Disusun oleh;
Capt. Effendi A. Samad MM.Snav.MMar
KATA PENGANTAR
Penyusunan buku ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan bahan ajar pengetahuan
para pengelola pelabuhan tentang keselamatan navigasi dikawasan perairan pelabuhan
atau air pedalaman (inland water).
Secara khusus pembahasan pada ruang lingkup ini diyakini belum pernah ada, namun
secara garis besar sering terangkum didalam passage plan navigasi kapal laut perjalanan
pelayaran jarak jauh. Navigasi di kawasan pelabuhan yang memperhatikan faktor-faktor
keselamatan bagi pengelola pelabuhan menjadi bagian yang penting untuk selalu diingat
dan diperhatikan atau dapat dipenuhi kebutuhan kapal-kapal akan perangkat pendukung
i
untuk menciptakan suasana aman pengguna (navigator) berlayar dikawasan pelabuhan
yang menjadi daerah pengelolaannya.
Dengan buku ini kami mencoba untuk mentrasfer imformasi pengetahuan keselamatan
navigasi . kepada pembaca yang akan terjun selaku pengelola pelabuhan didaerahnya agar
memahami standard prosedur operasional kapal dipelabuhan yang aman dari risiko
kecelakaan navigasi kapal.
Akhirnya segala usaha ini akan sia-sia belaka bilamana tidak didukung para pembaca
dengan masukan-masukan imformasi baru untuk penerbitan-penerbitan lebih lanjut pada
masa-masa mendatang, terima kasih.
Capt.Effendi A. Samad MM
DAFTAR ISI
halaman
Kata Pengatar ----------------------------------------------------------------------------------------------- i
Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------------------------------ iii
Daftar Tabel -------------------------------------------------------------------------------------------------- iv
Daftar Gambar ---------------------------------------------------------------------------------------------- v
Pendahuluan ------------------------------------------------------------------------------------------------ 1
1. Suar dan system pelampung navigasi --------------------------------------------------------- 1
1.1. Mercu suar (light house) ................................................................................... 2
ii
1.1.1. Karakteristik lampu suar ........................................................................ 2
1.1.2..Sektor suar (light sector) ......................................................................... 2
1.2. Pelampung (bouys) .......................................................................................... 5
1.2.1. kardinal sistem ...................................................................................... 5
1.2.2 .lateral sistem ........................................................................................ 6
1.2.3. Tanda puncak ....................................................................................... 10
2. Dasar- dasar navigasi air di kawasan pelabuhan -------------------------------------------- 12
2.1. Pedoman (compass) ........................................................................................ 12
2.2. Penentuan posisi dengan bantuan benda darat ( land-mark) .......................... 12
2.2.1. sudut bahaya mendatar .......................................................................... 13
2.2.2. sudut bahaya tegak ................................................................................ 14
2.2.3 Navigasi dengan garis-garis penuntun ................................................... 16
3. Tata lalulintas navigasi dikawasan perairan pelabuhan ------------------------------------ 30
4. Tempat berlabuh jangkar ......................................................................................... 36
5. Stasiun pandu ......................................................................................................... 37
6. Penutup -------------------------------------------------------------------------------------------------- 38
iii
KATA PENDAHULUAN
Sistem perpelampungan merupakan salah satu sektor yang mendukung keselamatan kapal
dian pelabuhan sebab kapal- kapal akan lebih mudah bernavigasi untuk memasuki dan
keluar pelabuhan bilamana dipelabuhan tersebut dilengkapi dengan rambu-rambu yang
cukup memadai, tepat dan bekerja baik . Tepat tidaknya sebuah alat bantu navigasi berada
disana adalah berkaitan erat dengan aturan sistem perambuan yang berlaku secara
internasional dan perlu diketahui oleh para pengusaha dan penguasa pelabuhan laut
dimanapun keberadaannya.
Alat bantu navigasi di pelabuhan tersebut yang bekerja baik dan ditempatkan pada
kedudukan yang sesuai, akan memudahkan navigator secara teknis operasional
bernavigasi baik siang maupun malam hari menentukan posisinya dengan tepat sehingga
akan terhindar dari kecelakaan yang dapat merusak kapal dan mengganggu kelancaran
pelabuhan.
Kemudian tersedianya dukungan/ servis pemanduan kapal-kapal yang akan memasuki dan
keluar pelabuhan terutama untuk bersandar(berthing) atau bertolak (unberthing) sebab
karakteristik setiap pelabuhan dimana-mana di dunia ini selalu berbeda-beda dan navigator
perlu waktu untuk penyesuian dengan keadaan yang ada dipelabuhan tersebut (seperti
karakteristik angin dan arus serta lalu-lintas kapal) agar mereka tidak melakukan kesalahan
yang dapat merusak sarana dan prasarana pelabuhan.
iv
Aturan internasional seperti International Association of Marine Aids to Navigation and Light-
house Association Authorities dan aturan baku nasional seperti aturan kebandaran serta
aturan teknis operasional setempat, merupakan aspek legal yang menjadi pegangan
pengusaha dan penguasa pelabuhan disamping kemampuan teknis pengendalian navigasi
kapal dipelabuhan itu sendiri sebagai kunci pokok menuju pengelola pelabuhan yang
profesional.
Penyusun
v
vi
PENDAHULUAN
Dilihat dari harpiahnya, bahwa navigasi (navigation) berarti; mengendalikan kapal laut
(menentukan posisi dan mengarahkan haluannya) di air (laut, sungai /alur dan areal
pelabuhan) dari suatu tempat keberangkatan tertentu ketempat yang dituju tertentu dengan
aman ,selamat dan efisien
Navigasi diareal pelabuhan (navigation in the port); berarti navigasi kapal laut disekitar areal
pelabuhan laut pada saat kedatangan atau keberangkatan ke tempat tujuan tertentu atau
yang melakukan pergerakan untuk suatu keperluan lain , akan dituntun oleh alat-alat bantu
navigasi, yang dipasang dialur (canal) atau kolam pelabuhan.
1
1.1 Mercu Suar (light house)
Salah satu alat bantu navigasi bagi kapal laut yang berupa bangunan permanen/tetap
menjulang tinggi diatas permukaan laut hingga 50 meter atau lebih. Selalu dapat
terlihat jelas dan bebas dari laut pada siang hari dan ditandai dengan lampu yang
menyorot pada waktu malam hari, dengan karaktristik tertentu dan warna lampu
tertentu.
Mercu suar oleh navigator kapal laut biasa dipakai sebagai penuntun arah atau
sebagai benda baringan untuk menentukan posisi di laut terutama pada malam hari
yang gelap gulita, agar tidak terjadi kecelakaan kapal seperti Tabrakan, kandas atau
salah posisi..
1.1.2. Karakteristik lampu suar
Berikut ini karakteristik lampu-lampu suar yang sering dijumpai diseluruh dunia yang
tersusun dalam bentuk tabel.
Tabel 1
Tabel Karakteristik Lampu-lampu Suar
No. Abbreviation Light Characteristic phases
(no) (singkatan) (lampu/suar) (ciri-ciri khasnya)
6 F.Fl fixed & flashing A fixed light varied at regular intervals by a single
(tetap& cerlang) flash of relatively greater brilliance
7 F.Gp.Fl Fixed group flashing A fixed light varied at regular intervals by a group
(tetap klmpk.cerlang) of two or more flashes of relatively greater
brilliance
9 Int.Qk.Fl Interupted quick flashing A light which flashes at a rate of more than 60
(bergantian cerlang times a minute with, at regular intervals, a total
cepat) eclipse
10 Gp.Int.Qk.Fl Group interupted quick A light which shows groups of quick flashes, as
flashing defined above, separated by relatively longer
periods of total eclipse.
3
1.1.3. Sektor lampu suar
Gambar 1
Sektor Lampu Suar
4
Tata pelampungan yang dipakai adalah sistem- The International Association of
Marine Aids to Navigation and Lighthouse Authorities (IALA), A dan B dan sistim-
SIGNI.
IALA-A : Sistim IALA-A berlaku di sekeliling seluruh Eropa, Afrika, Asia dan
Australia, di laut luar.
IALA-B : Sistim IALA-B berlaku di sekeliling Amerika Utara dan Selatan, juga di
laut luar.
Menggambarkan
bagaimana sebuah
pelampung di tempatkan
terhadap titik yang akan
dimarkahi. Jika kita ketahui
bagaimana letak
pelampung terhadap suatu
bahaya, kita juga mengetahui pada sisi mana kita harus melewatinya, U, E, S dan B.
5
Gambar 2
Sistem pelampung cardinal
Sistem ini acapkali dipakai pada peerairan pedalaman seperti sungai, alur dan
pelabuhan untuk menunjukan sisi kanan dan kiri alur.
6
Gambar 3
Beberapa bentuk pelampung sistem lateral
- (1).Kerucut (conical)
- (2).Bulat (spherical)
- (4) Silinder (silender)
- (5) Tiang (spar)
- (3) Tonggak (pillar/ spindle/ land fall)
- Pelampung sesuai kebutuhan (optional)
7
Warna pelampung dan artinya al :
- merah ; untuk menandai sisi kiri (port side) alur masuk pelabuhan
- hijau ; untuk menandai sisi kanan (starboard side) alur masuk pelabuhan
- hitam ; untuk menunjukan kerangka kapal yang tenggelam dibawah permukaan air
- kuning ; untuk menunjukan daerah/ tempat berlabuh karantina
- kotak-kotak hitan ; untuk menunjukan tanda khusus misalnya mooring bouy
Warna merah bagi pelampung sisi kiri alur masuk dan warna hijau bagi pelampung sisi
kanan alur masuk merupakan ketentuan sistem A lateral , umum dipakai didunia
sedangkan bagi warna merah untuk sisi kiri alur keluar dan warna pelampung hijau
untuk sisi kanan alur keluar pelabuhan adalah sisitem IALA-A lateral yang umumnya
dipakai di peraiaran Jepang
Berikut ini beberapa informasi data perpelampungan yang dipakai di dunia maritim.
8
Tabel 2
Informasi Data Sistim Pelampung
Starboard Hand Conical B. or B.W. Cheq Black cone, point up wards, or Fl. Buoy of similiar character may be
Black diamond (not at entrance to Gp.Fl. (3) distingushed, in addition to their topmark, by
channel Gp.Fl. (5) numbers, letters or names. If distingushed by
Port Hand Can R. or R.W. Cheq Red can, or Red “T” (not entrance to Fl.R. Gp.Fl. (2) numbers or letters, the numbering or lettering
channel Gp.Fl. (2) R. Gp.Fl (4) shall commence from seaward; odd numbers
Gp.Fl.(4) R. Gp.Fl.(6) on the starboard hand and even numbers on
the port hand
Middle Ground Spherical To be left to starboad B.W.H.S. Outer end : black cone, point upwards. Lights will be distinetive and coloured red
Inner end : Black diamond or white, the colour (white or red) and the
To be left to port – Outer end : red can rhythm to indicate the side on which the
R.W.H.S. Inner end : red “T” mark is to be passed
To be left on either hand- Outer end : red sphere
R.W.H.S. Inner end : red St. George’s Cross
Mid-Channel Usually Piliar but may B.W.V.S. or R.W.V.S. Any distinctive shape, other than can, Optional, but different from neighbouring Marks the centre of the fair way. May be
be any distinctive cone (point upwards) or spherical lights at the sides of the channel passed on either hand, but should preferably
shape other than be left to port
conical, can or
spherical
Isolated Danger Spherical Wide black and red horizontal Sphere painted black or red, or half White or red with flash
bands separated by a narrow black and half red horizontally
white band
Danger Area Optional Yellow, with Red St. George’s Marks any naval or military pratice area (See
Cross on top making R.Y.V.S. Note 3)
on sides. Letters DZ on side
Landfall Optional B.W.V.S. or R.W.V.S. Flashing character Placed near the entrance to channel off a
shore with few prominent landmarks
Watch Can Red, with name of light vessel Placed near light-vessel to indicate when
in white letters followed by dragging
“WATCH”
Quarantine Optional Yellow
Ground
Outfall and Spoil Optional Yellow and black divided Optional, but different from neighbouring Marks the discharging ground for dredgers and
Ground horizontally lights in the vicinity sullage lighters
Telegraph Cable Optional Black with “TELEGRAPH” in Marks the the shore end of telegraph cables
white letters
9
Buoy Shape Colour Topmark Light Remarks
(Pelampung) (Bentuk) (Warna) (Tanda Puncak) (Lampu) (Catatan)
D.G. Range Can Blue and white Cheq Marks limits of degaussing range
Cable Optional Red or Black Globe or flag or both Two horizontal lights Used by cable-ship to mark the ends of cables
on which they are working. Should not be
approached nearer than 500 yards.
Submarine Optional G.W.H.S. or G.W. Cheq Marks the limits of minefields or mining
Mining Ground grounds
Mooring Cylindrical or can Any, usually black
Aircraft Mooring Elliptical (rubber) or Red
Cylindrical or can
(steel and rubber)
Spar Any Used to mark special positions or may be
substituted for many of the standard buoys
described
1. silender
2. Kerucut (cone)
10
3. Bola (sphere)
4. Belah-ketupat (diamond)
5. Huruf T
6. Silang (cross)
11
2. DASAR-DASAR KESELAMATAN NAVIGASI DI KAWASAN PELABUHAN
Pelayaran kapal di daerah sekitar pelabuhan laut merupakan bagian dari dari
keseluruhan pelayaran kapal laut dari tempat tolak ke tempat tiba yang memerlukan
perhatian khusus seorang navigator atau nakhoda kapal. Memasuki daerah kawasan
pelabuhan biasanya nakhoda mengambil alih komando kapal dan kapal dalam kondisi
siap olah gerak. Ini menandakan bahwa di daerah kawasan pelabuhan sangat riskan
dengan kecelakaan kapal dan padatnya arus komunikasi yang menghendaki jawaban
segera sehingga suasana jaga laut memerlukan extra kosentrasi bagi navigator
menentukan posisi, olah-gerak, memperhatikan suar dan rambu-rambu /alat bantu
navigasi untuk menghindarkan bahaya membawa kapal ketempat yang aman.
12
kesalahan penunjukan , yang biasanya dilakukan bilamana kapal turun dok setelah
berbagai perbaikan pelat kapal.
Berdasarkan bab V Keselamatan navigasi dan aturan 12 tentang perlengkapan
navigasi kapal SOLAS ’74 , kapal-kapal ukuran tertentu harus dilengkapi kompas
magnet dan kompas gasing (gyro compass).
Perlengkapan kapal lain yang erat kaitannya dengan keselamatan navigasi seperti; -
Alat komunikasi radio, Automated Radar plotting aids (ARPA) dan berbagai radio
komunikasi yang dapat dipakai untuk menerima dan dan memancarkan berita bahaya.
2.2 Menentukan posisi kapal dengan bantuan rambu-rambu darat (land mark)
Menentukan posisi kapal dengan menggunakan rambu-rambu (land mark) ataupun
dengan benda benda didarat ; gunung, tanjung, pulau, dilakukan agar kapal selalu
mengetahui arah dan posisinya, agar tidak terperangkap didalam bahaya navigasi
yang ada dilaut terutama laut disekitar pelabuhan yang disinggahi.
Berikut ini bebrapa metode posisi kapal yang biasa dilakukan diareal perairan
pelabuhan laut
2.2.1Sudut Bahaya Mendatar (Horizontal danger angle)
13
e. Di anjungan sewaktu kapal berlayar ukurlah sudut itu dengan sekstan, dimana
benda A dan B itu terlihat. Jaga agar sudut ini tidak menjadi lebih besar dari pada
sudut yang telah diukur di peta.
Gambar 5
Su dut bahaya mendatar
Atau diambil dari daftar 25 dengan argumen-argumen tinggi benda dalam m/kaki
dan jarak ke benda dalam mil laut.
14
c. Di anjungan sewaktu kapal berlayar, ukurlah dengan sekstan : tinggi benda
tersebut di atas garis air. Jagalah agar sudut ini tidak menjadi lebih besar dari
pada tinggi yang telah dihitung tadi.
Gambar 5
Untuk memudahkan navigasi sering kali dipasang rambu-rambu darat / land mark
(menara suar, rambu-rambu), sehingga kapal terhindar dari bahaya-bahaya navigasi
dengan jalan melihat rambu-rambu terpasang dalam kedudukan satu garis ..
Misalnya untuk menunjukkan jalan PQR yang harus diikuti, rambu A, A’, B, B’, C dan
C’ telah dipasang demikian, bahwa mula-mula kita harus menahan A dan A’ menjadi
satu hingga kapal tiba pada garis BB’ dan kemudian mengikuti garis merkah CC’
15
Gambar 6
Navisasi dengan garis penuntun
Apabila rambu-rambu demikian tidak dipasang, diatas peta dapat dibuat sendiri garis-
garis semacam itu, misalnya dengan pertolongan menara-menara, rambu-rambu dan
benda-benda yang dikenal lainnya dan ada di dalam peta tersebut.
16
Gambar 7
Posisi kapal, baringan dengan jarak
17
Penting juga mengetahui jenis dasar laut
Gambar 8
Posisi kapal, baringan dengan peruman
Benda yang sama dibaring dua kali, dengan berubah tempat antara baringan tersebut.
a. 1, 2, 3 (lihat no 7 dan catatlah waktunya)
b. Baringlah (setelah selang waktu demikian hingga bar bar tersebut berbeda paling
sedikit 300) lagi benda yang sama pada pedoman;
Setelah dijabarkan menjadi BS, tariklah garis bar ke II ini di peta dan catatlah
waktunya.
c. Tentukanlah berdasarkan selisih waktu tersebut dan laju kapal, jauh yang
ditempuh dan jangkalah ini kearah garis haluan;
18
d. Tariklah melalui titik yang didapat ini, sebuah garis sejajar dengan garis bar I;
e. Titik potong dari garis bar ke II dan garis bar I yang telah digeserkan, adalah posisi
kapal (S);
Gambar 9
Posisi kapal, baringan geser
Merupakan Bar dengan geseran, dalam mana bar II terhadap haluan adalah 2 X bar I
terhadap haluan), jadi jarak ke benda yang dibaring pada bar II adalah sama dengan
jauh yang digeserkan antara kedua baringan tersebut.
a. Baringlah benda A pada pedoman dan catatlah waktunya
b. Bacalah haluan pedoman dan tentukanlah sudut antara garis bar dan garis haluan,
misalnya 250 pada lambung kiri;
19
c. Baringlah lagi benda tersebut pada pedoman, jika bar telah bertumbuh sampai 2 x
250 = 500 pada lambung kiri dan catatlah lagi waktunya;
d. Jabarkanlah bar II menjadi bar sejati (Bs);
e. Tentukanlah dari selisih waktu tersebut jauh yang ditempuh (sesuai laju kapal);
jauh ini adalah sama dengan jarak dari kapal sampai benda yang dibaring pada
bar II;
f. Tariklah di peta, mulai dari benda yang dibaring, sebuah garis lurus dalam arah
berlawanan dari bar II selanjutnya jangkalah mulai dari benda yang dibaring pada
garis tersebut jauh yang ditempuh itu. Titik yang didapat (S) adalah posisi kapal
pada bar II;
Laju kapal = 12 mil
Selisih waktu = 15 menit
Jadi jauh = 15/60 x 12 mil = 3 mil
Cara melukisnya di peta cukup hanya bar II saja dan menjangka jarak AC yang
sama dengan jauh BS antara kedua bar tersebut.
20
Gambar 10
Posisi kapal,baringan dengan sudut berganda
Merupakan bar sudut berganda, dimana bar II dilakukan ketika benda itu melintang.
Disini bar I adalah 450 (4 surat) terhadap haluan; jadi bar II harus tepat melintang (90 0
= 8 surat) terhadap haluan. Sekarang kita dapati jarak terpendek dimana benda yang
dibaring itu dilewati.
Konstruksi di peta adalah sama seperti halnya pada bar sudut berganda.
21
Gambar 11
Posisi kapal, baringan empat surat
Merupakan Bar 26,50 terhadap haluan dan untuk mengetahui pada jarak berapakah
benda itu akan melintang adalah sebagai berikut :
a. Baringlah benda, apabila ini tiba pada 26,50 terhadap haluan dan catatlah
waktunya;
b. Baringlah lagi benda tersebut, apabilah baringnya pada lambung yang sama
menjadi 450 dan catatlah lagi waktunya;
c. Sekarang jika kapal dengan laju yang sama masih terus berlayar dalam selang
waktu yang sama, jadi menempuh jarak yang sama, maka benda tersebut jarak
dari kapal sampai benda yang dibaring adalah sama dengan jauh antar 2 (dua)
baringan yang pertama;
22
d. Jadi pada bar II kita sudah mengetahui dimana kapal akan tiba, jika benda yang
dibaring itu melintang dan karenanya dapat mengambil tindakkan seperlunya
(misalnya jika tiba terlampau dekat pada pantai);
VD = BD
BD = AD Cotg
CD = AD Cotg
BC = AD Cotg 26,50 Cotg 450
= AD ??
= AD
Maka AD – BC dan CD – AD BD
Untuk konstruksi di peta :
Jika benda A kita baring pada pukul 09.00 dalam arah yang membentuk sudut
26,50 dengan garis haluan dan pada pukul 09.20 baringan tersebut membentuk
sudut 450 dengan garis haluan serta selama jangka waktu 20 menit itu jarak yang
ditempuh adalah misalnya 4 mil, maka AD = CD = 4 mil.
Jadi benda A akan melintang pada pukul 09.40 dengan jarak 4 mil.
23
Gambar 12
Posisi kapal, baringan istimewa
2.2.10 Posisi kapal,Baringan Silang
Adalah bar dari 2 (dua) benda yang dikenal tanpa perubahan tempat
a. Baringlah benda benda A dan B pada pedoman, secara segera dan berturutan;
b. Jabarkanlah bar bar tersebut menjadi bar sejati (Bs);
c. Tariklah mulai dari A dan B garis-garis lurus dalam arah berlawanan dengan Bs
masing-masing;
d. Titik potong dari kedua garis bar adalah posisi kapal (S);
24
Gambar13
Posisi kapal, baringan silang
Adalah bar dua benda yang dikenal, dimana antara pemilikkan tersebut terdapat
geseran.
a. Baringlah benda A pada pedoman dan catatlah waktunya serta jabarkanlah Bp
menjadi Bs;
b. Tariklah garis bar I dari A berlawanan dengan arah Bs I dan tentukanlah titik
potong C dengan garis haluan;
c. Baringlah benda kedua B setelah berselang beberapa waktu lamanya, dan
catatlah waktunya serta jabarkanlah Bp menjadi Bs;
25
d. Tentukanlah jarak yang ditempuh dan jangkakan ini (CD) pada arah haluan, serta
tariklah garis bar I yang digeserkan melalui D;
e. Tariklah dari benda B garis bar II berlawanan dengan arah Bs II titik potong S
adalah posisi kapal pada bar II;
Gambar 14
Posisi kapal, baringan dengan geseran
Merupakan Bar dengan pengukuran sudut dalam bidang datar dan cara menentukan
posisi kapal adalah sebagai berikut :
a. Baringlah pada pedoman salah satu dari kedua benda, misalnya A dan ukurlah
sekaligus sudut dalam mana A dan B terlihat dengan sekstan (?)
26
b. Jabakanlah Bp menjadi Bs, tariklah dari A garis lurus dalam arah berlawanan
dengan baringan;
c. Lukislah di titik sembarangan C pada garis ini garis CD yang membentuk sudut
dengan AC yang sama dengan sudut yang telah diukur;
d. Tariklah dengan mistar jangkar dari B garis lurus sejajar pada CD, titik potong S
dari garis ini dengan garis bar I adalah posisi kapal;
Gambar 15
Posisi kapal, baringan dengan pengukuran sudut bidang datar
27
a. Kaki-kaki mistar yang dapat digerakan membentuk sudut-sudut sesuai dengan
arah baringan;
b. Station pointer diletakan di atas peta sedemikian rupa sehingga sisi tajamnya jatuh
berhimpit pada ketiga benda baringan;
c. Maka akan didapat titik pusat pembagian lingkaran dari ketiga benda baringan
yang merupakan posisi kapal;
28
Gambar 17
29
3. TATA LALU LINTAS DI KAWASAN PELABUHAN
Penataan kapal di kawasan Pelabuhan lebih ditujukan kepada antara lain menghindari
kecelakaan kapal sebagai focus utama, ketentuan dan kepastian posisi yang harus
ditempati kapal saat berlabuh, kejelasan lintasan yang boleh dan tidak boleh serta
kemudahan dalam pengawasan oleh pengusaha dan penguasa pelabuhan
pembatasan bagian yang mungkin timbul seperti kebakaran kapal yang meluas,
pencemaran akibat tumpahan minyak dari kapal tanker dan kemudahan turun naik
crew kapal ke darat.
Oleh karenanya tata lalu lintas kapal di kawasan pelabuhan dimulai dari pembatasan
daerah :
3.1. Sektor aman menuju pelabuhan (Traffic line to port)
30
Gambar 20
Sektor aman menuju pelabuhan
Gambar 21
Garis penuntun dengan beacon
Garis penuntun yang berguna untuk mengarahkan kapal-kapal yang berlayar menuju
pelabuhan dipasang garis penuntun yang ditandai dengan bouy tetap yang
diperlengkapi dengan beacon, agar bisa digunakan siang dan malam oleh navigator
bernavigasi dengan aman.
31
Gambar 22
Garis batas penangkapan ikan
Garis-garis batas yang terdapat diareal perairan pelabuhan seperti batas
penangkapan ikan , merupakan suatu keharusan tertata agar kegiatan penengkapan
ikan terarah dan keamanan kapal-kapal yang berada dipelabuhan terjamin
keamanannya untuk masuk dan keluar pelabuhan.
32
Gambar 23
Pelintasan dengan minimum draft
Jalur pelintasan kapal –kapal diareal pelabuhan benar-benar dapat dijamin
keselamatannya berdasarkan data-data passage plan yang tersedia, seperti minimal
kedalaman pada jalur tertentu.
33
Gambar 24
Garis dan bagan pemisah lalulintas kapal laut
34
Garis ataupun bagan pemisah bagi kapal yang keluar masuk pelabuhan merupakan
kebutuhan terutama bagi pelabuhan yang ramai guna menghindarkan bahaya navigasi
kapal.
35
4. TEMPAT BERLABUH JANGKAR KAPAL
4.1.Tempat berlabuh
Kapal yang baru datang harus terlebih dahulu menyelesaikan urusan kesehatan
pelabuhan (quarintine clearence), Menunggu muatan atau penumpang untuk bongkar
muat , untuk itu mereka perlu melakukan labuh jangkar disuatu tempat yang sudah
diatur oleh penguasa atau pengusaha pelabuhan.
- Kelompok kapal 5050 DWT keatas
- Kelompok kapal 5000 DWT kebawah
- Kelompok kapal gas
- Kelompok kapal tanker
- Kelompok kapal barang/bulk
- Kelompok kapal ikan
- Kelompok kapal kerja of shore
- Kelompok kapal dalam perbaikan
- Kelompok kapal penumpang dan kapal feri
- Kelompok kapal perang dan kapal negara
Tempat berlabuh ini disediakan bagi kapal-kapal yang singgah untuk kepentingan
darurat seperti ; berlindung dari terpaan taipun, mengisi air, makanan , mengantar
crew yang sakit dsb. Umumnya tempat tersebut diarahkan oleh port operation
setempat dan tidak memerlukan port clearance namun perlu diperiksa kebenarannya
oleh penjaga pantai setempat.
36
5. STASIUN PANDU (PILOT POINT)
Penentuan stasiun pandu ini hendaklah termuat di dalam buku kepanduan bahari
(pilot Sailing directions book) dan tertera di atas peta laut baik terbitan British
admiralty chart maupun peta laut terbitan Hydral-Al Indonesia.
Sesuai dengan masa atau waktu yang berjalan maka pemantauan ini sedikit
banyaknya akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut oleh pihak yang
berwenang pelabuhan harus menyempurnakan melalui publikasi seperti pada tahun
naties to marine (NTM) terbitan admiralty publication atau pada Berita Pelaut
Indonesia (BPI) terbitan Hidral-Al Indonesia.
Pada masa kini peta laut menggunakan data electronik (Electronic Chart) para pelaut
dikapal akan lebih cepat melakukan tugas koreksi peta .
37
PENUTUP
Penyusun
38
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1. Tabel Karakteristik Lampu-lampu Suar ----------------------------------------------------- 1
2. Informasi Data Sistim Pelampung -------------------------------------------------------------
39
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar, sektor lampu suar
2. Gambar sisitem pelampung cardinal
3. Beberapa bentuk , pelampung sistem later lateral
4. Gambar, sudut bahaya mendatar
5. Gambar Sudut bahaya tegak
6. Gambar navigasi dengan garis penuntun
7. Gamabar posisi kapal, baringan dengan jarak
8. Gambar posisi kapal , baringan dengan peruman
9. Gambar posisi kapal, baringan gesseran
10. Gambar posisi kapal , baringan dengan sudut berganda
11. Gambar posisi kapal, baringan empat surat
12. Gambar posisi kapal, baringan istimewa
13. Gambar posisi kapal, baringan silang
14. Gambar posisi kapal, baringan dengan geseran
15. Gambar posisi kapal, dengan pengukuran sudut bidang datar
16. Gambar posisi kapal, baringan sinellius
17. Jalur menuju pelabuhan
18. Jalur penuntun dengan beacon
19. Garis batas penangkapan ikan
20. Pelintasan dengan minimun draft
21. Garis dan bagan pemisah lalu lintas kapal laut
40
DAFTAR PUSTAKA
41