Anda di halaman 1dari 17

DISUSUN OLEH

NAMA : MISERDIANI NAZARA, S.Kep.,Ns

PANGKAT/GOLONGAN : Penata Muda/III/a

NIP : 199311102020122005

PENGAMPU MATERI : Dr. HIRONYMUS GHODANG, S.Pd.,M.Si.,CA

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

PROVINSI SUMATERA UTARA

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penulis merupakan CPNS angkatan 2019 di UPTD RS KELAS D PRATAMA
Kabupaten Nias Utara. Penulis merupakan perawat ahli pertama yang pada awal
pengangkatan ditugaskan menjadi perawat fungsional di ruang UGD tetapi setelah beberapa
bulan kemudian ditugaskan menjadi anggota tim SPI (Satuan Pemeriksa Internal) rumah sakit
hingga saat ini.
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perseorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat (Depkes RI, 2009). UPTD Rumah Sakit Kelas D Pratama merupakan
satu-satunya rumah sakit pemerintah di Kabupaten Nias Utara. Diresmikan pada Maret 2019
rumah sakit Pratama memiliki beberapa ruangan/unit untuk menunjang tata kelola rumah sakit
yang baik dalam rangka penyelenggaraan kesehatan yang bemutu dan menjamin pelaksanaan
hak dan kewajiban rumah sakit dan pasien. Diantaranya ruang UGD, ruang Farmasi, ruang
Laboratorium, ruang Rekam Medik, ruang Poliklinik, ruang Rawat Inap, ruang VK, ruang
Isolasi, unit Kasir, unit Gizi dan unit Laundry. Untuk memastikan terlaksananya tata kelola
rumah sakit yang baik, dilakukan pemantauan dan pemeriksaan melalui pemeriksa internal
rumah sakit oleh Satuan Pemeriksa Internal (SPI) rumah sakit.
Pemeriksa internal rumah sakit merupakan salah satu kegiatan manajemen rumah sakit
yang penting dalam rangka mewujudkan tata kelola rumah sakit yang baik. Kegiatan
pemeriksaan internal meliputi pelaksanaan manajemen pelayanan, penunjang, umum dan
sumber daya manusia. Rumah sakit Pratama dipimpin oleh seorang Direktur yang bernama dr.
Warisman Lahagu, M.Kes.
Selama ditugaskan menjadi salah satu pemeriksa internal rumah sakit, ada beberapa
temuan permasalahan yang sering terjadi saat ini di UPTD RS Kelas D Pratama Kabupaten
Nias Utara antara lain :

Permasalahan 1 : Belum optimalnya penerapan 6 langkah cuci tangan pada penjaga


dan pembesuk pasien di lingkungan UPTD RS Kelas D Pratama. Salah satu penerapan
protokol kesehatan di lingkungan UPTD RS Kelas D Pratama adalah mencuci tangan, ini
merupakan hal wajib yang harus dilakukan oleh setiap orang termasuk penjaga dan pembesuk
pasien di area lingkungan rumah sakit.
Data diperoleh berdasarkan kunjungan pasien selama 3 (tiga) bulan terakhir
Tabel 1.1
Jumlah kunjungan pasien RS Pratama
Bulan Kunjungan
Januari 245
Februari 182
Maret 188
Sumber : data pasien RS Pratama tahun 2022

Gambar : wastafel ruang UGD

Gambar : wastafel lobi utama


Sumber : Dokumentasi pribadi
Dari data dan dokumentasi diatas menunjukkan bahwa yang melakukan cuci tangan kurang
dari 50% setiap bulannya. Terbukti dari air dan sabun yang terdapat pada setiap wastafel di
tempat cuci tangan pengunjung dalam sehari tidak habis terpakai. Hal ini menunjukkan bahwa
masih belum optimalnya penerapan 6 langkah cuci tangan pada penjaga dan pembesuk pasien
di lingkungan UPTD RS Kelas D Pratama. Penjaga dan pembesuk pasien sangat jarang
melakukan tindakan mencuci tangan setelah berinteraksi dengan pasien dan akan
mengakibatkan resiko tinggi penularan penyakit kepada orang lain.
Permasalahan 2 : Belum optimalnya pengisian setiap file rekam medis pasien oleh
petugas medis di lingkungan UPTD RS Kelas D Pratama. Pengisian file rekam medis
pasien adalah bagian dari kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap petugas medis, baik
dokter, perawat, bidan, apoteker dan nutrisionis. Tapi kenyataan di lapangan masih banyak
petugas yang tidak optimal dalam melengkapi file pasien bahkan sampai pasien pulang.

Gambar: file resume pasien yang belum dilengkapi dokter

Gambar : file pengkajian UGD yang tidak lengkap

Gambar: screenshot wa grup manajemen RS Pratama


Berdasarkan pernyataan penanggungjawab rekam medik yang selalu mengeluhkan hal
tersebut sering sekali terjadi dan terbukti dengan file-file pasien yang belum terisi lengkap.
Hal ini mengakibatkan petugas rekam medik yang seharusnya merekap data pasien tapi
akhirnya mengembalikan file pasien tersebut kepada petugas/unit terkait untuk diselesaikan.

Permasalahan 3 : Kurangnya kepedulian akan pemilahan sampah infeksius dan non


infeksius di ruang UGD dan rawat inap UPTD RS Kelas D Pratama. Proses pemilahan
sampah infeksius dan non infeksius adalah hal penting di rumah sakit khususnya terkait
dengan program PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi). Seyogianya setiap petugas
terkhusus petugas medis sudah dibekali dengan pengetahuan akan perbedaan setiap
sampah/limbah infeksius dan non infeksius di rumah sakit. Tetapi di unit kerja masing-masing
petugas masih sering acuh akan pemilahan sampah ini. Pemilahan sampah berperan penting
untuk mencegah terpaparnya petugas medis dan non medis dari penyakit menular pasien.
Kurangnya kepedulian petugas akan mengakibatkan pencemaran lingkungan dan resiko tinggi
petugas terinfeksi penyakit menular.

Gambar 6 : tempat sampah infeksius Gambar 7 : safety box yang dibiarkan terbuka
yang tercampur dengan sampah non infeksius
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Berdasarkan data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa masih sering ditemukan sampah-
sampah yang tidak berada pada tempat yang sudah disediakan berdasarkan jenisnya dan
tempat sampah khusus untuk benda tajam dibiarkan terbuka.
Permasalahan 4 : Rendahnya kesadaran dilarang merokok di lingkungan sekitar UPTD
RS Kelas D Pratama. Rumah sakit selain sebagai tempat pelayanan kesehatan, juga menjadi
ruang publik yang bisa dikunjungi oleh siapa saja. Tidak hanya pasien yang sakit, tetapi juga
pengunjung ataupun keluarga pasien yang sedang berobat. Rumah sakit sebagai salah satu
fasilitas kesehatan yang berada di Kabupaten Nias Utara termasuk bagian dari ruang lingkup
Kawasan Tanpa Rokok. Tetapi berdasarkan pengamatan petugas internal rumah sakit,
ditemukan masih rendahnya kesadaraan masyarakat yang berkunjung bahkan masih sering
ditemukannya beberapa petugas yang merokok di area rumah sakit. Hal ini mengakibatkan
lingkungan rumah sakit tercemar akan asap rokok dan meningginya angka kesakitan dan
kematian akibat asap rokok.

Gambar 8: Satpam yang sedang bertugas merokok di area RS


Sumber: Dokumentasi pribadi

Permasalahan 5 : Kurangnya pengetahuan perawat UGD tentang pentingnya pelatihan


BHD (bantuan hidup dasar) di UPTD RS Kelas D Pratama. Pelatihan pemberian BHD
(Bantuan Hidup Dasar) adalah pelatihan dasar yang sudah seharusnya wajib diketahui oleh
setiap petugas yang bertugas di rumah sakit terkhusus petugas yang berada di unit gawat
darurat (UGD). Tujuan pelatihan BHD untuk meminimalisir angka kematian pasien yang
mengalami henti nafas dan henti jantung. Data yang didapatkan berdasarkan pernyataan
perawat UGD dan pihak manajemen rumah sakit yang menyatakan bahwa belum ada perawat
UGD yang pernah mengikuti pelatihan BHD dan dari pihak rumah sakit belum pernah
melakukan pelatihan dasar tersebut untuk petugas gawat darurat. Ini mengakibatkan kurang
optimalnya kemampuan petugas untuk melakukan penyelamatan nyawa pada pasien gawat
darurat.

