Anda di halaman 1dari 13

Peta Konsep, Rangkuman Materi dan Contoh Soal

MODUL 1
PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN KBK

Di buat guna memenuhi tugas mata kuliah


Pembelajaran Matematika Di SD (PDGK4406)
Tutor Pengampu Eko Andy Purnomo, M.Pd

Di susun oleh kelompok 1:


1. Lina Rifatun Muwafiqoh (857759752)
2. Munadhiroh (857759777)
3. Yanti Yuanatari (857752119)

POKJAR BOJA
UPBJJ UT SEMARANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2023
PETA KONSEP

LANDASAN MATEMATIKA BERDASARKAN KBK

KB 1 KB 2

Landasan Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran


Matematika Berdasarkan Kbk Matematika Yang Konstruktivistik

Dasar-dasar teori belajar yang dapat diterapkan


A. PROSEDUR PENDIDIKAN
untuk pengembangan dan perbaikan
pembelajaran matematika :

1. Teori Thorndike
B. PEMBELAJARAN MATEMATIKA

2. Teori Ausubel (Teori Holistik)

1. Pemecahan Masalah
3. Teori Jean Piaget (Konstruktivisme) (Problem Solving)

4. Teory Vygotsky 2. Penyelidikan


Matematis (Mathematical
Teory Vygotsky ini berusaha Investigation)
mengembangkan
5. model
Teori Jerome konstruktivistik
Bruner
belajar mandiri dari Piaget menjadi
Teori Bruner
belajar berkaitan
kelompok. dengan
Peserta didik 3. Penemuan
perkembangan
membangun mental
sendiri yang
pengetahuannya, Terbimbing
6. Pemecahan masalah (George Polya)
berkembang secara bertahap. Tingkatan
sedangkan guru sebagai fasilitator.
perkembangan anak meiputi : Bruner:
menurut
Understand
Enactive the problem
(manipulasi objek 4. Contextual
7. Teori Van Hiele Learning
(Memahami
langsung)masalah)
Teori Van Hiele menyatakan bahwa
Devise
Iconik a plan (Merencanakan
(manipulasi objek tidak
eksistensi dari lima tingkatan yang
8. penyelesaian)
langsung)
RME (Realistic Mathematic
berbeda tentang pemikiran geometrik,
Carry out(manipulasi
yaitu : Symbolik the plan (Melaksanakan
simbolik
rencana)
Level 0 (visualisasi)
9. Peta Konsep
Look back (Memeriksa kembali)
Level 1 (analisis)
Peta konsep merupakan implementasi
Level
dari teori 2 (deduksi
Ausubel, yaitu informal)
kebermaknaan
ditunjukkan dengan bagan atau peta.
Level 3 (deduksi)

Level 5 (rigor)
MODUL 1
LANDASAN MATEMATIKA BERDASARKAN KBK
KB 1
Landasan Pembelajaran Matematika Berdasarkan KBK

Gerakan untuk memperbaiki matematika di sekolah selalu terjadi dan mengalir dari waktu
ke waktu. Tiga faktor yang melandasi perubahan memperbaiki matematika adalah :
❑ keberadaan dan perkembangan teori-teori belajar
❑ psikologi belajar
❑ dan filsafat pendidikan
Adapun perubahan pembelajaran Matematika dari masa ke masa dapat digambarkan
sebagai berikut :

Thn1960 Thn 1970 Thn 1980 Thn 1990

•Pemahaman •Keterampilan •Problem Solving •Aliran


berhitung Konstruktivisme

Dampak berkembangnya aliran konstruktivisme adalah munculnya kesadaran pentingnya


