Anda di halaman 1dari 38

Kumpulan

kisah-kisah indah sarat hikmah

Panitia Safari Ramadhan


IKSADARI
2021-2022
Daftar isi
Kisah pertama ............................................................................................................ 1
Kisah kedua................................................................................................................ 3
Kisah Ketiga............................................................................................................... 4
Kisah Keempat........................................................................................................... 5
Kisah Kelima.............................................................................................................. 7
Kisah Keenam ...........................................................................................................12
Kisah ketujuh ............................................................................................................13
Kisah Kedelapan .......................................................................................................14
Kisah Kesembilan ......................................................................................................14
Kisah Kesepuluh .......................................................................................................16
Kisah Kesebelas ........................................................................................................17
Kisah Kedua belas .....................................................................................................17
Kisah Ketiga belas .....................................................................................................18
Kisah Keemapat belas ................................................................................................21
Kisah Kelima belas ....................................................................................................23
Kisah Keenam belas ..................................................................................................23
Kisah Ketujuh belas ...................................................................................................24
Kisah Kedelapan belas ...............................................................................................28
Kisah Kesembilan belas .............................................................................................29
Kisah Kedua puluh ....................................................................................................30
Kisah Kedua puluh satu .............................................................................................31
Kisah Kedua puluh dua ..............................................................................................32
Kisah Kedua puluh tiga ..............................................................................................34
Kisah Kedua puluh empat ..........................................................................................34
Kisah Kedua puluh lima .............................................................................................35
Kisah pertama
KH. Ali Yahya dan pelacur
KH. Ali Yahya Lasem terkenal tampan, berbadan tegap dan atletis. Bila
sarung, sorban, dan kopiahnya dibuka beliau mirip bule Eropa, Amerika atau
Australia. Tak heran kalau banyak wanita terpesona.
Suatu hari beliau ada undangan mengisi pengajian di Jepara, saat di
perjalanan mobil yang beliau tumpangi berhenti di sebuah lampu merah. Saat itu
beliau duduk di samping sopir dengan melepas sorban dan kopiah yang
dipakainya. Tiba-tiba seorang wanita muda, menor, dan seksi menghampirinya.
Wanita penghibur itu mengira bila lelaki gagah dalam mobil adalah turis
banyak duit yang sedang mencari kesenangan di Indonesia.
“Malam, Om.”
“Malam.”
“Ikut dong, Om. Boleh, ya?”
“Oh, boleh, boleh. Silakan masuk.”
Wanita muda itu bergegas masuk mobil. Pintu ditutup dan mobil mulai
jalan.
“Mau ke mana, Om? Butuh aku, gak? Aku temenin sampai pagi ya, Om?”
Sambil pakai lagi kopiah dan sorban Kiyai Ali santai menjawab, “Oo, ini lho mau
ngaji di Jepara. Ndak apa-apa, silakan ikut aja.”
Wanita itu kaget dan salah tingkah, “Oh, jadi Bapak ini Kiyai, ya?”
“ Tadi panggil om sekarang panggil pak kiyai. Lucu, ya ?” Kiyai Ali tersenyum geli.
“Maaf, Kiyai, saya benar-benar tidak tahu. Sekali lagi maaf.”
Wanita itu kian tegang dan raut wajahnya pucat ketakutan.
Tapi Kiyai Ali santai saja berkata, “Oo, ndak apa-apa. Santai saja, Mbak.
Sekali-kali ikut pengajian bagus itu.”
“Ndak usah Kiyai, saya turun di sini aja.”
“Enggak bisa, pokoknya harus ikut. Tadi kan sampean bilang mau ikut, ya harus
ikut.”
“Tapi saya kang gak pakai jilbab, Kiyai?”
“Gampang, nanti tak pinjem jamaah.”
“Tapi saya malu Kiyai?”
“Lho, sampean jadi pelacur ndak malu, kok pengajian malah malu. Piye to?”
“Bagaimana ini, Kiyai?” Wanita itu makin salah tingkah, “Saya takut, Kiyai?” Tadi
bilang malu sekarang katanya takut. Hehe..
Dengan bijak Kiyai Ali menenangkan, “Sudahlah, santai aja.”
Mobil pun terus berjalan hingga akhirnya sampai ke tempat tujuan. Jepara.
Suasana tempat diselenggarakannya acara pengajian sudah ramai. Para jamaah laki-
1
laki dan perempuan memadati area tempat acara. Gegap gempita para panitia
menanti kedatangan Kyai Ali.
Begitu turun dari mobil Kiyai Ali langsung menghampiri jamaah ibu-ibu,
“Maaf Bu, bisa pinjam jilbabnya. Ini lho, Bu Nyai lupa bawa jilbab.”
Bu Nyai adalah panggilan kehormatan yang biasanya disematkan pada istri
kiyai. Masa iya istri kiyai lupa berjilbab. Hehe.
Dengan sedikit bingung ibu itu menjawab tergesa-gesa, “Oh, bisa Kiyai.
Sebentar saya ambilkan.”
Ibu itu bergeas pergi dan tak lama sudah kembali. Jilbab yang dibawanya
itu di sodorkan ke dalam mobil dan langsung dipakai oleh sang wanita. Setelah
rapi wanita itu turun dari mobil dan masyaallah… Langsung diserbu rombongan
ibu-ibu untuk mencium tangannya. “Ngalap berkah,” katanya.
Mendapati sambutan kehormatan seperti itu, wanita yang kini disulap jadi
Bu Nyai langsung berwajah pucat. Ia dipersilakan masuk, dijamu, dan dilayani
bagaikan seorang ratu. Ada haru campur malu menyelinap di hatinya.
Pengajian pun digelar dengan seksama, Kiyai Ali menjadi pembicara yang
luar biasa, penyampaiannya ringan tapi dalam makna kandungannya.
Usai acara Bu Nyai Dadakan dipersilakan menikmati jamuan rupa-rupa makanan.
Lalu makan berat.
Tapi sebelum makan rombongan jamaah ibu-ibu mohon didoakan
keberkahan dari Bu Nyai Dadakan, sontak saja ia kaget setengah mati. Sudah lama
tak berdoa, sudah lupa doa yang dulu dihafal waktu kecil ngaji di kampung.
Untungnya masih ingat Rabbana Atina Fi Dunya Hasanah, Wa Fil Akhirati
Hasanah..
Pun demikian sebelum pulang, jamaah ibu-ibu bergantian cium tangan dan
diantar dengan hormat sampai masuk mobil.
Selama perjalanan di mobil wanita penghibur itu menangis sedu sedan,
sesenggukan dengan air mata bercucuran. Kiyai Ali dan sopir membiarkannya
hingga reda..
Setelah suasana agak tenang, Kiyai Ali menasihati, “Apakah sampean tidak
melihat dan berpikir tentang bagaimana orang-orang tadi memperlakukanmu,
menghormatimu, mengerumunimu, mengantarkanmu, dan rela juga mereka antri
hanya untuk dapat mencium tanganmu satu demi satu, bahkan minta berkah doa
darimu, padahal tahu sendiri kamu siapa?”
Kembali sang wanita menangis, merasa hina, miris, dan sedih mengingat
perbuatan dosa yang selama ini dilakukannya. Tapi Allah menutup aibnya, Allah
sangat menyayanginya.

2
“Hari ini,” lanjut Kiyai Ali, “Sampean dapat nasihat yang mungkin nasihat
berharga selama hidupmu, maka segeralah taubat dan mohon ampun sama Allah.
Jangan sampai nyawa merenggut sebelum taubat.”
Tangisnya kian deras. Kiyai Ali membiarkannya.
Sambil terisak wanita itu berkata, “Terimakasih Kiyai atas nasihatnya, dan
berkah dari kejadian ini. Mulai hari ini saya bertaubat dan berhenti dari pekerjaan
bejat ini. Sekali lagi terimakasih Kiyai.”
Menyimak kisah ini berarti kita belajar bijaksana. Para ulama, pendahulu,
dan guru kita para mubaligh berdakwah dengan baik dan bijak, mengajak tanpa
menginjak, menasihati tanpa menyakiti, dan menunjukkan kebenaran tanpa
merendahkan derajat kemanusiaan.
Inilah salah satu telaga yang indah dan menyejukkan, yang menjadikan
banyak orang tertarik dengan Islam. Semoga jadi pelajaran bagi kita untuk
menyampaikan kebenaran dengan baik, Bil Hikmah Wal Mau Idatil Hasanah.
Gambar tidak mewakili keadaan.
Sumber : muslimoderat.net/2017/06/kehebatan-dakwah-kh-ali-yahya-lasem-
merubah-pelacur-jadi-bunyai-dalam-sekejap.html, diakses pada 30 nopember
15:29 wib.

Kisah kedua
Sejarah “Halal Bihalal”
Penggagas istilah "halal bi halal" ini adalah KH Abdul Wahab Chasbullah.
Ceritanya begini: Setelah Indonesia merdeka 1945, pada tahun 1948, Indonesia
dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para elit politik saling bertengkar, tidak mau
duduk dalam satu forum. Sementara pemberontakan terjadi dimana-mana,
diantaranya DI/TII, PKI Madiun.
Pada tahun 1948, yaitu dipertengahan bulan Ramadhan, Bung Karno
memanggil KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara, untuk dimintai pendapat dan
sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat. Kemudian
Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan
Silaturrahim, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, dimana seluruh umat Islam
disunahkan bersilaturrahmi.
Lalu Bung Karno menjawab, "Silaturrahmi kan biasa, saya ingin istilah
yang lain".
"Itu gampang", kata Kiai Wahab. "Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu
karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu
haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka

3
harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan.
Sehingga silaturrahmi nanti kita pakai istilah 'halal bi halal'", jelas Kiai Wahab.
Dari saran Kiai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul
Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara
untuk menghadiri silaturrahmi yang diberi judul 'Halal bi Halal' dan akhirnya
mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun
kekuatan dan persatuan bangsa.
Sejak saat itulah, instansi-instansi pemerintah yang merupakan orang-
orang Bung Karno menyelenggarakan Halal bi Halal yang kemudian diikuti juga
oleh warga masyarakat secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai
pengikut para ulama. Jadi Bung Karno bergerak lewat instansi pemerintah,
sementara Kiai Wahab menggerakkan warga dari bawah. Jadilah Halal bi Halal
sebagai kegaitan rutin dan budaya Indonesia saat Hari Raya Idul Fitri seperti
sekarang.
Kalau kegiatan halal bihalal sendiri, kegiatan ini dimulai sejak KGPAA
Mangkunegara I atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa. Setelah Idul
Fitri, beliau menyelenggarakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan
prajurit secara serentak di balai istana.
Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada
raja dan permaisuri. Kemudian budaya seperti ini ditiru oleh masyarakat luas
termasuk organisasi keagamaan dan instansi pemerintah.akan tetapi itu baru
kegiatannya bukan nama dari kegiatannya. kegiatan seperti dilakukan Pangeran
Sambernyawa belum menyebutkan istilah "Halal bi Halal", meskipun esensinya
sudah ada.
Tapi istilah "halal bi halal" ini secara nyata dicetuskan oleh KH. Wahab
Chasbullah dengan analisa pertama (thalabu halâl bi tharîqin halâl) adalah: mencari
penyelesaian masalah atau mencari keharmonisan hubungan dengan cara
mengampuni kesalahan. Atau dengan analisis kedua (halâl "yujza'u" bi halâl)
adalah: pembebasan kesalahan dibalas pula dengan pembebasan kesalahan dengan
cara saling memaafkan.
Sumber : www.nu.or.id/post/read/60965. diakses pada 30 nopember 15:33 wib.

Kisah Ketiga
Kedahsyatan sedekah
Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa suatu saat ia telah
membeli seorang jariyah, seorang budak wanita. Sesaat kemudian, Malaikat Jibril
turun ke bumi dan berkata kepada Nabi Muhammad salallahu 'alaihi wasalam,

4
‫يا حممد أخرج هذه اجلارية من بيتك فإنها من اهل انلار‬
"Wahai Muhammad, keluarkanlah budak itu dari rumahmu! karena sesungguhnya
ia adalah ahli neraka" perintah Jibril.
Syahdan, Nabi pun mengutarakannya kepada Aisyah. Lalu Aisyah pun
dengan perasaan iba, melepas kepergian sang budak.
Bagaimana Aisyah tidak bersedih, jika tiba-tiba saja turun wahyu bahwa
budak tersebut harus dikeluarkan dan tercatat sebagai ahli neraka pula. Padahal,
Aisyah tanpa tahu-menahu sebab musabab mengapa ia ditakdirkan menjadi ahli
neraka.
Dengan wajah penuh kasih, Aisyah pun melepas kepergiannya dengan
memberi beberapa kurma sebagai bekal.
Di tengah jalan, sang budak merasa kelelahan. Teringat ia akan bekal yang
dibawakan oleh majikannya, Aisyah. Dimakannya dengan lahap kurma itu. Namun
disaat ia menikmati bekal kurma, datanglah kepadanya seorang faqir meminta-
minta.
Meskipun lapar, dan sesungguhnya ia juga masih membutuhkan bekal
kurma, sang budak memberikan sebagian kurma yang tersisa kepada faqir tersebut.
Ia merasa iba, hingga tak ada satu kurma pun tersisa untuknya. Ia berikan
seluruh sisa kurma pemberian Aisyah kepada faqir tersebut.
Betapa dahsyat kekuatan sedekah. Tak lama kemudian setelah sang budak
memberikan kurma kepada seorang faqir tadi. Malaikat Jibril kembali turun ke
bumi dan mewahyukan kepada Nabi Muhammad bahwa ia diperintah untuk
kembali mebiarkan sang budak di rumahnya.
Karena sungguh, akibat sedekah sang budak, rahmat Allah turun dan ia
pun "batal" masuk neraka

Sumber: Kitab Risalah Nawadirul Hikayah karya Ahmad Syihabuddin bin Salamah
Al Qulyubi

Kisah Keempat
Kisah Pilu Nabi Muhammad dan Yatim Terlantar di Hari Raya Idul Fitri

Di suatu hari raya Rasulullah SAW keluar rumah untuk melaksanakan


shalat Idul Fitri. Sementara anak-anak kecil tengah bermain riang gembira di
jalanan. Tetapi tampak seorang anak kecil duduk menjauh berseberangan dengan
mereka. Dengan pakaian sangat sederhana dan tampak murung, ia menangis
tersedu.

5
Melihat fenomena ini Rasulullah SAW segera menghampiri anak tersebut.
“Nak, mengapa kau menangis? Kau tidak bermain bersama mereka?” Rasulullah
membuka percakapan.
Anak kecil yang tidak mengenali bahwa orang dewasa di hadapannya
adalah Rasulullah SAW menjawab, “Paman, ayahku telah wafat. Ia mengikuti
Rasulullah SAW dalam menghadapi musuh di sebuah pertempuran. Tetapi ia
gugur dalam medan perang tersebut.”
Rasulullah SAW terus mengikuti cerita anak yang murung tersebut. Sambil
meraba ke mana ujung cerita, Rasulullah SAW mendengarkan dengan seksama
rangkaian peristiwa dan nasib malang yang menimpa anak tersebut.
“Ibuku menikah lagi. Ia memakan warisanku, peninggalan ayah. Sedangkan
suaminya mengusirku dari rumahku sendiri. Kini aku tak memiliki apapun.
Makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Aku bukan siapa-siapa. Tetapi
hari ini, aku melihat teman-teman sebayaku merayakan hari raya bersama ayah
mereka. Dan perasaanku dikuasai oleh nasib kehampaan tanpa ayah. Untuk itulah
aku menangis.”
Mendengar penuturan ini, batin Rasulullah SAW runtuh. Ternyata ada
anak-anak yatim dari sahabat yang gugur membela agama dan Rasulnya di medan
perang mengalami nasib malang begini.
Rasulullah SAW segera menguasai diri. Rasul yang duduk berhadapan
dengan anak ini segera menggenggam lengannya.
“Nak, dengarkan baik-baik. Apakah kau sudi bila aku menjadi ayah, Aisyah
menjadi ibumu, Ali sebagai paman, Hasan dan Husein sebagai saudara, dan
Fatimah sebagai saudarimu?” tanya Rasulullah.
Mendengar tawaran itu, anak ini mengerti seketika bahwa orang dewasa di
hadapannya tidak lain adalah Nabi Muhammad SAW.
“Kenapa tak sudi ya Rasulullah?” jawab anak ini dengan senyum terbuka.
Rasulullah SAW kemudian membawa anak angkatnya pulang ke rumah. Di
sana anak ini diberikan pakaian terbaik. Ia dipersilakan makan hingga kenyang.
Penampilannya diperhatikan lalu diberikan wangi-wangian.
Setelah beres semuanya, ia pun keluar dari rumah Rasulullah dengan
senyum dan wajah bahagia. Melihat perubahan drastis pada anak ini, para
sahabatnya bertanya. “Sebelum ini kau menangis. Tetapi kini kau tampak sangat
gembira?”
“Benar sahabatku. Tadinya aku lapar, tetapi lihatlah, sekarang tidak lagi. Aku
sudah kenyang. Dulunya aku memang tidak berpakaian, tetapi kini lihatlah.
Sekarang aku mengenakan pakaian bagus. Dulu memang aku ini yatim, tetapi
sekarang aku memiliki keluarga yang sangat perhatian. Rasulullah SAW ayahku,
6
Aisyah ibuku, Hasan dan Husein saudaraku, Ali pamanku, dan Fatimah adalah
saudariku. Apakah aku tidak bahagia?”
Mendengar sahabatnya, mereka tampak menginginkan nasib serupa.
“Aduh, cobalah ayah kita juga gugur pada peperangan itu sehingga kita juga
diangkat sebagai anak oleh Rasulullah SAW.”
Waktu terus berjalan. Usia semakin bertambah. Kebahagiaan anak ini pun
lenyap ketika selang beberapa tahun setelah itu Rasulullah SAW meninggal dunia.
Meratapi kepergian ayah angkat paling mulia ini, ia keluar rumah seraya
menaburkan debu di atas kepalanya.
“Celaka, sungguh celaka. Kini aku kembali terasing. Aku bukan siapa-siapa lagi.
Aku kini menjadi yatim. Sepi,” katanya terisak.
Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq yang menyaksikan anak ini segera
memeluknya. Sayyidina Abu Bakar kemudian mengambil alih pengasuhannya…
Wallahu a‘lam.
Kisah ini dikutip dari Durratun Nashihin karya Syekh Usman bin Hasan
bin Ahmad Syakir Al-Khubawi, tanpa tahun, Surabaya, Syirkah Ahmad bin Saad
bin Nabhan wa Auladuh, halaman 264-265.
Sumber: www.nu.or.id/post/read/79075. diakses pada 30 nopember 15:36 wib.

Kisah Kelima
Seorang Wanita Yang Selalu Berbicara Dengan Al-Qur’an Selama 40
Tahun
Syaikh Abdullah bin al-Mubarak berkata; Suatu hari aku pergi untuk
melaksanakan ibadah haji menuju Bait al-Haram dan menziarahi Masjid Nabi
shalallahu’alaihi wasallam, ketika aku berada pada sebuah jalan, aku melihat ada
sosok yang berwarna hitam dikejauhan. Ketika sudah semakin dekat, aku tau
bahwa sosok hitam tersebut adalah seorang wanita yang memakai jubah kain yang
terbuat dari wol (shuf).
Aku berkata padanya: Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Wanita tersebut menjawab:
(58 :‫يم (يس‬ َ ٍّ َ ْ َْ ٌ َ
ٍ ‫سالم قوال ِمن رب ر ِح‬
Artinya :(Kepada mereka dikatakan): Salam, sebagai ucapan selamat dari Tuhan
Yang Maha Penyayang.
Aku berkata kepadanya: Semoga Allah merahmatimu, apa yang sedang
kamu perbuat di tempat seperti ini ?
Wanita tersebut menjawab:

7
َ َ ُ‫ه‬ ْ
(186 :‫اَّلل فال َهاد َِي َُل (األعراف‬ ‫َم ْن يُضل ِِل‬
Artinya : Barangsiapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan
memberi petunjuk.
Dari jawabannya aku mengerti bahwasanya dia adalah seorang wanita yang
sedang tersesat di jalan, kemudian aku bertanya kepadanya: kemana arah tujuanmu
? Wanita tersebut menjawab:
ْ ْ َ ْ ْ َ
(1 :‫ْسى ِب َعبْ ِدهِ َلْال ِم َن ال َم ْس ِج ِد اْلَ َرامِ ِإَل ال َم ْس ِج ِد األق ََص (اإلْساء‬ َ ْ َ‫اَّلي أ‬ ‫ْ َ َ ذ‬
ِ ‫ُسبحان‬
Artinya : Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari al-Masjid al- Haram ke al-Masjid al-Aqsha.
Dari jawabannya aku mengerti bahwasanya dia telah selesai dengan
urusannya dan ingin kembali menuju Bait al-Maqdis. Kemudian aku bertanya
kepadanya: Sudah berapa lama kamu berada di tempat ini ? Wanita tersebut
menjawab:
(10 :‫ال َس ِويًّا (مريم‬ ََ َ َ
ٍ ‫ثالث َل‬
Artinya : selama tiga malam, padahal kamu sehat. Aku berkata: Aku tidak melihat
makanan di sisimu, apakah kamu sudah makan ? Wanita tersebut menjawab:
ََْ ُ ُْ َُ ‫َ ه‬
(79 :‫ِني (الشعراء‬ ِ ‫واَّلِي هو يطعِم ِِن ويسق‬
Artinya : Dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku.
“ Ini kan bukan bulan Ramadlan ?”
Wanita tersebut menjawab:
(158 :‫يم (ابلقرة‬ ٌ ‫َّلل ذ َشا ِك ٌر َع ِل‬ َ ‫ْيا فَإ ذن ا‬
ًْ‫خ‬ َ َ ‫َ َ ْ ََ ذ‬
‫ومن تطوع‬
ِ
Artinya : Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati,
maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.
“Bukankah ketika diperjalanan kita diperbolehkan untuk tidak berpuasa? ”
Wanita tersebut menjawab:
َ َ َ ُ ْ ُ َ ٌْ َ ُ ُ َ ْ ََ
(184 :‫ك ْم إِن كنْتُ ْم ت ْعل ُمون (ابلقرة‬ ‫وأن تصوموا خْي ل‬
Artinya : Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Aku bertanya: “Dimana air wudlumu ?”
Wanita tersebut menjawab:
(43 :‫يدا َطيِّبًا (النساء‬ ً ‫اء َفتَيَ ذم ُموا َصع‬
ِ ً ‫فَلَ ْم ََت ُدوا َم‬
ِ
Artinya : kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan
tanah yang baik.
Aku berkata kepadanya: Kenapa kamu tidak berbicara dengan cara
berbicara yang seperti aku lakukan ? Wanita tersebut menjawab:

8
(18 :‫ِيد (ق‬ ٌ ‫ِيب َعت‬ ٌ ‫َما يَلْف ُِظ م ِْن قَ ْول إال َ ََليْهِ َرق‬
ِ ٍ
Artinya : Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir.
Kemudian aku bertanya kepadanya: Dari suku bangsa mana kamu ?
Wanita tersebut menjawab:
ْ َ َ َ َ ُ ُّ ُ َ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ‫ْ ٌ ذ ذ‬ َ َ َْ َ َُْ
(36:‫وَلك َكن َعن ُه َم ْسئُوال (اإلْساء‬
ِ ‫َوال تقف ما لي َس لك بِ ِه ِعلم إِن السمع وابلَص والفؤاد ُك أ‬
Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
“ Jika pembicaraanku salah tolong maafkan aku”
Wanita tersebut berkata:
َ ُ ‫ك ُم ْاْلَ ْو َم َي ْغف ُِر ه‬
ُ َ‫اَّلل ل‬ ُ ْ‫يب َعلَي‬ َ ‫ال تَ ْْث‬
َ ‫اِح‬
(92 :‫ِني (يوسف‬ ‫ك ْم َو ُه َو أ ْر َح ُم ه‬
ِ ‫الر‬ ِ
Artinya : Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah
mengampuni kamu, dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang.
Kemudian aku berkata kepadanya : Maukah kamu aku naikkan ke untaku
untuk aku antarkan ke rombonganmu?
Wanita tersebut menjawab:
(197 :‫َّلل ذ (ابلقرة‬ ُ ‫خ ْْي َي ْعلَ ْم ُه ا‬ َ ْ ََُْ ََ
ٍ ‫وما تفعلوا ِمن‬
Artinya : Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya.
Kemudian aku memandang bagian bawah dari untaku (sehingga terlihat
pula sebagian anggota tubuh wanita tersebut). Wanita tersebut berkata:
َ ُّ ُ َ ْ ُ ْ ْ ُ
(30 :‫ِني َيغضوا م ِْن أب ْ َصارِه ِْم (انلور‬ ‫قل ل ِلمؤ ِمن‬
Artinya : Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka
menahan pandanganya.
Maka seketika itu aku langsung menundukkan pandanganku kepadanya,
lalu aku berkata kepadanya: Naiklah kamu ke punggung untaku….ketika wanita
tersebut hendak bergegas menaiki unta, tiba-tiba untaku berlari sehingga
tersingkaplah pakaiannya, lalu wanita tersebut berkata:
ُ ‫ت أَيْد‬ ْ َ‫ك ْم م ْن ُمصيبَة فَب َما َك َسب‬ ُ َ‫َو َما أَ َصاب‬
(30 :‫يك ْم (الشورى‬ ِ ِ ٍ ِ ِ
Artinya : Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri.
Lalu aku berkata kepadanya: Sabarlah sebentar sehingga aku mencancangnya
terlebih dahulu. Wanita tersebut menjawab:

