Pengertian Upah: Hadits Nabi Muhammad Saw.
Pengertian Upah: Hadits Nabi Muhammad Saw.
Upah dalam bahasa Arab disebut dengan Ujrah. Upah dalam hukum agama adalah pemberian
sesuatu sebagai imbalan dari jerih payah seseorang dalam bentuk imbalan di dunia dan dalam
bentuk imbalan di akhirat. Berbeda sekali pengertian upah dalam istilah barat, yaitu Gaji biasa atau
minimum yang dibayarkan langsung atau tidak langsung, oleh pengusaha kepada pekerja hanya
dalam kaitan dengan hubungan kerja, tidak mempunyai keterkaitan erat antara upah dengan moral,
dan tidak memiliki dimensi dunia dan akhirat. Upah yang diberikan hendaknya berdasarkan tingkat
kebutuhan dan taraf kesejahteraan masyarakat setempat.
Artinya:
“Berikanlah kepada buruh upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah)
Dari hadis di atas dapat diambil kesimpulan bahwa agama Islam itu sangat memperhatikan hak
pekerja atau buruh. Pembahasan masalah upah ini, meliputi pengertian upah, hukum upah, rukun
dan syarat upah, keutamaan membayar upah, hikmah upah. Pada masa khalifah Umar R.a. gaji
pegawai disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Hukum Upah
Pemberian upah hukumnya mubah, tetapi bila hal itu sudah menyangkut hak seseorang sebagai
mata pencaharian berarti wajib. Sebagai karyawan/pegawai adalah pemegang amanah majikan/
pemilik perusahaan, maka ia wajib untuk mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
dengan sebaik-baiknya.
Allah Swt. Berfirman :
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. (Q.S. Al baqarah: 233)
”Hadist dari Ibnu Thawus dari ayanya dari Ibnu Abbas r.a dia berkata bahwa Nabi Muhammad Saw.
pernah mengupah seorang tukang bekam kemudian membayar upahnya”. (H.R. Bukhari) Upah
merupakan hak pekerja yang harus dibayarkan sesuai dengan jenis pekerjaannya. Menundanunda
pembayaran upah tidak dibenarkan dalam ajaran Islam, sebab termasuk perbuatan aniaya.
d. Adanya Kemanfaatan
Pekerjaan dan barang yang akan dijadikan objek kerja harus memiliki manfaat yang jelas seperti
mengerjakan pekerjaan proyek, membajak Saw.ah dan sebagainya. Sebelum melakukan sebuah
akad ijarah hendaknya manfaat yang akan menjadi objek ijarah harus diketahui secara jelas agar
terhindar dari perselisihan dikemudian hari baik jenis, sifat barang yang akan disewakan ataupun
pekerjaan yang akan dilakukan.
Namun demikian, memberikan upah lebih dahulu adalah lebih baik, dalam rangka membina saling
pengertian percaya mempercayai. Lebih-lebih apabila upah mengupah itu antara majikan dan
karyawan yang pada umumnya sangat memerlukan uang untuk kebutuhan biaya makan keluarga
dan dirinya sehari-hari. Yang paling penting adalah agar kedua belah pihak mematuhi perjanjian
yang telah disetujui dan ditanda tangani bersama. Karyawan atau buruh hendaknya mematuhi
ketentuan dalam perjanjian, baik perjanjian itu tertulis atau perjanjian lisan. Majikan wajib pula
memberikan upah sebagaimana yang telah ditentukan.
Hadits Nabi Muhammad Saw. :
“Berikanlah kepada buruh upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah)
”Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. (al-
Baqarah: 233)
d. Menolak kemungkaran
Di antara tujuan ideal berusaha adalah dapat menolak kemungkaran yang kemungkinan besar akan
dilakukan oleh yang menganggur. Pada intinya hikmah ijarah yaitu untuk memudahkan manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.