturan atensi sebagai salah satu domain dari
fungsi kognitif.
5 Forniks, berperan dalam pembelajaran dan memori.
6 Hypothalamus, berperan mengatur perubahan memori baru menjadi memori
jangka panjang
7 Thalamus, sebagai pusat pengaturan fungsi kognitif di otak.
8 Mammillary bodies, berperan dalam pembentukan memori dan pembelajaran.
9 Girus dentatus, berperan dalam memori baru.
10 Korteks enthorinal, berperan dalam komponen asosiasi.
Sedangkan lobus otak yang mempunyai peran dalam pengaturan fungsi kognitif
meliputi:26
1 Lobus frontalis, berperan mengatur motorik, kepribadian, perilaku, bahasa,
memori, orientasi spasial, belajar asosiatif, daya analisa dan sintesis.
2 Lobus parietalis, berperan dalam fungsi membaca, persepsi, dan visuospasial.
Lobus ini menerima stimuli sensorik dari berbagai modalitas seperti input visual,
auditorik, dan taktil dari area asosiasi sekunder.
3 Lobus temporalis, berperan dalam mengatur fungsi pendengaran, penglihatan,
emosi, memori, dan kategorisasi benda-benda
13
2 Bahasa
Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang
membangun kemampuan fungsi kognitif. Jika terdapat gangguan bahasa,
pemeriksaan kognitif seperti memori verbal dan fungsi eksekutif akan
mengalami kesulitan atau tidak dapat dilakukan. Fungsi bahasa meliputi 4
parameter yaitu :
a. Kelancaran
Kelancaran mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat
dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Metode yang dapat
membantu menilai kelancaran pasien adalah dengan meminta pasien
menulis atau berbicara secara spontan.
b. Pemahaman
Pemahaman mengacu pada kemampuan untuk memahami suatu perkataan
atau perintah, dibuktikan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
perintah tersebut
c. Pengulangan
Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau kalimat
yang diucapkan seseorang.
d. Penamaan
Merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu. Gangguan
bahasa sering terlihat pada lesi otak fokal maupun difus, sehingga
merupakan gejala patognomonik disfungsi otak. Penting bagi klinikus
untuk mengenal gangguan bahasa karena hubungan yang spesifik antara
sindrom afasia dengan lesi neuroanatomi.
3 Memori
Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyediaan informasi, proses
penyimpanan serta proses mengingat. Semua hal yang berpengaruh dalam ketiga
proses tersebut akan mempengaruhi fungsi memori. Fungsi memori dibagi
dalam tiga tingkatan bergantung pada lamanya rentang waktu antara stimulus
dengan recall.
4 Visuospasial
Kemampuan visuospasial merupakan kemampuan konstruksional seperti
14
menggambar atau meniru berbagai macam gambar (misal: lingkaran, kubus) dan
menyusun balok-balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi dan
lobus parietal terutama hemisfer kanan berperan paling dominan.
5 Eksekutif
Fungsi eksekutif dari otak dapat didefinisikan sebagai suatu proses kompleks
seseorang dalam memecahkan suatu masalah atau persoalan baru. Proses ini
meliputi kesadaran akan keberadaan suatu masalah, dapat mengevaluasi,
menganalisa serta memecahkan atau mencari jalan keluar dari persoalan
tersebut.
15
yang lebih besar dibanding pria. Pada perempuan juga ditemukan jumlah
reseptor estrogen di hipokampus dan androgen di amigdala yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pria. Hal ini menyimpulkan bahwa jenis kelamin
perempuan cenderung memiliki kemampuan memori verbal yang lebih baik dan
pria memiliki kemampuan memori spasial yang lebih baik. Penelitian lain juga
mengungkapkan bahwa perempuan memiliki resiko lebih tinggi mengalami
gangguan fungsi kognitif dikarenanakan adanya penurunan hormon estrogen
saat mengalami menopause30.
4 Nutrisi
Nutrisi mempunyai pengaruh tersendiri dalam fungsi kognitif. Karena dengan
nutrisi yang cukup dan berimbang, sel-sel otak akan menjadi lebih baik
perkembangannya. Nutrisi seperti protein, lemak, vitamin, mineral masing-
masing mempunyai peran terhadap peningkatan fungsi kognitif seseorang.