Gambar: screenshot wa dengan Plh. Kepala Seksi Pelayanan Medis dan Keperawatan

Berdasarkan permasalahan di unit kerja saya, maka diperlukan adanya bentuk upaya
penanggulangan yang invasif, efisien dan efektif agar pelaksanaan manajemen pelayanan,
penunjang, umum dan sumber daya manusia di rumah sakit Pratama Kabupaten Nias Utara
dapat tertangani dan terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Adapun kegiatan yang akan saya lakukan adaah sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan penerapan 6 langkah cuci tangan pada penjaga dan pembesuk pasien di
lingkungan UPTD RS Kelas D Pratama
2. Mengoptimalkan pengisian setiap file rekam medis pasien oleh petugas medis di
lingkungan UPTD RS Kelas D Pratama
3. Peningkatan kepedulian akan pemilahan sampah infeksius dan non infeksius di ruang
UGD dan rawat inap UPTD RS Kelas D Pratama
4. Peningkatan kesadaran dilarang merokok di lingkungan sekitar UPTD RS Kelas D
Pratama.
5. Peningkatan pengetahuan perawat UGD tentang pentingnya pelatihan BHD (Bantuan
Hidup Dasar) di lingkungan UPTD RS Kelas D Pratama

1.2 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi


Tugas pokok tim SPI (Satuan Pemeriksa Internal) berdasarkan Permenkes No. 1045
tahun 2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
1. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan manajemen di setiap unit kerja rumah sakit
2. Melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian, pengelolaan, pemantauan efektivitas
dan efisiensi sistem dan prosedur dalam bidang administrasi (Pelayanan, Sumber Daya
Manusia, Diklat, Sarana dan Prasarana)
3. Melakukan tugas khusus dalam lingkup pengendalian internal yang ditugaskan oleh
Direktur rumah sakit.
4. Memantau pelaksanaan dan ketepatan pelaksanaan tindak lanjut atas laporan tiap unit
kerja di rumah sakit.

Berdasarkan tugas pokok tersebut maka tim SPI (Satuan Pemeriksa Internal) memiliki
fungsi sebagai berikut :
1. Membantu Direktur rumah sakit dalam pemeriksaan internal agar pengelolaan sumber
daya rumah sakit lebih efektif, lebih efisien dan ekonomis untuk dapat menjamin
akuntabilitas kinerja rumah sakit sesuai dengan tujuan organisasi.
2. Memberikan konsultasi, advokasi, pembimbingan dan pendampingan terkait pelaksanaan
kegiatan operasional rumah sakit dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Sesuai dengan jabatan penulis sebagai Perawat Ahli Pertama berdasarkan Surat
Keputusan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Permenpan RB) Nomor 35 tahun 2019 tentang jabatan fungsional perawat ahli pertama.
Tugas pokok perawat ahli pertama adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu;
2. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada keluarga;
3. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada masyarakat;
4. Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/lanjut;
5. Melakukan komunikasi teraupetik dalam pemberian asuhan keperawatan;
6. Melakukan manajemen survailens hais sebagai upaya pengawasan resiko infeksi dalam
upaya preventif dalam pelayanan keperawatan;
7. Melakukan upaya peningkatan kepatuhan kewaspadaan standar pada
pasien/petugas/pengunjung sebagai upaya pencegahan infeksi;
8. Melakukan investigsi dan deteksi dini kejadian luar biasa yang berdampak pada
pelayanan kesehatan;
9. Mengajarkan teknik control infeksi pada keluarga dengan penyakit menular;
10. Merumuskan diagnosis keperawatan dan masalah keperawatan;
11. Membuat prioritas diagnosis keperawatan dan masalah keperawatan;
12. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada individu (merumuskan, menetapkan
tindakan)
13. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada keluarga (merumuskan, menetapkan
tindakan)
14. Melakukan tindakan terapi komplementer/holistic;
15. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi pembedahan pada tahap
pre/intra/post operasi;
16. Memberikan dukungan/fasilitasi kebutuhan spiritual pada kondisi
kehilangan/berduka/menjelang ajal dalam pelayanan keperawatan;
17. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi;
18. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan eliminasi;
19. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi;
20. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur;
21. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri;
22. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan pengaturan
suhu tubuh;
23. Melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu;
24. Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu;
25. Melakukan case finding/deteksi dini/penemuan kasus baru pada individu;
26. Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada individu;
27. Melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien;
28. Melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok;
29. Melakukan peningkatan/penguatan kemampuan sukarelawan dalam meningkatkan
masalah kesehatan masyarakat;
30. Melakukan pendidikan kesehatan pada masyarakat;
31. Melakukan pemenuhan kebutuhan oksigenasi kompleks;
32. Melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi;
33. Melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensorik;
34. Melakukan komunikasi dengan klien yang mengalami hambatan komunikasi;
35. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks pada area medical bedah;
36. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di area anak;
37. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di area maternitas;
38. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di area komunitas;
39. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di area jiwa;
40. Melakukan perawatan luka;
41. Melakukan pemantauan atau penilaian kondisi pasien selama dilakukan tindakan
keperawatan spesifik sesuai kasus dan kondisi pasien
42. Melakukan konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan dokter;
43. Melakukan rehabilitasi mental spiritual pada individu;
44. Melakukan penatalaksanaan manajemen gejala;
45. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu;
46. Melakukan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan keperawatan sebagai ketua
tim/perawat primer;
47. Melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan anatar shift/unit/fasilitas kesehatan;
48. Melakukan pemberian penugasan perawat dalam rangka melaksanakan fungsi ketenagaan
perawat;
49. Melakukan pendokumentasian tindakan keperawatan;
50. Melakukan preseptorship dan mentorship.
BAB II
IDENTIFIKASI ISU DAN PENETAPAN ISU

Berdasarkan latar belakang terdapat 5 (lima) isu permasalahan yang terjadi di unit kerja
saya (UPTD RS KELAS D PRATAMA).
Isu pertama yaitu belum optimalnya penerapan 6 langkah cuci tangan pada penjaga dan
pembesuk pasien di lingkungan UPTD RS Kelas D Pratama. Hasil data yang diperoleh dari
jumlah kunjungan pasien baik yang rawat inap maupun yang rawat jalan mulai dari bulan
Januari-Maret tahun 2022 dan yang melakukan tindakan salah satu protokol kesehatan yaitu
mencuci tangan sebelum dan setelah berinteraksi dengan pasien kurang dari 50%. Hal ini
akan mengakibatkan resiko tinggi penularan penyakit kepada orang lain.
Isu yang kedua adalah belum optimalnya pengisian setiap file rekam medis pasien oleh
petugas medis di lingkungan UPTD RS Kelas D Pratama. Hasil data berupa pernyataan
penanggungjawab rekam medik yang selalu mengingatkan setiap kepala ruangan agar petugas
selalu melengkapi file-file pasien yang belum terisi lengkap sebelum diserahkan kepada pihak
rekam medik. Dan diperkuat dengan data berupa file pasien yang belum diisi lengkap oleh
petugas medis.
Isu yang ketiga adalah kurangnya kepedulian akan pemilahan sampah infeksius dan non
infeksius di ruang UGD dan rawat inap UPTD RS Kelas D Pratama. Hasil data diperoleh dari
pengamatan saat pemeriksaan tim SPI di ruangan baik di ruang UGD maupun ruang rawat
inap. Masih sering ditemukannya sampah-sampah yang tidak berada pada tempat yang sudah
disediakan berdasarkan jenisnya dan tempat sampah khusus untuk benda tajam dibiarkan
terbuka. Hal ini akan mengakibatkan pencemaran lingkungan dan resiko tinggi petugas
terinfeksi penyakit menular.
Isu yang keempat adalah rendahnya kesadaran dilarang merokok di lingkungan sekitar
UPTD RS Kelas D Pratama. Hasil data diperoleh berdasarkan pengamatan petugas internal
rumah sakit yang menemukan beberapa petugas merokok di area rumah sakit. Hal ini
mengakibatkan lingkungan rumah sakit tercemar akan asap rokok dan menyumbang tingginya
angka kesakitan dan kematian akibat asap rokok.
Isu yang kelima adalah Kurangnya pengetahuan perawat UGD tentang pentingnya
pelatihan BHD (bantuan hidup dasar) di UPTD RS Kelas D Pratama. Data diperoleh
berdasarkan pernyataan perawat UGD dan pihak manajemen rumah sakit yang menyatakan
bahwa belum ada perawat UGD yang pernah mengikuti pelatihan BHD dan dari pihak rumah
sakit belum pernah melakukan pelatihan dasar tersebut untuk petugas gawat darurat. Ini
mengakibatkan kurang optimalnya kemampuan petugas untuk melakukan penyelamatan
nyawa pada pasien gawat darurat terutama pada pasien henti nafas dan henti jantung.
Hasil identifikasi isu yang saya temui di UPTD RS Kelas D Pratama Kabupaten Nias
Utara sesuai dengan tupoksi saya sebagai tim SPI (Satuan Pemeriksa Internal).
Untuk menentukan sumber isu dan penyebab isu dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1
Permasalahan, Sumber Isu dan Penyebab di UPTD RS KELAS D PRATAMA
No Isu Sumber Isu Penyebab Isu
1. Belum optimalnya penerapan 6 Pelayanan a. Kebiasaan tidak mencuci
langkah cuci tangan pada penjaga publik tangan sebelum dan setelah
dan pembesuk pasien di berinteraksi dengan pasien
lingkungan UPTD RS Kelas D b. Tidak tersedianya hand
Pratama sanitizer di sekitar ruangan
pasien
c. Kurangnya sosialisasi
kepada penjaga dan
pembesuk pasien akan
pentingnya mencuci tangan
setelah berinteraksi dengan
pasien.
2. Belum optimalnya pengisian Pelayanan a. Petugas belum mendapat
setiap file rekam medis pasien publik sosialisasi untuk pengisian
oleh petugas medis di lingkungan file rekam medis
UPTD RS Kelas D Pratama b. Belum adanya SOP
pengisian dokumen rekam
medis
c. Belum diberlakukannya
punishment apabila petugas
medis tidak melengkapi
dokumen rekam medis
secara lengkap.
3. Kurangnya kepedulian akan Pelayanan a. Faktor kebiasaan petugas
pemilahan sampah infeksius dan publik b. Belum diberlakukannya
non infeksius di ruang UGD dan punishment untuk petugas
rawat inap UPTD RS Kelas D yang membuang sampah
Pratama tidak sesuai tempatnya.
c. Tidak adanya pelabelan
tempat sampah berdasarkan
jenisnya.
4. Rendahnya kesadaran dilarang Pelayanan a. Kebiasaan petugas
merokok di lingkungan sekitar publik merokok selama berada di
UPTD RS Kelas D Pratama area rumah sakit
b. Belum adanya
stiker/spanduk larangan
merokok beserta dasar
hukumnya serta sanksi
yang dikenakan jika
melanggar peraturan
tersebut
c. Belum optimalnya
penyuluhan melalui
promosi kesehatan yang
dilakukan pihak rumah
sakit kepada pasien,
keluarga pasien maupun
petugas atau orang yang
berada di lingkungan
rumah sakit.
5. Kurangnya pengetahuan perawat Pelayanan a. Masih ada perawat yang
UGD tentang pentingnya publik tidak mempunyai
pelatihan BHD (bantuan hidup pengetahuan tentang BHD
dasar) di UPTD RS Kelas D b. Masih ada perawat yang
Pratama tidak pernah mengikuti
pelatihan BHD
c. Kurangnya sosialisasi
tentang pentingnya
pelatihan BHD

Berdasarkan identifikasi isu, sumber isu dan penyebab isu maka untuk menetukan isu
terpilih penulis menggunakan 2 (dua) teknik analisis isu yaitu APKL (Aktual, Problematik,
kekhalayakan dan Kelayakan) merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menguji
kelayakan suatu isu untuk dicarikan solusinya.
Aktual, artinya isu tersebut benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam
masyarakat. Problematik, artinya isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks
sehingga perlu segera dicari solusinya secara komprehensif. Kekhalayakan, artinya isu
tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Dan kelayakan, artinya isu tersebut masuk
akal, realistis, relevan dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.

Tabel 2.2
Analisis isu dengan teknik APKL
Kriteria APKL
No. Isu Keterangan
A P K L
1. Belum optimalnya
penerapan 6
langkah cuci tangan
pada penjaga dan √ √ √ √ Memenuhi
pembesuk pasien di
lingkungan UPTD
RS Kelas D Pratama
2. Belum optimalnya
Tidak
pengisian setiap file √ √ x √
Memenuhi
rekam medis pasien
oleh petugas medis
di lingkungan
UPTD RS Kelas D
Pratama
3. Kurangnya
kepedulian akan
pemilahan sampah
infeksius dan non Tidak
√ √ √ x
infeksius di ruang Memenuhi
UGD dan rawat
inap UPTD RS
Kelas D Pratama
4. Rendahnya
kesadaran dilarang
merokok di
√ √ √ √ Memenuhi
lingkungan sekitar
UPTD RS Kelas D
Pratama
5. Kurangnya
pengetahuan
perawat UGD
tentang pentingnya
√ √ √ √ Memenuhi
pelatihan BHD
(bantuan hidup
dasar) di UPTD RS
Kelas D Pratama

Berdasarkan hasil analisis teknik APKL diatas, dari 5 (lima) isu permasalahan yang ada,
dapat dikatakan bahwa isu atau permasalahan kedua dan ketiga tidak memenuhi kriteria
APKL.
Untuk isu nomor 2 (dua) yaitu belum optimalnya pengisian setiap file rekam medis
pasien oleh petugas medis di lingkungan UPTD RS Kelas D Pratama tidak memenuhi kriteria
APKL dalam unsur K (kekhalayakan). Hal ini dikarenakan permasalahan yang terjadi hanya
sebatas menyangkut kelengkapan administrasi pasien, tidak menyangkut atau berpegaruh
pada diri pasien secara langsung. Untuk itu penulis berkoordinasi langsung dengan
penanggungjawab rekam medik pasien untuk memantau setiap file yang masih belum terisi
lengkap.
Untuk isu nomor 3 (tiga) yaitu kurangnya kepedulian akan pemilahan sampah infeksius
dan non infeksius di ruang UGD dan rawat inap UPTD RS Kelas D Pratama tidak memenuhi
kriteria APKL dalam unsur L (kelayakan). Hal ini dikarenakan permasalahan yang terjadi
sebenarnya setiap petugas khususnya yang berada di ruang pasien sudah memahami betul
jenis sampah-sampah medis dan pemilahan tempat pembuangannya. Hanya saja penulis masih
perlu terus melakukan evaluasi dalam hal pemantauan pemilahan sampah infeksius dan non
infeksius yang dilakukan oleh para petugas diruangan masing-masing.
Untuk isu-isu yang memenuhi kriteria APKL adalah isu nomor 1 (satu) yaitu belum
optimalnya penerapan 6 langkah cuci tangan pada penjaga dan pembesuk pasien di
lingkungan UPTD RS Kelas D Pratama. Untuk isu ini termasuk dalam kriteria APKL karena
Aktual (A) hal ini masih terjadi hingga saat ini, Problematik (P) kebiasaan tidak mencuci
tangan akan berdampak buruk pada orang lain, Kekhalayakan (K) permasalahan ini
menyangkut hajat hidup orang banyak, dan kriteria Layak (L) permasalahan mencuci tangan
sangat realistis terkait dengan penerapan protokol kesehatan di rumah sakit.
Untuk isu nomor 3 (tiga) yaitu rendahnya kesadaran dilarang merokok di lingkungan
sekitar UPTD RS Kelas D Pratama. Untuk isu ini termasuk dalam kriteria APKL karena
Aktual (A) hal ini masih terjadi hingga saat ini, Problematik (P) kebiasaan merokok di
lingkungan sekitar rumah sakit baik pengunjung maupun petugas rumah sakit akan
berdampak buruk pada lingkungan dan orang lain, Kekhalayakan (K) permasalahan ini
menyangkut hajat hidup orang banyak, dan kriteria Layak (L) permasalahan merokok di
lingkungan rumah sakit sangat realistis dan dibutuhkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Untuk isu nomor 5 (lima) yaitu Kurangnya pengetahuan perawat UGD tentang pentingnya
pelatihan BHD (bantuan hidup dasar) di UPTD RS Kelas D Pratama. Untuk isu ini termasuk
dalam kriteria APKL karena Aktual (A) hal ini masih terjadi hingga saat ini, Problematik (P)
isu tersebut termasuk masalah yang kompleks dan sangat perlu dicari solusinya,
Kekhalayakan (K) isu ini sangat menyangkut penyelamatan nyawa pada pasien gawat darurat
terutama pada pasien henti nafas dan henti jantung, dan kriteria Layak (L) isu ini realistis dan
relevan terlebih sangat penting untuk petugas UGD dalam menangani pasien gawat darurat.
Langkah selanjutnya untuk menetapkan skala prioritas masalah adalah dengan
menggunakan teknik USG (urgency, seriousness dan growth). Teknik USG merupakan salah
satu teknik yang digunakan untuk menentukan skala prioritas masalah, yaitu dengan cara
menentukan tingkat urgensinitas masalah, keseriusan masalah dan apabila tidak tertangani
ditentukan dengan menggunakan skala 1-5 untuk tiap-tiap unsur USG yaitu :
1 : Tidak mendesak/serius/berdampak
2 : Kurang mendesak/serius/berdampak
3 : Cukup mendesak/serius/berdampak
4 : Mendesak/serius/berdampak
5 : Sangat mendesak/serius/berdampak
Tabel 2.3
Menentukan skala prioritas masalah dengan teknik USG
Kriteria USG
No Isu Jumlah Rank
U S G
1. Belum optimalnya penerapan 6 langkah cuci
tangan pada penjaga dan pembesuk pasien di
lingkungan UPTD RS Kelas D Pratama
- Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum
5 3 3
dan setelah berinteraksi dengan pasien
32 III
- Tidak tersedianya hand sanitizer di sekitar
4 3 3
ruangan pasien
- Kurangnya sosialisasi kepada penjaga dan
pembesuk pasien akan pentingnya mencuci 4 4 3
tangan setelah berinteraksi dengan pasien.
2. Rendahnya kesadaran dilarang merokok di
lingkungan sekitar UPTD RS Kelas D Pratama
- Kebiasaan petugas merokok selama berada
5 4 2
di area rumah sakit
- Belum adanya stiker/spanduk larangan
merokok beserta dasar hukumnya serta
4 4 3
sanksi yang dikenakan jika melanggar 35 II
peraturan tersebut
- Belum optimalnya penyuluhan melalui
promosi kesehatan yang dilakukan pihak
rumah sakit kepada pasien, keluarga pasien 5 4 4
maupun orang yang berada di lingkungan
rumah sakit
3. Kurangnya pengetahuan perawat UGD tentang
pentingnya pelatihan BHD (bantuan hidup dasar)
di UPTD RS Kelas D Pratama
- Masih ada perawat yang tidak mempunyai
5 5 4
pengetahuan tentang BHD 42 I
- Masih ada perawat yang tidak pernah
5 4 5
mengikuti pelatihan BHD
- Kurangnya sosialisasi tentang pentingnya
5 5 4
pelatihan BHD

