Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TN.

L
DENGAN SINDROM KORONER AKUT DI ELANG 1 PUTRA
RSUP DR. KARIADI SEMARANG

DISUSUN OLEH :
Putri Sekar Wijayanti
Dwi Anto
Adib Hanafi
Maretta Sekar Dewi

PROGRAM PELATIHAN KEPERAWATAN KARDIOVASKULAR


TINGKAT DASAR RSUP DR. KARIADI SEMARANG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TN. L


DENGAN SINDROM KORONER AKUT DI ELANG 1 PUTRA
RSUP DR. KARIADI SEMARANG

LAPORAN

Diajukan untuk memenuhi tugas


Pelatihan Kardiovaskuler Tingkat Dasar (PKKvTD)
Bagi Perawat Tahun 2022

Oleh :
Putri Sekar Wijayanti
Dwi Anto
Adib Hanafi
Maretta Sekar Dewi

Disetujui Oleh :

Pembimbing Kelompok

Azrul Zulmi, S.Kep., Ns

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya berupa iman, Islam, dan kesehatan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas kelompok dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pasien Tn. L dengan Sindrom Koroner Akut di Elang 1 Putra RSUP Dr. Kariadi
Semarang” dengan baik.
Tugas ini disusun atas bimbingan, pengarahan, dan peran serta dari
berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dwi Titik R., S.Kep., Ns selaku kepala ruang Elang 1 RSUP Dr Kariadi
Semarang.
2. Bapak Ari Kusumantoro, S.Kep.,Ns selaku MOT PKKvTD Angkatan 2 yang
telah memberikan materi, pengarahan dan bimbingan.
3. Ibu Azrul Zulmi, S.Kep., Ns selaku CI pembimbing ruangan di Elang 1 RSUP
Dr Kariadi Semarang yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan
selama praktik di ruang Elang 1.
4. Perawat ruang Elang 1 yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan
selama di ruang Elang 1.
5. Semua teman- teman pelatihan kardiovasuler tingkat dasar tahun 2022.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tugas ini.


Karena itu penulis menerima saran dan kritik demi kesempurnaan laporan tugas
kelompok ini. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Semarang, Oktober 2022


Kelompok 1

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN :...................................................................................i


KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. TUJUAN.......................................................................................................2
C. METODE......................................................................................................3
D. MANFAAT...................................................................................................3
E. SISTEMATIKA PENULISAN.....................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
BAB III..................................................................................................................24
TINJAUAN KASUS..............................................................................................24
A. PENGKAJIAN............................................................................................24
B. ANALISA DATA.......................................................................................37
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................................39
D. INTERVENSI KEPERAWATAN..............................................................39
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN.........................42
BAB IV..................................................................................................................50
PEMBAHASAN....................................................................................................50
BAB V....................................................................................................................53
PENUTUP..............................................................................................................53
A. KESIMPULAN...........................................................................................53
B. SARAN.......................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................54

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 EKG reciprocal..................................................................................15

Gambar 3. 1 Thorax...............................................................................................32
Gambar 3. 2 EKG tgl 8/10/2022............................................................................33
Gambar 3. 3 EKG tgl 9/10/2022............................................................................34
Gambar 3. 4 ECHO tgl 29/8/2022.........................................................................35

v
DAFTAR TABEL

Tabel
1 Jenis Sindrom Koroner Akut.................................................................................8
Tabel 2. Klasifikasi KILLIP2...................................................................................9
Tabel 3. Skor Risiko TIMI untuk STEMI3..............................................................9
Tabel 4. Total Skor TIMI untuk STEMI4..............................................................10
Tabel 5. Skor Risiko TIMI untuk UA/NSTEMI5..................................................11
Tabel 6. Total Skor TIMI untuk UA/NSTEMI6....................................................11

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sindroma koroner akut (SKA) merupakan dekompensasi jantung akut
akibat suplai darah yang mengandung oksigen ke jantung tidak adekuat.
Sindroma koroner akut merupakan penyakit penyebab utama kematian di
dunia (Diputra et al, 2018).
Penelitian yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2016
bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien sindrom koroner akut. Data
yang diperoleh berupa data sekunder rekam medis pasien periode April 2016 –
Desember 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin terbanyak
adalah laki-laki sebanyak 92 pasien (84,4%) dengan rerata usia sebesar 56,42
± 12,059 tahun. Proporsi jenis SKA yaitu ST-Elevation Myocardial Infarction
(STEMI) sebanyak 66 pasien (60,6%), Non-ST Elevation Myocardial
Infarction (NSTEMI) sebanyak 5 pasien (4,6%) dan Unstable Angina Pectoris
(UAP) sebanyak 38 pasien (34,9%). Proporsi riwayat penyakit terdahulu yaitu
memiliki riwayat hipertensi sebanyak 67 pasien (61,5%), memiliki riwayat
Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 25 pasien (22,9%), yang memiliki riwayat
gangguan fungsi ginjal sebanyak 32 pasien (29,4%). Pasien yang memiliki
ketiga riwayat penyakit tersebut sebanyak 8 pasien, sedangkan yang tidak
memiliki riwayat penyakit terdahulu sebanyak 27 pasien. Riwayat sosial
terbanyak adalah memiliki riwayat merokok sebesar 57 pasien (52,3%) dan
tidak memiliki riwayat keluarga sebanyak 95 orang (87,2%). Proporsi terbesar
adalah gula darah sewaktu normal (83,5%) dan kadar kolesterol High-Density
Lipoprotein (HDL) rendah (52,3%). Keadaan sewaktu pulang terbanyak
adalah pulang berobat jalan (88,1%) dengan lama rawatan rerata 5,91 ± 2,459
hari (Diputra et al, 2018).
Data Riskesdas 2018 juga melaporkan bahwa Prevalensi Penyakit
Jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia mencapai 1,5%, dengan
prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Utara 2,2%, DIY 2%,
Gorontalo 2%.

vii
Selain ketiga provinsi tersebut, terdapat pula 8 provinsi lainnya dengan
prevalensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi nasional.
Delapan provinsi tersebut adalah, Aceh (1,6%), Sumatera Barat (1,6%), DKI
Jakarta (1,9%), Jawa Barat (1,6%), Jawa Tengah (1,6%), Kalimantan Timur
(1,9%), Sulawesi Utara (1,8%) dan Sulawesi Tengah (1,9%).
Jika dilihat dari tempat tinggal, penduduk perkotaan lebih banyak
menderita Penyakit Jantung dengan prevalensi 1,6% dibandingkan penduduk
perdesaan yang hanya 1,3%
Berbagi faktor resiko mempunyai peran penting timbulnya sindrom
koroner akut mulai dari aspek metabolik, hemostasis, imunologi, infeksi, dan
banyak faktor lain yang saling terkait. Menurut WHO tahun 2014, penyakit
jantung iskemik merupakan penyebab utama kematian di dunia (12,8%)
sedangkan di Indonesia menempati urutan ke tiga. Perkembangan sindrom
koroner akut menjadi masalah kesehatan publik yang bermakna.
Agar standar dan strategi pengobatan serta penatalaksanaan pasien SKA
berlangsung secara optimal, efektif dan efisien sesuai dengan pedoman atau
standar terapi yang telah ditetapkan, maka perlu adanya suatu sistem dan atau
mekanisme yanga secara terus menerus memonitor dan memantau terapi obat
yang diterima pasien.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada Tn. L dengan Sindrom
Koroner Akut di Ruang Elang 1 Putra RSUP Dr. Kariadi Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep dasar Sindrom Koroner Akut (SKA)
b. Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. L dengan Sindrom
Koroner Akut di Ruang Elang 1 Putra
c. Menetapkan diagnosa keperawatan pada Tn. L dengan Sindrom
Koroner Akut di Ruang Elang 1 Putra
d. Menyusun intervensi keperawatan pada Tn. L dengan Sindrom Koroner
Akut di Ruang Elang 1 Putra

viii
e. Melaksanakan implementasi keperawatan pada Tn. L dengan Sindrom
Koroner Akut di Ruang Elang 1 Putra
f. Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. L dengan Sindrom Koroner
Akut di Ruang Elang 1 Putra

C. METODE
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan berbagai metode
untuk mengumpulkan data dan mengimplemetasikan konsep yang telah
diperoleh. Metode yang dilakukan adalah wawancara, pemeriksaan fisik,
observasi, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi.

D. MANFAAT
Hasil penulisan laporan ini dapat menjadi tambahan referensi dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan tentang proses keperawatan pada kasus
penyakit jantung, juga dapat meningkatkan mutu pelayanan pada kasus
Sindrom Koroner Akut (SKA).

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu :
1. BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan
2. BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari tinjauan pustaka dan manajemen
asuhan keperawatan
3. BAB III : Tinjauan kasus meliputi asuhan keperawatan pada Tn. L dengan
Sindrom Koroner Akut di Ruang Elang 1 Putra RSUP Dr. Kariadi Semarang
4. BAB IV : Pembahasan
5. BAB V : Kesimpulan dan saran

ix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN

Sindrom koroner akut adalah suatu keadaan infark atau nekrosis otot
jantung karena kurangnya suplai darah dan oksigen pada miokard
(ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard) (Udjianti,
2013).
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan sekumpulan keluhan dan
tanda klinis yang sesuai dengan iskemik miokard. SKA ini dapat berupa angina
tak stabil (unstable angina), infark miokard non – elevasi ST (IMA/
NEST/NSTEMI), infark miokard dengan elevasi ST (IMA EST/ STEMI),
maupun angina pectoris pasca infark atau passca tindakan intervensi coroner
perkutan (PERKI, 2021).
Sindrom koroner akut adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke
otot jantung terganggu yang disebabkan oleh karena sumbatan pada arteri
koroner, sumbatan akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding
arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke otot jantung (Joyce, 2014).

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Penyebab SKA paling sering adalah oklusi lengkap atau hampir


lengkap dari arteri coroner, biasanya dipicu oleh ruptur plak arterosklerosis
yang rentan dan diikuti oleh pembentukan trombus. Ruptur plak dapat
dipicu oleh faktor-faktor internal maupun eksternal (Joyce, 2014).
Faktor internal antara lain karakteristik plak, seperti ukuran dan
konsistensi dari inti lipid dan ketebalan lapisan fibrosa, serta kondisi
bagaimana plak tersebut terpapar, seperti status koagulasi dan derajat
vasokontriksi arteri. Plak yang rentan paling sering terjadi pada area dengan
stenosis kurang dari 70 % dan ditandai dengan bentuk yang eksentrik dengan
batas tidak teratur; inti lipid yang besar dan tipis dan pelapis fibrosa yang tipis
(Joyce, 2014).

x
Faktor eksternal berasal dari aktivitas klien atau kondisi eksternal
yang memengaruhi klien. Aktivitas fisik berat dan stress emosional berat,
seperti kemarahan, serta peningkatan respon system saraf simpatis dapat
menyebabkan rupture plak. Pada waktu yang sama, respon system saraf
simpatis akan meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium. Peneliti telah
melaporkan bahwa factor eksternal, seperti paparan dingin dan waktu
tertentu dalam satu hari, juga dapat memengaruhi rupture plak. Kejadian
coroner akut terjadi lebih sering dengan paparan terhadap dingin dan pada
waktu– waktu pagi hari. Peneliti memperkirakan bahwa peningkatan respon
system saraf simpatis yang tiba-tiba dan berhubungan dengan faktor-faktor
ini dapat berperan terhadap ruptur plak. Peran inflamasi dalam memicu
ruptur plak masih dalam penelitian (Joyce, 2014). Apapun penyebabnya,
ruptur plak aterosklerosis akan menyebabkan (1) paparan aliran darah
terhadap inti plak yang kaya lipid, (2) masuknya darah ke dalam plak,
menyebabkan plak membesar, (3) memicu pembentukan trombus, dan (4)
oklusi parsial atau komplet dari arteri coroner (Joyce, 2014).
Angina tak stabil berhubungan dengan oklusi parsial jangka pendek
dari artericoroner, sementara SKA berasal dari oklusi lengkap atau signifikan
dari arteri coroner yang berlangsung lebih dari 1 jam. Ketika aliran darah
berhenti mendadak, jaringan miokardium yang disuplai oleh arteri tersebut
akan mati. Spasme arteri coroner juga dapat menyebabkan oklusi akut.
Faktor risiko yang memicu serangan jantung pada klien sama untuk semua
tipe PJK (Joyce, 2014).
1. Alkohol
Konsumsi yang berlebih dapat menimbulkan kerusakan hati, meningkatkan
tekanan darah, meningkatkan insiden kanker mulut dan kanker esophagus,
dan lain sebagainya.
2. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus sudah sejak lama dikenal sebagai faktor resiko
independen yang dapat menyebabkan berbagai macam kelainan
kardiovaskular. Sebuah teori mengatakan bahwa salah satu dari tipe
Diabetes dihubungkan dengan kelainan intrinsik primer dimana sel-sel akan

xi
berumur pendek sehingga terjadi peningkatan pergantian sel. Selain itu
disfungsi trombosit pada diabetes juga menyumbang peran yang berarti.
3. Obat-obatan
Beberapa obat dapat menyebabkan hipertensi, seperti golongan
Mineralokortikoid, NSAIDs, Amfetamin, Antidepresan trisiklik, dan lain
lain.
4. Latihan Fisik (Exercise)
Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 5-10 mmHg.
Olahraga juga dapat meningkatkan cardiac output, dengan cara :
- Meningkatkan kontraktilitas dan otot-otot miokardium sehingga dapat
dicapai stroke volume yang maksimal
- Meningkatkan jumlah kapiler-kapiler di miokard
- Menurunkan denyut jantung saat istirahat
- Menurunkan resistensi perifer saat istirahat
5. Hyperlipoproteinemia
Semakin banyak lipoprotein yang beredar dalam darah, akan semakin besar
kemungkinan bagi mereka untuk memasuki dinding arteri. Bila dalam
jumlah besar maka akan melampaui kemampuan sel otot polos untuk
memetabolismenya sehingga lemak akan terakumulasi pada dinding arteri.
6. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko yang paling penting dalam penyakit
kardiovaskular. Hipertensi mempercepat terjadinya aterosklerosis, yaitu
dengan cara menyebabkan perlukaan secara mekanis pada sel endotel di
tempat yang mengalami tekanan tinggi.
7. Obesitas
Obesitas dapat menyebabkan aterosklerosis, hipertensi, hiperlipidemia dan
Diabetes tipe 2, dan berbagai kondisi lainnya.
8. Asupan garam yang berlebihan
Pembatasan asupan garam dapat menurunkan tekanan darah 1-10
mmHg. Asupan yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya retensi
natrium dan air, sehingga menambah beban jantung.

xii
9. Merokok
Efek rokok pada sistem kardiovaskular :
- Nikotin mempunyai efek langsung terhadap arteri koronaria dan platelet
darah.
- Inhalasi karbon monoksida mengurangi kapasitas eritrosit membawa
oksigen. Selain itu juga meningkatkan kebutuhan oksigen
miokardium, meningkatkan platelet adhesiveness dan katekolamin
plasma.

C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis yang berhubungan denga SKA berasal dari iskemia


otot jantung dan penurunan fungsi serta asidosis yang terjadi. Manifestasi
klinis utama dari SKA adalah nyeri dada yang serupa dengan angina pectoris
tetapi lebih parah dan tidak berkurang dengan nitrogliserin.Nyeri dapat
menjalar ke leher, rahang, bahu, punggung, atau lengan kiri.Nyeri juga dapat
ditemukan di dekat epigastrium, menyerupai nyeri pencernaan. SKA juga
dapat berhubungan dengan manifestasi klinis yang jarang terjadi berikut ini
(Lily, Leonard, 2019).
1. Nyeri dada, perut, punggung, atau lambung yang tidak khas
2. Mual atau pusing
3. Sesak nafas dan kesulitan bernafas
4. Kecemasan,kelemahan,atau kelelahan yang tidak dapat dijelaskan
5. Palpitasi, keringat dingin

xiii
D. JENIS SINDROM KORONER AKUT

Berdasarkan jenisnya, Sindroma Koroner Akut dapat diklasifikasikan sebagai


berikut :

Tabel 1. Jenis Sindrom Koroner Akut


Penjelasan Nyeri
Jenis Temuan EKG Enzim Jantung
Dada
Angina Pectoris Angina pada waktu - Depresi segmen T Tidak meningkat
Tidak Stabil istirahat/aktivitas - Inversi gelombang T
ringan, hilang dengan - Tidak ada gelombang Q
istirahat

Non ST Elevasi Angina lebih berat dan - Depresi segmen ST Meningkat


Miocard Infark lama (>30 menit), - Inversi gelombang T minimal 2 kali
(NSTEMI) tidak hilang dengan nilai batas atas
nitrat. Perlu opium Normal
untuk menghilangkan
nyeri.
ST Elevasi Angina lebih berat dan - Hiperakut T Meningkat
Miokard Infark lama (>30 menit), - Elevasi segmen T minimal 2 kali
(STEMI) tidak hilang dengan - Gelombang Q nilai batas atas
pemberian nitrat. - Inversi gelombang T normal
Perlu opium untuk
menghilangkan nyeri.

E. KLASIFIKASI

1. Klasifikasi KILLIP
Klasifikasi KILLIP digunakan untuk menilai berat-ringannya penurunan
fungsi jantung dan prognosis pasien infark miokard akut. Klasifikasi
KILLIP pertama kali dibuat oleh dr. Killip T pada tahun 1967 dalam
penelitiannya terhadap 250 pasien yang mengalami infark miokard akut.

xiv
Angka kematian masing-masing kelas KIllip adalah angka pada penelitian
tersebut. Dengan era reperfusi (fibrinolitik dan primary PCI) angka-angka
ini telah menurun sekitar 30-50%.

Tabel 2. Klasifikasi KILLIP1


Kelas KILLIP Keterangan Angka Kematian 30 hari
KILLIP I Tidak ada gagal jantung. Tidak ada 6%
tanda klinis dekompensasi jantung

KILLIP II Gagal jantung. Terdapat tanda-tanda 17%


gagal jantung seperti gallop S3, dan
ronki basah halus di separuh lapangan
bawah paru
KILLIP III Gagal jantung berat. Ronki basah halus 38%
di seluruh lapangan paru

KILLIP IV Syok kardiogenik. Tanda-tanda: tekanan 67%


darah sistolik <90 mmHg, dan tanda-
tanda vasokonstriksi perifer seperti akral
dingin, sianosis, oliguri, dan diaphoresis

2. Skor Risiko TIMI untuk STEMI


Skor resiko TIMI pada STEMI (TIMI risk score for STEMI) adalah
sistem skoring untuk menilai resiko kematian dalam 30 hari pada pasien
STEMI.

Tabel 3. Skor Risiko TIMI untuk STEMI2


Faktor Resiko Skor
Historikal
Umur 65-74 tahun 2
Umur ≥ 75 tahun 3
Diabetes/Hipertensi/Angina 1

xv
Pemeriksaan
Tekanan Darah Sistolik < 100 3
Frekuensi Denyut Jantung > 100 2
Killip II – IV 2
Berat Badan < 67 kg 1
Presentasi
Elevasi ST di Anterior atau LBBB
Onset > 4 jam 1
Skor Total 0 – 14

Hitung skor resiko TIMI total pasien STEMI dengan memasukkan faktor-
faktor resiko yang dimilikinya sesuai tabel di atas. Tabel di bawah
menunjukkan resiko pasien tersebut untuk mengalami kematian dalam
waktu 30 hari sesuai dengan total skor resiko TIMI yang dimilikinya.
Tabel 4. Total Skor TIMI untuk STEMI3
Skor Total Angka kematian dalam 30 hari %
0 0.8
1 1.6
2 2.2
3 4.4
4 7.3
5 12
6 16
7 23
8 27
>8 36

3. Skor Risiko TIMI untuk UA/NSTEMI


Skor resiko TIMI pada UA/STEMI (TIMI risk score for UA/NSTEMI)
adalah sistem skoring untuk menilai resiko terjadinya kejadian kardiak
pada pasien UA/NSTEMI.

xvi
Tabel 5. Skor Risiko TIMI untuk UA/NSTEMI4
Faktor Resiko Skor
Historikal
Umur ≥ 65 tahun 1
≥ 3 faktor resiko coroner 1
Telah diketahui adanya stenosis koroner
1
≥ 50%
Penggunaan ASA dalam 7 hari terakhir 1
Presentasi
≥ 2 episode angina berat dalam 24 jam 1
Peningkatan enzim jantung 1
Deviasi segmen ST > 0.05 mm 1
Skor Total 0–7

Hitung skor resiko TIMI total pasien UA/NSTEMI dengan memasukkan


faktor-faktor resiko yang dimilikinya sesuai tabel di atas. Tabel di bawah
menunjukkan resiko pasien tersebut untuk mengalami kejadian kardiak
dalam waktu 14 hari sesuai dengan total skor resiko TIMI yang
dimilikinya.
Tabel 6. Total Skor TIMI untuk UA/NSTEMI5
Skor Total Kejadian Cardiac dalam 14 hari (%)
0–1 5
2 8
3 13
4 20
5 26
6–7 41

Keterangan:
- TIMI = Thrombolysis in Myocardial Infarction. Sistem skoring TIMI
pada UA/NSTEMI diambil dari penelitian TIMI 11B yang dipublikasikan
tahun 2000

xvii
- UA = Unstable Angina
- NSTEMI = Non ST Elevation Myocardial Infarction
- Faktor resiko koroner = hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, perokok
aktif, atau riwayat keluarga
- Kejadian kardiak = kematian, infark miokard atau revaskularisasi urgen

F. PATOFISIOLOGI

1. Perubahan awal
Terjadinya penimbunan plak-plak aterosklerosis
2. Perubahan intermediate
Plak semakin besar dan terjadi obstruksi dari lumen arteri koroner
epikardium. Hal ini menyebabkan peningkatan sirkulasi darah sebanyak 2-3
kali lipat akibat olahraga tidak dapat dipenuhi. Keadaan ini disebut Iskemia
dan manifestasinya dapat berupa Angina atau nyeri pada dada akibat kerja
jantung yang meningkat
3. Perubahan akhir
Terjadi ruptur pada ‘cap’ atau bagian superficial dari plak sehingga akan
terjadi suatu situasi yang tidak stabil dan bebagai macam manifestasi klinik
seperti Angina at rest atau Infark Miokard. Dengan terpaparnya isi plak
dengan darah, akan memicu serangkaian proses platetel agregasi yang pada
akhirnya akan menambah obstruksi dari lumen pembuluh darah tersebut
4. Iskemia miokard
Peristiwa ini akan menimbulkan serangkaian perubahan pada fungsi
diastolik, lalu kemudian pada fungsi sistolik. Menyusul dengan perubahan
impuls listrik (gelombang ST-T) dan akhirnya timbullah keadaan Infark
Miokard.
- Angina stabil : Bila obstruksi pada arteri koroner ≥ 75%
- Unstable angina : Bila terjadi ruptur dari plak ateromatosa
- Angina Prinzmetal : Bila terjadi vasospasme dari arteri koroner
utama

xviii
WOC Sumber : Nurarif & Kusuma (2015)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. EKG (Elektrokardiografi)
Adanya gelombang patologik disertai peninggian S-T segmen yang konveks
dan diikuti gelombang T yang negative dan simetrik. Kelainan Q menjadi
lebar (lebih dari 0,04 sec) dan dalam (Q/R lebih dari ¼).

xix
Gambar 2. 1 EKG reciprocal
2. Laboratorium
- Creatin fosfakinase (CPK). Iso enzim CKMB meningkat
Kreatini kinase adalah enzim yang spesifik pada sel otak, miokardium dan
tulang. Adanya CK dalam darah mengindikasikan nekrosis jaringan atau
luka, level CK mengikuti perkiraan peningkatan dan penurunan sesuai
waktu tertentu. Jantung secara spesifik harus dikethi dengan menilai
aktivitas isoenzim. Terdapat 3 isoenzim CK : CK – MM, isoenzim
predominan untuk tulang; CK – MB ditemukan pada otot miokard; CK-
BB pada otak. Akivitas CK_MB sangat spesifik pada infark miokard dan
menunjukkan peningkatan dan penurunan selama 3 hari. Pada MI, kadar
CK_MB mulai meningkat dalam 4-8 jam, memuncak dalam 24 jam dan
menurun hingga normal pada 2-3 hari.
- SGOT (Serum Gluramic Oxalotransaminase Test)
Nomal kurang dari 12 mU/mL. kadar enzim ini naik pada 12-24
jam setelah serangan.
- Troponin
Troponin adalah protein otot myocardial yang dilepaskan ke aliran
darah dengan luka pada otot myocardial. Troponin T dan I tidak
ditemukan pada pasien yang sehat, peningkatan nilai
mengidentifikasikan nekrosis jaringan jantung atau infark miokard
akut. Troponin mulai meningkat dalam 4-8 jam pada MI dan tetap
tinggi selama 4 – 7 hari.
- Myoglobulin

xx
Penanda awal lain pada MI adalah myoglobulin, protein molekuler ringan
heme yang ditemukan pada jantung dan otot tulang, merupakan pendeteksi
awal, 2 jam setelah MI dengan penurunan cepat seteah 7 jam.
- LDH (Lactic De-Hydrogenase)
Normal kurang dari 195 mU/mL. kadar enzim biasanya baru mulai
naik setelah 48 jam.
3. Echocardiogram : Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi,
gerakan katup atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi
katup.
4. Kateterisasi : Angiografi koroner untuk mengetahui derajat obstruksi.
5. Radiologi : Pembesaran dari jantung.

H. MANAJEMEN MEDIS TERAPI AWAL

1. Oksigen 4 L/menit jika saturasi <95%


2. Morphine iv jika nyeri dada hebat dan tidak berkurang dengan nitrat
3. Nitroglycerin/ Nitrat Sublingual, spray Atau IV. Hati-hati pada TDS < 90
mmHg
4. Aspirin 160 to 325 mg
5. Clopidogrel 600 mg atau Ticagrelor 180 mg

I. TATA LAKSANA LANJUT

1. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan medis adalah memperkecil kerusakan jantung
sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Kerusakan
jantung diperkecil dengan cara, segara mengembalikan keseimbangan
antara kebutuhandan suplai oksigen jnatung. Terapai obat – obatan,
pemberian oksigen dan tirah baring dilakuakan secara bersamaan untuk
tetap mempertahankan jantung. Obat – obatan dan oksigen digunakan
untuk meningkatkan suplai oksigen, sementara tirah baring dilakukan
untuk mengurangi kebutuhan oksigen. Hilangnya nyeri merupakan
indikator utama bahwa kebutuhan dan suplai telah mencapai
keseimbangan.

xxi
2. Terapi farmakologis
Menurut Brunner (2013) farmakoterapi ada tiga kelas obat- obatan yang
biasa digunakan untuk meningkatkan suplai oksigen yaitu:
a. Vasodilator
Vasodilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalah
nitrogliserin (NTG) intravena. Dosis NTG yang diperlukan untuk
menghilangkan nyeri dada bervariasi antara satu pasien dengan yang
lainnya.
b. Antikoagulan
Heparin adalah antikoagulan pilihan untuk membantu
mempertahankan integritas jantung. Heparin memperpanjang waktu
pembekuan darah, sehingga dapat menurunkan kemungkinan
pembentukan trombus dan selanjutnya menurunkan aliran darah.
c. Trombolitik
Tujuan trombolitik adalah untuk melarutkan setiap trombus yang telah
terbentuk di arteri koroner, memperkecil penyumbatan dan
jugaluasnya infark. Agar efektif, obat ini harus diberikan pada
awal awitan nyeri dada.
3. Pemberian oksigen
Terapi oksigen dimulai saat awitan nyeri. Oksigen yang dihirup akan
langsung meningkatkan saturasi darah. Efektifitas terapeutik oksigen
ditentukan dengan observasi kecepatan dan irama pertukaran pernapasan,
dan pasien mampu bernafas dengan mudah. Saturasi oksigen dalam darah
secara bersamaan diukur dengan pulsa-oksimetri.
4. Analgetik
Pemberian analgetik dibatasi hanya untuk pasien yang tidak efektif
diobati dengan nitrat dan anti koagulan. Analgetik pilihan masih tetap
morfin sulfat yang diberikan secara intra vena dengan dosis meningkat 1
sampai 2 mg. Respons kardiovaskuler terhadap morfin dipantau dengan
cermat, khususnya tekanan darah yang sewaktu – waktu dapat turun.
Tetapi karena morfin dapat menurunkan preload dan afterload dan
merelaksasi bronkus sehingga oksigenasi meningkat, maka tetap ada

xxii
keuntungan terapeutik selain menghilangkan nyeri pada pemberian obat
ini.
5. Terapi non farmakologi
Menurut Idrus (2014) terapi non farmakologi yang dapat dilakukan oleh
pasien Sindrom koroner akut yaitu sebagai berikut :
a. Aktivitas pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama Diet karena
resiko muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard, pasien harus
puasa atau hanya minum air dalam, 4 – 12 jam pertama. Diet
mencangkup lemak < 30% kalori total dan kandungan kolesterol <
300% mg/hari. Menu harus diperkaya dengan makanan yang kaya
serat, kalium, magnesium, dan rendah natrium.
b. Bowels istirahat ditempat tidur dan efek penggunaan narkotik untuk
menghilangkan nyeri mengakibatkan konstipasi. Dianjurkan
penggunaan kursi roda di samping tempat tidur, diet tinggi serat dan
penggunaan pencahar ringan secara rutin.
c. Sedasi pasien memerlukan sedasi selama perawatan untuk
mempertahankan periode inaktivasi dengan penenang. Dapat
menggunakan diazepam 5 mg, oksazepam 15 – 30 mg atau lorazepam
0,5-2 mg diberikan 3 atau 4 kali sehari biasanya efektif.

J. KOMPLIKASI

1. Gagal Ginjal Kongestif


Merupakan kongestif sirkulatif akibat disfungsi miokardium. Infark
miokardium mengganggu fungsi miokardium karena menyebabkan
pengurangan kontraktilitas, gerakan dinding yang abnormal, dan menambah
daya kembang ruang jantung. Dengan berkuragnya kemampuan ventrikel
kiri untuk mengosongkan ruang, volume kuncup berkurang, sehingga
tekanan ventrikel kiri meningkat. Akibatnya tekanan vena pulmonalis
meningkat dan dapat menyebabkan transudasi, hingga udem paru sampai
terjadi gagal jantung kiri. Gagal jantung kiri dapat berkembang menjadi
gagal jantung kanan.
2. Syok Kardiogenik

xxiii
Diakibatkan karena disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami infark
yang massif. Timbul lingkaran setan hemodinamik progresif hebat yang
irreversible, yaitu:
- Penurunan perfusi perifer
- Penurunan perfusi koroner
- Peningkatan kongesti paru
3. Disfungsi otot Papilaris
Disfungsi iskemik atau rupture nekrosis otot papilaris akan mengganggu
fungsi katub mitralis, memungkinkan eversi daun katub ke dalam atrium
selama sistolik.
4. Defek Septum Ventrikel
Nekrosis septum interventrikularis dapat menyebabkan rupture dinding
septum sehingga terjadi defek septum ventrikel. Akibatnya curah jantung
sangat berkurang disertai peningkatan kerja ventrikel kanan dan kongesti.
5. Rupture jantung
Rupture dinding ventrikel jantung yang bebas dapat terjadi pada awal
perjalanan infark selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum
pembentukan parut.
6. Tromboembolisme
Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi kasar
yang merupakan factor predisposisi pembentukan thrombus. Pecahan
thrombus terlepas dan dapat terjadi embolisme sistemik.
7. Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung kontak
dengan pericardium menjadi besar sehingga merangsang permukaan
pericardium dan menimbulkan raeksi peradangan. Kadang terjadi efusi
pericardial.
8. Sindrom Dressler
Sindrom pasca infark miokardium ini merupakan respon peradangan jinak
yang disertai nyeri pada pleura pericardial. Diperkirakan sindrom ini
merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap miokardium yang mengalami
nekrosis.

xxiv
9. Aritmia
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologis sel-sel miokardium.
Perubahan ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu
rekaman grafik aktifitas listrik sel.

K. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut


a. Definsi berdasarkan SDKI
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. Penyebab berdasarkan SDKI
Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
c. Luaran Keperawatan berdasarkan SLKI
Tingkat Nyeri
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Frekuensi nadi membaik
- Pola napas membaik
- Tekanan darah membaik
d. Intervensi Keperawatan berdasarkan SIKI
Manajemen Nyeri
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kuaiitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik

xxv
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Diagnosa Keperawatan : Risiko Penurunan Curah Jantung
a. Definsi berdasarkan SDKI
Berisiko mengalami pemompaan jantung yang tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
b. Penyebab berdasarkan SDKI
- Perubahan irama jantung
- Perubahan kontraktilitas
c. Luaran Keperawatan berdasarkan SLKI
Curah Jantung
- Kekuatan nadi perifer meningkat
- Ejection fraction meningkat
- Gambaran EKG aritmia menurun
- Lelah menurun
- Dispnea menurun

xxvi
- PND menurun
- Ortopnea menurun
- Tekanan darah membaik
d. Intervensi Keperawatan berdasarkan SIKI
Perawatan Jantung
Observasi
- Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea,
peningkatan CVP)
- Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
- Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri dada (mis. intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasl yang mengurangi nyeri)
- Monitor EKG 12 sadapan
- Monitor aritmla (kelainan irama dan frekuensi)
- Monitor nilai laboratorium jantung (mis. elektrolit, enzim jantung.
BNP, NT pro-BNP)
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
aktivitas
- Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat
(mis, beta blocker, ACE inhibitor, cale/um channel blocker, digoksin)
Terapeutik
- Posisikan pasien semi-Fowler atau Fowler dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
- Berikan diet jantung yang sesuai (mis. batasi asupan kafein, natrium,
kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
- Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermiten, sesuai indikasi
- Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat

xxvii
- Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika periu
- Berikan dukungan emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%
Edukasi
- Aniurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
- Anjurkan berhenti merokok
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
- Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
- Rujuk ke program rehabilitasi jantung

xxviii
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan hari Senin tanggal 10 Oktober 2022 di ruang Elang 1
Putra RSUP dr Kariadi Semarang secara autoanamnesa dan alloanamnesa.
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. L
Umur : 68 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
Alamat : Genuk - Semarang
No. Reg : 12314999
Tanggal MRS : 8 Oktober 2022, pukul 04.00 WIB
Masuk Rg. Elang I, Pa LT. 1 : 8 Oktober 2022, pukul 07.30 WIB
Diagnosa medis : Recent STEMI, Suspek MR sedang –
berat, RBBB, Dyspnea dd oedema pulmo,
Cardiomegali, HT
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.. S
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Genuk - Semarang
3. Keluhan Utama
Pasien mengatakan badan lemas, nyeri dada hilang timbul dan nafas ngos-
ngosan

xxix
P : Pasien mengatakan nyeri dada hilang timbul dan nafas ngos- ngosan,
nyeri semakin meningkat saat melakukan aktifitas duduk, BAB.
Q : Pasien mengatakan nyeri dada terasa seperti tertekan benda berat.
Pasien kadang meringis kesakitan
R : Pasien mengatakan nyeri menyebar ke seluruh dada ke punggung
belakang
S : Pasien mengatakan, skala nyeri numeric 4 (nyeri sedang)
T : Pasien mengatakan nyeri terasa hilang timbul, selama 5-10menit.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan riwayat nyeri dada dan nafas sesak sudah 3 hari
sebelum MRS, tidak bisa beraktifitas, mudah lelah dan keringat dingin,
karena dirasa keluhan nyeri dada dan sesak nafas tidak kunjung membaik,
pasien memutuskan untuk mencari fasilitas kesehatan ke RSUP
Dr.Karyadi, pasien datang melalui IGD dan dirawat inap di ruang elang 1.
Pasien saat ini menggunakan NRM 13 lpm.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi namun jarang
mengkonsumsi obat, aktivitas tetap dilakukan seperti biasa. Pasien
mengatakan jika merasa tidak enak badan hanya minum obat warung saja.,
Pasien tidak memiliki alergi makanan dan obat-obatan.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti hipertensi,
jantung, dan penyakit menular lainnya bapak mertua pasien sudah
meninggal tetapi bukan karena penyakit jantung.

xxx
7. Genogram

Keterangan :
: laki – laki
: perempuan
: pasien
: meninggal

8. Pola Fungsional Kesehatan


a. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Sebelumnya, saat sakit pasien hanya minum obat dari warung saja.
b. Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit pasien tidak ada pantangan dalam mengkonsumsi
makanan, suka makan gorengan, selama sakit pasien makan diet dari
rumah sakit
c. Eliminasi
Sebelum sakit pasien biasa BAB 1 x/ hari teratur, selama di rawat di
rumah sakit pasien belum BAB selama 2 hari,urin output/24 jam
tanggal 08-10-2022 600cc dengan diuresis 0,3 cc/kg/bb/jam.
d. Aktivitas-Latihan
Sebelum sakit pasien jarang berolahraga, setelah sakit pasien hanya
berbaring di atas tempat tidur.
e. Tidur-Istirahat
Sebelum sakit pasien biasa tidur diatas jam 22.00 WIB, selama sakit
pasien sulit tidur karena merasa nyeri dan sesak nafas.
f. Pola Persepsi Kognitif
Selama sakit, pasien penglihatannya bagus tanpa menggunakan

