Askep CKD Sri Ningsih Askom PDF
Askep CKD Sri Ningsih Askom PDF
DENGAN CKD
Disusun Oleh :
SRI NINGSIH
Halaman Judul
2022
1
LEMBAR PENGESAHAN
DISUSUN OLEH:
SRI NINGSIH
PEMBIMBING 1 PEMBIMBING 2
2
Daftar Isi
3
BAB IV ......................................................................................................................................... 50
PEBAHASAN............................................................................................................................... 50
C.Intervensi/Perencanaan Keperawatan .................................................................................... 52
D.Tahap Implementasi Keperawatan ........................................................................................ 52
E. Tahap Evaluasi Keperawatan................................................................................................ 52
BAB V .......................................................................................................................................... 53
PENUTUP..................................................................................................................................... 53
A.Kesimpulan............................................................................................................................ 53
B.Saran ...................................................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 55
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hadirkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan Hidayahnya yang telah
dilimpahkan kepada kami.Salam dan shalawat selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
Tn. I dengan CKD
Makalah ini disusun dalam rangka syarat untuk ASKOM. Dalam penyusunan laporan
ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bimbingan pengarahan serta
bantuan dari berbagai pihak, akhrinya laporan kasus ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada :
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan.oleh karena itu,saran dan
kritik yang membangun dari pembaca yang budiman sangat di butuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini kedepannya.terima kasih.
Penulisan,
5
BAB I
PENDAHULUAN
Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal
yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa dari darah, ditandai
adanya protein dalam urin serta penurunan laju filtrasi glomerulus, berlangsung lebih dari 3
bulan (Black & Hawks, 2018; Kliger, 2018). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit
ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak pada
masalah medik, ekonomik dan sosial yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, baik di
Kasus CKD di dunia semakin meningkat, 38% pada tahun 2014 meningkat menjadi
50%, pada tahun 2015. Menurut United State Renal Data System (USRDS) di Amerika
Serikat prevalensi penyakit gagal ginjal kronis meningkat sebesar 20% – 25% setiap
Sedangkan kasus gagal ginjal di Indonesia setiap tahunnya masih terbilang tinggi karena
masih banyak masyarakat Indonesia tidak menjaga pola makan dan kesehatan tubuhnya.
Riset Kesehatan Dasar / Riskesdas (2015) melaporkan prevalensi penyakit CKD berdasarkan
diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,6 persen. Riskesdas juga melaporkan prevalensi CKD
terbesar terdapat pada pasien berusia ≥ 65 tahun, yaitu sebesar 1,2 persen. Berdasarkan jenis
kelamin, prevalensi CKD pada pria di Indonesia sebesar 0,8 persen dan pada wanita di
6
Data dari Yayasan Ginjal Diatrash Indonesia (YGDI) tahun 2016 jumlah pasien CKD pada
saat ini diperkirakan 60.000 orang dengan pertambahan 4.400 baru setiap tahunnya. Di
Indonesia, jumlah penderita gagal ginjal kronik hingga tahun 2015 berjumlah 150 ribu
orang akan tetapi yang membutuhkan terapi fungsi ginjal seperti terapi hemodialisis
mencapai 3000 orang. Berdasarkan data yang diperoleh YAGINA (Yayasan Ginjal
Indonesia) pada tahun 2016 terdapat 6,7% dari penduduk Indonesia sudah mempunyai
gangguan fungsi ginjal dengan tingkatan sedang sampai berat, dengan kecendrungan
yang meningkat sesuai dengan kemajuan sebuah negara yang mengubah pola konsumsi
Seluruh Indonesia (PDPERSI) menyatakan jumlah penderita CKD di perkirakan pada tahun
2025 mendatang mencapai 247.500 kasus. (Yayasan Ginjal Diatrash Indonesia, 2017).
