GENETIKA PERTANIAN
ACARA IV
PENCANDRAAN TANAMAN
INTISARI
Intisari memuat inti permasalahan yang akan dikemukakan, waktu dan tempat, metode
praktikum dan hasil-hasil yang diperoleh serta kesimpulan yang singkat. Intisari
hanya boleh dituliskan dalam satu paragraf saja dengan format satu kolom dan
terpisah dari naskah utama. Jarak antar baris adalah satu spasi pada format ini.
Hindari mencantumkan referensi kecuali kondisi penting cukup tuliskan nama dan
tahun. Singkatan yang tidak lazim mohon tidak dimasukkan dalam abstrak. Mohon
definisikan dari setiap singkatan yang ditulis dalam abstrak. Intisari tidak lebih dari
250 kata. Kata kuci berisi hal-hal yang dianggap penting dalam praktikum. Kata kunci
terdiri atas 4 – 5 kata.
PENDAHULUAN
Pendahuluan tidak lebih dari 800 kata, berisi latar belakang, permasalahan, tujuan,
hipotesis dan solusi dari permasalahan tersebut. Hal tersebut harus didukung oleh kajian
literatur sebagai dasar pernyataan kebaruan ilmiah dari naskah dan pernyataan kebaruan
ilmiah.
Format penulisan dari teks pendahuluan sampai kesimpulan adalah Arial, 11pt, jarak
antar baris 1.5 spasi dan dalam 1 kolom. Untuk laporan berbahasa Indonesia, contoh
penulisan sitasi internet (OECD-FAO, 2011), sitasi asosiasi populer (USDA, 2002), sitasi
skripsi/tesis (Kirana, 2014), sitasi artikel jurnal (Indradewa dkk., 2003), sitasi buku indonesia
(Tohari dkk., 2017), sitasi buku bahasa inggris (Hinkelman et al., 2013), dan sitasi
seminar/prosiding (Setyaningsih dkk., 2015).
B. Pembahasan
Karakter suatu tanaman dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu karakter kualitatif dan
karakter kuantitatif. Pada karakter kualitatif, karakter-karakter tertentu dapat diamati secara
langsung. Karakter ini dikendalikan oleh sedikit gen (simple genic ) namun gennya memiliki
efek yang kuat atau disebut efek fenotipik mayor (gen mayor), ekspresi/aksi gen dalam
karakter ini tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Sebaliknya, pada karakter kuantitatif sifat
dikendalikan oleh banyak gen yang masing-masing gen memberikan sumbangan kecil
terhadap penampilan fenotipik karakternya, karakter ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan
(Pratama et al., 2015). Pendugaan aksi gen pada karakter kualitatif dapat menggunakan
analisis Mendel, sedangkan pendugaan aksi gen karakter kuantitatif menggunakan analisis
skala gabungan (Mustafa et al., 2016)
Suatu sifat yang dikendalikan oleh lingkungan tidak dapat diwariskan kepada
keturunannya, dan untuk yang dikendalikan oleh genetik akan sangat memungkinkan untuk
diturunkan kepada keturunannya. Besarnya nilai duga heritabilitas dalam arti luas dapat
dipengaruhi oleh perbedaan jenis karakter. Karakter kualitatif umumnya memiliki nilai duga
heritabilitas (dalam arti luas) yang tinggi, sedangkan karakter kuantitatif umumnya memiliki
nilai duga heritabilitas (dalam arti luas) yang rendah (Pupodarsono, 1998 cit Zulfikri et al.,
2015). nilai duga heritabilitas (dalam arti luas) yang tinggi pada suatu karakter menunjukkan
bahwa proporsi faktor genetik relatif lebih besar dalam pengendalian ekspresi karakter
tersebut dibandingkan dengan pengaruh faktor lingkungan. (Basuki, 1995 cit Zulfikri et al.,
2015) mengatakan bahwa pada karakter tersebut sebaiknya digunakan seleksi pada
generasi awal dengan metode seleksi yang hanya mendasarkan pada penampakan fenotipik
saja, tanpa menunggu generasi lanjut. karakter tersebut dapat dijadikan sebagai dasar atau
kriteria seleksi untuk perbaikan karakter yang sama melalui program pemuliaan tanaman.
KESIMPULAN
Kesimpulan ditulis dengan spasi 1,5, Arial 11pt, menggambarkan jawaban dari
hipotesis dan atau tujuan praktikum atau temuan ilmiah yang diperoleh yang di tulis secara
singkat, jelas dan padat. Kesimpulan bukan berisi perulangan dari hasil dan pembahasan,
tetapi lebih kepada ringkasan hasil temuan seperti yang diharapkan di tujuan atau hipotesis.
Bila perlu, di bagian akhir kesimpulan dapat juga dituliskan hal-hal yang akan dilakukan
terkait dengan rekomendasi untuk praktikum selanjutnya dari praktikum tersebut.