9
َ َ َ َْ ‫ََ ه‬
(79 :‫اها ُسليْ َمان (األنبياء‬ ‫ففهمن‬
Artinya : Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman.
Kemudian aku mencancang untaku, setelah selesai kemudian aku berkata
kepadanya: Naiklah kamu sekarang. Ketika wanita tersebut beranjak menaiki unta
dia berkata:
َ َْ َ َ ‫ذ‬ َ ‫خ َر َنلَا َه َذا َو َما ُكنذا َ َُل ُم ْقرن‬‫َ ذ‬ ‫ْ َ َ ذ‬
(14-13 :‫ َو ِإنا إَِل َربِّنَا ل ُمنق ِلبُون (الزخرف‬. ‫ني‬ِِ ِ ‫ُسبحان‬
‫اَّلي س‬
Artinya : Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal
kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan
kembali kepada Tuhan kami.
Kemudian aku mengambil tali kendali unta tersebut lalu berteriak dan aku
pacu supaya berjalan cepat, ketika aku melakukan hal itu, wanita tersebut berkata:
ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ ْ َ
(19 :‫ضض م ِْن َص ْوت َِك (لقمان‬ ‫واقصِ د ِِف مشيِك واغ‬
Artinya : Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Setelah diperingatkan demikian, aku lalu memacu unta dengan pelan-pelan
sambil aku mendendangkan sebuah syair, melihat apa yang aku lakukan, wanita
tersebut berkata:
(20 :‫آن (املزمل‬ ْ ُْ َ َ ‫َ َُْ َ ََ ذ‬
ِ ‫فاقرءوا ما تيَّس ِمن القر‬
Artinya : Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran.
Aku berkata kepadanya: Engkau sungguh telah dianugerahi kebaikan yang sangat
banyak. Wanita tersebut menjawab:
َْ ُ ُ ُ ‫ََ َ ه ه‬
(269 :‫اب (ابلقرة‬ ِ ‫وما يذكر إِال أولو األبل‬
Artinya : Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran
(dari firman Allah).
Setelah berjalan beberapa saat, aku bertanya kepadanya: Apakah kamu
memiliki suami ? Wanita tersebut menjawab: َ
(101 :‫ك ْم (املائدة‬ ُ َ‫اء إ ْن ُتبْ َد ل‬
ُ ‫ك ْم ت َ ُس ْؤ‬ َ َْ َ ْ َ ُ َْ ُ َ َ ‫يَا أَ ُّي َها ذ‬
ِ ‫اَّلين آمنوا ال تسألوا عن أشي‬ ِ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada
Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu.
Setelah mendapatkan jawaban yang demikian, aku tidak lagi mengajaknya
berbicara sampai kami tiba pada rombongan wanita tersebut.kemudian setelah
sampai kau menanyainya:
Di dalam rombongan tersebut, siapa yang menjadi keluargamu ? Wanita
tersebut berkata:
ْ ُّ َ َ ْ ُ َ َ ُ َ ْ َ ُ َ ْ
(46 :‫اَلنيَا (الكهف‬ ِ‫المال وابلنون ِزينة اْلياة‬

10
Artinya : Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.
Mendengar jawabannya tersebut, aku mengerti bahwasanya dalam
rombongan terdapat anak-anak wanita tersebut.
Kemudian aku bertanya kepadanya: Bagaimana keadaan mereka dalam
melaksanakan perjalanan untuk menunaikan haji tersebut ? Wanita tersebut
menjawab:
َ َْ
(16 :‫ج ِم ُه ْم يهتَ ُدون (انلحل‬ ْ ‫المات َوبانلذ‬ َ ‫َو َع‬
ِ ٍ
Artinya : dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-
bintang itulah mereka mendapat petunjuk.
Dari jawabannya tersebut aku tau bahwa dalam rombongan tersebut
terdapat orang-orang yang memberikan petunjuk dalam perjalanan mereka.
Kemudian aku dan wanita tersebut bergegas menuju perkemahan yang ada dalam
rombongan tersebut. Setelah sampai pada sebuah tenda, aku bertanya kepada
wanita tersebut:
Apakah yang engkau tuju adalah tenda ini? Dan siapakah keluarga yang
engkau miliki dalam tenda ini ? Wanita tersebut lalu berkata :
َ ‫ِيم‬
َ ‫اَّلل إِب ْ َراه‬ ‫َ ه‬
ُ ‫اَّتَ َذ ه‬
(125:‫خلِيال (النساء‬ ‫و‬
Artinya : Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.
ً ‫كل‬ ْ َ َ ُ ُ َ ‫َ َذ‬
(164:‫يما (النساء‬ ِ ‫َّلل ذ موَس ت‬ ‫وَكم ا‬
Artinya : Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.
ُ َ َ ْ ُ ََْ َ
(12 :‫اب بِق هوةٍ (مريم‬ ‫يا َيَي خ ِذ الكِت‬
Artinya : Hai Yahya, ambillah al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.
Dari jawabannya tersebut aku mengerti bahwasanya dia sedang memanggil
anak-anaknya yang bernama Ibrahim, Musa, dan Yahya. Tidak begitu lama
kemudia muncullah dua orang pemuda yang ganteng, mereka berdua tampak
senang ketika melihat kehadiran ibunya tersebut. Ketika kami sudah dipersilahkan
duduk, wanita tersebut berkata kepada anak-anaknya:
ْ ْ ْ ُ ْ َ ْ َ ً َ َ َ ْ َ َ ُّ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ‫فَابْ َعثُوا أ‬
(19 :‫ك ْم َه ِذهِ ِإَل الم ِدين ِة فلينظر أيها أزَك طعاما فليأ ِتكم ِب ِرز ٍق ِمنه (الكهيف‬
ُ ُ ‫ك ْم ب َورق‬ ُ ‫ح َد‬
ِِ ِ
Artinya : Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan
membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang
lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu.
Setelah mendengar ucapan ibunya, salah seorang dari mereka bergegas
pergi untuk membeli makanan lalu dihidangkanlah makanan tersebut pada kami.
Kemudian wanita tersebut berkata:
ْ َْ َ َ ْ ‫ُُكُوا َو‬
(24 :‫اْشبُوا َهنِيئًا بِ َما أ ْسلفتُ ْم ِِف األيذامِ اْل َ ِاَلَ ِة (اْلاقة‬

11
Artinya : Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu
kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.
Setelah selesai makan, aku tidak dapat menahan rasa penasaranku terhadap
wanita tersebut. Untuk itu aku menanyai salah seorang dari mereka:
Saya sangat mengharapkan agar kalian sudi menceritakan tentang keadaan
ibu kalian kepadaku.
Lalu salah seorang dari mereka berkata :
Sesungguhnya ibu kami semenjak empat puluh tahun yang lalu tidak pernah
berkata kecuali dengan memakai ayat-ayat al-Qur’an. Hal itu beliau lakukan karena
beliau khawatir hafalan al-Qur’annya hilang (jika tidak sering-sering dibaca). Maha
Suci Dzat Yang Kuasa atas segala yang Dia Kehendaki.
Mendengar jawaban mereka, aku berkata:
ٌ ‫اس ٌع َع ِل‬ ُ ‫َّلل ذ يُ ْؤ ِتي ِه َم ْن ي َ َش‬
ُ ‫اء َوا‬ ُ ْ َ َ َ
(54 :‫يم (املائدة‬ ِ ‫َّلل ذ َو‬ ِ ‫ذلِك فضل ا‬
Artinya : Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.
[ Sumber : Diterjemahkan dari salah satu kisah yang terdapat dalam kitab Alfu
Qishah wa Qishah dan diambil dari cerita hikmah dalam maktabah syumilah NU ]

Kisah Keenam
Dampak makanan ibu kepada anak
Suatu saat Abu Yazid Al Busthomi merasakan kurang bisa merasakan
nikmatnya beribadah kepada Alloh Ta'ala. Beliau kemudian bertanya kepada
ibunya, "wahai ibu!, apakah dahulu ketika ibu mengandung saya, ibu pernah memakan
barang yang tidak jelas halalnya ?".
Mendengar pertanyaan Abu Yazid, sang ibu menangis dan berkata, "wahai
anakku, ibu dahulu ketika mengandung kamu, ibu pernah nyidam aqith (susu kental/keju)
yang tidak bisa ibu tahan, ibu mencari kesana kemari tetapi tidak menemukannya. Suatu saat
ibu naik keatas loteng (rumah tingkat) dan disana ibu menemukan Aqith yang ibu cari, ibu
bertanya kepada orang-orang yang ada di loteng itu, semua menjawab tidak memilikinya.
Karena tidak ada yang memiliki dan ibu tidak kuatnya menahan rasa ingin segera makan
Aqith, ibu mengambil dan memakan aqith tersebut sebesar jari tangan untuk sekedar obat
nyidam ibu, hanya itulah makanan yang ibu makan yang kurang jelas halalnya".
Mendengar cerita sang ibu Abu yazid berkata," inilah bu, yang membuat
ibadahku kurang nikmat".
Kemudian sang ibu mencari pemilik Aqith tersebut sampai ketemu untuk
meminta halalnya. Setelah dihalalkn sang ibu kembali kepada Abu Yazid, beliau

12
berkata, "Nak, sekarang ibadahlah kamu dengan tekun, Aqith yang ibu makan dulu, sudah
dihalalkan pemiliknya".
Setelah kajadian itu, Abu Yazid tidak pernah berhenti beribadah karena
beliau sudah merasakan ladzat dan nikmatnya beribadah kepada Alloh Ta'ala.
Sumber : syarah hikam karya ibnu atho’illah assakandary

Kisah ketujuh
Ketika Istri Kiai Arwani Kudus Cemburu
Kiai Arwani Amin, Kudus, Allahu yarham, beserta putra-putranya tidak
habis pikir mengapa akhir-akhir ini istri beliau sering uring-uringan. Padahal
sebelum Kiai Arwani sakit, beliau tak pernah berperilaku demikian. Sebelumnya
beliau justru menjadi istri yang sangat lembut. Namun setelah Kiai Arwani sakit
keadaan berbalik begitu drastis.
Karena kebingungan para putra Kiai Arwani sowan kepada Maulana
Habib Lutfi di Pekalongan. Kepada beliau mereka menyampaikan
permasalahannya dan memohon petunjuk. “Ini bagaimana, Habib?” Keluh
mereka.
Mendengar penuturan keluarga Kiai Arwani ini Habib Lutfi tak segera
berbicara. Sejenak beliau terdiam lalu tersenyum.
“Nggak apa-apa,” kata beliau kemudian. “Ibu kalian itu uring-uringan itu wajar.
Dia lagi cemburu.”
“Cemburu bagaimana, Habib?” mereka tak memahami.
“Allah memberi kasyaf kepada ibu kalian sehingga dapat melihat suaminya, bapak
kalian, sedang menjadi rebutan para bidadari,” jelas Habib Lutfi.
Ketika para putra Kiai Arwani sampai kembali di rumah mereka menyakan
kepada ibunya perihal sering uring-uringannya itu. Sang ibu dengan tegas
menjawab, “bagaimana tidak marah, lah wong setiap hari aku melihat bapakmu
dipeluk perempuan cantik-cantik!”
Bila baru sakit saja sudah menjadi rebutan bidadari, bagaimana nanti
setelah meninggal?
Cerita ini dikisahkan KH Subhan Makmun, Rais Syuriyah PBNU, dalam
kajian kitab Tafsir al-Munir di Islamic Center Brebes, Ahad 7 Februari 2016
Sumber: www.nu.or.id/post/read/76823. diakses pada 30 nopember 15:39 wib.

13
Kisah Kedelapan
Lelaki Saleh dan Musibah yang Membawa Berkah
Ada seorang lelaki yang dikenal saleh di sebuah kampung. Dia memiliki
seekor anjing, seekor keledai, dan seekor ayam jantan. Manfaat tiga ekor hewan
tersebut dirasakan betul oleh segenap warga desa tersebut. Sang ayam jantan
senantiasa membangunkan warga desa di waktu pagi untuk shalat. Keledai
membantu mengangkut air membawa sampai perkampungan penduduk. Dan si
anjing bertugas menjaga keamanan warga desa.
Hingga pada suatu hari datanglah seekor rubah memangsa si ayam jago.
Warga desa pun bersedih atas tragedi ini. Tapi lelaki shaleh pemilik hewan hanya
berkata, “Barangkali peristiwa ini ada sisi baiknya (‘asâ an yakûna khairan).”
Beberapa waktu kemudian datang lagi seekor serigala dan mencabik-cabik
perut si keledai hingga mati. Menyaksikan hal ini penduduk desa kembali
dirundung kesedihan. Namun pemuda shaleh kembali berkata, "Semoga kejadian
ini mengandung kebaikan."
Tak lama dari peristiwa itu musibah juga menimpa seekor anjing yang
membawa pada kematiannya. Tapi lelaki shaleh tersebut tetap berkata, "Barangkali
musibah ini ada sisi baiknya".
Pasca aneka peristiwa tersebut pada suatu pagi warga desa menyaksikan
orang-orang dari penduduk desa sekitar mereka ditawan oleh segerombolan
penyamun. Hanya warga desa di mana lelaki saleh itu bermukim yang selamat
tidak ditangkap.
Kenapa mereka ditangkap? Sebuah kabar menyebutkan, kerena terdengar
dari desa tetangga itu suara anjing, keledai, dan ayam jago.
Begitulah keselamatan warga desa di atas disebabkan matinya hewan-
hewan itu sebagaimana ketentuan yang telah ditakdirkan Allah subhanahu
wata‘ala. Terkadang, apa yang kita sedihkan memuat sisi baik lain yang belum kita
ketahui.
Jadi barangsiapa mengetahui rahasia tersembunyi di balik halusnya takdir
Allah, maka ia akan bisa ridho/rela dengan tindakan-Nya dalam keadaan apa pun.
Sumber: www.nu.or.id/post/read/76241. diakses pada 30 nopember 15:39 wib.

Kisah Kesembilan
Penjahat Pemabuk yang Mulia di Akhir Hidupnya
Kitab Irsyâdul ‘Ibâd karya Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malybari
dalam sebuah bab mengisahkan tentang seorang lelaki durjana yang meski
mengalami nasib tragis di akhir hidupnya. Kegemarannya membuat kerusakan dan
14
minum minuman keras membuatnya dibenci masyarakat sekelilingnya. Bahkan,
ketika ia mati di daerah Basrah, tak satu pun orang mau mengurus jenazahnya,
kecuali sang istri.
Detik-detik pemakaman dilewati secara dramatis. Sang istri terpaksa
membayar beberapa orang untuk mengangkut jasad suaminya menuju mushala.
Karena tidak ada orang yang mau menshalatkan, jenazah lantas digotong kembali
ke padang sahara untuk dimakamkan di sana.
Dalam kondisi yang malang ini, tiba-tiba seorang yang terkenal zuhud
datang menghampiri. Ia turun dari gunung tempatnya ibadah guna menshalatkan
jenazah lelaki fasik tersebut. Kealiman dan kesalehan sang zahid cukup harum di
mata masyarakat, karenanya begitu tersiar kabar ia menshalati jasad penjahat
tersebut, berbondong-bondonglah orang datang ke gurun. Masyarakat heran, mau-
maunya orang ahli ibadah itu menuruni gunung, lalu menghormati mayat orang
yang bergelimang dosa.
“Aku bermimpi seolah-olah ada suara yang mengatakan ‘Turunlah dari gunung,
pergilah ke salah satu jenazah yang tak ada orang lain menemani kecuali istrinya
sendiri. Lakukan shalat untuknya karena sesungguhnya ia diampuni,” kata sang
zahid.
Sang zahid pun memanggil istri lelaki jahat itu dan bertanya tentang
perbuatan suaminya semasa hidup. “Dia sering ke kedai untuk minum minuman
keras,” jawab sang istri.
“Ingat-ingatlah kembali, barangkali ada perbuatan yang baik.”
“Tak ada perbuatan yang baik kecuali dia tiap hari sadar di waktu subuh,
mengganti pakaiannya, berwudhu, lalu menunaikan sembahyang subuh.
Selanjutnya ia kembali ke kedai untuk mabuk lagi.”
Kebaikan lainnya adalah di rumah orang yang dikenal buruk itu tak pernah
sepi dari satu atau dua anak yatim yang selalu mendapat prioritas ketimbang
anaknya sendiri. Ketika sadar (tak mabuk), dia bermunajat seolah mengakui segela
kesalahannya, “Tuhan, di sudut manakah Engkau akan menempatkanku yang
buruk ini di neraka jahannam?”
Kisah ini membuka mata kita bahwa menilai seseorang tak semudah hanya
dengan cara melihat pribadi lahiriahnya. Orang yang sehari-hari tampak berbuat
maksiat, bisa jadi mulia di akhir hidupnya lantaran pertobatan dan kebaikan yang
dilakukannya. Keselamatan hakiki orang mutlak menjadi hak prerogative Allah.
Karena itu, ketimbang memvonis orang lain dengan label hitam atau putih,
alangkah baiknya energi itu dicurahkan untuk mengoreksi diri sendiri.
Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malybari ketika menceritakan hal ini
juga hendak menyampaikan pesan bahwa kepedulian anak yatim adalah perbuatan
15
yang utama. Sikap tersebut mencerminkan keberpihakan kepada hamba lain yang
lemah, dan bisa jadi keistimewannya melebihi ibadah-ibadah ritual yang dilakukan
dengan penuh kebanggaan dan sikap meremehkan orang lainnya.
Rasulullah pernah bersabda,orang yang berusaha membantu janda dan
orang-orang miskin seperti orang yang berjihad di jalan Allah. Dan seperti orang
yang menjalankan shalat malam.

Sumber: www.nu.or.id/post/read/77762. diakses pada 30 nopember 15:39 wib.

Kisah Kesepuluh
Dzunnun al mishri
Dzunun Al-Mishri adalah tokoh tasawuf yang cukup terkenal, melalui
'tangannya' seorang biduanita bernama Rabi'atul Adawiyah bertaubat kepada Allah
dan kemudian oleh Allah mengampuninya bahkan mengangkatnya menjadi salah
seorang kekasih-Nya.
Ada pula cerita unik tentang Dzunnun al-Misri yang menyibak hikmah di
dalamnya. Alkisah Dzunnun Al-Mishri adalah orang yang gemar memancing ikan.
Saat bulan puasa, sambil ngabuburit, ia biasa berburu ikan di sungai, ikan yang
didapat dari memancing itu lalu dimasak dan dimakan sebagai menu buka puasa.
Suatu hari, Dzunun Al-Mishri mengajak anak perempuannya ikut
memancing. Saat itulah tiba-tiba putrinya mengingatkan kepada ayahnya yang sufi,
'alim, dan muhadits itu bahwa ikan yang ada di sungai tersebut sedang dan selalu
bertasbih kepada Allah.
Kalau sampai ikan tersebut diambil, disembelih lalu dimakan maka mereka
akan berhenti berdzikir kepada Allah. Akhirnya, Dzunun Al-Mishri mengiyakan
perkataan anaknya, lalu pulang tanpa membawa ikan.
Sejak saat itu Dzunnun Al-Mishri 'pensiun' menjadi pemancing dan selalu
bertawakal kepada Allah, tentu saja setelah melakukan ikhtiar tanpa mengganggu
makhluk Allah yang ada di muka bumi.
Akhirnya Allah Swt membalas Dzunun Al-Mishri dan putrinya itu dengan
makanan surga, setiap Maghrib selalu datang pasukan elite yang membawa
makanan super lezat. "Ini makanan dari Sang Raja untuk kalian berdua," kata
pasukan itu.Begitu setiap hari selama 30 tahun.
Setelah 30 tahun berlalu putri Dzunun Al-Misri wafat dan sejak saat itu pasukan
elite utusan Sang Raja tidak lagi datang membawa makanan ke rumahnya dan
menyadari bahwa anugerah itu merupakan karomah dari putrinya.

16
Kisah Kesebelas
Saat Khalifah Umar bin Abdul Aziz Melayani Budaknya
Orang boleh saja kesal kepada pejabat kebanyakan yang bertingkah selalu
ingin dipuji, dihormati dan dilayani. Tapi yakinlah, tak semua pemimpin
berkarakter menjengkelkan semacam itu. Sebagaimana kisah Umar bin Abdul
Aziz, seorang khalifah tersohor era Bani Umayyah.
Suatu hari Umar bin Abdul Aziz meminta budak perempuannya untuk
mengipasi dirinya hingga ia bisa tidur. Si budak menaati perintah sang tuan. Angin
spoi-spoi pun mengantarkan Umar bin Abdul Aziz ke alam mimpi.
Seiring dengan pulasnya tidur sang khalifah, gerak kipas di tangan budak
perempuan itu perlahan berhenti dengan sendirinya. Si budak yang tak kuat
menahan kantuk ikut tertidur di dekat Umar bin Abdul Aziz.
Budak itu masih tidur saat sang khalifah bangun dari alam mimpinya.
Cepat-cepatlah sang khalifah mengambil kipas itu lalu mengipas-kipaskannya ke
arah si budak.
Budaknya berteriak begitu bangun dan sadar sang khalifah sedang
mengipasi dirinya. Si budak merasa lancang meski “layanan spesial” itu bukan atas
kemauannya. Rasa haru dan malu bercampur saat berhadapan dengan karakter
pemimpin yang demikian rendah hati.
“Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa sepertimu. Aku juga merasa panas
sebagaimana dirimu,” tutur Umar bin Abdul Aziz menenangkan. “Aku senang
mengipasimu sebagaimana engkau senang mengipasi diriku.”
Demikian diceritakan dalam kitab Irsyâdul ‘Ibâd karya Syekh Zainuddin
bin Abdul Aziz al-Malibari. Kisah tersebut menggambarkan betapa egaliternya
Umar bin Abdul Aziz. Statusnya sebagai pemimpin tak membuatnya merasa lebih
berkelas dibanding yang lain.
Sikap yang ditunjukkan pemimpin yang berjuluk Khalifah Kelima itu
hanya bisa muncul secara tulus ketika seseorang sadar akan hakikat kedudukan
manusia sebagai sama-sama hamba Allah dan tugas sejati pemimpin yang harus
melayani rakyatnya.
sumber: http://www.nu.or.id

Kisah Kedua belas


Kesembuhan hanya dari Alloh SWT.
Suatu saat nabi Musa diberi sakit mata oleh Alloh SWT, beliau meminta
kepada Alloh dan alloh bersedia. Alloh mengutus nabi Musa untuk mencari
rumput dengan menyebutkan sifat-sifat dan cirri-ciri untuk supaya diambil airnya
17
dan diletakkan atau diteteskan di mata Nabi Musa. Nabi Musa akhirnya meneukan
rumput dengan cirri-ciri yang ditunjukkan oleh Alloh. Rumput tersebut dihaluskan
dan kemudian diambil airnya untuk diteteskan pada mata beliau. Setelah selesai
mata beliau diberi sembuh oleh Alloh SWT.
Pada hari-hari berikutnya sakit mata yang diderita oleh Nabi Musa kambuh
lagi, beliau tidak meminta kepada Alloh, tetapi beliau langsung mencari rumput
seperti ciri-ciri yang pernah beliau cari dahulu, dan kemudian melakukan apa yang
sudah beliau lakukan pada waktu yang dulu. Tapi bukan sembuh yang beliau
dapatkan tetapi mata beliau semakain parah.
Akhirnya beliau munajjat kepada Alloh,
“ Ya Alloh sakit pada mata saya kambuh lagi, dan sudah saya obati dengan rumput
yang pernah Alloh berikan pada kami, tetapi mata ini malah sakitnya lebih parah
”.
Alloh ta'ala menjawab, “ engkau dulu meminta kesembuhan kepadaku,
tapi engkau sekarang meminta kesembuhan kepada rumput bukan kepadaku.”
Seorang hamba kalau diberi ujian baik berat atau ringan Alloh akan
memperlihatkan memperlihatkan bentuk kasih sayang-Nya.

Sumber : syarah hikam karya ibnu atho’illah assakandary

Kisah Ketiga belas


Sejarah Fir’aun
Nama asli Fir`aun adalah Walid Bin Mus`ab. Mus`ab adalah seorang
petani dan pengembala sapi yang hidup sederhana bersama seorang istri. Sampai
pada usia 170 tahun ia belum dikarunia seorang anak pun, padahal ia sangat
menginginkan anak. Keinginan yang terlalu berlebihan ini membuatnya hasud (iri
hati) kepada setiap orang yang mempunyai anak, sapi ternaknya yang akan
melahirkan ia hasudi juga.
Suatu saat ia merasa jengkel dan memukuli sapi peliharaannya karena
hasud. Tanpa disangka-sangka dan atas izin Alloh, sapi itu dapat berkata, “wahai
tuanku, Alloh akan menganugerahimu seorang anak laki-laki, akan tetapi bahannya
terbuat dari empat sudutnya neraka Jahannam”.
Setelah kejadian itu Mus`ab beranjak pulang sambil meningat-ingat
perkataan sapi itu, sasampainya di rumah keanehanpun terjadi, ia tiba-tiba begitu
bergairah ingin melakukan hubungan badan dengan istrinya yang sudah tua renta.
Dari hubungan itu istrinya hamil dan sungguh malang nasib sang istri, sang suami

18
meninggal disaat ia hamil. Sang bayi lahir dalam keadaan yatim dan diberi nama
Walid.
Walid tumbuh menjadi pemuda yang sehat dan gagah, ia tidak mau
meneruskan usaha orang tuanya dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sang
ibu menitipkan walid kepada seorang pengusaha meubel (tempat kerajinan dari
bahan baku kayu) untuk dipekerjakan.
Walid memang pemuda yang cerdas dan cakap, karyanya sangat
mengagumkan, ia dapat menarik simpati kosumen dan membuat meubel
berkembang dengan pesat. Gaji yang diterimanya lebih banyak dari pada pekerja
yang lain.
Dibalik kecerdasannya, Walid memiliki dua kebiasaan buruk yaitu mabuk
dan berjudi yang tidak bisa dipisahkan dari dirinya.
Kabar kebiasaan buruk Walid ini, akhirnya sampai ke telinga sang ibu.
Karena tidak menginginkan anaknya celaka dan melakukan hal buruk,
Walid dipanggil dan dinasehatinya, “anakku ibu sangat bahagia, kamu dapat
bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupmu, tapi ibu tidak suka jika kamu
berjudi dan mabuk-mabukan!”, walid menjawab, “ibu, aku sungguh menolong
nafsuku (Ummi inni `aunu nafsi). Karena jawaban Walid itulah, akhirnya sang ibu
memanggilnya dengan `Aun". berdasarkan perkataan Walid "`Aunu nafsi" dan
menjadi nama yang masyhur, secara otomatis panggilan Walid hilang dengan
sendirinya dan berganti dengan nama `Aun.
Suatu saat `Aun mendapatkan uang yang banyak dari hasil pekerjaannya.
Uang itu ia gunakan berjudi dan mabuk-mabukkan, kali ini keberuntungan tidak
memihak kepada `Aun, ia kalah dan uangnya habis diatas meja judi, yang tersisa
hanyalah pakaian yang menempel di tubuhnya.
`Aun pun berani mempertaruhkan bajunya untuk berjudi dengan harapan
ia dapat mengambil kembali uangnya yang sudah habis. Keberuntungan masih
tetap tidak memihak pada dirinya, sehingga pakaiannya harus dilepas untuk
dipertaruhkan. Sekarang yang tersisa tinggal pakaian dalamnya saja. Iapun
mempertaruhkan kaos dan celana dalamnya diatas meja judi, tetapi ia kalah lagi.
Akhirnya ia harus melepas seluruh pakainnya, sehingga tak sehelai benangpun
yang menutupi tubuhnya, karena merasa malu, ia terpaksa lari menuju tempat yang
sepi. para penjudi dan semua orang yang melihat keadaan `Aun bersorak sambil
berteriak “farra aun (Aun lari)”. Sejak saat itulah ia dipanggil dengan Fir`aun yang
berasal dari kata-kata farra `aun.
Fir`aun memang memiliki jiwa pejuang, disaat tidak mempunyai pakaian
dan uang, ia tidak berputus asa dalam mempertahankan hidupnya, dengan
bermodalkan otak, ia menutupi tubuhnya dengan dedaunan dan untuk memenuhi
19
kebutuhan hidupnya ia menunggui pemakaman umum. Ia meminta uang secara
paksa kepada setiap pengantar jenazah. apabila tidak mau memberinya uang maka
pukulan fir`aun yang akan berbicara.
Suatu saat ia menjumpai para pengantar jenazah dari keluarga kerajaan
yang tidak mau memberinya uang, hal itu membuat Fir`aun naik pitam, sehingga ia
menghajar salah satu keluarga raja tersebut, akhirnya iapun diringkus dan
dimasukkan ke dalam penjara.
Setelah masa tahananya habis, Fir`aun dibebaskan. Penjara tidak
membuatnya jera bahkan semakin menjadikannya perampok yang ganas. Ia tidak
segan–segan membunuh korbannya, karena perbuatan itulah ia sering keluar
masuk penjara.
Suatu ketika ia akan ditangkap polisi kerajaan, ia melawannya dengan
melompat ke atas kuda yang dinaiki polisi sambil menodongkan pisau, polisi itu
tidak dapat berkutik lagi karena ia harus memikirkan keselamatan dirinya, akhirnya
ia memberi sebuah tawaran kepada fir`aun “jika kamu tidak membunuhku, maka
kamu akan kujadikan sebagai anak angkatku”. Mendengar tawaran polisi tersebut,
ia sangat gembira dan yang ada dalam pikiran Fir`aun hanyalah uang yang banyak
tanpa harus bersusah payah jika ia menjadi anak angkatnya, tanpa pikir panjang
Fir`aun menjawab “baiklah”,
Setelah beberapa hari dari peristiwa tersebut, ayah angkat Fir`aun
meninggal dunia, secara otomatis seluruh hartanya di warisi oleh Fir`aun. Sifat
senang mabuk-mabukan dan berjudi tetap menempel pada dirinya. Harta
warisanpun habis untuk mabuk-mabukan dan berjudi.
Pada masa itu kerajaan Mesir berada di bawah kekuasaan Raja Sinjab yang
sedang bermusuhan dengan raja-raja di luar kota Mesir. Permusuhan itu membuat
hati sang raja gelisah dan merasa hidupnya terancam kematian. Oleh karena itu,
sang raja membutuhkan seorang pengawal yang tangguh dan berani mati.
Terpilihlah Fir`aun sebagai pengawal pribadi sang raja.
Fir`aun memanglah memiliki otak yang cerdas, ia langsung memulai
tugasnya dengan membangun pos keamanan di tempat yang strategis, semua
pengguna jalan yang masuk istana raja pasti melewati pos yang di buat oleh
Fir`aun, sehingga ia dapat mengetahui masuknya mata-mata kerajaan lain.
Setelah di angkatnya Fir`aun menjadi penjaga dan pengawal pribadi raja,
Sang Raja sedikit merasa tentram dan dapat tidur nyenyak.
Pada suatu malam Sang Raja bermimpi buruk, ia melihat seekor
kalajengking besar berwarna hitam mengkilat kebiru-biruan, menuju kearah
kerajaan, kalajengking itu lari menuju kearahnya dan hendak menyengatnya, sang
raja terkejut dan langsung terbangun. dengan masih mengenakan pakaian
20
kebesaran dan mahkotanya, sang raja langsung pergi ke ahli nujum untuk
menanyakan arti mimpinya tanpa di ikuti seorang pengawal.
Suasana malam yang sepi dilalui Sang Raja tanpa ada rasa takut sedikitpun,
karena semua pengguna jalan pasti melewati pos yang dibangun oleh fir'aun.
Didalam pos Fir`aun melihat ada seorang pejalan kaki, ia terjaga dan
memanggilnya. Betapa terkejutnya fir'aun, mengetahui bahwa yang di panggilnya
ternyata adalah Sang Raja. Bersamaan dengan itu setan merasuki jiwa Fir`aun serta
adanya dorongan nafsu kekuasaan pada dirinya, membuat Fir'aun berkeinginan
menghabisi Sang Raja. Dengan basa-basi Fir'aun menyapa sang Raja,
“Ampun Baginda, hendak kemana Baginda malam-malam begini?”
“Aku mau menemui ahli nujum, karena malam ini aku bermimpi buruk” jawab
sang Raja.
“duduklah dahulu tuan Raja, biar pengawal yang memanggilnya” kata Fir`aun.
Sang Raja pun menyetujui usul Fir`aun, ketika sang raja duduk, pada saat
itu juga Fir`aun melaksanakan niat jahatnya, ia memenggal kepala sang Raja dari
belakang, Sang raja mati tanpa ada yang mengetahui.
Setelah sang raja mati, Fir'aun memakai pakaian kebesaran Raja lengkap
dengan mahkota kerajaan, fira'un langsung manuju kedalam istana kerajaan.
Cahaya pagi terbit di ufuk timur pertanda cahaya baru akan dimulai hari
itu. Cahaya itu memang tampak baru di kerajaan Mesir, namun bukan cahaya yang
memberi ketenangan, tetapi cahaya kehancuran bagi negeri Mesir sebab pada saat
itu Raja baru menampakkan diri di hadapan seluruh menteri dan pasukan kerajaan.
Dengan duduk di atas singgasana kerajaan Fir'aun menyatakan diri sebagai
Raja baru bagi rakyat Mesir. Ia berkata,
“barang siapa yang mengakui saya sebaagi raja, maka akan kuberi harta yang
banyak dan barang siapa yang tidak mengakui saya sebagai raja, maka akan aku
penggal kepalanya sekarang juga”.
Dengan iming-iming kekayaan dan takut dipenggal kepalanya, banyak
menteri yang tergiur dan mengakui Fir'aun sebagai raja baru di Mesir. Orang yang
pertama kali mengakui Fir`aun sebagai raja adalah Haman dan Qorun.

Sumber : syarah hikam karya ibnu atho’illah assakandary

Kisah Keemapat belas


Hikmah di balik kesederhanaan Rosululloh SAW
‫وعن ابن عباس ريض اَّلل تعاىل عنهما قال حدثِن عمر ابن اخلطاب ريض اَّلل عنه قال دخلت رسول اَّلل‬
‫صىل اَّلل عليه وسلم وهو ىلع حصْي قال فجلست فاذا عليه ازار وليس عليه غْيه واذا اْلصْي قد اثر ِف‬
21
‫جنبه واذا بقبضة من الشعْي حنو الصاع واذا هاب معلق فابتدرت عيناي فقال ما يبكيك يا ابن اخلطاب‬
‫فقلت يا نيب اَّلل وماىل ال ابكى وهذا اْلصْي قداثر ِف جنبك وهذه خزائنك ال ارى فيها اال ما ارى وذاك‬
‫كرسى وقصْي ِف اثلمار واالنهار وانت نيب اَّلل وصفوته وهذه خزائنه قال يا ابن اخلطاب اما تريض ان‬
‫تكون نلا االخرة ولهم اَلنيا اوئلك قوم عجلت لهم طيباتهم ويه وشيكة االنقطاع وانا قوم اخرت نلا‬
‫طيبتنا ِف اخرتنا‬
Diriwayatkan dari Sayyidina Abdullah Ibn ‘Abbas RA , beliau berkata,
Sayyidina Umar RA telah menceritakan, ketika beliau masuk kerumah Rasulullah
SAW beliau menceritakan, “Ketika aku masuk ke rumah Rasulullah SAW maka
aku melihat bahwa Rasulullah SAW berada di atas tikarnya (yang terbuat dari
pelepah kurma) maka aku duduk diatas hamparan sarung Rasulullah SAW, tiada
apapun di bawahnya, hanya tanah dibalik sarung tersebut, maka aku lihat lambung
Rasulullah SAW terdapat bekas hamparan tikar tempat beliau tidur, maka tiba-tiba
aku pun terkejut, aku melihat ada segenggam/sekitar 1 sho’ gandum (tidak lebih)
kemudian aku pun terkejut, hanya terdapat 1 kulit tempat mimum air Rasulullah
yang digantungkan (teramat sangat sederhana). Maka tanpa kusadari kedua air
mataku pun mengalir…”
Rasulullah pun melihatnya kemudian beliau bertanya, “Apa yang
membuatmu menangis wahai Ibn Khottob?”
Maka saya pun menjawab,“ Wahai Rasulallah, bagaimana aku tidak
menangis, tikar ini telah memberikan bekas pada lambungmu wahai Rasulallah,
Engkau tidak mempunyai harta apa-apa kecuali yang saya lihat. Sedangkan kita
melihat bagaimana raja-raja, kaisar-kaisar yang hidup di istana mereka dikelilingi
buah2an segar dan sungai2 jernih yang menyegarkan, sedangkan Engkau Nabi
Allah, orang yang disucikan oleh Allah Ta’ala, hanya ini saja yang engkau miliki
wahai Nabi Allah?”
Rasulullah pun berkata, “Wahai Ibn Khottob, tidakkah engkau ridha, jika
nanti kita mendapat keni’matan di akhirat, sedangkan bagi mereka hanya di dunia
saja. Mereka itulah kaum yang disegerakan oleh Allah Ta’ala keni’matannya hanya
di dunia, keni’matan sementara, sedangkan kita adalah kaum yang ditunda
keni’matan yang didapatkan kelak di akhirat.”
(Dinukil dari kitab wa saaili a-wushul ilaa syamaail al-rasul, fashl yang ke dua hal
48)
Sumber : cerita hikmah dalam maktabah syumila NU.

22
Kisah Kelima belas
Ali bin abi tholib tak membunuh karena nafsu
Ali Abi Tholib ketika ia berperang melawan orang-orang kafir, banyak
sekali teman-temannya yang ahli berperang tewas. Hal tersebut disebabkan dipihak
musuh ada seorang yang lihai ( ahli ) berperang, banyak prajurit pilihan dari
pasukan islam mati di tangannya. Akhirnya Ali sendirilah yang menghadapi, dan
dari pertarungan tersebut Ali dapat mengalahkan musuhnya hingga tersungkur
jatuh ketanah, dadanya diinjak, sementara ujung pedang Ali sudah berada di leher
si musuh, sekali tebas saja mungkin kepalanya akan terpisah dari badanya, tetapi
aneh Syaidina Ali tidak jadi membunuhnya bahkan ia lari meninggalkan musuh
yang sudah tidak berdaya,
“Ali… Ali… berhenti, aku tidak akan membunuhmu, aku hanya ingin bertanya”
teriak musuh Syayidina Ali
Kemudian Ali pun berhenti
“wahai Ali, kawanmu banyak yang kubunuh, sampai akhirnya kamu sendiri
menghadapiku, ternyata aku kalah, kakimu didadaku, ujung pedangmu sudah dileherku, tapi
mengapa kau lari?” tanyanya dengan keheranan.
" pada waktu aku memerangimu, aku ikhlas li I'lai Kalimatillah, setelah kamu
kalah rasa dendam masuk kedalam hatiku, sebab kawanku banyak yang kau bunuh oleh
karena itu saya lari tidak jadi membunuhmu, saya takut ketika membunuhmu dengan dasar
dendam bukan karena alloh." Jawab Sayyidina Ali.

Sumber : syarah hikam karya ibnu atho’illah assakandary

Kisah Keenam belas


Kambing yang membunuh harimau
Pada suatu hari KH Sholeh Darat yang sudah kembali dari Mekah dan
tinggal di nDarat Semarang kedatangan tamu seorang tokoh yang terkenal sakti
asal Jawa Timur. Si tokoh sudah biasa dipanggil kiai.
Tamu tersebut datang di malam hari. Karena Kiai Sholeh sedang
mengajar ngaji, seorang santri mempersilakan sang tamu menunggu di serambi
langgar seraya disuguhi minuman. Langgar yang dibangun oleh mertua Mbah
Sholeh, Kiai Murtadho, itu berbentuk panggung dan terbuat dari kayu jati.
Usai mengaji, Mbah Sholeh menemui tamunya tersebut.
"Jenengan tindhak mriki nithih napa (Anda datang ke sini naik apa?)," tanya tuan
rumah kepada si tamu.

23
"Numpak macan (naik harimau)," jawab si tamu dengan nuansa pamer. Maklum
saat itu tunggangan yang biasa dipakai orang umum adalah kuda.
"Lho, dicancang teng pundi macane (diikat di mana harimau itu?)"
"Saya ikat di luar pagar sana itu. Khawatir menakuti santri-santri jenengan."
Mbah Sholeh hanya tersenyum. Lantas menyuruh santrinya menuntun
macan besar tunggangan tamunya itu. Santri nDarat ternyata sama sekali tidak
takut pada macan.
"Masukkan kandang, Kang. Biar tidak kedinginan atau kehujanan," perintah Mbah
Sholeh kepada santrinya.
Mengetahui bahwa yang dimaksud adalah kandang kambing, si tamu jadi
khawatir.
"Jangan dimasukkan kandang, Mbah. Nanti kambing jenengan dimakan sama
macan saya," ujarnya yang hanya ditimpali senyum sang tuan rumah.
"Tak apa-apa. Kambing saya akan aman kok," jawab Mbah Sholeh seraya
menggamit tangan si tamu untuk menenangkannya. Lalu dipersilakan menuju
kamar untuk dipersilakan istirahat.
Sebelum tidur malam itu, si tamu membayangkan macannya pasti telah
menerkam kambing-kambing milik Mbah Sholeh dan esoknya akan ada banyak
bangkai. Namun karena kelelahan, matanya segera terpejam.
Pagi hari usai diajak berbincang dan dijamu makanan oleh tuan rumah, dia
bergegas menengok ke kandang. Betapa terperanjatnya dia, bukan bangkai
kambing yang ditemukan, malah macannya yang mati. Tergeletak kaku di samping
barisan kambing yang riuh mengembik.
"Mbeeek... Mbeeekkk...” suara kambing gaduh seperti meminta bangkai macan
segera disingkirkan. Seekor kambing powel yang jenggotnya panjang, mulutnya
tampak merah. Diduga kuat, si kambing itulah yang membunuh si macan.
Akhirnya si tamu meminta maaf dan menyesali kesombongannya. Dia
menyadari betapa rendah ilmunya dibanding sang kiai yang pernah jadi qadhi di
Mekah dan menjadi mahaguru dari gurunya para ulama Nusantara ini.

Sumber: http://www.nu.or.id

Kisah Ketujuh belas


Ashabul Ukhdud
Di dalam Kitabullah terdapat sepenggal kisah tentang Ashabul Ukhdud.
Hadis Nabi datang memberi penjelasan dan keterangan lebih mendalam untuk

24
kisah ini. Sebuah kisah tentang bagaimana sekelompok orang-orang beriman
dengan iman mereka menolak kenikmatan dan
Muslim meriwayatkan dari Shuhaib bahwa Rasulullah bersabda, "Dahulu
kala, ada seorang raja dari kalangan orang-orang sebelum kalian yang mempunyai
seorang ahli sihir. Ketika ahli sihir ini sudah lanjut usia, ia berkata kepada sang
raja, 'Sesungguhnya aku sudah lanjut usia, maka kirimkan seorang pemuda
kepadaku untuk aku ajarkan kepadanya ilmu sihir.' Maka sang raja pun
mengirimkan seorang pemuda kepadanya untuk diajari ilmu sihir.
Ketika di tengah jalan yang dilaluinya menuju tukang sihir, terdapat
seorang ahli ibadah (pendeta). Pemuda itu selalu duduk di dekatnya dan
mendengarkan ucapannya hingga membuatnya kagum atau heran. Suatu ketika
saat mendatangi ahli sihir, ahli sihir itu memukulnya. Maka dia
memberitahukannya kepada sang pendeta.
Pendeta itu berkata, 'Jika engkau takut pada ahli sihir, maka katakan,
'Keluargaku menahanku.' Dan jika engkau takut kepada keluargamu, maka
katakan, 'Ahli sihir telah menahanku.'
Ketika dia dalam keadaan seperti itu, datanglah seekor binatang yang
sangat besar yang menahan orang-orang, maka dia berkata, 'Sekarang aku akan
mengetahui yang lebih baik , ahli sihir ataukah pendeta?'
Kemudian dia mengambil sebuah batu seraya berkata,
'Ya Allah, jika ajaran pendeta itu lebih Engkau sukai daripada ajaran ahli sihir,
maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang dapat melanjutkan perjalanan
mereka.' Lalu dia melemparkan batu itu hingga dapat membunuh binatang
tersebut dan orang-orang pun dapat melanjutkan perjalanan mereka.
Selanjutnya, pemuda itu mendatangi si pendeta dan memberitahukan hal
tersebut. Maka sang pendeta berkata kepadanya, 'Wahai anakku, sekarang ini
engkau lebih baik daripada diriku. Sebab, urusanmu telah mencapai apa yang
kusaksikan. Kelak engkau akan diuji. Jika engkau diuji, janganlah engkau
menyebut-nyebut namaku (janganlah engkau tunjukkan aku pada mereka).'
Pemuda itu pun berhasil menyembuhkan penyakit buta dan kusta. Dia
mengobati manusia dari segala macam penyakit. Kemudian orang kepercayaan
sang raja yang buta mendengar beritat entangnya. Dia mendatangi pemuda itu
dengan membawa hadiah yang sangat banyak. Dia berkata, 'Semua yang ada di sini
akan menjadi milikmu jika engkau berhasil menyembuhkan diriku.' Pemuda itu
menjawab, 'Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seseorang. Yang
menyembuhkan adalah Allah yang Maha Tinggi. Jika engkau beriman kepada
Allah yang Maha Tinggi, maka aku akan berdoa kepada Allah, lalu Dia akan

25
menyembuhkanmu.' Maka dia pun beriman kepada Allah yang Maha Tinggi dan
Allahmenyembuhkannya.
Selanjutnya, orang kepercayaan raja itu mendatangi sang raja dan duduk
bersamanya seperti biasa. Raja berkata kepadanya, 'Siapa yang mengembalikan
(menyembuhkan) pandanganmu?'
Dia menjawab, 'Tuhanku.''Apakah engkau mempunyai tuhan selain diriku?' tanya
raja. 'Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah,' sahutnya. Maka raja itu langsung
memberikan hukuman kepadanya dan terus menyiksanya hingga orang itu
menunjuk pemuda itu. Kemudian minta agar pemuda itu didatangkan.
Raja berkata, 'Wahai anakku, sihirmu luar biasa hebatnya hingga dapat
menyembuhkan kebutaan dan kusta. Kamu juga telah melakukan ini dan itu.'
Maka dia berkata, 'Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun.
Sebenarnya yang menyembuhkan mereka adalah Allah.'
Maka pemuda itu pun dihukum dan terus disiksa hingga pemuda itu
menunjuk sang pendeta. Lalu dia minta supaya pendeta itu dihadirkan.
Selanjutnya kepada pendeta itu dikatakan, 'Kembalilah kamu ke dalam
agamamu semula.' Namun dia menolak. Raja minta agar diambilkan gergaji.
Gergaji itu diletakkan di atas kepalanya, lalu membelahnya hingga kedua belahan
tubuhnya terjatuh. Dipanggillah orang kepercayaannya dan dikatakan kepadanya,
'Kembalilah kamu ke dalam agamamu semula.' Namun dia menolak, dan sang raja
meletakkan gergaji di atas kepalanya, kemudian membelahnya hingga kedua
belahan tubuhnya terjatuh.
Selanjutnya, raja minta untuk menghadapkan pemuda itu kepadanya. Lalu
raja mengatakan kepadanya, 'Kembalilah kepada agamamu.' Namun dia tetap
menolak. Maka raja menyerahkannya kepada beberapa orang pengikutnya, lalu
berkata, 'Pergi dan bawalah pemuda ini ke gunung ini dan itu, dan bawalah dia
naik ke atas gunung. Jika kalian telah sampai di puncaknya dan dia kembali kepada
agamanya, maka tidaklah bermasalah. Tetapi jika tidak, maka lemparkanlah dia.
Mereka segera membawa pemuda itu naik ke gunung. Pemuda itu berdoa,
'Ya Allah, lindungilah diriku dari (kejahatan) mereka sesuai dengan kehendak-Mu.'
Maka gunung itu goncang, mereka pun berjatuhan dari gunung.
Pemuda itu berjalan kaki datang menemui sang raja.
Raja bertanya kepadanya, 'Apa yang dilakukan oleh orang-orang yang
membawamu?'
Dia menjawab, 'Allah yang Maha Tinggi telah menghindarkan diriku dari
kejahatan mereka.' Maka pemuda itu diserahkan kepada pasukan lain seraya
berkata, 'Pergilah kalian dan bawalah pemuda ini dengan sebuah perahu ke tengah-

26
tengah laut. Jika dia mau kembali ke dalam agamanya semula, maka dia akan
selamat. Jika tidak, maka lemparkanlah dia ke tengah lautan.'
Mereka berangkat dengan membawa pemuda tersebut.
Selanjutnya, pemuda itu berdoa, 'Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka
sesuai dengan kehendakMu.' Maka kapal itu pun terbalik dan mereka tenggelam.
Si pemuda kembali datang menemui sang raja.
Raja berkata kepadanya, 'Apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang
bersamamu tadi?'
Dia menjawab, 'Allah yang Maha Tinggi telah menyelamatkanku dari
kejahatan mereka.' Lebih lanjut, pemuda itu berkata kepada raja, 'Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat membunuhku hingga kamu mengerjakan apa yang aku
perintahkan kepadamu.'
'Apa yang harus aku kerjakan?' tanya raja itu.
Pemuda itu menjawab, 'Kamu harus mengumpulkan orang-orang di satu
tanah lapang, lalu kamu menyalibku di sebuah batang pohon. Ambillah anak
panah dari tempat anak panahku, letakkan pada busurnya, kemudian ucapkanlah,
'Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini.' Lalu lepaskanlah anak panah
itu ke arahku. Sesungguhnya jika kamu telah melakukan hal itu, maka kamu akan
dapat membunuhku'.
Raja itu pun mengumpulkan orang-orang di satu tanah lapang. Dia
menyalib pemuda di atas sebatang pohon, lalu mengambil satu anak panah dari
tempat anak panah pemuda itu. Selanjutnya, dia meletakkan anak panah itu pada
busurnya, kemudian mengucapkan Bismillahi rabbil ghulaam (dengan menyebut
nama Allah, Tuhan pemuda ini).
Dia pun melepaskan anak panah itu dan mengenai bagian pelipis. Pemuda
itu meletakkan tangannya di pelipisnya dan ia pun meninggal dunia.
Pada saat itu orang-orang berkata, 'Kami beriman kepada Tuhan pemuda
ini.' Kemudian ada orang datang kepada raja dan berkata kepadanya, 'Tahukah
engkau, apa yang engkau khawatirkan? Demi Allah, kekhawatiran itu sekarang
telah menjadi kenyataan. Orang-orang telah beriman.'
Raja pun memerintahkan untuk membuat parit besar disetiap
persimpangan jalan dan di parit itu supaya dinyalakan api. Raja berkata,
'Barangsiapa tidak kembali kepada agamanya semula, maka lemparkanlah dia ke
dalam parit itu.' Atau akan dikatakan kepadanya, 'Ceburkanlah dirimu.'

Sumber : kisah-kisah shahih dalam al-qur’an dan sunnah, DR.umar sulaiman al-asyqor Hal
408, penerbit ELBA

27
Kisah Kedelapan belas
Dengarkan Pengaduanku, Jika Tidak, Aku Adukan pada Allah Ta’ala
Diceritakan bahwasanya salah seorang ulama di antara ulama-ulama yang
ada di negara irak, harta kekayaannya telah diambil oleh salah seorang pejabat
pemerintahan di daerahnya dengan cara yang dzalim. Ia lalu mendatangi khalifah
al-Manshur dengan maksud mengadukan perkara tersebut. Sesampainya di
hadapan khalifah, ia berkata; “Semoga Allah Ta’ala selalu memberikan kebaikan
kepadamu wahai pemimpin orang-orang mukmin, sebaiknya apakah aku langsung
menyampaikan kebutuhanku padamu ataukah aku sampaikan sebuah
perumpamaan terlebih dahulu?”.
Mendengar perkataan dari orang alim tersebut khalifah berkata; “Silahkan
sampaikan perumpamaan terlebih dahulu”. Setelah dipersilahkan, orang alim
tersebut segera menyampaikan perumpamaan yang dimaksudkannya;
“Sesungguhnya anak yang masih kecil, jika ia tertimpa sesuatu hal yang tidak
disukainya maka ia akan mengadu kepada ibunya. Hal itu ia lakukan karena ia tidak
mengetahui orang yang selain ibunya, juga karena ia mengira bahwasanya tiada
yang dapat menolongnya kecuali ibunya”.
“Jika setelah mengadu kepada ibunya dan ternyata ibunya tidak bisa memenuhi
keinginannya, maka anak kecil tersebut akan mengadu pada bapaknya. Ketika anak
kecil tersebut telah tumbuh dewasa lalu ia mendapatkan sebuah permasalahan,
maka ia akan mengadu kepada pejabat pemerintahan di daerahnya. Hal tersebut ia
lakukan karena ia telah tahu bahwasanya pejabat pemerintahan yang ada di
daerahnya lebih kuat dari pada bapaknya”.
“Jika laki-laki dewasa tersebut telah berkembang akalnya dan bertambah
wawasannya lalu mendapatkan suatu permasalahan, maka ia akan mengadu kepada
rajanya. Hal itu ia lakukan karena ia telah tahu bahwasanya tidak ada orang lain
yang lebih kuat dari pada rajanya”. “Dan jika setelah mengadu kepada rajanya
ternyata rajanya tidak mendengarkan pengaduannya, maka laki-laki dewasa
tersebut akan mengadu kepada Allah Ta’ala. Hal itu ia lakukan karena ia tahu,
bahwasanya Allah Ta’ala lebih kuat dari pada rajanya. Dan jika ia telah mengadu
kepada Allah, maka pasti Allah akan menetapkan keputusannya”.
“Wahai khalifah….saat tidak ada siapapun yang lebih kuat dari padamu selain
Allah Ta’ala, oleh karena itu maka dengarkanlah pengaduanku, jika engkau tidak
mau mendengarkannya, maka engkau akan aku adukan kepada Allah Ta’ala dalam
satu musim, aku akan berangkat menuju ke rumahnya (Bait al-Haram) untuk
mengadukanmu kepada-Nya”. Mendengar perkataan dari salah satu orang alim
negara irak tersebut, khalifah berkata; “Oh iya….saya akan mendengarkan
pengaduanmu”.
28
Setelah berkata demikian, khalifah al-Manshur segera memerintahkan
kepada wazirnya untuk menulis surat kepada pejabat pemerintahan yang ada di
daerah tempat tinggal orang alim tersebut agar mengembalikan harta yang ia
rampas secara dzalim.
Sumber : cerita hikmah dalm maktabah syumila NU.

Kisah Kesembilan belas


Wanita yang menasihati seorang alim

Malik di Muwattha’ meriwayatkan dari Yahya bin Said dan Al-Qasim bin
Muhammad bahwa dia berkata, "Istriku wafat, maka Muhammad bin Kaab Al-
Qurazhi mendatangiku untuk bertakziyah. Muhammad berkata, "Di kalangan Bani
Israil terdapat seorang faqih, alim, ahli ibadah dan ahli berijtihad. Dia beristri. Dia
mengagumi dan mencintai istrinya. Ketika istrinya wafat, dia sangat bersedih dan
sangat menyesalinya, hingga dia menyendiri di rumah, menutup diri, dan
menghindari orang-orang. Tidak ada seorang pun yang menemuinya.
Ada seorang wanita yang mendengarnya. Dia mendatangi ulama’ tersebut
dan berkata kepada santri atau khodimnya, 'Aku ada perlu dengannya. Aku ingin
meminta fatwa, tidak bisa diwakilkan.' Orang orang pergi dan wanita ini
menunggu di pintu.
Wanita ini berkata, 'Aku harus bertemu dengannya'.
Seseorang menyampaikan kepada laki-laki alim itu, 'Ada seorang wanita di
pintu yang ingin meminta fatwamu.Wanita itu berkata bahwa ia hanya ingin
berbicara denganmu.' Orang-orang telah bubar sementara dia tetap di pintu.
Alim itu pun berkata, 'Suruh dia masuk.'
Wanita itu masuk dan berkata, 'Aku datang untuk meminta fatwamu dalam
suatu perkara.'
Alim itu bertanya, 'Apa itu?'
Wanita ini berkata, 'Aku meminjam perhiasan dari tetanggaku. Aku
memakainya dan meminjamkannya beberapa waktu, kemudian mereka memintaku
untuk mengembalikannya. Apakah aku harus mengembalikannya?'
Laki-laki itu menjawab, 'Ya, demi Allah.'
Wanita itu berkata, 'Perhiasan itu telah berada padaku selama beberapa
waktu.'
Laki-laki itu menjawab, 'Hal itu lebih wajib atasmu untuk
mengembalikannya pada mereka ketika mereka meminjamkannya beberapa
waktu.'
29
Wanita itu berkata, 'Semoga Allah merahmatimu. Apakah kamu menyesali
apa yang Allah pinjamkan kepadamu kemudian Dia mengambilnya darimu
sementara Dia lebih berhak daripada dirimu?'
Laki-laki alim ini tersadar dari kekeliruannya dan wanita tersebut berkata
“ini sangat berguna baginya."
.
Sumber : kisah-kisah shahih dalam al-qur’an dan sunnah, DR.umar sulaiman al-asyqor Hal
438, penerbit ELBA.

Kisah Kedua puluh


Lebih Besar dari Kuburan

KH Ali Maksum dikenal sangat dekat dengan para santrinya. Sekitar 2000
santri, beliau mengenal namanya, bahkan sampai daerah asalnya. Karena begitu
dekatnya, semua santri merasa menjadi santri kesayangan beliau. Kalaupun Mbah
Ali marah, santri justru senang, karena mendapatkan perhatian dari sang kiai.
Kedekatan Mbah Ali dengan santri ternyata bukan saja terjadi di pondok
saja. Ketika santri sudah pulang di rumah, kedekatan itu masih sangat terasa. Ini
dikarenakan kegemaran Mbah Ali dalam silaturrahim. Ketika sampai daerah
tertentu, Mbah Ali selalu menyempatkan mampir ke rumah para santrinya.
Ada rasa bangga buat seorang santri ketika rumahnya dirawuhi kiainya.
Tetapi ada seorang santri Krapyak yang justru enggan ketika Mbah Ali mau
silaturrahim. Namanya Zainuri. Selepas nyantri di Krapyak, ia berpetualang di
Jakarta.
Setelah menghadiri suatu acara di Jakarta, saat itu Zainuri menemui Mbah
Ali. Saat itu Mbah Ali mau mampir ke kontrakan Zainuri.
“Aku mau mampir ke tempatmu,” kata Mbah Ali.
“Mboten (tidak). Kiai tidak usah ke tempat saya. Tempat saya sangat sempit,”
jawab Zainuri.
Zainuri yang kosnya sangat kecil merasa malu kalau kiainya mampir.
Zainuri takut tidak bisa menyediakan tempat layak buat kiai tercintanya.
“Wes, aku pengen mampir ke tempatmu,” tegas Mbah Ali.
Zainuri sudah tidak bisa berkata apa-apa. Ini dawuh kiai. Dengan perasaan
yang gelisah, akhirnya Zainuri manut saja dengan dawuh kiainya. Sesampai di kos,
Zainuri mempersilahkan Mbah Ali untuk masuk kosnya yang sangat kecil.
“Ini kiai, kos saya sangat kecil.”
30
“Ini besar, tidak kecil. Kan lebih besar dari pada kuburan.”
Mbah Ali tertawa bersama Zainuri. Dalam hati, Zainuri sangat bangga,
karena kiainya selalu memberikan nasehat yang teduh buat hidupnya.
Kisah ini diceritakan oleh Ibu Nyai Ida Rufaida, putri alm KH Ali
Maksum saat sambutan peringatan haul ke-24 di Krapyak.

Sumber: http://www.nu.or.id

Kisah Kedua puluh satu


Nabi MUSA AS, pemuda dan sepasang babi

Nabi Musa AS adalah satu-satunya nabi yang diizinkan berdialog langsung


dengan Allah S.W.T Setiap kali hendak bermunajat dan berdialog dengan Allah,
Nabi Musa naik ke Bukit Tursina. Di atas bukit itulah dia berdialog dengan Allah.
Nabi Musa sering bertanya dan Allah menjawab saat itu juga. Inilah kelebihannya
yang tidak ada pada nabi-nabi lain.
Suatu hari Nabi Musa bertanya kepada Allah. “Ya Allah, siapakah orang di
surga kelak yang akan menjadi sahabatku?” Allah pun menjawab dengan
memberitahu sebuah nama, nama kampungnya serta tempat tinggalnya. Setelah
mendapat jawaban, Nabi Musa benar-benar penasaran dengan orang itu. Betapa
istimewanya dia, tidak dikenal tetapi kelak setingkat dengan Nabi di surga.
Siapakah dia dan apakah amal-amalnya? Musa turun dari Bukit Tursina dan
berjalan berhari-hari mencari orang itu ke tempat yang diberitahu Allah. Setelah
beberapa hari dalam perjalanan akhirnya sampai juga Nabi Musa ke tempat yang
dituju.
Dengan pertolongan beberapa orang penduduk setempat, Musa berhasil
bertemu dengan orang tersebut. Ia ternyata seorang pemuda. Setelah memberi
salam, Nabi Musa dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu. Anehnya,
pemuda itu tidak melayaninya. Dia malah masuk ke dalam bilik dan melakukan
sesuatu di dalam. Sebentar kemudian dia keluar sambil membawa seekor babi
betina yang besar. Babi itu dituntunnya dengan baik dan rasa hormat. Nabi Musa
terkejut melihatnya. “Lho, apa-apaan pemuda itu? Ia memelihara babi di
rumahnya?” Kata Nabi Musa tersentak kaget dalam hatinya penuh keheranan.
Babi itu dibersihkan dan dimandikan dengan baik. Setelah itu, babi itu
dilap sampai kering serta dipeluk cium kemudian dihantarkan kembali ke dalam
kamar. Tidak lama kemudian dia keluar lagi dengan membawa pula seekor babi
jantan yang lebih besar. Babi itu juga dimandikan dan dibersihkan. Kemudian
31
dilap hingga kering dan dipeluk serta cium dengan penuh kasih sayang. Babi itu
kemudiannya dituntun diantar kembali lagi ke dalam ke kamar yang sama. Setelah
selesai barulah dia melayani Nabi Musa AS. Musa bertanya heran: “Wahai anak
muda! Apa agamamu sampai berbuat seperti itu kepada babi?”
“Agamaku agama Tauhid. Aku beriman kepada Allah.” Jawab pemuda itu.
“Tapi, mengapa kamu mengurus babi bahkan sampai seperti itu? Kita tidak boleh
begitu terhadap babi.” Kata Nabi Musa. “Wahai Tuan,” kata pemuda itu,
“sebenarnya kedua babi itu adalah ibu bapakku. Karena mereka melakukan dosa
besar, Allah telah mengazab mereka dengan mengganti wujudnya menjadi babi.
Soal dosanya itu, biarlah itu urusannya dengan Allah. Sebagai anaknya, aku tetap
melaksanakan kewajibanku mengurus mereka. Hari demi hari, aku berbakti kepada
kedua ibu bapakku seperti yang tuan lihat tadi. Walaupun rupa mereka sudah
menjadi babi, aku tetap melaksanakan tugasku sebagai anak. Sebagai anak, aku
harus begitu kepada orang tuaku. Begitulah ceritanya!” kata pemuda itu.
“Setiap hari aku berdoa kepada Allah agar dosa mereka diampuni. Aku memohon
supaya Allah menukarkan wajah mereka kembali menjadi manusia yang
sebenarnya, tetapi Allah masih belum mengabulkan hajatku.” Tambah pemuda itu
lirih, sedih dan pilu. Setelah selesai pemuda itu bercerita, ketika itu juga Allah
menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS. “Wahai Musa, inilah orang yang akan
menjadi sahabatmu di surga nanti sebagai buah dari baktinya yang sangat tinggi
kepada kedua orang tuanya. Ibu bapaknya yang sudah buruk rupa menjadi babi
pun, dia tetap berbakti. Oleh karena itu, Kami naikkan maqamnya ke derajat yang
tinggi di sisi Kami.” Kata Allah SWT.
Allah meneruskan lagi memberi kabar: “Karena dia telah berada di maqam
yang tinggi sebagai anak yang shaleh disisi-Ku, kini Aku kabulkan do’nya. Tempat
kedua ibu bapaknya yang tadinya Aku sediakan di dalam neraka, kini telah
Kupindahkan ke dalam surga.
Sumber : cerita hikmah dalm maktabah syumila NU.

Kisah Kedua puluh dua


PERTEMUAN ORANG MATI DAN ORANG HIDUP DALAM MIMPI

Ibn Abi Ad-Dunya dan Ibn al-Jawzi menuturkan riwayat dari Syahr ibn Hawsyib.
Disebutkan bahwa Sha’ab ibn Jutsamah dan ‘Awf ibn Malik telah lama
menjalin persaudaraan. Sha’ab berkata kepada Awf,”Saudaraku, siapa saja yang
meninggal lebih dulu di antara kita, hendaklah ia memperlihatkan diri kepada yang
lainnya.”Awf bertanya,”Apakah itu bisa terjadi?” “Ya.”, jawab Sha’ab.
32
Dikisahkan bahwa Sha’ab kemudian meninggal lebih dulu. Awf pun
melihat Sha’ab dalam tidurnya. Dia bertanya,”Bagaimana perlakuan Allah SWT
terhadapmu?” Sha’ab menjawab,”Aku diberikan ampunan setelah menghadapi
kesusahan.”
Selanjutnya Awf bertutur sebagai berikut:
“Aku melihat kilapan berwarna hitam yang melingkar di leher Sha’ab. Aku
bertanya,’Apa yang melingkar di lehermu?’
Dia menjawab,’Ini adalah sepuluh dinar yang kupinjam dari si Fulan,
seorang Yahudi. Uang itu berada dalam sarung anak panah milikku. Oleh karena
itu, tolong ambilkan dan berikan kepada Fulan.
Ketahuilah, tidak akan terjadi sesuatu pada keluargaku setelah kematianku
ini melainkan telah sampai beritanya kepadaku, sampai kucing keluargaku yang
mati beberapa hari yang lalu sekalipun. Ketahuilah, putriku akan meninggal enam
hari lagi. Oleh karena itu, berikanlah nasihat kebaikan kepadanya.’
Setelah bangun pagi, aku langsung berangkat menemui keluarga Sha’ab.
Selanjutnya aku melihat sarung anak panah dan kulihat memang ada uang sepuluh
dinar. Kemudian aku temui orang Yahudi tersebut dan kutanyakan,’Apakah
engkau mempunyai piutang kepada Sha’ab?’
Fulan menjawab,’Semoga Allah memberi rahmat kepada Sha’ab. Dia
adalah sahabat pilihan Nabi SAW. Aku pernah meminjamkan sepuluh dinar dan
telah kuserahkan kepadanya.’
Awf berkata,’Demi Allah, ini uang itu masih utuh.’
Kemudian Awf menemui keluarga Sha’ab dan berkata,’Apakah pada kalian
pernah terjadi sesuatu setelah kematian Sha’ab?’
Mereka menjawab,’Ya.’
Mereka menyebutkan begini dan begitu hingga akhirnya mereka
menyebutkan kematian kucing mereka. Kutanyakan, ‘Dimana keponakanku?’
‘Dia sedang bermain’, jawab mereka.
Setelah itu, aku langsung mendatang putri Sha’ab dan kupegang ternyata
dia sedang sakit panas, lalu aku berkata,’Berikanlah nasihat kebaikan kepadanya.’
Setelah enam hari kemudian, putri Sha’ab tersebut meninggal dunia.
Sumber : cerita hikmah dalam maktabah syumila NU

33
Kisah Kedua puluh tiga
Malu kepada anjing
Suatu malam, Abu Yazid Al-Busthomi sedang berjalan sendirian. Lantas ia
melihat seekor anjing berjalan ke arahnya. Anjing itu cuek saja jalan, tidak
menghiraukannya. Namun ketika jarak anjing itu makin dekat dan akan
berpapasan dengannya, Al-Busthomi mengangkat gamisnya, khawatir tersentuh
anjing yang najis itu.

Spontan anjing itu berhenti dan memandangnya. Entah bagaimana Abu


Yazid seperti mendengar anjing itu berkata padanya,
“Tubuhku kering dan tidak akan menyebabkan najis padamu. Bila pun engkau
merasa terkena najis, engkau tinggal basuh 7x dengan air dan tanah, maka najis di
tubuhmu itu akan hilang. Namun jika engkau mengangkat gamismu karena
menganggap dirimu yang berbaju badan manusia lebih mulia, dan menganggap
diriku yg berbadan anjing ini najis dan hina, maka najis yang menempel di hatimu
itu tidak akan bersih walau kau basuh dengan 7 samudera”.
Abu Yazid tersentak dan minta maaf. Lalu sebagai permohonan maafnya
dia mengajak anjing itu untuk bersahabat dan berjalan bersama. Tapi si anjing itu
menolaknya. “Engkau tidak pantas berjalan denganku. Mereka yg memuliakanmu
akan mencemoohmu dan melempari aku dengan batu.
Aku tidak tahu mengapa orang-orang menganggapku begitu hina, padahal
aku berserah diri pada Sang Pencipta wujud ini.
Lihatlah, aku juga tidak menyimpan dan membawa sepotong tulang pun,
sedangkan engkau masih menyimpan sekarung gandum.” Lalu anjing itu pun
berjalan meninggalkan Abu Yazid.
Abu Yazid masih terdiam, “Duh Gusti, untuk berjalan dengan seekor
anjing ciptaan-MU saja aku tak pantas. Bagaimana aku merasa pantas berjalan
dengan-MU, ampuni aku dan sucikan hatiku dr najis, Ya Allah.”

Sumber : http://www.muslimoderat.net

Kisah Kedua puluh empat


Ulama memarahi sultan
Imam Izzuddin bin Abdis Salam pernah geram (marah) kepada Sultan
(Pemimpin) Najmuddin Ayyub. Saat itu Sultan sedang duduk di atas takhta,
dikelilingi oleh para pembantu dan ajudannya.

34
Beliau marah karena ada kedai minuman keras, sementara pemerintah
diam saja, "Hai Ayyub, apa yang akan engkau katakan jika Allah bertanya padamu:
bukankah telah Aku berikan kekuasaan Mesir kepadamu, tapi kenapa kau biarkan
peredaran minuman keras!?"
"Maaf di mana itu ya Syekh?" tanya Sultan.
Imam Izzuddin menyebutkan tempatnya.
"Baiklah akan segera kami keluarkan instruksi larangan dan penghentian," kata
Sultan Najmuddin.
Sepulang dari sana, seorang murid Imam Izzuddin bertanya, "Bagaimana
bisa Tuan Guru berani memanggil Sultan dengan tanpa menyebut gelar
kehormatannya?"
‫يا بين رأيته ِف تلك العظمة فأردت ان اهينه َلال تكرب نفسه فتؤذيه‬
"Nak, aku melihat dia sedang mengagungkan diri saat duduk di takhta. Aku ingin
membuatnya belajar rendah hati agar tidak menjadi penguasa yang angkuh, supaya
dia tidak membahayakan dirinya sendiri."
"Apakah Tuan Guru tidak takut kepadanya?" tanya sang murid.
‫يا بين عندما استحرضت هيبة اَّلل تعاَل صار السلطان امايم َكلقط‬
"Nak, saat itu aku membayangkan keagungan Allah, maka Sultan (pemimpin)
tidak lagi terlihat seperti singa, melainkan seperti seekor kucing."
Sumber : http://www.muslimoderat.net

Kisah Kedua puluh lima


Nenek penjual bunga
Di sebuah kota di Madura, dahulu ada seorang nenek penjual bunga
cempaka. Ia menjual bunganya di pasar setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai
berjualan, ia pergi ke Masjid Agung di kota itu. Berwudhu, masuk masjid dan
melaksanakan sholat dzuhur.
Setelah berdoa dan wirid, ia keluar masjid lalu membungkuk bungkuk di
halaman. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid.
Selembar demi selembar di kaisnya tanpa sehelaipun yang tertinggal. Tentu
saja perlu waktu lama untuk membersihkan halaman masjid dari dedaunan yang
jatuh dengan cara seperti itu. Belum lagi sengatan matahari siang. Keringat terlihat
mengucur dari tubuh rentanya.
Banyak pengunjung masjid yang iba kepadanya.
Hingga suatu hari, takmir masjid memutuskan untuk membersihkan
halaman masjid sebelum si nenek datang.
35
Pada hari itu seusai sholat ia terkejut. Tidak ada satu daunpun yang
terserak disitu. Ia kembali ke masjid sambil menangis dan mempertanyakan
mengapa daun - daun itu disapu sebelum kedatangannya ? Takmir masjidpun
menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku,
berikan aku kesempatan untuk membersihkannya."
Singkat cerita, akhirnya di utuslah seorang kiai yang terpandang dikota itu
untuk menanyakan alasan mengapa sang nenek begitu bersemangat membersihkan
daun-daun di halaman masjid.
Ia pun mau menjelaskannya dengan dua syarat. Pertama hanya kiai itu
yang mendengarkan kisahnya dan kedua ceritanya tak boleh disebarkan saat ia
masih hidup.
Sekarang ia sudah meninggal.
"Saya ini perempuan kampung yang bodoh pak kiai," tuturnya.
"Saya tau amal perbuatan saya sedikit sekali dan mungkin juga tidak benar dalam
menjalankannya. Saya tidak mungkin selamat saat hari kiamat tanpa syafaat
kanjeng Rasul. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan shalawat
untuk kanjeng Rasul. Saya berharap kanjeng Nabi mau menjemput saya. Biarlah
semua daun itu bersaksi bahwa saya telah membacakan shalawat kepadanya."
Sumber : Hikmah-sufi.blogspot.co.id

36

Anda mungkin juga menyukai