Makalah Kel.2 Perubahan Vagina Dan Dasar Panggul
Makalah Kel.2 Perubahan Vagina Dan Dasar Panggul
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kita
dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen yang kemudian dilanjutkan
dengan penyusunan makalah dengan judul “ Perubahan vagina dan dasar
panggul“.
Seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak karenanya kami sebagai
tim penulis menyadarai bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna,baik dari sisi materi maupun penulisannya. Kami dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima berbagai masukan maupun saran yang
bersifat membangun yang diharapkan berguna bagi seluruh pembaca.
penulis
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL......................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusa Masalah.........................................................................................
C.Tujuan...........................................................................................................
D. Manfaat.......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Perubahan vagina......................................................................................
B. Perubahan dasar panggul………………………………………………..
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan...................................................................................................
B.Saran..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar panggul adalah diafragma muskular yang memisahkan
cavum pelvis di sebelah atas dengan ruang perineum di sebelah bawah.
Sekat ini dibentuk oleh m. Levator ani, serat m. Coccigeus dan seluruhnya
ditutupi oleh fascia parietalis (Gosling, 1999; Patric, 2002; Callahan, 2004;
Loetan, 2006). Proses kehamilan dan persalinan terlibat dalam terjadinya
disfungsi dasar panggul. Kekendoran otot – otot yang melingkari vagina
sering disebabkan oleh kelahiran anak melalui vagina (Patric, 2002).
Hampir 50% wanita yang pernah melahirkan akan menderita prolaps organ
genitourinaria dan 40% disertai inkontinensia urin (Sarwono, 2004). Satu
dari tiga wanita akan mengalami inkontinensia selama hidupnya dan lebih
dari 65% wanita ini menyatakan bahwa hal tersebut dimulai saat kehamilan
maupun sesudah melahirkan (Loetan, 2006). Berbagai penelitian
epidemiologis menunjukkan bahwa disfungsi dasar panggul tersebut
melibatkan kerusakan jaringan otot, jaringan syaraf, jaringan ikat, termasuk
jaringan penyokong, pada daerah dasar panggul. Disfungsi dasar panggul
yang dapat terjadi setelah persalinan antara lain inkontinesia urin, prolaps
organ panggul, inkontinensia alvi dan disfungsi seksual(Genadry, 2006).
Selama dekade terakhir diyakini bahwa kehamilan dan persalinan
merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya inkontinnensia urin dan
prolaps genitalia pada wanita muda (Fonti, 2013). Dikatakan juga defek
pada dasar panggul berhubungan erat dengan trauma yang terjadi di dasar
panggul pada suatu persalinan pervaginam, namun sampai saat ini penelitian
mengenai hal tersebut masih terus dilakukan. Genadry R mengatakan faktor
yang terlibat dalam terjadinya disfungsi dasar panggul bersifat
multifaktorial dan bergantung pula pada genetik, kondisi fisik dan kondisi
lingkungan, karena pada kenyataannya defek pada otot dasar panggul juga
ditemukan pada perempuan yang tidak mengalami kehamilan dan persalinan
(Genadry, 2006). Trauma terhadap daerah dasar panggul akibat penurunan
kepala janin melalui jalan lahir pada persalinan pervaginam tidak terjadi
pada persalinan dengan seksio sesarea, sehingga berkembang suatu persepsi
di masyarakat bahwa persalinan dengan seksio sesarea akan melindungi
seorang perempuan dari trauma dasar panggul sehingga terjadi peningkatan
permintaan dari masyarakat untuk dilakukan persalinan dengan seksio
sesarea. Pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Bettes dkk bahwa di Amerika Serikat pada tahun 2004 pernah terjadi
peningkatan insidensi seksio sesarea paling tinggi yaitu 29,1% dari 1,2 juta
persalinan (Nygaard, 2005).
Perdebatan tentang persalinan seksio sesarea merupakan persalinan
yang paling baik untuk seorang perempuan agar terhindar dari disfungsi
dasar panggul, sampai saat ini masih terus diteliti (Lal, 2003). Beberapa
penelitian telah dilakukan untuk menilai kekuatan otot dasar panggul dan
hubungannya dengan persalinan pervaginam dibandingkan dengan
persalinan perabdominam. Carmelia dkk.(2009) melakukan penelitian
terhadap 60 orang pasien yang melahirkan di RS Hasan Sadikin Bandung
selama Bulan Oktober – November 2009 dengan menggunakan alat
perineometer biofeedback Myomed 932, memperlihatkan tidak terdapat
perbedaan bermakna dari nilai kontraksi maksimal, nilai kontraksi minimal
dan ketahanan otot levator ani antara primipara pasca persalinan pervaginam
dengan pasca salin seksio sesarea.(Carmellia, 2009) David LL dkk.(2009)
melakukan pengukuran kekuatan otot dasar panggul dengan menggunakan
alat perineometer terhadap 30 pasien pasca salin normal dan 30 ibu pasca
salin seksio sesarea di RSUP. H. Adam Malik, RSU Pringadi Medan dan
RSU Sundari periode 1 Januari 2007 – 31 Januari 2009, memperlihatkan
adanya perbedaan bermakna antara kedua kelompok sampel dimana
kekuatan otot dasar panggul pascasalin pervaginam lebih rendah
dibandingkan dengan pascasalin seksio sesarea (David, 2009). Mascarenhas
T dkk.(2001)mengukur kekuatan dasar otot panggul dengan EMG
perineometry dan palpasi digital pada 66 wanita primipara 6 minggu dan 6
bulan postpartum (dari 66 wanita tersebut 42,4% melahirkan spontan,
25,8% dengan vakum ekstraksi, dan 31,8% dengan seksio sesarea). Terdapat
penurunan kekuatan dasar panggul yang bermakna pada wanita yang
melahirkan pervaginam dibandingkan dengan yang melahirkan dengan
seksio sesarea (p=0,049)(Mascarenhas, 200) . Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan hasil yang didapatkan peschers UM (1997) yang
mendapatkan kekuatan otot dasar panggul menurun secara bermakna 3
sampai 8 hari post partum pada wanita yang melahirkan pervaginam tapi
tidak pada wanita dengan seksio sesarea (Peschers,1997). Meskipun
dibeberapa penelitian menemukan adanya perbedaan bermakna antara
pengaruh persalinan pervaginam dan seksio sesarea terhadap kekuatan otot
dasar panggul, Beberapa penelitian lain tidak menemukan adanya perbedaan
antara pengaruh persalinan pervaginam dan seksio sesarea terhadap
kekuatan otot dasar panggul. Namun belum ada data mengenai kekuatan
otot dasar panggul perempuan paska seksio sesarea atas indikasi distosia
kala II . Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
ini.
Proses kehamilan akan menimbulkan berbagai perubahan pada
seluruh sistem tubuh, perubahan ini berdampak pada sistem kardiovaskuler,
sistem pernafasan, sistem hormonal, sistem gastrointestinal, maupun sistem
muskuloskeletal.Perubahan pada sistem muskuloskeletal seiring selama
kehamilandengan membesarnya uterus, maka pusat gravitasi akan berpindah
kearah depan sehingga ibu hamil harus menyesuaikan posisi
berdirinya(Brayshawet al., 2008). Jika pusat gravitasi tubuh bergeser
kedepan dan peregangan otot abdomen yang melemah, hal ini dapat
mengakibatkan lekukan pada tulang lumbal. Ada kecenderungan bagi otot
punggung untuk memendek jika otot abdomen meregang sehingga dapat
menyebabkan ketidakseimbangan otot disekitar pelvic dan ligamen disekitar
pelvic. Dimana ibu hamil harus bergantung dengan kekuatan otot,
penambahan berat badan, sifat relaksasi sendi, kelelahan serta perubahan
postur sebelum hamil. Postur tubuh yang tidak tepat akan memaksa
peregangan otot tambahan dan kelelahan pada tubuh. Terutama pada bagian
tulang belakang sehingga akan menyebabkan terjadinya sakit atau nyeri
pada bagian belakang ibu hamil (Siswosudarmo et al., 2008).
Nyeri punggung bawah pada ibu hamil adalah ketidaknyamanan
yang terjadi dibawah costa dan di atas bagian inferior gluteal(Anas,
2006).Nyeri pada bagian punggung juga bisa disebabkan karena perubahan
hormonal yang menimbulkan perubahan pada jaringan lunak penyangga dan
penghubung sehingga menurunnya elastisitas dan fleksibilitasotot
(Wahyuniet al., 2012). Nyeri punggung dapat menimbulkan dampak negatif
pada kualitas hidup ibu 3 hamil karena adanya gangguan aktivitas fisik
dalam kehidupan sehari-hari (Katonis et al., 2011). Terdapat dua pilihan
yang di gunakan dalam proses persalinan yaitu persalinan spontan dan
operasi sesar. Operasi sesar adalah operasi yang dilakukan apabila proses
persalinan terpaksa dilakukan karena ada masalah pada ibu maupun
janin.Adanya komplikasikehamilan sebagai faktor risiko ibu melahirkan
operasi sesaradalah pendarahan4,40%, ketubanpecah dini 5,49%,kelainan
letak janin 4,25%, dan panggul sempit 4,0%.Sedangkan persalinan spontan
adalah proses pengeluaran janin melalui alat kelamin yang terjadi pada
kehamilan 37-42 minggutanpa komplikasi pada ibu dan janin
(Prawirohardjo, 2011). Terganggunya kualitas hidup dan berbagai masalah
fungsi reproduksi umum pada wanitasebagai salah satu gejala penyebab
melemahnya kekuatan otot dasar panggul. Kekuatan otot dasar panggul
terpengaruhsetelah persalinan spontan dan akan kembali normal dalam
waktu 2 bulan.Pada persalinan spontan ditemukan adanya penurunan
kekuatan otot dasar panggul sebanyak 22% selama persalinan dan 35%
selama post partum.
Persalinan spontan merupakan faktor utama kejadian inkontinensia
urine karena terjadi regangan otot yang kuat pada saat persalinan
menyebabkan kelemahan dan kerusakan dari otot dasar panggul. Beberapa
studi dan epidemiologi mengindikasikan wanita yang mengalami persalinan
spontan mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya inkontinensia urine
dibandingkan wanita dengan persalinan operasi sesar (Utamaet al.,
2016).Kekuatan otot dasar 4 panggul sebelum persalinan pada kelompok
spontan 9,152±0,8149 cm H2O dan kelompok operasi sesar 9,768±0,7355
cm H2O. Sedangkan kekuatan otot dasar panggul setelahpersalinanspontan
adalah 8,130±0,9301 cm H2O dan pada setelah operasi sesar 9,775±0,7150
cm H2O(Dewiet al., 2016). Berdasarkan latar belakang di atas peneliti
memilih RS PKU Karanganyar sebagai tempat penelitian, karena RS PKU
Karanganyar merupakan rumah sakit swasta yang mempunyai layanan
unggulan salah satunya spesialis obsgyn.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perubahan vagina wanita setelah hamil?
2. Bagaimana perubahan dasar panggul wanita hamil?
3. Apakah ada perbedaan kekuatan otot pinggang antara ibu melahirkan spontan
dan operasi sesar?
C.Tujuan
1. untuk mengetahui hubungan kebiasaan perawatan organ genital dengan
keasaman mukosa vagina ibu hamil
2. Untuk mengetahui perbedaankekuatan otot pinggang antara ibu melahirkan
spontandan operasi sesar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA