Anda di halaman 1dari 9

Nama : Dio Marcelino Hutauruk

NPM : 3020210233

Mata Kuliah : Etika Profesi Hukum

Kelas :F

Dosen : Prof. Dr. H. Faisal Santiago, S.H., M.M.

Ringkasan Bab 1-3 Buku Etika Profesi Hukum, Karangan

“Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H.”


BAB I

MANUSIA MAHLUK BUDAYA

A. HAKIKAT MANUSIA

Perasaan merupakan sumber daya rasa jasmani dan rohani. Daya rasajasmani berkenaan
dengan tubuh, sedangkan daya rasa rohani berkenaan dengan moral,yang hanya ada pada
manusia. Contoh daya rasa rohani:

a. Daya rasa intelektual berkenaan dengan pengetahuan


b. Daya rasa estetis berkenaan dengan seni.
c. Daya rasa etis berkenaan dengan kebaikan.
d. Daya rasa sosial berkenaan dengan masyarakat kelompok atau korp.
e. Daya rasa religius berkenaan dengan agama.

B. MANUSIA DAN KEBUTUHAN

Pada dasarnya kebutuhan manusia di-klasifikasikan menjadi empat jenis,yaitu:

a. Kebutuhan ekonomi yang bersifat material,untuk kesehatan dankeselamatan jasmani,seperti


pakaian, makanan,perumahan.
b. Kebutuhan psikhis yang bersifat immaterial, untuk kesehatan dankeselamatan rohani,
seperti pendidikan,hiburan,penghargaan,agama.
c. Kebutuhan biologis yang.bersifat seksual,untuk membentukkeluarga dan kelangsungan
hidup generasi secara turun-temurun,seperti perkawinan,berumah tangga.
d. Kebutuhan pekerjaan yang bersifat praktis, untuk mewujudkanketiga jenis kebutuhan di
atas,seperti perusahaan; profesi.

Empat jenis kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan dasar yang diusahakan terpenuhi
secara wajar pada masyarakat modern walaupun dalam porsiyang belum seimbang.Apabila
dirinci, kebutuhan dasar ini terdiri dari:

a. pakaian (sandang);
b. makanan(pangan);
c. perumahan (papan):
d. pendidikan (keahlian);
e. hiburan (rekreasi);
f. perkawinan (rumah tangga).
g. pekerjaan (perusahaan,profesi).

Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan sempurna apabila manusia
individual itu berhubungan dengan lingkunganalam dan masyarakat, serta didukung oleh faktor:

a. kemauan kerja keras(nilai moral);


b. kemampuan intelektual (nilai kebenaran);
c. sarana penunjang (nilai kegunaan).

C. HUBUNGAN ANTARA MANUSIA

Dalam hubungan hidup bermasyarakat, setiap manusia berpegang padakaidah moral sebagai
acuan perilakunya. Kaidah moral ini kemudiandijelmakan ke dalam kaidah sosial yang menjadi
cermin setiap perbuatanhidup bermasyarakat,yang disebut hukum kebiasaan.Hukum kebiasaanini
dihargai dan dipatuhi secara sadar oleh setiap anggota masyarakat.Tujuan hidup bermasyarakat
ialah terpeliharanya ketertiban,kestabilan,dan kebahagiaan berdasarkan hukum kebiasaan.

Tetapi karena manusia mempunyai keterbatasan, kelemahan,seperti ber-buat


khilaf,keliru,maka tidak mustahil suatu ketika terjadi penyimpanganatau pelanggaran kaidah
sosial yang menimbulkan keadaan tidak tertib,tidak stabil yang perlu dipulihkan kembali,Untuk
menegakkan ketertibandan menstabilkan keadaan diperlukan sarana pendukung,yaitu
organisasimasyarakat dan organisasi negara. Dalam bidang hukum, organisasimasyarakat itu
dapat berupa organisasi profesi hukum.yang berpedomanpada kode etik. Dalam bidang
kenegaraan, organisasi masyarakat ituadalah,negara yang berpedoman pada undang-undang
(hukum positif).Melalui organisasi tersebut diharapkan dapat dipulihkan ketertiban dan
kestabilan.

D. MANUSIA DAN SISTEM NILAI


Sistem nilai yang dianut masyarakat itu menjadi tolok ukur kebenaran dan kebaikan cita-cita
dan tujuan yang hendak dicapai dalam kehidupan.Sistem nilai tersebut berfungsi sebagai
kerangka acuan untuk menata kehidupan pribadi dan menata hubungan antara manusia dan
manusiaserta alam di sekitarnya.Sebágai makhluk sosial, manusia memerlukanmanusia
lainnya.Sebagai dasar penataan hubungan dengan manusia lainitu diperlukan aturan yang
merupakan cerminan dari sistem nilai.Aturandalam bentuk konkret yang bersumber pada sistem
nilai disebut normahukum. Sistem nilai menjadi dasar kesadaran masyarakat untuk me-matuhi
norma hukum yang diciptakan.

E. MANUSIA DAN HAK ASASI

Theo Huijbers (1995) membedakan antara 2 jenis hak yang terdapat pada manusia:

a. Hak Manusia (Human Rights): Hak yang dianggap melekat pada setiap manusia sebab
berkaitan dengan realitas hidup manusia sendiri.

Hak asasi manusia mendasari seluruh organisasi hidup bersama, dan menjadi asas Undang-
Undang. Rumusan terpenting Hak Asasi Manusia:

a) Magna Charta: Manusia berhak menghadap pengadilan (1215).


b) The Virginia Bill of Rights: Manusia berhak atas life, liberty, the pursuit of happiness
(1776).
c) Declaration des droits de l’homme et du citoyen: Manusia berhak atas egalite, fraternite,
liberte (1791).

b. Hak Undang-Undang (Legal Rights): Hak yang melekat pada manusia karena diberikan
oleh Undang-Undang.

Hak yang diberikan Undang-Undang:

a) Menjadi PNS atau anggota ABRI.


b) Memilih dan dipilih dalam Pemilu.
c) Pensiun hari tua.
d) Santunan asuransi kecelakaan.
e) Upah layak dalam hubungan kerja.

BAB II

ETIKA, MORAL, AGAMA

A. ARTI ETIKA

Dalam Kamus Besar-Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikandan Kebudayaan


(1988), Etika dirumuskan dalam tiga arti:

1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hakdan kewajiban moral
(akhlak);
2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan ataumasyarakat.

Menurut Bartens, ada 3 rumusan arti Etika:

1) Etika dipakai dalam arti: nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
2) Etika dipakai dalam arti: Kumpulan asas atau nilai moral.
3) Etika dipakai dalam arti: Ilmu tentang yang baik atau yang buruk.

Etika dapat dibedakan menjadi 3 golongan menurut Sumaryono (1995):

1. Etika Perangai: adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dala
hidup bermasyarakat di daerah-daerah dan waktu tertentu. Contoh: Berbusana adat,
Pergaulan muda-mudi, Perkawinan semenda, dan Upacara adat.
2. Etika Moral: Kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Contoh:
Berkata dan berbuat jujur, Menghargai hak orang lain, Menghormati orangtua atau guru,
Membela kebenaran dan keadilan dan Menyantuni anak yatim/ yatim piatu.
3. Etika dan Etiket: mengatur perilaku manusia secara normative, artinya memberi norma
perilaku manusia bagaimana seharusnya berbuat atau tidak berbuat.

B. ARTI MORAL
Secara Etimologis, kata etika sama dengan kata moral kedua berkaitan dengan adat
kebiasaan. Perbedaannya hanya pada bahasa asalnya, Etika berasal dari bahasa Yunani
sedangkan Moral berasal dari bahasa Latin.

Moralitas adalah keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. Dengan
kata lain Moralitas, merupakan Kualitas perbuatan manusiawi, dalam arti perbuatan itu baik atau
buruk, benar atau salah.

