OLEH:
INTAN PERMATA SARI
2048201031
1. Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran
electron secara stokiometri.
2. Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur
(Kesempurnaan 99%). Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk memahami dan melihat penentapan
kadar dengan metode iodimetri.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami penetapan
kadar iodium dengan metode iodimetri dengan menggunakan larutan baku iodium 0,1
N
Prinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan penetapan kadar iodium dimana
larutan baku sebagai reduksi dan zat uji sebagai oksidasi melalui reaksi redoks.
Iodimetri merupakan metode titrasi atau volumetri yang pada penentuan atau
penetapan berdasar pada jumlah I2 (Iodium) yang bereaksi dengan sampel atau
terbentuk dari hasil reaksi antara sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel
dengan ion iodide (I).
Metode ini tergolong titrasi langsung, berbeda dengan metode iodometri yang
sama-sama menggunakan I2 sebagai dasar penetapannya.
Iodimentri termasuk titrasi redoks dengan I2 sebagai titran sepetri dalam reaksi
redoks umumnya yang harus selalu ada oksidator dam reduktor, sebab bila suatu
unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan electron), maka harus ada suatu
unsure yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (Menangkap electron), jadi
tidak mungkin hanya ada oksidator atau reduktor saja. Dalam metode analisis ini
analit dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodide, dengan kata lain
I2 bertindak sebagai oksidator dengan reaksi :
I2 + 2e- 2l-
Indikator yang digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi biasanya adalah kanji
atau amilum 0,5-1%, karbon tetraklorida atau kloroform dapat mengetahui titik akhir
titrasi akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (disperse koloidal) kanji.
Warna yang terjadi adalah biru tua hasil reaksi I 2 – Amilum. Titrasi iodimetri
dilakukan dalam keadaan netral atau dalam kisaran asam lemah dan basa lemah. pH
tinggi (basa kuat) maka iodine dapat mengalami reaksi disproporsionasi menjadi
hipoidat.
I2 + 2OH - IO3- + I- + H2O
Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri).
Relatiff beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi
secara langsung dengan iodium, maka jumlah penentuan penentuan iodimetrik adalah
sedikit, akan tetapi banyak pereaksi oksidasi yang cukup kuat untuk bereaksi
sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodimetrik. Suatu
kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan
pembahasan iodium yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat.
Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri)
mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan ion standar. Metode titrasi tak langsung
(kadang-kadang dinamakan iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang
dibebaskan dalam reaksi kimia.
Iodium merupakan oksidator yang relatif kuat dengan nilai potensial oksidasi
sebesar +0,535√. Pada saat reaksi oksidasi, iodium akan direduksi menjadi iodida
sesuai dengan reaksi.
I2 + 2e 2 l-
Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial reduksi
yang lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C mempunyai reduksi yang lebih kecil
daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung dengan iodium.
Larutan baku iodium yang telah dibakukan dapat digunakan untuk
membakukan larutan natrium tiosulfat. Deteksi titik akhir pada iodimetri ini
dilakukan dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru
pada saat tercapainya titik akhir.
Pada farmakope indonesia, titrasi iodimetri digunakan untuk menetapkan
kadar asam askorbat, natrium tiosulfat, metampiron (antalgin), serta natrium tiosulfat
dan sediaan injeksi.
Larutan I2 digunakan untuk mengoksidasi reduktor secara kuantitatif pada
titik ekuivalennya. Namun, cara pertama ini jarang diterapkan karena I 2 merupakan
oksidator lemah, dan adanya oksidator kuat akan memberikan reaksi samping dengan
reduktor. Adanya reaksi samping ini mengakibatkan penyimangan hasil penetapan.
Proses Iodimetri
Proses titrasi dengan menggunakan larutan Iod (I 2) dapat dibedakan menjadi dua
yaitu
a. Proses tidak langsung (Iodometri)
Proses Iodometri adalah suatu titrasi tidak langsung dimana titrasi
menggunakan larutan standar Na2S2O3 sebagai penitar. Penambahan indikator kanji
di akhir di karenakan kanji akan mengadsorbsi I 2 dalam larutan. Sehingga I2 tidak
dapat bereaksi dengan Na2S2O3.
b. Proses langsung (Iodimetri)
Suatu titrasi langsung dimana titrasi menggunakan kanji di awal penitaran.
Sebagai larutan standar digunakan I2. Penambahan indikator kanji di awal di
karenakan kanji tidak akan mengadsorbsi I2 dalam larutan. Zat-zat yang mungkin
dititrasi dengan metode ini adalah zat yang merupakan pereaksi pereduksi (reduktor)
yang cukup kuat dititrasi secara langsung dengan menggunakan larutan Iodium
diantaranya adalah Tio (Na2S2O3), Arsenat (III), Antimon (III), Sulfida, Sulfit, Timah-
Putih (II) dan Ferisianida (Fe(CN)2.
Perbedaan Iodometri & Iodimetri
Meski Iodometri dan Iodimetri memiliki beberapa persamaan dan juga merupakan
termasuk kedalam metoda redoks tetapi keduanya memilki beberapa perbedaan
diantaranya :
Selain itu juga terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode iodimetri
yaitu sebagai berikut :
Kelebihan :
a. Penitaran berlangsung lebih cepat karena titrat dan titran langsung bereaksi.
b. Penambahan kanji diawal titrasi.
c. Warna titik akhir lebih mudah teramati dari tidak berwarna menjadi biru.
Kekurangan :
a. Penitarnya mudah terurai oleh cahaya sehingga preparasi contoh harus
dilakukan terlebih dahulu.
b. Pada saat titrasi dikhawatirkan kehilangan ion iod.
c. Dalam keadaan asam, larutan iod dapat dioksidasi oleh udara
2.5 Titrasi Bromatonetri
Bromo-bromatometri merupakan salah satu metode penetapan kadar atau
suatu zat dengan prinsip rekasi reduksi-oksidasi. Oksidasi adalah suatu proses
yang mengakibatkan hilangnya aatu electron atau lebih dari dalam zat(atom,ion,
atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubahke harga
yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang memperoleh electron,
dan dalam proses itu zat tersebut direduksi.
Reeduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperoleh
satu electron atau lebih zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi,
keadaan oksidasi berubah menjadi negative (kurang positif), jadi suatu zat
pereduksi adalah zat yang kehilangan electron, dalam proes itu zat ini dioksidasi.
Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung dengan serempak. Ini sangat jelas
karena electron yang dilepaskan oleh sebuah zat harus diambil oleh zat yang lain.
Jika membicarakan olsidasi suatu zat, ia harus ingat bahwa pada saat yang sama
reduksi dari suatu zat juga berlangsung.
Metode bromometri dan bromatometri ini terutama digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa organic aromatis dengan membentuk tribrom
sybsitusi. Metode ini dapat juga digunakan untuk menetapkan senyawa arsen dan
stibium dalam membentuk trivalent walaupun tercampur dengan stanum valensi
empat.