0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
66 tayangan2 halaman
Direktorat Jenderal Pajak meluncurkan aplikasi e-Objection untuk menyampaikan Surat Keberatan secara elektronik. Keuntungan bagi Wajib Pajak adalah prosesnya lebih efisien dan mudah. Persyaratan pengajuan melalui e-Objection antara lain menyertakan alasan keberatan, hanya untuk satu surat ketetapan pajak, dan diajukan dalam 3 bulan sejak surat ketetapan dikirim.
Direktorat Jenderal Pajak meluncurkan aplikasi e-Objection untuk menyampaikan Surat Keberatan secara elektronik. Keuntungan bagi Wajib Pajak adalah prosesnya lebih efisien dan mudah. Persyaratan pengajuan melalui e-Objection antara lain menyertakan alasan keberatan, hanya untuk satu surat ketetapan pajak, dan diajukan dalam 3 bulan sejak surat ketetapan dikirim.
Direktorat Jenderal Pajak meluncurkan aplikasi e-Objection untuk menyampaikan Surat Keberatan secara elektronik. Keuntungan bagi Wajib Pajak adalah prosesnya lebih efisien dan mudah. Persyaratan pengajuan melalui e-Objection antara lain menyertakan alasan keberatan, hanya untuk satu surat ketetapan pajak, dan diajukan dalam 3 bulan sejak surat ketetapan dikirim.
Pada bulan Agustus 2020, Direktorat Jenderal Pajak meluncurkan e-
Objection sebagai alternatif channel penyampaian Surat Keberatan. Apa yang Saudara ketahui mengenai aplikasi tersebut? jelaskan apa keuntungannya bagi WP dan apa saja persyaratan pengajuan Surat Keberatan melalui e- Objection?
JAWABAN :
Direktorat Jenderal Pajak terus berupaya meningkatkan kualitas layanan
perpajakan digital, bukan hanya dari segi fitur-fitur aplikasi pembayaran dan pelaporan pajak, tetapi juga dari segi alur komunikasi antara Wajib Pajak dan DJP. Salah satu bentuk upaya tersebut dapat terlihat pada proses peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam penyampaian Surat Keberatan serta memudahkan Wajib Pajak menyampaikan keluhan tersebut. Hal ini direalisasikan DJP dengan mengimplementasi aplikasi khusus penyampaian Surat Keberatan secara elektronik yang disebut e-objection sebagai salah satu channel alternatif bagi Wajib Pajak untuk menyampaikan Surat Keberatan. Adapun tata cara penyampaian Surat Keberatan secara elektronik melalui e-objection dituangkan DJP melalui Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-14/PJ/2020 Sebelum menggali lebih dalam mengenai e-objection, mari pahami apa yang dimaksud dengan Surat Keberatan dan Surat Keberatan apa saja yang bisa disampaikan melalui e-objection. Penjelasan mengenai Surat Keberatan telah dibahas pada Peraturan Menteri Keuangan No. 9/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan. Pada peraturan tersebut dilampirkan juga format penulisan Surat Keberatan.
Wajib Pajak hanya dapat menyampaikan Surat Keberatan kepada Direktorat
Jenderal Pajak. Adapun keberatan yang dapat diajukan ialah: • Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) • Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), • Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), • Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), • pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Keberatan yang dimaksud yaitu keberatan terhadap substansi dari surat
ketetapan pajak, seperti jumlah rugi, besaran pajak, dan materi dari pemotongan/pemungutan pajak. Namun, untuk sementara waktu pelaporan Surat Keberatan masih terbatas pada beberapa jenis keberatan, yaitu atas surat ketetapan pajak selain surat ketetapan pajak PBB. E-Objection belum bisa memfasilitasi pengajuan keberatan atas pengajuan keberatan oleh kuasa Wajib Pajak, atas pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak kegita, maupun atas keterlambatan membayar atau melaporkan pajak dengan alasan force majeur atau yang di luar kuasa Wajib Pajak
Keuntungan bagi WP adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam penyampaian Surat Keberatan dan untuk lebih memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak dalam penyampaian Surat Keberatan.
persyaratan pengajuan Surat Keberatan melalui e-Objection?
Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan; Satu keberatan diajukan hanya untuk satu surat ketetapan pajak, untuk satu pemotongan pajak, atau untuk satu pemungutan pajak; Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan sebelum Surat Keberatan disampaikan; Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal: surat ketetapan pajak dikirim; atau pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak; Surat Keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal Surat Keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, Surat Keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang KUP; dan Wajib Pajak tidak mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 Undang-Undang KUP.