Anda di halaman 1dari 1

Kasus =

Mantan Pimpinan Redaksi Banjarhits, Diananta Putera Sumedi, divonis bersalah oleh
pengadilan karena menayangkan berita bermuatan SARA dan melanggar kode etik.

Kronologi kasus =
Diananta atau Nanta ditetapkan sebagai tersangka dan kemudian jadi terdakwa di PN
Kotabaru sebab beritanya yang berjudul ‘Tanah Dirampas Jhonlin, Dayak Mengadu ke Polda
Kalsel’. Konten ini diunggah melalui laman Banjarhits.id, pada 9 November 2019 lalu.
Pengadu atas nama Sukirman dari Majelis Umat Kepercayaan Kaharingan Indonesia.
Sukirman menilai berita itu menimbulkan kebencian karena dianggapnya bermuatan
sentimen kesukuan. Pada saat yang sama masalah ini juga telah dibawa ke Dewan Pers.
Diananta dan Sukirman datang ke Sekretariat Dewan Pers di Jakarta, pada Kamis, 9 Januari
2020 lalu guna menjalani proses klarifikasi. Dewan Pers kemudian mengeluarkan lembar
Pernyataan Penilaian dan Rekomendasi (PPR) yang mewajibkan Banjarhits selaku teradu
melayani hak jawab dari pengadu. PPR diterbitkan Dewan Pers pada 5 Februari 2020.
Merujuk kepada UU Nomor 40/1999 tentang penanganan sengketa pers, maka PPR tersebut
sudah menyelesaikan semua masalah. Hak jawab pengadu sebagai kesempatan untuk
menjelaskan duduk persoalan versi pengadu sudah diberikan. Banjarhits sudah pula meminta
maaf dan menghapus berita yang dipersoalkan.
Namun demikian penyidikan polisi terus berlanjut dengan surat panggilan kedua dari
Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Kalsel, pada tanggal 25 Februari
2020, hingga penahanan Diananta pada 4 Mei 2020.
Polisi menjeratnya dengan Pasal 28 UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang
berisikan ancaman hukuman 6 tahun penjara. Pada 24 Mei penahanan Nanta dipindahkan ke
Kotabaru dan dititipkan di Polres Kotabaru hingga persidangan mulai masuk jadwal
persidangan sejak 8 Juni 2020.

Undang – Undang yang Dilanggar =


Pasal 28 Undang – Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”

Anda mungkin juga menyukai