Seseorang yang sedang menjalani diet tentunya harus memperhatikan asupan
nutrisi yang ia konsumsi setiap hari agar tidak terjadi penurunan fungsi kognitif
dikarenakan sel-sel otak yang kekurangan nutrisi untuk berkembang30.
5 Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit yang diderita seseorang tentunya mempunyai pengaruh
terhadap fungsi kognitif. Seperti pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT2)
memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap gangguan kognitif. Hal ini juga
berkaitan dengan adanya penyakit gangguan vaskular. Faktor resiko dari
gangguan vaskular lainnya seperti obesitas, merokok, hipertensi juga
meningkatkan penurunan kognitif31.
6 Riwayat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang mempunyai pengaruh terhadap fungsi kognitif
dikarenakan selama menjalani proses pendidikan, tentunya seseorang
mempelajari hal baru yang menyebabkan terbentuknya ingatan baru yang masuk
pada hipokampus dan menyebabkan tersimpannya informasi atau pembelajaran
baru tersebut sebagai memori jangka panjang yang akhirnya akan permanen
disimpan oleh otak31.
16
2.1.12. Montreal Cognitive Assesment (MoCA)
Montreal Conigitive Assesment (MoCA) merupakan pemeriksaan skrining untuk
menilai defisit kognitif. Tes MoCA berguna untuk mendeteksi penurunan kognitif
ringan dalam berbagai kondisi meliputi penyakit Alzheimer, Vaskular Cognitive
Impairment, penyakit Parkinson, Lewy Body, Fronto-temporal dementia, multiple
sclerosis, Huntington disease, tumor otak, ALS, sleep apnea, gagal jantung,
penyalahgunaan zat, skizofrenia, HIV, dan trauma kepala32.
Tes MoCA pertama kali diciptakan oleh seorang spesialis neurologi dari
University of Shaerbrooke, Quebec yang kemudian menyelesaikan penelitianya dalam
bidang Cognitive Neurology / Neurobehavior di Universitas California, Los Angeles
bernama Ziad Nasreddine pada tahun 1996. Sejak tahun 1992 hingga 2000, tes MoCA
telah melewati banyak versi dan penyesuaian sampai tervalidasi pertama kalinya di
tahun 2000 setelah didapatkan hasil penelitian yang sangat bagus terhadap beberapa
kelompok subjek yang dirujuk ke klinik memori dan telah diklasifikasikan mengalami
gangguan kognitif berdasarkan penilaian standar emas neuropsikologis32.
Pada tahun 2003, setelah menganalisis hasil penelitian di tahun 2000, beberapa
element dari tes MoCA lebih di optimalkan dan studi validasi terbaru pada tes tersebut
akhirnya selesai di tahun 2003 hingga 2004. Sejak tervalidasi, mulai banyak
bermunculan penelitian oleh para ahli di seluruh dunia yang menerjemahkan,
menyesuaikan, dan memvalidasi tes MoCA dalam berbagai perbedaan linguistik,
budaya, dan pendidikan di Negara masing-masing32
17
3 Bahasa: menyebutkan 3 nama binatang (singa, unta, badak ; 3 poin), mengulang
2 kalimat (2 poin), kelancaran berbahasa (1 poin)
4 Delayed recall: menyebutkan 5 kata (5 poin), menyebutkan kembali setelah 5
menit (5 poin)
5 Atensi: menilai kewaspadaan (1 poin), mengurangi berurutan (3 poin), digit
fordward and backward (masing-masing 1 poin)
6 Abstaksi: menilai kesamaan suatu benda (2 poin)
7 Orientasi: menilai menyebutkan tanggal, bulan, tahun, hari, tempat dan kota
(masing-masing 1 poin).
Gangguan Irama
Sirkadian
Gangguan Tidur
Penurunan
Kualitas Tidur
18
2.5 Kerangka konsep
Pittsburgh Montreal
Sleep Cognitive
Quality Kualitas Tidur Fungsi Kognitif Assesment
Index versi
(PSQI) Indonesia
(MoCA-
Ina)
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
20
3.4.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Memiliki riwayat penyakit sistem saraf pusat
- Penderita gangguan metabolik
- Penderita gangguan depresi berat
- Sedang dalam penggunaan obat psikotropika
n= Zα2pq
d2
N=n
P
Dimana n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
p = sensitivitas tes Phalen dari penelitian sebelumnya
q = 1-p (proporsi pekerja yang tidak melakukan
gerakan berulang) Zα= nilai pada distribusi
normal standar
d = limit error
21
3.6 Alur Penelitian
Alur dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
22
3.7 Cara Kerja
Cara kerja dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. …
23
Profesi Kegiatan utama Wawancara Kuesioner 0 - Dokter
Pekerjaan yang dilakukan 1 - Perawat
responden dan 2 - Analis Lab
mendapat 3 - Radiografer
penghasilan 4 - Apoteker
atas kegiatan
tersebut serta
masih
dilakukan pada
saat di
wawancarai.