kekuatan atau tenaga matematika (mathematical power), yang antara lain terdiri dari :
❑ Mengkaji, menduga, dan memberikan alasan logis
❑ Menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin
❑ Mengkomunikasikan tentang dan melalui matematika
❑ Mengaitkan ide-ide di dalam dan antara matematika
❑ Mengembangkan percaya diri, watak untuk mencari, mengevaluasi dalam menyelesaikan
masalah
Guru matematika yang profesional dan kompeten mempunyai wawasan landasan yang
dapat dipakai dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika.
Teori-teori yang yang berpengaruh untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran
matematika antara lain :
1. Teori Thorndike
Teori ini memandang peserta didik sebagai selembar kertas putih yang siap menerima
pengetahuan secara pasif. Aplikasi pada pembelajaran yaitu :
❑ Menekankan pada praktik atau latihan (drill & practice)
❑ Konsep sekedar ditambahkan, tidak dikaitkan.
❑ Mengutamakan hasil, bukan pada proses.
2. Teori Ausubel (Teori Holistik)
Teori ini mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna dalam mengajar matematika.
Kebermaknaan yang dimaksud dapat berupa struktur matematika yang lebih ditonjolkan untuk
memudahkan pemahaman serta konsep-konsep dinyatakan dalam bagan, diagram, atau peta.
3. Teori Jean Piaget (Konstruktivisme)
Menurut Piaget, kemampuan inteletual anak berkembang secara bertahap dan bertingkat.
Sehingga keabstrakan materi dipertimbangkan dengan tingkat kemampuan intelektual anak
pada saat itu. Penerapannya dalam pembelajaran yaitu pelajaran baru dikaitkan dengan
pelajaran sebelumnya. Teori ini bersifat konstruktivis, sehingga siswa mempunyai kesempatan
yang luas dan beragam untuk belajar
Beberapa istilah dalam Teori Jean Piaget :
❑ Skemata adalah jaringan yang ada dalam pikiran
❑ Asimilasi adalah proses mengaitkan konsep baru dengan konsep yang telah ada melalui
identifikasi kesamaan
❑ Akomodasi proses mengaitkan konsep baru dengan konsep yang telah ada melalui
identifikasi perbedaan
❑ Ekuilibrasi adalah keadaan siswa mampu melakukan asimilasi dan akomodasi
❑ Konservasi adalah keadaan siap menerima materi pelajaran matematika
4. Teory Vygotsky
Teory Vygotsky ini berusaha mengembangkan model konstruktivistik belajar mandiri dari
Piaget menjadi belajar kelompok. Peserta didik membangun sendiri pengetahuannya,
sedangkan guru sebagai fasilitator.
5. Teori Jerome Bruner
Teori Bruner berkaitan dengan perkembangan mental yang berkembang secara bertahap.
Tingkatan perkembangan anak menurut Bruner:
❑ Enactive (manipulasi objek langsung)
❑ Iconik (manipulasi objek tidak langsung)
❑ Symbolik (manipulasi simbolik)
6. Pemecahan masalah (George Polya)
George Polya menyebutkan teknik heuritic (bantuan untuk menemukan), meliputi :
❑ Understand the problem (Memahami masalah)
❑ Devise a plan (Merencanakan penyelesaian)
❑ Carry out the plan (Melaksanakan rencana)
❑ Look back (Memeriksa kembali)
7. Teori Van Hiele
Teori Van Hiele menyatakan bahwa eksistensi dari lima tingkatan yang berbeda tentang
pemikiran geometrik, yaitu :
❑ Level 0 (visualisasi)
❑ Level 1 (analisis)
❑ Level 2 (deduksi informal)
❑ Level 3 (deduksi)
❑ Level 5 (rigor)
8. RME (Realistic Mathematic Education)
Pembelajaran dimulai dengan cara mengaitkannya dengan situasi nyata di sekitar siswa.
9. Peta Konsep
Peta konsep merupakan implementasi dari teori Ausubel, yaitu kebermaknaan ditunjukkan
dengan bagan atau peta.

LATIHAN SOAL :
1. Ibu guru A merancang pembelajaran perkalian 3 x 2 dengan menggunakan tutup botol, yaitu
meletakkan masing-masing 2 tutup botol sebanyak 3 kali sehingga nampak tutup botol
sebanyak 6 buah. Hal itu dilakukan ibu guru A menerapkan teori belajar yang dikemukakan
oleh ...
A. Piaget B. Bruner C. David Ausubel D. Robert Gagne
2. Sewaktu mengajar kelas V SD Pak B merencanakan pembelajaran matematika tanpa
menggunakan benda nyata, karena ia menyakini bahwa anak seusia kelas V SD termasuk
tahap operasional formal. Hal itu sesuai dengan pengembangan kognitif yang dikenalkan
oleh ahli pendidikan bernama ... .
A. Bruner b. David Ausubel C. Piaget D. Dienes
3. Ibu guru C merencanakan tahap pembelajaran soal cerita matematika di SD dengan merujuk
teori dari Bruner. Pertamakali ia menggunakan benda nyata, kemudian ia menggantikan
benda nyata dengan bentuk gambar. Akhirnya ia sudah tidak menggunakan benda nyata dan
gambar, tetapi sudah menggunakan ... .
A. simbol matematika B. hafalan C. contoh soal D. latihan
4. Pak guru D membelajarkan siswanya tentang perkalian langsung dengan menyuruh
menghafalkannya yaitu 3x1 = 3; 3x2 = 6; 3 x 3 = 9; 3x4 = 12, dan seterusnya. Hal itu
dilakukan karena ia percaya yang dilakukan adalah salah satu jenis belajar yang telah
dikemukakan oleh ahli pendidikan yang bernama ... .
A. David Ausubel B. Jerome Bruner C. Jean Piaget D. Robert Gagne
KB 2
Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Yang Konstruktivistik

Dasar pengembangan pendidikan yang bermutu tinggi adalah prinsip belajar sepanjang
hayat (Puskur, 2002:2) dan empat pilar (tiang) belajar yang dikemukakan UNESCO (Yabe, T.,
2002:1) yaitu (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning to
live together. Prinsip-prinsip tersebut mendasari pengembangan pendidikan untuk
menghasilkan kompetensi peserta didik sesuai dengan tingkatan belajar disekolah. Peserta didik
yang kompeten artinya peserta didik yang cerdas, cakap, mampu memahami dengan baik bahan
yang diajarkan, mampu bersikap, bernalar, dan bertindak sesuai prosedur yang benar, dan
mengembangkan integritas kebersamaan dalam perbedaan.

A. PROSEDUR PENDIDIKAN
Siswa yang kompeten adalah siswa yang mengikuti proses pendidikan berupa
pembelajaran. Pada proses pembelajaran terdapat serangkaian kegiatan untuk
memberikan pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Proses merupakan factor penting dalam memperoleh hasil yang baik dan
memuaskan.
Gambaran tentang hubungan komponen-komponen proses penyelenggaraan
Pendidikan sebagai berikut.
Guru merupakan komponen proses yang utama sebab guru adalah pelaksana dari
proses itu sendiri.
Agar guru dapat melaksanakan proses yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan, guru perlu mempertimbangkan kedudukan keluaran:
1. Kompetensi individual, kelompok, dan klasikal,
2. Keberagaman hasil (keluaran),
3. Kesesuaian penilaian, evaluasi atau asesmen,
4. Pemberdayaan berbagai sumber belajar,
5. Strategi capaian untuk mencapai sasaran,
Dan mempertimbangkan sifat-sifat masukan sebagai:
1. Makhluk Tuhan,
2. Individu yang mandiri,
3. Makhluk social dan budaya, anggota berbagai kelompok masyarakat,
4. Anggota abad informasi,
5. Sumber belajar,
6. Anak yang sedang belajar dalam tahap pertumbuhan (teori belajar, motivasi)
Dengan gambaran di atas maka ciri dan/atau prinsip dalam proses pembelajaran
agar siswa mempunyai kompetensi yang sesuai dengan tuntutan perkembangan saat ini
dan mendatang adalah:
1. Berorientasi pada siswa
2. Mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat dan beragam
3. Memperhatikan teori pendidikan dan teori belajar
4. Mengusahakan suasana yang demokratis, partisipatif, dan kooperatif
5. Mengembangkanpenilaian (evaluasi) yang menyeluruh dan beragam (tidak hanya
dalam bentuk tes, tetapi juga dalam bentuk-bentuk lain portofolio, tugas (proyek),
karya tulis, karya kerja (kinerja))
6. Memperhatikan ciri pokok keilmuan dari bidang studi atau materi yang sedang
dipelajari.
B. PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada
peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik
memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah
penggunaan strategi pembelajaran matematika, yang sesuai dengan (1) topik yang
sedang dibicarakan, (2) tingkat perkembangan intelektual peserta didik, (3) prinsip dan
teori belajar, (4) keterlibatan aktif peserta didik, (5) keterkaitan dengan kehidupan
peserta didik sehari-hari, (6) pengembangan dan pemahaman penalaran matematis.
Beberapa strategi pembelajaran matematika yang konstruktivistik dan dianggap
sesuai pada saat ini antara lain:
1. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Ciri utama problem solving (pemecahan masalah) dalam matematika adalah
adanya masalah yang tidak rutin (non-routine problem). Banyak manfaat dari
pengalaman memecahkan masalah, antara lain adalah peserta didik menjadi (1)
kreatif dalam berpikir, (2) kritis dalam menganalisis data, fakta, dan informasi, (3)
mandiri dalam bertindak dan bekerja.
Sasaran utama dalam pemecahan masalah adalah (1) soal yang mempunyai
banyak selesaian (multiple solution), (2) soal yang diperluas (extending problem),
dan (3) soal yang mempunyai banyak cara menyelesaikan (multiple methods of
solution). Kohesi (2000) mengungkapkan tiga kegiatan dalam pemecahan masalah,
yaitu solving problem, posing problem, dan exploring open-ended problem.
Contoh soal 2.3 (Banyak cara menyelesaikan)
Guru memberikan soal (masalah) kepada kelas sebagai berikut
Dari susunan bilangan :
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
Carilah jumlahnya dan sebutkan bagaimana kamu memperoleh jumlah itu.
Jawaban dari soal diatas adalah 55, tetapi cara memperoleh jawaban itu banyak.
Beberapa jawaban yang mungkin diperoleh adalah :
a. Menjumlahkan satu persatu bilangan, mulai dari yang pertama sampai dengan
yang terakhir
1+2=3, 1+2+3=6, 1+2+3+4=10, 1+2+3+4+5=15, …+10=55
b. Menggabungkan dua-dua bilangan menurut cara tertentu
1+2+3+4+5+6+7+8+9+10
Seperti, 1+10 = 11
2+9=11
3+8=11
4+7=11
5+6=11
Ada 5 pasangan, dan setiap pasang hasilnya berjumlah 11, berarti jumlah
semua bilangan adalah 5 X 11 = 55.

