Anda di halaman 1dari 4

Masa Depan dan Etika Profesi Penegak Hukum di Tengah

Abad Milenial

Nama Kelompok
Nama : 1. Andry Pramono (2101010041)
2. Baiq Anna Naura Nazifa (2101010023)
Kelas : A ilkom
Smester : 4 (Empat)

Universitas Bumigora, Fakultas Teknik,


Prodi Ilmu Komputer.
T.A 2022/2023
A. Masalah

Mengamati perilaku hukum di Indonesia saat ini, memang begitu sulit untuk
membayangkan masa depan negeri ini. Cita-cita memberantas korupsi seringkali hanya manis
di bibir. Keadilan tidak lagi dijadikan pedoman. Bila kita mahasiswa yang menjiwai
kehukuman, tentu kita turut resah dan kritis melihat penyakit kronis yang sedang dilanda oleh
ibu pertiwi ini. Keadilan hukum yang mudah dipermainkan, dan merupakan sederet fakta
yang semakin menyuramkan wajah masa depan negeri ini.

Hati nurani para penguasa politik sudah dipertukarkan dengan uang.Ada plesetan sila
kita yang pertama bukanlah Ketuhanan yang Maha Esa, akan tetapi Keuangan Yang
Maha Esa (sebuah plesetan yang tersebar di masyarakat). Semakin banyak orang percaya
bahwa harapan masa depan negeri yang mampu menciptakan kesejahteraan, kecerdasan,
rasa aman, damai, keadilan, dan seterusnya adalah mimpi di siang bolong. Politik tidak
lagi dibimbing oleh moralitas dan kepentingan bangsa. Politik lebih digerakkan oleh
kepentingan pribadi dan golongan yang mematikan kepentingan bangsa.

B. Tinjauan Teori Etika Profesi Yang Relevan

Berbagai fakta terlihat begitu mencolok apa yang dapat dilihat bahwa negeri ini
banyak dikendalikan oleh penguasa dan pengusaha. Keadilan bahkan bisa di perjual
belikan. Koruptor pun bisa diringankan hukumannya bahkan dibebaskan dengan mudah
bila ia bisa “mengambil hati” aparatur negara. Apabila kasus korupsi sudah menjangkiti
semangat peradilan di negeri ini, hukum bisa di permainkan sesuka hati. Lalu kita bertanya
dengan alasan seperti apa bisa membayangkan masa depan hukum di Indonesia. Semuanya
serba suram dan gelap. Semua kasus hukum di negeri ini bersangkut paut dengan keadilan.
Begitu banyak masalah ketaatan hukum di negeri kita menyangkut rasa ketidak adilan ini.

Kasus yang menyangkut orang-orang kuat, kita dapat melihat bahwa keadilan sangat
sulit untuk ditegakkan. Tentu saja menegakkan keadilan bukan hanya menegakkan hukum,
tetapi berhubungan juga dengan moralitas. Hukum harus dijalankan seiring dengan
moralitas publik. Menegakkan keadilan memang bak meluruskan benang basah. Namun
mitos ini harus kita taklukkan.Semua bisakita realisasikan bila semua kalangan bersepakat
melawan ketidak adilan/ penindasan.Hukum dan moralitas ada, tapi sering dianggap tiada.
Puluhan undang–undang dan ketetapan di cari-cari sisi lemahnya lalu diperdaya. Yang
kuat selalu menang dan yang kecil harus kalah.

Hukum hanya berlaku bagi kalangan bawah saja tetapi tidak berlaku untuk
kalangan atas. Masih hangat di telinga kita, lembaga perwakilan rakyat tengah dilanda
penyakit kronis dan kritis. Lembaga yang kita percayai justru malah menyakiti dirinya bahkan
rakyatnya. Tega-teganya para pejabat negeri ini menyakiti rakyatnya sendri, beginilah realita
keadilan hukum di negeri ini. Ditegakkan apabila menguntungkan penguasa dan sebaliknya
keadilan hukum diabaikan karena dianggap menggangu kepentingan politik penguasa.
C. Pembahasan (Implikasi dan Solusi)

Masa depan dan etika profesi penegak hukum di tengah abad milenial menghadapi
berbagai implikasi dan tantangan yang perlu diatasi dengan solusi yang tepat. Berikut adalah
beberapa implikasi dan solusi yang mungkin perlu dipertimbangkan:

➢ Implikasi:

a. Teknologi dan Globalisasi: Kemajuan teknologi dan globalisasi telah mengubah


lanskap hukum secara signifikan. Penegak hukum harus memahami bagaimana
teknologi dan globalisasi dapat mempengaruhi pekerjaan mereka.

b. Perubahan Iklim: Perubahan iklim dapat mempengaruhi tingkat kejahatan, sehingga


penegak hukum harus mempertimbangkan bagaimana untuk mengatasi tantangan ini.

c. Diversitas: Dalam masyarakat yang semakin beragam, penegak hukum perlu


mempertimbangkan perbedaan budaya dan nilai-nilai dalam menangani kasus-kasus
yang kompleks.

➢ Solusi:

1. Pelatihan dan Pendidikan: Pelatihan dan pendidikan yang tepat akan membantu
penegak hukum memahami perubahan dan kemajuan teknologi dan globalisasi serta
meningkatkan pemahaman mereka tentang etika dan nilai-nilai profesional.

2. Kolaborasi: Penegak hukum harus mengembangkan kemitraan dengan komunitas


lokal, organisasi masyarakat sipil, dan institusi lain untuk memperkuat sistem
keamanan dan keadilan.

3. Penerapan Hukum yang Adil: Penegak hukum harus memastikan bahwa hukum
diterapkan secara adil dan setara tanpa diskriminasi.

4. Kesadaran Lingkungan: Penegak hukum harus meningkatkan kesadaran tentang


perubahan iklim dan bekerja sama dengan masyarakat untuk mengatasi dampaknya
pada tingkat kejahatan.

5. Inovasi: Penegak hukum harus menggunakan inovasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam menangani kasus-kasus dan memperkuat sistem keamanan dan
keadilan. Misalnya, penggunaan teknologi dalam pengumpulan dan analisis bukti dapat
membantu mempercepat proses hukum.

D. Kesimpulan
Sebagai sebuah kesimpulan, dapat dikatakan bahwa masa depan profesi penegak hukum di
tengah abad milenial akan diwarnai dengan perubahan yang signifikan. Di satu sisi, teknologi
dan digitalisasi akan memainkan peran penting dalam cara penegakan hukum dilakukan,
termasuk dalam hal mengumpulkan bukti dan memproses informasi. Namun, di sisi lain,
tantangan etis akan semakin kompleks dan membutuhkan penanganan yang cermat.
Profesi penegak hukum harus mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi dan
memahami konsekuensi etis dari penggunaannya. Selain itu, mereka juga harus
mempertimbangkan pengaruh sosial, politik, dan ekonomi pada penegakan hukum. Dalam hal
ini, integritas, transparansi, dan akuntabilitas akan menjadi prinsip inti dalam menjalankan
tugas mereka.
Oleh karena itu, penegak hukum harus terus memperkuat keterampilan teknis dan etika
mereka, serta terus belajar dan mengembangkan diri agar mampu menjawab tantangan dan
tuntutan masa depan. Dengan cara ini, mereka dapat memenuhi harapan masyarakat untuk
memberikan keadilan dan menjaga keamanan serta ketertiban dalam masyarakat secara
profesional dan bertanggung jawab.

E. Daftar Pustaka
Wibisono, Y. (2018). Krisis Keadilan Hukum Indonesia dan Solusinya. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Wahab, M. A. (2019). Politik Hukum Indonesia: Dinamika Demokrasi dan Keadilan.
Jakarta: Kencana.
Mulyadi, A. (2019). Problematika Hukum dan Keadilan di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sudaryanto, A. (2018). Reformasi Keadilan Hukum di Indonesia: Tantangan dan Prospek.
Jakarta: Rajawali Pers.
Mustofa, A. (2019). Keadilan Hukum di Indonesia: Antara Harapan dan Realitas.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai