Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL TUGAS AKHIR

STASIUN INTERMODA DAN HOTEL

BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD)

DI KLATEN

DENGAN PENDEKATAN GREEN BUILDING

DI AJUKAN SEBAGAI SYARAT UNTUK MENCAPAI GELAR SARJANA

ARSITEKTUR UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN SURAKARTA

Di ajukan oleh :

Nama : David Sulistyo Wibowo

Nim : A0219027

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN

SURAKARTA

2023
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS
TEKNIK UNIVERITAS TUNAS PEMBANGUNAN
SURAKARTA

HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PROPOSAL

Nama : David Sulistyo Wibowo


NIM : A0219027
Judul : STASIUN INTERMODA DAN HOTEL
BERBASIS TRANSIT ORIENTED
DEVELOPMENT (TOD) DI KLATEN
DENGAN PENDEKATAN GREEN
BUILIDING

Menyetujui :

Tanggal………………..2023 Tanggal………………2023
Pembimbing I Pembimbing II

Wahyu Prabowo, S.T.,M.Sc. Dr. Tri Hartanto, S.T.,M.Sc.


NIDN .0617118801 NIDN. 0615035801

2
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini. Penulisan laporan ini untuk memenuhi syarat kelulusan salah satu mata
kuliah yaitu Tugas Akhir. Penulisan Laporan Tugas Akhir ini juga tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak, pada kesempatan ini saya sampaikan terimakasih
kepada :

1. Bapak Dr. Tri Hartanto, ST., Msc., Selaku Dosen Pembimbing II dan Dekan
Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.
2. Bapak A. Bamban Yuwono ST., MT, selaku Ketua Prodi Arsitektur Fakultas
Teknik Univeristas Tunas Pembangunan Surakarta.
3. Bapak Wahyu Prabowo ST., MT, sebagai Dosen Pembimbing I

Sadar akan keterbatasan waktu dan kemampuan dalam penyusunan


laporan Tuagas Akhir masih sangat kurang, maka kritik dan yang membangun
sangat di harapkan demi sempurnanya laporan ini. Namun penulis berharap
laporan Tugas Akhir ini dapat memenuhi syarat tugas kelulusan mata kuliah
Tugas Akhir dan berguna bagi pembaca.

Surakarta, 08 Maret 2023

David Sulistyo Wibowo

A0219027

3
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................7

1.1 Latar Belakang.................................................................................................7

1.2 Masalah Yang Akan Di Pecahkan.................................................................9

1.2.1 Permasalahan........................................................................................9

1.2.2 Persoalan...............................................................................................9
1.3 Tujuan dan Sasaran.......................................................................................10
1.3.1 Tujuan .................................................................................................10
1.3.2 Sasaran................................................................................................10
1.4 Manfaat ..........................................................................................................11
1.4.1 Manfaat Akademik..............................................................................11
1.4.2 Manfaat Non Akademik......................................................................11
1.5 Batsan dan Linggkup Pembahasan..............................................................11
1.5.1 Batasan................................................................................................11
1.5.2 Lingkup Pembahasan .........................................................................12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..............................................................................13

2.1 Tujuan Umum Stasiun Kereta Api...............................................................13


2.1.1 Definisi Fungsi Stasiun..........................................................................13

2.1.2 Bangunan dan Fasilitas Pelengkap Stasiun Kereta Api.........................14

2.1.3 Klasifikasi Stasiun..................................................................................17

2.2 Tinjauan Umum Hotel...................................................................................22

2.2.1 Hotel Secara Umum...............................................................................22

2.2.2 Penggolongan Hotel...............................................................................23

4
2.3 Kajian Transit Oriented Development ( TOD )..........................................25

2.4 Kajian Green Building di Indonesia.............................................................26

2.5 Pengertian Konsep Green Building .............................................................27

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................29

3.1 Kerangka Pola Pikir .....................................................................................29

3.2 Deskripsi Lokasi.............................................................................................30

3.2.1 Deskripsi Lokasi Kabupaten Klaten.......................................................30

3.3 Metodologi Penelitian....................................................................................31

3.4 Langkah-Langkah Penelitian........................................................................31

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Menara Pengawas Stasiun Tanjung Priok……………………………15

Gambar 2. Turntable……………………………………………………………..15

Gambar 3. Container Freight Station…………………………………………….16

Gambar 4. Overtrack Station…………………………………………………….18

Gambar 5. Underelevated Track…………………………………………………18

Gambar 6. At Grade Station……………………………………………………...19

Gambar 7. Posisi Bangunan Stasiun Terhadap Rel………………………………19

Gambar 8. penerapan Transit Oriented Development……………………………25

Gambar 9. Penerapan konsep Green Building…………………………………...27

Gambar 10. Kerangka pola pikir………………………………………………....29

Gambar 11. Peta Kabupaten Klaten…………………………………………...…30

6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi ini di indonesia yang didalamnya terjadi


perkembangan kehidupan manusia yang semakin pesat dan padat dan diiringi oleh
semakin pesatnya aktifitas dan mobilitas penduduknya, sarana transportasi
merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan sangat dibutuhkan
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari (Siregar dalam Richa 2010:1).
Stasiun Klaten adalah salah stasiun di Indonesia yang menyediakan
layanan moda transportasi publik berbasis kereta api yang dioperasikan oleh
PT.KCI (PT. Kereta Commuter Indonesia) yang dimiliki oleh PT.KAI (PT. Kereta
Api Indonesia). berlokasi di Tonggalan, Kecamatan Klaten Tengah, Klaten, Jawa
Tengah pada ketinggian +151 meter. Stasiun Klaten dewasa ini mengalami
peningkatan secara fungsi yang mana selain menyediakan fasilitas untuk
penumpang tujuan jarak jauh, namun juga memfasilitasi untuk penumpang yang
menggunakan kereta commuter line dengan tujuan Jogja-Solo. Namun belum
adanya sebuah fasilitas untuk menyediakan tempat tinggal sementara di area
tersebut. Agar mencerminkan Kabupaten Klaten yang memiliki visi untuk
menjadi kota yang mewujudkan masyarakat Klaten sejahtera yang berketuhanan,
cerdas, mandiri dan berbudaya, diperlukanlah sebuah fasilitas yang mendukung
salah satunya dengan menambahkan hotel transit berbasis TOD di kawasan
stasiun Klaten.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No.
PM.10/PW.301/Phb-77, hotel merupakan salah satu jenis akomodasi komersil
yang menyediakan layanan penginapan, makan, dan minum bagi semua orang.
(Putra, 2020) Hotel adalah perusahaan yang menyediakan akomodasi berbentuk
pelayanan jasa dalam bentuk hidangan dan juga fasilitas lainnya dalam hotel
umum yang memenuhi syarat kenyamanan dan memiliki tujuan komersial.
Kebutuhan pelanggan dan ciri/ sifat khas yang dimiliki oleh wisatawan/turis tidak
lepas dari perkembangan pembangunan hotel

7
Konsep Transit oriented development (TOD) merupakan konsep
pengembangan kota yang biasa diterapkan pada kawasan-kawasan transit, seperti
pada stasiun kereta api, stasiun MRT, halte bus dan sebagainya. Institute For
Transportation and Development Policy (2017) mendefinisikan TOD atau
pembangunan berorientasi transit berarti mengintegrasikan desain ruang kota
untuk menyatukan orang, kegiatan, bangunan dan ruang publik melalui
konektivitas yang mudah dengan berjalan kaki dan bersepeda serta dekat dengan
pelayanan angkutan umum yang sangat baik ke seluruh kota.
pengaplikasian konsep Transit Oriented Development (TOD) pada
bangunan. Konsep tersebut berarti sebuah konsep kawasan terpusat di
perpindahan moda transportasi yang mana kawasan tersebut user dapat
beraktivitas dan berpindah tempat yang nyaman dilalui dengan berjalan kaki
dengan rata-rata 2000 langkah dan tetap membuat nyaman user untuk bepergian
dengan angkutan umum, bersepeda, berkendara maupun berjalan kaki. (Jenks,
2005)
Klaten merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah,
Indonesia yang memiliki luas wilayah sebesar 655,56 km2. Klaten berasal dari
kata kelathi atau bibir yang sejak dulu dikenal dengan kesuburan tanahnya. Visi
dan perencanaan jangka panjang Kabupaten Klaten termuat pada Perda Kabupaten
Klaten No.7 Tahun 2009 di pasal 14 yang berbunyi “Akan diwujudkannya “icon”
Kabupaten Klaten sebagai Kabupaten Agropolitan yang didukung 5 pilar, yaitu :
(a) Agro produksi, (b) Agroteknologi, (c) Agroindustri, (d) Agrobisnis dan (e)
Agrowisata”, sehingga terwujudnya masyarakat Klaten sejahtera yang
berketuhanan, cerdas, mandiri dan berbudaya.
Stasiun klaten berdekatan dengan lokasi-lokasi wisata dengan nilai jual
kebudayaan Kabupaten Klaten yang khas. Berjarak 14,8km dari Stasiun Klaten
menuju Candi Plaosan Lor; berjarak 13,5km menuju Candi Prambanan; 13,2km
menuju Wisata Umbul Ponggok; 9,7 km menuju Candi Merak; 14,8km menuju
Candi Sojiwan; 15,6km menuju candi lumbung; dan 15,6km menuju candi
bubrah.

8
Di kabupaten Klaten tersebut belum ada yang menggunakan konsep
konsep bangunan ramah lingkungan yakni Green Building. Prospek green
building pada bangunan hotel di Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan
majunya peradaban dan teknologi yang beriringan dengan kelestarian lingkungan
tak terkecuali kabupaten Klaten.
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, peningkatan hotel
berbintang dan non berbintang di klaten bisa dilihat menurut indikator Tingkat
Penghuni Kamar (TPK). Selama tahun 2019 TPK hotel di kabupaten Klaten
mencapai 24,39%.
Bisa disimpulkan bahwa tujuan dari perencanaan dan perencangan
“Stasiun Intermoda dan Hotel berbasis Transit Oriented Development (TOD) di
Klaten yakni suatu perancangan bangunan tempat tinggal sementara di wilayah
moda transportasi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Indonesia dan dapat
beraktivitas dengan hanya berjalan kaki tanpa kendaraan pribadi yang
mengedepankan nilai-nilai ramah lingkungan dan hemat energi.

1.2 Masalah Yang Akan Dipecahkan

Adapun masalah yang dapat di kemukakan dalam penulisan proposal Tugas


Akhir (TA) adalah sebagai berikut.

1.2.1 Permasalahan
Bagaimana merencanakan dan merancang Bangunan Stasiun Intermoda
dan Hotel berbasis Transit Oriented Development (TOD) sebagai bangunan
pelayanan publik yang ramah lingkungan yang mengenalkan kekayaan budaya
dan ciri khas Kabupaten Klaten dengan pendekatan konsep Green Building.

1.2.2 Persoalan
Persoalan-persoalan terkait perencanaan dan perancangan Stasiun
Intermoda dan Hotel berbasis Transit Oriented Development (TOD) adalah :

9
a. Bagaimana Menentukan Lokasi dan Site bangunan Stasiun Intermoda dan
Hotel berbasis Transit Oriented Development (TOD) yang mendukung
penerapan penampilan dengan konsep Green Building?
b. Bagaimana merencanakan dan merancang program ruang, tata ruang dan
sirkulasi bangunan Stasiun Intermoda dan Hotel berbasis Transit Oriented
Development (TOD) yang mendukung penerapan penampilan dengan Green
Building?
c. Bagaimana menentukan bentuk massa bangunan, dan gubahan massa Stasiun
Intermoda dan Hotel berbasis Transit Oriented Development (TOD) yang
mendukung penerapan penampilan dengan konsep Green Building?
d. Bagaimana menentukan penampilan,struktur,dan utilitas bangunan Stasiun
Intermoda dan Hotel berbasis Transit Oriented Development (TOD)
mendukung penerapan penampilan dengan konsep Green Building?

1.3 Tujuan dan Sasaran


Adapun Tujuan dan sasaran yang dapat di kemukakan dalam penulisan
proposal Tugas Akhir (TA) adalah sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan
Tujuan pembahasan adalah menyusun konsep perencanaan dan
perancangan Stasiun Intermoda dan Hotel berbasis Transit Oriented Development
(TOD) yang mendukung sebagai bangunan pelayanan publik yang ramah
lingkungan yang mengenalkan kekayaan budaya dan ciri khas Kabupaten Klaten
dengan pendekatan konsep Green Building.

1.3.2 Sasaran
Sasaran dari perencanaan dan perancangan Stasiun Intermoda dan Hotel
berbasis Transit Oriented Development (TOD) di Kabupaten Klaten di antaraya
adalah:
a. Mendapatkan Konsep lokasi bangunan Stasiun Intermoda dan Hotel berbasis
Transit Oriented Development (TOD) di Kabupaten Klaten.

10
b. Mendapatkan konsep program ruang, tata ruang, dan sirkulasi ruang, dan
persyaratan ruang pada bangunan Stasiun Intermoda dan Hotel berbasis
Transit Oriented Development (TOD) di Kabupaten Klaten.
c. Mendapatkan konsep bentuk massa bangunan, dan gubahan massa bangunan
Stasiun Intermoda dan Hotel berbasis Transit Oriented Development (TOD)
di Kabupaten Klaten.
d. Mendapatkan konsep penampilan, struktur, dan utilitas pada bangunan
Stasiun Intermoda dan Hotel berbasis Transit Oriented Development (TOD)
di Kabupaten Klaten.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Akademik
Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti mata kuliah
Tugas Akhir semester 8, di Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Tunas Pembangunan Surakarta.

1.4.2 Manfaat Non Akademik


Dengan adanya Stasiun Intermoda dan Hotel berbasis Transit Oriented
Development (TOD) dapat meningkatkan perekonomian serta dapat mewadahi
segala aktifitas yang saling berhubungan dan sebagai bangunan pelayanan publik
yang ramah lingkungan yang mengenalkan kekayaan budaya dan ciri khas
Kabupaten Klaten.

1.5 Batasan Pembahasan dan Lingkup Pembahasan


1.5.1 Batasan
Batasan pembahasan lebih di tekankan pada permasalahan yang ada
dengan tujuan dan sasaran yang ingin di capai sehingga dalam perencanaan dan
perancangan Stasiun Intermoda dan Hotel berbasis Transit Oriented Development
(TOD) dengan kesesuaian konsep arsitektur. Sedang pembahasan menegnai
ulasan teori proses perencanaan di luar ilmu di siplin arsitektur.

11
1.5.2 Lingkup Pembahasan
Lingkup Pembahasan di batasi pada lingkup di siplin ilmu arsitektur yang
di terapkan sebagai landasan konseptual bagi perencanaan dan perancangan fisik,
hal-hal di luar ilmu arsitektur yang di anggap perlu akan di bahas sejauh apa yang
dapat mendukung pembahasan arsitektur. Standart-standart perencanaan yang ada
dan konsep-konsep arrsitektural yang di dapatkan, di pilih sebagai landasan
pedoman pembahasan Stasiun Intermoda dan Hotel berbasis Transit Oriented
Development (TOD).

12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api
2.1.1 Definisi dan Fungsi Stasiun

Kereta api merupakan salah satu sarana transportasi darat yang vital bagi
masyarakat baik sebagai penghubung antar-kota maupun dalam kota. Dalam hal
ini, stasiun kereta api memiliki peran yang tak kalah penting dari fungsi kereta api
itu sendiri. Fungsi stasiun kereta api tidak hanya sebagai halte pemberhentian
belaka melainkan sebagai fasilitas transit atau tempat kegiatan datang dan pergi
para penumpang, sehingga bangunan stasiun menjadi sarana penting pada setiap
kota yang dilalui perjalanan kereta api.
Berdasarkan UU. No. 13 tahun 1992 tentang perkeretaapian, stasiun
merupakan tempat kereta api berangkat dan berhenti untuk melayani naik dan
turunnya penumpang dan/atau bongkar muat barang dan/atau untuk keperluan
operasi kereta api yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan
dan kegiatan penunjang stasiun serta sebagai tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi.
Stasiun kereta api sebagai prasarana transportasi yang mendukung
kelancaran sistem transportasi darat memiliki fungsi yang erat kaitannya dengan
faktor sosial dan ekonomi. Secara sosial stasiun menjadi fasilitas publik dimana
didalamnya berlangsung interaksi antar pengguna maupun penyedia jasa. Dilihat
dari sisi ekonomi, keberadaan stasiun kereta api mendukung program
kepariwisataan dimana stasiun memudahkan para pelancong mengunjungi suatu
daerah. Dengan menggunakan kereta api pengguna juga tidak akan merasakan
padatnya lalulintas seperti menggunakan bus maupun kendaraan pribadi sehingga
lebih dapat menghemat waktu dan biaya.

13
Keberadaan stasiun kereta api juga berkaitan erat dengan kelancaran
perjalanan kereta api itu sendiri. Jika suatu daerah memiliki stasiun yang baik
maka hal tersebut berdampak juga terhadap kelancaran proses bongkar muat
barang serta menaikkan dan menurunkan penumpang.
2.1.2 Bangunan dan Fasilitas Pelengkap Stasiun Kereta Api

Stasiun Kereta api tidak dapat berfungsi sebagai mana mestinya jika tidak
didukung oleh bangunan dan fasilitas-fasilitas pelengkap lainnya. Untuk 31
kelancaran jasa angkutan kereta api, tidak hanya dibutuhkan kereta, gerbong,
lokomotif, dan prasarana jalan kereta api, tetapi lebih dari itu juga dibutuhkan
adanya kelengkapan-kelengkapan lain yang berguna untuk :
1. Memberi kesempatan kepada penumpang untuk naik dan turun kereta api
dengan mudah dan nyaman.
2. Bongkar dan muat barang serta mengirim dan menerima barang kiriman.
3. Menyusun kereta dan gerbongnya menjadi satu rangkaian kereta api dan
menyimpan sementara kereta dan gerbongnya yang tidak dipakai.
4. Memberi kesempatan kepada kereta api saling bersusulan dan bersimpangan.
5. Fasilitas-fasilitas penunjang lainnya bagi kepentingan penumpang.

Stasiun Kereta Api tentunya memiliki penunjang, berikut penunjang dalam


Stasiun Kereta Api :

A. Bangunan
Bangunan pelengkap stasiun dapat berupa konstruksi permanen atau konstruksi
baja/ besi antara lain :
1. Menara Pengawas
Suatu bangunan menara yang fungsinya sebagai tempat untuk
mengawasi keadaan atau situasi track di emplasemen stasiun dan mengontrol
dari dalam bangunan setiap kereta api yang akan masuk ke stasiun dan yang
akan keluar/meninggalkan stasiun.

14
Gambar 1 Menara Pengawas Stasiun Tanjung Priok
Sumber: indocropcircles.files.wordpress.com/2013, 2014

2. Jembatan Pemutar (Turntable) Lokomotif


Suatu konstruksi dengan bentuk tertentu yang menyerupai track,
namun alat itu dapat memutar lokomotif hingga 180° sehingga arah lokomotif
berubah sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 2 Turntable
Sumber: ardiantono.wordpress.com/2010/09/19/
membalik- lokomotif/, 2014

3. Fasilitas untuk Kontainer atau Angkutan Barang


Fasilitas berupa gudang-gudang penyimpanan untuk angkutan
barang, open storage dan CFS (Container Freight Station) untuk muatan
peti kemas dan tangki-tangki penyimpanan untuk muatan cair.

15
Gambar 3 Container Freight Station
Sumber: networkrail.co.uk/assets, 2014
B. Fasilitas Pelengkap
Berikut fasilitas pelengkap pada stasiun Kereta Api :
1. Telepon umum
2. Kantor pos dan giro, bank/ money changer
3. Kantin, tempat ibadah, tempat penitipan
4. Toilet
5. Papan route dan jadwal perjalanan kereta api
6. Pelat bergerigi pada lantai peron sebelah tepi, sebagai tanda batas aman
berdiri bagi tuna netra
7. Sistem pembelian serta pengontrolan karcis dengan mesin secara otomatis
8. Crane untuk bongkar muat peti kemas atau angkutan barang lainnya
9. Suatu tempat di emplasemen stasiun untuk memperbaiki lokomotif
10. Kamera dan televisi yang berfungsi sebagai spion bagi masinis agar
dengan mudah dapat mengetahui apakah seluruh penumpang sudah masuk
ke dalam kereta api sehingga pintu kereta dapat di tutup dan kereta segera
berangkat.
11. Tiang pembatas sebagai tanda tempat kereta api berhenti, disesuaikan
dengan panjang/jumlah rangkaian kereta

16
2.1.3 Klasifikasi Stasiun

Berdasarkan tipologinya, stasiun dapat diklasifikasikan menjadi beberapa


tipe stasiun diantaranya:
a. Fungsi stasiun terhadap pemakainya:
1. Stasiun penumpang, berfungsi sebagai tempat menaikkan dan menurunkan
penumpang dan barang, baik barang milik penumpang maupun barang
ekspedisi.
2. Stasiun barang, berfungsi sebagai tempat bongkar muat barang dan
biasanya terletak terpisah dengan stasiun penumpang.