2. Penyelidikan Matematis (Mathematical Investigation)


Penyelidikan matematis dalah penyelidikan tentang masalah yang dapat
dikembangkan menjadi model matematika, berpusat pada tema tertentu,
berorientasi pada kajian atau eksplorasi mendalam, dan bersifat open-ended.
Kegiatan belajar yang dilakukan dapat berupa cooperative learning.
Contoh 2.5
Guru menyampaikan suatu masalah yang bertema barisan bilangan:
Ada 10 orang siswa hadir dalam suatu rapat. Jika setiap orang harus
berjabatan tangan dengan orang lain satu kali maka berapa banyak jabatan tangan
yang dilakukan?

Para siswa dapat dikelompokkan dalam 3-5 orang. Penyelidikan mereka


boleh saja dilakukan dengan praktik diantara mereka. Misalnya mereka (dalam satu
kelompok) adalah 5 orang, yaitu AB, AC, AD, AE; BC, BD, BE; CD, CE; DE, yaitu
4+3+2+1=1+2+3+4=10. Kalau sekarang bertambah menjadi 10 orang maka dengan
melihat pola, dapat diketahui bahwa banyaknya berjabat tangan sama dengan :
1+2+3+4+5+6+7+8+9=45
3. Penemuan Terbimbing
Penemuan terbimbing adalah suatu kegiatan pembelajaran yang mana guru
membimbing siswa-siswanya dengan menggunakan langkah-langkah yang
sistematis sehingga mereka menemukan sesuatu. Apa yang diperoleh siswa
bukanlah temuan-temuan baru bagi guru, tetapi bagi siswa dapat mereka rasakan
sebagai temuan baru.
Contoh 2.6
Guru menyampaikan masalah sebagai berikut
Carilah 65x65 dan 75x75 tanpa mengerjakan perkalian secara langsung.
Bagaimana pula dengan 85x85 dan 95x95

Bimbingan dapat dilakukan guru menggunakan kasus-kasus yang lebih


sederhana:

15x15= (10+5)(10+5) = 10.10+10.5+5.10+25 = 10.10+10(5+5)+25 = 10.20+25

4. Contextual Learning
Contextual learning adalah pengelolaan suasana belajar yang mengaitkan
bahan pelajaran dengan situasi dan/atau kehidupan sehari-hari, hal-hal yang factual
atau keadaan nyata yang dialami siswa.
Contoh 1.10
Siswa dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok 3 pria dan 2 wanita.
Mereka diminta membagi 20 lembar uang ribuan (kelereng, kerikil) sehingga setiap
pria menerima jumlah yang sama, setiap wanita menerima jumlah yang sama, pria
dan wanita boleh menerima tidak sama.
LATIHAN SOAL
1. Dari susunan bilangan :
2,4,6,8,10,12
Carilah jumlahnya dan sebutkan bagaimana kamu memperoleh jumlah itu?
2. Guru menyampaikan suatu masalah yang bertema barisan bilangan :
Ada 15 orang siswa hadir dalam suatu rapat. Jika setiap orang harus berjabatan tangan
dengan orang lain satu kali maka berapa banyak jabatan tangan yang dilakukan?
3. Guru menyampaikan masalah sebagai berikut :
Carilah 59 x 59 dan 79 x 79 tanpa mengerjakan perkalian secara langsung.
4. Siswa dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok pensil 5 laki-laki dan 3 perempuan.
Mereka diminta membagi 40 buah pensil (kelereng, kerikil) sehingga setiap laki-laki
menerima jumlah yang sama, setiap perempuan menerima jumlah yang sama !

Anda mungkin juga menyukai