Anda di halaman 1dari 82

MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

DI MADRASAH ALIYAH (MA)


(Studi Kasus Peningkatan Mutu Pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan
MA Al Jawahir Soreang)

A. Latar Belakang Masalah


Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku dalam satu tahun. Standar
pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasional, dan biaya
personal. Biaya investasi meliputi biaya penyediaan sarana prasarana,
pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya operasional
meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasional
satuan pendidikan meliputi gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan
yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai dan biaya
operasi pendidikan langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya. Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan
merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan.
Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu madrasah merupakan
komponen produktif konsumtif yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan
mutu belajar mengajar di madrasah bersama komponen-komponen lain. Dengan
kata lain setiap kegiatan yang dilakukan madrasah memerlukan biaya, baik disadari
maupun tidak disadari.
Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya
agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang
tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini penting, terutama dalamrangka MBS yang
memberikan kewenangan kepada madrasah untuk mencari dan memanfaatkan
berbagai sumber dana sesuai dengan masing-masing madrasah karena pada
umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan pada masalah keterbatasan dana.
Hal ini sejalan dengan Danim (2007 : 20) menjelaskan bahwa Madrasah
Aliyah sebagai suatu lembaga pendidikan maka sangat dipengaruhi oleh faktor
manajemen pembiayaan. Dalam menjalankan mutu manajemen pembiayaan
Madrasah Aliyah menggunakan sistem. Dalam hal ini sistem yang dimaksud adalah
sistem teknologi, yang ternyata cukup kesulitan dalam hal migrasi sistem. Dahulu
Madrasah Aliyah menggunakan sistem manual dan dengan berkembangnya
teknologi maka adanya tuntutan zaman menuju sistem yang lebih baik dan
menunjang keberlangsungan mutu manajemen.
Beberapa kegiatan manajemen pembiayaan pendidikan berupa kegiatan
memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana,
pelaporan, pemeriksaan dan pertanggung jawaban. Berdasarkan data dari
Kemenag Kabupaten Bandung (2019), jumlah MAdi Kabupaten Bandung
sebanyak 98 MA yang tersebar diberbagai Kecamatan. MA di Kabupaten Bandung
yang telah melaksanakan manajemen pembiayaan pendidikan baru 50%. Salah
satunya wilayah di Kecamatan Soreang hanya 10% yang telah menerapkan
manajemen pembiayaan pendidikan dan di wilayah Kecamatan Majalaya hanya 10
% sehingga mutu pembelajaran kurang baik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Madrasah
Kemenag Kabupaten Bandung pada tanggal 15 Juni 2020 menjelaskan bahwa MA
di Kabupaten Bandung belum semuanya melaksanakan manajemen pembiayaan
pendidikan. Kedua MA ini sudah menerapkan manajemen pembiayaan pendidikan.
Namun, masih belum optimal sehingga mutu pembelajaran di Madrasah belum
maksimal.
Mengelola keuangan bukan menjadi masalah yang mudah di tengah
perubahan kurikulum yang terus berubah setiap masa yang membutuhkan
kebutuhan sarana dan prasarana penunjangnya, demikian juga kebutuhan dari
setiap guru dan staf MA Al Muawanah Majalaya dan MA Al Jawahir Soreang
yang selalu berubah dengan kebijakan yang ada sehingga pada kurun waktu tahun
2010-2011 pernah mengalami kekurangan pembiayaan yang menjadikan sulit
mengembangkan program pendidikan
Hal ini sejalan dengan studi awal yang dilakukan peneliti di kedua MA di MA Al
Mua’awah Majalaya dan MA Al Jawahir Soreang. Berdasarkan wawancara online
pada tanggal 15 Juni 2019 kepada Kepala MA Al-Muawanah menjelaskan bahwa
MA telah melaksanakan manajemen pembiayaan pendidikan namun laporan
keuangan belum sepenuhnya akuntabel dan transparansi sehingga mutu
pembelajaran di Madrasah ini juga belum optimal.
Sejalan dengan wawancara online kepada Kepala MA Al Jawahir Soreang
juga menjelaskan manajemen pembiayaan yang telah dilakukan belum optimal,
karena masih lemahnya sumber daya manusia yang membuat laporan keuangan
sehingga laporan yang mereka buat belum akuntabel tidak menerapkan prinsip
efektifitas dan efisiensi anggaran sehingga mutu pembelajarandi MA juga belum
optimal. Kedua MA diatas, memiliki sumber daya manusia yang umumnya hanya
berijazah SMP/MTS sederajat sehingga pemahaman tentang pembuatan laporan
keuangan yang seharusnya memiliki prinsip akuntabel, transparan, efektifitas dan
efisiensi anggaran masih kurang, sehingga jika laporan tersebut dikaitkan dengan
mutu pembelajaranjuga akan berdampak kurang optimal.
Hal ini sejalan dengan Hamzah (2019 : 13) menjelaskan bahwa MA yang
eksis dikenal berdaya saing tinggi dan memiliki mutu yang baik. MA dapat
dikatakan bermutu apabila telah memenuhi standar mutu yang telah ada dan
dimiliki oleh MA itu, memenuhi bahkan melebihi komitmen jaminan mutu yang
ada.
Manajemen pembiayaan pendidikan di MA tidak lepas dari berbagai masalah.
Sehingga akar masalah dalam penelitian ini adalah, lemahnya SDM pengurus,
minimnya dana operasional, pembelanjaan keuangan yang tidak tepat guna, dan lain
sebagainya. Pembiayaan pendidikan dalam kerangka desentralisasi dan otonomi
pendidikan diperlukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan mengelolanya
secara efektif dan efisien melalui manajemen pembiayaan pendidikan.

A. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah


1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya SDM yang belum cakap kerja,
keterbatasan jumlah tenaga, khususnya staf keuangan yang kompeten, sehingga
pengelolaan pembiayaan pendidikan belum maksimal. Rendahnya SDM belum
cakap kerja mengakibatkan laporan keuangan yang disusun belum menerapkan
prinsip-prinsip pengelolaan pembiayaan pendidikan.
Permasalahan lainnya yang terjadi dalam lembaga pendidikan terkait
dengan manajemen pembiayaan pendidikan antara lain adalah sumber dana
yang terbatas, pembiayaan program yang tersendat, tidak mendukung visi, misi
dan kebijakan sebagaimana tertulis dalam rencana strategis lembaga
pendidikan. Jika memandang dari sisi manajemen pemanfaatan fasilitas
pembelajaran, beberapa kendala mengenai perencanaan fasilitas diantaranya
adalah sulitnya menyesuaikan kebutuhan peserta didik jika harus mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, banyaknya
kebutuhan fasilitas yang dapat mendukung pencapaian tujuan pendidikan harus
disertai dengan perincian biaya yang membengkak. Selain itu juga pembiayaan
menjadi faktor penghambat lainnya dalam pengadaan fasilitas pembelajaran.
Pengawasan fasilitas seharusnya dilakukan oleh pemerintah maupun pimpinan
sekolah, seperti kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang sarana
prasarana. Akibat dari kurangnya manajemen pemanfaatan fasilitas
pembelajaran yang dilakukan sekolah, peserta didik menjadi kurang merasakan
manfaat dari fasilitas tersebut. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan
dalam mutu pembelajaran.
Terkait dengan hal itu, penulis merumuskannya pada bagan di bawah ini :
INSTRUMENTAL INPUT
PP No.19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
PMA No 90 Tahun 2013 tentang
penyelenggaraan pendidikan madrasah
SDM

PROSES

Manajemen Pembiayaan Pendidikan


RAW INPUT Perencanaan OUTCOM
Pengorganisasian OUTPUT E
Pelaksanaan
Pengawasan
Mutu
Masalah
Pembelajaran Solusi
Mutu Mutu Hasil
Layanan Belajar
Pembelajaran Siswa
Siswa
ENVIRONMENTAL INPUT

IPTEK yang semakin berkembang


Feed Back
Laporan Keuangan yang memiliki prinsip
transparansi, akuntabel, efektifitas, dan efisiensi
anggaran
Stake Holder
Orang Tua

Gambar 1.1 Perumusan Masalah

Berdasarkan gambar 1.1 diatas, maka perumusan masalah dapat dijelaskan


sistem yang terdiri dari sejumlah komponen antara lain, raw input, proses yang
dipengaruhi oleh instrumental input dan environmental input, dari proses tersebut
menghasilkan output, dan outcome. Raw input adalah bahan mentah yang dimasukkan
ke dalam trasformasi. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan bahan mentah
adalah mutu pembelajaran. Proses merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu
yang lain. Dalam penelitian ini, proses yang dimaksud dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, Evaluasi/Pengawasan, ditambah dengan masalah dan solusi. Dari proses
tersebut dipengaruhi oleh instrumental input (PP No.19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, PMA No 90 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pendidikan madrasah,
dan SDM) serta environmental input (IPTEK yang semakin berkembang, Laporan
Keuangan yang memiliki prinsip transparansi, akuntabel, efektifitas, dan efisiensi
anggaran, Stake Holder serta Orang Tua).

Proses akan dikatakan memiliki output (mutu layanan pembelajaran) sehingga


outcome (mutu hasil belajar siswa) yang maksimal apabila pengkoordinasian dan
penyerasian serta pemaduan input (raw, instrumental, dan enviromental input)
dilakukan secara harmonis, sehingga lembaga mampu memiliki mutu hasil belajar
siswa. Berdasarkan pernyataan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
mengenai bagaimana pengelolaan pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran.

2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dirumuskan, maka peneliti
membatasi masalah berkaitan dengan :
a. Perencanaan pembiayaan pendidikan di MA yang mencakup
1) Biaya Investasi
2) Biaya Personal
3) Biaya Operasi
b. Pelaksanaan pembiayaan pendidikan di MA yang mencakup
1) Sumber Pendapatan
2) Penggunaan Pembiayaan
3) Prinsip-Prinsip Pembiayaan Pendidikan
c. Pengorganisasian pembiayaan pendidikan di MA yang mencakup
1) Pihak yang terlibat
2) Struktur Organisasi
3) Pembagian Kerja
d. Pengawasan pembiayaan pendidikan di MA yang mencakup
1) Pihak Internal
2) Pihak Eksternal
e. Masalah yang terjadi pada pelaksanaan pembiayaan pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran di MA yang mencakup
1) Masalah Internal
2) Masalah Eksternal
f. Solusi dari pemecahan masalah yang terjadi pada pembiayaan pendidikan
dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di MA yang mencakup
1) Solusi yang sudah dilaksanakan MA
2) Solusi yang ditawarkan untuk MA sebagai alternatif pemecahan masalah

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran dan menganalisis tentang manajemen
pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran
pada MA.

b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran dan menganalisis tentang :
1) Perencanaan pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al Jawahir
Soreang
2) Pengorganisasian pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al
Jawahir Soreang
3) Pelaksanaan pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al Jawahir
Soreang
4) Pengawasan pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al Jawahir
Soreang
5) Masalah yang terjadi pada pembiayaan pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan
MA Al Jawahir Soreang
6) Solusi pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al Jawahir
Soreang

2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan hasanah
keilmuan berkaitan dengan manajemen pembiayaan pendidikan di MA
dengan studi kasus peningkatan mutu pembelajaran
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Kementerian Agama
Sebagai masukan yang membangun untuk meningkatkan
lembaga pendidikan yang dapat dikelola dengan baik (good
governance), sehingga meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
keuangan lembaga pendidikan menjadi lembaga pendidikan yang bersih
dari berbagai penyimpangan yang dapat merugikan pendidikan.
2. Bagi Madrasah Aliyah
Sebagai masukan yang membangun untuk meningkatkan
kualitas lembaga pendidikan, termasuk pendidik dan tenaga
kependidikan, penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan serta
pemerintah secara umum.

3. Bagi Bendahara
Sebagai masukan yang membangun dalam meningkatkan
penggalian sumber biaya lembaga pendidikan, menciptakan
pengendalian yang tepat sumber keuangan organisasi pendidikan,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan
lembaga pendidikan, meminimalkan penyalahgunaan anggaran
lembaga pendidikan dan mengatur dana-dana yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran.
4. Bagi Komite Madrasah
Sebagai masukan dalam membantu memutuskan kebijakan
madrasah.
5. Bagi Guru
Menambah wawasan mengenai manajemen pembiayaan
pendidikan dalam membantu memberikan masukan terhadap pihak
sekolah terutama berkaitan dengan program pembelajaran
6. Bagi Siswa
Menambah wawasan untuk memahami kegiatan madrasah
terutama mengenai pembuatan program-program dalam
pembelajaran
7. Bagi Peneliti dan Para Peneliti lainnya
a) Bagi Peneliti
Menambah wawasan penulis mengenai manajemen
pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran.
b) Bagi Para Peneliti lainnya
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau
dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian
yang sejenis.

C. Asumsi dan Pertanyaan Penelitian


1. Asumsi Penelitian
Pembiayaan pendidikan merupakan komponen yang esensial dan tidak
dapat terpisahkan dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar. Dalam
rangka pembentukan potensi sumber daya manusia (SDM), penggunaan
anggaran pendidikan yang efektif dan efisien diharapkan dapat menghasilkan
SDM yang tepat guna dan berhasil guna.
Hal ini sejalan dengan pendapat Levin (1987) dalam Az Mulyana
(2019 : 11) menjelaskan bahwa pembiayaan pendidikan merupakan salah satu
komponen yang sangat penting dalam fungsi manajemen, dimana pendapatan
dan sumberdaya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan
mengoperasionalkan proses belajar mengajar.
Langkah-langkah dalam pembiayaan pendidikan meliputi perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, monitoring, dan pelaporan. Hal ini sejalan dengan
pendapat dari J. Wiseman (1987) dalam Az Mulyana (2020 : 15) yang
menjelaskan bahwa administrasi pembiayaan minimal pembiayaan pendidikan
mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
Hal ini sejalan dengan teori George R. Terry,1958 dalam bukunya
Principles of  Management (Sukarna, 2011: 10) membagi (4) empat fungsi
dasarmanajemen,yaitu Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian
), Actuating (Pelaksanaan) dan Controlling (Pengawasan). Keempat fungsi
manajemen ini disingkat dengan POAC.
Langkah-langkah diatas diarahkan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Menurut Teori behavioristik sendiri dipelopori oleh Thorndike
(1913), Pavlov (1927) dan Skiner (1974) dalam Muhammad Fatah (2017 : 55)
menganggap bahwa belajar adalah tingkah laku yang dapat diamati yang
disebabkan oleh adanya stimulus dari luar. Berdasarkan hal tersebut maka teori
ini beranggapan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar ditunjukan dari
prilaku yang dapat di lihat, bukan dari apa yang ada dalam pikirannya
sedangkan dalam pembelajaran modern ini telah mengalami pergeseran, yang
mulanya berpusat pada guru menjadi berpusatkan pada siswa (Student
Centered).

2. Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana perencanaan pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran pada MA di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al
Jawahir Soreang ?
b. Bagaimana pengorganisasian pembiayaan pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran pada MA di MA Al Mua’wanah Majalaya
dan MA Al Jawahir Soreang ?
c. Bagaimana pelaksanaan pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran pada MA di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al
Jawahir Soreang ?
d. Bagaimana pengawasan pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran pada MA di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al
Jawahir Soreang?
e. Masalah yang terjadi pada pelaksanaan pembiayaan pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran pada MA di MA Al Mua’wanah Majalaya
dan MA Al Jawahir Soreang?
f. Solusi dari pemecahan masalah pembiayaan pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran pada MA di MA Al Mua’wanah Majalaya
dan MA Al Jawahir Soreang?

E. Prosedur Penelitian
1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian tentang manajemen pembiayaan pendidikan di MA dengan
studi kasus peningkatan mutu pembelajaran ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif. Alasan pemilihan metode kualitatif karena tujuan penelitian
ini cenderung untuk menjelaskan gambaran manajemen pembiayaan pendidikan
dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran. Hal ini tentu kurang bermakna
bila didekati dengan penelitian kuantitatif yang lebih menekankan pada
pembuktian hipotesis dengan menggambarkan fenomena melalui angka dan
statistika.
Penelitian ini menempatkan posisinya untuk mendapatkan gambaran yang
lebih komprehensif dengan memasuki ruang interaksi sehingga tergambarkan
tempat, pelaku dan aktivitasnya (place, actor and activities). Untuk mendapatkan
data yang bersifat menyeluruh dan mendalam diperlukan beberapa teknik
pengumpulan data.
2. Objek dan Sumber Data
Objek penelitian yang penulis teliti adalah manajemen pembiayaan
pendidikan dan mutu pembelajaran sedangkan sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Sumber data dalam penelitian
ini menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari
situs internet dari lembaga/ institusi yang kredibel sedangkan data primer adalah
data asli yang dikumpulkannya sendiri oleh penulis untuk menjawab masalah
risetnya secara khusus. Data primer dalam penelitian ini yaitu : Kepala Madrasah ,
Bendahara Madrasah, dan Siswa
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data yang akan
digunakan, yaitu: 1) Wawancara, 2) Observasi, 3) Dokumentasi sedangkan sumber
data dalam penelitian ini adalah meliputi semua orang yang terlibat dalam
kegiatan pembiayaan pendidikan di MA seperti : Kepala Madrasah , Bendahara
Madrasah, dan Siswa.

F. Landasan Teologis
Secara tersirat Allah SWT telah menyinggung masalah pembiayaan
dalam pendidikan sebagaimana dijelaskan dalam surah al-Mujadilah ayat 12-13
sebagai berikut: “Wahai orang yang beriman apabila kamu mengadakan
pembicaraan khusus dengan Rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah
(kepada orang miskin) sebelum (melakukan) pembicaraan itu. Yang demikian itu
lebih baik bagimu dan lebih bersih. Tetapi jika kamu tidak memperoleh (yang
akan disedekahkan) maka sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah
sebelum (melakukan) pembicaraan dengan Rasul? Tetapi jika kamu tidak
melakukannya dan Allah telah memberi ampun kepadamu, maka dirikanlah shalat
dan tunaikanlah zakat serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya! Dan Allah Maha
teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”.
Ayat (12) memberikan pelajaran kepada kita bahwa pendidikan itu tidak
gratis, akan tetapi membutuhkan dukungan finansial, bahkan dalam sebuah
riwayat berkaitan dengan ayat ini menjelaskan bahwa pendidikan itu jangan terlalu
murah (Seperti sabda Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib). Allah SWT
dalam ayat ini memberikan persyaratan kepada kaum muslimin yang hendak
bertanya (belajar) kepada Rasulullah SAW untuk mengeluarkan sedekah kepada
fakir miskin. Mengeluarkan sedekah dalam ayat ini bisa diasumsikan sebagai
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan seseorang yang mencari ilmu.
G. Landasan Filosofis
Penelitian ini juga berangkat dari aliran filsafat pendidikan yaitu
pragmatisme. Pragmatisme menekankan bahwa pengalaman sebagai dasar
pendidikan. Pragmatisme juga beranggapan bahwa yang benar itu adalah yang
mempunyai konsekuensi praktis atau bisa diaplikasikan. Sedangkan yang tidak
bisa diaplikasikan, dalam pandangan pragmatisme merupakan hal yang tidak
benar. Kebenaran praktis ini disesuai dengan pendapat masyarakat. karena kondisi
sosial selalu berubah, tidak tetap, maka pragmatisme menolak kebenaran absolut.
Kebenaran itu relatif berdasarkan ksepakatan masyarakat dalam konteks dan
waktu tertentu. Pragmatisme menekankan demokrasi dan pemecahan masalah
dalam pengalaman belajar peserta didik. Pemberian materi terhadap peserta didik
haru memperhatikan kecenderungan peserta didik dan kebutuhan masyarakat,
pembelajaran tidak hanya dilakukan di kelas, tetapi juga bisa lewat pengalaman
langsung di masyarakat.
H. Landasan Teori
1. Teori Manajemen
George R. Terry (1958) membagi empat fungsi dasar manajemen, yaitu
Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating
(Pelaksanaan/Penggerakan) dan Controlling (Pengawasan). Keempat fungsi
manajemen ini disingkat dengan POAC.:
a. Planning (Perencanaan)
Perencanaan dapat berarti meliputi tindakan memilih dan
menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta menggunakan asumsiasumsi
mengenai masa yang akan datang dalam hal memvisualisasikan serta
merumuskan aktivitas-aktivitas yang diusulkan yang dianggap perlu untuk
mencapai hasil-hasil yang diinginkan.
Perencanaan berarti menentukan sebelumnya apa yang harus
dilakukan dan bagaimana cara melakukannya. Untuk memperoleh
perencanaan yang kondusif, perlu dipertimbangkan beberapa jenis kegiatan
yaitu; 1) Self-audit atau menentukan keadaan organisasi sekarang, 2) Survey
terhadap lingkungan, 3) Objektives atau menentukan tujuan, 4) Forecasting
atau ramalan keadaan-keadaan yang akan datang, 5) Melakukan tindakan-
tindakan dan sumber pengerahan 6) Evaluate atau pertimbangan tindakan-
tindakan yang diusulkan, 7) Revise and adjust atau Ubah dan sesuaikan
rencana-rencana sehubungan dengan hasil-hasil pengawasan dan keadaan-
keadaan yang berubah-ubah. 8) Communicate atau berhubungan terus
selama proses perencanaan.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokkan, dan
penyusunan macam-macam kegiatan yang dipeelukan untuk mencapai
tujuan, penempatan orang-orang (pegawai), terhadap kegiatan-kegiatan ini,
penyediaan faktor-faktor physik yang cocok bagi keperluan kerja dan
penunjukkan hubungan wewenang, yang dilimpahkan terhadap setiap orang
dalam hubungannya dengan pelaksanaan setiap kegiatan yang diharapkan.
Terry juga mengemukakan tentang azas-azas organizing, sebagai
berikut, yaitu : 1) The objective atau tujuan. 2) Departementation atau
pembagian kerja. 3) Assign the personel atau penempatan tenaga kerja. 4)
Authority and Responsibility atau wewenang dan tanggung jawab. 5)
Delegation of authority atau pelimpahan wewenang.

c. Actuating (Pelaksanaan/Penggerakan)
Penggerakan adalah membangkitkan dan mendorong semua
anggota kelompok agar supaya berkehendak dan berusaha dengan keras
untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan
dan usaha-usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.
d. Controlling (Pengawasan)
Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa
yang harus dicapai yaitu standard, apa yang sedang dilakukan yaitu
pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bilaman perlu melakukan
perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana,
yaitu selaras dengan standard (ukuran). George R. Terry
mengemukakan proses pengawasan sebagai berikut, yaitu: 1)
Determining the standard or basis for control (menentukan standard
atau dasar bagi pengawasan). 2) Measuring the performance (ukuran
pelaksanaan). 3) Comparing performance with the standard and
ascerting the difference, it any (bandingkan pelaksanaan dengan
standard dan temukan jika ada perbedaan). 4) Correcting the deviation
by means of remedial action (perbaiki penyimpangan dengan cara-cara
tindakan yang tepat).
Menurut pendapat ahli di atas serta fungsi manajemen menurut
George R. Terry, maka dengan ini dapat menyimpulkan bahwa
manajemen adalah kegiatan yang bersifat pengelolaan dengan
melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
pengkoordinasian, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai sasaran
secara efektif dan efesien.
2. Teori Biaya
Teori selanjutnya yaitu mengenai biaya satuan (unit cost) yang dalam
penelitian ini adalah menjadi fokus utama. Biaya satuan (unit cost) dalam
dunia pendidikan belum begitu banyak yang membahasnya padahal biaya
satuan ini menjadi sangat penting dalam penentuan biaya untuk setiap siswa
dalam menyelesaikan pendidikannya.
Secara sederhana biaya satuan dihitung hanya dengan membagi seluruh
jumlah pengeluaran sekolah dengan jumlah siswa yang aktif pada tahun
tertentu. Selanjutnya, menurut Enoch (1995 : 239) “Biaya satuan menyatakan
jumlah pengeluaran yang dipergunakan oleh setiap murid dalam suatu tahun
tertentu, baik dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, atau hanya pada
tingkatan dan jenis pendidikan tertentu, atau mungkin saja dalam sekolah
tertentu saja.”
Dari uraian tersebut mengenai pengertian biaya satuan (unit cost) dapat
ditarik kesimpulan bahwa biaya satuan (unit cost) pendidikan adalah biaya
rata-rata yang dikeluarkan oleh setiap siswa dalam kurun waktu tertentu untuk
mendapatkan pendidikan. Biaya satuan (unit cost) dapat dijadikan standar
dalam pemenuhan kebutuhan untuk setiap siswa di sekolah.
3. Teori Mutu
Berbicara tentang mutu berarti berbicara tentang sesuatu bisa barang
atau jasa. Barang yang bermutu adalah barang yang bernilai bagi seseorang,
barang tersebut secara fisik sangat bagus, indah elegant, mewah, antik, tidak
ada cacatnya, awet, kuat, dan ukuran-ukuran lainya yang biasanya berhubungan
dengan kebaikan (Goodness), keindahan (Beauty), kebenaran (Truth), dan
idealitas. Hampir semua orang ingin memilikinya tetapi hanya sedikit saja yang
dapat menjangkaunya, karena harganya biasanya sangat mahal. Jasa yang
bermutu adalah pelayanan yang diberikan seseorang atau organisasi yang
sangat memuaskan, tidak ada keluhan bahkan orang-orang tidak akan segan-
segan memuji dan memberi acungan jempol
Mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukan kemampuanya dalam memuaskan
kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat.
Hal ini sejalan dengan Deming (1968) dalam Salis (2015 : 23), Mutu
ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan
yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai pangsa pasar karena
hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga
menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa puas,
maka mereka akan setia dalam membeli produk perusahaan baik berupa
barang maupun jasa sehingga jika dilihat berdasarkan target konsumen
“mutu terdiri dari kapasitas untuk memenuhi kepuasan pelanggan”
Dalam teori mutu dari Deming (1968) dalam Salis (2015 : 25) dijelaskan
bahwa model perbaikan berkesinambungan yang dikembangkan oleh W.
Edward Deming yang terdiri atas empat komponen utama secara berurutan
yang dikenal dengan siklus PDCA “Plan-Do-Check-Act”. Penjelasan dari
setiap siklus PDCA tersebut ialah sebagai berikut:
a) Mengembangkan rencana perbaikan “plan”
b) Melaksanakan rencana “do”
c) Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai “check atau study”
d) Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan “action”

4. Teori Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hal ini sejalan dengan Teori
behavioristik yang dipelopori oleh Skiner (1974) dalam Fatah (2017 : 55)
menganggap bahwa belajar adalah tingkah laku yang dapat diamati yang
disebabkan oleh adanya stimulus dari luar. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon.Berdasarkan hal tersebut maka teori ini
beranggapan bahwa seseorang dapat dikatakan belajar ditunjukan dari prilaku
yang dapat di lihat, bukan dari apa yang ada dalam pikirannya sedangkan
dalam pembelajaran modern ini telah mengalami pergeseran, yang mulanya
berpusat pada guru menjadi berpusatkan pada siswa (Student Centered).
Aplikasi teori behavioristik 1) Mementingkan Pengaruh Lingkungan 2)
Mementingkan bagian-bagian 3) Mementingkan Peranan Reaksi 4)
Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respons 5) Mementingkan perana kemampuan yang telah terbentuk
sebelumnya 6) Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan
pengulangan 7) Hasil belajar yang dicapai ialah munculnya perilaku yang
diinginkan
Ciri – ciri teori behavioristik Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan
manusia bukan dari kesadarannya, melainkan mengamati perbuatan dan
tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalamanpengalaman batin di
kesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab itu,
behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa. Kedua, segala perbuatan
dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling
sederhana yakni perbuatanperbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks.
Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia
dianggap sesuatu yang kompleks refleks atau suatu mesin. Ketiga,
behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah
sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia hanya
makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat
mempengaruhi reflek keinginan hati.

I. Pendekatan dan Metode Penelitian


Penelitian tentang manajemen pembiayaan pendidikan di MA (Studi Kasus
Peningkatan Mutu Pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA Al
Jawahir Soreang) ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan desain
studi kasus. Alasan pemilihan metode kualitatif karena tujuan penelitian ini
cenderung untuk menjelaskan gambaran manajemen pembiayaan pendidikan
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini tentu kurang bermakna bila
didekati dengan penelitian kuantitatif yang lebih menekankan pada pembuktian
hipotesis dengan menggambarkan fenomena melalui angka dan statistika.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, maksudnya adalah suatu
metode dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci
dengan tujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai
objek yang diteliti.
J. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari observasi.
wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi
Observasi, dengan mengamati secara langsung maupun tidak langsung terhadap
objek penelitian yaitu mutu pembelajarasan di MA Al Mua’wanah Majalaya
dan MA Al Jawahir Soreang
2. Wawancara
Wawancara dengan cara bertanya langsung secara mendalam kepada
responden/informan yaitu : Kepala Madrasah Aliyah, Bendahara dan Siswa.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian adalah dokumen undang-
undang dari Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama, dokumen
pembiayaan dan mutu pembelajaran di MA Al Mua’wanah Majalaya dan MA
Al Jawahir Soreang

K. Temuan Penelitian
1. Temuan Penelitian di MA Al Mua’wanah Majalaya
a. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan
1) Biaya Investasi
Biaya investasi pendidikan di MA Al Mua’wanah Majalaya
meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Alokasi biaya
investasi di MA Al Mua’wanah Majalah dalan selama 3 (tiga)
tahun terakhir

Tabel 4.1 Alokasi biaya investasi di MA Al Mua’wanah


Majalah dalan selama 3 (tiga) tahun terakhir

Jumlah
2020 2021 2022
No. Investasi
1. Pengembangan 250.000.000 350.000.00 500.000.000
Sarana dan 0
Prasarana
2. Pengembangan 25.000.000 30.000.000 35.000.000
Tenaga
Pendidik
3. Pengembangan 20.000.000 25.000.000 30.000.000
Tenaga
Kependidikan
4. Modal Kerja 100.000.000 150.000.00 200.000.000
0
Total 395.000.000 555.000.00 765.000.000
0

Sumber : Dokumen Standar Pembiayaan di MA Al Mua’wanah


Majalaya, 2022
2) Biaya Personal
Dari hasil wawacara, observasi, dan dokumentasi dapat
dijelaskan bahwa biaya personal di MA Al Mua’wanah biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Dalam pengembangan rencana biaya personal, draf rencana
biaya personal yang telah disusun tersebut nantinya akan diusulkan
kepada pihak yayasan untuk disetujui. Setelah draf rencana
biaya personal diusulkan kepada pihak yayasan langkah
selanjutnya yaitu pembahasan biaya personal antara kepala
madrasah dan ketua Yayasan Al Mu’awanah Majalaya, jika
dalam rapat tersebut dikehendaki adanya perubahan atau revisi
maka kepala madrasah dan bendahara madrasah harus melakukan
revisi atau perbaikan biaya personal terlebih dahulu.
Alokasi biaya personal yang telah diperbaiki nantinya akan
disahkan atau disetujui untuk dilaksanakan. Pengesahan alokasi
biaya personal dilakukan oleh kepala madrasah dan ketua
yayasan. Alokasi biaya personal di MA Al Mua’wanah untuk setiap
siswa baru tahun 2022 dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini
Tabel 4.2 Alokasi Biaya Personal Siswa Berstatus Santri di
MA Al Mua’wanah Tahun 2022

No. Personal Jumlah (Rp)

1. Uang Pangkal 500.0000

2. Uang Sumbangan Pembangunan 1.500.000

3. Infaq Pembangunan Mesjid 1.000.000

4. Biaya Bulanan (Makan + Biaya 750.000


Pendidikan dan Asrama)

5. Biaya Agenda Tahunan + 2.500.000


Ekstrakurikuler

6. Perlengkapan Santri 3.875.000

7. Uang Buku 1.380.000

8. SPP/Bulan 250.000

Total 11.755.000

Sumber : Brosur PPDB MA Al Mua’wanah, 2022

Tabel 4.3 Alokasi Biaya Personal Siswa Berstatus Non Santri


di MA Al Mua’wanah Tahun 2022

No. Personal Jumlah (Rp)

1. Uang Pangkal 500.0000


2. Uang Sumbangan Pembangunan 1.500.000

3. Infaq Pembangunan Mesjid 1.000.000

4. Uang Buku 1.380.000

5. SPP/Bulan 250.000

Total 9.130.000

Sumber : Brosur PPDB MA Al Mua’wanah, 2022

Dari tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa biaya personal


untuk siswa berstatus santri dan non santri terdapat perbedaan
beberapa komponen untuk siswa yang non santri tidak dikenakan
biaya bulanan (makan + biaya pendidikan dan asrama), biaya agenda
tahunan + ekstrakurikuler, dan biaya perlengkapan santri.
Bentuk-bentuk pembukuan atau pencatatan keuangan
yang digunakan di MA Al Mua’wanah Majalaya meliputi buku
kas umum, buku pembantu kas, buku pembantu bank, buku
penerimaan gaji, laporan keuangan, faktur, dan juga buku
tabungan.
Format buku kas umum yang digunakan oleh MA Al
Mua’wanah Majalaya memuat tanggal, no. kode, no. bukti, uraian,
penerimaan, pengeluaran, dan saldo. Fungsi buku kas umum adalah
mencatat penerimaan dan pengeluaran setiap hari, selain itu juga
memuat saldo setiap akhir bulannya.
Buku kas umum ini dicatat dan dilaporkan setiap
bulannya kepada kepala madrasah. Melalui buku kas umum ini
kepala madrasah dapat mengetahui berapa penerimaan dan
pengeluaran madrasah.
Buku pembantu kas di MA Al Mua’wanah Majalaya ini
dimaksudkan untuk membantu pencatatan baik itu penerimaan
maupun pengeluaran. Sama halnya dengan buku kas umum
tapi dalam buku pembantu kas ini lebih berfungsi untuk
membantu pencatatan sebelum dipindahkan ke buku kas umum.
Dalam buku pembantu kas terdapat kolom debit untuk saldo
penerimaan dan kolom kredit untuk pengeluaran. Buku pembantu
kas ini biasanya digunakan pada saat dana BOS belum diterima
oleh madrasah.

3)Biaya Operasi
MA Al Mua’wanah termasuk MA yang menerima Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dengan jumlah siswa 353 orang, setiap siswa
mendapatkan dana BOS sebesar Rp. 1.500.000 sehingga MA Al
Mua’wanah Majalaya mendapatkan dana BOS Tahun 2022 sebesar 353
orang X Rp. 1.500.000 = Rp. 529.500.000 yang dicairkan dalam dua tahap,
tahun ini MA Al Mua’awanah baru mendapatkan dana BOS Tahap 1 yaitu
sebesar Rp. 264. 750.000. Alokasi biaya operasi MA Al Mua’wanah
Majalaya Tahun 2022 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.4 Alokasi Biaya Operasi di MA Al Mua’awanah Majalaya


Tahun 2022

No. Biaya Operasi Jumlah (Rp/Tahun)

1. Biaya Operasi Personalia Rp 35.750.000/bulan X


a. Honor Guru dan Tenaga 12 Bulan =
Kependidikan (Jumlah Guru X Rp. Rp. 429.000.000
750.000 + Jumlah Tenaga
Kependidikan X Rp. 300.000 = (45
Guru X Rp. 750.000) + (5 Tenaga
Kependidikan X Rp. 400.000) = Rp.
35.750.000/bulan

2. Biaya Operasi Non Personalia


Rp.3.000.000/bulan X
a.Alat Tulis Kantor (ATK) = Rp 12 Bulan =
3.000.000/bulan Rp. 36.000.000

Rp. 2.500.000/bulan X
b.Daya dan Jasa = Rp. 2.500.000/bulan 12 Bulan =
Rp. 30.000.000
Rp 1.000.0000/bulan X
c. Pembinaan Siswa/Ekskul = Rp. 12 Bulan = Rp.
1.000.000/bulan 12.000.0000
Rp. 2.000.000/bulan X
d. Bahan Habis Pakai = Rp.
12 Bulan =
2.000.000/bulan
Rp. 24.000.000

Total Rp. 531.000.000

Sumber : Dokumen Standar Pembiayaan, 2022


Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dijelaskan MA Al Mua’wanah
membuat alokasi biaya operasi tahun 2022 sebesar Rp. 531.000.000 yang
diterdiri dari dua komponen yaitu komponen biaya operasi personalia
untuk honor guur dan tenaga kependidikan sebesar Rp. 429.000.000 dan
biaya operasi non personalia sebesar Rp.102.000.000 sehingga MA Al
Mua’wanah kekurangan dana untuk biaya operasi Rp. 1.500.000, karena
dana BOS tahun ini mendapatkan Rp. 529.500.000/tahun – Rp
531.000.000/tahun. Kekurangan dana tersebut diambil dari biaya personal
siswa dari komponen uang pangkal/siswa.

b. Pengorganisasian Pembiayaan Pendidikan


1) Pihak yang terlibat
Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi
ditemukan bahwa pihak yang terlibat dalam pembiayaan
pendidikan adalah Ketua Yayasan, Bendahara Yayasan, Kepala
Madrsah, Komite Madrasah, Bendahara Madrasah.
Sebelum tahun ajaran baru dimulai pihak yang terlibat
dalam pembiayaan pendidikan di MA Al Mua’wanah Majalaya
mengadakan rapat pleno madrasah sebagai salah satu kegiatan
perencanaan dalam pembiayaan pendidikan terkait dengan
pembahasan RAPBM.
Rapat tersebut juga dihadiri oleh 10 dewan guru dan
58 orang tua siswa MA MA Al Mua’wanah Majalaya.Tidak seperti
biasanya rapat pleno yang dilaksanakan diikuti Wali Siswa dan
Pengurus Komite. Untuk menjaga jarak karena virus Covid-19
maka rapat pleno dilaksanakan tidak seperti biasanya yaitu selama
2 hari dari Tanggal 11 September 2020 kelas X dan Tanggal 12
September 2020 sesi 1 kelas XI sesi 2 kelas XII dengan
mempertimbangkan keselamatan.

2) Struktur Organisasi
Dari hasi wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat
dijelaskan bahwa struktur organisasi pembiayaan pendidikan di MA
Al Mua’wanah Majalaya terlihat pada gambar dibawah ini

KETUA YAYASAN
K.H. Ade Tamim

BENDAHARA YAYASAN
Imas Siti Rajab, M.Kom

KEPALA MADRASAH KOMITE MADRASAH


I’i Ismail Marzuki, S.Pd H. Taufik Hirji, Lc

BENDAHARA MADRASAH

Gambar
Mutia Nur4.1.
Imani

Gambar 4.1
Struktur Organisasi
Pembiayaan Pendidikan di MA Al Mua’wanah Majalaya

Berdasarkan gambar 4.1 diatas dapat dijelaskan Kepala


Madrasah dan Bendahara Madrasah selalu mengikutsertakan Komite
Madrasah, dan Pengurus Yayasan setiap membuat kebijakan sekolah.
Komite madrasah di MA Al Mua’wanah Majalaya memegang
peranan penting dalam pembiayaan pendidikan yaitu menciptakan
kondisi transparan, akuntabilitas dan demokratis dalam penyelenggaraan
dan pelayanan pendidikan yang bermutu.
3) Pembagian Kerja
Dari hasi wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat
dijelaskan bahwa pembagian kerja pembiayaan pendidikan di MA Al
Mua’wanah Majalaya dilihat dari struktur organisasinya yaitu

a) Ketua Yayasan
(1) Menjalankan Visi dan misi Yayasan sesuai dengan Anggaran
Dasar.
(2) Memberikan wewenang kepada para ketua divisi sehubungan
dengan hal-hal yang berkaitan dengan ruang lingkup masing-
masing divisi
(3) Berhak mendelegasikan kepada salah satu pengurus Harian dalam
melakukan hubungan dengan pihak-pihak di luar Yayasan.
(4) Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh anggota dan pengurus
Yayasan.
(5) Mengkoordinasikan program kerja Yayasan baik perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, maupun pertanggungjawaban.

a) Bendahara Yayasan
(1) Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan Yayasan.
(2) Membuat laporan keuangan secara periodik dan secara tertulis
yang disampaikan secara berkala.
(3) Menyusun dan mengatur anggaran dengan mengkoordinasikan
kepada Ketua Yayasan.
(4) Mengatur pencatatan, penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran
keuangan, surat-surat berharga, bukti kas yang berhubungan
dengan kegiatan Yayasan dan dlaporkan secara transparan.
(5) Mempunyai hak bertanya dan menyelenggarakan audit keuangan
pada setiap kepanitiaan.
(6) Bertanggung jawab kepada Ketua Yayasan.
b) Kepala Madrasah
Tugas Kepala MA Al Mua’wanah yaitu : merencanakan,
mengelola, memimpin, dan mengendalikan program dan komponen
penyelenggaraan pendidikan pada Madrasah berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat meliputi :
a. standar kompetensi lulusan;
b. standar isi;
c. standar proses;
d. standar pendidik dan tenaga kependidikan;
e. standar sarana dan prasarana;
f. standar pengelolaan;
g. standar pembiayaan; dan
h. standar penilaian.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka tugas Kepala Madrasah
di MA Al Mua’wanah Majalaya berkaitan dengan pembiayaan
pendidikan dan mutu pembelajaran yaitu : merencanakan,
mengelola, memimpin, dan mengendalikan program dan komponen
penyelenggaran pendidikan yang terfokus pada standar proses dan
pembiayaan
c) Komite Madrasah
Tugas Pokok 
(1) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijaksanaan penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
(2) Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
(3) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran di sekolah.
(4) Mediator antara pemerintah (eksekutif) dan dengan masyarakat di
sekolah.
Fungsi
(2) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
(3) Melakukan kerjasama dengan masyarakat
(perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah
berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
(4) Menampung dan menganalisa aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
(5) Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada
sekolah mengenai :
a. Kebijakan dan program pendidikan.
b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Madrasah
(RAPBM).
c. Kriteria kinerja sekolah.
d. Kriteria tenaga pendidikan.
e. Kriteria fasilitas pendidikan.
f. Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.
(6) Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan
pendidikan.
(7) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
(8) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di sekolah

c. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan

1) Sumber Pendapatan
Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat
dijelaskan bahwa kebutuhan dana di MA Al Mua’wanah untuk
kegiatan operasinal secara rutin dan pengembangan program
sekolah secara berkelanjutan sangat dirasakan setiap pengelola
lembaga pendidikan. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan
madrasah semakin banyak dana yang dibutuhkan. Untuk itu
kreativitas setiap pengelola sekolah dalam menggali dana dari
berbagai sumber akan sangat membantu kelancaran pelaksanaan
program sekolah baik rutin maupun pengembangan di lembaga
yang bersangkutan.
Berdasarkan tuntutan kebutuhan di madrasah tersebut
utamanya kebutuhan pengembangan pembelajaran yang sangat
membutuhkan biaya yang relatif banyak, maka sumber pendapatan
di madrasah ini diupayakan dari berbagai pihak seperti orangtua,
pihak swasta, pemerintah agar membantu penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, disamping sekolah perlu melakukan usaha
mandiri yang bisa menghasilkan dana.
2) Penggunaan Pembiayaan
Pelaksanaan pembiayaan pendidikan di MA Al
Mua’wanah Majalaya telah menganut prinsip pembiayaan
pendidikan yang efektif, maksudnya adalah alokasi dana yang
ada digunakan sesuai dengan visi dan misi madrasah. Untuk
meningkatkan mutu pendidikan secara terus menerus sesuai visi
dan misi dana yang ada sebagian besar dialokasikan untuk
program madrasah. sedangkan penggunaan prinsip efisien
maksudnya adalah MA Al Mua’wanah Majalaya dalam
peningkatan mutu pembelajaran mampu menekankan biaya,
terutama biaya yang dibebankan kepada orang tua siswa.
Buku penerimaan gaji di MA Al Mu’awanah
Majalaya dibuat untuk mencatat gaji para guru dan karyawan yang
telah dibayarkan. Gaji para guru dan karyawan ini diberikan setiap
satu bulan sekali. Setiap guru dan karyawan menerima gaji
sesuai dengan beban kerja yang dibebankan kepada guru dan
karyawan tersebut.
Guru dan karyawan diharuskan memberikan tanda
tangan rangkap dua sebagai bukti bahwa guru atau karyawan
tersebut telah menerima gaji pada setiap bulannya.
Buku pembantu bank di MA Mua’wanah Majalaya dibuat
untuk memudahkan pencatatan transaksi yang berhubungan
dengan penggunakan jasa bank. Pembukuan rekening bank
sangat diperlukan karena melalui rekening milik madrasah dana
BOS dapat dicairkan. Buku pembantu bank ini dibuat setiap satu
bulan sekali sebagai laporan.
Format buku pembantu bank yang digunakan adalah
tanggal, no. kode, no. bukti, uraian, debit untuk penerimaan,
kredit untuk pengeluaran, serta saldo.Laporan keuangan di MA Al
Mua’wanah Majalaya dibuat setiap bulan. Laporan keuangan
ini dibuat dengan format nomor, tanggal dan nama transaksi,
debit, kredit, dan saldo. Laporan keuangan ini akan dilaporkan
setiap bulannya kepada kepala madrasah untuk memudahkan
kepala madrasah dalam mengontrolkeuangan madrasah
mengenai penerimaan dan pengeluaran madrasah setiap
bulannya.

3) Prinsip-Prinsip Pembiayaan Pendidikan


Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat
dijelaskan bahwa prinsip pembiayaan pendidikan yang diterapkan
di MA Al Mua’wanah menerapkan prinsip tanggung jawab. Pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan pembiayaan pendidikan harus
bertanggungjawab dalam melaporkan dalam bentuk laporan
pertanggungjawaban kepada Yayasan dan Kemenag Kabupaten
Bandung.
Koordinisi Bendahara Madrasah dengan Kepala Madasah
harus terjalin dengan baik didalam mengatur segala bentuk
keuangan di madrasah, karena bendahara adalah membantu kepala
madrasah dalam menyusun, mengelola dan mempertanggung
jawabkan semua pengeluaran keuangan sekolah, hal tersebut
merupakan bentuk transparansi dalam pengelolaan keuangan dalam
sebuah lembaga. Namun demikian prinsip transparansi dan
kejujuran dalam pertanggung jawaban tersebut harus tetap
dijunjung tinggi. Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan
dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen
pendidikan.
Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah
merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya
kegiatan belajar-mengajar di sekolah bersama dengan komponen-
komponen yang lain. Dengan kata lain setiap kegiatan yang
dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik itu disadari maupun
yang tidak disadari. Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu
dikelola sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan
pendidikan. Hal ini penting, terutama dalam rangka MBS, yang
memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mencari dan
memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan kebutuhan
masing-masing sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan
selalu dihadapkan pada masalah keterbatasan dana.
c. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan
1) Pihak Internal
Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi ditemukan
bahwa pengawasan keuangan merupakan salah satu tahapan dalam
manajemen pembiayaaan pendidikan di MA Al Mua’awanah yang
berfungsi sebagai kontrol atas perencanaan dan pelaksanaan keuangan
madrasah.
Pengawasan keuangan perlu dilakukan sebagai bentuk wujud
transparansi keuangan madrasah, melalui pengawasan keuangan ini
pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemerintah, dan yayasan
dapat mengetahui kondisi keuangan di MA Al Mua’wanah.
Pengawasan keuangan ini dilakukan untuk mengetahui
kebenaran keuangan dengan cara melakukan pemeriksaan antara
pelaksanaan dan perencanaan keuangan.
Pengawasan keuangan secara internal dilakukan oleh kepala
madrasah setiap satu bulan sekali, dengan melakukan
pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
bendahara.Sedangkan pengawasan keuangan secara ekternal dilakukan
oleh ketua yayasan dan pemerintah.
Pengawasan oleh ketua yayasan dilakukan setiap satu tahun
sekali, sedangkan pengawasan keuangan oleh pemerintah dalam hal
ini adalah kementrian agama dilakukan setiap tri wulan sekali.
Pengawasan keuangan bertujuan untuk memastikan bahwa dana yang
sudah dianggarkan benar-benar dibelanjakan dengan semestinya.

2) Pihak Eksternal
Dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat dijelaskan
bahwa pengawasan secara ekternal yang dilakukan oleh pemerintah
dilaksanakan setiap satu semester sekali, dan pengawasan yang
dilakukan oleh ketua yayasan dilaksanakan setiap satu tahun sekali.
Melakukan kegiatan pemeriksaan tidak selalu sesuai dengan rencana,
ada kemungkinan pada pertengahan tahun terdapat salah satu
pembiayaan yang tidak sesuai dengan rencana.
Melalui proses pengawasan ini para pengawas keuangan baik
pengawas internal maupun pengawas ekternal dapat menentukan apa
saja yang tidak sesuai dengan rencana. Setelah ditemukannya
penyimpangan atau ketidaksesuaian antara rencana dan
pelaksanaan maka pengawas keuangan harus mampu menemukan
solusi atau penyelesaian atas masalah tersebut.
Kepala madrasah sebagai pengawas keuangan bertanggungjawab
dalam pengambilan keputusan untuk penyelesaian masalah yang
ada. Pengambilan keputusan terkait dengan keuangan tidak
dilakukan oleh kepala madrasah saja akan tetapi kepala
madrasah berdiskusi dulu bersama ketua yayasan.
Tahapan selanjutnya yaitu pelaksanaan pengawasan,
pelaksanaan pengawasan dapat pula diartikan sebagai kegiatan
membandingkan antara yang sebenarnya terjadi dengan standar yang
telah ditetapkan, pengawasan keuangan dilakukan oleh pihak internal
dan juga pihak ekternal.

d. Masalah dalam Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan


1) Masalah Internal
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi di MA
Al Mua’wanah dapat dijelaskan bahwa permasalahan internal yang pada
pembiayaan pendidikan di MA Al Mua’wanah yaitu: 1) kesejahteraan
guru; 2) kemampuan guru; 3) sarana kelas; dan 4) buku-buku pelajaran.
Keempat komponen tersebut dalam penyusunan perencanaan pembiayaan
memerlukan skala prioritas dalam mendapatkan alokasi biaya.
2) Masalah Eksternal
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat
dijelaskan bahwa di MA Al Mua’wanah, masalah eksternal pembiayaan
pendidikan, seperti keadaan ekonomi orang tua murid, aspirasi keluarga
sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi-prestasi siswa.
Madrasah-madrasah yang memiliki orang tua murid dengan
lingkungan keluarga mampu mempunyai fasilitas yang bermutu, guru
lebih berkemampuan menciptakan pengelolaan belajar baik, yang
memungkinkan siswa belajar lebih baik dan pada akhirnya prestasi
muridnya jauh lebih baik.
Masalah mahalnya biaya pendidikan tidak hanya pendidikan di
perguruan tinggi, melainkan juga biaya pendidikan di madrasah dasar
sampai madrasah menengah ke atas walaupun sekarang ini madrasah
sudah mendapat bantuan operasional madrasah (BOS). Namun
semuanya masih belum mencukupi biaya pendidikan bagi masyarakat
yang kurang mampu. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya
investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
e. Solusi dari Pemecahan Masalah yang terjadi Pada Pembiayaan
Pendidikan Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MA Al
Mua’wanah Majalaya
1) Solusi yang sudah dilaksanakan MA Al Mua’wanah Majalaya
Pertama diperlukan kejujuran dan rencana yang strategis dari
jajaran birokrasi pendidikan,untuk mengimplementasikan biaya
pendidikan pada program pembiayaan pendidikan Gratis (Murah) bagi
masyarakat.
Kedua, dalam madrasah (dunia pendidikan) harus dibersihkan
dari berbagai biaya pungutan, seperti biaya LKS,biaya seragam,biaya
uang gedung,biaya ektrakulikuler,dll. Oleh karena itu harusnya,program
pemberantasan korupsi harus bisa menyentuh dunia pendidikan
terutama dimadrasah-madrasah.
Ketiga, kebijakan dari bidang pendidikan yang menyepakati
program kapasitasi pendidikan harus diberhentikan/dihapus.
Selanjutnya untuk mengatasi anggapan masyarakat yang
menganggap bahwa mahalnya biaya pendidikan karena adanya praktik
korupsi yang dilakukan pejabat dan birokrasi madrasah solusi yang
kiranya perlu dilakukan oleh madrasah adalah di setiap akhir tahun
madrasah perlu menyampaikan laporan tentang keuangan kepada wali
murid (orang tua siswa) baik uang masuk maupun pengeluaran uang
madrasah.
Dalam penyampaian laporan perlu disertai bukti atau kwitansi
yang jelas (sah),sehingga wali murid (orang tua siswa) dapat percaya
bahwa tidak ada penyelewengan dana.

2) Solusi yang ditawarkan untuk MA Al Mua’wanah Majalaya


Pembiayaan pendidikan yang efektif dan efisien merupakan
tanggung jawab bersama, baik Pemerintah maupun masyarakat. Perlu
dibangun rasa saling percaya, baik internal maupun antara Pemerintah
dengan masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat itu sendiri dapat
ditumbuhkan.
Keterbukaan, partisipasi, akuntabilitas dalam penyelenggaraan
pendidikan mulai dari perencanaan, pelak sanaan dan pengawasan
menjadi kata kunci untuk mewujudkan efektivitas pembiayaan
pendidikan. Biaya pendidikan di Indonesia saat ini tidak murah lagi jika
dilihat dari penghasilan rakyat Indonesia setiap harinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan pendidikan
madrasah dipengaruhi oleh: 1) kenaikan harga (rising prices); 2)
perubahan relatif dalam gaji guru (teacher’s sallaries); 3) perubahan
dalam populasi dan kenaikannya prosentasi anak di madrasah negeri; 4)
meningkatnya standar pendidikan (educational standards); 5)
meningkatnya usia anak yang meninggalkan madrasah; dan 6)
meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi (higher
education).
2. Temuan dari MA Al Jawahir Soreang Kabupaten Bandung
a. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan
Perencanaan merupakan suatu proses penentuan tujuan atau sasaran
yang hendak dicapai dalam menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan
untuk mencapai tujuan yang efisien dan seefektif mungkin dilakukan oleh
MA Al Jawahir Soreang melakukan perencanaan keuangan yang melibatkan
orang tua siswa, komite madrasah dan masyarakat desa. Sebelum perencanaan
keuangan Madrasah dibuat, dari pihak Yayasan memberikan surat
pemberitahuan kepada orang tua siswa untuk hadir dalam perencanaan
anggaran keuangan Madrasah. Ada beberapa hal yang dilakukan MA Al
Jawahir Soreang dalam melaksanakan perencanaan pembiayaan pendidikan
diantaranya:

1) Biaya Investasi
Perencanaan pembiayaan dalam rangka meningkatkan mutu
pembelajaran dialokasikan pada standar proses. Perencanaan pembiayaan
standar proses berjumlah Rp 19.192.000 yang diperoleh dari dana BOS Rp
19.192.000 diarahkan bagi peningkatan kualitas perangkat pembelajaran di
MA Al Jawahir Soreang.
Beberapa perencanaan di atas menunjukkan MA Al Jawahir Soreang
mengarahkan kegiatan pembiayaan bagi peningkatan mutu pembelajaran baik
akademik maupun non akademik, fisik maupun non fisik bagi terciptanya
lembaga pendidikan yang berkualitas. MA Al Jawahir Soreang juga
memfokuskan perencanaan pembiayaan untuk mempertahankan kualitas
perpustakaan dengan memposting perkembangan perpustakaan, karena
perpustakaan merupakan sumber utama dalam meningkatkan mutu Madrasah
dan MA Al Jawahir Soreang memiliki prestasi memuaskan yaitu juara
pertama tingkat kabupaten dalam pengelolaan perpustakaan.
Hasil akhir rapat tahunan berupa pengeluaran dan pendapatan atau
penerimaan yang kemudian disusun menjadi rencana biaya pendidikan.
Sumber pendapatan atau penerimaan dana yang diterima oleh MA Al Jawahir
Soreang berupa penerimaan rutin dan penerimaan non rutin. Pendapatan ini
biasanya berasal dari siswa, yayasan, pemerintah dan dana sukarela dari
masyarakat kemudian yang digunakan untuk membiayai pengeluaran untuk
kegiatan Madrasah sesuai dengan program yang telah ditetapkan. MA Al
Jawahir Soreang juga menerapakan manajemen yang transparan melibatkan
seluruh warga madrasah. Data dan informasi yang diusulkan oleh Madrasah,
kemudian ditawarkan kepada orang tua siswa serta masyarakat sekitar
khususnya dari penyumbang dana. Alokasi biaya investasi di MA Al Jawahir
Soreang dalan selama 3 (tiga) tahun terakhir

Tabel 4.5 Alokasi biaya investasi di MA Al Jawahir Soreang selama 3


(tiga) tahun terakhir

Jumlah (Rp)
No Investasi 2020 2021 2022
.
1. Pengembangan 75.000.00 85.000.000 90.000.0000
Sarana dan 0
Prasarana
2. Pengembangan 10.000.00 12.000.000 15.000.000
Tenaga 0
Pendidik
3. Pengembangan 7.500.000 8.500.000 10.000.000
Tenaga
Kependidikan
Total 92.500.00 105.500.000 115.000.000
0

Sumber : Dokumen Standar Pembiayaan di MA Al Jawahir Soreang,


2022

2) Biaya Personal
Alokasi biaya personal untuk siswa yang berstatus santri di MA Al
Jawahir Soreang dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini

Tabel 4.6 Alokasi biaya personal untuk siswa yang berstatus santri di
MA Al Jawahir Soreang Tahun 2022

No. Personal Jumlah (Rp)

1. Uang Pangkal 300.000

2. Uang Sumbangan Pembangunan 500.000

3. Infaq Pembangunan Mesjid 500.000

4. Biaya Bulanan (Makan) 500.000

5. Perlengkapan Santri 2.000.000

6. SPP/Bulan 150.000

Total 3.950.000

Sumber : Brosur PPDB MA Al Jawahir, 2022

Tabel 4.7 Alokasi Biaya Personal Siswa Berstatus Bukan


Santri di MA Al Jawahir Tahun 2022
No. Personal Jumlah (Rp)

1. Uang Pangkal 300.0000

2. Uang Sumbangan Pembangunan 500.000

3. Infaq Pembangunan Mesjid 500.000

5. SPP/Bulan 150.000

Total 1.450.000

Sumber : Brosur PPDB MA Al Jawahir, 2022

Tabel 4.8 Alokasi Biaya Personal Siswa Kelompok Ekonomi


Tidak Mampu di MA Al Jawahir Tahun 2022

No. Personal Jumlah (Rp)

1. Siswa Santri Kelompok Ekonomi 300.0000


Tidak Mampu dibebani Biaya
Makan/bulan

2. Siswa Bukan Santri Kelompok GRATIS


Ekonomi Tidak mampu, tidak
dikenakan biaya

Sumber : Brosur PPDB MA Al Jawahir, 2022

3)Biaya Operasi
Tabel 4.9 Alokasi Biaya Operasi di MA Al Jawahir Soreang Tahun
2022

No. Biaya Operasi Jumlah (Rp/Tahun)

1. Biaya Operasi Personalia Rp 11.400.000/bulan X


a. Honor Guru dan Tenaga 12 Bulan =
Kependidikan (Jumlah Guru X Rp. Rp. 136.800.000
500.000 + Jumlah Tenaga
Kependidikan X Rp. 300.000 = (20
Guru X Rp. 500.000) + (3 Tenaga
Kependidikan X Rp. 300.000) = Rp.
11.400.000/bulan

2. Biaya Operasi Non Personalia


Rp.1.500.000/bulan X
a.Alat Tulis Kantor (ATK) = Rp 12 Bulan =
1.500.000/bulan Rp. 18.000.000

Rp. 500.000/bulan X
b.Daya dan Jasa = Rp. 500.000/bulan 12 Bulan =
Rp. 6.000.000
Rp 500.000/bulan X 12
c. Pembinaan Siswa/Ekskul = Rp. Bulan = Rp. 6.000.000
500.000/bulan
Rp. 750.000/bulan X
d. Bahan Habis Pakai = Rp. 750.000/bulan
12 Bulan =
Rp. 9.000.000

Total Rp. 175.800.000


Sumber : Dokumen Standar Pembiayaan, 2022
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dijelaskan MA Al Jawahir
membuat alokasi biaya operasi tahun 2022 sebesar Rp. 175.800.000 yang
diterdiri dari dua komponen yaitu komponen biaya operasi personalia
untuk honor guur dan tenaga kependidikan sebesar Rp 136.800.000 dan
biaya operasi non personalia sebesar Rp. 39.000.000 sehingga MA Al
Jawahir masih memiliki Rp. 4.200.000 dari kelebihan dana BOS yang
tahun ini mendapatkan Rp. 180.000.000/tahun – Rp 175.800.000/tahun.
Kelebihan dana tersebut dialokasikan untuk biaya personal siswa
kelompok ekonomi tidak mampu.
b. Pengorganisasian Pembiayaan Pendidikan
1) Pihak yang terlibat
Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat
dijelaskan bahwa pihak yang terlibat dalam pembiayaan pendidikan di
MA Al Jawahir Soreang adalah Bendahara Yayasan, Kepala Madrasah,
Bendahara Madrasah, dan Komite Madrasah.
Pihak yang terlibat dalam pembiayaan pendidikan ini selalu
berkoordinasi dan melakukan rapat sebelum bertindak, terutama yang
berkaitan dengan proses pembelajaran.

2) Struktur Organisasi
Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini

BENDAHARA YAYASAN
KEPALA MADRASAH BENDAHARA MADRASAH
Asmanah Purwitasari, S.Pd.I
Furqon Arifin, M.M.Pd Asmanah Purwitasari, S.Pd.I

KOMITE MADRASAH

Nono Djuhana
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Pengorganisasian Pembiayaan Pendidikan di MA
Al Jawahir Soreang

Berdasarkan gambar diatas maka dapat dijelaskan Kepala


Madrasah melalukan koordinasi dengan Bendahara Yayasan sebagai
bentuk laporan ke pihak yayasan, serta melakukan musyawarah mufakat
dengan Bendahara Madrasah berkaitan dengan post-post yang harus
dikeluarkan dari BOS untuk proses pembelajaran di MA Al Jawahir
Soreang.

3) Pembagian Kerja
Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat
dijelaskan bahwa pembagian kerja di MA Al Jawahir Soreang dibuat
oleh Ketua Yayasan.
Kepala Madrasah bertugas mengatur proses belajar mengajar
dan mengatur administrasi terutama administrasi keungan yang dikelola
oleh Bendahara. Komite Madrasah bertugas memberikan arahan dan
masukan berkaitan dengan proses pembelajaran kepada Kepala
Madrasah dan Bendahara Madrasah. Bendahara Madrasah bertugas
membantu Kepala Madrasah dalam mempostkan keuangan BOS dalam
kegiatan pembelajaran serta membuat laporan pertanggungjawaban
yang harus dilaporkan ke Kemenag Kabupaten Bandung jika
pengeluaran diambil dari BOS. Sedangkan jika pengeluaran diambil
dari bantuan pihak swata harus membuat laporan pertanggungjawaban
dilaporkan ke pihak yayasan.
c. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan
Pelaksanaan manajemen pembiayaan di MA Al Jawahir Soreang dalam
prosesnya melakukan berbagai perundingan mengenai hasil dari rencana
biaya pendidikan. Biasanya program tersebut yang membutuhkan tambahan
biaya disesuaikan dengan besarnya biaya yang akan dikeluarkan. Dalam
pelaksanaannya bendahara bertugas sebagai pengatur apabila ada uang yang
masuk baik dari siswa maupun dari pemerintah maupun yayasan. Mengatur
bagaimana penerimaan keuangan dipergunakan sebagaimana mestinya. Serta
bertugas mengatur pengeluaran untuk dialokasikan kepada masing-masing
bidang pendidikan sesuai dengan yang tercantum dalam program kegiatan di
MA.

Pelaksanaan manajemen pembiayaan MA Al Jawahir Soreang


mempunyai dua jenis kegiatan penerimaan dan pengeluaran.