Peran perawat sebagai edukator dapat menggunakan berbagai metode dan media yang
dibutuhkan agar pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien menimbulkan hasil
yang baik yaitu perubahan perilaku hidup sehat. Berbagai media dapat dipakai untuk
memberikan pendidikan kesehatan seperti metode diskusi, ceramah, audio visual maupun
dengan media pamlet. Informasi akan disimpan dalam memory 20% jika disampaikan
dengan menggunakan media visual, 50% jika menggunakan media audiovisual dan 70% jika
dilakukan dalam praktek nyata. Pertimbangan pengaruh budaya dalam proses belajar
diketahui bahwa intruksi akan lebih efektif apabila disampaikan dalam bentuk video yang
menampilkan pesan menyerupai benda asli (Notoatmodjo, 2007 dalam Hartati, 2017).
Rumah sakit Hermina Mekarsari merupakan salah satu rumah sakit swasta yang terletak
didaerah Cilengsi propinsi JAWA BARAt yang mempunyai fasilitas pelayanan ICU .
Berdasarkan data rekam medis pasien yang dirawat di Rumah sakit Hermina Mekarsari.
7
Berdasarkan data tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mencoba menerapkan
kemampuan baik pengetahuan maupun skill yang telah didapatkan selama pendidikan pada
kasus Cronic Kidney Diases, dengan menuangkannya kedalam bentuk Karya Tulis Ilmiah
kejadian pasien yang menderita CKD terus mengalami peningkatan. . Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis merumuskan pertanyaan penulis yakni
ASKEP PADA PASIEN KLIEN TN.I DENGAN CRONIC KIDNEY DIASES DI IGD DI
8
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1Tujuan umum
Tujuan penulisan ini mampu menerapkan asuhan keperawatan tentang pasien Cronik Kidney
Disease.
1.3.2Tujuan khusus
Ada pun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah agar:
Disease
4. Mampu menerapkan rencana tindakan keperawatan dalam tindakan yang nyata sesuai
dengan masalah yang diprioritaskan pada salah seorang pasien dengan Cronic Kidney
Diases.
5. Mampu menilai hasil (evaluasi) dari penerapan asuhan keperawatan yang telah
9
1.4 Manfaat Penulis
1.4.1Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu bagi profesi
CKD.
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan mengenai penanganan pasien CKD
10
BAB II
KONSEP DASAR
A.Medis
1.Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal
yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa dari darah, ditandai
adanya protein dalam urin serta penurunan laju filtrasi glomerulus, berlangsung lebih dari 3
bulan (Black & Hawks, 2018; Kliger, 2018). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit
ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak pada
masalah medik, ekonomik dan sosial yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, baik di
gagal ginjal kronik (CKD) merupakan tahapan akhir gagal ginjal dimana GFR < 15 ml/
menit, sehingga tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
Adapun tahap Chronic Kidney Disease menurut National Kidney Foundation (2017) dan
1. Tahap I: Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat (>90 ml/min/1.73m2).
Fungsi ginjal masih normal tapi telah terjadi abnormalitas patologi dan komposisi dari
2. Tahap II: Penurunan GFR ringan yaitu 60-89 ml/min/1.73 m2 disertai dengan
kerusakan ginjal. Fungsi ginjal menurun ringan dan ditemukan abnormalitas patologi
11
3. Tahap III: Penurunan GFR sedang yaitu GFR 30-59 ml/min/1.73 m2. Tahapan ini
terbagi lagi menjadi tahapan IIIA (GFR 45-59) dan tahapan IIIB (GFR 30-44). Saat
pasien berada dalam tahapan ini telah terjadi penurunan fungsi ginjal sedang.
4. Tahap IV: Penurunan GFR berat yaitu 15-29 ml/menit/1,73 m2, terjadi penurunan
fungsi ginjal yang berat. Pada tahapan ini dilakukan persiapan untuk terapi pengganti
ginjal.