24
Referensi
1. Carskadon M, Dement, W. Normal human sleep: An overview. In M
Kryger, TRoth, W Dement (eds). Principles and Practice of Sleep
Medicine, 3rd edn. Philadelphia:WB Saunders 2000;15-25.
2. Bush, A. L., Armento, M. E. A., Weiss, B. J., Rhoades, H. M., Novy,
D. M., Wilson, N. L., Kunik, M. E. and Stanley, M. A. 2012, 'The
Pittsburgh Sleep Quality Index in older primary care patients with
generalized anxiety disorder: Psychometrics and outcomes following
cognitive behavioral therapy', Psychiatry Research. Elsevier, vol. 199,
no. 1, pp. 24–30. doi: 10.1016/j.psychres.2012.03.045
3. Fachlefi, S., and A. S. Rambe. “Hubungan Kualitas Tidur Dan Fungsi
Kognitif Siswa MAN Binjai”. SCRIPTA SCORE Scientific Medical
Journal, vol. 3, no. 1, Aug. 2021, pp. 8-16,
doi:10.32734/scripta.v3i1.5351.
4. Center for Disease Control and Prevention (CDC). 2020, Data and
Statistics - Sleep and Sleep disorder. accessed 26 Januari 2023,
available at: https://www.cdc.gov/sleep/data_sta tistics.html
5. Roestam, Ambar W; Sulistomo, Astrid; Nugroho, Andriarto.”
HUBUNGAN POLA KERJA GILIR (2 SHIFT DAN 3 SHIFT)
DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PERAWAT DI DUA
RUMAH SAKIT MILITER JAKARTA (SUATU STUDI
MENGGUNAKAN KUESIONER PSQI)”. Vol 68 No 1 (2018):
Journal of the Indonesian Medical Association Majalah Kedokteran
Indonesia.
6. Flo E, Pallesen S, Magerøy N, Moen BE, Grønli J, Nordhus IH, et al.
Shift work disorder in nurses - assessment, prevalence and related
health problems. PLoS One. 2012;7(4).
7. Booker LA, Magee M, Rajaratnam SMW, Sletten TL, Howard ME.
Individual vulnerability to insomnia, excessive sleepiness and shift
work disorder amongst healthcare shift workers. A systematic review.
25
Vol. 41, Sleep Medicine Reviews. 2018. p. 220–33.
8. Maquet P. The role of sleep in learning and memory. Vol. 294,
Science. 2001. p. 1048–52.
9. Klumpers, U. M. H., Veltman, D. J., van Tol, M.-J., Kloet, R. W.,
Boellaard, R., Lammertsma, A. A. and Hoogendijk, W. J. G. 2015,
'Neurophysiological Effects of Sleep Deprivation in Healthy Adults, a
Pilot Study', Plos One, vol. 10, no. 1, p. e0116906. doi:
10.1371/journal.pone.0116906
10. Buysse, D., Reynolds, C. F., Monk, T.H., Berman, S. R., Kupfer, D. J.
The Pittsburgh Sleep Quality Index: A New Instrument for Psychiatric
Practice and Research. Psychiatric Research.1989.28 (2) : 193-213.
11. f
12. Husein,N Lumempow S, Ramli Y, Herqutanto. Uji validitas dan
Reliabilitas Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MoCA-
INA) untuk skrining gangguan fungsi kognitif.
Neurona;2010;27(4):15-21
13. Laposky AD, Bass J, Kohsaka A, Turek FW. Sleep and circadian
rhythms: key components in the regulation of energy metabolism.
FEBS Lett. 2008 Jan 9;582(1):142-51. doi:
10.1016/j.febslet.2007.06.079. Epub 2007 Aug 14. PMID: 17707819.
14. Brzezinski A, Vangel MG, Wurtman RJ, Norrie G, Zhdanova I, Ben-
Shushan A, Ford I. Effects of exogenous melatonin on sleep: a meta-
analysis. Sleep Med Rev. 2005 Feb;9(1):41-50. doi:
10.1016/j.smrv.2004.06.004. PMID: 15649737.
