Anda di halaman 1dari 5

3. a.

Tujuan SDG’s ke 8 terkait dengan produktivitas tenaga kerja, sebagai berikut:


1. Memelihara pertumbuhan ekonomi perkapita sesuai dengan situasi nasional
dan, khususnya, setidaknya mempertahankan 7 persen pertumbuhan produk
domestik bruto pertahunnya di negara-negara kurang berkembang
2. Mencapai level yang lebih tinggi untuk produktivitas ekonomi melalui
disertifikasi, peningkatan mutu teknologi dan inovasi, termasuk melalui fokus
terhadap sektor-sektor yang mempunyai nilai tambah lebih dan padat karya
3. Mendorong kebijakan yang berorientasi pembangunan yang mendukung
aktivitas-aktivitas produktif, penciptaan lapangan kerja, kewirausahaan,
kreativitas dan inovasi, dan mendorong pembentukan dan pertumbuhan usaha
mikro, kecil dan menengah, termasuk melalui akses terhadap layanan
pendanaan/permodalan
4. Memperbaiki secara progresif, sampai tahun 2030, efisiensi sumberdaya
global dalam hal konsumsi dan produksi dan berupaya untuk memisahkan
pertumbuhan ekonomi dari degradasi lingkungan, sesuai dengan kerangka
kerja 10 tahun program tentang konsumsi dan produksi yang berkelanjutan,
dengan dipelopori negara- negara maju
5. Pada tahun 2030, mencapai ketenagakerjaan secara penuh dan produktif dan
pekerjaan yang layak bagi seluruh perempuan dan laki-laki, termasuk untuk
kaum muda dan orang dengan disabilitas, juga kesetaraan upah bagi pekerjaan
yang mempunyai nilai yang sama
6. Pada tahun 2020, secara substansial mengurangi proporsi usia muda yang
tidak bekerja, tidak berpendidikan atau terlatih
7. Mengambil langkah-langkah segera dan efektif untuk mengentaskan kerja
paksa, mengakhiri perbudakan modern dan perdagangan manusia dan
menegakkan larangan dan eliminasi bentuk terburuk dari tenaga kerja anak,
termasuk perekrutan dan pemanfaatan serdadu anak, dan pada tahun 2025
mengakhiri segala bentuk tenaga kerja anak
8. Mellindungi hak-hak pekerja dan mendukung lingkungan kerja yang aman
bagi seluruh pekerja, khususnya bagi perempuan buruh migran, dan pekerja
dalam situasi genting
9. Pada tahun 2030, merancang dan mengimplementasikan kebijakan yang
mendukung turisme yang berkelanjutan yang dapat menciptakan lapangan
kerja sekaligus mendukung budaya dan produk lokal
10. Menguatkan kapasitas institusi keuangan domestik untuk mendorong dan
melauskan akses terhadap perbankan, asuransi dan layanan pendanaan untuk
semua

 Meningkatkan Bantuan untuk Perdagangan (Aid for Trade) untuk negara-negara


berkembang, terutama negara kurang berkembang, termasuk melalui Kerangka
Kerja Terintegrasi yang Diperluas untuk Bantuan Teknis Terkait Perdagangan bagi
Negara-negara Kurang Berkembang
 Pada tahun 2020, mengembangkan dan mengoperasionalkan strategi global bagi
angkatan kerja muda dan mengimplementasikan Pakta Kerja Global milik
Organisasi Buruh Internasional (ILO)

Kondisi yang ada di Indonesia berdasarkan isi tujuan SDG’s ke 8 yang berkaitan
dengan produktivitas tenaga kerja berisi tentang bagaimana cara meningkatkan
produktivitas tenaga kerja tentang membangun usaha yang kreatif dan inovatif,
yaitu dengan memanfaatkan peluang pekerja masa depan untuk mendorong
pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan serta kesempatan kerja penuh dan layak
bagi semua. Fokus utamanya adalah merancang berbagai strategi untuk
menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produktivitas dan kemampuan
beradaptasi terhadap perubahan teknologi yang sangat pesat, terutama pada industry
4.0, serta menyiapkan tenaga kerja untuk pekerjaan dimasa depan. Pemerintah
Indonesia telah melaksanakan berbagai strategi guna mendorong pertumbuhan yang
inklusif, termasuk dengan meningkatkan investasi di proyek-proyek padat karya di
sektor-sektor yang bernilai tambah tinggi dan sumber- sumber pertumbuhan baru
seperti pariwisata, ekonomi kreatif dan ekonomi digital, memperbaiki iklim
investasi dan ketenagakerjaan, serta menumbuhkan kewirausahaan.
c. – Kebutuhan fisik minimum

per hitungan upah minimum berdasarkan kebutuhan fisik minimum yang


terdiri dari lima pokok kebutuhan, Yaitu:

1. Makanan dan Minuman


2. Bahan bakar, penerang dan penyejuk
3. Perumahan dan alat dapur
4. Pakaian
5. Lain-Lain
Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) tersebut dihitung untuk :
a. Pekerja/ buruh lajang
b. Pekerja/Buruh + isteri (K-0)
c. Pekerja/Buruh + isteri 1 (satu) orang anak (K-1)
d. pekerja/buruh + isteri + 2 (dua) orang anak (K-2)
e. pekerja/buruh + isteri + 3 (tiga) orang anak (K-3)

Penentuan nilai KFM dilakukan oleh DPPD melalui penelitian harga-harga pada
pasar-pasar tradisional yang di lakukan sekali dalam sebulan untuk wilayah DKI Jakarta
dan sekali dalam 3 bulan untuk wilayah propinsi lain. DPPD kemudian menyampaikan
hasil kajian KFM dan kesimpulannya mengenai upah minimum kepada Gubernur, untuk
kemudian direkomendasikan kepada Menteri Tenaga Kerja. Dewan Penelitian Pengupahan
Nasional (DPPN) kemudian meneliti rekomendasi dari para Gubernur sebelum ditetapkan
oleh Menteri Tenaga Kerja menjadi ketentuan Upah Minimum.

- UMR (Upah Minimum Regional)


Upah Minimum Regional (UMR) adalah standar minimum upah yang harus
diterima oleh para pekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak
dalam waktu satu bulan.
Dalam penetapan UMR (Upah Minimum Regional) haruslah berdasarkan pada hasil
suatu observasi atau surve tentang kebutuhan hidup layak (KHL) yang dalam hal ini
dilakukan oleh perwakilan dari perserikatan para pengusaha (pelaku ekonomi),
pihak pemerintahan, para pekerja dan yang terakhir yaitu para pihak yang netral
yang dalam hal ini berasal dari akademisi atau Mahasiswa.

Dalam penetapan Upah Minimum Regional harus berdasarkan pada hasil survey
KHL (Kebutuhan Hidup Layak) yang dilakukan oleh Dewan Pengupahan yang
terdiri dari perwakilan serikat pekerja, pengusaha, pemerintah, dan pihak netral
yang berasal dari akademisi. Dalam hal ini, Kebutuhan Hidup Layak (KHL) telah
diatur pada Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
penetapan standart tentang Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah landasan dasar
dalam menetapkan kebijakan tentang Upah Minimum Regional (UMR).
Dari data Umr pada tahun 2013-2015 perprovinsi diindonesia menunjukkan Umr
yang paling tinggi berada pada daerah DKI Jakarta dan Umr terendah pada daerah
Nusa Tenggara Timur.

d. Dari data Sakernas tahun 2019 dapat dilihat bahwa penduduk berumur 15 tahun keatas
yang bekerja di sektor pertanian di Indonesia sebanyak 35.416.921 jiwa. Provinsi
dengan jumlah penduduk yang bekerja di sector pertanian tertinggi adalah Jawa Timur
sebanyak 6.349.981 jiwa, sedangkan yang terendah adalah Provinsi Kalimantan Utara
yaitu sebanyak 69.210 jiwa. Jawa Timur menjadi daerah dengan jumlah penduduk
yang bekerja di pertanian paling banyak, karena faktor bentuklahan yang kebanyakan
vulkanik sehingga tanahnya subur dan cocok untuk pertanian (tanaman pangan,
horticultural, perkebunan, perternakan). Sementara itu Kalimantan Utara mempunyai
bentuklahan yang kurang mendukung untuk sektor pertanian, sehingga hanya sedikit
penduduknya yang bekerja di sektor pertanian.

e. Ketertarikan kaum milenial bekerja di sektor pertanian ini perlu ditingkatkan karena
sektor ini menjadi salah satu kunci dalam kedaulatan pangan di Indonesia. Generasi
milenial yang memiliki kreativitas seharusnya mampu mengemas sektor pertanian
menjadi lebih modern. Tentunya pemerintah juga menjadi faktor dalam pengembangan
daya tarik sektor pertanian seiring dengan perkembangan teknologi digital. Analisis
lebih menarik dilakukan berdasarkan jenis kelamin. Pada tahun 2017, sebagian besar
perempuan milenial cenderung bekerja sebagai tenaga usaha jasa dan tenaga penjualan,
yaitu sebesar 32,78 persen. Sementara itu, laki-laki milenial lebih banyak bekerja
sebagai pekerja kasar, yaitu sebesar 23,60 persen, sedangkan yang bekerja sebagai
usaha jasa dan tenaga penjualan ada sebesar 19,70 persen.

Anda mungkin juga menyukai