5. Tahap V: Gagal ginjal dengan GFR <15 ml/menit/1,73 m2, merupakan tahapan
kegagalan ginjal tahap akhir. Terjadi penurunan fungsi ginjal yang sangat berat dan
2.Etiologi
Chronic Kidney Disease (CKD) terjadi akibat berbagai macam keadaan yang dapat merusak
nefron ginjal. Smeltzer, et al (2018) menyebutkan bahwa CKD dapat disebabkan oleh
yang tidak dapat dikontrol; obstruksi traktus urinarius; lesi herediter seperti penyakit ginjal
polikistik, gangguan vaskuler, infeksi, medikasi atau agen toksik. Parmar (2018) juga
menyatakan bahwa penyebab dari kejadian CKD juga disebabkan oleh akibat lingkungan dan
12
3.Tanda dan Gejala
Gejala cronik kidney diases disebabkan penurunan fungsi ginjal secara perlahan. Pada tahap
awal, gejala belum dapat terasa dengan jelas karena penurunan fungsi ginjal masih dapat
ditoleransi oleh tubuh. Gejala lebih parah mulai terasa jelas saat penununan fungsi ginjal
Mual.
Muntah.
Lebih sering ingin buang air kecil, terutama di malam hari atau bila tahap lebih lanjut lagi
Edema atau pembengkakan pada mata kaki, tungkai, atau tangan akibat penumpukan
cairan.
Nyeri dada, terutama jika ada penumpukan cairan pada jaringan jantung.
Pucat.
Pusing.
13
4.Pemeriksaan Penunjang
Nilai normal :
14
Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk ginjal, misalnya:
infark miokard.
2.Pemeriksaan laboratorium
menetapkan etiologi.
a.Urine :
Volume : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada (anuria)
Warna : secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri, lemak
partikel koloid, fosfat atau asam urat. Sedimen yang kotor menunjukan adanya darah
Berat jenis : kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan ginjal
berat)
Osmolalitas : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan tubular dan rasio
Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi natrium
15
b.Darah :
Hitung darah lengkap : Ht : menurun pada adanya anemia. Hb : biasanya kurang dari
7-8 g/dL
GDA: pH : penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi hidrogen dan amonia atau hasil akhir
Natrium serum : mungkin rendah (bila ginjal “kehabisan natrium” atau normal
(asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis SDM). Pada tahap akhir, perubahan
EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5 mEq atau lebih besar.
Magnesium/fosfat : meningkat
Kalsium : menurun
Osmolalitas serum : lebih besar dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan urine
16
e Sistouretrogram ginjal : menunjukan ukuran kandung kemih, refluks kedalam ureter,
retensi
f.Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa
pembesaran ginjal.
g.Pemeriksaan EKG
h.Biopsi ginjal :
Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis
histologis.
i.Endoskopi ginjal, nefroskopi : dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal; keluar batu,
17
5. Patofisiologi
Ketika fungsi ginjal menurun, produk akhir metabolisme protein yang secara normal
dikeluarkan oleh ginjal menumpuk dalam darah. Akibatnya akan terjadi uremia yaitu
penumpukan ureum dan kreatinin dalam darah yang akan mempengaruhi seluruh sistem
tubuh. Semakin besar sisa metabolisme menumpuk dalam darah akan semakin besar gejala
yang terjadi (Smeltzer, et al, 2018). Karena setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi
uremia, pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Beratnya tanda dan gejala ini
18
Pathway
19
20
6.Penatalaksanaan Medis
Penyakit gagal ginjal kronik (CKD) merupakan titik akhir dari gangguan faal ginjal yang
dapat diatasi lagi dengan tindakan konservatif, sehingga membutuhkan terapi pengganti
pasien (Kallenbach, et al, 2018). Terapi pengganti ginjal terdiri dari hemodialisis, peritoneal
dialisis dan transplantasi ginjal. Saat ini hemodialisis (HD) merupakan terapi pengganti
ginjal yang paling banyak dilakukan dan jumlahnya dari tahun ketahun terus meningkat.
B.Keperawatan
1.Pengkajian
Aktifitas dan istirahat: kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur, kelemahan otot
Integritas ego: faktor stres, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan, menolak, cemas,
Eliminasi: penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat
anoreksia, mual, muntah, rasa logam pada mulut, asites, penurunan otot, penurunan
lemak subkutan.
21
Neurosensori: sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan,
Nyeri/ kenyamanan: nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, distraksi, gelisah.
