Anda di halaman 1dari 4

Kebunghataan

Dosen pembimbing:
Ir. Yempita efendi M.S.

Nama: josiron kogoya


Npm : 2210011111011

Cara baik bung hatta ??


Mohammad Hatta selalu memberikan sumbangsih pemikirannya dalam banyak hal. Mulai dari
dasar negara, konsep NKRI, proklamasi, hingga gagasan tentang ekonomi kerakyatan. Tak
heran apabila negarawan asal Bukttinggi ini didapuk sebagai Wakil Presiden pertama Republik
Indonesia.
Bagaimana sikap Bung Hatta?
Teladan berbangsa dan bernegera, taat beribadah, demokratis, pandai berorganisasi, penuh
etika dan etiket, ilmuwan, ahli ekonomi, bapak koperasi, tertib, disiplin, tepat waktu, rapi,
bersahaja, jujur, bersih, cerdas, pemikir, tenang, konsekuen, santun.

Religious
Religius tergambar dari sikap dan perilaku Hatta yang mendekatkan diri pada Allah, serta patuh pada
perintah Agamanya.  Bung Hatta adalah seorang tokoh pemimpin muslim yang mempraktikan
nilai-nilai baik yang terkandung di dalamnya. Antara lain tepat waktu, disiplin, jujur, sederhana,
hemat merupakan segelintir nilai Islam yang ada pada Bung Hatta.

Jiwa Solidaritas dan Kesetiakawanan


Solidaritas adalah simpati untuk kepentingan bersama yang dilandasi oleh rasa
kesetiakawanan. Bung Hatta bahu membahu memperjuangkan kemerdekaan  bersama seluruh
lapisan masyarakat.
Pro Patria dan Primus Patrialis
Artinya Bung Hatta selalu mencintai dan mendahulukan kepentingan Tanah Air. Beliau pernah
diasingkan ke Boven Digul karena dianggap membangkan terhadap pemerintah kolonial. Meski
demikian, Bung Hatta tidak gentar.

Bahkan, Bung Hatta berikrar tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Bung Hatta
menepati janjinya. Beliau menikah pada 18 November 1945.

Jiwa Toleransi atau Tenggang Rasa


Toleransi merupakan sikap tenggang rasa antarumat beragama, suku, golongan, dan bangsa.
Ini tercermin dari sikap Bung Hatta yang menghargai kultur orang lain meskipun ia tidak ikut
ambil bagian dalam kultur tersebut.

“Banyak kesaksian kawan-kawannya maupun penuturan ia sendiri dalam memoir-nya, betapa


Hatta sangat asketik, tidak mau tergoda dengan beberapa kultur Barat yang dianggapnya
bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Meskipun demikian, Hatta amat menghargai kultur orang
lain itu meskipun ia sendiri tidak ikut ambil bagian atau larut di dalamnya,” tulis Zed dalam
buku Cara Baik Bung Hatta.

Jiwa Tanpa Pamrih dan Bertanggung Jawab


Hatta berjuang semata-mata agar negeri tercintanya lepas dari cengkeraman penjajah. Ia tidak
memiliki maksud untuk menguntungkan diri sendiri.

Ia paham dan siap terhadap semua konsekuensi dari jalan politik yang ia tempuh. Saat itu,
berani melawan kolonialisme artinya siap untuk hidup menderita.

Jiwa Ksatria
Bung Hatta memiliki jiwa ksatria, yakni kebesaran hati yang tidak mengandung balas dendam.
Seseorang yang berjiwa ksatria berani membela kebenaran dan melawan kejahatan. Pada saat
yang sama, ia juga berbesar hati dan mengakui kelemahan.

Kata sifat yang menggambarkan Bung Hatta dapat dilihat pada kutipan berikut: “Rasa tanggung
jawab dan disiplin menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta.”

Berkarya Nyata
Bung Hatta merupakan tokoh yang selalu berkarya nyata. Salah satu karya monumental beliau
adalah bentuk koperasi. Pemikiran ini dituangkan pada pembentukkan koperasi pengusaha
batik, yang akhirnya sukses sampai saat ini. Koperasi tersebut berhasil mendorong kemajuan
bagi pengusaha batik dan memberi mereka kesempatan untuk memperluas usaha dengan
ekspor. Karya-karya lainnya adalah berbentuk tulisan.
Berusaha Sebaik Mungkin
Bung Hatta selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam segala hal, misalnya dengan
bersikap hati-hati dan melakukan perencanaan yang matang. Semua tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya dilakukan dengan sepenuh hati, dan direncanakannya dengan sebaik
mungkin agar memperoleh hasil yang maksimal.

