PROSES
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dirumuskan, maka peneliti
membatasi masalah berkaitan dengan :
a. Perencanaan pembiayaan pendidikan di MA yang mencakup
1) Biaya Investasi
2) Biaya Personal
3) Biaya Operasi
b. Pelaksanaan pembiayaan pendidikan di MA yang mencakup
1) Sumber Pendapatan
2) Penggunaan Pembiayaan
3) Prinsip-Prinsip Pembiayaan Pendidikan
c. Pengorganisasian pembiayaan pendidikan di MA yang mencakup
1) Pihak yang terlibat
2) Struktur Organisasi
3) Pembagian Kerja
d. Pengawasan pembiayaan pendidikan di MA yang mencakup
1) Pihak Internal
2) Pihak Eksternal
e. Masalah yang terjadi pada pelaksanaan pembiayaan pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran di MA yang mencakup
1) Masalah Internal
2) Masalah Eksternal
f. Solusi dari pemecahan masalah yang terjadi pada pembiayaan pendidikan
dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di MA yang mencakup
1) Solusi yang sudah dilaksanakan MA
2) Solusi yang ditawarkan untuk MA sebagai alternatif pemecahan masalah
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran dan menganalisis tentang :
1) Perencanaan pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al Jawahir
Soreang
2) Pengorganisasian pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al
Jawahir Soreang
3) Pelaksanaan pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al Jawahir
Soreang
4) Pengawasan pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al Jawahir
Soreang
5) Masalah yang terjadi pada pembiayaan pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan
MA Al Jawahir Soreang
6) Solusi pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al Jawahir
Soreang
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan hasanah
keilmuan berkaitan dengan manajemen pembiayaan pendidikan di MA
dengan studi kasus peningkatan mutu pembelajaran
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Kementerian Agama
Sebagai masukan yang membangun untuk meningkatkan
lembaga pendidikan yang dapat dikelola dengan baik (good
governance), sehingga meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
keuangan lembaga pendidikan menjadi lembaga pendidikan yang bersih
dari berbagai penyimpangan yang dapat merugikan pendidikan.
2. Bagi Madrasah Aliyah
Sebagai masukan yang membangun untuk meningkatkan
kualitas lembaga pendidikan, termasuk pendidik dan tenaga
kependidikan, penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan serta
pemerintah secara umum.
3. Bagi Bendahara
Sebagai masukan yang membangun dalam meningkatkan
penggalian sumber biaya lembaga pendidikan, menciptakan
pengendalian yang tepat sumber keuangan organisasi pendidikan,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan
lembaga pendidikan, meminimalkan penyalahgunaan anggaran
lembaga pendidikan dan mengatur dana-dana yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran.
4. Bagi Komite Madrasah
Sebagai masukan dalam membantu memutuskan kebijakan
madrasah.
5. Bagi Guru
Menambah wawasan mengenai manajemen pembiayaan
pendidikan dalam membantu memberikan masukan terhadap pihak
sekolah terutama berkaitan dengan program pembelajaran
6. Bagi Siswa
Menambah wawasan untuk memahami kegiatan madrasah
terutama mengenai pembuatan program-program dalam
pembelajaran
7. Bagi Peneliti dan Para Peneliti lainnya
a) Bagi Peneliti
Menambah wawasan penulis mengenai manajemen
pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran.
b) Bagi Para Peneliti lainnya
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau
dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian
yang sejenis.
2. Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana perencanaan pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran pada MA di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al
Jawahir Soreang ?
b. Bagaimana pengorganisasian pembiayaan pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran pada MA di MA Al Mua’wanah Majalaya
dan MA Al Jawahir Soreang ?
c. Bagaimana pelaksanaan pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran pada MA di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al
Jawahir Soreang ?
d. Bagaimana pengawasan pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran pada MA di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al
Jawahir Soreang?
e. Masalah yang terjadi pada pelaksanaan pembiayaan pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran pada MA di MA Al Mua’wanah Majalaya
dan MA Al Jawahir Soreang?
f. Solusi dari pemecahan masalah pembiayaan pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran pada MA di MA Al Mua’wanah Majalaya
dan MA Al Jawahir Soreang?
E. Prosedur Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian tentang manajemen pembiayaan pendidikan di MA dengan
studi kasus peningkatan mutu pembelajaran ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif. Alasan pemilihan metode kualitatif karena tujuan penelitian
ini cenderung untuk menjelaskan gambaran manajemen pembiayaan pendidikan
dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran. Hal ini tentu kurang bermakna
bila didekati dengan penelitian kuantitatif yang lebih menekankan pada
pembuktian hipotesis dengan menggambarkan fenomena melalui angka dan
statistika.
Penelitian ini menempatkan posisinya untuk mendapatkan gambaran yang
lebih komprehensif dengan memasuki ruang interaksi sehingga tergambarkan
tempat, pelaku dan aktivitasnya (place, actor and activities). Untuk mendapatkan
data yang bersifat menyeluruh dan mendalam diperlukan beberapa teknik
pengumpulan data.
2. Objek dan Sumber Data
Objek penelitian yang penulis teliti adalah manajemen pembiayaan
pendidikan dan mutu pembelajaran sedangkan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Sumber data dalam penelitian
ini menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari
situs internet dari lembaga/ institusi yang kredibel sedangkan data primer adalah
data asli yang dikumpulkannya sendiri oleh penulis untuk menjawab masalah
risetnya secara khusus. Data primer dalam penelitian ini yaitu : Kepala Madrasah ,
Bendahara Madrasah, dan Siswa
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data yang akan
digunakan, yaitu: 1) Wawancara, 2) Observasi, 3) Dokumentasi sedangkan sumber
data dalam penelitian ini adalah meliputi semua orang yang terlibat dalam
kegiatan pembiayaan pendidikan di MA seperti : Kepala Madrasah , Bendahara
Madrasah, dan Siswa.
F. Landasan Teologis
Secara tersirat Allah SWT telah menyinggung masalah pembiayaan
dalam pendidikan sebagaimana dijelaskan dalam surah al-Mujadilah ayat 12-13
sebagai berikut: “Wahai orang yang beriman apabila kamu mengadakan
pembicaraan khusus dengan Rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah
(kepada orang miskin) sebelum (melakukan) pembicaraan itu. Yang demikian itu
lebih baik bagimu dan lebih bersih. Tetapi jika kamu tidak memperoleh (yang
akan disedekahkan) maka sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah
sebelum (melakukan) pembicaraan dengan Rasul? Tetapi jika kamu tidak
melakukannya dan Allah telah memberi ampun kepadamu, maka dirikanlah shalat
dan tunaikanlah zakat serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya! Dan Allah Maha
teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”.
Ayat (12) memberikan pelajaran kepada kita bahwa pendidikan itu tidak
gratis, akan tetapi membutuhkan dukungan finansial, bahkan dalam sebuah
riwayat berkaitan dengan ayat ini menjelaskan bahwa pendidikan itu jangan terlalu
murah (Seperti sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib). Allah SWT
dalam ayat ini memberikan persyaratan kepada kaum muslimin yang hendak
bertanya (belajar) kepada Rasulullah SAW untuk mengeluarkan sedekah kepada
fakir miskin. Mengeluarkan sedekah dalam ayat ini bisa diasumsikan sebagai
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan seseorang yang mencari ilmu.
G. Landasan Filosofis
Penelitian ini juga berangkat dari aliran filsafat pendidikan yaitu
pragmatisme. Pragmatisme menekankan bahwa pengalaman sebagai dasar
pendidikan. Pragmatisme juga beranggapan bahwa yang benar itu adalah yang
mempunyai konsekuensi praktis atau bisa diaplikasikan. Sedangkan yang tidak
bisa diaplikasikan, dalam pandangan pragmatisme merupakan hal yang tidak
benar. Kebenaran praktis ini disesuai dengan pendapat masyarakat. karena kondisi
sosial selalu berubah, tidak tetap, maka pragmatisme menolak kebenaran absolut.