Pernapasan
Pernapasan kusmaul (cepat dan dangkal), paroksismal nokturnal dyspnea (+), batuk
Keamanan: kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi), petekie,
ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM terbatas.
Interaksi sosial: tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya.
2.Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih, retensi
elektrolit di ginjal.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d nausea dan vomitus yang menetap,
ketidakseimbangan elektrolit.
22
7. Resiko cidera b.d status mental akibat abnormalitas kimia darah.
8. Resiko gangguan intergritas kulit b.d gangguan status metabolic, pruritas, edema.
3.Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Intervensi Rasional
23
DO: 8. Libatkan keluarga respon terhadap
TD meningkat untuk aktif dalam terapi.
Nadi meningkat pembatasan cairan Untuk
RR meningkat pasien memantau
24
Untuk menurunkan
volume ciaran.
25
Kelemahan otot salmon, tomat, Agar pasien dan
semangka keluarga
Diare Parestesia wajah,
5. Monitor EKG berpartisipasi
lidah kaki, tangan
6. Beri penkes tentang dalam program diet
Nadi: ireguler tanda-tanda yang ada
hiperkalemia:nafas Meningkatkan
Nafas pendek
pendek,berdebar keterlibatan
Na: debar,lemas, keluarga dalam
parestesia, memantau keadaan
K :meningkat
kelemahan otot, hiperkalemia
CL diare. Memantau keadaan
7. Berikan penkes pada elektrolit serum
Jumlah urin menurun
pasien dan keluarga Untuk menurunkan
EKG yang khas: pentingnya diet kadar kalium
gelombang T tinggi, rendah kalium serum
interval PR memanjang. 8. Libatkan keluarga
untuk segera melapor
keperawat jika ada
tanda-tanda
hiperkalemia
9. Kolaborasi untuk
pemeriksaan
elektrolit serum
10. Kolaborasi untuk
pemberian obat-
obatan (deuretik,
bicarbonat)
3 Perubahan nutrisi 1. Kaji pola makan Untuk
kurang dari kebutuhan pasien sebelum dan mempermudah
berhubungan dengan sesudah sakit dalam
nausea dan vomitus 2. Observasi KU pasien memberikan
26
yang menetap, 3. Anjurkan makan intervensi
pembatasan asupan diet dalam porsi kecil tapi keperawatan
sering Mengetahui status
Ditandai dengan :
4. Timbang BB perhari kesehatan pasien
DS : 5. Beri penkes Dapat mencukupi
pentingnya asupan nutrisi yang
Pasien mengatakan
pembatasan diet dan dibutuhkan tubuh.
mual dan tidak nafsu hubungannya dengan Untuk mengetahui
penyakit ginjal status ciaran dan
makan
6. Libatkan pasien dan nutrisi
DO : keluarga dalam Meningkatkan
pemberian makan pemahaman pasien
Adanya muntah
porsi kecil tapi sering tentang hubungan
Karakteristik muntah 7. Kolaborasi dengan antara diet dengan
bagian gizi untuk diet penyakit
Porsi makan yang
pasien Untuk membantu
dihabiskan
meningkatkan
BB sebelum sakit dan asupan nutrisi,
meningkatkan
saat ini
peran keluarga
dalam perawatan
pasien.
Membantu
menentukan diet
yang tepat sesuai
kondisi penyakit
pasien.
27
retensi produk sampah. Mengetahui adanya
perubahan tanda-
DS: 2. Ukur TTV sebelum
tanda vital sebelum
dan sesudah aktifitas.
Pasien mengatakan dan sesudah
3. Tingkatkan aktifitas
beraktifitas
lemas dan Pasien sesuai batas toleransi
Tirah baring lama
bantu melakukan
mengeluh sesak dapat menurunkan
ROM aktif dan pasif
kemampuan.
terutama jika 4. Kolaborasi untuk
Ketidak
pemeriksaan
beraktifitas seimbangan
elektrolit serum
DO: elektrolit dapat
5. Libatkan keluarga
mengganggu fungsi
untuk membantu
Keadaan umum lemah neuromuskuler
pasien melakukan
Konjungtiva anemis yang memerlukan
ROM aktif dan pasif
peningkatan
6. Jelaskan kepada
HB turun
penggunaan energi
pasien/ keluarga
untuk
mengenai manfaat
menyelesaikan
aktifitas ROM aktif
tugas..
dan pasif
Membantu
meningkatkan
kemampuan pasien
dalam aktifitas
bertahap sesuai
toleransi.