Berdasarkan hasil analisis dengan teknik USG diatas, dari 3 (tiga) isu atau permasalahan
dapat dikatakan isu nomor 3 (tiga) adalah isu prioritas utama karena memiliki skor tertinggi
yaitu 42 dengan rincian Urgen (15), Keseriusan (14) dan Perkembangan isu (13). Oleh karena
itu isu yang terpilih adalah “Kurangnya pengetahuan perawat UGD tentang pentingnya
pelatihan BHD (bantuan hidup dasar) di UPTD RS Kelas D Pratama”.
BAB III
PENETAPAN ISU

Berdasarkan hasil analisis dengan teknik USG, maka diperoleh isu prioritas yaitu
“Kurangnya pengetahuan perawat UGD tentang pentingnya pelatihan BHD (bantuan hidup
dasar) di UPTD RS Kelas D Pratama” dan dapat ditetapkan beberapa gagasan kreatif untuk
mendukung pemecahan masalahnya berupa :
1. Melakukan koordinasi dengan pihak manajemen rumah sakit terkait pelatihan
kegawatdaruratan untuk petugas UGD
2. Menggali pengetahuan perawat UGD tentang tindakan kegawatdaruratan khususnya
untuk pasien dengan henti nafas dan henti jantung
3. Memberikan sosialisasi berupa informasi dan edukasi tentang tindakan
kegawatdaruratan khususnya untuk pasien dengan henti nafas dan henti jantung
4. Memberikan pelatihan kepada petugas UGD tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD)
5. Melakukan evaluasi tentang pelatihan BHD

Anda mungkin juga menyukai