Kebenaran itu relatif berdasarkan ksepakatan masyarakat dalam konteks dan
waktu tertentu. Pragmatisme menekankan demokrasi dan pemecahan masalah
dalam pengalaman belajar peserta didik. Pemberian materi terhadap peserta didik
haru memperhatikan kecenderungan peserta didik dan kebutuhan masyarakat,
pembelajaran tidak hanya dilakukan di kelas, tetapi juga bisa lewat pengalaman
langsung di masyarakat.
H. Landasan Teori
1. Teori Manajemen
George R. Terry (1958) membagi empat fungsi dasar manajemen, yaitu
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating
(Pelaksanaan/Penggerakan) dan Controlling (Pengawasan). Keempat fungsi
manajemen ini disingkat dengan POAC.:
a. Planning (Perencanaan)
Perencanaan dapat berarti meliputi tindakan memilih dan
menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsiasumsi
mengenai masa yang akan datang dalam hal memvisualisasikan serta
merumuskan aktivitas-aktivitas yang diusulkan yang dianggap perlu untuk
mencapai hasil-hasil yang diinginkan.
Perencanaan berarti menentukan sebelumnya apa yang harus
dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Untuk memperoleh
perencanaan yang kondusif, perlu dipertimbangkan beberapa jenis kegiatan
yaitu; 1) Self-audit atau menentukan keadaan organisasi sekarang, 2) Survey
terhadap lingkungan, 3) Objektives atau menentukan tujuan, 4) Forecasting
atau ramalan keadaan-keadaan yang akan datang, 5) Melakukan tindakan-
tindakan dan sumber pengerahan 6) Evaluate atau pertimbangan tindakan-
tindakan yang diusulkan, 7) Revise and adjust atau Ubah dan sesuaikan
rencana-rencana sehubungan dengan hasil-hasil pengawasan dan keadaan-
keadaan yang berubah-ubah. 8) Communicate atau berhubungan terus
selama proses perencanaan.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokkan, dan
penyusunan macam-macam kegiatan yang dipeelukan untuk mencapai
tujuan, penempatan orang-orang (pegawai), terhadap kegiatan-kegiatan ini,
penyediaan faktor-faktor physik yang cocok bagi keperluan kerja dan
penunjukkan hubungan wewenang, yang dilimpahkan terhadap setiap orang
dalam hubungannya dengan pelaksanaan setiap kegiatan yang diharapkan.
Terry juga mengemukakan tentang azas-azas organizing, sebagai
berikut, yaitu : 1) The objective atau tujuan. 2) Departementation atau
pembagian kerja. 3) Assign the personel atau penempatan tenaga kerja. 4)
Authority and Responsibility atau wewenang dan tanggung jawab. 5)
Delegation of authority atau pelimpahan wewenang.
c. Actuating (Pelaksanaan/Penggerakan)
Penggerakan adalah membangkitkan dan mendorong semua
anggota kelompok agar supaya berkehendak dan berusaha dengan keras
untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan
dan usaha-usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.
d. Controlling (Pengawasan)
Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa
yang harus dicapai yaitu standard, apa yang sedang dilakukan yaitu
pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bilaman perlu melakukan
perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana,
yaitu selaras dengan standard (ukuran). George R. Terry
mengemukakan proses pengawasan sebagai berikut, yaitu: 1)
Determining the standard or basis for control (menentukan standard
atau dasar bagi pengawasan). 2) Measuring the performance (ukuran
pelaksanaan). 3) Comparing performance with the standard and
ascerting the difference, it any (bandingkan pelaksanaan dengan
standard dan temukan jika ada perbedaan). 4) Correcting the deviation
by means of remedial action (perbaiki penyimpangan dengan cara-cara
tindakan yang tepat).
Menurut pendapat ahli di atas serta fungsi manajemen menurut
George R. Terry, maka dengan ini dapat menyimpulkan bahwa
manajemen adalah kegiatan yang bersifat pengelolaan dengan
melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
pengkoordinasian, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai sasaran
secara efektif dan efesien.
2. Teori Biaya
Teori selanjutnya yaitu mengenai biaya satuan (unit cost) yang dalam
penelitian ini adalah menjadi fokus utama. Biaya satuan (unit cost) dalam
dunia pendidikan belum begitu banyak yang membahasnya padahal biaya
satuan ini menjadi sangat penting dalam penentuan biaya untuk setiap siswa
dalam menyelesaikan pendidikannya.
Secara sederhana biaya satuan dihitung hanya dengan membagi seluruh
jumlah pengeluaran sekolah dengan jumlah siswa yang aktif pada tahun
tertentu. Selanjutnya, menurut Enoch (1995 : 239) “Biaya satuan menyatakan
jumlah pengeluaran yang dipergunakan oleh setiap murid dalam suatu tahun
tertentu, baik dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, atau hanya pada
tingkatan dan jenis pendidikan tertentu, atau mungkin saja dalam sekolah
tertentu saja.”
Dari uraian tersebut mengenai pengertian biaya satuan (unit cost) dapat
ditarik kesimpulan bahwa biaya satuan (unit cost) pendidikan adalah biaya
rata-rata yang dikeluarkan oleh setiap siswa dalam kurun waktu tertentu untuk
mendapatkan pendidikan. Biaya satuan (unit cost) dapat dijadikan standar
dalam pemenuhan kebutuhan untuk setiap siswa di sekolah.
3. Teori Mutu
Berbicara tentang mutu berarti berbicara tentang sesuatu bisa barang
atau jasa. Barang yang bermutu adalah barang yang bernilai bagi seseorang,
barang tersebut secara fisik sangat bagus, indah elegant, mewah, antik, tidak
ada cacatnya, awet, kuat, dan ukuran-ukuran lainya yang biasanya berhubungan
dengan kebaikan (Goodness), keindahan (Beauty), kebenaran (Truth), dan
idealitas. Hampir semua orang ingin memilikinya tetapi hanya sedikit saja yang
dapat menjangkaunya, karena harganya biasanya sangat mahal. Jasa yang
bermutu adalah pelayanan yang diberikan seseorang atau organisasi yang
sangat memuaskan, tidak ada keluhan bahkan orang-orang tidak akan segan-
segan memuji dan memberi acungan jempol
Mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukan kemampuanya dalam memuaskan
kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat.
Hal ini sejalan dengan Deming (1968) dalam Salis (2015 : 23), Mutu
ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan
yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena
hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga
menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa puas,
maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan baik berupa
barang maupun jasa sehingga jika dilihat berdasarkan target konsumen
“mutu terdiri dari kapasitas untuk memenuhi kepuasan pelanggan”
Dalam teori mutu dari Deming (1968) dalam Salis (2015 : 25) dijelaskan
bahwa model perbaikan berkesinambungan yang dikembangkan oleh W.
Edward Deming yang terdiri atas empat komponen utama secara berurutan
yang dikenal dengan siklus PDCA “Plan-Do-Check-Act”. Penjelasan dari
setiap siklus PDCA tersebut ialah sebagai berikut:
a) Mengembangkan rencana perbaikan “plan”
b) Melaksanakan rencana “do”
c) Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai “check atau study”
d) Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan “action”
4. Teori Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hal ini sejalan dengan Teori
behavioristik yang dipelopori oleh Skiner (1974) dalam Fatah (2017 : 55)
menganggap bahwa belajar adalah tingkah laku yang dapat diamati yang
disebabkan oleh adanya stimulus dari luar. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon.Berdasarkan hal tersebut maka teori ini
beranggapan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar ditunjukan dari prilaku
yang dapat di lihat, bukan dari apa yang ada dalam pikirannya sedangkan
dalam pembelajaran modern ini telah mengalami pergeseran, yang mulanya
berpusat pada guru menjadi berpusatkan pada siswa (Student Centered).
Aplikasi teori behavioristik 1) Mementingkan Pengaruh Lingkungan 2)
Mementingkan bagian-bagian 3) Mementingkan Peranan Reaksi 4)
Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respons 5) Mementingkan perana kemampuan yang telah terbentuk
sebelumnya 6) Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan
pengulangan 7) Hasil belajar yang dicapai ialah munculnya perilaku yang
diinginkan
Ciri – ciri teori behavioristik Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan
manusia bukan dari kesadarannya, melainkan mengamati perbuatan dan
tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalamanpengalaman batin di
kesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab itu,
behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala perbuatan
dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling
sederhana yakni perbuatanperbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks.
Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia
dianggap sesuatu yang kompleks refleks atau suatu mesin. Ketiga,
behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah
sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia hanya
makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat
mempengaruhi reflek keinginan hati.
1. Observasi
Observasi, dengan mengamati secara langsung maupun tidak langsung terhadap
objek penelitian yaitu mutu pembelajarasan di MA Al Mua’wanah Majalaya
dan MA Al Jawahir Soreang
2. Wawancara
Wawancara dengan cara bertanya langsung secara mendalam kepada
responden/informan yaitu : Kepala Madrasah Aliyah, Bendahara dan Siswa.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian adalah dokumen undang-
undang dari Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama, dokumen
pembiayaan dan mutu pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA
Al Jawahir Soreang
K. Temuan Penelitian
1. Temuan Penelitian di MA Al Mua’wanah Majalaya
a. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan
1) Biaya Investasi
Biaya investasi pendidikan di MA Al Mua’wanah Majalaya
meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Alokasi biaya
investasi di MA Al Mua’wanah Majalah dalan selama 3 (tiga)
tahun terakhir
Jumlah
2020 2021 2022
No. Investasi
1. Pengembangan 250.000.000 350.000.00 500.000.000
Sarana dan 0
Prasarana
2. Pengembangan 25.000.000 30.000.000 35.000.000
Tenaga
Pendidik
3. Pengembangan 20.000.000 25.000.000 30.000.000
Tenaga
Kependidikan
4. Modal Kerja 100.000.000 150.000.00 200.000.000
0
Total 395.000.000 555.000.00 765.000.000
0
8. SPP/Bulan 250.000
Total 11.755.000
5. SPP/Bulan 250.000
Total 9.130.000
3)Biaya Operasi
MA Al Mua’wanah termasuk MA yang menerima Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dengan jumlah siswa 353 orang, setiap siswa
mendapatkan dana BOS sebesar Rp. 1.500.000 sehingga MA Al
Mua’wanah Majalaya mendapatkan dana BOS Tahun 2022 sebesar 353
orang X Rp. 1.500.000 = Rp. 529.500.000 yang dicairkan dalam dua tahap,
tahun ini MA Al Mua’awanah baru mendapatkan dana BOS Tahap 1 yaitu
sebesar Rp. 264. 750.000. Alokasi biaya operasi MA Al Mua’wanah
Majalaya Tahun 2022 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Rp. 2.500.000/bulan X
b.Daya dan Jasa = Rp. 2.500.000/bulan 12 Bulan =
Rp. 30.000.000
Rp 1.000.0000/bulan X
c. Pembinaan Siswa/Ekskul = Rp. 12 Bulan = Rp.
1.000.000/bulan 12.000.0000
Rp. 2.000.000/bulan X
d. Bahan Habis Pakai = Rp.
12 Bulan =
2.000.000/bulan
Rp. 24.000.000
2) Struktur Organisasi
Dari hasi wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat
dijelaskan bahwa struktur organisasi pembiayaan pendidikan di MA
Al Mua’wanah Majalaya terlihat pada gambar dibawah ini
KETUA YAYASAN
K.H. Ade Tamim
BENDAHARA YAYASAN
Imas Siti Rajab, M.Kom
BENDAHARA MADRASAH
Gambar
Mutia Nur4.1.
Imani
Gambar 4.1
Struktur Organisasi
Pembiayaan Pendidikan di MA Al Mua’wanah Majalaya
a) Ketua Yayasan
(1) Menjalankan Visi dan misi Yayasan sesuai dengan Anggaran
Dasar.
(2) Memberikan wewenang kepada para ketua divisi sehubungan
dengan hal-hal yang berkaitan dengan ruang lingkup masing-
masing divisi
(3) Berhak mendelegasikan kepada salah satu pengurus Harian dalam
melakukan hubungan dengan pihak-pihak di luar Yayasan.
(4) Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh anggota dan pengurus
Yayasan.
(5) Mengkoordinasikan program kerja Yayasan baik perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, maupun pertanggungjawaban.
a) Bendahara Yayasan
(1) Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan Yayasan.
(2) Membuat laporan keuangan secara periodik dan secara tertulis
yang disampaikan secara berkala.
(3) Menyusun dan mengatur anggaran dengan mengkoordinasikan
kepada Ketua Yayasan.
(4) Mengatur pencatatan, penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran
keuangan, surat-surat berharga, bukti kas yang berhubungan
dengan kegiatan Yayasan dan dlaporkan secara transparan.
(5) Mempunyai hak bertanya dan menyelenggarakan audit keuangan
pada setiap kepanitiaan.
(6) Bertanggung jawab kepada Ketua Yayasan.
b) Kepala Madrasah
Tugas Kepala MA Al Mua’wanah yaitu : merencanakan,
mengelola, memimpin, dan mengendalikan program dan komponen
penyelenggaraan pendidikan pada Madrasah berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat meliputi :
a. standar kompetensi lulusan;
b. standar isi;
c. standar proses;
d. standar pendidik dan tenaga kependidikan;
e. standar sarana dan prasarana;
f. standar pengelolaan;
g. standar pembiayaan; dan
h. standar penilaian.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka tugas Kepala Madrasah
di MA Al Mua’wanah Majalaya berkaitan dengan pembiayaan
pendidikan dan mutu pembelajaran yaitu : merencanakan,
mengelola, memimpin, dan mengendalikan program dan komponen
penyelenggaran pendidikan yang terfokus pada standar proses dan
pembiayaan
c) Komite Madrasah
Tugas Pokok
(1) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijaksanaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
(2) Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
(3) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran di sekolah.
(4) Mediator antara pemerintah (eksekutif) dan dengan masyarakat di
sekolah.
Fungsi
(2) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
(3) Melakukan kerjasama dengan masyarakat
(perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah
berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
(4) Menampung dan menganalisa aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
(5) Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada
sekolah mengenai :
a. Kebijakan dan program pendidikan.
b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Madrasah
(RAPBM).
c. Kriteria kinerja sekolah.
d. Kriteria tenaga pendidikan.
e. Kriteria fasilitas pendidikan.
f. Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.
(6) Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan
pendidikan.
(7) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
(8) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di sekolah
1) Sumber Pendapatan
Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat
dijelaskan bahwa kebutuhan dana di MA Al Mua’wanah untuk
kegiatan operasinal secara rutin dan pengembangan program
sekolah secara berkelanjutan sangat dirasakan setiap pengelola
lembaga pendidikan. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan
madrasah semakin banyak dana yang dibutuhkan. Untuk itu
kreativitas setiap pengelola sekolah dalam menggali dana dari
berbagai sumber akan sangat membantu kelancaran pelaksanaan
program sekolah baik rutin maupun pengembangan di lembaga
yang bersangkutan.