Pengetahuan
pasien/keluarga
meningkat
sehingga pasien/
keluarga dapat
mengikuti program
28
pengobatan yang
diberikan.
29
pemeriksaan
elektrolit ( Na, K,
CL,Mg,Ca)
pemberian oksigen
30
Tipe pernafasan ke perawat jika ada Meningkatkan
kusmaul keluhan sesak nafas, peran serta pasien
sakit kepala, mual, dalam pemberian
PH menurun
muntah dan asuhan keperawat
PCO2 normal penurunan Untuk mengatasi
kesadaran(cenderung keadaan asidosis
HCO3:menurun
mengantuk) metabolik
BE:menurun 7. Kolaborasi dengan
dokter:
Na:
a. Untuk
K: pemberian
bicarbinat
CL:
b. Pemantauan
AGD dan
Elektrolit
c. Pemeriksaan
albumin darah
d. Pemberian
bicarbonat
e. Hemodialisa
7 Resiko cedera bd 1. Observasi ku dan Untuk menilai
tingkat kesadaran kondisi kesehatan
perubahan status
2. Ukut tanda tanda dan status mental
mental akibat vital pasien
3. Observasi adannya Untuk mengkaji
abnormalitas kimia
perubahan perilaku status
darah ditandai dengan pasien hemodinamik
4. Pasang pengaman pasien
DS:
tempat tidur, jauhkan Mengindikasikan
Pasien mengatakan benda2 yang adannya gannguan
membahayakan fungui otak akibat
31
sakit kepala, , 5. Berikan penkes uremia
pentingnya segera Untuk mencegah
mengantuk
melapor perawat jika cedera
DO: ada keluhan pusing Meningkatkan
dan pandangan keterlibatan pasien
Keadaan umum
kabur dalam pencegahan
Tekanan darah 6. Libatkan keluarga terjadinya cedera
untuk memantau Menngkatkan
Nadi
adannya perubahan keterlibatan
Suhu status mental pasien keluarga dalam
seperti: pasien pecegahan cedera
RR
cenderung Untuk
Perubahan status mengantuk menghentikan
7. Kolaborasi dengan kejang
mental: mengantuk,
dokter untuk
koma pemberian obat
antikonvulsan jika
muncul kejang
8 Resiko gangguan 1. Inspeksi kulit Sebagai data dasar
terhadap perubahan Mengetahui status
integritas kulit bd
warna, turgor, hidrasi, dan kondisi
gangguan status vaskulerekimosis. kulit
2. Pantau intake & Mencegah
metabolic, pruritas,
output cairan, hidrasi kerusakan kulit
edema ditandai kulit dan membrane Mencegah
mukosa. kerusakan kulit
dengan:
3. Jaga kulit tetep Untuk menjaga
DS: kering dan bersih. kelembaban dan
4. Ubah posisi tidur tiap keutuhan kulit
Pasien mengatakan
2 jam sekali,beri menjaga kebersihan
bantalan pada
32
kulit terasa gatal penonjolan tulang. pasien dan
5. Beri perawatan kulit, mencegah infeksi
DO:
batasi sabun, olesi untuk mengurangi
Kulit tampak kering lotion. gatal dan mencegah
6. Pertahankan linen terjadinya luka
keabu-abuan
kering dan kencang. Meningkatkan
Edema 7. Ajarkan partisipasi keluarga
menggunakan pada perawatan
kompres lembab dan pasien
dingin pada area
pruritas
8. Libatkan keluarga
untuk menjaga
kelembaban kulit dan
membantu kompres
lembab dan dingin
9 Cemas berhubungan 1. Kaji tingkat Menentukan
dengan perubahan kecemasan pasien tingkat kecemasan
status kesehatan 2. Anjurkan dan beri pasien
kesempatan pasien Informasi dan
dan situasi kritis
dalam jawaban atas
ditandai dengan:
mengungkapkan pertanyaan dapat
DS : kecemasannya membantu
3. Dengarkan menurunkan
Pasien menanyakan
permasalahan pasien ansietas dan
kondisi penyakitnya dengan penuh meningkatkan
perhatian hubungan kerja
DO:
4. Libatkan keluarga antara perawat dan
Ekspresi wajah tegang dalam menggali pasien.
