Anda di halaman 1dari 24

UTS FINTECH

I. Definisi dan Perkembangan Financial Technology

1) Definisi Financial Technology


Benar, FinTech (Financial Technology) bukanlah konsep baru dalam dunia keuangan. Istilah
FinTech pertama kali muncul pada awal 1990-an dan telah berkembang pesat sejak saat itu.
FinTech mengacu pada penggunaan teknologi untuk menyediakan solusi keuangan yang lebih
baik, lebih cepat, dan lebih efisien.
FinTech telah memungkinkan perubahan besar dalam industri keuangan dengan menciptakan
layanan dan produk baru yang mengubah cara kita menyimpan, mengirim, dan mengelola uang.
Contoh produk dan layanan FinTech termasuk aplikasi pembayaran digital, platform investasi
online, teknologi blockchain, dan robot-advisor.
FinTech telah menjadi fenomena global dan telah mengubah cara dunia bertransaksi. Seiring
waktu, FinTech terus berkembang dan mendorong evolusi lebih lanjut dalam layanan keuangan.
Oleh karena itu, FinTech tetap menjadi topik yang penting dalam industri keuangan dan akan
terus menjadi fokus dalam beberapa tahun ke depan.
2) Sejarah Perkembangan Financial Technology

1) The Evolution of FinTech


FinTech telah mengalami tiga tahap evolusi, masing-masing memiliki karakteristik unik.
Tahap pertama, yang disebut FinTech 1.0, terjadi dari tahun 1866 hingga 1967. Pada saat ini,
industri layanan keuangan masih sepenuhnya analog meskipun sangat terkait dengan teknologi.
Tahap kedua, FinTech 2.0, terjadi dari tahun 1968 hingga 2008. Pada masa ini, teknologi
digital semakin berkembang untuk komunikasi dan transaksi, sehingga terjadi peningkatan
digitalisasi di bidang keuangan.
Tahap ketiga, FinTech 3.0, dimulai pada tahun 2009. Pada masa ini, perusahaan-perusahaan
startup dan teknologi, ecommerce, dan media sosial telah mulai menyediakan produk dan
layanan keuangan secara langsung kepada masyarakat serta bisnis, termasuk bank.
Selama tahap ketiga, terjadi perubahan yang signifikan dalam industri keuangan, dengan
banyak pemain baru yang masuk ke pasar dan bersaing dengan institusi keuangan tradisional.
Selain itu, banyak teknologi baru seperti blockchain, big data, dan kecerdasan buatan telah
muncul dan mengubah cara keuangan dijalankan.
Secara keseluruhan, evolusi FinTech telah membawa dampak besar pada industri keuangan
dan cara kita mengakses dan menggunakan layanan keuangan. Dengan terus berkembangnya
teknologi dan inovasi, FinTech akan terus memainkan peran penting dalam perubahan di industri
keuangan di masa depan
2) Classification Of FinTech Eras

a) FINTECH 1.0 (1866–1967)


FinTech 1.0 terjadi pada periode antara 1866 hingga 1967 dan merupakan tahap awal evolusi
FinTech. Selama periode ini, teknologi dan keuangan telah saling memperkuat dalam sejarah
yang panjang.
Seiring berkembangnya perdagangan, keuangan berevolusi bersamaan dengan itu, dan
akuntansi double-entry muncul sebagai hasil di akhir Abad Pertengahan dan Renaisans. Pada
akhir abad ke-17, terjadi revolusi keuangan Eropa yang menampilkan kemunculan perusahaan
joint-stock, asuransi, dan perbankan yang semuanya didasarkan pada akuntansi double-entry
yang penting untuk Revolusi Industri.
Pada akhir abad ke-19, teknologi seperti telegraf, kereta api, dan kapal uap membantu
membangun koneksi keuangan melintasi batas negara. Pada tahun 1866, infrastruktur dasar yang
memungkinkan periode globalisasi keuangan yang kuat (mulai dari 1866 hingga 1913) adalah
pembangunan kabel telegraf transatlantik, diikuti dengan cepatnya perkembangan teknologi
pasca Perang Dunia II.
Pada akhir periode ini, jaringan telex global telah diimplementasikan, yang menyediakan
dasar komunikasi di mana tahap berikutnya dari FinTech akan berkembang.
Secara keseluruhan, FinTech 1.0 menunjukkan bagaimana keuangan telah memanfaatkan
teknologi untuk mempercepat dan meningkatkan transaksi. Ini juga menunjukkan bagaimana
perkembangan teknologi telah memungkinkan keuangan untuk menjadi semakin terglobalisasi.

b) FINTECH 2.0 (1967–2008)


FINTECH 2.0 (1967-2008) merupakan periode dimana terjadi kemajuan pesat dalam sistem
pembayaran elektronik, terutama pada sistem kliring otomatis modern yang didirikan oleh Inter-
Bank Computer Bureau di Inggris pada tahun 1968. Sistem pembayaran elektronik ini kemudian
diikuti oleh sistem pembayaran Clearing House Interbank Payments System di AS pada tahun
1970, serta Fedwire yang diperkenalkan tidak lama setelahnya. Kemudian, pada tahun 1973,
didirikan Society of Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT) yang
memungkinkan sistem pembayaran domestik untuk terhubung dengan sistem internasional. Pada
tahun 1974, kegagalan Herstatt Bank menjadi katalis untuk inisiatif regulasi pertama, yaitu
didirikannya Komite Basel tentang Pengawasan Perbankan oleh Bank for International
Settlements pada tahun 1975, yang kemudian diikuti oleh serangkaian perjanjian hukum
internasional.
Pada tahun 1987, terjadi krisis global pada pasar saham yang disebut sebagai "Black
Monday". Efek dari krisis ini mengingatkan bahwa pasar keuangan global saling terkait secara
teknologi. Sebagai respons, regulator pasar saham memperkenalkan "circuit breakers" untuk
mengendalikan kecepatan perubahan harga, yang kemudian mendorong regulator keuangan
untuk membuat mekanisme untuk memfasilitasi kerja sama. Di masa ini juga, pondasi untuk
koneksi penuh pasar keuangan Uni Eropa sedang dibangun, termasuk dengan adanya Single
European Act pada tahun 1986, proses liberalisasi keuangan "big bang" di Inggris pada tahun
yang sama, dan ditetapkannya Traktat Maastricht pada tahun 1992.
Selama periode FinTech 2.0, e-banking membawa risiko baru bagi regulator. Salah satu
risiko yang muncul adalah bank run elektronik yang memungkinkan penarikan secara instan oleh
para nasabah. Regulator berharap bahwa penyedia layanan e-banking akan menjadi lembaga
keuangan yang diotorisasi, yang pada umumnya adalah satu-satunya entitas yang diizinkan untuk
menyebut diri mereka sebagai "bank". Namun, periode FinTech 3.0 menuntut pemikiran ulang
yang radikal terkait hal ini

c) FINTECH 3.0 (2008–PRESENT)


FinTech 3.0 adalah era FinTech yang dimulai sejak tahun 2008 hingga saat ini. Era ini
ditandai dengan munculnya perusahaan-perusahaan FinTech yang awalnya kecil menjadi
semakin besar dan sulit diabaikan, bahkan hingga menjadi terlalu besar untuk gagal. Pada era ini,
citra bank-bank terguncang akibat berbagai faktor seperti krisis keuangan global pada tahun
2008. Hal ini menyebabkan masyarakat mulai mempercayai perusahaan teknologi lebih banyak
dalam menangani uang mereka dibandingkan bank.
Di China, lebih dari 2.000 platform peminjaman P2P (peer-to-peer) muncul tanpa diatur oleh
kerangka regulasi yang sudah ada, namun pemberi pinjaman dan peminjam tetap tidak
terpengaruh karena biaya yang lebih rendah, potensi pengembalian yang lebih tinggi, dan
kemudahan yang lebih besar.
Pada era FinTech 2.0, pendekatan regulasi yang dilakukan adalah memusatkan upaya
regulasi pada institusi-institusi yang penting bagi sistem keuangan. Namun, pada era FinTech 3.0
yang lebih terfragmentasi, menjadi penting bagi regulator untuk menentukan kapan mereka harus
mulai fokus pada peserta industri tertentu. Hal ini menimbulkan tantangan bagi regulator dalam
menghadapi dinamika pasar FinTech yang semakin cepat dan kompleks.

3) Perkembangan Financial Technology dalam perekonomian maju dan berkembang


a) FINTECH IN DEVELOPED AND DEVELOPING ECONOMIES
FinTech kini telah berkembang secara luas dan meliputi seluruh spektrum keuangan dan
layanan keuangan. Terdapat lima area kunci dalam FinTech yaitu keuangan dan investasi,
operasi internal dan manajemen risiko, pembayaran dan infrastruktur, keamanan data dan
monetisasi, serta antarmuka konsumen. Saat ini, FinTech mempengaruhi setiap area sistem
keuangan global, dengan dampak yang paling dramatis terjadi di China, di mana perusahaan
teknologi seperti Alibaba, Baidu, dan Tencent telah mengubah wajah keuangan. Infrastruktur
perbankan China yang kurang efisien dan penetrasi teknologi yang tinggi menjadikannya tempat
yang subur untuk pengembangan FinTech. Negara-negara berkembang, terutama di Asia dan
Afrika, mulai mengalami apa yang disebut sebagai FinTech 3.5, suatu era perkembangan
FinTech yang kuat yang didukung oleh kebijakan pemerintah yang sengaja diambil untuk
mengembangkan perekonomian.
4) Trend Perkembangan Financial Technology
a) FinTech 3.5
FinTech 3.5 didapat dukungan dari beberapa faktor, termasuk tingginya penetrasi
perangkat mobile (khususnya dengan akses internet broadband) di kalangan muda dan yang
melek teknologi, pertumbuhan kelas menengah, peluang pasar yang belum tergarap, kurangnya
infrastruktur perbankan fisik, konsumen yang semakin menghargai kenyamanan daripada
kepercayaan, tingkat persaingan yang rendah, dan persyaratan perlindungan data yang lebih
lemah. Selain itu, lonjakan jumlah lulusan dengan gelar teknik dan teknologi di negara-negara
seperti China dan India juga berperan dalam mengembangkan FinTech di negara-negara tersebut.
Dalam perkembangan ke depan, kita dapat mengharapkan konvergensi perkembangan
FinTech di pasar yang sudah berkembang dan yang sedang berkembang. Era ini, FinTech 4.0,
akan ditandai dengan peningkatan monetisasi data dan ketergantungan pada identitas digital,
yang diyakini akan menjadi medan baru dalam kerangka regulasi masa depan. Hal ini akan
dijelaskan lebih lanjut dalam paper yang tersedia.

II. Tema Tema Financial Technology


Sejarah menunjukkan bahwa industri keuangan telah banyak mengalami inovasi dan
perubahan yang signifikan dalam cara pembayaran dilakukan. Salah satu inovasi penting adalah
penggunaan kartu kredit yang dimulai pada tahun 1950-an. Sejak itu, kartu kredit telah menjadi
alat pembayaran yang penting dan populer di seluruh dunia, memungkinkan orang untuk
melakukan pembelian secara online atau di toko-toko secara praktis dan efisien.
Inovasi berikutnya adalah mesin ATM yang ditemukan pada tahun 1970-an. Dengan
hadirnya mesin ATM, orang tidak lagi harus pergi ke bank untuk melakukan penarikan tunai
atau transaksi keuangan lainnya. ATM memungkinkan pengguna untuk melakukan transaksi
kapan saja dan di mana saja, memberikan kenyamanan dan efisiensi dalam bertransaksi.
Dua inovasi ini telah mengubah cara kita melakukan pembayaran, membuka jalan bagi
perkembangan lebih lanjut dalam teknologi keuangan, seperti FinTech, yang memungkinkan kita
untuk melakukan transaksi keuangan dengan cara yang lebih mudah, cepat, dan aman.
Pada awal tahun 2016, perkembangan teknologi informasi dan internet telah semakin maju
dan meluas, seperti adanya smartphone yang semakin terjangkau, big data yang semakin
berkembang, social media yang semakin populer, dan cloud computing yang semakin
terintegrasi. Hal ini telah memungkinkan munculnya inovasi baru dalam bidang keuangan,
seperti FinTech (Financial Technology), yang memungkinkan konsumen untuk mengelola
keuangan mereka dengan lebih mudah melalui aplikasi mobile, platform online, dan layanan
keuangan digital lainnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, FinTech telah berkembang pesat dan menawarkan solusi
keuangan yang lebih mudah, cepat, dan murah dibandingkan dengan layanan keuangan
tradisional. Misalnya, aplikasi mobile seperti Go-Pay, OVO, dan Dana di Indonesia
memungkinkan konsumen untuk melakukan transaksi pembayaran digital dengan mudah dan
cepat, tanpa perlu membawa uang tunai atau kartu kredit.
Dengan adanya inovasi FinTech, konsumen juga dapat mengakses layanan keuangan dengan
lebih mudah dan murah, terutama di daerah yang sulit dijangkau oleh lembaga keuangan
tradisional. Selain itu, FinTech juga dapat membantu meningkatkan inklusi keuangan dan
mendukung pertumbuhan ekonomi dengan cara mempercepat akses keuangan bagi pelaku usaha
kecil dan menengah.
Dengan kata lain, inovasi FinTech telah mengubah cara kita mengelola keuangan,
memberikan alternatif baru yang lebih mudah, cepat, dan murah bagi konsumen dan pelaku
usaha di seluruh dunia.
Perkembangan teknologi dan inovasi telah memberikan dampak besar pada industri
keuangan, termasuk munculnya berbagai layanan dan produk baru yang lebih inovatif dan
efisien. Tiga inovasi utama yang disebutkan di atas, yaitu teknologi kontakless, dompet digital,
dan mata uang kripto, semuanya merupakan hasil dari kemajuan teknologi dan diawali oleh
small Fintech Firm.

Pertama, teknologi kontakless memungkinkan pembayaran nirkontak yang memanfaatkan


teknologi NFC (Near Field Communication) pada kartu kredit atau perangkat seluler. Inovasi ini
memungkinkan transaksi yang lebih cepat, mudah, dan aman, karena konsumen tidak perlu
memasukkan kartu atau PIN mereka ke mesin EDC. Perusahaan Fintech seperti Square dan
Stripe telah mengembangkan teknologi nirkontak untuk menerima pembayaran online dan
offline.

Kedua, digital wallets atau dompet digital memungkinkan pengguna untuk menyimpan
informasi pembayaran mereka, termasuk kartu kredit, kartu debit, dan informasi bank lainnya
dalam aplikasi seluler mereka. Inovasi ini memungkinkan transaksi yang lebih cepat dan mudah
di mana saja dan kapan saja. Perusahaan Fintech seperti PayPal, Venmo, dan Alipay telah
menjadi pemain utama di pasar dompet digital.

Ketiga, mata uang kripto seperti Bitcoin dan Ethereum telah mengubah cara kita memandang
uang dan nilai tukar. Mata uang kripto memungkinkan transaksi langsung antara pengirim dan
penerima tanpa melalui perantara seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Perusahaan
Fintech seperti Coinbase dan Kraken telah menjadi pemimpin dalam perdagangan dan
pertukaran mata uang kripto.

Ketiga inovasi tersebut awalnya muncul dari perusahaan Fintech yang relatif kecil dan
mampu memanfaatkan teknologi untuk memberikan layanan yang lebih efisien dan inovatif
daripada yang ditawarkan oleh bank tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa Fintech memiliki
potensi untuk mengganggu industri keuangan secara signifikan dan menjadi pemimpin dalam
inovasi di masa depan.
1) Kolaborasi Dunia Perbankan

a) Kolaborasi Dunia Perbankan


Keberhasilan perusahaan FinTech tergantung pada kemampuannya untuk menyediakan
layanan yang aman dan dapat dipercaya yang mematuhi regulasi keuangan lokal. Kegagalan
dalam mematuhi regulasi dapat menyebabkan penutupan perusahaan oleh otoritas pengawas,
yang berpotensi merusak reputasi dan menimbulkan biaya yang terkait untuk memperbaikinya.
Di sisi lain, terlalu mematuhi regulasi dapat menghambat pertumbuhan dan daya saing
perusahaan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan FinTech untuk menemukan keseimbangan
yang tepat antara kepatuhan dan inovasi untuk memastikan keberhasilan mereka di pasar. Karena
regulasi keuangan bervariasi di berbagai negara dan wilayah, penting bagi perusahaan untuk
memahami dan mematuhi regulasi yang spesifik untuk operasi mereka untuk menghindari
konsekuensi hukum dan keuangan yang mungkin terjadi.

b) FinTech must understand each local regulatory stack


Dalam memasuki industri FinTech, sangat penting bagi perusahaan FinTech untuk
memahami regulasi dan aturan yang berlaku di wilayah geografis mereka. Negara-negara
memiliki regulasi dan persyaratan hukum keuangan yang berbeda-beda yang didasarkan pada
budaya, sistem keuangan, dan pengalaman historis mereka.

Di Amerika Serikat, FinTech diatur oleh beberapa badan pengawas seperti Securities and
Exchange Commission (SEC) dan Consumer Financial Protection Bureau (CFPB). Di sisi lain,
Uni Eropa memiliki undang-undang dan peraturan yang ketat dalam memastikan keamanan data
pelanggan, seperti General Data Protection Regulation (GDPR).

Di Asia, regulasi FinTech mulai berkembang di negara seperti China dan Singapura. Di
China, regulator utama untuk industri FinTech adalah The People's Bank of China (PBOC) dan
China Banking Regulatory Commission (CBRC), sedangkan di Singapura, Monetary Authority
of Singapore (MAS) bertanggung jawab untuk mengatur industri FinTech.

Mengingat pentingnya peraturan dan regulasi, FinTech tidak boleh mencoba untuk
menghindarinya. Sebaliknya, perusahaan FinTech harus mempertimbangkan regulasi dan
kepatuhan sebagai fungsi inti dari organisasi mereka dan memperhatikan hal ini sejak awal.
Dengan demikian, perusahaan akan memiliki posisi yang lebih kuat dan siap menghadapi
tantangan seiring berjalannya waktu.

c) The United States: A Single Market with Complex, Multi-level Regulations


Sekarang kita akan melihat regulasi keuangan di Amerika Serikat, yang sangat terfragmentasi
dibandingkan dengan negara-negara di Eropa dan Asia, di mana sebagian besar yurisdiksi hanya
memiliki satu regulator bank. Di AS, perbankan diatur baik oleh pemerintah federal maupun
negara bagian.
Tergantung pada jenis charter yang dimiliki oleh suatu organisasi perbankan, dan pada
struktur organisasinya, organisasi tersebut mungkin tunduk pada berbagai regulasi perbankan
federal dan negara bagian. Hal ini membuat regulasi keuangan di AS lebih kompleks dan sulit
untuk diikuti oleh perusahaan keuangan yang ingin masuk ke pasar AS.

d) Europe: Still Complex but with Some Harmonized Regulations


Pada tahun 2014, Eropa menerapkan Mekanisme Pengawasan Tunggal (Single Supervisory
Mechanism/SSM), yang bertujuan untuk mengharmonisasikan regulasi keuangan nasional yang
berbeda di dalam 27 negara anggota Eropa. Setiap negara memiliki Otoritas Kompeten Nasional
(National Competent Authority/NCA) yang mengawasi bank dan penyedia layanan keuangan
nasional. Jika suatu perusahaan ingin memperluas bisnisnya ke negara-negara Eropa lainnya,
mereka harus bekerja dengan NCA lokal dan regulasi yang berlaku di negara tersebut. Dengan
demikian, perusahaan perlu memperhatikan peraturan keuangan setiap negara dan beradaptasi
dengan regulasi lokal dalam rangka memperluas bisnisnya di Eropa.
e) Asia: Remains Very Fragmented
Di Asia, fokus Anda sebaiknya pada China dan India karena negara-negara di Asia lainnya
sangat terfragmentasi dan banyak mengikuti apa yang dilakukan oleh kedua negara besar
tersebut.

Sistem keuangan China sangat diatur dan baru-baru ini mulai meliberalisasi diri karena
kebijakan keuangannya menjadi lebih signifikan bagi strategi ekonomi keseluruhan China.
Akibatnya, bank dan penyedia layanan keuangan semakin penting bagi ekonomi China dengan
menyediakan jumlah pembiayaan yang semakin besar untuk investasi, mencari deposito, dan
memberikan pinjaman kepada pemerintah.

Bank Sentral China atau People's Bank of China adalah bank terbesar di China dan bertindak
sebagai Kas Negara. Selain itu, bank ini juga mengeluarkan mata uang, memantau pasokan uang,
mengatur organisasi moneter, dan merumuskan kebijakan moneter untuk Dewan Negara. Bank
of China mengelola transaksi valuta asing dan cadangan devisa.

2) Inovasi Financial Technology

a) The Next Big Innovation in FinTech


Penjelasan tersebut mengacu pada konsep identitas yang berubah seiring waktu. Di masa
lalu, identitas seseorang didasarkan pada keluarga, klan, dan reputasi, sedangkan saat ini
identitas dikendalikan oleh negara. Identitas tersebut diperkuat oleh kartu identitas yang
berfungsi untuk menunjukkan siapa kita, dari mana asal kita, dan apakah informasi ini sah. Oleh
karena itu, baik perusahaan maupun individu harus mempertaruhkan masa depan dan sejarah
mereka pada kartu identitas ini. Identitas yang sah sangat penting karena berhubungan dengan
keamanan, hak-hak, dan kewajiban yang berlaku bagi individu dalam masyarakat dan negara.
Penjelasan mengenai perusahaan-perusahaan yang disebutkan dalam konteks "new world of
digital identity and trust":
1. Social Login: adalah fitur login yang memungkinkan pengguna untuk masuk ke suatu situs
web menggunakan kredensial login dari platform jejaring sosial yang telah terdaftar, seperti
Facebook, Google, atau LinkedIn. Dengan memanfaatkan data dari platform jejaring sosial,
fitur ini dapat membantu mempermudah proses login dan meningkatkan keamanan serta
kenyamanan pengguna.
2. Twitter Digits: adalah layanan verifikasi nomor telepon yang memungkinkan pengguna
untuk masuk ke aplikasi atau layanan tanpa harus membuat akun atau mengingat kata sandi.
Layanan ini dapat membantu meningkatkan keamanan akun dan memudahkan pengguna
dalam mengakses layanan tanpa harus mengalami kesulitan saat lupa kata sandi.
3. Apple Touch ID: adalah fitur keamanan biometrik yang memungkinkan pengguna iPhone
dan iPad untuk membuka kunci perangkat menggunakan sidik jari mereka. Dengan
menggunakan teknologi pemindai sidik jari, fitur ini membantu meningkatkan keamanan
perangkat dan memudahkan pengguna dalam mengakses perangkat mereka tanpa harus
mengingat kata sandi atau PIN.
4. Trulio: adalah perusahaan teknologi yang menyediakan solusi identitas digital untuk berbagai
industri, seperti keuangan, kesehatan, dan pemerintah. Solusi mereka meliputi verifikasi
identitas online, pembuatan identitas digital yang terdesentralisasi, dan manajemen keamanan
data. Solusi ini dapat membantu meningkatkan keamanan dan kepercayaan dalam transaksi
online serta memudahkan pengguna dalam mengakses layanan secara aman dan terpercaya.

b) Social Login
Social Login adalah metode otentikasi yang telah banyak diadopsi oleh bisnis dan konsumen.
Metode ini memungkinkan pengguna untuk memverifikasi identitas mereka dan masuk ke situs
web dan aplikasi seluler menggunakan profil yang sudah ada dari jaringan seperti Facebook dan
LinkedIn.
Dengan menggunakan Social Login, konsumen tidak perlu lagi membuat akun baru dan
mengingat password yang berbeda-beda untuk setiap situs atau aplikasi yang mereka gunakan.
Selain itu, Social Login juga memungkinkan para pemasar untuk mengumpulkan data identitas
sosial pengguna secara langsung, seperti minat dan preferensi yang terkait dengan akun media
sosial mereka.
Walaupun terkadang terdapat kekhawatiran tentang privasi dan keamanan data pengguna,
pengguna secara umum tidak keberatan menggunakan Social Login karena dapat memberikan
pengalaman yang lebih mudah dan nyaman saat berinteraksi dengan berbagai situs dan aplikasi.
Contohnya, Facebook Login saja digunakan lebih dari 10 miliar kali pada tahun 2013.

c) Twitter Digits
Twitter Digits adalah alat yang diperkenalkan oleh perusahaan jejaring sosial Twitter pada
akhir tahun 2014. Alat ini memungkinkan pengguna untuk mendaftar ke aplikasi seluler dan
mengotentikasi identitas mereka tanpa perlu membuat kredensial login baru. Alih-alih membuat
nama pengguna dan kata sandi baru, pengguna dapat masuk menggunakan nomor telepon seluler
yang mereka gunakan setiap hari, menghilangkan kelelahan kata sandi bagi pengguna dan
mengurangi jumlah spam atau akun tidak aktif yang harus diatasi oleh bisnis. Cara penggunaan
Digits adalah seseorang mendaftar menggunakan nomor telepon mereka, menerima kode SMS,
memasukkan kode ke dalam bidang verifikasi, dan proses pendaftaran selesai.

d) Apple Touch ID
Apple Touch ID adalah teknologi pengenalan sidik jari yang dikembangkan oleh Apple
untuk perangkatnya, dimulai dengan iPhone 5S. Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk
membuka kunci perangkat dan mengakses aplikasi dengan menggunakan sidik jari mereka
sebagai kredensial masuk.

Fitur ini kemudian dikembangkan oleh Natwest dan RBS di Inggris sebagai pengganti kata
sandi untuk login akun perbankan online. Apple Touch ID juga menjadi fokus utama untuk
keamanan dalam sistem pembayaran digital Apple Pay, yang memungkinkan pengguna untuk
melakukan transaksi dengan aman tanpa harus mengungkapkan nomor kartu kredit atau debit
mereka.

Secara keseluruhan, Apple Touch ID adalah solusi keamanan yang inovatif dan terus
berkembang dalam penggunaan identitas digital dan pembayaran yang aman.

e) Trulio

Trulio merupakan perusahaan yang menyediakan API (Application Programming Interface)


dengan tingkat keamanan seperti yang digunakan oleh bank, yang digunakan untuk
memverifikasi identitas pengguna secara global. Produk verifikasi identitas yang ditawarkan oleh
Trulio menggabungkan teknologi magnetik strip dan tanda tangan, yang selama lebih dari 50
tahun menjadi cara standar untuk melakukan verifikasi identitas saat melakukan pembayaran.
Dengan demikian, Trulio memungkinkan bisnis online untuk memverifikasi identitas pengguna
dengan cepat dan aman, yang dapat membantu mencegah penipuan dan kejahatan online. Selain
itu, Trulio juga mengambil data dari akun media sosial pengguna, sehingga proses verifikasi
identitas dapat dilakukan dengan lebih mudah dan efisien.

3) Pengalaman Pengguna (UX) Financial Technology

a) UX and FinTech
Lebih dari 15 juta aplikasi perbankan telah diunduh di Inggris dan hampir 80% pelanggan
bank menggunakan perbankan online atau mobile setidaknya sekali sebulan. Layanan keuangan
mulai merangkul revolusi digital.
Organisasi keuangan mulai memahami peran penting UX dalam pengalaman pelanggan dan
loyalitas merek secara keseluruhan. Semakin banyak perusahaan telah membentuk tim desain
internal dengan merekrut bakat dan mengakuisisi agensi UX atau perusahaan teknologi yang
dipimpin oleh UX.
Misalnya, bank Capital One telah mengakuisisi agensi desain UX terkemuka Adaptive Path
dan aplikasi keuangan pribadi yang dipimpin oleh UX, Level Money, untuk dengan cepat
menciptakan bakat desain internal yang luar biasa.
Namun, sifat layanan keuangan menimbulkan tantangan khusus untuk merancang pengalaman
yang hebat. Lingkungan yang sangat diatur membutuhkan keamanan dan perlindungan data,
prosedur identifikasi dan otentikasi yang kuat, dan bergantung pada infrastruktur yang sudah ada,
kuno, tetapi kritis. Kondisi-kondisi ini sering mengancam interaksi yang optimal.
b) Seven Guidelines
Berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh tim kami dalam bekerja di organisasi FinTech
besar maupun kecil, kami telah menetapkan tujuh pedoman yang terbukti membantu dalam
merancang pengalaman finansial yang baik:

1. Investasikan desain dari awal dan dari puncak organisasi


2. Pahami semua langkah dalam pengalaman dari awal hingga akhir
3. Gabungkan desain dan teknik
4. Gunakan desain untuk mempercepat pengambilan keputusan
5. Hemat waktu pengembangan yang mahal
6. Tujuan kesederhanaan seperti layanan Uber dengan tingkat kepercayaan yang tinggi
7. Hal-hal menarik dapat mengurangi kesalahan

Kami telah membahas tujuh pedoman yang berkaitan dengan UX dalam kaitannya dengan
FinTech. Pilihan desain p-a berbagai tingkat mempengaruhi adopsi pengguna, kepercayaan,
kepuasan pelanggan, dan pada akhirnya pendapatan. Kami telah berhasil menerapkan pedoman
ini untuk menciptakan hubungan yang terpercaya antara pengguna dan produk, dan berharap
pedoman ini dapat memicu percakapan untuk memajukan peran UX dalam FinTech.

III. Perkembangan Financial Technology di beberapa negara


FinTech merupakan gerakan besar yang didorong oleh teknologi dalam mengubah
industri keuangan dan menciptakan pertumbuhan bisnis kecil dan menengah yang tinggi,
lapangan kerja, dan pengembangan ekonomi yang lebih luas. Kemunculan FinTech cluster dan
startup dapat membantu mempercepat transformasi dan pertumbuhan di sektor keuangan serta
membantu mengatasi tantangan umum. Pemerintah harus mengidentifikasi bahan-bahan dan cara
terbaik untuk merangsang FinTech cluster ini, yang dianggap sebagai salah satu agenda paling
penting yang dapat dikejar oleh pemerintah.

Perusahaan besar yang telah lama ada dalam industri keuangan memberikan wawasan
sejarah, sumber daya kuat (dari modal manusia hingga dana ventura), akses pasar global, dan
infrastruktur yang menjadi klien sempurna yang membutuhkan komunitas inovator FinTech.
Investor, mulai dari para angel investor hingga modal ventura khusus (VCs), mengambil
risiko terukur di seluruh dunia, dengan minat dan pengetahuan khusus dalam pembayaran,
komputasi awan, blockchain, perangkat lunak enterprise, keamanan siber, dan analitik data -
tantangan besar, peluang besar.

Regulator membentuk inovasi hub untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap startup,


kejelasan seputar proses otorisasi, dan membantu menginformasikan reformasi.

Selain semangat kerja sama dan kemitraan, persaingan juga merupakan kekuatan yang
sangat sehat dalam mempercepat pertumbuhan komunitas FinTech di seluruh dunia. Ini
merupakan mandat yang kritis bagi regulator, pemerintah, dan komunitas akademik. Persaingan
memaksa pemain yang telah lama berada di industri keuangan untuk terus memeriksa proposisi
mereka kepada pelanggan, tidak terlalu nyaman, dan menginvestasikan proses perbaikan yang
berkelanjutan.

Dalam konteks ini, FinTech cluster dapat memberikan potensi untuk menghasilkan
transformasi teknologi yang lebih besar. Ini tidak hanya tentang startup, inovator, dan pengusaha,
tetapi juga tentang membawa visi, kecepatan, dan kekuatan mereka bersama dengan pemangku
kepentingan penting lainnya untuk memberikan perubahan yang berlangsung.

1) Financial Technology in France


Teknologi keuangan atau FinTech di Prancis berkembang pesat berkat adanya faktor-faktor
positif seperti kemampuan teknologi yang kuat dan sumber daya keuangan yang memadai. Pada
akhir Juni 2015, 45 pengusaha FinTech Prancis bergabung untuk membentuk sebuah asosiasi
bernama "France FinTech" yang bertujuan untuk menjadi badan penghubung antara start-up
FinTech yang ingin mengatasi masalah yang ada dalam industri jasa keuangan dengan model
bisnis dan teknologi inovatif. France FinTech bertujuan untuk berbagi pengalaman, pengetahuan,
dan informasi dengan anggotanya, melakukan penelitian pasar, dan membangun hubungan
dengan asosiasi digital lainnya di dalam dan luar negeri. Asosiasi ini juga akan memastikan hak
dan harapan anggotanya diperhatikan oleh pemerintah, legislatif, badan regulasi, media, dan
organisasi pasar lainnya. Prancis memiliki kekuatan untuk membangun FinTech seperti
keterampilan keuangan dan teknologi yang kuat, infrastruktur pendanaan yang berkembang
pesat, dan insentif pajak negara yang signifikan. Oleh karena itu, entrepreneur dan investor di
sektor FinTech harus mempertimbangkan Prancis sebagai salah satu pilihan investasi. Siapa
tahu, Lending Club tahun 2020 bisa saja didirikan oleh seorang pengusaha asal Prancis.
2) Financial Technology in Netherlands
Pada awalnya, FinTech di Belanda berkembang cukup lambat pada tahun 2014 dengan
sedikit profesional keuangan yang mengetahui tentang inovasi ini. Namun, Holland FinTech
didirikan pada tahun itu untuk membangun ekosistem FinTech di Amsterdam dan
menghubungkan pelaku industri FinTech di Belanda dengan perkembangan global melalui
newsletter, riset, dan perjalanan internasional. Saat ini, Holland FinTech memiliki lebih dari 65
anggota yang terdiri dari start-up FinTech, bank, investor, dan agensi pemerintah.
Pada saat itu, Belanda sedang menghadapi krisis keuangan dan belum mengalami banyak
persaingan dalam industri FinTech. Selain itu, tidak banyak kesadaran politik tentang inovasi
keuangan, dan krisis keuangan yang disebabkan oleh produk keuangan "inovatif" membuat topik
inovasi di sektor ini menjadi sangat sensitif. Pusat Keuangan Belanda yang bertugas untuk
mempromosikan inovasi di industri keuangan juga harus ditutup karena sentimen negatif
terhadap industri keuangan.
Meskipun begitu, Belanda sudah unggul dalam pengembangan solusi pembayaran. Mereka
memiliki beberapa solusi pembayaran yang bagus seperti iDeal dan perusahaan teknologi muda
seperti Global Collect dan Adyen. Dalam hal ini, e-commerce menjadi pendorong utama
pengembangan solusi baru, terutama yang terkait dengan proses keuangan.
Meskipun FinTech di Belanda pernah lambat berkembang, namun saat ini sedang
meningkatkan jangkauannya secara internasional dan menjadi tempat bagi start-up dan
perusahaan keuangan yang ingin berinovasi.

3) Financial Technology In Luxembourg


Pada tahun 2015, konferensi ICT Spring Europe yang diadakan di Luxembourg, fokus pada
sektor FinTech dan menjadi ajang pengumuman bahwa Luxembourg ingin menjadi salah satu
pusat industri FinTech dunia dengan ekosistem yang unik untuk pertumbuhan.
Meskipun awalnya perusahaan FinTech menuai kekhawatiran dan ketidakpercayaan dari
pemain keuangan di Luxembourg, namun seiring dengan hadirnya lebih dari 150 perusahaan
FinTech dan penciptaan lebih dari 10 ribu lapangan kerja dalam tiga tahun terakhir, pasar
Luxembourg kini semakin menyadari pentingnya perusahaan-perusahaan start-up tersebut.
Kepentingan pelanggan terhadap teknologi baru akan mempercepat pertumbuhan sektor
FinTech dan memberikan peran yang semakin penting bagi perusahaan-perusahaan FinTech
dalam dunia keuangan.
Namun, untuk terus menjadi pemain utama di keuangan internasional, Luxembourg harus
mengikuti revolusi teknologi yang terus berubah. Dalam lanskap keuangan yang terus berubah
ini, terlihat adanya dua jenis FinTech, yaitu "tradisional" yang bersifat komplementer dan
"disruptive" yang lebih inovatif dan berbeda dengan fungsi tradisional sektor keuangan.
Luxembourg memiliki beragam keunggulan seperti peraturan yang fleksibel, sistem pajak
yang menarik, lingkungan teknologi informasi yang kondusif, dan pusat data modern yang
membuatnya menjadi salah satu pusat industri FinTech yang menarik.
Namun, masih diperlukan upaya untuk lebih menghubungkan antara "Fin" dan "Tech" serta
bersaing dengan pusat industri FinTech besar di Eropa seperti London, Paris, dan Berlin. Upaya
harus difokuskan pada inovasi dan fleksibilitas, dan perusahaan-perusahaan FinTech harus
dilihat sebagai potensi mitra baru daripada pesaing yang mengancam.
Bank-bank juga dapat memanfaatkan keahlian perusahaan-perusahaan FinTech tidak hanya
untuk alat self-service mereka, tetapi juga untuk meningkatkan hubungan dengan klien. Revolusi
FinTech memaksa pemain "tradisional" untuk meninjau kembali organisasi mereka dan layanan
yang ditawarkan kepada pelanggan serta menjadi lebih fokus pada pelanggan
4 ) Financial Technology in Vienna
Wina, ibu kota Austria, sedang memposisikan diri untuk menjadi pusat FinTech yang
menonjol di sektor pembayaran dan tiket. Keunggulan kompetitifnya terletak pada lokasinya
yang strategis, hubungan perbankan historis, dan faktor unik, seperti bank-bank Austria yang
memiliki sekitar 50 juta nasabah di Eropa Tengah dan Timur dan secara kolektif memegang
keunggulan strategis dalam perlombaan pembayaran seluler. Start-up yang sedang naik daun di
sektor pembayaran memberikan tanah subur untuk inovasi teknologi, membangun pada inovasi
Austria sebelumnya, seperti kartu e-kesehatan Austria dan teknologi tol jalan Austria.
Meskipun Austria saat ini masih menjadi "negara tunai" dengan lebih dari 80% transaksi
tunai, posisinya dalam transisi ke pembayaran seluler yang akan datang adalah unik. Selama tiga
tahun terakhir, bank-bank Austria dan industri pembayaran telah menyiapkan dasar untuk
revolusi pembayaran seluler, yang bahkan dapat menjadi model untuk Eropa. Fakta bahwa bank-
bank Austria memiliki lebih dari 50 juta nasabah dengan rekening giro di wilayah CEE juga
menjadi salah satu alasan mengapa industri pembayaran Eropa harus mengawasi inovasi
pembayaran seluler yang terjadi di Austria.
Pusat pembayaran seluler yang sukses di Wina akan memanfaatkan infrastruktur yang sudah
ada dan melibatkan kemampuan pengembangan organisasi dan bisnis, termasuk bank, operator
jaringan seluler, dan start-up korporat yang spesialis, menciptakan kepentingan dalam rantai nilai
industri pembayaran. Lokasi strategis Austria antara Eropa Barat dan CEE, struktur keuangan
yang unik, dan ukuran pasar yang relatif kecil menjadikannya kasus FinTech yang menarik bagi
negara tersebut.
5) Financial Technology in India
FinTech di India berkembang dengan pesat berkat dukungan dari bank besar, bursa saham
besar, perusahaan besar, dan perusahaan e-commerce besar yang menempatkan teknologi
sebagai fokus utama. Ditambah lagi, para pengusaha yang berambisi tinggi turut berperan dalam
membuat FinTech semakin berkembang di negara yang memiliki populasi terbesar kedua di
dunia ini. Pada tahun 2015 saja, investasi untuk start-up yang bergerak di bidang FinTech di
India mencapai lebih dari satu miliar dolar AS.
Dengan populasi yang terdiri dari lebih dari satu miliar orang yang memiliki latar belakang
sosio-ekonomi yang berbeda, India menawarkan peluang besar bagi aktivitas FinTech, terutama
dalam hal bakat, peluang inovasi, dan pasar yang besar untuk dilayani. Namun, hingga saat ini,
hampir 90% transaksi di India masih dilakukan dengan uang tunai. Namun, transaksi online juga
semakin meningkat seiring dengan penetrasi internet dan seluler yang cukup tinggi, yaitu sekitar
20% dan 70%, dengan pengguna internet seluler diperkirakan mencapai lebih dari 200 juta.
Baik sektor publik maupun swasta di India telah memanfaatkan peluang tersebut untuk
menciptakan solusi berkelanjutan, dari mengatasi kesenjangan dalam akses ke layanan keuangan
di pasar yang kurang terlayani, hingga menangkap populasi seluler cerdas dan terhubung dengan
teknologi mobilitas terdepan.
Pemerintah India juga memberikan dukungan besar dalam memajukan industri FinTech
dengan membangun Gujarat International Finance Tech-City (GIFT city) sebagai pusat layanan
keuangan internasional. Dengan demikian, India berambisi menjadi hub FinTech yang
berkembang pesat dan memperkerjakan banyak orang.
Untuk mengembangkan industri FinTech di India, seluruh negara dianggap sebagai hub
aktivitas FinTech secara kolektif. Meskipun setiap kota metropolitan di India fokus pada
kepentingan yang berbeda dan mengatasi tantangan yang berbeda pula dalam hal layanan
keuangan, tetapi semangat inovasi, dukungan regulator, dan janji investasi merupakan pendorong
utama untuk membuat aktivitas FinTech terus berkembang di seluruh India. Dengan begitu, India
memiliki potensi untuk menjadi pusat industri FinTech yang besar di masa depan.
6) Financial Technology in Singapore
Singapura memiliki tiga elemen utama yang diperlukan untuk menciptakan ekosistem
FinTech yang sukses: start-up dan pengusaha FinTech, modal investasi untuk mendanai
pertumbuhan start-up, dan komunitas pendidik dan ahli yang terdidik.

Di Singapura, terdapat lebih dari seratus start-up FinTech yang berbasis di sana dan
beroperasi di seluruh wilayah Asia Tenggara. Mereka mewakili tren umum di seluruh dunia, dari
pembayaran hingga perdagangan dan teknologi blockchain. Selain itu, dalam beberapa tahun
terakhir, banyak modal ventura lokal dan global yang telah berinvestasi dalam industri FinTech
di Asia Tenggara. Meskipun industri ini relatif baru bagi modal ventura, investasi pertama telah
dilakukan dan dana yang baru terkumpul akan menjadi sumber modal investasi penting untuk
industri FinTech.

Meskipun Singapura belum memiliki keluaran besar di industri FinTech, banyak perusahaan
yang berhasil mendapatkan dana dan menghasilkan pendapatan, membuktikan bahwa Asia
Tenggara adalah tempat yang tepat untuk FinTech saat ini. Sebagai contoh, pada tahun 2015,
Singapura menjadi tuan rumah Hackathon Blockchain pertama di dunia, yang menghasilkan
lebih dari 16 tim blockchain yang akan mengubah perspektif tentang bagaimana bank dan
lembaga keuangan lain dapat bekerja dengan teknologi baru ini.

IV. Peran dan Dampak Sosial Financial Technology


1) Peran Financial Technology dalam Emerging Market
a) Support for Small Business and Entrepreneurs
Start-up FinTech di bidang usaha kecil dan kewirausahaan menyediakan berbagai layanan
untuk mendukung pertumbuhan bisnis ini. Mereka menawarkan pelatihan, dukungan langsung,
keranjang belanja yang sudah jadi, dan integrasi situs web untuk memungkinkan bisnis untuk
membangun kehadiran online dan mengumpulkan pembayaran langsung dari ponsel tanpa perlu
memiliki situs web. Ini membantu menghilangkan hambatan teknologi tradisional bagi ribuan
bisnis.

Selain itu, start-up FinTech ini menerapkan mekanisme anti-penipuan yang ketat untuk
mengurangi penipuan dan utang buruk, yang pada gilirannya menurunkan biaya pinjaman dan
peminjaman. Ini memberikan lebih banyak kesempatan untuk pinjaman yang aman, memberikan
hasil yang positif bagi konsumen dan bisnis kecil melalui pinjaman langsung dan crowdfunding.

Di negara-negara berkembang, seringkali terdapat penggunaan infrastruktur perbankan yang


terbatas dan kepercayaan yang terbatas. Namun, inovasi FinTech seperti platform pembayaran
meyakinkan semakin banyak orang untuk memanfaatkan pendekatan keuangan modern untuk
keuntungan mereka. Inovasi ini dipromosikan oleh pengguna sendiri dan memberikan nilai yang
menarik bagi pengguna tersebut.

Start-up FinTech juga mendukung bisnis mulai dari pedagang pasar dan toko hingga
importir, eksportir, dan pedagang Forex dalam meningkatkan laba mereka dengan kemampuan
yang terjangkau yang memungkinkan mereka untuk mencapai pasar dan pelanggan baru.
Misalnya, platform pembayaran memungkinkan pembayaran yang aman, multi-mata uang, dan
mata uang kripto di pasar internasional.

Start-up FinTech juga memungkinkan start-up non-teknologi untuk mengamankan transaksi


mereka dan berbagi keuntungan dengan pengembang dan agensi digital. Mereka juga
memungkinkan para pengusaha untuk memulai bisnis baru dengan biaya masuk yang sangat
rendah, memberikan dampak positif pada ekonomi lokal dan nasional. Secara keseluruhan, start-
up FinTech memberikan dukungan berharga bagi bisnis kecil dan para pengusaha,
memungkinkan mereka untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan bisnis yang cepat
berubah

2) Dampak Sosial Financial Technology dalam bidang :Perbankan & Pendidikan


a) Impact of Financial Technology in Banking
Kebanyakan negara-negara berkembang memiliki infrastruktur sistem keuangan yang
terbatas. Pasar modal, sejauh yang ada, dan bank sama-sama mengandalkan teknologi warisan
dan tidak dapat diakses oleh penduduk pedesaan miskin yang merupakan mayoritas di negara-
negara berkembang.

Namun, ada sedikit hambatan struktural dan regulasi di dalam sistem keuangan untuk
mengatasi layanan untuk orang yang belum terbankir. Dan inilah yang memungkinkan teknologi
baru untuk berkembang demi melayani orang miskin, dan inovator FinTech masuk, dalam
beberapa kasus melompati industri tradisional dengan layanan baru yang memberikan akses bagi
mereka yang sebelumnya tidak terlayani.

Untuk memahami bagaimana hal ini terjadi, kita perlu memahami bahwa di negara-negara
berkembang "uang tunai adalah raja". Orang miskin tidak terlihat oleh sistem perbankan. Mereka
menggunakan uang tunai untuk sebagian besar transaksi mereka dan tidak dapat mengakses
kredit, asuransi, atau produk tabungan yang kita anggap sepele di dunia yang sudah maju.

Sebagian besar penduduk tersebar di pedesaan dan sering tinggal di desa kecil yang
terisolasi. Bank asli tidak termotivasi untuk mengembangkan infrastruktur cabang yang
dibutuhkan untuk mendukung populasi ini.

Di negara-negara berkembang, kewirausahaan adalah kebutuhan dan hasrat, karena


pendidikan dan pekerjaan sangatlah terbatas. Sayangnya, tanpa infrastruktur keuangan, sulit bagi
orang miskin dan belum terbankir untuk memulai bisnis dan menarik diri mereka sendiri dengan
"tali sepatu mereka sendiri".

Teknologi secara harfiah menjadi lem yang menghubungkan kesenjangan infrastruktur


tersebut.

Fakta terbesar dan paling mengejutkan yang perlu dipahami adalah bahwa mereka yang
belum terbankir bisa dicapai. Ekonomi uang tunai ditambah dengan akses seluler ke dana digital.

Bank tradisional tidak memimpin perubahan. Perusahaan telekomunikasi telah masuk dan
transaksi yang didukung oleh seluler adalah kekuatan yang harus diperhitungkan.

Apakah uang digital akan sepenuhnya menggantikan uang tunai? Mungkin tidak. Tetapi
jangkauan transaksi uang digital yang luas kepada yang belum terbankir mempercepat
pertumbuhan ekonomi pasar berkembang, menciptakan lebih banyak kekayaan, dan
meningkatkan standar hidup.
b) Education: Power to the People through Financial Literacy
Di banyak negara berkembang, sebagian besar penduduk tinggal di luar pusat perkotaan
dan sulit untuk mengakses infrastruktur seperti perbankan, transportasi, listrik, dan jalan.
Penduduk pedesaan merupakan basis pelanggan potensial yang besar di komunitas di mana uang
seluler adalah satu-satunya pesaing nyata bagi uang tunai.
Untuk memperoleh adopsi pasar massal, para pemangku kepentingan industri harus
mengidentifikasi dan melacak penggunaan oleh wanita dan pelanggan pedesaan yang cenderung
menjadi pengguna terakhir dalam siklus teknologi tradisional (biasanya dipimpin oleh penduduk
kota laki-laki).
Untuk meningkatkan kesadaran dan menarik pengguna ini, penting untuk berinvestasi
dengan kuat dalam kampanye pemasaran di bawah garis (BTL) yang memberikan titik kontak
manusia yang diperlukan untuk membantu mengedukasi orang-orang di bagian bawah piramida.
Ini dapat mencakup kunjungan ke desa, perkebunan, dan distrik untuk mengedukasi
wanita melalui lokakarya tentang layanan keuangan dan penggunaan uang seluler. Setelah dilatih
dalam literasi keuangan, peserta dapat memiliki kesempatan untuk membuka rekening uang
seluler dan meningkatkan tingkat adopsi.
Memberikan pendidikan dan pelatihan untuk pedagang juga penting untuk memperoleh
kepercayaan dan menjamin interoperabilitas uang digital untuk P2P dan pembelian barang dan
jasa.
Ketegasan seputar penyelesaian dan cara mengakses dana penting dalam membantu
pedagang merasa nyaman dengan layanan dan efektif mengelola arus kas mereka. Sebagai
gantinya, mereka akan lebih cenderung mendorong pelanggan untuk menggunakan layanan.

V. Solusi Penggunaan Financial Technology


1) Inovasi Pembayaran Point of Sales (POS)
Inovasi Pembayaran Point of Sales (POS) berfokus pada kemampuan bank dan pemroses
pembayaran untuk memanfaatkan perangkat POS sebagai titik sentuh penting dalam hubungan
antara konsumen dan bisnis. Melalui penggunaan teknologi modern seperti back-end services
dan smart POS devices, bank dapat menghadirkan layanan yang lebih baik dan personal kepada
pelanggan, serta meningkatkan pengalaman berbelanja secara fisik.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan pergeseran perilaku konsumen yang semakin
digital, bank harus beradaptasi dan memperkuat layanan mereka di dunia fisik. Bank dapat
memanfaatkan data perilaku konsumen di dunia digital untuk membangun konteks konsumen di
lingkungan fisik, sehingga dapat memberikan pengalaman yang lebih baik dan meningkatkan
kepuasan pelanggan.
Selain itu, bank juga harus mempertimbangkan strategi bisnis yang didasarkan pada kinerja
(performance business model) untuk meningkatkan nilai tambah bagi pelanggan dan mitra bisnis
mereka. Hal ini penting agar bank dapat bersaing dengan pesaing-pesaing baru seperti Facebook,
Google, Apple, Samsung, Paypal, Amazon, dan lain-lain yang mulai merambah ke dunia
pembayaran.
Dalam kesimpulannya, inovasi Pembayaran Point of Sales (POS) merupakan cara bagi bank
untuk meningkatkan layanan mereka dan mempertahankan loyalitas pelanggan serta kemitraan
bisnis. Bank harus beradaptasi dengan cepat dan mengambil peluang yang ada agar dapat tetap
bersaing di pasar yang semakin kompetitif dan berubah dengan cepat.

