Disusun oleh :
Kelompok 8
Oseanografi
Perikanan
DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
BAB
1
Pendahulua
n
BAB 2
......
BAB
3
.....
C. Konsep Pemanfaatan Sumberdaya yang Lestari
1. Penangkapan
Menurut Hart dan Reynolds (2002), perikanan tangkap merupakan sistem
perikanan yang paling umum dan paling tradisional yang ada dan masih eksis hingga
saat ini. Perikanan tangkap adalah usaha penangkapan ikan dan organisme air lainnya di
alam liar (laut, sungai, danau, dan badan air lainnya) yang mana kehidupan organisme
air di alam liar dan faktor-faktornya (biotik dan abiotik) tidak dikendalikan secara
sengaja oleh manusia. Penangkapan dari ikan yang ada sering kali memunculkan
permasalahan seperti overfishing dan kerusakan ekosistem sehingga dapat menyebabkan
penurunan spesies hingga kepunahan pada beberapa spesies terterntu. Sehingga
meskipun ikan dikategorikan sebagai sumberdaya renewable diperlukan suatu peraturan
yang mana penangkapannya maksimal namun populasi ikan di lingkungan tetap ada
dalam batas normal agar mencegah adanya overfishing. Lalu memperhatikan aspek
biologi dalam memelihara sumberdaya perikanan, hal ini disebabkan kita harus tau
metode pemeliharaan ikan tersebut karena berbagai macam ikan memiliki preferensi
kondisi lingkungan khusus untuk tumbuh dan berkembang.
Menurut Kementerian PPN / Bappenas (2014), Penangkapan Ikan adalah kegiatan
untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan
alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan/atau
mengawetkannya. Dalam melakukan penangkapan ikan,pemilihan daerah penangkapan
ikan atau fishing ground merupakan faktor yang penting. Sifat dan kebiasaan ikan yang
dilakukan dengan konservasi dan penelitian aspek biologis ikan,merupakan cara untuk
dapat mengetahui fishing ground. Dalam penangkapan ikan, hal yang harus diperhatikan
adalah memperhatikan aspek biologi dari ikan dan lingkungan disekitar ikan selain
memperhatikan aspek ekologi. Alat pancing yang digunakan pun tidak boleh
sembarangan dan harus disesuaikan dengan lingkungan sekitarnnya. Kegiatan
penangkapan ikan sangat penting, karena apabila tidak, populasi dari ikan dapat terjadi
penyusutan karena overpopulation yang kemudian akan berpengaruh pada kadar
oksigen di dalam air dan yang paling parah dapat mengakibatkan kematian. Namun
disisi lain, dalam perikanan tangkap terjadinya fenomena overfishing yang tidak hanya
mengancam kelestarian sumberdaya ikan, tetapi juga menggrogoti kemampuan ekonomi
masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada pemanfaatan sumberdaya ikan
tersebut. Sehingga, fenomena overfishing selalu diikuti dengan terjadinya fenomena
pemiskinan pada masyarakat yang mengantungkan kehidupannya pada sumberdaya
ikan.
Cantrang
Merupakan alat penangkapan ikan yang bersifat
aktif dengan pengoperasian yang dilakukan di dasar
perairan (menyentuh dasar perairan).
Trawl
Suatu jaring kantong yang ditarik di
belakang kapal dan menelusuri permukaan
dasar perairan.
a. Natural Story
Menurut Hart dan Reynolds (2002), natural history dalam perikanan
adalalah faktor yang mempelajari mengenai pola hidup dari suatu ikan dan
efeknya terhadap populasi serta evolusinya dengan menggunakan metode
pengamatan. Natural history mencakup pada pola reproduksi, migrasi, serta
masa hidup dari suatu jenis ikan pada suatu perairan. Selain pada faktor tersebut
terdapat pula faktor persaingan dalam mendapatkan makanan serta pemangsaan
dari jenis ikan diatasnya yang dapat mempengaruhi kelimpahan jenis ikan.
b. Dinamika Populasi
Menurut Hart dan Reynolds (2002), dinamika populasi adalah suatu ilmu
yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan dinamika dari suatu populasi
spesies ikan-ikan tertentu. Dinamika populasi mencakup materi kecepatan
reproduksi, mortalitas dan faktor fisik yang menjadi kondisi optimum bagi ikan
tersebut untuk dapat tumbuh dan berkembangbiak. Adanya penambahan pada
populasi suatu ikan tertentu dapat disebabkan oleh adanya ikan dari daerah lain
yang berimigrasi dan adanya kelahiran bibit-bibit ikan baru (natalitas).
Sedangkan pengurangan pada populasi suatu ikan tertentu dapat disebabkan oleh
adanya ikan yang keluar dari daerah asal dan adanya kematian (mortalitas).
Sebagai ilmu yang mempelajari populasi ikan, ilmu ini berada pada kajian
biologi dan matematika populasi.
Menurut KKP (2012), Populasi ikan di lautan bersifat dinamis (selalu
berubah), baik bertambah maupun berkurang, atau karena individu lain yang
masuk dari daerah lain (migrasi), atau bahkan karena lahir (natalitas). Pada saat
yang sama, alasan penurunan tersebut adalah kematian (kematian) dan imigrasi
(mengeluarkan ikan dari populasi). Populasi adalah kelompok ikan yang hidup
di daerah tertentu pada waktu tertentu, sedangkan stok adalah kelompok ikan
yang menempati perairan tertentu dan mempunyai pola migrasi, serta daerah
pemijahan yang terpisah dari stok lainnya. Sedangkan dinamika populasi
mempelajari tentang dinamika tentang populasi ikan termasuk kecepatan
tumbuh, memperbanyak diri, stok, dan moralitas atau kematian. Faktor-faktor
tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan atau kondisi lingkungan di sekitar
ikan.
2. Budidaya
Menurut Mulyono dan Sitonga (2019) Budidaya adalah salah satu bentuk
pemanfaatan sumberdaya perikanan untuk memelihara, membesarkan atau membiakkan
ikan, dan memanen hasilnya dalam lingkungan terkontrol. Menurut Hart dan Reynolds
(2002), budidaya dilakukan karena terdapat permintaan yang tinggi untuk ikan di
seluruh dunia sehingga menyebabkan overfishing di sektor perikanan tangkap. Budi
daya ikan menyediakan sumber alternatif penyediaan ikan. Namun, budi daya ikan
karnivora seperti salmon tidak selalu mengurangi usaha perikanan tangkap karena
nutrisi yang dibutuhkan ikan salmon lebih spesifik dan sering kali sulit dibudidayakan,
seperti ikan kecil yang mengandung minyak ikan yang menjadi mangsa utama ikan
salmon di alam liar.
Gambar 6. Jenis Budidaya Berdasarkan Luas Lahan Perikanan Budidaya Tahun
2008-2012
3. Pengelolaaan
Menurut Kementerian PPN / Bappenas (2014), menyebutkan bahwa aktivitas
perikanan yang berkelanjutan dapat dicapai melalui pengelolaan perikanan yang tepat
dan efektif, yang umumnya ditandai dengan meningkatnya kualitas hidup dan
kesejahteraan manusianya sertajuga terjaganya kelestarian sumber daya ikan dan
kesehatan ekosistemnya. Hal ini tercantum dalam paradigma tentang Sustainable
Fisheries System bahwa pembangunan perikanan yang berkelanjutan harus dapat
mengakomodasi 4 aspek utama yang mencakup dari hulu hingga hilir, yakni:
1. Keberlangsungan ekologi (ecological sustainability): memelihara keberlanjutan
stok/biomass sumber daya ikan sehingga pemanfaatannya tidak melewati daya
dukungnya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas ekosistemnya.
2. Keberlanjutan sosio-ekonomi (socioeconomic sustainability): memperhatikan
keberlanjutan kesejahteraan para pelaku usaha perikanan dengan mempertahankan
atau mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang layak.
3. Keberlanjutan komunitas (community sustainability): menjaga keberlanjutan
lingkungan komunitas atau masyarakat perikanan yang kondusif dan sinergis
dengan menegakkan aturan atau kesepakatan bersama yang tegas dan efektif.
4. Keberlanjutan kelembagaan (institutional sustainability): menjaga keberlanjutan
tata kelola yang baik, adil, dan bersih melalui kelembagaan yang efisien dan efektif
guna mengintegrasikan atau memadukan tiga aspek utama lainnya (keberlanjutan
ekologi, keberlanjutan sosio-ekonomi, dan keberlanjutan masyarakat).
Secara umum, aktivitas perikanan di Indonesia belum menunjukkan kinerja yang
berkelanjutan. Hal ini, dapat dilihat dengan masih belum banyaknya jumlah usaha
perikanan di Indonesia yang berjalan langgeng (bertahan dalam jangka panjang). Selain
itu, sektor perikanan nasional juga masih cukup banyak menghadapi kendala atau
permasalahan yang cukup kompleks. Permasalahan paling utama yang menjadi
penyebab perikanan di Indonesia belum berjalan secara berkelanjutan adalah masih
lemahnya sistem pengelolaan perikanan (fisheries management system), baik untuk
perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Pengelolaan perikanan yang lemah,
baik secara langsung maupun tidak langsung, tentunya akan menimbulkan
ketidakteraturan dan tidak terkendalinya usaha perikanan nasional, yang pada akhirnya
akan menyebabkan aktivitas perikanan nasional menjadi tidak berkelanjutan. Lebih
spesifiknya, permasalahan utama dalam sektor perikanan di Indonesia antara lain
permasalahan illegal, unreported, and unregulated (IUU) fishing, permasalahan padat
tangkap di perairan pantai, Pengawasan yang masih lemah, permasalahan sumber
makanan ikan dan permasalahan penurunan kualitas lingkungan perairan.
D. Migrasi Ikan
Menurut Pratami et al. (2018), Migrasi adalah peristiwa berpindahnya suatu
organisme dari suatu bioma ke bioma lainnya. Dalam banyak kasus, organisme
bermigrasi untuk mencari sumber-cadangan-makanan yang baru untuk menghindari
kelangkaan makanan yang mungkin terjadi karena datangnya musim dingin atau karena
overpopulasi. Migrasi ikan sendiri adalah adalah pergerakan perpindahan ikan dari
suatu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai arti penyesuaian terhadap kondisi
alam yang menguntungkan untuk eksistensi hidup dan keturunannya. Ikan mengadakan
migrasi dengan tujuan untuk pemijahan, mencari makanan dan mencari daerah yang
cocok untuk kelangsungan hidupnya. Migrasi ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor
baik internal (faktor yang terdapat dalam tubuh ikan) maupun faktor eksternal (berupa
faktor lingkungan yang secara langsung atau tidak langsung berperan dalam migrasi
ikan).
Salinitas
Ikan cenderung memilih medium dengan salinitas yang lebih sesuai
dengan tekanan osmotik tubuh mereka masing-masing. Oleh karena itu,
berdasakan perbedaan salinitas biota ada yang bersifat euryhaline (dapat hidup
dalam air tawar, air laut dan air payau contohnya kerang dan kepiting biru) dan
stenohaline (salinitas sempit contohnya ikan kerapu) (Nugraha et al., 2019).
Arus dan pasang surut
Arus akan mempengaruhi transport pasif telur ikan dan juvenil dari daerah
pemijahan menuju daerah asuhan. Ikan dewasa yang baru selesai memijah
memanfaatkan arus untuk kembali ke daerah makanan. Sedangkan pasang
surut di perairan menyebabkan terjadinya arus di perairan yang disebut arus
pasang dan arus surut (Cahya et al., 2016).
Intensitas cahaya
Perubahan intensitas cahaya sangat mempengaruhi pola penyebaran ikan,
tetapi respon ikan terhadap perubahan intensitas cahaya dipengaruhi oleh jenis
ikan, suhu dan tingkat kekeruhan perairan. Ikan mempunyai kecenderungan
membentuk kelompok kecil pada siang hari dan menyebar pada malam hari
(Pratami et al., 2018).
Musim
Musim akan mempengaruhi pola migrasi vertikal dan horizontal ikan,
yang kemungkinan dikontrol oleh suhu dan intensitas cahaya. Ikan pelagis dan
ikan demersal mengalami migrasi musiman horizontal yakni dengan menuju ke
perairan lebih dangkal atau dekat permukaan selama musim panas dan menuju
perairan lebih dalam pada musim dingin (Nugraha et al., 2019).
BAB
4
.....
DAFTAR PUSTAKA
Cahya, C. N., D. Setyohadi dan D. Surinati. 2016. Pengaruh Parameter Oseanografi
Terhadap Distribusi Ikan. Oseana., 41(4):1-14.
Direktorat Pelabuhan dan Perikanan Dirjen Perikanan Tangkap KKP Indonesia. 2012.
Derkrisi Ikan Pelagis Kecil. URL: http://www.pipp.kkp.go.id/sdi_index.html?
idkat=2. Diakses pada 25 April 2021.
Pratami, V.A.Y., P. Setyono dan Sunarto. 2018. Zonasi, Zonasi, Keanekaragaman dan
Pola Migrasi Ikan di Sungai Keyang, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Jurnal
Ilmu Lingkungan., 16(1):78-85.