3. Stasiun langsiran, berfungsi untuk menyusun dan mengumpulkan gerbong-


gerbong yang mempunyai tujuan yang berbeda-beda.

b. Posisi Stasiun terhadap jaringan jalur kereta:


1. Stasiun terminal, berfungsi sebagai tempat kereta mengawali dan
mengakhiri perjalanan.
2. Stasiun persilangan, berfungsi sebagai tempat penumpang dapat
melanjutkan perjalanan ke tujuan lain memakai kereta lain.
3. Stasiun antara, berada di antara stasiun terminal.
4. Stasiun lintasan, berfungsi sebagai tempat perhentian kereta api untuk
memberi kesempatan lewat bagi kereta lain.

c. Ukuran stasiun:
1. Stasiun kecil, menampung penumpang ± 3.000 orang/hari.
2. Stasiun sedang, menampung penumpang ± 8.000 orang/hari.
3. Stasiun besar, menampung penumpang ± 20.000 orang/hari.

d. Posisi bangunan stasiun terhadap rel secara vertikal:

17
1. overtrack station, dibangun di atas permukaan rel, penumpang yang akan
masuk kereta terlebih dahulu naik ke bangunan stasiun.

Gambar 4 Overtrack Station


Sumber: forums.auran.com/trainz/showthread.php?
3916- Japan/page50, 2014

2. underelevated track, penumpang diakumulasikan di bangunan


stasiun kemudian terdistribusi ke concourse di atas bangunan
stasiun.

Gambar 5 Underelevated Track


Sumber: Griffin, 2004

18
3. At Grade, bangunan dan rel sejajar, posisi masuk ke bangunan stasiun
dan ke concourse relatif sama tinggi.

Gambar 6 At Grade Station


Sumber: Griffin, 2004

e. Posisi bangunan stasiun terhadap rel secara horizontal

19
Gambar 7 Posisi Bangunan Stasiun Terhadap Rel

Sumber: Griffin, 2004

f. Jangkauan pelayanan penumpang kereta:


1. Stasiun jarak dekat, melayani jarak dekat dalam kota.
2. Stasiun jarak menengah, melayani jarak sedang di luar kota yang
menghubungkan pusat kota dengan wilayah suburban.
3. Stasiun jarak jauh, melayani jarak jauh antar kota, wilayah atau
negara.
g. Berdasarkan fungsinya (Ross, 2000), stasiun juga dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1. City Center Terminals
Stasiun jenis ini terletak di pusat kota. Beberapa stasiun jenis ini
adalah bangunan-bangunan bersejarah dan melayani transportasi
intermoda. Para penumpang dapat berganti moda transportasi dari kereta
ke taksi atau bus. Di dalam stasiun ini juga biasanya terdapat toko-toko,
restoran dan fasilitasfasilitas lainnya. Stasiun ini juga bisa saja melayani
rute internasional, dan mempunyai fasilitas city check-in. Contoh Stasiun
City Center Terminal adalah Union Station di Kansas City, dan Grand
Central terminal di New York City, Amerika Serikat.

2. Rail-to-rail Interchanges
Stasiun rail-to-rail interchanges adalah stasiun yang memfasilitasi
pergantian moda transportasi kereta. Misalnya, dari kereta dengan rute
yang satu ke kereta dengan rute yang berbeda (untuk komuter) atau dari
kereta ke trem.

3. Road-rail Stations.
Stasiun ‘Road-rail’ adalah suatu tipe stasiun yang baru dan menarik
dari terminal Intermoda. Stasiun ini melayani kendaraan bukan manusia.
Kendaraan-kendaraan bermotor seperti mobil atau motor dimuat ke atas

20
gerbong kereta dan dikirim dengan kereta melalui jalan yang sulit
ditempuh oleh mobil seperti melalui terowongan bawah laut, terowongan
yang melalui gunung.

4. Bus-to-rail Interchanges
Stasiun bus-to-rail interchanges adalah stasiun yang memfasilitasi
pergantian moda transportasi kereta ke bus atau sebaliknya.
5. Park-&-ride (`Parkway`) stations
Stasiun jenis ini melayani pergantian moda transportasi dari mobil
ke kereta atau sebaliknya. Stasiun ini mempunyai fasilitas parkir yang
banyak. Parkway stations saat ini sedang banyak dikembangkan di
Inggris.

6. Rail-to-sea interchanges
Stasiun jenis ini melayani pergantian moda transportasi dari kereta
ke kapal laut. Ada dua jenis stasiun jenis ini. Tipe yang pertama sangat
jarang ditemui. Pada tipe ini kereta diamsukkan ke dalam ferry khusus
untuk kereta. Sedangkan tipe yang kedua adalah tipe yang lazim ditemui,
yaitu penumpang turun dari kereta untuk kemudian naik ke atas kapal.

7. Suburban Stations
Stasiun jenis ini adalah jenis stasiun yang terletak di dalam kota dan
biasanya melayani kereta komuter.

8. Light rail stations


Stasiun ini melayani kereta yang berjenis LRT (Light Rail Train)
yang melayani transportasi dalam kota, dan letaknya selevel dengan jalan
raya. Bentuk fisik stasiun ini biasanya sederhana dan efisien. Terdiri dari
platform pendek, kanopi pendek dan beberapa tempat duduk, dan tempat
penjualan tiket.

21
9. Airport Stations
Walaupun airport biasanya diberi nama sesuai dengan kota tempat
bandara itu berada, tetapi lokasi bandara tersebut biasanya terletak di luar
kota tersebut. Untuk mempersingkat waktu perjalanan menuju bandara,
diperlukan transportasi pengangkut massa yang menghubungkan pusat
kota dengan bandara. Dengan banyaknya kemacetan lalu lintas yang
terjadi, maka kereta dianggap salah satu solusi terbaik untuk mengatasi
masalah ini. Bandara adalah tempat yang sibuk, dan beberapa orang
sangat memerlukan adanya ketepatan waktu. Oleh karena itu, pelayanan
kereta bandara tidak hanya harus dapat mengangkut penumpang tapi juga
barang. Selain itu layanan kereta bandara harus bisa dimanfaatkan selama
24 jam. Beberapa dari stasiun ini dirancang agar menjadi `Parkway
Station`. Karena biasanya stasiun-stasiun ini berlokasi di luar kota, maka
bisa membuat lahan parkir yang cukup besar. Stasiun bandara yang besar
biasanya juga melayani kereta-kereta jalur kontinental.

10. Stations within commercial developments


Stasiun jenis ini sedang banyak dikembangkan di seluruh dunia.
Fungsi komersial dimasukkan ke dalam stasiun membuat daya tarik yang
baru untuk stasiun. Tapi arsitektur stasiun itu menjadi tidak terlihat,
karena biasanya lebih terlihat seperti bangunan komersial.

2.2 Tinjauan Umum Hotel


2.2.1 Hotel Secara Umum

Adalah penyediaan jasa untuk kegiatan pariwisata haik dalam penyediaan


bangunan untuk penginapan, fasilitas pendukungnya seperti restoran, hiburan dan
fasilitas lain yang dikelola secara komersil.

Macam Akomodasi2 adalah :

a. City Hotel

22
City hotel adalah hotel yang terletak ditengah-tengah kota, pusat
keramaian atau tidak jauh dari pada itu. Para tamunya terdiri dari kaum
usahawan yang singgah untuk kepentingan bisnis dan wisatawan, tetapi
sebagian besar adalah pebisnis/ usahawan.

b. Resort Hotel
Hotel resort biasanya terletak pada luar kota atau tempat-tempat yang
jauh dari keramaian sehingga untuk tempat peristirahatan/ berlibur. Karena
lokasinya yang relatif terpencil sebuah resort hotel tersehut perin memiliki
fasilitas yang lebih variatif dibandingkan dengan city hotel, yang penting
disini adalah view yang baik.

c. Transit Hotel
Lokasi Hotel transit ini biasanya terletak pada dekat bandara udara,
terminal bus, stasiun kereta api. Tamu-tamunya hiasallyH lIsHhaw~l11 yang
biasanya hanya bertempat tinggal / hunian sebentar. Ditinjau dari segi bentuk,
Hotel dibagi menjadi 3 bentuk dasar yaitu :
1. Bentuk Convention / bangunan bertingkat
Hotel semacam ini terdiri dari massa bangunan yang besar dan terdiri
dari beberapa lantai dalam satu massa atau sistem vertikal.
2. Bentuk Cottage / bangunan dengan massa menyebar
Bangunan ini terdiri dari massa menyebar, sehingga aktifitas secara
horisontal dan untuk menyatukan biasanya dibuat satu massa yang
dominan.
3. Bentuk kombinasi antar cottage dan convention
Merupakan gabungan dari kedua tipe yaitu bangunan yang menyebar
dan bangunan yang tersusun secara vertikal.

2.2.2 Penggolongan Hotel

23
penggolongan hotel menurut Dirjen Pariwisata No : 14/v/IV88 tanggal 25
februari 1988, hotel digolongkan menurut tingkat pelayanan hotel yang dibagi
menjadi lima kelas berdasarkan kelengkapan, kondisi bangunan, peralatan,
penegelolaan dan mutu pelayanan yang sesuai dengan persyaratan yang di
tetapkan golongan kelas hotel tertinggi di nyatakan dengan tanda 5 (*****)
bintang sedangkan golongan rendah di nayatakan dengan tanda bintang 1 (*).
Adapun ketentuan penggolongan hotel dapat di lihat bahwa ini :

1. Hotel bintang satu


Jumlah minimum 15 kamar standar, luas minimum 20 m2 , dilengkapi
kamar mandi didalam, fasilitas restoran dan salah satu sarana olahraga
2. Hotel bintang dua
Jumlah minimum 30 kamar standar termasuk 1 suite, luas minimum 22
m2 untuk standar dan 44 m2 untuk suite, dilengkapi dengan kamar mandi
dalam, fasilitas restoran, kolam renang, dan sarana olahraga.

3. Hotel bintang tiga


Jumlah minimum 30 kamar standar termasuk suite, luas minimum 22
m2 untuk standar dan 48 m2 untuk suite, dilengkpai dengan kamar mandi
dalam, bangunan lebih dari 4 lantai menggunakan lift, fasilitas restoran,
kolam renang, dan dua fasilitas olahraga.

4. Hotel bintang empat


Jumlah minimum kamar adalah 50 kamar termasuk 3 suite, luas
minimum 24 m2 untuk standar dan 48 m2 untuk suite, kamar madi dalam,
lantai 4 menggunakan lift, fasilitas 2 restoran, ditambah 1 coffee shop, kolam
renang dan 2 sarana olahraga.

5. Hotel bintang lima

24
Jumlah kamar minimum 100 kamar termasuk 3 suite, luas minimum
26 m2 untuk standar dan 52 m2 untuk suite, kamar mandi dalam, 4 lantai,

menggunakan lift, 3 fasilitas restoran ditambah 1 coffee shop, kolam renang


dan 2 sarana olahraga, room service 24 jam.
2.3 Kajian Transit Oriented Development (TOD)

Gambar 8. penerapan Transit Oriented Development


pada bangunan Hotel dan stasiun
Sumber : Majalah labur (Kwansa Damansara)

Konsep Transit oriented development (TOD) merupakan konsep


pengembangan kota yang biasa diterapkan pada kawasan-kawasan transit, seperti
pada stasiun kereta api, stasiun MRT, halte bus dan sebagainya. Institute For
Transportation and Development Policy (2017) mendefinisikan TOD atau
pembangunan berorientasi transit berarti mengintegrasikan desain ruang kota
untuk menyatukan orang, kegiatan, bangunan dan ruang publik melalui
konektivitas yang mudah dengan berjalan kaki dan bersepeda serta dekat dengan
pelayanan angkutan umum yang sangat baik ke seluruh kota.

25
Berjalan kaki merupakan moda transportasi dasar bagi hampir semua manusia.
Berjalan kaki merupakan moda transportasi yang paling mudah dan murah,
namun kemudahan berjalan kaki juga harus didukung dengan infrastruktur yang
mendukung serta dapat memberi kemudahan untuk berjalan kaki (walkable).
Infrastruktur bagi pejalan kaki merupakan hal dasar yang cukup penting dalam
sebuah rancang kota karena sudah tertuang dalam berbagai bentuk peraturan dan
kebijakan mengenai infrastruktur pejalan kaki

Infrastruktur pejalan kaki merupakan elemen penting dalam konsep TOD.


Salah satu prinsip dari konsep TOD adalah prinsip berjalan kaki (TOD Standard
ITDP, 2017), dimana untuk memenuhi prinsip ini adalah dengan penyediaan
infastruktur pejalan kaki yang walkable untuk semua. Walkability menurut Land
Transportation New Zealand (2008) dalam buku pedestrian planning and design
guide adalah sejauh mana lingkungan binaan ramah untuk berjalan kaki. “Tujuan
dari walkability adalah menciptakan lingkungan yang dapat mendorong
penggunaan moda transportasi tidak bermotor seperti berjalan kaki untuk
mencapai lokasi tujuan terdekat dengan tingkat kenyamanan yang ternilai baik”
(Hafnizar, Izziah, & Saleh, 2017).

2.4 Kajian Green Building di Indonesia

Green building merupakan salah satu wujud kepedulian terhadap kelestarian


lingkungan dibidang konstruksi. Dalam menyikapi pemanasan global, green
building merupakan salah satu solusi untuk mengurangi efek dari global warming.
Akan tetapi, istilah green building ini belum begitu familiar ditelinga orang
Indonesia. Green building yang dalam bahasa Indonesia berarti bangunan hijau
ini, sering kali dipersepsikan sebagai bangunan yang memiliki lahan hijau yang
luas dan perawatannya sulit. Padahal, green building tidak sebatas pada
pengelolaan tumbuhan pada bangunan. Green building adalah bangunan yang
memaksimalkan penghematan energi, melindungi lingkungan, mengurangi polusi,
menjaga kesehatan, memanfaatan ruang secara efektif serta selaras dengan alam
pada daur hidupnya (Hong & Minfang, 2011). Green building mengacu
padapencapaian standar tersebut (GBCI, 2010). Menurut kondisi gedungnya,

26
greenship terdiri dari dua kategori, yaitu: untuk bangunan baru (New
Building/NB) dan bangunan terbangun (Eksisting Building/EB), sedangkan tahap
penilaian greenship terdiri dari dua tahap, yaitu: Pengakuan Desain (Design
Recognition/DR) dan Penilaian Akhir (Final Assessment/FA). Setiap tahap
mempunyai empat peringkat, yaitu: platinum, gold, silver dan bronze.

Saat ini kondisi gedung-gedung di Indonesia dalam konteks sertifikasi hijau,


menurut data yang didapat dari website GBCI, adalah:

1. 3 (tiga) gedung telah tersertifikasi FA untuk kategori NB,


2. 3 (tiga) gedung tersertifikasi FA untuk EB,
3. 3 (tiga) gedung tersertifikasi DR untuk NB,
4. 2 (dua) gedung telah terdaftar untuk menunggu disertifikasi dan 20 (dua
puluh) gedung pada tahap proses pendaftaran.

2.5 Pengertian Konsep Green Building

Green Building merupakan salah satu konsep arsitektur yang menerapkan


nilai-nilai ramah lingkungan dan hemat energi pada bangunan. Green Building
diciptakan pada tahun 1993 oleh US green building council (USGBC) yang
bertujuan untuk mengubah bangunan industri ke dalam bentuk aktivitas yang
lebih ramah terhadap lingkungan.

27
Gambar 9 Penerapan konsep Green Building
pada bangunan Sequis Center
Sumber : https://jendela360.com/info/green-building-di-indonesia/
Sequis Center merupakan menara perkantoran dan perniagaan yang
berlokasi di Sudirman. Bangunan ini meraih predikat Gold Greenship Existing
Building 1.0 dari Green Building Council Indonesia. Prestasi yang mampu diraih
Sequis Center dalam hal bangunan ramah lingkungan yakni mampu menghemat
pemakaian listrik sampai 28,12%. Disamping itu, Sequis Center juga mampu
menghemat penggunaan air sebesar 28,26% dari baseline.
green building merujuk pada bangunan tinggi atau rumah hunian yang
dirancang dengan memperhatikan aspek kesehatan dan kenyamanan. Selain itu,
green building juga memiliki peran dalam mengurangi penggunaan energi dan
mengurangi limbah lingkungan.
Konsep green building sudah terlihat sejak tahap perencanaan awal
bangunan. Lalu berlanjut ke tahap pembangunan, pengoperasian, hingga
operasional bangunan itu sendiri ketika sudah berdiri. Dari pemilihan material
bangunan, pemanfaatan sumber daya sampai penggunaan energi, semua tidak
boleh bertentangan dengan prinsip lingkungan hidup dan pembangunan
berkelanjutan

28
BAB III
METODE PENELITIAN

3
3.1 Kerangka Pola Pikir
Kondisi Awal GAP Kondisi Ideal
Stasiun Intermoda dan Menerapkan Konsep
hotel berbasis Tod dengan rancangan Stasiun
pendekatan konsep Green Intermoda dan hotel
Building Permasalahan berbasis Tod dengan
Bagaimana konsep perencanaan pendekatan konsep Green
perancangann Stasiun Intermoda dan hotel Building yang sesuai
berbasis Tod dengan pendekatan konsep
Green Building
Tujuan
Untuk mengetahui Proses
Perencanaan dan
Perancangan Stasiun Persoalan Kajian Pustaka
Intermoda dan hotel Bagaimana menentukan konsep desain Pengertian Umum Stasiun
berbasis Tod dengan yang mendukung perencanaan dan Pengertian Umum Hotel
pendekatan konsep Green perancangan Stasiun Intermoda dan hotel Kajian Tod
Building berbasis Tod dengan pendekatan konsep Pengertian Green Building
Green Building

Sasaran
Mendapatkan konsep
desain yang mendukung
perencanaan dan Metode Penelitian
perancangan Stasiun Deskripsi Lokasi
Intermoda dan hotel Metode Penelitian
berbasis Tod dengan Langkah-langkah Penelitian
pendekatan konsep Green
Building

Analisa :
Pengumpulan Data : Kepustakaan, Observasi, Wawancara Konsep Desain
Pengelompokan Data : Sifat masalahnya, Tempat Perncanaan dan Perancangan
Penelitian, dan Waktu Penelitian
Kategori : Deskriftif, Prediktif, Preskriftif

29
Gambar 10. Kerangka pola pikir
Sumber : Penulis

3.2 Deskripsi Lokasi


3.2.1 Deskripsi Lokasi Kabupaten Klaten

Secara geografis Kabupaten Klaten terletak di antara 110°30'-110°45'


Bujur Timur dan 7°30'-7°45' Lintang Selatan. Luas wilayah kabupaten Klaten
mencapai 655,56 km2. Di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo.
Di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa
Yogyakarta). Di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sleman (Daerah
Istimewa Yogyakarta) serta Kabupaten Magelang dan di sebelah utara berbatasan
dengan kabupaten Boyolali.

Gambar 11. Peta Kabupaten Klaten

Sumber : https://peta-kota.blogspot.com

30
Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga dataran yakni Sebelah
Utara Dataran Lereng Gunung Merapi, Sebelah Timur Membujur Dataran
Rendah, Sebelah Selatan Dataran Gunung Kapur.Menurut topografi kabupaten
Klaten terletak di antara gunung Merapi dan pegunungan Seribu dengan
ketinggian antara 75-160 meter di atas permukaan laut yang terbagi menjadi
wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah datar dan
wilayah berbukit di bagian selatan.

Kota Klaten terdiri atas 3 kecamatan, yang dibagi lagi atas 29 desa dan
kelurahan. Jika wacana pemekaran Kota Klaten terealisasi, maka wilayah ini akan
menjadi wilayah pemerintahan kota. Kecamatan di Kota Klaten yakni Klaten
Utara, Klaten Tengah, dan Klaten Selatan. Kantor wali kota berada di Jalan
Mawar, Klaten Tengah.

3.3 Metodologi Penelitian

Macam Metode yang di gunakan adalah metode deskriptif kualitatif


analsis sintesis yaitu mendeskriptifkan perencanaan dan perancangan Stasiun
Intermoda dan Hotel berbasis Transit Oriented Development (TOD) di Klaten ,
secara tidak terukur (kualitatif), selanjutnya menguaikan ke dalam bagian-
bagiannya untuk di kaji masing-masing dan di cari keterkaitannya (analisis)m
hasil pembahasannya di padukan (sintesis) sebagai konsep perencanaan dan
perancangan yang sesuai dengan wadah yang di maksud.

3.4 Langkah-langkah Penelitian


A. Pengumpulan data, yaitu pengumpulan data data sekunder untuk bekal survey
lapangan guna menghasilkan data primer dan eskplorasi data sekunder
melalui literatur dan wawancara.
B. Komplasi data, yaiatu menyusun, memilah-milah dan mengklarifikasikan data
kedalam bagian-bagian yang relevan.

31
C. Analisis data, yaitu pengkajian data dan informasi yang di dapatkan dengan
pencarian data yang akan di gunakan dalam menyusun konsep perencanaan
dan perancangan.
D. Sintesis, yaitu menggabungkan hasil analisa data ke dalam konsep
perencanaan dan perancangan Tugas Akhir (TA) yang akan di lanjutkan
dalam tahap Studio Tugas Akhir.

BAB IV
ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
GREEN BUILDING PADA STASIUN INTERMODA DAN
HOTEL BERBASIS TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT
DI KLATEN

4.1 Pemilihan Lokasi


Dalam hal ini akan bertujuan untuk menentukan lokasi yang sesuai dengan
Stasiun Intermoda dan Hotel berbasis Transit oriented Development ( TOD ) di
Klaten :

32
Gambar 12. Peta Lokasi Kabupaten Klaten
Sumber : https://peta-kota.blogspot.com

Dalam hal ini akan di jadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi-lokasi


yang akan di pilih dan di gunakan untuk bangunan Stasiun Intermoda dan Hotel.
Beberapa alternatif yang terpilih sesuai dengan dasar Kriteria yaitu :
a. Dasar pertimbangan Pemilihan Lokasi
1. Lokasi berada di wilayah administrasi Kabupaten Klaten.
2. Terletak tidak jauh dari Pusat Kota dan Transportasi.
3. Tidak menggunakan lahan konservasi
4. Sesuai dengan tata guna lahan yang terdapat dalam RTRW Kabupaten
Klaten tentang Kawasan Strategis Kabupaten.
a. Penentuan Alternatif Lokasi
Kawasan Strategis Kabupaten Klaten berupa Kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten
Klaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam peta dengan
tingkat ketelitian skala 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Lingkup materi RTRW Kabupaten terdiri atas:
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten
3. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten
4. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten
5. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten
6. Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten dan
7. Kebijakan pengembangan wilayah Kabupaten.

Lingkup Wilayah perencanaan RTRW Kabupaten sebagaimana meliputi:


1. Kecamatan Bayat

33
2. Kecamatan Cawas
3. Kecamatan Ceper
4. Kecamatan Delanggu
5. Kecamatan Gantiwarno
6. Kecamatan Jatinom
7. Kecamatan Jogonalan
8. Kecamatan Juwiring
9. Kecamatan Kalikotes
10. Kecamatan Karanganom
11. Kecamatan Karangdowo
12. Kecamatan Karangnongko
13. Kecamatan Kebonarum
14. Kecamatan Kemalang
15. Kecamatan Klaten Selatan
16. Kecamatan Klaten Tengah
17. Kecamatan Klaten Utara
18. Kecamatan Manisrenggo
19. Kecamatan Ngawen
20. Kecamatan Pedan
21. Kecamatan Polanharjo
22. Kecamatan Prambanan
23. Kecamatan Trucuk
24. Kecamatan Tulung
25. Kecamatan Wedi dan
26. Kecamatan Wonosari.
Dalam hal ini Kawasan Strategis sesuai dengan RTRW akan menjadi
pertimbangan dalam menentukan alternatif lokasi yang akan terpilih, dan

34
beberapa alternatif yang terpilih sesuai dengan pertimbangan yaitu :

Alternatif 1 : Kecamatan Klaten Tengah

Alternatif 2 : Kecamatan Jogonalan

Alternatif 3 : Kecamatan Delanggu

Alternatif
3

Alternatif
1

Alternatif
2

Gambar 13. Peta Gambar penentetuan Alternatif Tapak


Sumber : https://kepanduanindonesia.blogspot.com/2008/10/peta-
kabupaten-klaten-tiap-kecamatan.html

b. Kriteria Lokasi
Kriteria dalam pemilihan lokasi adalah sebagai berikut :
1. Lokasi yang strategis, lokasi berada dijalan utama untuk akses Transportasi
yang berbobot 30%
2. Aksesibilitas yang dapat dijangkau dengan mudah dari pusat kota, berbobot
30%
3. Kondisi lokasi, lokasi yang mendukung akan kegiatan Transportasi yang
berbobot 20%
4. Orientasi bangunan berbobot 10%
5. Utilitas jaringan berbobot 10%

Penentuan pembobotan berdasarkan dengan tingkat penilaian sebagai berikut :

35
1. Nilai 3 : sangat mendukung
2. Nilai 2 : Mendukung
3. Nilai 1 : Kurang mendukung

Table 1. Penilaian berdasarkan Penilaian sub wilayah pengembangan.


No. Kriteria Bobot Alt 1 Alt 2 Alt 3
1 Lokasi Strategis 30% 3/90 3/90 3/90
2 Aksesbilitas 30% 3/90 3/80 3/80
3 Kondisi Lokasi 20% 3/60 3/60 2/40
4 Orientasi 10% 3/30 2/30 2/20
5 Utilitas 10% 3/30 2/20 3/30
Jumlah 300 280 270
Sumber : Penilaian Pribadi
Dari penilaian diatas maka dapat ditentukan Alternatif I sebagai lokasi Stasiun
Intermoda dan Hotel Transit Oriented Development (TOD) Di Klaten.

4.2 Kriteria Pemilihan Tapak


Dalam pemilihan lokasi perencanaan dan perancangan Stasiun Intermoda dan
Hotel dengan Basis Transit Oriented Development (TOD) di Kabupaten Klaten ini
terdapat beberapa kriteria yang harus di pertimbangkan agar mendapatkan suatu
lokasi yang tepat dan sesuai di peruntukan untuk perencanaan dan perancangan
Stasiun Intermoda dan Hotel, berikut kriteria-kriteria pemilahn Tapak :
6. High Density ( Kepadatan Penduduk ) : untuk pemilihan lahan sebaiknya
mempertimbangakan tempat yang berada di daerah yang berpotensi
pertumbuhan dan jumlah penduduk, serta kebutuhan akan sistem Transportasi
umum yang memperlihatkan tantangan terintegrasi dengan pengembangan
jaringan perkotaan.

36
7. High Deversity ( Ragam Transportasi ) : Ragam transpportasi ini tentunya
menjadi pertimbangan untuk pemilihan lahan karena ragam trannsportasi
memperkuat koneksi dan sinergi antar kota yang dimana infrastruktur
transportasi mencakup seperti jalan, pelabuhan, lokasi, dan fasilitas untuk
mendukung sistem transportasi yang efisien, aman, transparan, dan ramah
lingkungan.
8. Walkable Distance ( Meningkatkan antar jarak ) : untuk menentukan rute
antar jarak pejalan kaki antara stasiun dan tujuan utama adalah pendek dan
panjang ( langsung = nyaman ), tujuan utama dalam antar jarak ini terletak
dalam jarak 400 hingga radius stasiun 600 meter.
9. Acesible Destination ( Aksesbilitas menuju kawasan TOD ) : untuk pemilihan
lahan ini harus memperhatikan tata guna lahan wilayah secara geografis
dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkan kemudahan dan
kenyamanan pengguna.

Alt I
Kel. Mojayan

Alt II
Kel.Buntalan

Alt III
Kel.Buntalan
wetan

Gambar 14. Peta Kecamatan Klaten Tengah


Sumber : https://kepanduanindonesia.blogspot.com/2008/10/peta-
kabupaten-klaten-tiap-kecamatan.html

Dari hasil tinjauan di atas maka, mendaapatkan hasil antara lain :


1. Alternatif 1 (Satu) lokasi yang terletak di sebelah timur stasiun Klaten yang
berlokasikan di Jl. Kartini, Mojayanaraya, Mojayan, Kec. Klaten Tengah,

37
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah lokasi ini terletak di pusat kota yang
memiliki kualitas akses dan akssesbilitas yang sangat sangat baik karena
lokasi berada di jalan utama dan fasilitas penunjang yang memadai sesuai
dengan standar aturan bangunan TOD.
2. Alternatif 2 ( Dua) lokasi yang terletak di sebelah timur Terminal Klaten yang
berlokasikan di Jl. Jombor Indah, Tengahan, Buntalan, Kec. Klaten Tengah,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini terletak di daerah yang intensitas jalan
yang rendah dan keterbatan lahan yang kurang memdai untuk bangunan
TOD.
3. Alternatif 3 (Tiga) lokasi yang Terletak berdampingan dengan Terminal
Klaten yang berlokasikan di Jl. Kartini, Tengahan, Buntalan, Kec. Klaten
Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan lokasi ini memiliki luas lahan
yang besar dan kualitas akses kurang memadai.
Dari hasil di atas maka kriteria pemilihan tapak/site yang sesuai untuk bangunan
yang sesuai basis Traansit Oriented Development antara kain:
a. Lokasi yang Strategis
b. Kepadatan Penduduk
c. Ragam Transportasi
d. Meningkatkan antar jarak
e. Aksesbilitas
Dalam hal ini akan di jadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi-lokasi yang
akan di pilih dan di gunakan untuk bangunan Stasiun Intermoda dan Hotel.
Beberapa alternatif yang terpilih sesuai dengan dasar Kriteria yaitu :
a. Alternatif 1 (Satu)
Luas lahan 12,133,15 m2.

38
Gambar 15. Peta lokasi Tapak Alternatif I
Sumber : https://earth.google.com/

Dasar pertimbangan sebagai berikut :


1. Terletak di sebelah timur stasiun Klaten yang berlokasikan di Jl. Kartini,
Mojayanaraya, Mojayan, Kec. Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa
Tengah.
2. Kepadatan penduduk di kecamatan Klaten Tengah ini rata rata kepadatan
penduduk 4532 Per-Km2.
3. Ragam Transportasi di lahan ini cukup memadai karena lahan berada di jalan
utama dan intensitasnya tinggi .
4. Jarak antar stasiun dan terminal tidak lebih dari radius 400m – 600m dan
sesuai standar bangunan Tranit.
5. Aksesbilitas mudah di capai karena lokasi berada di jalan utama.

b. Alternatif 2 (Dua)
Luas lahan 8,488,41 m2.

39
Gambar 16. Peta lokasi Tapak Alternatif II
Sumber : https://earth.google.com/

Dasar pertimbangan sebagai berikut :


1. Terletak di sebelah timur Terminal Klaten yang berlokasikan di Jl. Jombor
Indah, Tengahan, Buntalan, Kec. Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa
Tengah 57419
2. Kepadatan penduduk di kecamatan Klaten Tengah ini rata rata kepadatan
penduduk 4532 Per-Km2.
3. Ragam Transportasi di lahan ini kurang memadai karena lahan berada di jalan
yang intensitasnya sedang.
4. Jarak antar stasiun dan terminal lebih dari radius 400m – 600m dan kurang
memenuhi standar bangunan Tranit.
5. Aksesbilitas mudah di capai.

c. Alternatif 3 (Tiga)
Luas lahan 8,500.45 m2.

40
Gambar 17. Peta lokasi Tapak Alternatif III
Sumber : https://earth.google.com/
Dasar pertimbangan sebagai berikut
1. Terletak berdampingan dengan Terminal Klaten yang berlokasikan di Jl.
Kartini, Tengahan, Buntalan, Kec. Klaten Tengah, Kabupaten Klaten, Jawa
Tengah 57419
2. Kepadatan penduduk di kecamatan Klaten Tengah ini rata rata kepadatan
penduduk 4532 Per-Km2.
3. Ragam Transportasi di lahan ini memadai karena lahan berada di Terminal
dan jalan yang intensitasnya tinggi karena jalan berada di jalan utama.
4. Jarak Terminal radius 400m – 600m dan jarak stasiun lebih dari radius 400m
-600m maka jauh dari standar bangunan Transit .
5. Aksesbilitas kurang memadai.
Kriteria penetuan tapak adalah sebagai berikut :
a. Lokasi yang Strategis
b. Kepadatan Penduduk
c. Ragam Transportasi
d. Meningkatkan antar jarak
e. Aksesbilitas
Penentuan pembobotan di nilai dari tingat kebutuhan dengan penilaian sebagai

41
berikut :
1. Nilai 3 : sangat mendukung
2. Nilai 2 : dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya
3. Nilai 1 : Dapat diperoleh lagi

TABEL 2. PENILAIAN PENENTUAN BERADASARKAN ALTERNATIF


No Kriteria Bobot Alt 1 Alt 2 Alt 3
1 Lokasi yang strategis 30% 3/90 3/90 3/90
2 Kepadatan Lalu Lintas 30% 3/90 3/80 3/80
3 Ragam Transportasi 20% 3/60 3/60 2/40
4 Meningkatkan antar Jarak 10% 3/30 2/30 2/20
5 Aksesbilitas 10% 3/30 2/20 3/30
Jumlah 300 280 270
Sumber : Penilaian Pribadi
Dari penilaian penentuan tapak di atas, maka tapak terpilih pada Alternatif I di
Jl. Kartini, Mojayanaraya, Mojayan, Kec. Klaten Tengah, Kabupaten
Klaten, Jawa Tengah. Sebagai tapak bangunan lokasi Stasiun Intermoda dan
Hotel Transit Oriented Development (TOD) Di Klaten.

42

Anda mungkin juga menyukai