33
kecemasannya pasien dan perawat
5. Batasi pengunjung Membantu
6. Ciptakan suasana mendapatkan
lingkungan yang informasi
tenang dan nyaman Memberikan
7. Kolaborasi dengan kesempatan kepada
dokter dalam pasien untuk
menjelaskan kondisi beristirahat
penyakit pasien Suasana yang
8. Jelaskan kepada tenang dapat
pasien/ keluarga menurunkan
tentang pentingnya kecemasan pasien
membatasi Penjelasan
pengunjung mengenai penyakit
membantu dalam
menurunkan
kecemasan pasien
Meningkatkan
pengetahuan pasien
sehingga pasien/
keluarga dapat
mengikuti program
pengobatan yang
diberikan
34
10 Kurang pengetahuan 1. Kaji tingkat Untuk mengetahui
tentang perawatan, pengetahuan pasien. seberapa dalam
kondisi, prognosis, 2. Berikan kesempatan pengetahuan pasien
tindakan berhubungan kepada pasien untuk tentang
dengan kurangnya mengajukan penyakitnya dan
informasi/ salah pertanyaan tentang
interpretasi ditandai 3. Beri penkes pada penatalaksanaan
dengan : pasien dan keluarga nya di rumah.
mengenai penyebab Mengatahui tingkat
DS :
gagal ginjal, pengetahuan pasien
Pasien mengatakan konsekuensinya, dan Pasien dapat
penanganannya belajar tentang
tidak tahu tentang
penyebab gagal gagal ginjal dan
penyakit yang ginjal pasien, penaganan setelah
pengertian gagal mereka siap untuk
dialaminya dan
ginjal, pembatnasan memahami dan
perawatan yang harus cairan diet dengan menerima
gagal ginjal, diagnosis dan
dijalani
4. Bantu pasien untuk konsekuensinya.
DO : mengidentifikasi Pasien dapa
cara-cara untuk melihat bahwa
Pasien banyak bertanya
memahami berbagai kehidupannya tidak
35
Ekspresi wajah tampak perubahan akibat harus berubah
penyakit dan akibat penyakit.
bingung
penanganan yang Untuk
mempengaruhi meningkatkan
hidupnya. pengetahuan pasien
5. Kolaborasi dengan tentang penyakit
dokter untuk dan cara
menjelaskan tentang penatalaksanaanny
pnyakit dan a.
penatalaksanaannnya
Pelaksanaan merupakan tindakan mandiri dasar berdasarkan ilmiah, masuk akal dalam
melaksanakan tindakan yang bermanfaat bagi pasien yang diantisipasi berhubungan dengan
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat berupa tindakan
keadaan pasien, validasi rencana keperawatan, menentukan kebutuhan dan bantuan yang
diberikan serta menetapkan strategi tindakan yang dilakukan. Selain itu juga dalam
pelaksanaan tindakan semua tindakan yang dilakukan pada pasien dan respon pasien pada
36
tindakan dilakukan, tindakan dan respon pasien serta diberi tanda tangan sebagai aspek legal
5.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah pengukuran respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
pasien ke arah pencapaian tujuan. ( menurut Potter, Lyer , 2017 dan DepKes RI )
a.Jenis-jenis evaluasi :
2. Evaluasi kualitatif adalah evaluasi mutu yang difokuskan pada tiga dimensi yang
saling terkait
37
3. Membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan
ditetapkan
kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
Tujuan sama sekali tidak tercapai, bila pasien menunjukkan tidak ada perubahan
38
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.I
Umur : 49 tahun
Pendidikan : Sarjana
1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Sesak,penurunan kesadaran,demam
SMRS,pasien cenderung tidur dan linglung,demam sudah 2 hari batuk ada mual ada,muntah
ada 1x.