xxxi
kacamata
g. Kajian Konsep Diri-Persepsi Diri
Pasien mengatakan tetap semangat untuk berobat agar segera sembuh,
selama sakit pasien tidak bekerja dan kebutuhan rumah tangga hanya di
cukupi oleh anaknya.
h. Pola Hubungan-Peran
Pasien adalah kepala keluarga dengan 1 orang anak.
i. Pola Reproduksi dan Seksualitas
Pasien mengatakan tidak ada gangguan dalam masalah seksualnya
sebelum dan sesudah sakit jantung
j. Pola toleransi terhadap stres-koping
Pasien mengatakan penyakitnya adalah ujian dari Allah swt dia tetap
semangat berobat dan bertawakal. Pasien mengatakan keluarganya
selalu memberikan dukungan penuh untuk pengobatan pasien.
k. Pola sistem kepercayaan
Pasien beragama islam, sebelum sakit pasien sholat 5 waktu, sekarang
pasien sholat di atas tempat tidur dengan bertayamum
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Berat badan : 80 kg
Tinggi badan : 165 cm
b. Tanda-Tanda Vital
TD : 136/86 mmHg
HR : 102 x/mnt
S : 36,5 °C
RR : 28 x/mnt
Saturasi O2 : 99 %
c. Pengkajian Head to Toe
• Kepala: bentuk kepala bulat, simetris, tidak ada luka, kulit kepala

xxxii
bersih, rambut beruban, tidak rontok.
• Wajah : simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada kesan
sembab.
• Mata : simetris, tidak ada lesi, konjungtiva tidak anemis, gerakan
bola mata normal, reaksi pupil terhadap cahaya baik.
• Hidung : simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada sekret, dan tidak ada sumbatan.
• Telinga : bentuk kanan dan kiri simetris, bersih, tidak ada serumen,
tidak ada lesi dan perdarahan.
• Mulut dan faring : bibir kering, tidak sianosis, tidak ada lesi. Gigi
dan gusi normal, tidak kotor, gigi utuh, tidak ada caries, tidak ada
lesi/abses. Lidah kemerahan, kotor. Tidak ada pembesaran tonsil.
• Leher : simetris, tidak ada lesi, tidak ada fraktur, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis 3 cm.
• Dada
Paru-paru
- Inspeksi : kanan dan kiri simetris, terlihat penggunaan otot bantu
nafas saat inspirasi
- Palpasi : simetris, integritas kulit baik, pergerakan dada kanan dan
kiri sama, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan dan krepitasi.
- Perkusi : resonan
- Auskultasi : vesikuler, terdengar suara ronchi di paru basal kanan-
kiri, tidak ada suara whezing.
Jantung:
- Inspeksi : bentuk dada tampak normal. ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : tidak ada benjolan, ada nyeri tekan, ictus cordis teraba
bergeser ke lateral kurang lebih 3cm dari ics 5 mid clavikula.
- Perkusi : redup
- Auskultasi : terdapat murmur sistolik, bj2 tunggal tidak ada suara
tambahan.
• Abdommen
- Inspeksi : bentuk buncit, tidak ada lesi, tidak ada benjolan.

xxxiii
- Auskultasi : peristaltik usus 18x/menit
- Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan,tidak ada asites.
- Perkusi : tympani
• Genetalia : warna urine kuning jernih
• Anus : pasien mengatakan tidak ada haemoroid dan kelainan pada
anus
• Ekstremitas
- Superior : kekuatan 5, akral hangat. tidak sianosis, capilary refill
time kurang dari 2 detik, Tekanan pulsasi arteri kuat tidak ada
lesi/massa.
- Inferior : kekuatan otot 5, akral hangat , tidak sianosis, capilary
refill time kurang dari 2 detik, Tekanan pulsasi arteri kuat,
oedema tungkai tidak ada, tidak ada lesi/massa.
• Kulit : bersih, warna sawo matang, turgor kulit bagus, tidak ada lesi,
tidak ada sianosis, tidak ikterik, CRT < 3detik.
• Personal hygiene:
Inspeksi kebersihan badan, rambut pasien kering dan beruban, mulut
tidak bau, telinga tampak bersih, kulit pasien tampak bersih, kuku
bersih dan pendek. Pasien disibin keluarga, oral hygiene setiap pagi.
• Sistem reproduksi:
Pasien berjenis kelamin laki-laki, status menikah. Pasien memiliki 1
orang anak laki –laki.
• Psikososial
Dukungan keluarga baik terhadap pasien,anak menjenguk pada saat
jam besuk di ruang Elang 1 putra. Keluarga selalu menanyakan
keadaan dan perkembangan Pasien selama di rawat kepada perawat
yang jaga.
• Komunikasi
- Mata : pupil isokor, tidak ada nyeri tekan pada daerah mata.
- Telinga : tidak ada gangguan pada indera pendengaran.
- Mulut : kemampuan bicara pasien baik
d. Aktivitas

xxxiv
- Personal higiene: membutuhkan bantuan sedang.
- Mandi : membutuhkan bantuan keluarga dengan cara disibin.
- Makan : membutuhkan bantuan keluarga minimal.
- Toileting : membutuhkan bantuan keluarga
- Memakai pakaian: membutuhkan bantuan keluarga
- Kontrol BAB : membutuhkan bantuan keluarga, diatas tempat tidur
- Kontrol BAK : membutuhkan bantuan keluarga, diatas tempat tidur
- Ambulasi : tidak dapat melakukan
- Kursi roda : membutuhkan bantuan minimal
- Transfer kursi-tempat tidur: membutuhkan bantuan
e. Kebutuhan Belajar/Pengetahuan/Informasi
Pasien mengetahui penyakit yang sedang di alami pasien,di tandai
ketika di tanya tentang penyakitnya pasie mampu menjawab
f. Spiritual
Pasien mengatakan setelah sakit tetep melakukan sholat dengan
tayamum dan posisi-posisi tidur.
10. Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 8 Oktober 2022

Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap


NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14,3 g/dL 13,2- 17,3 L
Hematokrit 43,8 % 32-62
Eritrosit 4,77 10’6/Ul 4,4-5,9
MCV 91,8 Pg 27.00-32.00
MCH 30 Fl 76-96
MCHC 32,6 g/dL 29-36
Leukosit 15,3 10’3/uL 3,8-10,6
Trombosit 233 10’3/uL 150-400 H

xxxv
RDW 13,1 % 116-14,8
MPV 10,2 fL 4,00-11,00
Ureum 32 Mg/dL 15-39
Kreatinin 1,16 Mg/dL 0,6-1,3
Magnesium 0,99 Mmol/L 0,74-0,99
Calcium 0,99 Mmol/L 2,12-105
CKMB 134 U/L 7-25
ELEKTROLIT
Na 141 Mmol/L 136-145
Kalium 3,3 Mmol/L 3,5-5,0
Chlorida 105 Mmol/L 95-105 H
Troponin >25 ug/L 0,036-0,065

Pemeriksaan BGA
Tanggal 8 Oktober 2022
Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Laboratorium BGA
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
pH 7,282 - 7,37 – 7,45
PCO2 56,2 mmHg -
PO2 163,4 mmHg 83 – 108
Calculated temp 36,54 C -
FIO2 60,0 % -
Ph (T) 7,289 - 7,37 – 7,45
PCO2 (T) 55,0 mmHg 35 – 45
PO2 (T) 160,6 mmHg 83 – 108
HCO3- 25,9 mmol/L 22 - 29
TCO2 27,7 mmol/L 23 – 27
Beecf -0,8 mmol/L -
BE (B) -2,0 mmol/L (-2) – (+3)
SO2c 98,9 % 94% - 98%
A-aDO2 204,0 mmHg -
RI 1,3 - -

xxxvi
X-ray thorax RSDK 7 Oktober 2022
Kesan :
- Cardiomegaly (LV)
- Gambaran edema pulmonum perbaikan disertai bronkopneumonia

Gambar 3. 1 Thorax

xxxvii
Hasil EKG
Tanggal 8 Oktober 2022

Gambar 3. 2 EKG tgl 8/10/2022


Irama : Regular
HR : 88x/menit
Axis : RAD
Gel P : P normal, RVH (+)
Interval PR : normal
Komplek QRS : normal
Q patologis : III,AVF,V1,V2,V3,V4
T inverted : II,III,AFV,V1,V2,V3,V4,V5,V6
ST elevasi ;V1,V2,V3,V4
Kesimpulan : Sinus rhythm, dengan axis RAD,Q patologis
inferoanteroseptal, ST elevasi anteroseptal,T inversi inferoantero
luas,RBBB

xxxviii
Hasil EKG
Tanggal 9 Oktober 2022

Gambar 3. 3 EKG tgl 9/10/2022


Irama : Regular
HR : 75x/menit
Axis : Normal
Gel P : P normal,
Interval PR : normal
Komplek QRS : normal
Q patologis : III,AVF,V1,V2,V3,V4
T inverted : I, AVL,V3,V4,V5,V6
ST elevasi :V3,V4
Kesimpulan : Sinus rhythm, Q patologis inferoanteroseptal, T inverted
lateral, ST Elevasi anterior

xxxix
Hasil ECHO
Tanggal 29 Agustus 2022

Gambar 3. 4 ECHO tgl 29/8/2022


11. Terapi Medis
Tabel 9. Terapi Medis
Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Nama obat Dosis/frekuensi Rute
10/10/22 11/10/22 12/10/22 13/10/22 14/10/22
Nacl 0,9% 10 tpm IV √ √ √ √ √
Esomeprazole 40mg/24jam IV √ √ √ √ √
Furosemid 5mg/jam SP √ √ √ √ √

xl
IV
Dopamine 5mcg/kgBB/menit SP √ √ √ √ √
IV
Ramipril 5mg/24jam PO √ √ √ √ √
Aspilet 80mg//24jam PO √ √ √ √ √
Atorvastatin 20mg/24jam PO √ √ √ √ √
Bisoprolol 5mg/24jam PO √ √ √ √ √
Sucralfat syrup 15cc/8jam PO √ √ √ √ √
Ticagrelor 90mg/12jam PO √ √ √ √ √
ISDN 5mg/8jam PO √ √ √ √ √
Enoksaparin 0,6 unit/KgBB/12 SC √ √ √ √ √
jam
Obat PO extra
- Aspilet 160 mg loading PO malam dan pagi Agustus 2022 jam 22.00
dan 15 Agustus 2022 jam 08.00 WIB
- Clopidogrel 300mg loading PO malam 8 Oktober 2022 jam 22.00 WIB
-
B. ANALISA DATA
Tabel 10. Analisa Data
TGL
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
JAM
1. 10 DS : Agen penyendera Nyeri Akut (D.0077)
Oktober P: Pasien mengatakan nyeri dada fisiologis : Iskemia
2022 hilang timbul dan nafas ngos-
08.00 ngosan, nyeri semakin meningkat
saat melakukan aktifitas duduk,
BAB.
Q: Pasien mengatakan nyeri dada
terasa seperti tertekan benda berat.
Pasien kadang meringis kesakitan
R: Pasien mengatakan nyeri
menyebar ke seluruh dada ke

xli
punggung belakang
S: Pasien mengatakan, skala nyeri
numeric 4 (nyeri sedang)
T: Pasien mengatakan nyeri terasa
hilang timbul, selama 5-10 menit.

DO: Pasien tampak meringis, Pasien


KU Lemah Kesadaran
Composmentis GCS E4 V5M6
TD: 136/86 mmHg
HR : 102 x/ mnt
S : 36,5oC
RR : 28 x/ mnt
Laborat Tropnin >25 ug/L
2. 10 DS : - Ketidakseimbangan Gangguan Pertukaran
Oktober Pasien mengatakan nafas ngos- ventilasi-perfusi Gas (D.0003)
2022 ngosan
08.00 DO : - Perubahan
- RR 28x/m membran alveolus-
- Saturasi O2 99 % kapiler
- Pasien menggunakan NRM 13 lpm
- Pasien dalam posisi setengah
duduk
- Tampak penggunaan otot bantu
nafas saat inspirasi
- Terdengar suara ronchi di kedua
basal paru
- Gambaran X-ray : gambaran
edema pulmonum
- Hasil BGA tanggal 8-10-2022:
asidosis respiratorik
pH 7,282

xlii
PCO2 56,2
PO2 163,4
FiO2 60 %
AaDO2 204
RI 1,3
3. 11 DS : Pasien mengatakan badan - Perubahan Irama Resiko Penurunan
Oktober lemas, nafas ngos-ngosan Jantung Curah Jantung
2022 - Perubahan (D.0011).
08.00 DO : Pasien tampak lemah, kontraktilitas
Gambaran EKG infark infero
anteroseptal
TD: 136/86 mmHg
HR : 102 x/ mnt
S : 36,5oC
RR : 28 x/ mnt
Diurisis 0.3 cc/KgBB/jam
EF : 50-54% (Echo 29/08/2022)

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b.d Agen penyendera fisiologis : Iskemia
2. Gangguan Pertukaran Gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dan
perubahan membran alveolus-kapiler
3. Risiko Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan Irama Jantung, Perubahan
Kontraktilitas

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tabel 11. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan,
No. Tanggal Intervensi
Tujuan, Kriteria Hasil

xliii
1. 10/10/202 Nyeri Akut b.d Agen Observasi
2 penyendera fisiologis : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Iskemia durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
Setelah di lakukan tindakan 2. Identifikasi skala nyeri
1x24 jam tingkat nyeri 3. Indentifikasi respon nyeri Non verbal
menurun dengan kriteria hasil: 4. Identifikasi faktor yang memperberat
• Kemampuan menuntaskan dan memperingan nyeri
aktivitas meningkat (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan
• Keluhan nyeri menurun (5) keyakinan tentang nyeri
• Meringis menurun (5)
• Gelisah menurun (5) Terapeutik
• Kesulitan tidur menurun (5) 1. Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
1. Jelaskan penyebab periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2. 10/10/202 Gangguan Pertukaran Gas b.d Observasi
2 ketidakseimbangan ventilasi- 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
perfusi dan perubahan 2. Monitor posisi alat terapi oksigen
membran alveolus-kapiler 3. Monitor aliran oksigen secara

xliv
periodik dan pastikan fraksi yang
Setelah di lakukan tindakan diberikan cukup
1x24 jam pertukaran gas 4. Monitor efektifitas terapi oksigen
meningkat dengan kriteria (mis. oksimetri, analisa gas darah),
hasil : jika perlu
• Dyspnea menurun (5) 5. Monitor kemampuan melepaskan
• Bunyi nafas tambahan oksigen saat makan
menurun (5) 6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
• PCO2 membaik (5) 7. Monitor tingkat kecemasan akibat
• PO2 membaik (5) terapi oksigen
• pH arteri membaik (5)
• Pola napas membaik (5) Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
3. Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
4. Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
5. Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien

Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen

Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur

xlv
3. 10/10/202 Risiko Penurunan Curah Observasi
2 Jantung b.d Perubahan Irama 1. Identifikasi tanda/gejala primer
Jantung, Perubahan penurunan curah jantung (meliputi
Kontraktilitas dypneu, kelelahan, edem, ortopneu,
PND, peningkatan CVP).
Setelah di lakukan tindakan 2. Monitor tekanan darah
1x24 jam curah jantng 3. Monitor intake dan output cairan
meningkat dengan kriteria 4. Monitor saturasi oksigen
hasil: 5. Monitor keluhan nyeri dada
• Lelah menurun (5) 6. Monitor EKG 12 sadapan.
• Dypsneu menurun (5) 7. Monitor nilai laboratorium jantung.

Terapeutik
1. Posisikan pasien semi fowler atau
fowler
2. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
lebih dari 94%

Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian anti platelet,
jika perlu
2. Kolaborasi pemberian anti angina
3. Kolaborasi pemberian inotropik
4. Kolaborasi pencegahan trobus
dengan anti koagulan, jika perlu

xlvi
5. Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada,
jika perlu

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Tabel 12. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No
Tgl/jam Implementasi Evaluasi Paraf
dx

xlvii
10/10/2022
1.2.3 08.00 - Memberikan terapi obat S:
oral : Bisoprolol 2,5mg//24jam, Sucralfat - Pasien mengatakan nafas
syrup 15cc/ 8jam, KSR 600mg/8jam, masih ngos-ngosan terutama
Lactulosa syrup 15cc/8jam, Brillinta jika untuk mengobrol lama
90mg/12jam nafas bertambah berat, lebih
Injeksi : Esomeprazole 1amp/ 24jam, nyaman pada posisi semi
SP furosemide 5mg/jam, fowler
SP NTG 5 mcg/menit - Pasien mengatakan masih
Respon : Pasien minum obat oral dengan merasa nyeri di daerah dada
air putih ±100cc. tidak terjadi tanda- kiri, seperti tertindih,nyeri
tanda syok anafilatik hilang timbul, berkurang
saat melakukan tehnik
2,3 08.30 - Memonitor pola nafas imajinasi
- Memonitor bunyi nafas tambahan
- Memonitor saturasi oksigen O:
Respon : Pasien menggunakan NRM 13 - Ku: Lemah,akral hangat,
lpm, nafas cepat dan dalam, RR 28x/m, bed rest
saturasi 02 99%, terdapat ronkhi dikedua - Pasien mampak meringis
basal paru saat nyeri muncul
P: Nyeri dada masih hilang
3 08.30 - Memonitor EKG 12 sadapan timbul.
Respon: Q: Nyeri dada terasa seperti
Irama : Regular tertekan benda berat. Pasien
HR : 75x/menit kadang meringis kesakitan
R: Nyeri menyebar ke
Axis : Normal
seluruh dada ke punggung
Gel P : P normal, belakang
Interval PR : normal S: Skala nyeri numeric
turun menjadi 3 (nyeri
Komplek QRS : normal
ringan)
Q patologis : V1,V2,V3,V4 T: mengatakan nyeri masih
T inverted : I,II,V4,V5,V6 hilang timbul
- TD : 120/78 mmHg
ST elevasi : V1,V2,V3,V4
- HR : 78x /mnt
Kesimpulan : Sinus rhythm, HR 75 x/m, - Spo2 : 98%
Q patologis anteroseptal, T inverted - RR : 26 x/mnt
lateral, ST elevasi anteroseptal - T: 36oC
- Nafas cepat dan dalam
- Terdapat suara ronkhi di
2 12.00 - Menginformasikan kepada keluarga kedua lapang paru bagian
untuk mencatat kosumsi air minum basal

xlviii
pasien dan menampung urin selama 24
jam dan tidak menganjurkan pasien untuk A :
bed rest 1. Gangguan pertukaran gas
Respon: Keluarga dan pasien setuju untuk belum teratasi
melalukan kegiatan sesuai dengan 2. Nyeri akut belum teratasi
perintah. 3. Risiko penurunan Curah
Jantung belum teratasi
2 12.00 - Mengkaji kemampuan nafas pasien saat
diit dan melepas masker P : lanjutkan intervensi
Respon: Pasien mampu menghabiskan - Anjurkan untuk
setengah porsi diit bubur halus yang mengulang teknik non-
disedakan petugas gizi. Pasien makan farmakologi imajinasi untuk
3 12.00 perlahan, tidak ada tanda- tanda sianosis mengurangi nyeri
- Anjurkan bedrest
- Mengajarkan ke pasien dan keluarga cara - Anjurkan untuk mencatat
menggunakan masker NRM yang tepat intake dan output
Respon: Pasien dan keluarga kooperatif - Pertahankan posisi
dan responsif semifowler