Kesimpulan ditulis dalam paragraf utuh atau poin per poin.
DAFTAR PUSTAKA
Ezward, Chairil., I. Suliansyah., N. Rozen., dan I. Dwipa. 2020. Identifikasi karakter
vegetative beberapa genotipe padi lokal Kabupaten Kuantan Singingi. Menara Ilmu.
14(2) : 12-22.
Dotulang, F. 2011. The variety of quantitative and qualitative character of five varieties of
mung bean (Vigna radiata). Jurnal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Universitas Sam Ratulangi. 1-11.
Herlinda, G., Soenarsih. S. D. A. S., dan S. Syafi. 2018. Keragaman dan heritabilitas genotip
jagung merah (zea Mays L.) local. Techno: Junal Penelitian. 7(2) : 191-199.
Mustafa, M., M. Syukur., S. H. Sutjahjo., dan Sobir. 2016. Pewarisan karakter kualitatif dan
kuantitatif pada hipokotil dan kotiledon tomat (Solanum lycopersicum L.) silangan IPB
T64 x IPB T3. Jurnal Hortikultura Indonesia. 7(3) : 155-164.
Nurhuda, A., Yusnita., dan D. Hapsoro. 2017. Identifikasi karakter kuantitatif dan kualitatif
beberapa varietas tomat (Lycopersicon esculentum Mill.). Jurnal Agrotek Tropika.
5(2) : 68-74.
Ruchjaniningsih. 2006. Efek mulsa terhadap penampilan fenotipik dan parameter genetik
pada 13 genotip kentang di lahan sawah dataran medium Jatinangor. Jurnal
Hortikultura. 16(4) : 290-298.
Suryani, R., dan Owbel. 2019. Pentingnya eksplorasi dan karakterisasi tanaman pisang
sehingga sumber daya genetik tetap terjaga. Agricultural Journal. 2(2) : 64-76.
Pratama, A. R., T. A. Nurmala dan W. A. A. Qosim. 2015. Penampilan fenotipik dan
keragaman karakter kualitatif dan kuantitatif tiga populasi generasi F2 hasil
persilangan tanaman hanjeli (Coix lacryma-Jobi).
Wicaksono, I. N. A., dan B. Martono. 2020. Penampilan fenotipik, keragaman, dan
heritabilitas Sembilan genotip teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze). Jurnal Tanaman
Industri dan Penyegar. 7(2) : 53-60.
Zulfikri., E. Hayati., dan M. Nasir. 2015. Penampilan fenotipik. parameter, genetik karakter
hasil dan komponen hasil tanaman melon (Cucumis melo). Jurnal Floratek. 10(2) : 1-
11.
Contoh:
Barnito, N., 2009. Budidaya tanaman jagung. Suka Abadi. Yogyakata.
Fiantis, D., 2006. Laju Pelapukan Kimia Debu Vulkanis G. Talang dan Pengaruhnya
Terhadap Proses Pembentukan Mineral Liat Non-Kristalin. Universitas Andalas, Padang.
Harniati, U. 2002. Keunggulan dan kelemahan sistem alley cropping serta peluang dan
kendala adopsinya di lahan kering das bagian hulu. <http://216.239.33.100/search?
q:rudyct.tripod.com/sem1_023/umi_haryti.htm +lahan+kering&hl>. Diakses pada 18
Agustus 2016.
Ma, Jian Feng and Naoki Yamaji. 2006. Silicon uptake and accumulation in higher plants.
TRENDS in Plant Science Vol 11.
Makarim, A.K. E. Suhartatik dan A. Kartohardjono. 2007. Silikon: hara penting pada sistem
produksi padi. Iptek Tanaman Pangan. Vol 2:195-204.
Munir, M., 1996. Tanah – tanah utama Indonesia. Pustaka Jaya, Jakarta.
Ningsih, Sri. 2012. Kajian laju infiltrasi tanah dan imbuhan air tanah lokal sub das gendol
pasca erupsi merapi 2010. Jurnal Bumi Indonesia. 1:218-226.
Shoji, S. & Takahashi, T., 2002. Environmental and Agricultural Significance of Volcanic Ash
Soils. Jpn. J. Soil Sci. Plant Nutr. 73: 113-135.
Suriadikarta, D.A., Abbas, A., Sutono, Erfandi, D., Santoso, E., Kasno, A., 2010. Identifikasi
Sifat Kimia Abu Volkan, Tanah dan Air di Lokasi Dampak Letusan Gunung Merapi.
Bogor : Balai Praktikum Tanah.
Takahashi, E. 1995. Uptake model and physiological functions of silica. In: T. Matsuo, K.
Kumazawa, R. Ishii, K. Ishihara, and H. Hirata (Eds.). Science of Rice Plant,
Physiology. Food and Agriculture Research Center, Tokyo. 2:420-433.