1. Faktor Penentu Moralitas

Sumaryono (1995) mengemukakan 3 faktor penentu moralitas perbuatan manusia:

a. Motivasi: hal yang diinginkan oleh pelaku perbuatan dengan maksud untuk mencapai sasaran
yang hendak dituju.
b. Tujuan akhir: diwujudkannya perbuatan yang dikehendaki secara bebas.

Lingkungan perbuatan: segala sesuatu yang secara aksidental mengelilingi atau mewarnai
perbuatan

2. Moralitas Sebagai Norma

Sumaryono (1995) mengklasifikasikan moralitas menjadi dua golongan:

a. Moralitas objektif.
b. Moralitas subjektif.

Moralitas Objektif adalah moralitas yang melihat perbuatan sebagaimana adanya, terlepas
dari segala bentuk modifikasi kehendak bebas pelakunya. Moralitas ini dinyatakan dari semua
kondisi subjektif-khusus pelakunya, misalnya kondisi emosional yang mungkin menyebabkan
pelaku lepas control, apakah perbuatan itu memang dikehendaki atau tiudak. Moralitas objektif
sebagai norma berhubungan dengan sem,ua perbuatan tyang pada hakikatnya baik atau jahat,
benar atau salah, misalnya:

a. Menolong sesame manusia adalah perbuatan baik


b. Mencuri, memperkosa, membunuh adalah perbuatan jahat
Tetapi pada situasi khusus, mencuri atau membunuh adalah perbuatan yang dapat dibenarkan
jika untuk mempertahankan hidup atau membela diri. Jadi, moralitasnya terletak pada upaya
untuk mempertahankan atau membela diri (hak untuk hidup adalah hak asasi).

Moralitas subjektif adalah moralitas yang melihat perbuatan sebagai dipengaruhi oleh
pengetahuan dan perhatian pelakunya, latar belakang, stabilitas emosional, dan perlakuan
personal lainnya. Moralitas ini mempertanyakan apakah perbuatan itu sesuai atau tidak drngan
suara hati Nurani pelakunya. Moralitas subjektif sebagai norma berhubungan dengan semua
perbuatan yang diwarnai oleh niat pelakunya niat baik atau jahat. Dalam musibah kebakaran
misalnya, banyak orang membantu menyelamatkan harta benda korbanmini adalah baik. Etapi
jika tujuan akhirnya mencuri harta benda karena taka da yang melihat, maka perbuatan tersebut
adalah jahat. Jadi, moralitasnya terletak pada niat pelakunya.

Moralitas dapat juga instrinsik atau ekstrinsik. Moralitas intrinsic menentukan perbuatan itu
benar atau slah berdasarkan hakikatnya, telepas dari pengaruh hukum positif. Artinya penentuan
benar atau salah perbuatan tidak bergantung pada perintah atau larangan hukum positif.
Misalnya:

a. Gotong royong membersihkan lingkungan tempat tinggal


b. Jangan menyusahkan orang lain

Walaupun undang undang tidak mengatur, perbuatan perbuatan tersebut secara intrinsic
menurut hakikatnya adalah baik dan benar.

Moralitas Ekstrinsik menentukan perbuatan itu benar atau salah sesuai dengan sifatnya
sebagai perintah atau larangan hukum positif. Misalnya:

a. Larangan menggugurkan kandungan


b. Wajib melaporkan adanya permufakatan jahat

Perbuatan perbuatan ini diatur oleh Undang-Undang (KUHP). Jika ada yang menggugurkan
kandungan atau tidak melapor pada pihak yang bewajib adanya permufakatan jahat, maka
perbuatan itu salah.

Jika terjadi tuntutan yang tidak diinginkan, muncul masalah hukum yang akan menyatakan
bahwa aspek moral ini dapat dibenarkan atau tidak. Etika Profesi Hukum akan membahas aspek-
aspek moral yang terkandung dalam profesi penegak hukum, mana yang didahulukan, motivasi
mencari uang atau melayani pencari keadilan.

Persoalan moralitas hanya relevan apabila dikaitkan dengan manusia seutuhnya. Menurut
Driyarkara (1969), manusia seutuhnya adalah manusia yang memiliki nilai pribadi, kesadaran
diri dan dapat menentukan dirinya dilihat dari setiap aspek kemanusiaan. Tidak setiap perbuatan
manusia dapat dikategorikan ke dalam perbuatan moral. Perbuatan itu bernilai moral apabila
didalamnya terkandung kesadaran dan kebebasan kehendak pelakunya. Kesadaran adalah suara
hati Nurani dan kebebasan kehendak berdasarkan kesadaran.

C. Arti Agama

Dalam Ensiklopedi Indonesia (1990, Vol. 1, hlm. 104-105) agama dirumuskan dalam berbagai
arti namun yang dikutip disini hanya dua ru,usan yang dianggap relevan

1. Rumusan Pertama: Agama dalam Bahasa Belanda religie, pada umumnya hubungan antara
manusia dan suatu kekuasaan luar yang lain dan lebih daripada apa yang dialami manusia.
Agama mengajarkan kita hubungan antara pencipta (Khalik) dengan yang diciptakan
(Makhluk) yang disebut ibadah. Agama mempunyai unsur-unsur: wahyu, rasul, risalah, dan
kitab suci.
2. Rumusan Kedua: Agama adalah apa yang disyariatkan Allah dengan perantaraan Nabi
nabiNya, berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan
akhirat. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa pencipta umat manusia merupakan penopang
moral yang terpenting. Tuhan yang menciptakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang
menuntun dan mengarakhakn perbuatan manusia kepada kebaikan dan kebenaran. Tuhan
memerintahkan manusia agar berbuat baik dan benar sesuai dengan tuntunan-Nya untuk
mencapai tujuan, yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat.
3. Agama dan Moral: Setiap agama mengandung ajaran moral. Agama adalah pernyataan
orang yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran moral yang terkandung dalam
agama meliputi dua macam norma, yaitu norma yang berkenaan dengan ibadah yang berbeda
diantara bermacam agama, dan norma etis yang berlaku umum mengatasi perbedaan agama,
yaitu yang berkenaan dengan larangan, seperti dilarang membunuh, dilarang berdusta,
dilarang mencuri, dilarang berzinah. Semua agama mengakui dan menerima norma etis
tersebut. Oleh karena itu, moral yang dianut dalam agama-agama besar di dunia pada
dasarnya sama.

BAB III

FILSAFAT DAN ETIKA

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Kegiatan Intelektual (pemikiran)


b. Mencari makna yang hakiki (Interprestasi)
c. Mengenal segala fakta dan gejala (Objek);
d. Dengan cara refleksi, metodis, sistematis (metode);
e. Untuk kebahagiaan manusia (tujuan)

Etika adalah cabang dari filsafat, tetapi mengenai moral, sehingga disebut juga filsafat
moral. Sebagai filsafat moral, Etika menyelidiki perbuatan baik dan buruk, benar dan salah
berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan dalam kehendaknya; pengembangan nilai
moral untuk memungkinkan terciptanya kebebasan kehendak karena kesadaran; dan nilai-
nilai kehidupan yang benar secara manusiawi.

Sebagai ilmu pengetahuan, objek telaah etika adalah moral. Yang dimaksud dengan
moral adalah keseluruhan norma yang berbentuk perintah dan larangan yang mengatur
perilaku manusia dan masyarakat dimana manusia itu berada. Ciri moral adalah
mengandalkan kesadaran manusia, manusia dibentuk oleh moral. Dimensi lain yang ditelaah
Etika adalah kecenderungan batin sebagai sumber perbuatan dan tujuan perbuatan, dengan
demikian dapat diketahui keadaan moral pelakunya.

Sebagai ilmu pengetahuan (filsafat moral), etika menelaah tujuan hidup manusia, yaitu
kebahagiaan. Kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan sempurna yang memuaskan
manusia, baik jasmani maupun rohani dari dunia sampai ke akhirat melalui kebenaran
filosofis. Kebahagiaan sempurna adalah tujuan akhir manusia.

Anda mungkin juga menyukai