Berdasarkan tuntutan kebutuhan di madrasah tersebut
utamanya kebutuhan pengembangan pembelajaran yang sangat
membutuhkan biaya yang relatif banyak, maka sumber pendapatan
di madrasah ini diupayakan dari berbagai pihak seperti orangtua,
pihak swasta, pemerintah agar membantu penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, disamping sekolah perlu melakukan usaha
mandiri yang bisa menghasilkan dana.
2) Penggunaan Pembiayaan
Pelaksanaan pembiayaan pendidikan di MA Al
Mua’wanah Majalaya telah menganut prinsip pembiayaan
pendidikan yang efektif, maksudnya adalah alokasi dana yang
ada digunakan sesuai dengan visi dan misi madrasah. Untuk
meningkatkan mutu pendidikan secara terus menerus sesuai visi
dan misi dana yang ada sebagian besar dialokasikan untuk
program madrasah. sedangkan penggunaan prinsip efisien
maksudnya adalah MA Al Mua’wanah Majalaya dalam
peningkatan mutu pembelajaran mampu menekankan biaya,
terutama biaya yang dibebankan kepada orang tua siswa.
Buku penerimaan gaji di MA Al Mu’awanah
Majalaya dibuat untuk mencatat gaji para guru dan karyawan yang
telah dibayarkan. Gaji para guru dan karyawan ini diberikan setiap
satu bulan sekali. Setiap guru dan karyawan menerima gaji
sesuai dengan beban kerja yang dibebankan kepada guru dan
karyawan tersebut.
Guru dan karyawan diharuskan memberikan tanda
tangan rangkap dua sebagai bukti bahwa guru atau karyawan
tersebut telah menerima gaji pada setiap bulannya.
Buku pembantu bank di MA Mua’wanah Majalaya dibuat
untuk memudahkan pencatatan transaksi yang berhubungan
dengan penggunakan jasa bank. Pembukuan rekening bank
sangat diperlukan karena melalui rekening milik madrasah dana
BOS dapat dicairkan. Buku pembantu bank ini dibuat setiap satu
bulan sekali sebagai laporan.
Format buku pembantu bank yang digunakan adalah
tanggal, no. kode, no. bukti, uraian, debit untuk penerimaan,
kredit untuk pengeluaran, serta saldo.Laporan keuangan di MA Al
Mua’wanah Majalaya dibuat setiap bulan. Laporan keuangan
ini dibuat dengan format nomor, tanggal dan nama transaksi,
debit, kredit, dan saldo. Laporan keuangan ini akan dilaporkan
setiap bulannya kepada kepala madrasah untuk memudahkan
kepala madrasah dalam mengontrolkeuangan madrasah
mengenai penerimaan dan pengeluaran madrasah setiap
bulannya.
2) Pihak Eksternal
Dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat dijelaskan
bahwa pengawasan secara ekternal yang dilakukan oleh pemerintah
dilaksanakan setiap satu semester sekali, dan pengawasan yang
dilakukan oleh ketua yayasan dilaksanakan setiap satu tahun sekali.
Melakukan kegiatan pemeriksaan tidak selalu sesuai dengan rencana,
ada kemungkinan pada pertengahan tahun terdapat salah satu
pembiayaan yang tidak sesuai dengan rencana.
Melalui proses pengawasan ini para pengawas keuangan baik
pengawas internal maupun pengawas ekternal dapat menentukan apa
saja yang tidak sesuai dengan rencana. Setelah ditemukannya
penyimpangan atau ketidaksesuaian antara rencana dan
pelaksanaan maka pengawas keuangan harus mampu menemukan
solusi atau penyelesaian atas masalah tersebut.
Kepala madrasah sebagai pengawas keuangan bertanggungjawab
dalam pengambilan keputusan untuk penyelesaian masalah yang
ada. Pengambilan keputusan terkait dengan keuangan tidak
dilakukan oleh kepala madrasah saja akan tetapi kepala
madrasah berdiskusi dulu bersama ketua yayasan.
Tahapan selanjutnya yaitu pelaksanaan pengawasan,
pelaksanaan pengawasan dapat pula diartikan sebagai kegiatan
membandingkan antara yang sebenarnya terjadi dengan standar yang
telah ditetapkan, pengawasan keuangan dilakukan oleh pihak internal
dan juga pihak ekternal.
1) Biaya Investasi
Perencanaan pembiayaan dalam rangka meningkatkan mutu
pembelajaran dialokasikan pada standar proses. Perencanaan pembiayaan
standar proses berjumlah Rp 19.192.000 yang diperoleh dari dana BOS Rp
19.192.000 diarahkan bagi peningkatan kualitas perangkat pembelajaran di
MA Al Jawahir Soreang.
Beberapa perencanaan di atas menunjukkan MA Al Jawahir Soreang
mengarahkan kegiatan pembiayaan bagi peningkatan mutu pembelajaran baik
akademik maupun non akademik, fisik maupun non fisik bagi terciptanya
lembaga pendidikan yang berkualitas. MA Al Jawahir Soreang juga
memfokuskan perencanaan pembiayaan untuk mempertahankan kualitas
perpustakaan dengan memposting perkembangan perpustakaan, karena
perpustakaan merupakan sumber utama dalam meningkatkan mutu Madrasah
dan MA Al Jawahir Soreang memiliki prestasi memuaskan yaitu juara
pertama tingkat kabupaten dalam pengelolaan perpustakaan.
Hasil akhir rapat tahunan berupa pengeluaran dan pendapatan atau
penerimaan yang kemudian disusun menjadi rencana biaya pendidikan.
Sumber pendapatan atau penerimaan dana yang diterima oleh MA Al Jawahir
Soreang berupa penerimaan rutin dan penerimaan non rutin. Pendapatan ini
biasanya berasal dari siswa, yayasan, pemerintah dan dana sukarela dari
masyarakat kemudian yang digunakan untuk membiayai pengeluaran untuk
kegiatan Madrasah sesuai dengan program yang telah ditetapkan. MA Al
Jawahir Soreang juga menerapakan manajemen yang transparan melibatkan
seluruh warga madrasah. Data dan informasi yang diusulkan oleh Madrasah,
kemudian ditawarkan kepada orang tua siswa serta masyarakat sekitar
khususnya dari penyumbang dana. Alokasi biaya investasi di MA Al Jawahir
Soreang dalan selama 3 (tiga) tahun terakhir
Jumlah (Rp)
No Investasi 2020 2021 2022
.
1. Pengembangan 75.000.00 85.000.000 90.000.0000
Sarana dan 0
Prasarana
2. Pengembangan 10.000.00 12.000.000 15.000.000
Tenaga 0
Pendidik
3. Pengembangan 7.500.000 8.500.000 10.000.000
Tenaga
Kependidikan
Total 92.500.00 105.500.000 115.000.000
0
2) Biaya Personal
Alokasi biaya personal untuk siswa yang berstatus santri di MA Al
Jawahir Soreang dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini
Tabel 4.6 Alokasi biaya personal untuk siswa yang berstatus santri di
MA Al Jawahir Soreang Tahun 2022
6. SPP/Bulan 150.000
Total 3.950.000
5. SPP/Bulan 150.000
Total 1.450.000
3)Biaya Operasi
Tabel 4.9 Alokasi Biaya Operasi di MA Al Jawahir Soreang Tahun
2022
Rp. 500.000/bulan X
b.Daya dan Jasa = Rp. 500.000/bulan 12 Bulan =
Rp. 6.000.000
Rp 500.000/bulan X 12
c. Pembinaan Siswa/Ekskul = Rp. Bulan = Rp. 6.000.000
500.000/bulan
Rp. 750.000/bulan X
d. Bahan Habis Pakai = Rp. 750.000/bulan
12 Bulan =
Rp. 9.000.000
2) Struktur Organisasi
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini
BENDAHARA YAYASAN
KEPALA MADRASAH BENDAHARA MADRASAH
Asmanah Purwitasari, S.Pd.I
Furqon Arifin, M.M.Pd Asmanah Purwitasari, S.Pd.I
KOMITE MADRASAH
Nono Djuhana
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Pengorganisasian Pembiayaan Pendidikan di MA
Al Jawahir Soreang
3) Pembagian Kerja
Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat
dijelaskan bahwa pembagian kerja di MA Al Jawahir Soreang dibuat
oleh Ketua Yayasan.
