Anda di halaman 1dari 2

Refleksi Diri Akhir

Modul Kolaborasi dan Kerjasama Tim Kesehatan II


(oleh: Putri Khumairotuz Zahra, 1706983263, FKG, IPE-6)

Kolaborasi, sebuah konsep dan aksi yang tidak hanya melibatkan 1 pihak agar sebuah
kegiatan berjalan, tetapi juga banyak pihak. Dalam bidang Kesehatan, kolaborasi tidak hanya
melahirkan sebuah pelayanan yang terintegrasi dan berorientasi pada kepuasan pasien, tetapi
juga efisiensi kerja, kekompakan tim, dan adanya transfer ilmu antar profesi yang terlibat.
Setelah melalui kegiatan lapangan Modul Kolaborasi dan Kerjasama Tim Kesehatan, saya
dapat melihat secara nyata bagaimana kolaborasi bekerja dan menghasilkan sebuah
efektivitas dalam penanganan pasien. Pembagian kerja sudah diatur dan dikoordinasikan
sedemikian rupa sehingga tidak ada yang tertinggal, masing-masing profesi sudah paham apa
yang akan dikerjakan sehingga mempercepat pelayanan pasien, serta kerja sama di dalam tim
membuat orang-orang yang terlibat di dalamnya menjadi dekat, respect satu sama lain, dan
tidak ada judgment. Pun dalam pembelajaran teorinya, saya merasa kolaborasi sangat penting
dalam penyelesaian tugas dalam waktu yang singkat.

Dalam bidang kedokteran gigi, kolaborasi dan kerjasama yang melibatkan profesi
kesehatan lain dapat dikatakan tidak begitu kompleks. Biasanya, dokter gigi berkolaborasi
dengan perawat gigi dalam praktik klinis sehari-hari. Bila pasien memiliki kondisi yang tidak
normal seperti perdarahan yang tidak berhenti atau penyakit sistemik, dokter gigi akan
merujuk ke sejawat yang berkaitan dengan kondisi pasien tersebut. Kondisi sebaliknya juga
demikian. Dokter gigi kadang kala mendapat pasien rujukan dari sejawat lain untuk
memastikan dan memperbaiki kondisi rongga mulut pasien sebelum dilakukan terapi radiasi.
Pada modul kolaborasi ini, yang nyata saya rasakan adalah kolaborasi dokter gigi dengan
profesi lain di dalam COT. Dokter gigi sebagai operator utama akan berkolaborasi dengan
perawat, tim farmasi, CSSD, cleaning service, dan dokter anestesi. Sebelum dilakukan
operasi, dokter gigi dan perawat akan melakukan assessment pada pasien. Saya belajar bahwa
dokter gigi dapat meminta bantuan perawat untuk mendapatkan informasi mengenai pasien,
termasuk keinginan dan ekspektasi pasien. Terkadang, pasien sulit terbuka pada dokter gigi
dan hanya bercerita ke orang yang paling sering berinteraksi dengannya dalam hal ini
perawat. Hal ini karena pasien sudah menjalin rapor dengan ners sebelum dokter gigi datang.
Selain itu, clinical meeting juga diadakan untuk membahas kasus dan persiapan operasi
sehingga semua terkoordinasikan dengan baik. Rekam medis digital juga sangat membantu
sehingga seluruh pihak yang terlibat dapat melihat pencatatan perkembangan pasien dan
dapat meminimalisir miskomunikasi.

Bila saya refleksikan pada diri saya, terkadang saya masih takut bertanya pada orang
yang lebih senior. Saya masih memiliki mindset takut dipandang bodoh jika bertanya.
Padahal, mengabaikan rasa penasaran atau ketidaktahuan dapat membuat perubahan bahkan
kesalahan yang signifikan dalam penanganan pasien. Justru, nilai dari kolaborasi sendiri
adalah adanya transfer ilmu dalam tim sehingga saya seharusnya tidak perlu merasa takut
untuk bertanya. Karena pada hakikatnya, saya adalah lifelong learner. Saya juga terkadang
takut untuk berpendapat karena mindset tersebut. Namun di sisi lain, saya menyadari bahwa
saya cukup inisiatif dan proaktif ketika saya in charge dalam sebuah tim. Berbekal
pengalaman organisasi yang saya dapat ketika kuliah dan kolaborasi dalam modul ini, saya
memiliki gambaran bagaimana kerja sama yang baik dalam tim, mulai dari pembagian peran,
porsi kerja, dan komunikasi di dalam tim. Saya juga menyadari pentingnya untuk tetap
rendah hati dan menghargai orang lain seberapa pun tingginya jabatan atau gelar yang
diterima.

Oleh karena itu, agar proses bekerja sama dan berkolaborasi berjalan dengan baik
ketika saya menjadi dokter gigi, saya merasa perlu untuk terus meningkatkan rasa penasaran
dan semangat belajar saya, menghilangkan mindset “bertanya adalah bodoh” dan
menggantinya dengan “bertanya adalah belajar”. Saya juga akan terus menanamkan inisiatif
dan proaktif dalam diri saya, membangun dan menjaga hubungan dengan profesi lain, serta
menanamkan rasa rendah hati dalam diri saya. Terima kasih, Modul Kolaborasi dan
Kerjasama Tim Kesehatan atas pembelajarannya yang luar biasa.

Anda mungkin juga menyukai