2) Behavioral Biometric
Behavioural biometrics adalah teknologi yang fokus pada cara pengguna berinteraksi
dengan perangkat, bukan pada atribut fisik seperti sidik jari atau pemindaian iris mata. Teknologi
ini dirancang agar sepenuhnya transparan bagi pengguna, sehingga proses otentikasi menjadi
mudah dan tanpa hambatan. Algoritma pembelajaran mesin menggunakan data dari perilaku
pengguna untuk membuat profil yang unik, sehingga dapat mengidentifikasi anomali yang
mungkin menunjukkan adanya kecurangan.
Salah satu fitur terpenting dari behavioural biometrics adalah proses verifikasi yang
berkelanjutan sepanjang sesi, sehingga memastikan bahwa pengguna terverifikasi selama seluruh
interaksi dengan perangkat, bukan hanya pada saat masuk. Hal ini menjadikannya cocok untuk
digunakan pada perangkat seluler, yang memiliki berbagai sensor yang dapat memberikan data
yang kaya pada algoritma.
Behavioural biometrics membantu mengintegrasikan otentikasi secara mulus ke dalam
pengalaman dari awal hingga akhir, sehingga menjadi bagian yang alami dari apa pun yang ingin
dicapai pengguna, bukan sebagai langkah terpisah dalam proses. Hal ini membuatnya lebih
mudah digunakan dan ramah pengguna dibandingkan metode otentikasi tradisional, seperti kode
akses satu kali.
Secara keseluruhan, behavioural biometrics adalah teknologi yang dapat digunakan untuk
memberikan otentikasi yang lebih kuat dan meningkatkan keamanan, terutama untuk
pembayaran seluler. Seiring dengan terus berkembangnya penggunaan perangkat seluler,
kemungkinan akan terjadi peningkatan adopsi behavioural biometrics sebagai cara untuk
meningkatkan pengalaman pengguna sambil juga melindungi dari kecurangan.
3) Crowdfunding
Regulated crowdfunding merupakan sebuah model pendanaan di mana portal daring
digunakan untuk menjual surat berharga (saham atau instrumen utang) dari suatu perusahaan
kepada sekelompok investor. Pihak regulator mengatur sistem regulated crowdfunding dan
menentukan peraturan antara pihak penerbit (perusahaan), investor, dan broker/dealer yang
diperlukan untuk mengoperasikan portal regulated crowdfunding.
Semua pihak yang terlibat dalam ekosistem regulated crowdfunding perlu memahami
cara kerja dan peran masing-masing dalam ekosistem tersebut. Ekosistem ini membutuhkan
infrastruktur yang terintegrasi dengan baik dan mudah digunakan, sehingga memenuhi
persyaratan kepatuhan dan transparansi dalam persyaratan regulasi. Kerjasama antar semua
peserta dalam ekosistem ini akan membantu mencapai tujuan yang efektif, efisien, dan sukses.
Tujuan dari ekosistem ini adalah untuk membantu pihak penerbit dan investor bergabung
dengan cara yang paling efisien melalui portal regulated crowdfunding. Berikut adalah detail
lebih lanjut tentang masing-masing peserta yang perlu bekerja sama dalam skala global.
Komisi Sekuritas diamanatkan oleh pemerintah masing-masing untuk memberlakukan
dan mengelola hukum sekuritas dan mengatur industri sekuritas di wilayah mereka. Dalam
regulated crowdfunding, Komisi Sekuritas mengatur investor dan penerbit mana yang dapat
berpartisipasi, bagaimana operator portal melakukan bisnis, dan melaporkannya kembali kepada
Komisi Sekuritas. Tujuan utama adalah untuk melindungi investor dan memastikan terciptanya
pasar yang sesuai dengan peraturan.
Ekosistem regulated crowdfunding dimungkinkan karena adanya empat pilar kunci, yaitu
teknologi, internet, media sosial, dan pemerintah yang progresif. Dalam hal ini, teknologi dan
internet memungkinkan akses ke portal pendanaan crowdfunding, sedangkan media sosial
membantu mempromosikan dan mempublikasikan proyek dan perusahaan yang akan dibiayai.
Pemerintah yang progresif memberikan dukungan kebijakan dan regulasi untuk memfasilitasi
praktik regulated crowdfunding
VI. Modal dan Investasi
1) Smart Money
FinTech (Financial Technology) merupakan sektor yang paling menguntungkan bagi investor
awal atau angel investor, dan telah mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan
sektor lainnya. Laporan juga menemukan bahwa para investor awal semakin muda di Inggris,
lebih banyak wanita, dan semakin cenderung mendukung perusahaan di luar daerah mereka.
Pada tahun 2008, usia median investor awal Inggris adalah 53 tahun. Pada tahun 2015, 44%
investor awal Inggris berusia di bawah 45 tahun, dan hampir tiga perempatnya berusia di bawah
54 tahun. Proporsi investor awal wanita mencapai 14%, naik dari hanya 7% pada tahun 2008.
Munculnya jaringan investor awal wanita telah membantu menyempitkan kesenjangan gender,
tetapi Inggris masih tertinggal dibandingkan dengan Amerika Serikat di mana 20% investor awal
adalah wanita. Oleh karena itu, sektor FinTech membutuhkan lebih banyak investor awal dan
investor awal perempuan untuk bergabung guna memastikan bahwa perusahaan-perusahaan
terbaik mendapatkan pendanaan.
Ada beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan ketika ingin menjadi investor awal,
antara lain:
1. Diversifikasi portofolio investasi adalah hal yang penting.
2. Pahami siklus investasi/finance ladder dari start-up.
3. Dealflow merupakan kunci dalam mengidentifikasi peluang dengan potensi tinggi.
4. Investor awal terbaik akan menyediakan "smart money".
5. Investasi awal adalah hal yang personal.
6. Evaluasi pitch, presentasi, dan teknologi perusahaan.
Setelah menemukan perusahaan FinTech yang bagus dan bertemu dengan pendirinya secara
langsung, diskusikan pitch mereka dengan investor awal FinTech lainnya yang juga ingin
mendukung perusahaan tersebut dalam bentuk kelompok angel syndicate yang sangat
komplementer (dalam hal gabungan keahlian dan jaringan yang tersedia di sektor keuangan dan
teknologi), dan sekarang ingin membawa hal ini lebih jauh. Tahap selanjutnya disebut "due
diligence", di mana penting untuk menjelajahi detail tim manajemen, produk / layanan dan track
record hingga saat ini, ukuran pasar dan peluang untuk ekspansi global, strategi pemasaran,
keunggulan kompetitif, dan opsi keluar.
Selanjutnya, kesulitan selanjutnya adalah menyetujui valuasi. Biasanya perusahaan FinTech
akan memiliki gagasan tentang valuasi dan seberapa banyak uang yang mereka cari. Hal ini
biasanya akan menjadi bagian dari pitch deck yang tersedia untuk investor awal. Namun, valuasi
tidak pernah final dan dapat dinegosiasikan dengan mempertimbangkan beberapa faktor, seperti
metric kompetitif, harapan pertumbuhan dan valuasi perusahaan di masa depan, serta
kemampuan untuk berinvestasi dengan memperhitungkan bahwa ingin membangun portofolio
investasi awal yang terdiversifikasi.
Manfaat utama dari menjadi investor awal bukan hanya berupa keuntungan finansial, tetapi
juga manfaat non-moneternya. Menjadi investor awal yang aktif dapat sangat menyenangkan

2) Crowdfunding dan Marketplace


Crowdfunding adalah konsep pendanaan yang relatif baru dan terus berkembang di
seluruh dunia. Meskipun istilah "crowdfunding" telah dimasukkan ke dalam kamus bahasa
Inggris Oxford pada tahun 2015, hal ini belum berarti bahwa crowdfunding telah menjadi
mainstream atau bagian dari pasar keuangan utama. Crowdfunding masih dianggap sebagai
bagian dari pasar keuangan alternatif yang berkembang dengan cepat dan beragam.
Crowdfunding memiliki model yang berbeda-beda, terdiri dari model yang tidak
memberikan pengembalian keuangan seperti model donasi dan hadiah, serta model yang
memberikan pengembalian keuangan seperti model ekuitas dan pinjaman. Namun, terdapat
tantangan penting dalam hal edukasi, transparansi, dan perlindungan bagi investor yang perlu
diatasi sebelum crowdfunding dapat mencapai potensi penuhnya.
Model perusahaan dalam crowdfunding bisa memberikan saham dengan kelas yang
berbeda-beda, sehingga investor biasa bisa kehilangan hak suara atau hak pre-emption jika
terjadi penggalangan dana berikutnya dengan valuasi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, model
crowdfunding yang dipimpin oleh investor memiliki keuntungan yang jelas bagi investor.
Sebagai pasar yang berkembang, penting bagi perusahaan untuk memprioritaskan
kepentingan investor dan menjaga transparansi serta memberikan edukasi yang cukup agar
crowdfunding dapat berkembang dengan baik di masa depan. Hal ini bukan hanya berlaku di
pasar Inggris, tetapi juga di seluruh Eropa.
3) Investasi Digital
Investasi digital adalah salah satu bentuk investasi yang semakin berkembang seiring
dengan perkembangan teknologi dan internet. Salah satu dampak signifikan dari perkembangan
teknologi adalah adanya Internet of Things (IoT) yang memungkinkan terciptanya model bisnis
dan pasar baru dalam berbagai aspek kehidupan kita, termasuk dalam hal keuangan dan
investasi.
Salah satu contohnya adalah di sektor asuransi, di mana penggunaan mobil otonom atau
self-driving cars yang terhubung dengan IoT dan asuransi dapat menciptakan solusi asuransi
yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. Selain itu, IoT juga akan berdampak pada budaya
tabungan dan investasi kita.
Industri FinTech diprediksi akan mengganggu area investasi digital secara keseluruhan,
dimulai dengan model bisnis B2C (Business-to-Consumer), dan B2B (Business-to-Business)
akan segera menyusul. Seluruh rangkaian nilai manajemen kekayaan akan mengalami tekanan
yang besar untuk berubah dan beradaptasi.
Kompetitor-kompetitor baru di bidang investasi digital memiliki kemampuan dan kelincahan
untuk menawarkan produk dan layanan secara digital, dan para pemain yang sukses akan terus
berinovasi. Oleh karena itu, dalam menghadapi perubahan yang terjadi, para pelaku bisnis di
sektor investasi digital harus terus mengikuti tren teknologi dan inovasi, dan berfokus pada
kepuasan pelanggan serta perlindungan investor.

VII. Crypto Currency dan Blockchain


1) Financial Technology dan Mata Uang Digital
a) Crypto Currency meets Digital Finance and Mobile Value Exchange
Kemunculan mata uang kripto, seperti Bitcoin, telah mengganggu industri keuangan
tradisional dan menciptakan industri keuangan digital baru. Dalam beberapa tahun, industri ini
telah berkembang menjadi pasar multi-miliar dolar, dan terus berkembang dengan teknologi baru
dan alternatif di luar pembayaran berbasis mata uang. Kemajuan ini termasuk instrumen
keuangan, kontrak pintar, dan buku besar terdistribusi berbasis blockchain, yang berjanji untuk
mengganggu industri keuangan tradisional lebih jauh.
Munculnya mata uang digital ini bersamaan dengan konvergensi besar-besaran pembayaran
seluler, perbankan cabang digital, dan pertukaran nilai digital, membuat saat ini menjadi waktu
yang menarik bagi industri keuangan. Sebagai hasilnya, bitcoin, mata uang alternatif, dan inovasi
keuangan digital telah menarik perhatian institusi keuangan besar, teknologi konsumen, dan
regulator di seluruh dunia.

Konvergensi dua sektor FinTech besar, Digital Banking dan Mobile Transactions, dengan
bitcoin dan teknologi mata uang digital dan blockchain baru telah menciptakan persimpangan
inovasi. Namun, ada ketegangan antara desentralisasi yang ditawarkan oleh bitcoin dan strategi
"saluran pasar baru" dari para pemain lama. Industri ini akan terus berkembang, dan pemain
yang sukses akan terus berinovasi untuk tetap unggul dari pesaing.
b) Hybrid Digital Finance Platform Convergence
Digital finance merupakan bentuk perbankan dan sistem keuangan yang berbeda dari
cara-cara tradisional dengan menggabungkan digital banking, mobile value exchange, dan
aplikasi crypto-currency dalam berbagai bentuk yang sesuai dengan yurisdiksi yang berbeda,
perkembangan pasar, serta kebutuhan yang berbeda-beda antara yang sudah memiliki akses
perbankan dan yang belum memiliki akses perbankan (diperkirakan sekitar 2 miliar orang di
seluruh dunia).
Semakin banyak pembicaraan mengenai "Internet of Money" yang berkonvergensi
dengan "Internet of Value" (pertukaran nilai) dan "Internet of Things" serta pemahaman yang
lebih besar akan peluang dalam layanan keuangan digital dan pengembangan infrastruktur
terdistribusi. Lansekap keuangan digital terus berkembang untuk mengatasi peluang ini,
menciptakan konvergensi dan integrasi sistem secara besar-besaran, dan pemain niche (niche
players) yang sama.
Akhirnya, pengguna/konsumen dari semua penawaran ini akan memutuskan variasi mana
yang paling cocok bagi mereka berdasarkan kemudahan penggunaan, akses, stabilitas, simpanan
nilai, keamanan, gesekan yang berkurang, pertukaran, transfer, dan lainnya - pada akhirnya
pengalaman pengguna terbaik untuk uang.
Platform pengiriman dari setiap sektor industri akan bersaing untuk mendapatkan bagian
dalam bisnis yang menguntungkan dan penting ini, dari bagian dunia yang sudah memiliki akses
perbankan hingga yang belum memiliki akses perbankan.
Tidak ada keraguan bahwa sistem keuangan dunia membutuhkan perbaikan atau
setidaknya alternatif yang solid dan layak dibandingkan dengan penawaran yang didorong oleh
sistem warisan saat ini dan inovasi terbaru yang muncul melalui layanan perbankan tanpa cabang
dan transaksi/pembayaran seluler. Ada peluang besar bahwa bitcoin itu sendiri bisa menjadi
terdisintermediasi, karena teknologi crypto-currency, proses bisnis, dan mata uang serta protokol
alternatif muncul atau diadopsi oleh pemain yang ada dan baru di sektor FinTech, mata uang
digital, dan pembayaran seluler.
Hal ini menyiratkan "hibridisasi" teknologi keuangan digital dan kombinasi platform
terdesentralisasi dan terpusat serta saluran pengiriman. Ada beberapa alasan mengapa ekonomi
ganda ini kemungkinan akan muncul, termasuk kemudahan dengan mana mata uang digital dapat
menyatukan konsumen dan pedagang global, biaya rendah dari pembayaran mata uang digital,
keterbukaan konsumen terhadap inovasi baru, dan pengaruh yang semakin besar dari perusahaan
teknologi, menurut Gareth Murphy, Direktur Pasar untuk Bank Sentral Irlandia yang berbicara di
Konferensi BitFin 2014, Digital Money dan Masa Depan Keuangan di Dublin
2) Blockchain dan Crypto Currency
a) Bitcoin 2.0 and Future Trends
Manifestasi paling penting dari teknologi blockchain adalah Bitcoin. Namun, segala
sesuatu yang membutuhkan kepercayaan atau bukti adalah kandidat yang baik untuk blockchain,
karena penambang Bitcoin akan secara naif memvalidasi dan mengonfirmasi transaksi tersebut
juga - karena para penambang selalu mencoba untuk menyelesaikan blok berikutnya dan
memperoleh Bitcoin sebagai imbalan.
Judul kepemilikan, surat-surat tanah, kontrak dari berbagai bentuk dan ukuran, dan
notaris adalah contoh informasi yang dapat dicatat secara permanen ke dalam blockchain - dan
dapat ditransfer dengan jelas ke pemilik berikutnya tanpa perlu otoritas pusat. Ini memiliki
implikasi besar untuk bagaimana bisnis dilakukan dan dapat membuktikan mengganggu segala
sesuatu mulai dari sektor hukum hingga keuangan.
Sebagian besar aplikasi Bitcoin 2.0 ini masih dalam tahap awal, tetapi mereka berjanji untuk
meningkatkan arsitektur industri berbasis transaksi. Kami memperkirakan empat kategori
teknologi blockchain yang akan memengaruhi industri keuangan:
1. mata uang digital,
2. registri aset,
3. tumpukan aplikasi, dan
4. teknologi berpusat pada aset.
b ) Digital Currencies
Mata uang digital adalah mata uang yang hanya ada dalam bentuk digital, tanpa koin atau
uang kertas fisik. Seperti Bitcoin, mata uang digital ini berbasis pada teknologi blockchain dan
beroperasi pada jaringan terdesentralisasi. Di masa depan, mungkin terdapat kemungkinan untuk
diciptakannya dan tersebarnya mata uang digital berbasis komunitas yang digunakan untuk
tujuan-tujuan khusus, seperti penghargaan internal, program loyalitas pelanggan, atau skema
insentif dan pengaturan.

Komunitas-komunitas ini dapat diselenggarakan oleh institusi negara atau perusahaan


swasta yang menerbitkan "koin" merek mereka sendiri. Saat ini, penciptaan mata uang digital
telah menjadi aksesibel bagi siapa saja yang memiliki pengetahuan dasar tentang pemrograman
perangkat lunak, karena ada platform yang memungkinkan pengguna untuk menciptakan mata
uang digital mereka sendiri dengan aturan dan batasan penggunaan yang spesifik dalam
komunitas atau organisasi.

Jaringan pembayaran seperti Ripple memungkinkan pertukaran mata uang digital yang
berbeda antara anggota. Di masa depan, setiap pengguna smartphone dapat memiliki dompet
digital untuk setiap "koin" merek mereka, yang dapat langsung ditukarkan dengan poin loyalitas,
mata uang digital lainnya, atau bahkan mata uang fisik. Hal ini dimungkinkan melalui pasar
global yang unik dengan mekanisme clearing terdistribusi dan terdesentralisasi, yang akan secara
masif meningkatkan efisiensi transaksi dan meningkatkan penggunaan mata uang dalam bentuk
penghargaan.

Anda mungkin juga menyukai