Kepala Madrasah bertugas mengatur proses belajar mengajar
dan mengatur administrasi terutama administrasi keungan yang dikelola
oleh Bendahara. Komite Madrasah bertugas memberikan arahan dan
masukan berkaitan dengan proses pembelajaran kepada Kepala
Madrasah dan Bendahara Madrasah. Bendahara Madrasah bertugas
membantu Kepala Madrasah dalam mempostkan keuangan BOS dalam
kegiatan pembelajaran serta membuat laporan pertanggungjawaban
yang harus dilaporkan ke Kemenag Kabupaten Bandung jika
pengeluaran diambil dari BOS. Sedangkan jika pengeluaran diambil
dari bantuan pihak swata harus membuat laporan pertanggungjawaban
dilaporkan ke pihak yayasan.
c. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan
Pelaksanaan manajemen pembiayaan di MA Al Jawahir Soreang dalam
prosesnya melakukan berbagai perundingan mengenai hasil dari rencana
biaya pendidikan. Biasanya program tersebut yang membutuhkan tambahan
biaya disesuaikan dengan besarnya biaya yang akan dikeluarkan. Dalam
pelaksanaannya bendahara bertugas sebagai pengatur apabila ada uang yang
masuk baik dari siswa maupun dari pemerintah maupun yayasan. Mengatur
bagaimana penerimaan keuangan dipergunakan sebagaimana mestinya. Serta
bertugas mengatur pengeluaran untuk dialokasikan kepada masing-masing
bidang pendidikan sesuai dengan yang tercantum dalam program kegiatan di
MA.
1) Sumber Pendapatan
Pembiayaan pendidikan sebagaimana disebutkan dalam Peraturan
Menteri Agama No 90 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pendidikan
Madrasah menyatakan bahwa pembiayaan Madrasah bersumber dari
pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara Madrasah, masyarakat dan
sumber dari manapun yang sah dan tidak melanggar aturan hukum yang
berlaku.
Pembiayaan tersebut dipergunakan sebagai biaya investasi, biaya
operasi dan personal yang mengarah pada lembaga pendidikan yang
berkualitas. Sumber pendapatan di MA Al Jawahir Soreang berasal dari
pendapatan rutin dan non rutin. Pendapatan rutin berasal dari Uang
pendaftaran, Uang kegiatan 1 tahun, Shodaqoh, setiap bulannya dan
sumbangan dari orang tua siswa, biasanya dilakukan pada awal tahun
berupa infaq pemeliharaan dan pengembangan sarana prasarana dan
seragam, uang kegiatan selama 1 tahun dan lain-lain yang digunakan
untuk membiayai semua kegiatan pendidikan. Sedangkan pendapatan non
rutin berasal dari bantuan pemerintah seperti BOS dan badan usaha yang
dimiliki yayasan dan sukarela Sumbangan sukarela merupakan
sumbangan yang di terima Madrasah dari perseorangan maupun
masyarakat.
Sumbangan sukarela ini berupa hibah, waqaf tanah, sumbangan
material dan sumbangan bangunan. Penerimaan merupakan sumber dana
yang dibutuhkan oleh madrasah baik dari intern madrasah seperti iuran
siswa maupun bantuan dari luar seperti instansi pemerintah maupun
swasta. Penerimaan keuangan madrasah dari sumber-sumber dana perlu
dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang selaras dengan
ketetapan yang disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun peraturan
pemerintah.
Penerimaan keuangan madrasah tersebut bersumber dari
pemerintah, penerimaan khusus untuk pendidikan seperti bantuan atau
pinjaman luar negeri yang diperuntukkan bagi pendidikan, uang madrasah
dan sumbangan sukarela dari orang tua maupun masyarakat. Proses
penerimaan keuangan tergolong panjang melalui persetujuan antara lain
dari pengawas keuangan, bendahara, pembantu direktur keuangan melalui
kwitansi berita acara biasanya penerimaan berasal dari siswa penerimaan
keuangan diterima oleh tata usaha bidang keuangan, sedangkan
penerimaan keuangan yang berasal dari pemerintah dan yayasan diterima
langsung pada bendahara. Biasanya uang yang telah diterima langsung
disimpan dalam bank demi keamanan.
2) Penggunaan Pembiayaan
Dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi penggunaan
pembiayaan di MA Al Jawahir Soreang meliputi pengeluaran rutin dan
pengeluaran non rutin. Pengeluaran rutin meliputi biaya pengeluaran rutin
yang setiap bulan dikeluarkan. Pengeluaran non rutin meliputi biaya
pengeluaran yang tidak dikeluarkan setiap bulan. Pengeluaran non rutin
ini dilaksanakan jika ada kebutuhan mendadak atau kebutuhan yang
dilaksanakan setiap tahun sekali dan juga kebutuhan yang sebelumnya
direncanakan pada rencana biaya pendidikan yang terdiri dari biaya
investasi, biaya personal, dan biaya operasi.
1) Masalah Internal
Masalah internal yang terjadi di MA Al Jawahir Sorenag yaitu :
a) Manajemen keuangan yang tidak dikelola dengan baik
b) Kurangnya sumber pemasukan madrasah, hanya bersandar pada
keuangan yang berasal dari siswa
c) Belanja kebutuhan yang cukup besar melebihi pemasukan keuangan yang
ada
d) Kebutuhan untuk pengembangan infrastruktur yang lebih besar, fasilitas
pendidikan dan sebagainya.
2) Masalah Eksternal
Pemasukan yang kecil yang disebabkan adanya bencana seperti masa
pandemi yang menyebabkan orang tua tidak membayar SPP disebabkan
karena tidak ada proses belajar mengajar dan atau memang kondisi orang tua
yang kehilangan pekerjaan dan tidak mampu membayar.
L. Interpretasi
Salah satu bagian penting dalam mutu pendidikan adalah
pembiayaan. Pembiayaan kadang juga merupakan inti dari setiap
permasalahan pendidikan, apalagi jika dihubungkan dengan Pembiayaan
pendidikan pada swasta yang seluruhnya bersumber dari dana
masyarakat walaupun sebenarnya ada bantuan dari pemerintah tetapi tidak
terlalu signifikan untuk dibuat acuan dalam penentuan kebijakan maka
kualitas pendidikan tinggi swasta tentu sangat bergantung pada bagaimana
manajemen pembiayaannya.
Manajemen Pembiayaan yang baik merupakan salah satu kunci
dari keberhasilan sebuah lembaga pendidikan untuk memajukan atau
meningkat kualitasnya1. Pendidikan dikatakan sebagai penyiapan tenaga
kerja, yaitu sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memberi
bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar dapat berupa pembentukan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon tenaga kerja.
Pendidikan dipandang sebagai sarana yang paling strategis untuk
mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa dan membentuk karakter
bangsa.Pengelolaan pembiayaan di Madrasah Aliyah memiliki kendala
dalam pelaporan secara administratif pembiayaan bulanan. Ada beberapa
kasus peserta didik yang buku laporan pembiayaannya belum tercatat di
buku besar bendahara. Pembayaran yang tidak langsung dicatat secara
administratif oleh bendahara. Pelaporan yang tidak ditangani oleh bendahara
dan ditangani secara administratif oleh kepala TU.
Pembayaran administrasi keuangan yang masih banyak belum lunas dari
beberapa peserta didik di tingkatan kelas. Auditing akhir yang tidak rutin
dilakukan yaitu secara seremonial ketika akhir bulan saja, tidak dicatat setiap
Minggu. Strategi pengelolaan biaya pendidikan dilakukan secara langsung
dan dirumuskan oleh kepala madrasah bersama pimpinan yayasan.
Pembiayaan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Hal ini sesuai
amanat UUSPN Nomor 20 tahun 2003 Pasal 46 ayat (1). Pembiayaan
pendidikan merupakan hubungan saling keterkaitan yang di dalamnya
terdapat komponen-komponen yang bersifat mikro dan makro pada satuan
pendidikan. Setiap komponen memiliki fungsi yang berbeda-beda, namun
memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu: a) peningkatan potensi SDM yang
berkualitas; b) penyediaan komponenkomponen sumber-sumber pembiayaan
pendidikan; c) penetapan sistem dan mekanisme pengalokasian dana; d)
pengefektifan dan pengefisiensian penggunaan dana; e) akuntabilitas (dapat
dipertanggungjawabkan) dari aspek keberhasilan dan mudah terukur pada
setiap satuan pendidikan; f) meminimalisir terjadinya permasalahan-
permasalahan yang terkait dengan penggunaan pembiayaan pendidikan.
M.Pembahasan
1. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan
N. Simpulan
1.Simpulan Umum
Manajemen pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran di MA sudah cukup maksimal terutama dalam hal perencanaan
dan pelaksanaan. Hal ini terbukti bahwa mutu pembelajaran telah memenuhi
standar proses pembelajaran, demikian pula dilihat dari kesiapan tenaga
pengajar dalam mempersiapkan proses pembelajarannya telah sesuai dengan
format standar mutu pendidikan nasional, namun bila dicermati terjadinya
interaksi pembelajaran antara pendidik dan peserta didik terdapat sebagian
pendidik yang memerlukan peningkatan kemampuan untuk merangsang
terjadinya stimulus respon peserta didik dalam mendorong motivasi, minat dan
perhatian yang serius dalam mengembangkan dan menguasai materi
pembelajaran.
2.Simpulan Khusus
a. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan di MA
Perencanaan pembiayaan pendidikan di MA dilaksanakan dengan
tahapan-tahapan yang cukup sistematis. Proses perencanaan pembiayaan
pendidikan dimulai dengan mengadakan rapat pleno, mengidentifikasi
sumber penerimaan madrasah, mengidentifikasi biaya pendidikan yang terdiri
dari biaya investasi, biaya personal, dan biaya operasi, menyusun rencana
pembiayaan, mengusulkan, melakukan revisi, hingga pada tahap
pengesahan.
b. Pengorganisasian Pembiayaan Pendidikan di MA
Pengorganisasian pembiayaan pendidikan di MA sudah cukup baik,
karena sudah melaksanakan beberapa asas-asas organisasi, sehingga
berdampak pada program-program pembelajaran yang dibuatnya karena
penanggung jawab pada setiap program pembelajaran telah memahami job
desknya masing-masing dan bertanggung jawab penuh untuk kelangsungan
berhasilnya sebuah program di MA.
O. Implikasi
1. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan di MA
Perencanaan pembiayaan pendidikan di MA dilaksanakan dengan
tahapan-tahapan yang cukup sistematis. Perencanaan ini akan berimplikasi
pada rencana penggunaan sumber dana untuk pelaksanaan pendidikan di
madrasah selama satu tahun sehingga dapat meminimalkan terjadinya
beragam kegiatan yang tidak produktif dan tidak efisien, baik dari segi
biaya, tenaga dan waktu selama proses layanan pendidikan.
2. Pengorganisasian Pembiayaan Pendidikan di MA
Pengorganisasian pembiayaan pendidikan di MA telah menganut
beberapa sudah melaksanakan beberapa asas-asas organisasi, implikasinya
adalah asas organisasi penting bagi manajemen sebagai dasar membantu
melaksanakan fungsi pengorganisasian terutama dalam menyusun struktur
organisasi, dan dalam menjamin pelaksanaan kegiatan yang lancar dan
sesuai dengan tujuan organisasi.
3. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan di MA
Pelaksanaan pembiayaan pendidikan di MA telah menganut
prinsip pembiayaan pendidikan yang baik, implikasinya adalah
alokasi dana yang ada digunakan sesuai dengan visi dan misi madrasah.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan secara terus menerus sesuai visi
dan misi dana yang ada sebagian besar dialokasikan untuk program
madrasah. sedangkan penggunaan prinsip efisien maksudnya adalah MA
dalam peningkatan mutu pembelajaran mampu menekankan biaya,
terutama biaya yang dibebankan kepada orang tua siswa.
4. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan di MA
Pelaksanaan kegiatan yang menggunakan sumber dana relatif
terbatas, memerlukan adanya pengawasan dan pengendalian. Implikasinya
agar semua komponen sistem bergerak secara efektif dan efisien. Pada
dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan tindakan,
walaupun hal ini sangat jarang terjadi. Pengawasan diperlukan untuk
melihat hasil yang telah dicapai. mengarahkan agar setiap orang dalam
organisasi mengelola dana pendidikan sesuai dengan rencana
5. Masalah dalam Pelaksanaan Manajemen Pembiayaan Dalam Upaya
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MA
Masalah utama yang dihadapi dalam manajemen pembiayaan
pendidikan ini masih terdapat SDM yang kurang profesional dalam
menguasai pembiayaan pendidikan. Implikasinya, MA harus sering
mengadakan pelatihan untuk para SDM
6. Solusi dari pemecahan masalah pembiayan pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran di MA
Solusi yang dilakukan oleh MA dalm menanggulangi masalah SDM
atau tutor yang kurang profesional adalah mengusahakan akses pelatihan atas
program-program pembiayaan pendidikan, namun solusi ini belum efektif.
Solusi yang dilaksanakan MA berimplikasi pada proses pembelajaran.
P. Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang telah dijelaskan maka akan
diuraikan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Kementerian Agama
Sebagai masukan dalam membuat model pembiayaan pendidikan
berdasarkan kebutuhan belajar untuk menghitung kebutuhan biaya
operasional sekolah dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar.
2. Madrasah Aliyah
a. Pihak MA diharapkan dapat mempersiapkan perangkat monitoring dan
evaluasi dengan baik. Hal ini perlu dilakukan untuk diperoleh fakta dan
informasi berkaitan dengan efisiensi dan penanganan terhadap tantangan
yang terjadi sehingga tidak hanya sebagai alat untuk mengetahui kemajuan
dari implementasi program tersebut.
b. Dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan di madrasah, kepala madrasah
sebagai top manager bertanggung jawab atas keberlangsungan semua
kegiatan dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan di madrasah. Kepala
madrasah belum maksimal dalam melakukan perencanaan khususnya dalam
menentukan iuran komite, untuk itu kepala madrasah hendaknya dapat
meningkatkan kompetesi manajerial khususnya dalam menususn
perencanaan agar dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan dapat
dijalankan dengan baik sesuai dengan visi, misi dan tujuan madrasah.
c. Dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran siswa melalui penerapan
pembiayaan pendidikan maka dukungan serta komitmen berbagai pihak
merupakan suatu hal yang perlu diupayakan.
3. Bendahara
Bendahara hendaknya lebih cermat dan telitidalam pelaksanaan
pencatatan (pembukuan) yang berkaitan dengan pengelolaan pembiayaan
pendidikan di madrasah. Pembukuan dalam pengelolaan pembiayaan masih
sangat sederhana untuk itu bendahara hendaknya meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam sistem pembukuan.
4. Komite Madrasah
Pemilihan komite madrasah sebaiknya dipegang oleh pihak eksternal madrasah
yaitu orang tua murid, masyarakat atau tokoh pendidikan yang ada di lingkungan
madrasah agar bisa lebih objektif dalam melakukan pengawasan dan
pemeriksaan pembiayaan pendidikan di madrasah.
5. Guru
a. Memberikan pendampingan pada MA dalam menyusun program, anggaran,
dan prosedur kegiatan yang berfokus pada mutu pembelajaran agar tepat
sasaran dalam menterjemahkan visi, misi, dan tujuan lemba dalam hal
pengelolaan pembiayaan pendidikan
b. Peningkatan mutu pembelajaran dalam pembiayaan pendidikan menjadi hal
yang cukup stratejik sehingga diharapkan para tenaga pendidik maupun
tenaga kependidikan diberikan sarana untuk mendapatkan kompetensi
pendidikan dengan melakukan pelatihan, selain itu harus ada kesiapan dalam
hal sarana dan prasarana yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan
tahapan penerapan berdasarkan prioritas kebutuhan yang telah disusun
6. Siswa
a. Siswa diharapkan istoqomah dalam menjalani proses pendidikan dan tetap
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu
b. Siswa tetap bersabar meskipun banyak sekali cobaan dalam menuntut ilmu
Q. Produk Penelitian
1. Judul
Pengembangan Model Hipotetik Manajemen Pembiayaan Pendidikan di MA
2. Rasional
Pengembangan Model hipotetik Manajemen Pembiayaan Pendidikan di
MA dibuat dengan alasan karena :
a. Biaya-biaya pendidikan yang berputar dan dipergunakan harus terkelola dan
tercatat dengan baik sehingga biaya pendidikan tersebut dapat
mengefisienkan dan mengefektifkan proses pembelajaran di madrasah
b. Agar manajemen pembiayaan pendidikan dapat dilaksanakan dengan
maksimal di MA, maka proses tersebut harus dijalani dengan baik secara
sistematik dan sistematis mulai dari kegiatan Perencanaan, pelaksanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan.
c. Pembiayaan pendidikan yang terorganisir dengan baik akan dapat
mengoptimalisasikan layanan pendidikan kepada para komsumennya baik
konsumen internal seperti guru, siswa, staf, dan para karyawan yang terlibat
dan konsumen ekternal seperti masyarakat, orang tua, dan pemerintah.
Namun hal sebaliknya apabila pembiayaan pendidikan tidak terorganisir
dengan baik maka segala bentuk layanan pendidikan dan program-program
pendidian di sekolah tidak akan berjalan dengan baik dan tidak akan
menghasilkan mutu pendidikan yang ditargetkan, salah satunya mutu
pembelajaran. Mutu pembelajaran yang baik akan meningkatkan prestasi
siswa sehingga berdampak pada peningkatan kepuasan orangtua siswa.
3. Tujuan Model
Model hipotetik manajemen pembiayaan pendidikan di MA,
dimaksudkan untuk mendukung: Pertama, penguatan dalam hal perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Kedua, penguatan dalam hal kemampuan dan
kompetensi guru yang mendukung proses pembelajaran dan sarana prasarana.
Kedua hal ini secara terintegrasi memperhatikan kondisi siswa terutama, minat
dan kebutuhan, kemampuan awal dan tujuan akhir dari proses pembelajaran.
Ketiga, penguatan dalam hal materi terutama materi yang bersifat pengantar
dan konsep tentang mata pelajaran yang diajarkan dalam kelas, sedangkan
untuk kegiatan praktiknya langsung di lapangan.
4. Landasan Model
Pengembangan model hipotetik manajemen pembiayaan pendidikan
berbasis mutu pembelajaran di MA, berdasarkan pada landasan teori dari Terry
(1958) yaitu POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling),
landasan konseptual, landasan keilmuan yang berkaitan dengan fokus
penelitian manajemen-manajemen pembiayaan pendidikan, dan landasan
empirik. Hal ini dianggap penting karena suatu model selain harus memiliki
pijakan teori yang kokoh dan didasarkan pengalaman empirik yang teruji, juga
harus berada pada koridor dan rambu-rambu hukum yang memayunginya.
Manajemen pembiayaan minimal mencakup perencanaan, pelaksanaan,
penggorganisasian dan pengawasan. Penyaluran anggaran perlu dilakukan
secara strategis dan intergratif antara stakeholder agar mewujudkan kondisi ini,
perlu dibangun rasa saling percaya, baik internal pemerintah maupun antara
pemerintah dengan masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat itu sendiri
dapat ditumbuhkan. Keterbukaan, partisipasi, akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pendidikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan menjadi kata- kata kunci untuk mewujutkan efektifitas
pembiayaan pendidikan.
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan sekolah perlu memperhatikan
sejumlah prinsip. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan
bahwa pengelolaan dana pendidikan didasarkan pada prinsip keadilan,
efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.
Landasan model ini juga berlandaskan pada teori mutu dari Deming,
dalam teori mutu dari Deming (1968) dalam Salis (2015 : 25) dijelaskan bahwa
model perbaikan berkesinambungan yang dikembangkan oleh W. Edward
Deming yang terdiri atas empat komponen utama secara berurutan yang
dikenal dengan siklus PDCA “Plan-Do-Check-Act”. Penjelasan dari setiap
siklus PDCA tersebut ialah sebagai berikut:
a) Mengembangkan rencana perbaikan “plan”
b) Melaksanakan rencana “do”
c) Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai “check atau study”
d) Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan “action”
5. Persyaratan Model
Pengembangan model hipotetik manajemen pembiayaan pendidikan
berbasis mutu pembelajaran di MA ini dapat digunakan untuk MA yang baru
menerapkan manajemen pembiayaan pendidikan di lembaga pendidikan islam
dengan syarat :
a. Kebijakan Pimpinan
b. Program
c. Sumber Daya Manusia
6. Langkah Operasional Model
Langkah operasional model hipotetik manajemen pembiayaan
pendidikan di MA terbagi menjadi lima tahapan yairu :
a. Perencanaan Pembiayaan
Dalam perencanaan pembiayaan pendidikan dimulai dengan (1) melakukan
identifikasi kegiatan selama satu tahun dengan rapat pleno madrasah, (2)
mengidentifikasi rencana penerimaan madrasah, (3) mengidentifiksi
rencana pembiayaan madrasah yang terdiri dari biaya investasi, biaya
personal, dan biaya operasi, (4) menyusun, (5) melakukan revisi, (6) hingga
pada tahap pengesahan.
b. Pengorganisasian Pembiayaan
Pengorganisasian yang dilaksanakan harus menerapkan azas-azas
organisasi menurut Terry (1958), erry (Sukarna, 2011: 46) juga
mengemukakan tentang azas-azas organizing, sebagai berikut, yaitu :
(1) The objective atau tujuan.
(2) Departementation atau pembagian kerja.
(3) Assign the personel atau penempatan tenaga kerja.
(4) Authority and Responsibility atau wewenang dan tanggung jawab.
(5) Delegation of authority atau pelimpahan wewenang.
c. Pelaksanaan Pembiayaan
Pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di MA terdiri dari dua
jenis kegiatan penerimaan dan pengeluaran.
1) Penerimaan
Pembiayaan pendidikan sebagaimana disebutkan dalam Peraturan
Menteri Agama No 90 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pendidikan
Madrasah menyatakan bahwa pembiayaan Madrasah bersumber dari
pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara Madrasah, masyarakat dan
sumber dari manapun yang sah dan tidak melanggar aturan hukum yang
berlaku.
2)Pengeluaran
Pelaksanaan pengeluaran di MA meliputi pengeluaran rutin dan
pengeluaran non rutin. Pengeluaran rutin meliputi biaya pengeluaran rutin
yang setiap bulan dikeluarkan. Pengeluaran non rutin meliputi biaya
pengeluaran yang tidak dikeluarkan setiap bulan. Pengeluaran non rutin ini
dilaksanakan jika ada kebutuhan mendadak atau kebutuhan yang
dilaksanakan setiap tahun sekali dan juga kebutuhan yang sebelumnya
direncanakan.
d. Pengawasan Pembiayaan
Pengawasan pembiayaan di MA dilakukan oleh kepala Madrasah
dan wakil Kepala Madrasah dengan cara mengecek setiap awal bulan serta
akhir bulan kepada bendahara. Pengawasan pembiayaan di bagi menjadi
dua, jika dana dari masyarakat pengawasan dilakukan Madrasah dan
yayasan, kalau dana dari pemerintah dilaporkan kepada pemerintah yang
sesuai dengan aturan pemerintah.
Pemeriksaan terhadap pendapatan keuangan di MA dilakukan dari
dua arah yaitu dari internal Madrasah yang dilakukan oleh kepala
Madrasah dan dari eksternal Madrasah yang dilakukan oleh pihak yayasan
dan komite madrasah.
e. Pertanggungjawaban Pembiayaan
Pertanggungjawaban pembiayaan pendidikan adalah segala
aktivitas pembuatan laporan keuangan pendidikan yang disusun setelah
seluruh bukti pengeluaran diuji kebenarannya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Hal yang harus diperhatikan ketika membuat laporan
pertanggungjawaban adalah disertakannya seluruh bukti pengeluaran riil
dan asli sebab pengelolaan keuangan harus membuat laporan kepada
pihak-pihak yang memberikan biaya pendidikan yang dikelolanya. Tiga
aspek yang harus diperhatikan MA dalam pertanggungjawaban
pembiayaan yaitu : (a) Kebijakan percepatan pelaporan
pertanggungjawaban kegiatan, (b) Pemberhentian sementara terhadap
pengajuan kegiatan kepada pihak yang belum menyerahkan dan
melengkapi laporan pertanggungjawaban, (c) Pemeriksaan kelengkapan
pelaporan pertanggungjawaban yang dilakukan secara berjenjang.
f. Perbaikan Berkelanjutan Pembiayaan
Tahapan yang tidak dapat ditinggalkan dalam penerapan quality
management adalah perbaikan berkelanjutan sebab perbaikan berkelanjutan
merupakan salah satu pilar dalam mutu, untuk itu perbaikan berkelanjutan
menjadi suatu keharusan pada manajemen pembiayaan pendidikan yang
berorientasi pada mutu.
Pengelolaan keuangan merupakan pengelolaan yang berkenaan
dengan sesuatu yang bersifat sensitif dan melibatkan banyak orang, terutama
orangtua dan masyarakat sebagai pengguna. Sekali saja mereka kecewa
terhadap kinerja pengelola keuangan, selamanya mereka tidak akan percaya
terhadap lembaga pendidikan tersebut. Itulah salah satu faktor terjadinya
penutupan terhadap lembaga pendidikan, oleh karena itu, perbaikan
berkelanjutan menjadi solusi yang tepat. Perbaikan berkelanjutan misalnya
dengan cara musyawarah, optimalisasi supervisi dan Pihak Internal (PI), dan
prosedur kerja yang dalam bentuk SOP
Optimalisasi supervisi dan PI terhadap pengelola keuangan pendidikan
pesantren. Supervisi adalah serangkaian kegiatan untuk memastikan bahwa
mutu yang diharapkan telah memenuhi standar yang telah ditentukan, untuk
itu, supervisi merupakan salah satu proses controlling.
Supervisi dilakukan untuk memastikan penggunaan keuangan
pendidikan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Tugas
utama dari supervisi adalah untuk memberikan arahan secara langsung oleh
atasan terhadap kegiatan bawahannya agar para pengelola keuangan
melaksanakan rencana yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, pimpinan
harus melakukan supervisi secara optimal agar permasalahan atau indikasi
adanya penyalahgunaan anggaran pendidikan dapat teratasi dengan cepat,
tepat, dan akurat. Selain supervisi, PI juga diperlukan dalam rangka
perbaikan yang berkelanjutan terhadap para pengelola keuangan
sebagaimana yang telah dikemukakan pada pengawasan pembiayaan.
Optimalisasi terhadap pelaksanaan supervisi dan PI harus
dimaksimalkan untuk mencegah adanya penyimpangan dan penyalahgunaan
wewenang terhadap penggunaan anggaran keuangan pendidikan pesantren.
Prosedur kerja yang jelas dalam bentuk SOP (standar operasional
prosedur) keuangan pesantren. SOP adal ah dokumen yang berhubung an
dengan tata kerja dalam menyelesai kan suatu pekerjaan untuk menghasilkan
kinerja yang efektif dan efisien serta produktif. Untuk itu, SOP menjadi
sesuatu yang penting dan merupakan produk akhir dari pelaksanaan
perbaikan berkelanjutan (continuous improvement).
9. Visualisasi Model
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku :
Alma, Buchori. (2011). Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan. Bandung : CV
Alfabeta
Arikunto, Suharsimi dan Lia. (2012). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta : Graha
Cendekia
Bastian, India.(2016). Akuntansi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Clay-Lindgren, Henry, 2000, Educational Psychology In The Classroom, TokyoJapan:
Modern Asia
Danim, Sudarman. (2007). Visi Baru Manajemen Madrasah (Dari Unit Birokrasi
Ke Lembaga Akademik). Jakarta: Bumi Aksara.
Rosyada, Dede. (2017). Madrasah dan Profesionalisme Guru. Bandung : Kencana
Fattah, Nanang. (2004). Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya
Fattah, Nanang. (2009). Konsep Manajemen Berbasis Madrasah (MBS) dan
Dewan Madrasah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Fattah, Nanang. (1999). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Fattah, Nanang. (2012). Standar Pembiayaan Pendidikan.Bandung : Rosda
Griffin, Ricky W. 2004. Manajemen. Edisi ketujuh Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Kahfi, Inal. (2019). TQM dan Quality Improvement. Bandung : STAI Yamisa Soreang,
hal. 43
Koontz, Harold dan Cyril O’Donnel. 1980. Management. Edition VII. Tokyo:
McGraw Hill, Kogakusha.Ltd
Mulyana, Az. (2017). Menjadi Guru Hebat. Jakarta : Grasindo
Mulyasa, E. (2003). Manajemen Berbasis Madrasah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyono.(2009). Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mulyono.(2015). Konsep Pembiayaan Pendidikan. Yogyakarta:Ar-Ruzz
media.Republik Indonesia. 2003.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rustaman. (2015). Pembelajaran. Bandung : Aria Mandiri Group, hal. 461
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sani, Ridwan Abdullah., Pramuniati, Isda., Mucktiany, Anies. (2015).
Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara.
Sanusi, Achmad. (2017). Sistem Nilai. Bandung : Penerbit Nuansa
Siswanto. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara
Sukmadinata, Nana Syaodih., Jami’at, Ayi Novi., Ahman. (2018). Pengendalian
Mutu Pendidikan Madrasah Menengah (Konsep, Prinsip, Instrument).
Bandung: Reflika Aditama.
Supriyadi, Dedi. (2015). Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Sutomo, Titi Prihatin. (2012). Manajemen Madrasah. Semarang: Unnes Press.
Stoner, James A.F. 2004. Manajemen. Jilid 1 Edisi 6, Jakarta : Salemba Empat
Terry, George. R dan Rue, Leslie. W. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Penerjemah
Ticoalu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Terry, George R. dan Leslie W. Rue. (2019). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara.
Usman, Husaini (2019). Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara, hal. 512-513