15. Gronfier C, Brandenberger G. Ultradian rhythms in pituitary and
adrenal hormones: their relations to sleep. Sleep Med Rev 1998;2:17–
29
16. Ishida, A., Mutoh, T., Ueyama, T., Bando, H., Masubuchi, S.,
Nakahara, D., Tsujimoto, G., & Okamura, H. (2005). Light activates
the adrenal gland: timing of gene expression and glucocorticoid
release. Cell metabolism, 2(5), 297–307.
https://doi.org/10.1016/j.cmet.2005.09.009
26
17. Maslim, Rusdi. (2003). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa :
Rujukan Ringkas dari PPDGJ - III . Jakarta: Ilmu Kedokteran Jiwa FK
Unika Atma Jaya.
18. American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical
manual of mental disorders (5th ed.).
https://doi.org/10.1176/appi.books.9780890425596
19. Sateia MJ. International classification of sleep disorders-third edition
highlights and modifications. Chest. 2014;146(5):1387–94.
20. Nelson KL, Davis JE, Corbett CF. Sleep quality: An evolutionary
concept analysis. Nurs Forum. 2022;57(1):144–51.
21. National Sleep Foundation.What is Sleep Quality?; 2020. accessed 26
Januari 2023, available at: https://www.thensf.org/what-is-sleep-
quality/#:%7E:text=How%20Do%20You%20Measure%20Good,the
%20sleep%20you%20are%20getting
22. Ohayon M, Wickwire EM, Hirshkowitz M, Albert SM, Avidan A,
Daly FJ, et al. National Sleep Foundation’s sleep quality
recommendations: first report. Sleep Heal. 2017;3(1).
23. Chan MF. Factors associated with perceived sleep quality of nurses
working on rotating shifts. J Clin Nurs. 2009;18(2).
24. Yuana, M dan Basuki, H. Hubungan Kehilangan Gigi Dengan Fungsi
Kognitif Pada Lansia. Jurnal Keperawatan Medika. 2022; 1(1): 18-27
25. Amirudin, M dan Amalina, I. Pemetaan Fungsi Kognitif Siswa SMP
DENGAN Menggunakan Feuerstein’s Instrumental Enrichment.
Jurnal Riset Pendidikan dan Inovasi Pembelajaran Matematika. 2018;
2(1): 30-39
26. Chamidah. (2013). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta:
Rineka Cipta
27. Bahrudin M. (2011). Pemeriksaan Klinis di Bidang Penyakit Syaraf.
Malang: AMM Press
28. Schmiedek, F., Lovden, M., & Lindenberger, U. Hundred days of
cognitive training enhance broad cognitive abilities in adulthood:
findings from the COGITO study. 2010; 2(1): 1-10
27
29. Muzamil MS, Afriwardi, Martini RD. Hubungan antara Tingkat
Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif pada Usila di Kelurahan Jati
Kecamatan Padang Timur. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(2): 202-
205
30. Al Rasyid, I., Syafrita, Y. and Sastri, S. Hubungan Faktor Risiko
dengan Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia Kecamatan Padang Panjang
Timur Kota Padang Panjang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(1):
40-50
31. Ismaya, M., Kusumawati, R., dan Murti, B. Hubungan Hipertensi
dengan Gangguan Fungsi Kognitif pada Lansia di Posyandu Lansia
Binaan Puskesmas Ngoresan, Surakarta. Nexus Kedokteran
Komunitas. 2017; 6(2): 33-44
32. Carolien J. W. H. Bruijnen, Mandy Jansen, Boukje A. G. Dijkstra,
Serge J. W. Walvoort, Selma Lugtmeijer, Wiebren Markus, Cor A. J.
De Jong & Roy P. C. Kessels. The Montreal Cognitive Assessment
(MoCA) as a cognitive screen in addiction health care: A validation
study for clinical practice. Journal of Substance Use. 2019: 24(1): 47-
54
33. Panentu, D dan Irfan, M. Uji Validitas dan Reliabilitas Butir
Pemeriksaan Dengan Montreal Cognitive Assesment Versi Indonesia
(MoCA-INA) pada Insan Pasca Stroke Fase Recovery. Jurnal
Fisioterapi. 2013: 13(1): 55-67
34. Notoadmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
28