Dosen pembimbing:
Ir. Yempita efendi M.S.
Religious
Religius tergambar dari sikap dan perilaku Hatta yang mendekatkan diri pada Allah, serta patuh pada
perintah Agamanya. Bung Hatta adalah seorang tokoh pemimpin muslim yang mempraktikan
nilai-nilai baik yang terkandung di dalamnya. Antara lain tepat waktu, disiplin, jujur, sederhana,
hemat merupakan segelintir nilai Islam yang ada pada Bung Hatta.
Bahkan, Bung Hatta berikrar tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Bung Hatta
menepati janjinya. Beliau menikah pada 18 November 1945.
Ia paham dan siap terhadap semua konsekuensi dari jalan politik yang ia tempuh. Saat itu,
berani melawan kolonialisme artinya siap untuk hidup menderita.
Jiwa Ksatria
Bung Hatta memiliki jiwa ksatria, yakni kebesaran hati yang tidak mengandung balas dendam.
Seseorang yang berjiwa ksatria berani membela kebenaran dan melawan kejahatan. Pada saat
yang sama, ia juga berbesar hati dan mengakui kelemahan.
Kata sifat yang menggambarkan Bung Hatta dapat dilihat pada kutipan berikut: “Rasa tanggung
jawab dan disiplin menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta.”
Berkarya Nyata
Bung Hatta merupakan tokoh yang selalu berkarya nyata. Salah satu karya monumental beliau
adalah bentuk koperasi. Pemikiran ini dituangkan pada pembentukkan koperasi pengusaha
batik, yang akhirnya sukses sampai saat ini. Koperasi tersebut berhasil mendorong kemajuan
bagi pengusaha batik dan memberi mereka kesempatan untuk memperluas usaha dengan
ekspor. Karya-karya lainnya adalah berbentuk tulisan.
Berusaha Sebaik Mungkin
Bung Hatta selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam segala hal, misalnya dengan
bersikap hati-hati dan melakukan perencanaan yang matang. Semua tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya dilakukan dengan sepenuh hati, dan direncanakannya dengan sebaik
mungkin agar memperoleh hasil yang maksimal.
Berbagai kiprah dan pemikiran Hatta di panggung politik masih terekam oleh sejarah. Bung Hatta seorang
cerdik cendekia. Itulah istilah yang dapat disematkan pada Wakil Presiden pertama negeri ini. Saat
menjadi mahasiswa, ia telah aktif dalam organisasi Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda. Bahkan,
bersama ketiga rekannya, Hatta sempat menghadapi gugatan hukum Pemerintah Kolonial Hindia
Belanda, pada 8 Maret 1928. Kala itu, ia dituduh oleh belanda dengan akal liciknya sebagai seorang
komunis dan menghasut rakyat agar memberontak. Sayangnya, gugatan tersebut tak terbukti secara
hukum.
Sepulangnya dari Belanda, Bung Hatta menjadi seorang tokoh pergerakan kebangsaan. Bersama Sjahrir,
ia membenahi Partai Sosialis Indonesia (PSI) dengan mengubahnya menjadi Pendidikan Nasional
Indonesia. Ketika itu, Hatta berpandangan bahwa selain semangat revolusioner, PSI harus menyiapkan
atau membentuk kader-kader yang memiliki jiwa nasionalis. Sehingga regenerasi perjuangan tak terputus
saat para pemimpin pergerakan menjalani pembuangan oleh para penjajah. Lantaran sepak terjangnya,
Pemerintah Kolonial akhirnya membuang Bung Hatta ke Boven Digul, Papua, dan Banda Neira, Maluku
Bung Hatta merupakan sebuah spirit yang memberikan dampak yang luar biasa bagi negeri tercinta.
Nasionalisme Bung Hatta telah melahirkan demokrasi kerakyatan untuk membangun generasi dalam
gerak laku yang berbeda. Orientasi nasionalisme Bung Hatta masih pada tujuan yang sama, yaitu
kesejahteraan Bangsa Indonesia.
Dalam kehidupannya, selain cerdas Bung Hatta juga merupakan tokoh yang sederhana. Ia merupakan
negarawan sejati yang hidupnya penuh dengan kesederhanaan meski memangku jabatan sebagai Wakil
Presiden. Kesederhanaan Hatta kelewatan. ”Hatta adakah negarawan sejati,” tulis Selo dikutip
dalam buku Keteladanan Bung Hatta, M Sayuti Dt Rajo Pangulu, 2020. Hal ini dapat dilihat dari
keinginannya untuk membeli sepasang sepatu merek Bally buatan Inggris yang sangat
didambakannya. Untuk dapat mewujudkannya, Bung Hatta menabung uang sedikit demi sedikit. Namun,
meskipun uang yang ditabung sudah terkumpul, ia terpaksa mengambilnya karena ada kebutuhan rumah
tangga yang mendesak. Karena kebutuhannya tersebut, sampai akhir hayatnya niat untuk membeli sepatu
tersebut tidak pernah terlaksana.
Tak lama setelah wafatnya pada 14 Maret 1980, keluarga Bung Hatta menemukan lipatan guntingan iklan
lama dalam dompetnya. Iklan itu adalah iklan sepatu merek Bally, sepatu yang mendunia kualitasnya, dan
mahal harganya.
Dari titik inilah, cerita kecil tentang kecerdasan dan kesederhanaan Bung Hatta dapat menjadi teladan.
Sosok dan pemikirannya jarang kita jumpai lagi pada tokoh nasional lain. Memberi tanpa pamrih dan rela
berkorban untuk rakyat. Kesederhanannya membuat ia menjadi seorang yang memiliki ideologi anti
korupsi. Ia lebih mendahulukan kepentingan rakyat dibanding kepentingan pribadi. Itulah Bung Hatta
seorang negarawan sejati yang dimiliki bangsa Indonesia.
Dalam kehidupan bunghatta disiplin sangat di perhitungkan ia sangat disipli dengan waktu. Baik bagi diri
sendiri terhadap suatu jadwal yg telah di tentukan dan di sepakati . dengan demikian , ia akan segera
mulai melaksanakan sesuatu kegitan tepat pada waktunya , walaupun orang lain belum terlibat hadir.
Ia sangat menghemati setiap waktu yg di jalani baik itu pekerjaan atau beristirahat sebab irama hidupnya
disesuaikan dengan irama waktu, ia sangat ketat menghargai waktu maka itu celakalah orang yg
menjanjikan dan tidak mnempatinya pada waktu yg di tentukan.