1) Sumber Pendapatan
Pembiayaan pendidikan sebagaimana disebutkan dalam Peraturan
Menteri Agama No 90 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pendidikan
Madrasah menyatakan bahwa pembiayaan Madrasah bersumber dari
pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara Madrasah, masyarakat dan
sumber dari manapun yang sah dan tidak melanggar aturan hukum yang
berlaku.
Pembiayaan tersebut dipergunakan sebagai biaya investasi, biaya
operasi dan personal yang mengarah pada lembaga pendidikan yang
berkualitas. Sumber pendapatan di MA Al Jawahir Soreang berasal dari
pendapatan rutin dan non rutin. Pendapatan rutin berasal dari Uang
pendaftaran, Uang kegiatan 1 tahun, Shodaqoh, setiap bulannya dan
sumbangan dari orang tua siswa, biasanya dilakukan pada awal tahun
berupa infaq pemeliharaan dan pengembangan sarana prasarana dan
seragam, uang kegiatan selama 1 tahun dan lain-lain yang digunakan
untuk membiayai semua kegiatan pendidikan. Sedangkan pendapatan non
rutin berasal dari bantuan pemerintah seperti BOS dan badan usaha yang
dimiliki yayasan dan sukarela Sumbangan sukarela merupakan
sumbangan yang di terima Madrasah dari perseorangan maupun
masyarakat.
Sumbangan sukarela ini berupa hibah, waqaf tanah, sumbangan
material dan sumbangan bangunan. Penerimaan merupakan sumber dana
yang dibutuhkan oleh madrasah baik dari intern madrasah seperti iuran
siswa maupun bantuan dari luar seperti instansi pemerintah maupun
swasta. Penerimaan keuangan madrasah dari sumber-sumber dana perlu
dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang selaras dengan
ketetapan yang disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun peraturan
pemerintah.
Penerimaan keuangan madrasah tersebut bersumber dari
pemerintah, penerimaan khusus untuk pendidikan seperti bantuan atau
pinjaman luar negeri yang diperuntukkan bagi pendidikan, uang madrasah
dan sumbangan sukarela dari orang tua maupun masyarakat. Proses
penerimaan keuangan tergolong panjang melalui persetujuan antara lain
dari pengawas keuangan, bendahara, pembantu direktur keuangan melalui
kwitansi berita acara biasanya penerimaan berasal dari siswa penerimaan
keuangan diterima oleh tata usaha bidang keuangan, sedangkan
penerimaan keuangan yang berasal dari pemerintah dan yayasan diterima
langsung pada bendahara. Biasanya uang yang telah diterima langsung
disimpan dalam bank demi keamanan.
2) Penggunaan Pembiayaan
Dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi penggunaan
pembiayaan di MA Al Jawahir Soreang meliputi pengeluaran rutin dan
pengeluaran non rutin. Pengeluaran rutin meliputi biaya pengeluaran rutin
yang setiap bulan dikeluarkan. Pengeluaran non rutin meliputi biaya
pengeluaran yang tidak dikeluarkan setiap bulan. Pengeluaran non rutin
ini dilaksanakan jika ada kebutuhan mendadak atau kebutuhan yang
dilaksanakan setiap tahun sekali dan juga kebutuhan yang sebelumnya
direncanakan pada rencana biaya pendidikan yang terdiri dari biaya
investasi, biaya personal, dan biaya operasi.

3) Prinsip-Prinsip Pembiayaan Pendidikan

Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat


dijelaskan bahwa prinsip-pinsip pembiayaan yang dilaksanakan di MA
Al Jawahir Soreang adalah transparansi

Transparansi berarti keterbukaan. Transparansi di bidang


manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu
kegiatan. Di MA Al Jawahir Soreang, Kepala Madrasah dan Bendahara
Madrasah melaksanakaan proses pembiayaan pendidikan dengan
prinsip transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen
keuangan lembaga pendidikan, yang keterbukaan sumber keuangan dan
jumlahnya, rincian penggunaan dan pertanggungjawaban harus jelas
sehingga bias memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk
mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka
meningkatkan dukungan orang tua.

d. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan


Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat
dijelaskan bahwa pelaksanaan kegiatan yang menggunakan sumber
dana relatif terbatas, memerlukan adanya pengawasan dan pengendalian
yang bertujuan antara lain agar semua komponen sistem bergerak
secara efektif dan efisien.
1) Pihak Internal
Pengawasan pihak internal dilakukan oleh pihak sekolah sendiri
yaitu kepala sekolah dan pihak komite sekolah yang ditunjuk dari
tokoh-tokoh masyarakat sebagai penghubung antara masyarakat dengan
pihak sekolah. Komite sekolah bersifat independen yang bertujuan
mengawasi jalannya program-program pendidikan dari sekolah dan
pelaksanaan peningkatan kualitas belajar mengajar sesuai dengan
RAPBS.
Pengawasan pembiayaan di MA Al Jawahir Soreang dilakukan
oleh kepala Madrasah dan wakil Kepala Madrasah dengan cara
mengecek setiap awal bulan serta akhir bulan kepada bendahara.
Pengawasan pembiayaan di bagi menjadi 2, jika dana dari masyarakat
pengawasan dilakukan Madrasah dan yayasan, kalau dana dari
pemerintah dilaporkan kepada pemerintah yang sesuai dengan aturan
pemerintah.
2) Pihak Eksternal
Pengawasan secara eksternal dilakukan oleh pihak dari
pemerintah yang dalam hal ini adalah Kemenag Kabupaten Bandung.
Kemenag dalam hal pengawasan hanya menerima laporan dari setiap
sekolah mengenai program-program yang akan dijalankan sekolah
dalam satu tahun kedepan. Inpektorat merupakan instansi dari
pemerintah yang juga merupakan pengawas independen melakukan
pengawasan langsung dengan mengadakan inspeksi mendadak satu kali
setiap tahunnya.
Pengawasan dari Kemenag Kabupaten Bandung dimulai ketika
penyusunan RAPBM pada Madarasah. Pengawasan dari dilakukan
dengan menggunakan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan
evaluasi tersebut berarti madrasah menyerahkan daftar Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah kepada Kemeag
Kabupaten Bandung yang dalam hal ini di tujukan untuk mendapat
pengesahan dari Kepala Kemenag selaku pemimpin di bidang
pendidikan diwilayah MA.
d. Masalah dalam Pelaksanaan Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dalam
Upaya Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MA Al Jawahir Soreang

Dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi maka dapat dijelaskan


masalah internal dan ekternal yang terjadi di MA Al Jawahir Soreang adalah

1) Masalah Internal
Masalah internal yang terjadi di MA Al Jawahir Sorenag yaitu :
a) Manajemen keuangan yang tidak dikelola dengan baik
b) Kurangnya sumber pemasukan madrasah, hanya bersandar pada
keuangan yang berasal dari siswa
c) Belanja kebutuhan yang cukup besar melebihi pemasukan keuangan yang
ada
d) Kebutuhan untuk pengembangan infrastruktur yang lebih besar, fasilitas
pendidikan dan sebagainya.
2) Masalah Eksternal
Pemasukan yang kecil yang disebabkan adanya bencana seperti masa
pandemi yang menyebabkan orang tua tidak membayar SPP disebabkan
karena tidak ada proses belajar mengajar dan atau memang kondisi orang tua
yang kehilangan pekerjaan dan tidak mampu membayar.

e. Solusi dari pemecahan masalah pembiayan pendidikan dalam upaya


meningkatkan mutu pembelajaran di MA Al Jawahir Soreang
1) Solusi yang sudah dilaksanakan MA Al Jawahir Soreang
1. Memperbaiki Manajemen Keuangan
Melakukan perbaikan secara menyeluruh, mulai dari tenaga keuangan
yang baru dan memahami kerjanya dengan baik, pola laporan keuangan,
perencanaan belanja yang baik dan sebagainya. Manajemen yang baik akan
sangat berpengaruh pada pengelolaan. Sebanyak apapun sumber pemasukan
jika manajemennya buruk seringkali akan tetap bermasalah
b) Kreativitas Mencari Pemasukan
Jaringan yang dibangun oleh pihak madrasah cukup kuat secara
eksternal sehingga dapat membantu meningkatkan sumber pemasukan
keuangan ke madrasah. Membangun kerjasama dengan banyak pihak,
membuat program kreatif yang bisa mendatangkan sistem kerjasama. Tidak
menyandarkan pemasukan keuangan hanya dari dana siswa, ada banyak pihak
yang bisa diajak kerjasama dalam hal ini.
Perusahaan, bank, personal, antar lembaga hingga pemerintah perlu
dicari peluang-peluang kerjasamanya untuk membantu meningkatkan
pembangunan. Mungkin bukan dalam bentuk uang, tetapi hal itu tetap akan
bermanfaat bagi perkembangan madrasah.
2) Solusi yang ditawarkan untuk MA Al Jawahir Soreang
a) Mencari Sumber Pemasukan Internal Madrasah
Madrasah bisa membuat unit-unit usaha yang dapat membantu
meningkatkan pemasukan keuangan internal madrasah. Melalui koperasi
hal ini bisa diwujudkan. Bukan hanya untuk madrasah, tetapi juga untuk
seluruh anggota koperasi yakni siswa maupun guru yang ingin terlibat.
b) Memanfaatkan Lembaga Pinjaman Dana Pendidikan
Sebuah madrasah seringkali mengalami masalah keuangan untuk
pembiayaan kebutuhan tertentu, mulai dari sarana dan fasilitas madrasah,
penyelenggaraan program hingga untuk optimalisasi kegiatan belajar
mengajar.
Dalam hal ini madrasah bisa menjalin kerjasama dengan lembaga
pinjaman dana pendidikan yang terpercaya untuk membantu mengatasi
masalah keuangan.
Melalui pinjaman yang bisa dicicil pembayarannya, masalah
pembangunan fasilitas, sarana dan prasarana jelas akan terbantu. Dalam
jangka panjang madrasah akan bisa mencari sumber pemasukan untuk
membayar cicilan.

L. Interpretasi
Salah satu bagian penting dalam mutu pendidikan adalah
pembiayaan. Pembiayaan kadang juga merupakan inti dari setiap
permasalahan pendidikan, apalagi jika dihubungkan dengan Pembiayaan
pendidikan pada swasta yang seluruhnya bersumber dari dana
masyarakat walaupun sebenarnya ada bantuan dari pemerintah tetapi tidak
terlalu signifikan untuk dibuat acuan dalam penentuan kebijakan maka
kualitas pendidikan tinggi swasta tentu sangat bergantung pada bagaimana
manajemen pembiayaannya.
Manajemen Pembiayaan yang baik merupakan salah satu kunci
dari keberhasilan sebuah lembaga pendidikan untuk memajukan atau
meningkat kualitasnya1. Pendidikan dikatakan sebagai penyiapan tenaga
kerja, yaitu sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memberi
bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar dapat berupa pembentukan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon tenaga kerja.
Pendidikan dipandang sebagai sarana yang paling strategis untuk
mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa dan membentuk karakter
bangsa.Pengelolaan pembiayaan di Madrasah Aliyah memiliki kendala
dalam pelaporan secara administratif pembiayaan bulanan. Ada beberapa
kasus peserta didik yang buku laporan pembiayaannya belum tercatat di
buku besar bendahara. Pembayaran yang tidak langsung dicatat secara
administratif oleh bendahara. Pelaporan yang tidak ditangani oleh bendahara
dan ditangani secara administratif oleh kepala TU.
Pembayaran administrasi keuangan yang masih banyak belum lunas dari
beberapa peserta didik di tingkatan kelas. Auditing akhir yang tidak rutin
dilakukan yaitu secara seremonial ketika akhir bulan saja, tidak dicatat setiap
Minggu. Strategi pengelolaan biaya pendidikan dilakukan secara langsung
dan dirumuskan oleh kepala madrasah bersama pimpinan yayasan.
Pembiayaan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Hal ini sesuai
amanat UUSPN Nomor 20 tahun 2003 Pasal 46 ayat (1). Pembiayaan
pendidikan merupakan hubungan saling keterkaitan yang di dalamnya
terdapat komponen-komponen yang bersifat mikro dan makro pada satuan
pendidikan. Setiap komponen memiliki fungsi yang berbeda-beda, namun
memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu: a) peningkatan potensi SDM yang
berkualitas; b) penyediaan komponenkomponen sumber-sumber pembiayaan
pendidikan; c) penetapan sistem dan mekanisme pengalokasian dana; d)
pengefektifan dan pengefisiensian penggunaan dana; e) akuntabilitas (dapat
dipertanggungjawabkan) dari aspek keberhasilan dan mudah terukur pada
setiap satuan pendidikan; f) meminimalisir terjadinya permasalahan-
permasalahan yang terkait dengan penggunaan pembiayaan pendidikan.

M.Pembahasan
1. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan

Setiap kegiatan manajemen selalu dimulai dengan proses perencanaan,


begitu juga kegiatan manajemen pembiayaan pendidikan di MA yang
dimulai dengan kegiatan perencanaan pembiayaan pendidikan. Dalam
proses perencanaan pembiayaan di MA dimulai dengan mengadakan (1) rapat
pleno madrasah, (2) mengidentifikasi rencana penerimaan madrasah, (3)
mengidentifiksi rencana pembiayaan pendidikan madrasah yang terdiri dari
biaya investasi, biaya personal, dan biaya operasi, (4) menyusun rencana
biaya pendidikan, (5) melakukan revisi, (6) hingga pada tahap pengesahan.
Hal ini sejalan dengan berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh
Fattah (2019) terdapat beberapa perbedaan antara pendapat Fattah dengan
implementasi penganggaran atau penyusunan anggaran di MA
2.Pengorganisasian Pembiayaan Pendidikan
Dari temuan penelitian pada kedua pesantren dapat dijelaskan bahwa
tahapan pengorganisasian dimulai dari siapa saja yang terlibat, dibuat dalam
struktur organisasi dan adanya pembagian kerja.
Hal ini sejalan dengan teori dari Terry (1958) yang menjelaskan bahwa
George R. Terry juga mengemukakan tentang azas-azas organizing, sebagai
berikut, yaitu : 1) The objective atau tujuan. 2) Departementation atau pembagian
kerja. 3) Assign the personel atau penempatan tenaga kerja. 4) Authority and
Responsibility atau wewenang dan tanggung jawab. 5) Delegation of authority
atau pelimpahan wewenang.
Jika dikaitkan dengan pendidikan (organisasi pendidikan), organisasi
adalah tempat untuk melakukan aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikanyang di inginkan. Sedangkan, pengorganisasian pendidikan adalah
sebuah proses pembentukkan tempat atau sistem dalam rangka melakukan
kegiatankependidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang di inginkan.
Proses yang harus dilalui untuk dapat menentukan pembagian kerja
dankoordinasi tersebut disebut sebagai desain organisasi. Prinsip-prinsip
mendesain struktur organisasi:
c) Pembagian Kerja (Division Of Work )
Pembagian kerja dilaksanakan oleh kedua pesantren sebagai pembagian
seluruh beban pekerjaan menjadi sejumlah tugas secara wajar dan nyaman yang
dapatdilaksanakan oleh individu atau kelompok. Dapat didevinisikan juga
sebagaiupaya membagi pekerjaan menjadi pekerjaan yang kecil, sederhana,
dalamkegiatan yang terpisah, diman karyawan dapat mengkhususkan diri pada
bidang tersebut sehingga produktivitas total meningkat secara
geometik.Pembagian kerja dalam organisasi terjadi tiga cara yang berbeda, yaitu:
(1) Pekerjaan dapat dibagi berdasar bidang keahlian profesional, (2) Pekerjaan
dapat di bagi ke dalam aktivitas berbeda berdasarkan pekerjaan yang dilakukan di
organisasi, (3) Pekerjaan di bagi ke arah vertikal. Manfaat dari diadakannya
pelaksanaan pembagian kerja pada pengorganisasian adalah untuk membagi tugas
secara merata.
d) Kesatuan Komando (Unity Of Comand )
Prinsip ini menekankan bahwa bawahan hanya boleh mempunyai
satuatasan yang kepadanya dia bertanggung jawab langsung. penting karena akan
mengurangi ambigu dan kemungkinan terjadinya konflik.
e) Wewenang ( Authority)
Adalah hak yang melekat pada manajer untuk memberi perintah dan di
patuhi. wewenang adalah hak untuk membuat keputusantanpa persetujuan dari
manajer yang di atasnya lagi dan membutuhkankepatuhan dari pihak lain yang
telah di tunjuk
3. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan
Pelaksanaan pembiayaan pendidikan di MA telah menganut prinsip
pembiayaan pendidikan yang efektif, maksudnya adalah alokasi dana yang
ada digunakan sesuai dengan visi dan misi madrasah. Untuk meningkatkan
mutu pendidikan secara terus menerus sesuai visi dan misi dana yang ada
sebagian besar dialokasikan untuk program madrasah. sedangkan penggunaan
prinsip efisien maksudnya adalah MA dalam peningkatan mutu pembelajaran
mampu menekankan biaya, terutama biaya yang dibebankan kepada orang tua
siswa.
Beberapa catatan keuangan yang digunakan oleh MA Al Mua’awanah
dalam proses pencatatan keuangan diantaranya adalah buku kas umum,
buku pembantu kas, faktur, buku pembantu bank, buku penerimaan gaji,
laporan keuangan dan juga buku tabungan.
Pembukuan yang dilakukan oleh MA menggunakan berbagai
pembukuan dengan fungsi akuntanssi yang berbeda pada sitiap bukunya,
akan tetapi jika dikaitkan dengan pendapat Fattah (2004) maka terdapat
beberapa pembukuan yang tidak dilakukan oleh MA Al Mua’wanah seperti
buku pos, jurnal, buku besar, buku kas pembayaran uang madrasah, buku
kas piutang serta neraca percobaan. dan juga terdapat beberapa
pembukuan yang dilakukan oleh MA akan tetapi tidak terdapat pada
pendapat Fattah seperti buku pembantu kas, buku pembantu bank, buku
penerimaan gaji, laporan keuangan, dan buku tabungan.
Pelaksanaan pembiayaan pendidikan di dikelompokkan ke dalam dua
kegiatan yakni penerimaan dan pengeluaran atau penggunaan. Hal ini sependapat
dengan Siagian (2015 : 65) yang menjelaskan bahwa penerimaan merupakan
sumber dana yang dibutuhkan oleh madrasah baik dari intern madrasah seperti
iuran siswa maupun bantuan dari luar seperti instansi pemerintah maupun swasta.

4. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan


Laporan pertanggungjawaban dapat dikatakan sah ketika laporan
pertanggungjawaban ditandatangani oleh ketua yayasan. Pertanggungjawaban
keuangan merupakan bentuk akuntabilitas publik dari suatu lembaga
terlebih bagi lembaga yang menggunakan sumber dana publik.
MA melakukan proses pertanggungjawaban keuangan yang dimulai
dengan penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan dan pengesahan
laporan pertanggungjawaban.
Laporan pertanggungjawaban yang disusun oleh kepala madrasah dan
bendahara madrasah berisi laporan pertanggungjawaban atas penerimaan dana,
dan penggunaan dana secara keseluruhan selama satu tahun anggaran.
Hal ini telah sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mulyasa
(2003:178) tentang pertanggungjawaban keuangan, dimana pertanggungjawaban
keuangan menyangkut proses pertanggungjawaban penerimaan dana dan
penggunaan dana madrasah.
Pelaksanaan pertanggungjawaban keuangan di MA jika dikaitkan dengan
pendapat Mulyasa (2003) tentang proses pertanggungjawaban keuangan maka
terdapat perbedaan yaitu pada pengesahan laporan pertanggungjawaban. Laporan
pertanggungjawaban yang telah disusun oleh madrasah dan diserahkan kepada
pihak yayasan, nantinya akan disahkan oleh ketua yayasan.
Pengesahan laporan pertanggungjawaban keuangan perlu dilakukan
karena

5.Masalah dalam Pelaksanaan Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dalam


Upaya Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MA
Masalah keuangan tidak hanya terjadi pada sebuah negara atau kehidupan
rumah tangga, lembaga pendidikan seperti sekolah pun sangat mungkin mengalami
hal ini. Munculnya masalah ini jelas akan berpengaruh pada proses belajar
mengajar, terlebih lagi bagi sekolah swasta yang kesejahteraan gurunya tergantung
pada kondisi keuangan sekolah.\
Hal itu dibuktikan dari hasil studi, yang dilakukan oleh Fattah (1999) bahwa
mutu pendidikan di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di daerah pedesaan yang
keadaan sosial ekonominya kurang.
Penyebab masalah keuangan di sekolah bisa oleh banyak hal. Manajemen
yang tidak baik sejak awal dapat menjadi pemicu masalah keuangan yang lebih
serius. Sebagai pengelola, pimpinan atau yang berwenang di lembaga pendidikan,
harus ada tindakan cepat untuk menyelamatkan kondisi tersebut.
Masalah yang terjadi di MA umumnya karena Manajemen keuangan yang
tidak dikelola dengan baik dan Pemasukan yang kecil yang disebabkan adanya
bencana seperti masa pandemi yang menyebabkan orang tua tidak membayar SPP
disebabkan karena tidak ada proses belajar mengajar dan atau memang kondisi
orang tua yang kehilangan pekerjaan dan tidak mampu membayar.
Masalah pembiayaan harus diatur seefektif mungkin, disinilah peran
manajemen diperlukan. Manajemen adalah proses atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-
tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata (George R. Terry dan Leslie
W. Rue: 2019). Dalam konteks efektivitas manajemen lembaga pendidikan Islam
menurut Ates (2019:15) bahwa untuk membangun madrasah yang efektif
diantaranya dilakukan dengan meningkatkan pemahaman filosofi, nilai-nilai,
kepemimpinan, pengelolaan madrasah dan partisipasi masyarakat, sistem yang jujur
dalam evalusi dan tanggung jawab dalam mencapai tujuan, dan optimalisasi dan
pendayagunaan sumber daya manusia dan organisasi.

6.Solusi dari pemecahan masalah Pembiayaan Pendidikan Dalam Upaya


Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MA.
Solusi dari pembiayaan pendidikan di MA harus berpedoman pada UUD 1945
yang menjelaskan bahwa Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk
miningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam UUD 1945
pasal 31 “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Hal ini
membuktikan adanya langkah pemerataan pendidikan bagi seluruh warga negara
Indonesia. Kenyataannya, tidak semua orang dapat memperoleh pendidikan yang
selayaknya, dikarenakan berbagai faktor termasuk mahalnya biaya pendidikan yang
harus dikeluarkan
Kondisi inilah kemudian mendorong dimasukannya klausal tentang
pendidikan dalam amandemen UUD 1945. Konstitusi mengamanatkan kewajiban
pemerintah untuk mengalokasikan biaya pendidikan 20% dari APBN maupun
APBD agar masyarakat dapat memperoleh pelayanan pendidikan. Ketentuan ini
memberikan jaminan bahwa ada alokasi dana yang secara pasti digunakan untuk
penyelenggaraan pendidikan. Namun, dalam pelaksanaanya pemerintah belum
punya kapasitas finansial yang memadai, sehingga alokasi dana tersebut dicicil
dengan komitmen peningatan alokasi tiap tahunnya. Peningkatan kualitas
pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manfaat berupa peningkatan kualitas
sumber daya manusia.
Disisi lain, prioritas alokasi pembiayaan pendidikan seyogyanya
diorientasikan untuk mengatasi permasalahan dalam hal aksebilitas dan daya
tampung. Karena itu, dalam mengukur efektifitas pembiayaan pendidikan, terdapat
sejumlah prasyarat yang perlu dipenuhi agar alokasi anggaran yang tersedia dapat
terarah penggunaannya.
Menurut Fattah (2009 : 24) , Human Capital yang berupa kemampuan dan
kecakapan yang diperoleh melalui pendidikan, belajar sendiri, belajar sambil
bekerja memerlukan biaya yang dikeluarkan oleh yang bersangkutan. Perolehan
ketrampilan dan kemampuan akan menghasilkan tingkat balik Rate of Return yang
sangat tinggi terhadap penghasilan seseorang.
Pada Bab I Ketentuan umum Pasal 1 Ayat 10 dinyatakan bahwa standar
pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya
oprasional pendidikan yang berlaku selama satu tahun, dan ayat 12 menyatakan
bahwa biaya oprasional satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang
diperlukan untuk membiayai kegiatan oprasional satuan pendidikan agar dapat
berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai standae nasional pendidikan
secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasional satuan pendidikan meliputi gaji
pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji,
bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya oprasi pendidikan tak
langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana,
uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
Pembiayaan ini tidak akan efektif dan efesien apabila fungsi manajemen tidak
dijalankan. Karena fungsi manajemen keuangan adalah untuk menggunakan dana
dan mendapatkan dana (Nur Ulia dkk, 2021:4).
Manajemen keuangan diartikan sebagai usaha mengelola keuangan,
memanfaatkan keuangan, dan pertanggungjawaban keuangan yang digunakan oleh
manajer dalam suatu lembaga pendidikan (Syarifuddin:2005:267). Sedangkan
menurut Mulyono (2005:180) manajemen keuangan atau pembiayaan pendidikan
adalah segala aktivitas organisasi yang berhubungan dengan bagaimana
memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai dengan tujuan
organisasi.
Pada prinsipnya manjemen keuangan memiliki fungsi dasar yaitu
menghimpun dana lembga pendidikan dan mendistribusikannya untuk menopang
semua kegiatan lembaga sehingga tujuan organisasi tercapai secara efektif dan
efesien.(Ates, 2019:19).
In Indonesia is based on the local communities. The local community,
motivated by a high sense of belonging to educational institutions, voluntarily and
mutual cooperation to meet the education financing needs of the two Islamic

educational institutions. Pembiayaan pendidikan pada lembaga pendidikan Islam di


Indonesia berbasis masyarakat lokal. Masyarakat setempat, dilatarbelakangi oleh
rasa memiliki yang tinggi terhadap lembaga pendidikan, secara sukarela dan gotong
royong untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pendidikan kedua lembaga
pendidikan Islam tersebut. (Husni, 2020 : 20).
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya oprasi, dan biaya
personal. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi
biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan
modal kerja tetap. Biaya personal sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Hal ini sependapat dengan Levin
yang dikutip oleh Nanang Fatah (2012:6) pembiayaan sekolah adalah proses
dimana pendapatan dan sumber daya tersedia digunakan untuk memformulasikan
dan mengoperasionalkan sekolah diberbagai wilayah geografis dan tingkat
pendidikan yang berbeda-beda.
Menurut Fattah (2012:248) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana
dimaksud di atas meliputi: 1. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat pada gaji, 2. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai,
dan 3. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya Untuk dapat tercapai tujuan pendidikan yang optimal,
maka salah satunya hal paling penting adalah mengelola biaya dengan baik sesuai
dengan kebutuhan dana yang diperlukan.
Manajemen pembiayaan minimal mencakup perencanaan, pelaksanaan,dan
pengawasan. Penyaluran anggaran perlu dilakukan secara strategis dan intergratif
antara stakeholder agar mewujudkan kondisi ini, perlu dibangun rasa saling
percaya, baik internal pemerintah maupun antara pemerintah dengan masyarakat
dan masyarakat dengan masyarakat itu sendiri dapat ditumbuhkan. Keterbukaan,
partisipasi, akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan menjadi kata-kata kunci untuk
mewujutkan efektifitas pembiayaan pendidikan.

N. Simpulan
1.Simpulan Umum
Manajemen pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran di MA sudah cukup maksimal terutama dalam hal perencanaan
dan pelaksanaan. Hal ini terbukti bahwa mutu pembelajaran telah memenuhi
standar proses pembelajaran, demikian pula dilihat dari kesiapan tenaga
pengajar dalam mempersiapkan proses pembelajarannya telah sesuai dengan
format standar mutu pendidikan nasional, namun bila dicermati terjadinya
interaksi pembelajaran antara pendidik dan peserta didik terdapat sebagian
pendidik yang memerlukan peningkatan kemampuan untuk merangsang
terjadinya stimulus respon peserta didik dalam mendorong motivasi, minat dan
perhatian yang serius dalam mengembangkan dan menguasai materi
pembelajaran.
2.Simpulan Khusus
a. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan di MA
Perencanaan pembiayaan pendidikan di MA dilaksanakan dengan
tahapan-tahapan yang cukup sistematis. Proses perencanaan pembiayaan
pendidikan dimulai dengan mengadakan rapat pleno, mengidentifikasi
sumber penerimaan madrasah, mengidentifikasi biaya pendidikan yang terdiri
dari biaya investasi, biaya personal, dan biaya operasi, menyusun rencana
pembiayaan, mengusulkan, melakukan revisi, hingga pada tahap
pengesahan.
b. Pengorganisasian Pembiayaan Pendidikan di MA
Pengorganisasian pembiayaan pendidikan di MA sudah cukup baik,
karena sudah melaksanakan beberapa asas-asas organisasi, sehingga
berdampak pada program-program pembelajaran yang dibuatnya karena
penanggung jawab pada setiap program pembelajaran telah memahami job
desknya masing-masing dan bertanggung jawab penuh untuk kelangsungan
berhasilnya sebuah program di MA.

c. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan di MA


Pelaksanaan pembiayaan pendidikan di MA sudah maksimal, hal ini
dilihat dari tahap penyiapan sumber daya manusia dan sumber daya pendukung
lainnya yang sudah matang karena sejak awal didirikan sudah menerapkan
pembiayaan pendidikan sehingga daya dukung lingkungan dari pihak yayasan
dan masyarakat sangat tinggi sehingga pelaksanaan pembiayaan pendidikan ini
memiliki kontribusi yang cukup terhadap mutu pembelajaran.
d. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan di MA
Proses pengawasan keuangan di MA sudah cukup maksimal untuk
pengawasan pihak internal, namun untuk pengawasan pihak eksternal kurang
maksimal karena pemerintah tidak turun langsung melihat keadaan madrasah,
pengawas belum diposisikan sebagai mitra kerja madrasah. Pada sisi lain
terbatasnya kewenangan yang diberikan kepada para pengawas madrasah
masih dirasakan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, pengawasan yang
dilakukan cenderung hanya melihat kondisi fisik dan perkembangan
madrasah.
e. Masalah dalam Pelaksanaan Manajemen Pembiayaan Pendidikan
Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MA
Masalah yang terjadi di MA umumnya karena manajemen keuangan
yang kurang dikelola dengan baik dan pemasukan yang kecil yang disebabkan
adanya bencana seperti masa pandemi yang menyebabkan orang tua tidak
membayar SPP disebabkan karena tidak ada proses belajar mengajar dan atau
memang kondisi orang tua yang kehilangan pekerjaan dan tidak mampu
membayar.
f. Solusi dari pemecahan masalah pembiayan pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran di MA
MA sudah melakukan perbaikan secara menyeluruh, mulai dari tenaga
keuangan yang baru dan memahami kerjanya dengan baik, pola laporan
keuangan, serta perencanaan dan pelaksanaan pembiayaan yang baik karena
pembiayaan merupakan bagian dari manajemen yang didalamnya itu ada
faktor terpenting dalam menentukan kelangsungan hidup madrasah.

O. Implikasi
1. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan di MA
Perencanaan pembiayaan pendidikan di MA dilaksanakan dengan
tahapan-tahapan yang cukup sistematis. Perencanaan ini akan berimplikasi
pada rencana penggunaan sumber dana untuk pelaksanaan pendidikan di
madrasah selama satu tahun sehingga dapat meminimalkan terjadinya
beragam kegiatan yang tidak produktif dan tidak efisien, baik dari segi
biaya, tenaga dan waktu selama proses layanan pendidikan.
2. Pengorganisasian Pembiayaan Pendidikan di MA
Pengorganisasian pembiayaan pendidikan di MA telah menganut
beberapa sudah melaksanakan beberapa asas-asas organisasi, implikasinya
adalah asas organisasi penting bagi manajemen sebagai dasar membantu
melaksanakan fungsi pengorganisasian terutama dalam menyusun struktur
organisasi, dan dalam menjamin pelaksanaan kegiatan yang lancar dan
sesuai dengan tujuan organisasi.
3. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan di MA
Pelaksanaan pembiayaan pendidikan di MA telah menganut
prinsip pembiayaan pendidikan yang baik, implikasinya adalah
alokasi dana yang ada digunakan sesuai dengan visi dan misi madrasah.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan secara terus menerus sesuai visi
dan misi dana yang ada sebagian besar dialokasikan untuk program
madrasah. sedangkan penggunaan prinsip efisien maksudnya adalah MA
dalam peningkatan mutu pembelajaran mampu menekankan biaya,
terutama biaya yang dibebankan kepada orang tua siswa.
4. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan di MA
Pelaksanaan kegiatan yang menggunakan sumber dana relatif
terbatas, memerlukan adanya pengawasan dan pengendalian. Implikasinya
agar semua komponen sistem bergerak secara efektif dan efisien. Pada
dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan tindakan,
walaupun hal ini sangat jarang terjadi. Pengawasan diperlukan untuk
melihat hasil yang telah dicapai. mengarahkan agar setiap orang dalam
organisasi mengelola dana pendidikan sesuai dengan rencana
5. Masalah dalam Pelaksanaan Manajemen Pembiayaan Dalam Upaya
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MA
Masalah utama yang dihadapi dalam manajemen pembiayaan
pendidikan ini masih terdapat SDM yang kurang profesional dalam
menguasai pembiayaan pendidikan. Implikasinya, MA harus sering
mengadakan pelatihan untuk para SDM
6. Solusi dari pemecahan masalah pembiayan pendidikan dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran di MA
Solusi yang dilakukan oleh MA dalm menanggulangi masalah SDM
atau tutor yang kurang profesional adalah mengusahakan akses pelatihan atas
program-program pembiayaan pendidikan, namun solusi ini belum efektif.
Solusi yang dilaksanakan MA berimplikasi pada proses pembelajaran.
P. Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang telah dijelaskan maka akan
diuraikan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait diantaranya adalah sebagai
berikut :

1. Kementerian Agama
Sebagai masukan dalam membuat model pembiayaan pendidikan
berdasarkan kebutuhan belajar untuk menghitung kebutuhan biaya
operasional sekolah dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar.

2. Madrasah Aliyah
a. Pihak MA diharapkan dapat mempersiapkan perangkat monitoring dan
evaluasi dengan baik. Hal ini perlu dilakukan untuk diperoleh fakta dan
informasi berkaitan dengan efisiensi dan penanganan terhadap tantangan
yang terjadi sehingga tidak hanya sebagai alat untuk mengetahui kemajuan
dari implementasi program tersebut.
b. Dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan di madrasah, kepala madrasah
sebagai top manager bertanggung jawab atas keberlangsungan semua
kegiatan dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan di madrasah. Kepala
madrasah belum maksimal dalam melakukan perencanaan khususnya dalam
menentukan iuran komite, untuk itu kepala madrasah hendaknya dapat
meningkatkan kompetesi manajerial khususnya dalam menususn
perencanaan agar dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan dapat
dijalankan dengan baik sesuai dengan visi, misi dan tujuan madrasah.
c. Dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran siswa melalui penerapan
pembiayaan pendidikan maka dukungan serta komitmen berbagai pihak
merupakan suatu hal yang perlu diupayakan.

3. Bendahara
Bendahara hendaknya lebih cermat dan telitidalam pelaksanaan
pencatatan (pembukuan) yang berkaitan dengan pengelolaan pembiayaan
pendidikan di madrasah. Pembukuan dalam pengelolaan pembiayaan masih
sangat sederhana untuk itu bendahara hendaknya meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam sistem pembukuan.
4. Komite Madrasah
Pemilihan komite madrasah sebaiknya dipegang oleh pihak eksternal madrasah
yaitu orang tua murid, masyarakat atau tokoh pendidikan yang ada di lingkungan
madrasah agar bisa lebih objektif dalam melakukan pengawasan dan
pemeriksaan pembiayaan pendidikan di madrasah.

5. Guru
a. Memberikan pendampingan pada MA dalam menyusun program, anggaran,
dan prosedur kegiatan yang berfokus pada mutu pembelajaran agar tepat
sasaran dalam menterjemahkan visi, misi, dan tujuan lemba dalam hal
pengelolaan pembiayaan pendidikan
b. Peningkatan mutu pembelajaran dalam pembiayaan pendidikan menjadi hal
yang cukup stratejik sehingga diharapkan para tenaga pendidik maupun
tenaga kependidikan diberikan sarana untuk mendapatkan kompetensi
pendidikan dengan melakukan pelatihan, selain itu harus ada kesiapan dalam
hal sarana dan prasarana yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan
tahapan penerapan berdasarkan prioritas kebutuhan yang telah disusun
6. Siswa
a. Siswa diharapkan istoqomah dalam menjalani proses pendidikan dan tetap
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu
b. Siswa tetap bersabar meskipun banyak sekali cobaan dalam menuntut ilmu

7. Peneliti dan Peneliti Lainnya


Manfaat akademis yang diharapkan adalah hasil penelitian dapat dijadikan
rujukan bagi upaya pengembangan ilmu pendidikan, dan berguna juga untuk
menjadi referensi bagi mahasiswa yang melakukan kajian terhadap manajemen
pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran. Selain
dari pada itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan dasar penelitian replikatif
(menguji kembali) di masa yang akan datang, sebagai wujud keterbukaan ilmiah
dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran di MA.

Q. Produk Penelitian
1. Judul
Pengembangan Model Hipotetik Manajemen Pembiayaan Pendidikan di MA
2. Rasional
Pengembangan Model hipotetik Manajemen Pembiayaan Pendidikan di
MA dibuat dengan alasan karena :
a. Biaya-biaya pendidikan yang berputar dan dipergunakan harus terkelola dan
tercatat dengan baik sehingga biaya pendidikan tersebut dapat
mengefisienkan dan mengefektifkan proses pembelajaran di madrasah
b. Agar manajemen pembiayaan pendidikan dapat dilaksanakan dengan
maksimal di MA, maka proses tersebut harus dijalani dengan baik secara
sistematik dan sistematis mulai dari kegiatan Perencanaan, pelaksanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan.
c. Pembiayaan pendidikan yang terorganisir dengan baik akan dapat
mengoptimalisasikan layanan pendidikan kepada para komsumennya baik
konsumen internal seperti guru, siswa, staf, dan para karyawan yang terlibat
dan konsumen ekternal seperti masyarakat, orang tua, dan pemerintah.
Namun hal sebaliknya apabila pembiayaan pendidikan tidak terorganisir
dengan baik maka segala bentuk layanan pendidikan dan program-program
pendidian di sekolah tidak akan berjalan dengan baik dan tidak akan
menghasilkan mutu pendidikan yang ditargetkan, salah satunya mutu
pembelajaran. Mutu pembelajaran yang baik akan meningkatkan prestasi
siswa sehingga berdampak pada peningkatan kepuasan orangtua siswa.
3. Tujuan Model
Model hipotetik manajemen pembiayaan pendidikan di MA,
dimaksudkan untuk mendukung: Pertama, penguatan dalam hal perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Kedua, penguatan dalam hal kemampuan dan
kompetensi guru yang mendukung proses pembelajaran dan sarana prasarana.
Kedua hal ini secara terintegrasi memperhatikan kondisi siswa terutama, minat
dan kebutuhan, kemampuan awal dan tujuan akhir dari proses pembelajaran.
Ketiga, penguatan dalam hal materi terutama materi yang bersifat pengantar
dan konsep tentang mata pelajaran yang diajarkan dalam kelas, sedangkan
untuk kegiatan praktiknya langsung di lapangan.

4. Landasan Model
Pengembangan model hipotetik manajemen pembiayaan pendidikan
berbasis mutu pembelajaran di MA, berdasarkan pada landasan teori dari Terry
(1958) yaitu POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling),
landasan konseptual, landasan keilmuan yang berkaitan dengan fokus
penelitian manajemen-manajemen pembiayaan pendidikan, dan landasan
empirik. Hal ini dianggap penting karena suatu model selain harus memiliki
pijakan teori yang kokoh dan didasarkan pengalaman empirik yang teruji, juga
harus berada pada koridor dan rambu-rambu hukum yang memayunginya.
Manajemen pembiayaan minimal mencakup perencanaan, pelaksanaan,
penggorganisasian dan pengawasan. Penyaluran anggaran perlu dilakukan
secara strategis dan intergratif antara stakeholder agar mewujudkan kondisi ini,
perlu dibangun rasa saling percaya, baik internal pemerintah maupun antara
pemerintah dengan masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat itu sendiri
dapat ditumbuhkan. Keterbukaan, partisipasi, akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pendidikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan menjadi kata- kata kunci untuk mewujutkan efektifitas
pembiayaan pendidikan.
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Keuangan sekolah perlu memperhatikan
sejumlah prinsip. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan
bahwa pengelolaan dana pendidikan didasarkan pada prinsip keadilan,
efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.
Landasan model ini juga berlandaskan pada teori mutu dari Deming,
dalam teori mutu dari Deming (1968) dalam Salis (2015 : 25) dijelaskan bahwa
model perbaikan berkesinambungan yang dikembangkan oleh W. Edward
Deming yang terdiri atas empat komponen utama secara berurutan yang
dikenal dengan siklus PDCA “Plan-Do-Check-Act”. Penjelasan dari setiap
siklus PDCA tersebut ialah sebagai berikut:
a) Mengembangkan rencana perbaikan “plan”
b) Melaksanakan rencana “do”
c) Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai “check atau study”
d) Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan “action”
5. Persyaratan Model
Pengembangan model hipotetik manajemen pembiayaan pendidikan
berbasis mutu pembelajaran di MA ini dapat digunakan untuk MA yang baru
menerapkan manajemen pembiayaan pendidikan di lembaga pendidikan islam
dengan syarat :
a. Kebijakan Pimpinan
b. Program
c. Sumber Daya Manusia
6. Langkah Operasional Model
Langkah operasional model hipotetik manajemen pembiayaan
pendidikan di MA terbagi menjadi lima tahapan yairu :
a. Perencanaan Pembiayaan
Dalam perencanaan pembiayaan pendidikan dimulai dengan (1) melakukan
identifikasi kegiatan selama satu tahun dengan rapat pleno madrasah, (2)
mengidentifikasi rencana penerimaan madrasah, (3) mengidentifiksi
rencana pembiayaan madrasah yang terdiri dari biaya investasi, biaya
personal, dan biaya operasi, (4) menyusun, (5) melakukan revisi, (6) hingga
pada tahap pengesahan.
b. Pengorganisasian Pembiayaan
Pengorganisasian yang dilaksanakan harus menerapkan azas-azas
organisasi menurut Terry (1958), erry (Sukarna, 2011: 46) juga
mengemukakan tentang azas-azas organizing, sebagai berikut, yaitu :
(1) The objective  atau tujuan.
(2) Departementation atau pembagian kerja.
(3) Assign the personel  atau penempatan tenaga kerja.
(4) Authority and Responsibility atau wewenang dan tanggung jawab.
(5) Delegation of authority atau pelimpahan wewenang.
c. Pelaksanaan Pembiayaan
Pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan di MA terdiri dari dua
jenis kegiatan penerimaan dan pengeluaran.
1) Penerimaan
Pembiayaan pendidikan sebagaimana disebutkan dalam Peraturan
Menteri Agama No 90 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pendidikan
Madrasah menyatakan bahwa pembiayaan Madrasah bersumber dari
pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara Madrasah, masyarakat dan
sumber dari manapun yang sah dan tidak melanggar aturan hukum yang
berlaku.
2)Pengeluaran
Pelaksanaan pengeluaran di MA meliputi pengeluaran rutin dan
pengeluaran non rutin. Pengeluaran rutin meliputi biaya pengeluaran rutin
yang setiap bulan dikeluarkan. Pengeluaran non rutin meliputi biaya
pengeluaran yang tidak dikeluarkan setiap bulan. Pengeluaran non rutin ini
dilaksanakan jika ada kebutuhan mendadak atau kebutuhan yang
dilaksanakan setiap tahun sekali dan juga kebutuhan yang sebelumnya
direncanakan.
d. Pengawasan Pembiayaan
Pengawasan pembiayaan di MA dilakukan oleh kepala Madrasah
dan wakil Kepala Madrasah dengan cara mengecek setiap awal bulan serta
akhir bulan kepada bendahara. Pengawasan pembiayaan di bagi menjadi
dua, jika dana dari masyarakat pengawasan dilakukan Madrasah dan
yayasan, kalau dana dari pemerintah dilaporkan kepada pemerintah yang
sesuai dengan aturan pemerintah.
Pemeriksaan terhadap pendapatan keuangan di MA dilakukan dari
dua arah yaitu dari internal Madrasah yang dilakukan oleh kepala
Madrasah dan dari eksternal Madrasah yang dilakukan oleh pihak yayasan
dan komite madrasah.
e. Pertanggungjawaban Pembiayaan
Pertanggungjawaban pembiayaan pendidikan adalah segala
aktivitas pembuatan laporan keuangan pendidikan yang disusun setelah
seluruh bukti pengeluaran diuji kebenarannya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Hal yang harus diperhatikan ketika membuat laporan
pertanggungjawaban adalah disertakannya seluruh bukti pengeluaran riil
dan asli sebab pengelolaan keuangan harus membuat laporan kepada
pihak-pihak yang memberikan biaya pendidikan yang dikelolanya. Tiga
aspek yang harus diperhatikan MA dalam pertanggungjawaban
pembiayaan yaitu : (a) Kebijakan percepatan pelaporan
pertanggungjawaban kegiatan, (b) Pemberhentian sementara terhadap
pengajuan kegiatan kepada pihak yang belum menyerahkan dan
melengkapi laporan pertanggungjawaban, (c) Pemeriksaan kelengkapan
pelaporan pertanggungjawaban yang dilakukan secara berjenjang.
f. Perbaikan Berkelanjutan Pembiayaan
Tahapan yang tidak dapat ditinggalkan dalam penerapan quality
management adalah perbaikan berkelanjutan sebab perbaikan berkelanjutan
merupakan salah satu pilar dalam mutu, untuk itu perbaikan berkelanjutan
menjadi suatu keharusan pada manajemen pembiayaan pendidikan yang
berorientasi pada mutu.
Pengelolaan keuangan merupakan pengelolaan yang berkenaan
dengan sesuatu yang bersifat sensitif dan melibatkan banyak orang, terutama
orangtua dan masyarakat sebagai pengguna. Sekali saja mereka kecewa
terhadap kinerja pengelola keuangan, selamanya mereka tidak akan percaya
terhadap lembaga pendidikan tersebut. Itulah salah satu faktor terjadinya
penutupan terhadap lembaga pendidikan, oleh karena itu, perbaikan
berkelanjutan menjadi solusi yang tepat. Perbaikan berkelanjutan misalnya
dengan cara musyawarah, optimalisasi supervisi dan Pihak Internal (PI), dan
prosedur kerja yang dalam bentuk SOP
Optimalisasi supervisi dan PI terhadap pengelola keuangan pendidikan
pesantren. Supervisi adalah serangkaian kegiatan untuk memastikan bahwa
mutu yang diharapkan telah memenuhi standar yang telah ditentukan, untuk
itu, supervisi merupakan salah satu proses controlling.
Supervisi dilakukan untuk memastikan penggunaan keuangan
pendidikan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Tugas
utama dari supervisi adalah untuk memberikan arahan secara langsung oleh
atasan terhadap kegiatan bawahannya agar para pengelola keuangan
melaksanakan rencana yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, pimpinan
harus melakukan supervisi secara optimal agar permasalahan atau indikasi
adanya penyalahgunaan anggaran pendidikan dapat teratasi dengan cepat,
tepat, dan akurat. Selain supervisi, PI juga diperlukan dalam rangka
perbaikan yang berkelanjutan terhadap para pengelola keuangan
sebagaimana yang telah dikemukakan pada pengawasan pembiayaan.
Optimalisasi terhadap pelaksanaan supervisi dan PI harus
dimaksimalkan untuk mencegah adanya penyimpangan dan penyalahgunaan
wewenang terhadap penggunaan anggaran keuangan pendidikan pesantren.
Prosedur kerja yang jelas dalam bentuk SOP (standar operasional
prosedur) keuangan pesantren. SOP adal ah dokumen yang berhubung an
dengan tata kerja dalam menyelesai kan suatu pekerjaan untuk menghasilkan
kinerja yang efektif dan efisien serta produktif. Untuk itu, SOP menjadi
sesuatu yang penting dan merupakan produk akhir dari pelaksanaan
perbaikan berkelanjutan (continuous improvement).

7. Uji Kelayakan Model


Pengembangan model hipotetik sudah diterbitkan dalam Journal of Social
Science Vol 2 No. 5 Tahun 2021 dengan judul “Education Financing Management
in an Effort to Improve the Quality of Learning in Madrasah Aliyah in Bandung
District: Studies at MA Al Mua'wanah Majalaya and MA Al Jawahir Soreang.”
Setelah selesai sidang terbuka, rencana selanjutnya untuk menguji keabsahan model
ini akan di uji coba kan terlebih dahulu ke dua MA tempat penelitian yaitu MA Al
Mua’wanah Majalaya dan MA Al Jawahir Soreang.
Uji kelayakan model selanjutnya akan dilaksanan webinar dengan judul
Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran
dengan mengundang para Kepala Madrasah di Kabupaten Bandung, terutama khusus
bagi lembaga pendidikan yang belum menerapkan pembiayaan pendidikan serta uji
kelayakan model terakhir penelitian akan diterbitkan dalam bentuk buku dengan
judul Manajemen Pembiayaan Pendidikan Berbasis Mutu Pembelajaran di MA agar
bukan hanya MA saja yang memahami konsep pembiayaan pendidikan berbasis
mutu pembelajaran tetapi masyarakat umum selaku pembaca yang masih awam
dengan konsep ini.
8. Novelty (Kebaharuan)
Kebaharuan dalam penelitian ini terletak pada pengelolaan pendidikan
berbasis tarekat yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan evaluasi yang mengintegrasikan dengan enam sistem nilai. Mulai dari awal
perencanaan hingga ke pengawasan menerapkan enam sistem nilai, berbeda
dengan pembiayaan pendidikan pada umumnya hanya memfokuskan satu nilai
yaitu nilai teologik saja tanpa menerapkan lima sistem nilai lainnya.
Enam sistem nilai tersebut menurut Sanusi (2017 : 135) terdiri dari :
1) Nilai Teologis, yang tercermin antara lain dalam Ketuhanan Yang Maha
Esa, Rukun Iman (6), Rukun Islam (5), ibadah, tauhid, ihsan, istighfar, doa,
ikhlas, tobat, ijtihad, khusyu, istikamah, dan jihad fi sabillillah. (Sanusi,
2017:135)
2) Nilai etis-hukum, yang terwujud antara lain dalam normat, baik,/rendah
hati, setia, dapat dipercaya, jujur, bertanggungjawab, iktikad baik, setia-
adil, damai, sabar, memaafkan, menolong, torelansi, dan harmonis.
(Sanusi, 2017:135)
3) Nilai estetik, yang terwujud antara lain dalam bagus, bersih, indah, cantik,
manis, menarik, serasi, romatik, dan cinta kasih. (Sanusi, 2017 : 135)
4) Nilai logi-rasional, dalam logika/cocok antara fakta dan kesimpulan,
tepat, sesuai, jelas, nyata, identitas/ciri, mutu, keadaan/kesimpulan cocok.
(Sanusi, 2017:135)
5) Nilai fisik-fisiologik, yang mewujud jelas unsur-unsurnya, fungsinya,
ukuran-ukurannya, kekuatannya, perubahannya, lokasinya, asal-usulnya,
sebab-akibatnya. (Sanusi, 2017:135)
6) Nilai teoleologik, yang terwujud dalam berguna, bermanfaat, sesuai
fungsinya, berkembang/maju, teratur/disiplin, intergratif, produktif, efektif,
efesien, akuntabel, inovatif. (Sanusi, 2017:135)
Novelty yang kedua adanya pemisahan tahapan yaitu pengawasan
dengan pertanggungjawaban serta penambahan tahapan perbaikan
berkelanjutan pada tahapan pembiayaan pendidikan di MA.
Pengawasan merupakan kunci keberhasilan suatu proses
pembiayaan pendidikan sebab pengawasan adalah proses pengendalian
terhadap seluruh struktur organisasi dalam melaksanakan perencanaan
yang sudah dibuat. Tujuan utama pengawasan adalah menjamin
ketercapaian tujuan pendidikan yang telah dan akan dilaksanakan secara
efektif dan efisien. Oleh karena itu, pengawasan terhadap penggunaan
pembiayaan pendidikan merupakan seluruh aktivitas memeriksa dan
melaporkan penggunaan dana yang dialokasikan untuk membiayai
program pendidikan secara efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan
pencegahan dalam penyalahgunaan dana. Pengawasan pembiayaan
pendidikan tidak hanya dilakukan pada saat pelaksanaan pembiayaan
pendidikan, tetapi juga ketika penyusunan perencanaan pembiayaan
pendidikan. Oleh karena itu, peran komite madrasah dalam melakukan
pengawasan terhadap keterlaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan
dapat dilakukan dengan: 1) memberi pertimbangan dalam pelaksanaan
kebijakan pembiayaan pendidikan; 2) mendukung layanan pendidikan; 3)
mengontrol, sehingga transparansi dan akuntabilitas pembiayaan
pendidikan dapat termonitoring; dan 4) memediasi hubungan antara
pemerintah dengan masyarakat.
Kebijakan percepatan pelaporan pertanggungjawaban kegiatan.
Percepatan dalam pelaporan pertanggungjawaban merupakan salah satu
bentuk menjaga dan memelihara prinsip transparansi dan akuntabilitas
penggunaan anggaran pendidikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa
akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan anggaran pendidikan
sangat berpengaruh positif terhadap partisipasi masyarakat dalam
pembiayaan pendidikan. Transparansi dan akuntabili tas juga merupakan
dua hal yang akan menjaga dan memelihara kepercayaan dari masyarakat
karena dana yang diterima (masuk) ke lembaga pendidikan, terutama
lembaga pendidikan swasta. Ketika kepercayaan masyarakat meningkat,
akan terwujud penyelenggaraan tata pamong lembaga pendidikan yang
baik.
Pemberhentian sementara terhadap pengajuan kegiatan kepada
pihak yang belum menyerahkan dan melengkapi laporan
pertanggungjawaban. Pemberhentian sementara terhadap pencairan ajuan
kegiatan merupakan salah satu kebijakan dalam rangka menertibkan
pelaporan pertangggungjawaban secara tuntas. Penyerahan kelengkapan
laporan pertanggungjawaban kegiatan sebelumnya adalah prasyarat yang
harus dilengkapi agar pihak sekolah/
madrasah dapat mengajukan pencairan kegiatan yang akan datang. Hal ini
dilakukan dalam rangka sense of responsibility and accountability terhadap
sesuatu yang sudah dipergunakan.Sebagai konsekuensi, sekolah/madrasah
harus mempertanggungjawabkan laporan, baik kepada lembaga (yayasan)
maupun masyarakat, agar indikasi fraud dapat terdeteksi sejak awal oleh
pimpinan. Selain menjaga akuntabilitas, pemberhentian sementara ini juga
untuk menjaga keefektifan dan efisiensi penggunaan anggaran pendidikan.
Pemberhentian sementara dapat digunakan oleh pimpinan untuk
mengevaluasi anggaran pendidikan yang telah digunakan, terutama pada
perencanaan yang sudah ditetapkan dan pencapaian tujuan pendidikan.
Manajemen pembiayaan pendidikan dikatakan efektif apabila
segala aktivitas pembiayaan pendidikan diarahkan untuk pencapaian tujuan
dan hasilnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pemeriksaan
kelengkapan pelaporan pertanggungjawaban yang dilakukan secara
berjenjang. Pemeriksaan secara detail oleh para pimpinan, mulai dari lower
managers sampai top managers. Hal ini harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya fraud anggaran pendidikan,
sehingga ketika bawahan akan melakukan fraud akan terindentifikasi sejak
awal. Artinya, dengan pemeriksaan yang berjenjang tidak akan
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk melakukan fraud sebab
salah satu faktor terjadinya fraud adalah adanya pemberian kesempatan
kepada bawahan.
Tahapan terakhir yang tidak dapat ditinggalkan dalam penerapan
quality management adalah perbaikan berkelanjutan sebab perbaikan
berkelanjutan merupakan salah satu pilar dalam mutu, untuk itu, perbaikan
berkelanjutan menjadi suatu keharusan pada manajemen pembiayaan
pendidikan yang berorientasi pada mutu pembelajaran sehingga dapat
disiimpulkan bahwa perbaikan berkelanjutan terbukti memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap manajemen peningkatan mutu. Perbaikan
berkelanjutan adalah usaha berkelanjutan yang dil aksanakan guna
pengembangan dan perbaikan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Seluruh usaha
tersebut dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik
kepada para pelanggan sehingga terpuaskan.
Perbaikan berkelanjutan merupakan cara untuk mengidentifikasi
terjadinya pemborosan dan meningkatkan aktivitas yang bernilai. Hal ini
penting dilakukan, sebab pemborosan merupakan cerminan dari sesuatu
pekerjaan berlebihan yang tidak bernilai tambah, terlebih kinerja yang
dikerjakan berkaitan dengan keuangan. Pengelolaan keuangan merupakan
pengelolaan yang berkenaan dengan sesuatu yang bersifat sensitif dan
melibatkan banyak orang, terutama orangtua dan masyarakat sebagai
pengguna. Sekali saja mereka kecewa terhadap kinerja pengelola
keuangan, selamanya mereka tidak akan percaya terhadap lembaga
pendidikan tersebut. Itulah salah satu faktor terjadinya penutupan terhadap
lembaga pendidikan. Oleh karena itu, perbaikan berkelanjutan menjadi
solusi yang tepat. Musyawarah sebagai media komunikasi dalam
menyelesaikan permasalahan pengelolaan pembiayaan pendidikan, tidak
dapat dipungkiri bahwa dalam proses pelaksanaan pengelolaan keuangan
pendidikan akan selalu ada permasalahan, agar permasalahan terselesaikan
harus ada proses komunikasi, baik komunikasi antarpelaksana maupun
antarlembaga keuangan ehingga pekerjaan tersebut akan terselesaikan
dengan efektif.
Komunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam
memperlancar proses interaksi dan kesuksesan organisasi. Tanpa ada
jalinan komunikasi yang efektif, kemungkinan besar seluruh proses
organisasi, perencanaan, serta proses perbaikan yang berkelanjutan tidak
akan berjalan secara maksimal sehingga dapat disimpulkan bahwa salah
satu proses keberhasilan TQM (Total Quality Management) adalah
komunikasi yang baik antarpemangku kepentingan lembaga pendidikan
yang dilakukan secara terus-menerus.

9. Visualisasi Model
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku :
Alma, Buchori. (2011). Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan. Bandung : CV
Alfabeta
Arikunto, Suharsimi dan Lia. (2012). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta : Graha
Cendekia
Bastian, India.(2016). Akuntansi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Clay-Lindgren, Henry, 2000, Educational Psychology In The Classroom, TokyoJapan:
Modern Asia
Danim, Sudarman. (2007). Visi Baru Manajemen Madrasah (Dari Unit Birokrasi
Ke Lembaga Akademik). Jakarta: Bumi Aksara.
Rosyada, Dede. (2017). Madrasah dan Profesionalisme Guru. Bandung : Kencana
Fattah, Nanang. (2004). Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya
Fattah, Nanang. (2009). Konsep Manajemen Berbasis Madrasah (MBS) dan
Dewan Madrasah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Fattah, Nanang. (1999). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Fattah, Nanang. (2012). Standar Pembiayaan Pendidikan.Bandung : Rosda
Griffin, Ricky W. 2004. Manajemen. Edisi ketujuh Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Kahfi, Inal. (2019). TQM dan Quality Improvement. Bandung : STAI Yamisa Soreang,
hal. 43
Koontz, Harold dan Cyril O’Donnel. 1980. Management. Edition VII. Tokyo:
McGraw Hill, Kogakusha.Ltd
Mulyana, Az. (2017). Menjadi Guru Hebat. Jakarta : Grasindo
Mulyasa, E. (2003). Manajemen Berbasis Madrasah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyono.(2009). Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mulyono.(2015). Konsep Pembiayaan Pendidikan. Yogyakarta:Ar-Ruzz
media.Republik Indonesia. 2003.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rustaman. (2015). Pembelajaran. Bandung : Aria Mandiri Group, hal. 461
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sani, Ridwan Abdullah., Pramuniati, Isda., Mucktiany, Anies. (2015).
Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara.
Sanusi, Achmad. (2017). Sistem Nilai. Bandung : Penerbit Nuansa
Siswanto. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara
Sukmadinata, Nana Syaodih., Jami’at, Ayi Novi., Ahman. (2018). Pengendalian
Mutu Pendidikan Madrasah Menengah (Konsep, Prinsip, Instrument).
Bandung: Reflika Aditama.
Supriyadi, Dedi. (2015). Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Sutomo, Titi Prihatin. (2012). Manajemen Madrasah. Semarang: Unnes Press.
Stoner, James A.F. 2004. Manajemen. Jilid 1 Edisi 6, Jakarta : Salemba Empat
Terry, George. R dan Rue, Leslie. W. 2005. Dasar-dasar Manajemen. Penerjemah
Ticoalu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Terry, George R. dan Leslie W. Rue. (2019). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara.
Usman, Husaini (2019). Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara, hal. 512-513

Jurnal dan Disertasi :


Abankina, I., 2019. "Financing of Education: Trend on Personalization," Journal of
the New Economic Association, New Economic Association, vol. 41(1), pages
216-225.
Anggaraini, Murni Dading. (2018). Analysis of Education Financing Management
(Multi Case in SMPN 1 and SMPN 3 Pringgabaya). International Journal of
Multicultural and Multireligious Understanding, Vol 5 No 6.
Ates, H. (2019). A Model Proposal for Higher Education Financing, Management,
Distribution and Audit in Turkey by Evaluating the Practices in OECD
Countries. Education Reform Journal, 4(2), 54-70.
Follet, Mary Parker. 2007. Visionary Leadership and Strategic Management MCB
University Press. Women in Management Review Volume 14 No. 7
Gufron, Anik dan Dedi Hardianto. (2017). The Quality of Learning in The Perspective
of Learning as A System. Advances in Social Science, Education and
Humanities Research (ASSEHR), volume 66 1st Yogyakarta International
Conference on Educational Management/Administration and Pedagogy
(YICEMAP 2017)
Hamzah, Nur. (2019). Manajemen Pembiayaan Pendidikan MA Berbasis Mutu
(Penelitian di MA Daarut Tauhid Bandung dan MA Modern Sahid Bogor).
Disertasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Husni.(2020). Community-Based Education Financing in Islamic Education
Institutions in Indonesia. Vol 4 No 1 (2020): Development Financing
Nurlatifah, Siti dan Dedy Achmad kurniady. (2019). How Education Funding
Management Can Increase The Quality Of Education In Vocational High
Schools?. Educational Administration Research dan Review Journal Vol 3 No 1.
Nurulia, L., Sutarto, J., Joko Raharjo, T., & Prihatin, T. (2021). The Influence Of
Education Financing Management System On Education Quality: Evidence
From Madrasah Aliyah Semarang. European Journal of Molecular & Clinical
Medicine, 7(1), 4232-4244.
Ismanto, Bambang. (2019). Management of Financing Compulsory Education to
Improve The Quality of Education in Indonesia. Jurnal Satya Wacana Christian
University – Salatiga – Indonesia
Luneto, Buhari. (2015). Manajemen Pembiayaan Pendidikan di Madrasah. Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam.Vol. lNo. kHal.jl-ku. Gorontalo: IAIN Sultan
Amai Gorontalo.
Megananda, Nuril Azizah. (2018). Manajemen Pembiayaan Pendidikan Dalam
Meningkatkan Mutu pembelajaran di MA Zainul Hasan Genggong Probolinggo
dan MA Model Maulana. Disertasi Terbitan UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Muh, Sugandi. (2019). Manajemen pembiayaan pendidikan Madrasah Aliyah:
Penelitian pembiayaan pada MA Miftahulhuda Al-Musri’ dan MA Al-Huda di
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Disertasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Ngismatul. (2014). Manajemen Sumber Daya Anggaran Keuangan Pendidikan.
Jurnal Studi Agama & Masyarakat. Vol.8 No. J Hal.88-jjm. Palangkaraya:
STIAN Palangka Raya.
Pedro, C. I. (2013). Spending More Or Spending Better: Improving Education
Financing In Indonesia. Uin Antasari
Primantho, An’Nuuri Ridwani. (2019). Implementasi Manajemen Pembiayaan
Pendidikan di MA Manarul Islam Pasuruan. Disertasi. Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Setiawati, E., Usmaedi, A. T. N., Nuryati, A. T. M., Sirjon, Y., Aprilyati, S., Ruiyat,
A. F., ... & Hartuti12, Y. N. S. (2020). Develop Green Behaviour through
Ecoliteracy for Early Children. Systematic Reviews in Pharmacy, 11(11), 1551-
1558.
Shunhaji, Akhmad. (2020). Manajemen Pembiayaan Pendidikan MA Darul Muttaqien
Parung Bogor. Andragogi Jurnal Pendidikan Islam, VOL 2, NO. 1, 2020
Suprihatin. (2015). Manajemen Efektif Madrasah Aliyah. Jurnal STAI Ma’arif Jambi.
Tohirin. (2019). Sistem Manajemen Pendidikan dan Pengelolaan Madrasah Aliyahdi
Jawa Tengah. Disertasi Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Wonosobo.
Wijaya, David. (2009). Implikasi Manajemen Keuangan Terhadap Kualitas
Pendidikan. Jurnal Pendidikan Penabur-No. 13 Tahun ke-8 Desember 2000.
Peraturan Perundang-undangan :
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009 Tentang Standar Biaya
Operasi Non Personalia
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
Tentang Standar Mutu  Untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah
Peraturan Pemerintah No 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP Nomor 17 Tahun
2010;
Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan
Islam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021 Tentang Standar
Nasional Pendidikan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai