Anda di halaman 1dari 8

P. Purkan et al. Journal Kimia Riset, Volume 1 No.

1, Juni 2016 34 - 41

PRODUKSI ENZIM KITINASE DARI Aspergillus niger MENGGUNAKAN


LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI INDUSER

Purkan Purkan1*, Afaf Baktir1, Arju Rohmah Sayyidah1


1
Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga
*
email: purkan@fst.unair.ac.id

Abstrak
Kitinase merupakan enzim hidrolitik yang dapat menghidrolisis kitin pada ikatan β-1,4-
glikosidiknya dengan menghasilkan derivat-derivat kitin seperti oligomer kitin yang
mempunyai banyak manfaat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengembangan
produksi enzim kitinase dari sumber lokal yang melimpah di alamserta murah dengan
melakukan optimasi substrat dalam hal ini digunakan substrat tetes tebu (molase) dan
limbah cangkang rajungan untuk produksi enzim kitinase dari Aspergillus niger.
Sebelumnya, dilakukan kultivasi isolat kapang Aspergillus niger dengan membuat kurva
pertumbuhan menggunakan metode masa sel kering dimana dari hasil penelitian inokulasi
optimal adalah 22 jam. Pada proses produksi, diperoleh waktu fermentasi optimal adalah 52
jam dengan menentukan uji aktivitasnya menggunakan metode turbidimetri. Hasil optimasi
substrat menunjukkan bahwa enzim kitinase yang maksimal diperoleh pada penambahan
molase 0,5% (b/v) dengan unit aktivitas enzim 0,14726 (U/mL) dan cangkang rajungan 2%
(b/v) dengan unit aktivitas enzim yang dihasilkan 0,12826 (U/mL). Kitinase dari Aspergillus
niger ini mempunyai pH optimal 6 dan suhu optimal 40 oC.

Kata kunci: Aspergillus niger, kitinase, cangkang rajungan, molase

Abstract
Chitinase is a hydrolytic enzyme that hydrolyzes chitin on β-1,4-glycosidic bond and
thereby producing chitin derivatives such as chitin oligomers that have multiple benefits.
The purpose of this research was to develop the production of chitinase enzyme from cheap
and are abundant local nature sources, by optimizations substrate in this case the substrate
used molasses and crab shell waste for the production of chitinase enzyme from Aspergillus
niger. Previously, isolates of Aspergillus niger cultivated by creating a growth curve using
dry cell mass method which from the results of research inoculation optimal are 22 hours.
In the production process, obtained the optimum fermentation time is 52 hours to determine
the activity test using turbidimetry method. Result of substrate optimizations indicate that
chitinase enzyme maximum by addition of molasses obtained in 0.5% (w/v) with enzyme
activity units 0.14726 (U/mL) and crab shells 2% (w/v) with enzyme activity units 0.12826
(U/mL). Chitinase from Aspergillus niger has a pH optimum 6 and temperature optimum
40 oC.

Keywords: Aspergillus niger, chitinase, crab shells, molasses

Pendahuluan enzim dari mikroorganisme untuk


Salah satu penerapan bioteknologi yang biodegradasi. Dalam biodegradasi, enzim
terus berkembang adalah pemanfaatan dari mikroorganisme berperan untuk

