Anda di halaman 1dari 3

Nama : Syifa Naura Azallea

NPM : 1706034281
Kelompok : IPE-15
Fakultas : Farmasi

LTM Refleksi Diri Akhir

Pada semester satu, ada beberapa mata kuliah yang mempersatukan mahasiswa-
mahasiswa dari lima fakultas di rumpun ilmu kesehatan. Namun, beberapaa mata kuliah
tersebut belum dapat menjembatani kelima fakultas yang termasuk dalam RIK. Pada semester
dua ini, terdapat modul yang ternyata memberikan penjelasan dan implementasi nyata dalam
berkolaborasi di dalam suatu tim kesehatan. Modul yang dikenal sebagai Modul Kolaborasi
dan Kerja Sama Tim Kesehatan atau IPE ini, telah mengajarkan lebih jauh mengenai
kerjasama dan kolaborasi sesama tim kesehatan.
Modul kolaborasi dan kerjasama tim kesehatan mengajarkan ilmu tentang konsep
umum kolaborasi kesehatan dan peran setiap profesi kesehatan di dalam tim. Selain
mempelajari peran profesi seorang farmasis atau apoteker di dalam tim kesehatan, saya juga
mempelajari peran profesi kesehatan lain di dalam tim. Memahami peran setiap profesi
kesehatan di dalam tim berguna untuk memahami batas-batas fungsional kerja profesi
kesehatan. Hal ini berguna untuk menghindari terjadinya permasalahan di dalam tim
kesehatan. Hal tersebut merupakan poin-poin utama yang saya dapatkan dari modul
kolaborasi tim kesehatan yang berguna dalam pembekalan kemampuan dasar bekerja di
dalam tim bagi saya di masa yang akan datang, mengingat pelaksanaan pelayanan kesehatan
kepada pasien di dalam tatanan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara tim.
Dalam modul kolaborasi kesehatan dan kerjasama tim kesehatan ini terdapat beberapa
metode dan proyek kelompok, sehingga mengharuskan saya untuk merasakan pengalaman-
pengalaman yang belum pernah saya alami sebelumnya. Pengalaman yang paling berkesan
bagi saya adalah pembelajaran menggunakan metode flipped classroom, dimana para
mahasiswa dituntut untuk pertama-tama menjawab permasalahan dari berbagai kasus secara
mandiri sesuai tugas membaca yang telah diberikan, lalu dibahas bersama-sama dalam
kelompok supaya pada akhirnya ditemukan solusi yang paling tepat. Dengan belajar seperti
ini, saya dapat merasakan secara nyata bahwa permasalahan di dalam dunia kesehatan perlu
dilihat dari berbagai aspek, tidak bisa dilihat dari kacamata seorang dokter, perawat, atau
farmasis saja, harus dipikirkan secara meluas.
Pada 28 Maret 2018, kami, IPE 15, digabung dengan beberapa kelompok IPE lain.
Awalnya kami dibagikan soal yang wajib dikerjakan secara mandiri. Saat mengerjakan soal
secara mandiri, saya akui bahwa saya merasa kesulitan. Saya tidak tahu yang manakah hak
dan kewajiban seorang farmasis, peran dokter sesungguhnya, maupun peran tenaga kesehatan
yang lainnya. Ketika mengerjakan soal tersebut sendiri, saya benar-benar menjawabnya
hanya dengan pemikiran saya sebagai seorang calon apoteker. Setelah mengerjakan secara
mandiri, barulah jawaban-jawaban tiap individu dicocokkan. Saya senang mendengar
jawaban-jawaban kritis tiap orang dan mendengar pendapat mereka mengenai solusi
permasalahan yang ada. Jadilah saya tahu bagaimana seorang dokter, perawat, dan tenaga
kesehatan lainnya dalam memecahkan solusi tersebut. Sehingga kelompok kami dapat
menyatukan pendapat dan pada akhirnya menentukan solusi yang paling cocok untuk
menyelesaikan masalah pada soal-soal yang diberikan.
Setelah menyatukan jawaban yang menurut tiap kelompok paling cocok, kelompok
kami diberikan jawaban yang paling tepat dan benar dalam tiap permasalahan. Walaupun
kami belum bisa menjawab semua dengan benar, namun timbul rasa kritis dalam tiap anggota
kelompok kami serta rasa ingin tahu mengenai jawaban yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan tersebut. Hal ini mendorong kami untuk saling berdiskusi lagi,
bukan hanya dalam kelompok kecil saja, namun dalam satu kelas besar. Pada saat itulah
terlihat, apabila dilihat dari berbagai sisi profesi kesehatan, akan lebih mudah menemukan
jawaban yang tepat. Kegiatan flipped classroom ini diakhiri dengan pemberian hadiah kepada
kelompok yang berhasil menjawab soal dengan skor paling tinggi. Walaupun kelompok
kami, IPE 15, belum beruntung, namun, kami saya tetap puas dengan pembelajaran pada hari
tersebut.
Metode flipped classroom yang dilakukan dengan kelompok ini dapat menjadi bukti
nyata bahwa permasalahan dalam kesehatan dapat diselesaikan dengan baik apabila
dilakukan dengan kolaborasi yang maksimal. Metode pembelajaran ini membuat saya lebih
mengerti dengan tujuan kolaborasi itu sendiri dalam kesehatan, seperti yang telah disebutkan
oleh Priharjo (1995) kolaborasi merupakan elemen untuk mencapai tujuan, yaitu:
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik
professional, meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, kejelasan peran dalam
berinteraksi antar professional, dan menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, menghargai dan
memahami orang lain.
Dari pengalaman saya dengan belajar menggunakan metode flipped classroom
tersebut, saya belajar untuk dapat saling menghargai dan menghormati antarprofesi
dan sadar bahwa memahami tugas profesi diri sendiri dan profesi kesehatan lain sangatlah
penting dalam kolaborasi dan kerjasama tim kesehatan untuk menghindari konflik yang dapat
terjadi. Konflik dapat terjadi karena berbagai hal, yaitu: sifat dan kepribadian yang
berbeda-beda, cara berpikir yang berbeda, sudut pandang yang berbeda, kurangnya
koordinasi, persaingan antarindividu dalam kelompok, dan juga perbedaan tujuan.
Untuk menghindari konflik-konflik seperti itu maka saya berkomitmen untuk
kedepannya menghargai tiap profesi yang berhubungan langsung maupun tidak langsung
dengan profesi saya sebagai apoteker. Saya tidak akan egois dan merasa lebih mengetahui
segalanya dalam bidang kesehatan. Saya juga akan menanamkan kepada diri saya bahwa
penyelesaian masalah yang baik adalah dengan kolaborasi yang baik. Tarricone (2002) pun
mengatakan bahwa dengan kurangnya kolaborasi yang baik antartenaga kesehatan, banyak
hambatan terjadi dan sangat bisa membahayakan pasien . Maka, saya berkomitmen bahwa
sebagai tenaga kesehatan, saya tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri dan pasien saja.
Namun, seorang farmasis atau apoteker, saya juga harus ingat bahwa ada dokter, dokter gigi,
kesehatan masyarakat, dan perawat yang siap membantu.

Daftar Pustaka
Tarricone, P. (2002). Successful teamwork: A case study. Retrieved from
http://www.unice.fr/crookall-cours/teams/docs/team%20Successful%20teamwork.pdf

Robert, Priharjo. 1995.  Pengantar Etika Keperawatan. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai