Makalah Tritrasi
Makalah Tritrasi
Dosen Pengampu :
OLEH:
MUSTAQIM
201010220042
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-nya sehingga Makalah yang berjudul “perbandingan hasil penetapan kadar vitamin
C pada buah kiwi (actinidia deliciousa) dengan menggunakan metode iodimetri dan spektrometri UV-Vis
“ini dapat selesaikan sebagaimana adanya.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengampu yang bernama Ibu Auliyaa Raaf,
S.T., M.T. yang senantiasa mendampingi dan membimbing dalam penyusunanan makalah ini. Tak lupa
juga penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan
semangatnya sehingga makalah ini dapat selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari akan kekurangan penyusunan makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan
masukan, kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi dalam pembelajaran di dalam kelas.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Vitamin C adalah vitamin yang tergolong vitamin yang larut dalam air.
Vitamin C bermanfaat bagi kesehatan tubuh, yaitu sebagai sumber antioksidan.
Vitamin C juga bermanfaat sebagai senyawa pembentuk kalogen yang
merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan
penyokong lainnya. Sumber Vitamin C sebagian besar terdapat dalam buah-
ii
buahan terutama buah- buahan segar diantaranya jeruk, jambu biji, mangga,
nanas dan kiwi dan juga terdapat pada sayur-sayuran misalnya kentang, sawi, kol,
asparagus dan cabe
1.2 Rumusan masalah
1. Identifikasi Buah Kiwi (Actinidia delicious)
2. Penetapan Kadar Vitamin C dengan metode Spektrofotometri UV-Vis
1.3 Tujuan
1. Menentukan penetapan Kadar Vitamin C dengan Metode Iodimetri
2. Mencari konsentrasi Vitamin C pada berbagai panjang gelombang
3. Hasil Analisa Kadar Vitamin C dengan Metode Spektrofotometri
ii
BAB II
PEMBAHASAN
Titrasi asam basa merupakan salah satu metode analisis kuantitatif untuk
menentukan konsentrasi dari suatu zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan dalam
titrasi asam-basa sangat ditentukan oleh kinerja indikator yang mempu menunjukkan
titik akhir dari titrasi. Titrasi asam-basa merupakan salah satu metode analisis
kuantitatif sederhana dalam penentuan konsentrasi suatu zat dalam larutan.
Meskipun analisis modern telah banyak berkembang, titrasi asam-basa masih sering
digunakan terutama untuk penelitian dilaboratorium. Titrasi asam-basa memerlukan
indikator agar dapat mengetahui tercapainya titik akhir titrasi secara visual yaitu
ketika warna larutan berubah (Gupta dkk, 2012).
Titrasi asam basa adalah penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan asam
yang diketahui kadarnya. Atau sebaliknya, penentuan kadar suatu larutan asam
dengan larutan basa yang diketahui, dengan didasarkan pada reaksi netralisasi.
Titrasi harus dilakukan hingga mencapai titik ekivalen, yaitu keadaan saat asam dan
basa tepat habis bereaksi secara stoikiometri. Titik ekivalen umumnya dapat ditandai
dengan perubahan warna dari indikator. Sementara itu, keadaan saat titrasi harus
dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan warna disebut titik
akhir titrasi.
Secara umum, titrasi asam-basa terbagi menjadi dua yaitu titrasi alaklimetri dan
titrasi asidimetri;
1. Titrasi Alaklimetri
Titrasi alkalimetri adalah titrasi asam-basa yang dilakukan untuk
mengetahui konsentrasi larutan asam dengan larutan basa sebagai standarnya.
Pada titrasi alkalimetri, larutan asam berperan sebagai analit sedangkan
ii
larutan basa berperan sebagai titran.titrasi alkali metri dibagi lagi menjadi
titrasi asam kuat dengan basa kuat, titrasi asamkuat dengan basa lemah, dan
titrasi asam lemah dengan basa kuat.
Titrasi asam kuat dengan basa kuat = titrasi ini dilakukan dengan asam kuat
sebagai analit dan basa kuat sebagai titran. Titik equivalen titrasi asam kuat
dengan basa kuat tepat berada pada pH 7.
Titrasi asam kuat dengan basa lemah = Titrasi ini mencari konsentrasi analit
berupa asam kuat dengan larutan basa lemah sebagai standar. Titik ekuivalen
titrasi asam kuat dengan basa lemah tidak tepat terjadi pada pH 7, namun
pada pH yang lebih asam (pH = 5 - 6).
Titrasi asam lemah dengan basa kuat = Titrasi ini menggunakan asam lemah
sebagai analit dan basa kuat sebagai titran. Titik ekuivalen titrasi asam
lemah dan basa kuat berada pada pH yang lebih basa, sekitar 8 hingga 9. Hal
ini terjadi karena asam lemah menghasilkan basa konjugasi yang kuat pada
saat titrasi.
2. Titrasi Asidimetri
Titrasi asidimetri adalah titrasi asam basa yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi larutan basa dengan larutan asam sebagai standarnya. Pada titrasi
asidimetri, larutan basa adalah analitnya sedangkan larutan asam adalah titrannya.
Titrasi asidimetri dibagi legi menjadi tiga yaitu titrasi basa kuat dengan asam
kuat, titrasi basa kuat dengan asam lemah, dan titrasi basa lemah dengan asam
lemah.
Titrasi basa kuat dengan asam kuat = pada dasarnya titrasi basa kuat dengan
asam kuat sama dengan titrasi asam kuat dengan basa kuat. Titik
equivalennya sama-sama tepat berada pada pH 7 dan tidak menghasilkan
larutan buffer. Bedanya titrasi basa kuat dengan asam kuat memiliki kurva
titrasi yang terbalik dengan titrasi asam kuat dan basa kuat.
Titrasi basa kuat dengan asam lemah = pada titrasi ini pH yang tinggi akan
turun dengan cepat dan lebih bertahap ketika mendekati titik ekuivalen. Titik
ekuivalnnya berada pada pH yang lebih basa sekitar 8-9. Hal tersebut
dikarenakan asam lemah membentuk basa konjugasi yang kuat selama
titrasi. Sehingga hasil titrasinya bersifat basa.
ii
Titrasi basa lemah dengan asam lemah = Titrasi ini menggunalan analit
berupa basa lemah dan titran berupa asam lemah. Sifat keduanya yang lemah
membuat perubahan pH selama titrasi tidak berlangsung secara cepat,
melainkan perlahan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen titrasi
basa lemah dan asam lemah tidak bisa ditentukan begitu saja, melainkan
bergantung pada jenis asam dan basa lemah yang digunakannya.
Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak mengunakan air sebagai
pelarut,tetapi digunakan pelarut organik. Titrasi ini dilakukan pada zat asam atau basa
lemah seperti halnya asam-asam organik atau alkoloida. Alkoloida sukar larut dalam air
juga kurang reaktif dalamair, seperti misalnya garam–garam amina dimana garam–garam
dirombak dulu menjadi basa bebas yang larut dalam air. Pelarut yang biasa digunakan
dibagi atas dua golongan yaitu pelarut protolitis dan pelarut amfiprotolitis. Titrasi bebas
air biasanya dalam bidang farmasi digunakan untuk menentukan kadar obat – obatan
karena sebagian senyawa obat tidak dapat ditentukan kadarnya dalam air karena
keasaman dan kebasaannya lemah.
ii
Sebanyak 10 mL kiwi ditambahkan 25 mL air, serta 10 mL H2SO4 2 N. Campuran
ditambahkan 3 mL larutan kanji lalu dititrasi dengan iodium 0,1 N sampai berwarna hijau
kebiruan
Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan vitamin C 100 ppm dipipet dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 50 mL masing-masing sebesar 2 mL, 3 mL, 4 mL, 5 mL, 6 mL (4 ppm, 6
ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm). Masing-masing larutan ditambahkan air suling hingga
tanda batas lalu dihomogenkan, kemudian serapannya pada panjang gelombang
maksimum yang diperoleh
Penentuan Kadar Sampel Buah kiwi dikupas dan dicuci bersih, dipotong kecil-kecil
kemudian diblender, blender sampai diperoleh slurry. Timbang sebanyak 5 gram slurry
masukkan kedalam erlenmeyer 250 ml dan tambahkan aquadest 100 ml lalu
disentrifugasi kemudian disaring menggunakan kertas whatman. Pipet 10 ml filtrat
masukan dalam labu ukur 100 ml, ad aqua dest hingga tanda batas. selanjutnya diukur
serapan pada panjang gelombang maksimum yang didapat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan kadar vitamin C pada buah
kiwi dengan menggunakan 2 metode, yaitu metode Iodimetri dan Spektrofotometri Uv-
Vis. Pemeriksaan kadar vitamin C dilakukan melalui 2 tahapan yaitu analisa kualitatif
dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya vitamin C
dalam buah kiwi yang dilakukan dengan reaksi warna, sedangkan analisa kuantitafif
dilakukan untuk mengetahui kadar vitamin C yg terdapat pada buah kiwi, dilakukan
dengan metode Iodimetri dan metode spektrofotometri UV-Vis.
ii
Vitamin C (asam askorbat) merupakan zat pereduksi yang kuat dan secara sederhana
dapat dititrasi dengan larutan baku iodium. Metode iodimetri (titrasi langsung dengan
larutan baku iodium 0,1 N) dapat digunakan pada asam askorbat murni atau larutanya,
sehingga kadar vitamin C dalam buah kiwi dapat ditetapkan dengan metode iodimetry
ii
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kadar vitamin C pada buah kiwi yang didapatkan dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis lebih besar 8x lipat dibandingkan hasil kadar vitamin C
pada buah kiwi dengan menggunakan metode iodimetri dengan kadar masing-
masing sebanyak 0,040%, untuk metode iodimetri, dan 0,353% yang diperoleh
dengan metode spektrofotometri UV-Vis.
ii
DAFTAR PUSTAKA
MULYANI, Elly. Perbandingan hasil penetapan kadar vitamin C pada buah kiwi
(Actinidia deliciousa) dengan menggunakan metode iodimetri dan spektrofotometri
UV-Vis. Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan, 2018, 3.2: 14-17.
PADMANINGRUM, Regina Tutik. Titrasi Iodometri. Jurnal Pendidikan Kimia.
Unversitas Negeri Yogyakarta, 2008.
Widiastuti H. Standarisasi Vitamin C pada Buah Bengkuang Secara
Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 2, No. 1, 2015; pp 72-
75.
PERMANASARI, Anna. Titrasi Potensiometri.
ii