Online ISSN: 2528-0422 34


P. Purkan et al. Journal Kimia Riset, Volume 1 No. 1, Juni 2016 34 - 41

memecah molekul-molekul besar atau yang relatif murah. Salah satunya adalah
polimer yang ada di alam menjadi produk penggunaan limbah yang mengandung
yang dapat dimanfaatkan. Salah satu kitin. Kitin merupakan komponen
polimer alam yang keberadaannya penyusun peptodoglikan dinding sel
melimpah adalah kitin dimana secara mikroba yang banyak ditemukan pada
umum enzim yang mendegradasi kitin eksoskeleton serangga, krustasea, dan
adalah jenis enzim kitinase. dinding sel jamur (Chen et al., 2010). Di
Kitinase merupakan enzim hidrolitik Indonesia udang dan kepiting merupakan
yang dapat menghidrolisis kitin pada komoditas yang memainkan peranan
ikatan β-1,4-glikosidiknya dengan penting sebagai sumber kitin karena hasil
menghasilkan derivat-derivat kitin seperti pengolahannya banyak menghasilkan
oligomer kitin. Beberapa penelitian telah limbah. Menurut Peniston (1982)
mencoba menghidrolisis kitin dengan pengolahan udang dan kepiting
enzim yang dihasilkan oleh Aspergillus sp, menghasilkan limbah 50-60% dari berat
Bacillus sp, Clostridium sp, Serratia sp, utuh dengan kandungan kitin 20-30%.
Aeromonas sp, dan Trichoderma sp. Substrat fermentasi yang melimpah dan
(Maggadani, 2012). Aspergillus niger mudah didapat lainnya adalah molase
merupakan jenis kapang yang dapat (tetes tebu) yang merupakan hasil samping
mensekresikan enzim selulase, kitinase, α- pembuatan gula dan pemanfaatannya
amilase, α-amilase, glukoamilase, masih sedikit. Menurut Dellweg (1983)
katalase, pektinase, lipase, laktase, kandungan gula dalam molase pada 75 %
invertase, dan asam protease. bahan kering sebesar 62 % (Widyanti,
Kitinase mempunyai banyak manfaat 2010). Sehingga penelitian ini bertujuan
antara lain sebagai antihama karena untuk melakukan optimasi produksi dan
sifatnya yang dapat mematikan serangga karakterisasi enzim kitinase dari
(entomopatogenisitas), kitinase dari Aspergillus niger menggunakan substrat
bakteri dilaporkan pula oleh Regev et al. molase (tetes tebu) dan kitin dari cangkang
(1996) bersinergi dengan endotoksin dari rajungan yang melimpah di alam
B. thuringiensis dalam menekan larva Indonesia ini.
Spodoptera littoralis pada tebu
(Toharisman, 2007). Hasil hidrolisis kitin Metode Penelitian
oleh kitinase juga menghasilkan N- Alat dan Bahan
asetilglukosamin yang digunakan untuk Bahan yang digunakan dalam
pengawet, substrat untuk perbaikan penelitian ini antara lain: limbah cangkang
jaringan dan reaksi antiinflamasi, rajungan, HCl 5%, NaOH 5%, PDA,
meningkatkan kelembaban dan keelastisan kapas, kasa, aluminium foil, MgSO47H2O,
kulit, penyembuhan luka (Chen et al., KH2PO4, CaCl22H2O, yeast ekstrak,
2010), terapi pengobatan osteoarthritis glukosa, molase, Na2HPO47H2O,
(nyeri sendi) dan sebagai makanan NaH2PO4, asam sitrat, dan akuades.
suplemen (Sashiwa et al., 2002). N- Sedangkan peralatan terdiri dari
asetilglukosamin juga dapat dikonversi termometer, magnetik stirer, tabung
menjadi hexa-N-kitobiosa yaitu suatu falcon, tabung Eppendorf, jarum ose, pipet
oligosakarida yang memiliki aktivitas tetes, lemari pendingin Toshiba Glacio dan
antitumor (Patil et al., 2000). Sanyo, mikropipet, tube, dan orbital shaker
Banyaknya manfaat enzim kitinase dan TS-330A. Instrumen yang digunakan
senyawa turunan kitin mengakibatkan diantaranya timbangan analitik Mettler
meningkatnya kebutuhan enzim kitinase Toledo AL204, sentrifuge Beckman (tipe
sehingga perlu dilakukan pengembangan TJ-6), laminar air flow cabinet
produksi enzim kitinase dari sumber lokal Kottermann 8580, pH meter Mettler
yang melimpah di alam serta harganya Toledo, inkubator Memmert, Sanstat

Online ISSN: 2528-0422 35


P. Purkan et al. Journal Kimia Riset, Volume 1 No. 1, Juni 2016 34 - 41

Water Bath type SYK-382-M dan Aktivitas Enzim dilakukan dengan cara,
Gerhardt, autoclave electric model No. 400 µL enzim kitinase ditambah dengan
25X, vortex meter VM-300, dan 1600 µL substrat kitin (1% koloidal kitin
spektrofotometer UV-VIS Shimadzu UV- b/v dalam 50 mM buffer fosfat pH 7).
1800. Campuran diinkubasi pada suhu 37 oC
selama 30 menit, kemudian dilakukan
Prosedur Penelitian pengukuran aktivitas kitinase dengan
Pembuatan media diukur absorbansinya menggunakan
Media padat untuk peremajaan isolat spektrofotometer pada λ 660 nm.
Aspergillus niger digunakan media Potato
Dextrose Agar (PDA). Untuk media Optimasi waktu fermentasi
pertumbuhan terdiri dari (g/L air): Sebanyak 1 mL inokulum ditambahkan
MgSO47H2O 1,0; KH2PO4 1,5; kedalam 100 mL media produksi
CaCl22H2O 0,2; yeast ekstrak 0,2, kemudian diinkubasi pada suhu 30 oC
glukosa, molase, ditambahkan dengan dengan penggojokan 170 rpm selama 6
akuades, sedangkan untuk media produksi hari. Sampel di ambil tiap 4 jam. Sampel
seperti media pertumbuhan dengan disentrifugasi untuk di ambil
ditambah induser cangkang rajungan. supernatannya yang selanjutnya di lakukan
uji aktivitas.
Kultivasi isolat penghasil enzim kitinase
Isolat Aspergillus niger diremajakan Optimasi konsentrasi molase untuk
dengan cara memindahkan satu ose koloni produksi enzim kitinase
dari stok biakan kedalam media padat yang Sebanyak 1 mL inokulum ditambahkan
telah disiapkan kemudian diinkubasi pada kedalam 100 mL media produksi dengan
variasi konsentrasi molase 0,2; 0,4; 0,5;
Untuk membuat kurva pertumbuhan 0,6; 0,8; dan 1 (% b/v) dengan konsentrasi
dilakukan dengan metode masa sel kering. limbah cangkang rajungan dibuat sama
Isolat Aspergillus niger yang telah sebesar 1%. Media produksi kemudian
diremajakan dalam media padat diambil diinkubasi pada suhu 30 oC dengan
dengan kawat ose kemudian dimasukkan penggojokan 170 rpm selama waktu
kedalam media pertumbuhan. Selanjutnya fermentasi optimal yang telah diperoleh,
dilakukan inkubasi pada suhu ruang kemudian enzim yang diperoleh diuji
dengan penggojokan pada 170 rpm. aktivitasnya.
Sampling dilakukan tiap 4 jam kemudian
disaring dan dicuci dengan aquadest Optimasi konsentrasi cangkang rajungan
selanjutnya dikeringkan dengan oven untuk produksi enzim kitinase
sampai diperoleh masa sel kering yang Sebanyak 1 mL inokulum ditambahkan
konstan. kedalam 100 mL media produksi dengan
variasi konsentrasi limbah cangkang
Produksi enzim kitinase rajungan sebesar 0,5%, 1%, 1,5%, 2%,
Sebanyak 1 mL inokulum ditambahkan 2,5%, dan 3%. Konsentrasi molase yang
kedalam 100 mL media produksi, ditambahkan besarnya disesuaikan dengan
kemudian di inkubasi pada suhu 30 oC hasil optimasi yang telah diperoleh
dengan penggojokan 170 rpm selama 6 sebelumnya kemudian di inkubasi pada
hari, setelah itu disentrifugasi pada 3500 suhu 30 oC dengan penggojokan 170 rpm
rpm selama 20 menit dengan suhu 4 oC. selama waktu fermentasi optimal yang
Supernatan yang terbentuk setelah telah diperoleh, setelah itu enzim yang
disentrifugasi adalah ekstrak kasar enzim diperoleh diuji aktivitasnya.
kitinase atau crude enzyme chitinase yang
selanjutnya diuji aktivitasnya. Penentuan

Online ISSN: 2528-0422 36


P. Purkan et al. Journal Kimia Riset, Volume 1 No. 1, Juni 2016 34 - 41

Karakterisasi pH enzim kitinase Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa


Penentuan pH optimum dilakukan pada waktu inkubasi 0 sampai 4 jam
dengan memasukkan ekstrak kasar enzim merupakan fase adaptasi (lag) yang
kitinase sebanyak 400 µl, dan ditambah merupakan tahap penyesuaian terhadap
dengan 1600 µl substrat kitin (1% koloidal lingkungan baru. Pada waktu inkubasi 4
kitin b/v dalam 50 mM buffer). Masing - sampai 12 jam merupakan fase initial log,
masing tabung diinkubasi 30 menit pada fase dimana sel-sel mulai membelah.
pH yang berbeda-beda, yaitu 3, 4, 5, 6, 7 Selanjutnya mulai waktu inkubasi 12
dan 8. Dalam hal ini untuk pH 3, 4, 5, 6, sampai 24 jam kapang mengalami
dan 7 digunakan buffer fosfat sitrat mengalami fase log, fase dimana mikroba
sedangkan untuk pH 6, 7 dan 8 digunakan membelah dengan cepat dan konstan
buffer fosfat. mengikuti kurva logaritmik.

Karakterisasi suhu enzim kitinase 0,035

Penentuan suhu optimum dilakukan 0,030

Masa sel kering (g)


dengan memasukkan ekstrak kasar enzim 0,025

kitinase sebanyak 400 µl, dan ditambah 0,020

dengan 1600 µL substrat kitin (1% 0,015

koloidal kitin b/v dalam 50 mM buffer). 0,010

Masing - masing tabung diinkubasi selama 0,005

30 menit pada suhu yang berbeda - beda, 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36

yaitu 20 oC, 30ºC, 40ºC, 50ºC dan 60ºC. Waktu


Waktuinkubasi
inkubasi (jam)
(jam)
Gambar 1. Profil pertumbuhan
Hasil dan Pembahasan Aspergillus niger
Kultivasi Isolat Kapang Aspergillus niger
Aspergillus niger yang telah menjadi Pada waktu inkubasi 24 jam merupakan
koleksi laboratorium Biokimia Universitas puncak namun sudah memasuki fase
Airlangga diremajakan dengan menanam stasioner sampai waktu inkubasi 36 jam
kembali pada media padat Potato Dextrose yang menunjukkan penurunan. Pada fase
Agar (PDA). Pertumbuhan ini diamati ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah
dengan munculnya spora berwarna hitam sel yang tumbuh sama dengan jumlah sel
menyerupai bubuk kopi yang mulai yang mati. Ukuran sel pada fase ini
terlihat pada hari ketiga. menjadi lebih kecil-kecil karena sel tetap
Isolat yang telah diremajakan membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah
digunakan untuk pembuatan starter untuk habis. Karena kekurangan zat nutrisi, sel
menghasilkan sel-sel yang lebih aktif yang kemungkinan mempunyai komposisi
biasa disebut dengan inokulum. Untuk berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase
membuat inokulum ini perlu mengetahui logaritmik (Fardiaz, 1989).
pertumbuhan optimal kapang sehingga Pada fase stationer ini juga dihasilkan
dilakukan pembuatan kurva pertumbuhan. metabolit sekunder seperti biosintesis
Pada penelitian ini digunakan perhitungan koenzim, hormon, nukleotida, pigmen,
massa sel kering untuk pembuatan kurva toksin, enzim dan lain - lain. Berdasarkan
pertumbuhan. Untuk menghitung massa kurva pertumbuhan tersebut didapatkan
sel kering dilakukan inokulasi Aspergillus bahwa waktu inokulasi optimal
niger pada media pertumbuhan selama 3 Aspergillus niger adalah 22 jam.
hari, disampling tiap 4 jam disaring lalu
dioven untuk mendapatkan massa sel Produksi dan uji aktivitas enzim kitinase
kering yang konstan. Grafik hubungan Enzim kitinase merupakan enzim
antara waktu dan masa sel kering ekstraseluler yang disekresikan kapang
ditampilkan pada Gambar 1. pada media produksinya. Enzim ini

Online ISSN: 2528-0422 37


P. Purkan et al. Journal Kimia Riset, Volume 1 No. 1, Juni 2016 34 - 41

diperoleh dengan cara memisahkan sel lama untuk mensintesis enzim-enzim.


kapang dengan media pertumbuhannya Setelah mencapai titik optimum secara
melalui sentrifugasi pada kecepatan 3500 perlahan aktivitas enzim kitinase semakin
rpm dan suhu 4°C sampai koloni yang menurun. Hal tersebut karena sel telah
terbentuk terpisah dari supernatan. banyak yang mati sehingga berdampak
Supernatan yang dihasilkan merupakan pada menurunnya enzim yang dihasilkan.
ekstrak kasar enzim kitinase.
Uji aktivitas kemudian dilakukan untuk 0,18

Unit aktivitas enzim (U/mL)


0,16
membuktikan bahwa supernatan yang 0,14
dihasilkan dari proses sebelumnya adalah 0,12
ekstrak kasar enzim kitinase, serta untuk 0,10
mengetahui unit aktivitas enzim kitinase 0,08

yang dihasilkan. Uji aktivitas kitinase 0,06

dilakukan dengan menambahkan 1600 µL 0,04

substrat koloidal kitin 1% dengan 400 µL 0,02 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60 64 68 72


Waktu inkubasi (jam)
ekstrak enzim kasar kitinase, kemudian
Gambar 2. Profil produktivitas enzim
diukur absorbansinya menggunakan
kitinase dari Aspergillus niger
Spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 660 nm (Kholifah, 2013). Unit
Optimasi konsentrasi molase
aktivitas enzim didefinisikan sebagai
Berdasarkan hasil dari Balai Penelitian
jumlah enzim yang menghidrolisis kitin
Tanaman dan Sayuran (2010) molase
per mg per mL per menit pada kondisi
memiliki kandungan MgO, Fe, Mn, dan Zn
percobaan.
masing-masing 0,37 %, 226 ppm, 31 ppm,
dan 10 ppm serta kadar gula total sebesar
Optimasi waktu fermentasi
43,98 % (Widyanti, 2010). Kandungan ion
Untuk mendapatkan jumlah enzim yang
logam dan gula ini diperlukan dalam
maksimal, perlu diketahui aktivitas
proses fermentasi untuk memberikan
Aspergillus niger dalam menghasilkan
nutrien kepada kapang agar bisa hidup,
enzim kitinase. Dalam penelitian ini
namun jika ditambahkan dalam keadaan
dilakukan uji aktivitas yang disampling
berlebih juga akan mengganggu
tiap 4 jam sekali untuk mendapatkan
produktivitas enzim sehingga dalam
waktu fermentasi optimal sehingga dapat
penelitian ini dilakukan optimasi jumlah
diketahui kapan enzim dapat dipanen.
molase yang akan ditambahkan. Grafik
Grafik hubungan antara waktu fermentasi
hubungan antara konsentrasi molase dan
dengan absorbansi ditunjukkan pada
unit aktivitas enzim ditampilkan Gambar
Gambar 2.
3.
Dari Gambar 2 menunjukkan bahwa
produktivitas kitinase terus mengalami 0,16
peningkatan seiring bertambahnya waktu
Unit aktivitas enzim (U/mL)

0,14

fermentasi hingga mencapai titik optimum 0,12

yaitu 52 jam. Dalam produksi enzim ini 0,1

kapang berasa pada fase stasioner, yakni 0,08

kurang lebih 1,5 hari setelah fase 0,06

pertumbuhan. Singkatnya kapang dalam 0,04

produksi enzim kitinase ini karena tidak 0,02

diperlukan lagi waktu adaptasi yang cukup 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

lama akibat nutrien yang tersedia dan Molase (%)


% Molase
kondisi lingkungan yang baru tidak Gambar 3. Profil penentuan konsentrasi
berbeda dengan sebelumnya, sehingga molase optimum.
tidak diperlukan waktu penyesuaian yang

Online ISSN: 2528-0422 38


P. Purkan et al. Journal Kimia Riset, Volume 1 No. 1, Juni 2016 34 - 41

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa kitinase. Karena konsentrasi induser yang
enzim kitinase yang dihasilkan meningkat terlampau besar dapat menghambat
seiring dengan meningkatnya konsentrasi terbentuknya kompleks enzim substrat
molase yang ditambahkan sampai pada sehingga produksi enzim tidak berjalan
konsentrasi 0,5% dengan aktivitas enzim maksimal.
0,14726 (U/mL) namun setelah itu
mengalami penurunan. Hal ini 0,14

dikarenakan apabila jumlah molase yang 0,12

Unit aktivitas enzim (U/mL)


ditambahkan terlampau besar Aspergillus 0,1

niger akan lebih menggunakan molase 0,08

Untuk proses metabolismenya 0,06


dibandingkan dengan menggunakan 0,04
cangkang rajungan untuk menghasilkan 0,02
metabolit sekunder enzim kitinase. 0
0,5 1 1,5 2 2,5 3
% Cangkang rajungan
Optimasi konsentrasi cangkang rajungan
Enzim kitinase dari Aspergillus niger Gambar 4. Profil penentuan konsentrasi
merupakan golongan enzim induktif, cangkang rajungan
dimana proses biosintesinya memerlukan
induser. Jika kitin yang berfungsi sebagai Penentuan pH optimum enzim kitinase
induser tersebut tersedia, maka induser Salah satu faktor yang mempengaruhi
akan mengikat protein repressor sehingga aktivitas enzim adalah pH, karena
protein repressor mengalami perubahan pengikatan enzim dengan substrat dan
alosterik yang dapat mengubah bentuk dan reaksi katalisisnya bergantung pada
menyebabkan represor tidak lagi mampu interaksi antara substrat dengan rantai
mengikat ke operator. Akibatnya RNA samping asam amnino penyusun sisi aktif
polimerase dapat mentranskripsi gen yang enzim (Bender, 2002). Untuk mengetahui
dibutuhkan untuk degradasi kitin dan pH optimum enzim kitinase, dilakukan
bakteri mampu mensintesis enzim yang penambahan bufer dengan pH 3; 4; 5; 6; 7;
diperlukan untuk metabolismenya. Dalam dan 8 menggunakan suhu 37 oC. Kurva
hal ini digunakan cangkang rajungan hubungan antara pH dengan aktivitas
sebagai sumber kitin karena melimpahnya enzim ditampilkan pada Gambar 5.
kandungan yang dimiliki. Grafik 0,18
hubungan antara konsentrasi cangkang
Unit aktivitas enzim (U/mL)

0,16
rajungan dan unit aktivitas enzim 0,14
ditampilkan Gambar 4. 0,12
Dari Gambar 4 diperoleh bahwa 0,1
peningkatan konsentrasi induser 0,08
berabanding lurus dengan tingginya 0,06
produksi enzim kitinase. Tahap ini hanya 0,04
berlangsung hingga tercapainya 0,02 3 4 5 6 7 8
pH
konsentrasi optimum induser sebesar 2,0%
dengan aktivitas enzim 0,12826 (U/mL), Gambar 5. Pengaruh pH terhadap
selebihnya produktivitas enzim aktivitas enzim
mengalami penurunan. Konsentrasi
induser yang kecil menyebabkan afinitas Berdasarkan Gambar 5 diperoleh pH
pengikat repressor oleh induser rendah. optimum enzim kitinase adalah 6 karena
Begitu pula sebaliknya, konsentrasi menunjukkan absorbansi yang terbesar
induser yang terlalu besar menyebabkan dibanding yang lain dengan aktivitas
kejenuhan pada produktivitas enzim enzim 0,1554 (U/mL). Dalam penelitian

Online ISSN: 2528-0422 39


P. Purkan et al. Journal Kimia Riset, Volume 1 No. 1, Juni 2016 34 - 41

ini dilakukan uji pada pH 3-7 Dalam penelitian ini diperoleh suhu
menggunakan bufer sitrat fosfat dan pH 6- optimum enzim kitinase 40 oC karena
8 menggunakan bufer fosfat. menunjukkan absorbansi yang terbesar
dibanding menggunakan suhu inkubasi
Penentuan suhu optimum enzim kitinase yang lain, dengan aktivitas enzim 0, 1377
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh (U/mL). Suhu optimum enzim kitinase
beberapa faktor, salah satunya adalah dari Aspergillus niger ini tergolong cukup
suhu. Hal ini dikarenakan seperti halnya tinggi. Hal ini dikarenakan Aspergillus
pada reaksi kimia lainnya, tingkat katalisis niger bersifat mesofilik (Fardiaz, 1989)
reaksi oleh enzim akan meningkat seiring sehingga enzim yang dihasilkan juga
dengan peningkatan suhu (Polgar, 1990). bersifat tahan terhadap panas.
Bertambahnya suhu sampai dengan suhu
optimum menyebabkan terjadinya Kesimpulan
kenaikan kecepatan reaksi enzim karena Dari penelitian ini didapatkan bahwa
bertambahnya energi kinetik yang jumlah optimum substrat molase yang
mempercepat gerak enzim dan substrat. ditambahkan dalam produksi enzim
Namun apabila enzim berada di atas suhu kitinase dari Aspergillus niger adalah 0,5%
optimumnya maka aktivitas akan (b/v) dengan aktivitas enzim yang
menurun. Hal ini terjadi karena enzim dihasilkan 0,13776 (U/mL). Sedangkan
termasuk jenis protein yang dapat jumlah optimum substrat cangkang
mengalami denaturasi pada suhu tinggi. rajungan yang ditambahkan dalam
Denaturasi ini menyebabkan perubahan produksi enzim kitinase dari Aspergillus
pada konformasi enzim akibat adanya niger adalah 2,0% (b/v) dengan unit
perenggangan ikatan hidrogen yang aktivitas enzim yang dihasilkan 0,07682
bersifat reversibel sehingga dapat (U/mL). Enzim kitinase dari Aspergillus
mempengaruhi sisi aktif enzim untuk niger yang dihasilkan mempunyai pH
berikatan dengan substrat (Mulyani dkk., optimum 6 dan suhu optimum 40 oC.
2009).
Untuk mengetahui suhu optimum Ucapan Terima Kasih
enzim kitinase dilakukan penentuan suhu Terima kasih disampaikan kepada
optimum pada rentang antara 20 – 60 oC Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
dan menggunakan buffer pH 6, yakni pH yang membiayai penelitian ini, melalui
optimum yang telah didapatkan Kontrak Nomor: 004/SP2H/KPM/DIT.
sebelumnya. Grafik nilai absorbansi LITABMAS/V/2013
hubungan antara suhu dengan aktivitas
enzim ditampilkan Gambar 6. Daftar Pustaka
Chen, J. K., Shen, C. R. and Liu, C. L.
0,16 (2010). N-acetylglucosamine:
Production and Applications, Journal
Unit aktivitas enzim (U/mL)

0,14

0,12 of Marine Drugs, 8, 2493 – 2516


0,1 Fardiaz, S. (1989). Fisiologi Fermentasi,
0,08 Pusat Antar Universitas ITB,
0,06 Bandung
0,04 Kholifah, A. (2013). Pemurnian Parsial
0,02 dan Uji Stabilitas Enzim Kitinase dan
0 20 30 40 50 60 β-1,3-Glukanase dari Cairan Digestif
o
Suhu (C)
Suhu (C) Achatina fulica, Skripsi, Jurusan
Gambar 6. Pengaruh suhu terhadap Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
aktivitas enzim Universitas Airlangga, Surabaya

Online ISSN: 2528-0422 40


P. Purkan et al. Journal Kimia Riset, Volume 1 No. 1, Juni 2016 34 - 41

Maggadani, B. P. (2012). Optimasi


Produksi N-asetilglukosamin dari
Kitin Menggunakan Kitinase Hasil
Isolasi Bakteri, Tesis, Pasca Sarjana
Universitas Indonesia, Depok
Mulyani, N. S., Asy’ari, M. dan
Prasetiyoningsih, H. (2009).
Penentuan Konsentrasi Optimum Oat
Spelt Xylan Pada Produksi Xilanase
dari Aspergillus niger Dalam Media
PDB (Potato Dextrose Broth),
Journal Kimia Sains & Aplikasi, XII,
1 – 10
Patil, R. S., Ghormade, V. and Deshpande,
M. V. (2000). Chitinolytic Enzymes
Exploration, Enzyme and Microbial
Technology, 26, 473 – 483
Sashiwa, H., Fujishima, S., Yamano, N.
Kawasaki, N., Nakayama, A.,
Muraki, E., Hiraga, K., Oda, K. and
Aiba, S. (2002). Production of N-
Acetyl-D- glucosamine from α-Chitin
by Crude Enzymes from Aeromonas
hydrophila H2330, Carbohydrate
Research, 337, 761 – 763.
Toharisman, A. (2007). Peluang
Pemanfaatan Enzim Kitinase Di
Industri Gula, Laporan Hasil
Penelitian, P3GI Pasuruan.
Widyanti, E. M. (2010). Produksi Asam
Sitrat Dari Substrat Molase pada
Pengaruh Penambahan VCO (Virgin
Coconut Oil) Terhadap Produktivitas
Aspergillus Niger Itbcc L74
Terimobilisasi, Tesis, Universitas
Diponegoro, Semarang

Online ISSN: 2528-0422 41

Anda mungkin juga menyukai