c. Riwayat Alergi
39
Keluarga pasien mengatakan riwayat penyakit ckd on hd dengan hd rutin senin dan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
2) Sistem Penglihatan
Pada bagian penglihatan konjungtiva anemis, pupil anisokor, kelopak mata edema
10) Sistem Integumen : Turgor Kulit elastis, warna kulit sawo matang, integritas kulit baik
40
11) Sistem Muskuloskeletal : kekuatan otot lemah, atropi tidak ada.
2. Motorik : aktifitas sehari-hari bantuan minimal, berjalan bantuan minimal, riw. Patah
Status mental pasien orientasi, pasien tampak tenang, tidak ada kesulitan tidur dan pasien
e. Kebutuhan Pendidikan/Pengajaran
Pasien bicara normal dengan bahasa Indonesia, tidak ada hambatan belajar, cara belajar yg
disukai diskusi dan mendengar. Keluarga pasien menginginkan informasi terkait penyakit
3. Pemeriksaan Penunjang
Jam 00.30
Jenis
Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
41
Hematokrit 19,5 % 35 – 52 %
168 mg/dl DM
>200 kemungkinan
DM
Elektrolit
AGD
PH 7,22 7,36-7,45
42
Hasil Ro/ thorax tanggal 11-08-2022
4. Penatalaksanaan Medis
Terapi IGD
43
5. Analisa data
DO:
Ku : sakit sedang ,
kesadaran somnolan
Td : 162/82 mmhg
Nadi 120x/m
- Rr: 40x/m
- Sp02 70%
- Pasien tampak
sesak
- Terpasang NRM 15
liter
2. DS:
Keluarga Suplai oksigen menurun Gangguan
mengatakan pasien pertukaran gas
sesak sejak 1 hari
SMRS,diperberat
1jam SMRS
DO:
- Pasien tampak
sesak
- Suara napas ronchi
- RR:40x/mnt,nadi
120x/mnt
DO
Ku sedang,kesadaran
44
somnolon
TTV S:38,2C
N:120x/mnt
Leukosit :24.140/UL
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
C. Rencana Keperawatan
TGL/ Dx Tujuan Keperawatan Rencana Tindakan
JAM
11/08/22 Setelah dilakukan tindakan Monitor
Jam keperawatan selama 1x24 jam pola
23.30 napas membaik dengan kriteria hasil TTV,adanya
1. Penggunaan alat bantu kelelahan,alat
pernapasan menurun/tidak ada
2. Frekuensi pernapasan normal bantu
3. Sesak berkurang/hilang napas,monitor
45
status respirasi
dan oksigenasi
Atur posisi semi
fowler
Lakukan suction
bila perlu
Libatkan
keluarga dalam
mempertahankan
posisi semi fowler
Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
oksigen
Penkes
pentingnya posisi
semi fowler
Observasi TTV
12-08- Setelah dilakukan tindakan
22 keperawatan selama 1x24 jam terutama
Jam gangguan pertukaran gas kembali pernapasan
00.00 adekuat dengan kriteria hasil
1. Sesak berkurang/hilang Observasi
2. RR:18-20x/mnt
frekuensi,kedalam
3. Tidak ada suara ronchi
4. Tidak ada tanda-tanda sianosis an dan alat bantu
5. Pasien tidak terpasang alat
napas
bantu napas
Observasi
kulit,catat adanya
sianosis pada kulit
dan kuku
Kolaborasi dengan
46
dokter pemberian
oksigen dan
pemeriksaan AGD
47
3. Conjungtiva tidak anemis aktifitas
4. Kulit/akral hangat Kolabosi dengan
5. Crt<3 deti dokter untuk
6. HB naik/normal kembali pemberian oksigen
Kolaborasi dengan
dokter untuk
transfusi
48
D. Implementasi Keperawatan
tambahan.pasien tampak
sengal.
44
Tanggal Tindakann Hasil Nama
dan jam
darah,AGD,EKG dan
rontgen thorax
busa.
45
yang menyerap keringat keringat
dan jam
jalan napas
berat,kesadaran somnalan
46
E. Evaluasi
J.06.00 sesak
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
dan pucat
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
47
S:Keluarga mengatakan pasien masih Sr.S
demam
P:Intervensi dilanjutkan
lemas
samnolon,Hb:6,8g/Dl
teratasi
P:Intervensi dilanjutkan
48
Patway
Zat toksik
Tertimbun diginjal
GFR turun
GGK
Infeksi
HIPERTERMI
Produksi HB turun
Oksihemoglobin turun
Edema
49
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn.I dengan CKD diruang IGD
Rumah Sakit Umum Hermina Mekarsari , cilengsi, Bogor yang penulis pada tanggal 11
Agustus 2022, penulis menemukan adanya kesenjangan teori dengan kasus di lapangan.
Bab ini bertujuan untuk membandingkan, antara teori dengan kasus dilapangan, dimulai dari
evaluasi keperawatan.
A.Tahap pengkajian
Pada tahap pengkajian tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
B. Diagnosa keperawatan
Menurut teori dengan diagnosa yang seharusnya ditemukan pada pasien Tn.I dengan
sampah.
50
5. Resiko penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume
edema
situasi
Berdasarkan data yang didapat dari pasien saat kita melakukan pengkajian selama IGD, Dari
10 diagnosa yang ada di teori tersebut, pada asuhan keperawatan ini kita menemukan 4
51
C.Intervensi/Perencanaan Kperawatan
Intervensi keperawatan akan selalu dilakukan sesuai denagn diagnosa keperawatan
keperawatan dapat dilaksanakan,hal ini dikarenakan tindakan keperawatan yang dilakukan lebih
berprioritas pada kegawat daruratan serta waktu yang terbatas dalam menanganan kasus tersebut.
52
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Setelah memberikan asuhan keperawatan dan melakukan pembahasan antara teori dan kasus,
1. Pada pengkajian data pengkajian persistem dikaji dengan lengkap sesuai dengan masalah
nya. Pengkajian sudah sesuai dengan teori, atau format yang berlaku.Dalam memperoleh
data tidak ditemukan adanya hambatan karena pasien dan keluarga kooperatif
2. Pada diagnosa keperawatan yang ditemukan Pada teori terdapat sepuluh (10) diagnosa
3. Intervensi yang di susun sesuai dengan diagnosa keperawatan Intervensi yang di buat
proses keperawatan dan pendokumentasian. Dilakukan bedah kasus secara rutin setiap
bulan sekali.
53
B.Saran
Dalam melakukan pengkajian kepada pasien :
Diharapkan perawat sudah mempersiapkan, menguasai dan membekali diri dengan
pengetahuan, keterampilan dan komunikasi teurapetik yang kompeten. Sehingga
diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien di instalasi gawat
darurat khususnya dan ruang perawatan pada umumnya sehingga dapat tercapai
asuhan keperawatan yang komprehensif.
Diharapkan untuk kedepannya ada penelitian atau studi kasus yang lebih mutakhir
guna memperbaharui kasus dengan penderita CKD terutama dalam pemberian
Asuhan Keperawatan..
54
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddart.2002. Buku Ajar keperawatan medical bedah, edisi 8vol 3.Jakarta: EGC
Carpenito,2018.RencanaAsuhan&dokumentasikeperawatan,diagnosaKeperawatandanmasalahk
olaboratif.Jakarta:EGC
Johnson, M., et all. 2017. Nursing Outcomes classification(NOC) second edition. New Jersey
Kasuari.2017.AsuhanKeperawatansystempencernaandankardiovaskulerdenganpendekatanpatofi
Lewis, A. L., Stabler, K.A., & Welch, J.L. (2018).Perceived informational needs, problem, or
concern among patients with stage 4 chronic kidney disease.Nephrology Nursing Journal.
55