1,2,3 12.00 - Memberikan inj lovenox hari ke-3 dosis


0,6mg/ 12 jam (SC)
2 12.00 Respon: Pasien kooperatif, lokasi injeksi
daerah abdoment, tidak ada tanda- tanda
perdarahan dan hematoma di daerah
injeksi

- Melakukan pengukuran TTV

- Memonitor saturasi oksigen, pola nafas,


dan bunyi nafas tambahan
Respon:
TD : 120/78 mmHg
HR : 78x /mnt
Spo2 : 98%
1,2 12.30 RR : 26 x/mnt
T: 36oC
Nafas cepat dan dalam
Terdapat suara ronkhi di kedua lapang paru
1 12.30 bagian basal, masih terpasang O2 NRM 13
lpm

- Memberikan posisi semi fowler

xlix
Respon: Pasien lebih nyaman istirahat
dengan posisi semi fowler

- Mengajarkan tehnik non farmakologis


dengan tehnik imajinasi
Respon: Pasien kooperatif, mampu
mengikuti perintah

- Mengkaji ulang keluhan nyeri dada


P: Nyeri dada masih hilang timbul. Jika
14.00
1 timbul nyeri mencoba tehnik imajinasi
Q: Nyeri dada terasa seperti tertekan benda
berat. Pasien kadang meringis kesakitan
R: Nyeri menyebar ke seluruh dada ke
punggung belakang
S: Skala nyeri numeric turun menjadi 3
(nyeri ringan)
T: Mengatakan nyeri masih hilang timbul
berkurang setelah melakukan tehnik
imajinasi
11/10/2022
3 07.00 - Menghitung balance cairan per 24jam S :
(tgl 10/10/2022) - Pasien mengatakan badan
Total intake = 1.974 cc lemas, nafas masih sesak,
Total Output = 1700 cc istirahat lebih nyaman
BC = + 274 dengan posisi duduk. Bisa
Respon: Oedema ekstremitas (-), Ronkhi di tidur, tp mudah terbangun
kedua basal paru (+) - Pasien mengatakan nyeri
dada sudah berkurang
3 07.00 - Menganjurkan pasien untuk membatasi setelah dilakukan terapi
intake cairan massage telapak kaki dan
Respon: Pasien dan keluarga setuju dengan telapak tangan
arahan perawat
O:
1,2,3 08.00 - Memberikan terapi obat - Ku: lemah
oral : Sucralfat syrup 15cc/ 8jam, KSR - pasien nafas cepat dan
600mg/8jam, Lactulosa syrup 15cc/8jam, dalam
Brillinta 90mg/12jam, Nitrokaf 2.5 TD : 102/67 mmHg
mg/12 jam, Metoclopramide 10mg Nadi: 81 x/menit
(ekstra) RR : 27 x/mnt
Injeksi : Esomeprazole 1amp/ 24jam, Suhu: 36,60C
SP furosemide 5mg/jam SPO2: 99%

l
SP NTG (aff tgl 10/10/2022 jam 19.00) - Pasien masih menggunakan
SP Dopamin 5mcg/ KgBB/ mnt O2 NRM 13lpm, Sat O2 99
(SP Dopamin terpasang tgl 10/10/2022 %, nafas cepat dan dalam,
jam 22.00, saat TD : 83/52 mmHg MAP terdapat suara nafas
62) tambahan ronkhi di kedua
Respon : Pasien minum obat oral dengan basal paru
air putih ±100cc. tidak terjadi tanda- - Balance cairan per 7jam -
tanda syok anafilatik 292
- EKG :
Q patologis : II, III, aVF
1,2,3 08.00 - Mengukur Tanda- tanda vital T inverted : I, II, III, aVL
TD : 97/62 mmHg ST elevasi : aVR, V1, V2,
HR : 78 x/m V3, V4
RR : 28 x/m - Nyeri
Temp : 36,6°C P: Nyeri dada berkurang
Q: Nyeri dada hampir
2 08.00 - Memonitor saturasi oksigen, pola nafas, tidak terasa
dan bunyi nafas tambahan. R: -
Respon: Pasien mengatakan sejak semalam S: Skala nyeri numeric
nafas bertambah berat, nyaman dengan turun menjadi 2 (nyeri
posisi duduk, sulit tidur karena nafas ringan)
semakin sesak. Paisen masih menggunakan T: -
O2 NRM 13lpm, Sat O2 99 %, nafas cepat
dan dalam, terdapat suara nafas tambahan A :
ronkhi di kedua basal paru. 1. Pola nafas tidak efektif
belum teratasi
1,2,3 08.30 - Memonitor EKG 12 sadapan 2. Nyeri akut teratasi
Respon : 3. Risiko penurunan Curah
Irama : reguler Jantung belum teratasi
HR : 75 x/m
P:
Axis : normal
- Monitor tanda- tanda vital,
Gel P : normal pola nafas, dan suara nafas
Interval PR : normal tambahan
- Monitor balance cairan per
Komplek QRS : normal
24 jam
Q patologis : II, III, aVF - Monitor EKG 12 sandapan
T inverted : I, II, III, aVL untuk perubahan ST dan T
ST elevasi : aVR, V1, V2, V3, V4
Kesimpulan : Sinus rhythm, 75 x/m, ST
elevasi aVR anteroseptal, T inverted

li
inferolateral, Q patologis inferior

- Mengkaji kemampuan nafas pasien saat


3 12.00 diit dan melepas masker
Respon: Pasien menghabiskan diit bubur
halus hanya seperempat porsi yg disajikan.
Tidak nyaman jika lepas oksigen terlalu
lama. Pasien tidak ada tanda- tanda
sianosis
1,2,3
- Memberikan inj lovenox Hari ke-4 dosis
12.00 0,6mg/12jam (SC)
Respon: Pasien kooperatif, lokasi injeksi
daerah abdoment, tidak ada tanda- tanda
perdarahan dan hematoma di daerah injeksi
2
- Melakukan pengukuran TTV
12.00 TD : 102/ 67 mmHg
HR : 81 x/m
RR : 27 x/m
Temp : 36,6 °C

- Memonitor saturasi oksigen, pola nafas,


1 12.00 dan bunyi nafas tambahan
Respon: Pasien mengatakan badan lemas,
nafas masih sesak, masih menggunakan
O2 NRM 13lpm, Sat O2 99 %, nafas cepat
dan dalam, terdapat suara nafas tambahan
ronkhi di kedua basal paru

- Melakukan pratik sesuai jurnal tehnik


13.00 non farmakalogi, terapi massage telapak
1 kaki dan telapak tangan untuk
menurunkan intensitas nyeri
Respon: Pasien mengatakan lebih rileks
dan intensitas nyeri berkurang setelah
dilakukan tindakan massage telapak kaki
3 dan tangan

- Mengajarkan tehnik massage ke keluarga


13.30 pasien
Respon: Keluarga mampu mengikuti

lii
arahan perawat

-Mengukur Balance cairan selama 7 jam


Respon:
Total intake 458 cc
14.00 Total output 750 cc
Balance cairan – 292 cc

liii
- Menghitung balance cairan per 24jam S :
(tgl 11/10/2022) - Pasien mengatakan sesak
Total intake = 1.314 cc nafas sudah berkurang,
12/10/2022 Total Output = 2000 cc sudah tidak seberat kemarin,
3 07.00 BC = - 686 bisa istirahat dengan posisi
- Menganjurkan pasien untuk semi fowler. Lebih rileks
mempertahankan balance cairan tetap saat melakukan tehnik
negative massage telapak kaki dan
Respon: Pasien kooperatif telapak tangan
- Pasien mengatakan sehari
- Memberikan terapi obat kemarin nyeri dada tidak
oral : Sucralfat syrup 15cc/ 8jam, KSR timbul
600mg/8jam, Lactulosa syrup 15cc/8jam,
Brillinta 90mg/12jam, Nitrokaf 2.5 O :
1,2,3 08.00 mg/12 jam, Bisoprolol 5mg/24jam, ISDN - Ku:pasien nafas teratur
5mg/8jam TD : 105/65 mmHg
Injeksi : Esomeprazole 1amp/ 24jam, Nadi: 76 x/menit
SP furosemide 5mg/jam RR : 24 x/mnt
SP Dopamin aff stand by (tgl 12/10/22 Suhu: 36,50C
jam 04.30) SPO2: 99%
Respon : Pasien minum obat oral dengan - Pasien masih menggunakan
air putih ±100cc. tidak terjadi tanda- O2 NRM 10lpm, Sat O2 99
tanda syok anafilatik. %, nafas teratur, masih
terdapat suara nafas
- Mengukur Tanda- tanda vital tambahan ronkhi di kedua
TD : 97/62 mmHg basal paru, sianosis (-)
HR : 66 x/m - Balance cairan per 7 jam (-
RR : 24 x/m 377)
1,2,3 08.30 Temp : 36,4°C
- Memonitor saturasi oksigen, pola nafas, A :
dan bunyi nafas tambahan. 1. Pola nafas tidak efektif
Respon: Pasien me-ngatakan sesak nafas belum teratasi
sudah berkurang, sudah tidak seberat 2. Risiko penurunan Curah
2,3 12.00 kemarin, bisa istirahat dengan posisi semi Jantung belum teratasi
fowler. Semalam bisa tidur. Pasien masih
menggunakan O2 NRM 13lpm, Sat O2 99 P :
%, nafas teratur, masih terdapat suara nafas - Monitor tanda- tanda vital,
tambahan ronkhi di kedua basal paru. pola nafas, dan suara nafas
tambahan
- Melakukan pengukuran TTV - Monitor balance cairan per
TD : 105/65 mmHg 24 jam
HR : 76 x/m

liv
BAB IV
PEMBAHASAN

Penyakit kardiovaskuler menjadi penyakit kronis yang umum dan menjadi


penyebab utama kematian di negara maju, dimana hal tersebut menyumbang lebih
dari 33% kematian pada orang berusia di atas 35 tahun. Meningkatnya prevalensi
penyakit kardiovaskuler di seluruh dunia dan penurunan usia pada awal penyakit,
dianggap menjadi masalah kesehatan yang bekelanjutan. The American Heart
Association (AHA) telah menyebutkan penyakit arteri sebagai penyebab umum
kematian di seluruh dunia, terhitung 35-60% kematian per tahun (Hasheminia et
al., 2021).
Sindrom Koroner Akut (SKA) sering menyebabkan nyeri dada yang parah
atau menimbulkan gangguan rasa nyaman. Rasa nyeri yang dialami pasien
mempengaruhi kesehatan fisiknya dan kesehatan mental melalui stres, kecemasan,
dan ketidakseimbangan hemodinamik. Pentingnya mengendalikan dan mengelola
rasa nyeri sering disebut sebagai tanda vital kelima oleh American Pain Society.
Pada pasien SKA, rasa nyeri dan kelelahan dapat diatasi dengan terapi obat, tetapi
penting untuk dilakukan identifikasi dan menggunakan metode non-farmakologis
untuk mengontrol rasa nyeri akibat komplikasi terkait obat dan risiko interaksi
obat.
Salah satu terapi komplementer yang paling populer adalah terapi pijat
(massage therapy). Pijat dianggap sebagai standar intervensi keperawatan dan
bagian penting dari perawatan kesehatan. Terapi pijat digunakan untuk membantu
pasien memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya. Terapi pijat mengacu pada
manipulasi jaringan lunak serta teknik yang dapat meningkatkan status
hemodinamik dan sistem saraf (Hasheminia et al., 2021).
Ada banyak komplikasi yang terdokumentasi terkait dengan narkotik dan
obat pereda nyeri lainnya. Pada sisi lain, intervensi keperawatan dapat digunakan
untuk mengontrol rasa nyeri dan mengurangi ketergantungan pada obat. Lengan
dan kaki memiliki banyak reseptor saraf dan Drainase Limfatik Manual (MLD)
dapat mengurangi kekambuhan trombosis vena dalam (deep vein thrombosis).
Jurnal yang berjudul The Effect of Hand and Foot Surface Stroke Massage

lv
on Pain Intensity and Anxiety Level in Hospitalized Patients with Acute
Syndrome: A Randomized Clinical Trial meneliti tentang pengaruh terapi pijat
terhadap intensitas nyeri dan tingkat kecemasan pasien SKA. Penelitiannya
dilakukan oleh Universitas Shahrekord di Rumah Sakit Hajar, Iran, melibatkan
tujuh puluh pasien dengan penyakit Sindrom Koroner Akut. Penelitian dilakukan
dari tanggal 6 Juli sampai 16 Agustus 2017. Pada penelitian tersebut, dibuat
menjadi 2 kelompok, yakni kelompok intervensi dan kelompok kontrol, dimana
masing-masing kelompok terdiri dari 35 pasien. Intensitas nyeri diukur
menggunakan VAS 30 menit sebelum dan 15 menit setelah intervensi. Pada
kelompok intervensi, pasien diperiksa untuk alergi kulit terhadap minyak almond
di lengan kanan 30 menit sebelum intervensi. Pasien juga ditanya tentang alergi
kulit mereka terhadap minyak almond. Kemudian, pasien diberikan posisi
terlentang dan pijatan dimulai dari telapak tangan menuju bahu (masing-masing
selama lima menit) diikuti oleh telapak kaki ke arah otot paha depan femoris
(masing-masing untuk lima menit). Terapi pijat berlangsung selama 20 menit.
Dalam penelitian ini, digunakan teknik Stroke and Swedish massage.
Pemijatan permukaan tangan dan kaki dilakukan tanpa tekanan dengan
memanipulasi jaringan lunak menggunakan hampir 60 gerakan per menit selama
3-10 menit untuk meningkatkan sirkulasi darah lokal dan drainase limfatik.
Pemijatan diberikan dengan menggunakan minyak almond.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pijat tangan dan kaki secara
signifikan menurunkan intensitas nyeri dan tingkat kecemasan dalam kelompok
intervensi. Penelitian serupa juga menunjukkan bahwa pijat mengurangi tingkat
kecemasan dan intensitas nyeri pada pasien. Contohnya, Cipto Susilo dkk.,
mendeteksi hubungan yang signifikan antara terjadinya nyeri dada dan dipijat atau
digosok dengan minyak dalam fase pra-hospital. Bahrami dkk., juga
mengungkapkan perbedaan yang signifikan antara kelompok studi mengenai
tingkat kecemasan dan depresi setelah intervensi. Selain itu, pijat aromaterapi bisa
meringankan respons psikologis pada perempuan dengan SKA.
Ada teori yang berbeda tentang bagaimana terapi pijat mempengaruhi
kecemasan dan tanda-tanda vital. Antara lain, sumbu hipotalamus-hipofisis secara
teoritis telah ditemukan terkait dengan sistem simpatis dan epinefrin. Pijat dapat

lvi
mengurangi tingkat hormon stres dan meningkatkan keseimbangan tanda-tanda
vital melalui stimulasi parasimpatis dan penurunan aktivitas simpatik. Teori lain
terkait dengan pelepasan oksitosin yang menciptakan perasaan nyaman dan
relaksasi. Terapi pijat mengeluarkan peptida untuk efek analgesik, peningkatan
serotonin, dan perasaan nyaman. Secara keseluruhan, pijat menghasilkan perasaan
nyaman melalui induksi relaksasi fisik dan mental yang ditandai dengan
peningkatan aliran darah, oksigen, dan nutrisi yang mengalir ke jaringan serta
melalui stimulasi sistem parasimpatis, peningkatan sekresi endorphin,
pengurangan peradangan lokal, sekresi katekolamin, pengurangan kejang otot, dan
penutupan reseptor nyeri (Hasheminia et al., 2021).

lvii
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan penyakit sistem
kardiovaskuler dimana suplai darah pada suatu bagian jantung terganggu atau
terhenti sehingga sel otot jantung mengalami kematian. SKA dapat disebabkan
oleh faktor internal dan faktor eskternal, serta beberapa faktor risiko, antara
lain alkohol, diabetes mellitus, obat-obatan, latihan fisik, hyperlipoproteinemia,
hipertensi, obesitas, asupan garam yang berlebih, dan merokok. Pasien dengan
SKA menimbulkan beberapa keluhan, antara lain sesak dan nyeri dada.
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan SKA,
yaitu pola nafas tidak efektif, nyeri akut, dan risiko penurunan curah jantung.
Penelitian yang dilakukan oleh Hasheminia dkk. (2021), memberikan hasil
bahwa pijat dengan teknik Stroke and Swedish massage pada tangan dan kaki
sebagai terapi komplementer dapat menurunkan intensitas nyeri dan tingkat
kecemasan pada pasien SKA. Terapi pijat tersebut menimbulkan relaksasi dan
merupakan metode nonfarmakologis yang sederhana, rendah biaya, serta dalam
waktu singkat (sesi 20 menit).

B. SARAN
Melihat mudahnya penggunaan intervensi terapi pijat dan rendahnya
biaya, terapi ini dapat digunakan sebagai terapi komplementer untuk
meringankan rasa nyeri dan kecemasan pada pasien SKA. Pendekatan
terapeutik ini dapat diajarkan melalui program pendidikan keperawatan serta
diterapkan pada pelayanan keperawatan. Selain itu, terapi pijat sebagai terapi
komplementer juga dapat mengurangi ketergantungan pada obat pereda nyeri
atau analgesik. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan guna meneliti efek
samping dari terapi pijat ini maupun efek samping dari penggunaan minyak
almond pada terapi pijat tersebut.

lviii
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC

Diputra et al. 2018. Karakteristik Penderita Sindroma Koroner Akut Di Rsup


Sanglah Denpasar Tahun 2016.

Hasheminia et al. 2021. The Effect of Hand and Foot Surface Stroke Massage on
Pain Intensity and Anxiety Level in Hospitalized Patients with Acute
Syndrome: A Randomized Clinical.

Joyce, M. Black. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Lily, Leonard S.2019. Patofisiologi Penyakit Jantung. Jakarta : PT Pentasada


media Edukasi

Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pasien dengan


Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba
Medika.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 1. Jogjakarta :
Mediaction

PERKI. 2021. Pedoman Tatalaksana Sindrom Coroner Akut.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia / PPNI. 2017. Buku Standar Diagnosis


KeperawatanIndonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, edisi 1,
cetakan 3. Jakarta : DPP PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia / PPNI. 2018. Standar Luaran


Keperawatan Indonesia,edisi 1, cetakan 2. Jakarta : DPP PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia / PPNI. 2018. Standar Luaran


Keperawatan Indonesia,edisi 1, cetakan 2. Jakarta : DPP PPNI.

Setiati S, Idrus A, Sudoyo A., Setiyohadi B. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi Keen. Jakarta: Interna Publishing.

Udjianti, Wajan Juni. 2013. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba


Medika.

World Health Organization. The top ten causes of death. 2008. Diakses dari:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310_2008.pdf. (Tanggal 23
September 2016)

lix

Anda mungkin juga menyukai