Cendikiawan dan cerdas


Semasa hidupnya, Bung Hatta terkenal sebagai cendekiawan Islam yang berpikir moderat, sederhana, dan
konsisten dalam pemikirannya. Tak heran, sejak di usia belasan tahun sekitar tahun 1918, ia sudah
menjadi anggota Sarekat Usaha pimpinan Taher Marah Sutan. Setamatnya dari MULO atau setingkat
sekolah lanjutan tingkat pertama. Hatta yang saat itu berusia 17 tahun langsung melanjutkan
pendidikannya di Sekolah Dagang Prins Hendrik School (PHS) di Jakarta pada tahun 1919. Hingga
akhirnya, pria kelahiran kota kecil di dataran tinggi Agam itu melanjutkan pendidikan ke Handels Hoge
School di Negeri Belanda melalui beasiswa dari Yayasan Van Deventer.

Berbagai kiprah dan pemikiran Hatta di panggung politik masih terekam oleh sejarah. Bung Hatta seorang
cerdik cendekia. Itulah istilah yang dapat disematkan pada Wakil Presiden pertama negeri ini. Saat
menjadi mahasiswa, ia telah aktif dalam organisasi Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda. Bahkan,
bersama ketiga rekannya, Hatta sempat menghadapi gugatan hukum Pemerintah Kolonial Hindia
Belanda, pada 8 Maret 1928. Kala itu, ia dituduh oleh belanda dengan akal liciknya sebagai seorang
komunis dan menghasut rakyat agar memberontak. Sayangnya, gugatan tersebut tak terbukti secara
hukum.

Sepulangnya dari Belanda, Bung Hatta menjadi seorang tokoh pergerakan kebangsaan. Bersama Sjahrir,
ia membenahi Partai Sosialis Indonesia (PSI) dengan mengubahnya menjadi Pendidikan Nasional
Indonesia. Ketika itu, Hatta berpandangan bahwa selain semangat revolusioner, PSI harus menyiapkan
atau membentuk kader-kader yang memiliki jiwa nasionalis. Sehingga regenerasi perjuangan tak terputus
saat para pemimpin pergerakan menjalani pembuangan oleh para penjajah. Lantaran sepak terjangnya,
Pemerintah Kolonial akhirnya membuang Bung Hatta ke Boven Digul, Papua, dan Banda Neira, Maluku

Bung Hatta merupakan sebuah spirit yang memberikan dampak yang luar biasa bagi negeri tercinta.
Nasionalisme Bung Hatta telah melahirkan demokrasi kerakyatan untuk membangun generasi dalam
gerak laku yang berbeda. Orientasi nasionalisme Bung Hatta masih pada tujuan yang sama, yaitu
kesejahteraan Bangsa Indonesia.

Dalam kehidupannya, selain cerdas Bung Hatta juga merupakan tokoh yang sederhana. Ia merupakan
negarawan sejati yang hidupnya penuh dengan kesederhanaan meski memangku jabatan sebagai Wakil
Presiden. Kesederhanaan Hatta kelewatan. ”Hatta adakah negarawan sejati,” tulis Selo dikutip
dalam buku Keteladanan Bung Hatta, M Sayuti Dt Rajo Pangulu, 2020. Hal ini dapat dilihat dari
keinginannya untuk membeli sepasang sepatu merek Bally buatan Inggris yang sangat
didambakannya. Untuk dapat mewujudkannya, Bung Hatta menabung uang sedikit demi sedikit. Namun,
meskipun uang yang ditabung sudah terkumpul, ia terpaksa mengambilnya karena ada kebutuhan rumah
tangga yang mendesak. Karena kebutuhannya tersebut, sampai akhir hayatnya niat untuk membeli sepatu
tersebut tidak pernah terlaksana.

Tak lama setelah wafatnya pada 14 Maret 1980, keluarga Bung Hatta menemukan lipatan guntingan iklan
lama dalam dompetnya. Iklan itu adalah iklan sepatu merek Bally, sepatu yang mendunia kualitasnya, dan
mahal harganya.

Dari titik inilah, cerita kecil tentang kecerdasan dan kesederhanaan Bung Hatta dapat menjadi teladan.
Sosok dan pemikirannya jarang kita jumpai lagi pada tokoh nasional lain. Memberi tanpa pamrih dan rela
berkorban untuk rakyat. Kesederhanannya membuat ia menjadi seorang yang memiliki ideologi anti
korupsi. Ia lebih mendahulukan kepentingan rakyat dibanding kepentingan pribadi. Itulah Bung Hatta
seorang negarawan sejati yang dimiliki bangsa Indonesia.

Disiplin dan hemat

Dalam kehidupan bunghatta disiplin sangat di perhitungkan ia sangat disipli dengan waktu. Baik bagi diri
sendiri terhadap suatu jadwal yg telah di tentukan dan di sepakati . dengan demikian , ia akan segera
mulai melaksanakan sesuatu kegitan tepat pada waktunya , walaupun orang lain belum terlibat hadir.

Ia sangat menghemati setiap waktu yg di jalani baik itu pekerjaan atau beristirahat sebab irama hidupnya
disesuaikan dengan irama waktu, ia sangat ketat menghargai waktu maka itu celakalah orang yg
menjanjikan dan tidak mnempatinya pada waktu yg di tentukan.

Anda mungkin juga menyukai