Anda di halaman 1dari 2

Nomor : 094/S.

Peny/PDGI/PW-JBR/IV/2023 Bandung, 5 April 2023


Lampiran :-
Perihal : Pernyataan Sikap pengwil PDGI JabarTerhadap RUU Kesehatan

Kepada Yth.
Ketua Umum PB PDGI
Drg. Usman Sumantri, Msc
Gedung Sekretariat PB PDGI Jl. Utan Kayu Raya No. 46 Jakarta Timur
Jakarta

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan pembahasan RUU Kesehatan Omnibus Law yang isinya
tidak sesuai dengan aspirasi Dokter Gigi di seluruh Indonesia termasuk Dokter gigi yang
ada di Jawa barat yang terdiri 24 cabang PDGI yang telah menyampaikan aspirasi nya
kepada kami yaitu : Cabang Kota Bandung, Cabang Kabupaten Bandung,
Cabang Kabupaten Bandung Barat, Cabang Kota Cimahi, Cabang Kota Bekasi,
Cabang Kabupaten Bekasi, Cabang Kota Bogor, Cabang Kabupaten Bogor,
Cabang kota Depok, Cabang Kabupaten Cianjur, Cabang Kabupaten
Sukabumi, Cabang Kabupaten Purwakarta, Cabang Kabupaten kabupaten
Subang, Cabang Kabupaten Sumedang, Cabang Kabupaten Majalengka,
Cabang Kabupaten Sumedang, Cabang Kabupaten Indramayu, Cabang
Kabupaten Kuningan, Cabang Kabupaten Garut, Cabang kota dan kabupaten
Tasikmalaya, Cabang kabupaten Ciamis dan Kota Banjar, dan Cabang
Kabupaten Pangandaran , kami Pengurus Wilayah PDGI jawa Barat memberikan
usulan sebagai berikut :
1. Sesuai dengan RUU pasal 249, penerbitan SIP harus mempunyai salah satunya
rekomendasi organisasi profesi karena pentingnya pengawasan kepada dokter
gigi yang bekerja pada wilayah kerja Cabang, khususnya Kabupaten Bogor.
2. Masa berlaku STR dan SIP sudah sesuai yang tercantum pada RUU pasal 245
ayat (5) dan pasal 249 ayat (3), karena dokter gigi harus memperbaharui
keilmuannya untuk tetap menjaga mutu dan meningkatkan kualitas pelayanan
agar sesuai dengan kode etik kedokteran gigi.
3. Proses penerbitan STR dan SIP yang berlaku pada wilayah kami selama ini ber-
jalan lancar.
4. Pada pasal 462 hukuman pidana bertambah 1 tahun dari UU sebelumnya yang 2
tahun menjadi 3 tahun, dimana perlindungan dari Majelis tenaga medis tidak
disampaikan di dalam RUU, pada dasarnya dokter gigi dalam memberi pelayanan
akan melakukan hal terbaik guna memperkecil resiko dan tidak pernah adanya niat
untuk mencelakakan pasien.
5. Pada pasal 208 ayat 4, selama ini sertifikat kompetensi diterbitkan oleh KDGI
danmelibatkan PB PDGI, namun pada pasal tersebut, sertifikat kompetensi
diterbitkan oleh Pemerintah Pusat tanpa melibatkan organisasi profesi. Mohon
ditambahkan untuk melibatkan organisasi profesi dikarenakan profesi tenaga
kesehatan yang beragam dan jumlahnya pun banyak, sehingga agar terhindar dari
proses pengurusan izin yang lama dan menumpuk, saat ini di PDGI sendiri
pengurusan sertifikat kompetensi melalui e-sertifikasi justru mempermudah
dokter gigi.
6. Pada pasal 208 ayat 9, Tata Cara Pelaksanaan Uji Kompetensi sebaiknya dikembalikan
sesuai dengan Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi No. 18 Tahun
2015, dimana PDGI berperan pada pelaksanaan uji kompetensi.
7. Pada pasal 327 penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebaiknya melalui majelis
yang dapat didampingi oleh organisasi profesi dimana PDGI memiliki MKEKG dan BPPA.
8. Pada pasal 234 pasal 4, diatur dalam Peraturan Menteri yang dimana memberikan
celah lebar kepada dokter WNA untuk berpraktik dengan mudah dikarenakan diluar
pengawasanorganisasi profesi dan dimana peraturan Menteri Kesehatan No 6 Tahun
2023 baru terbit di tahun ini.
9. Pada pasal 164 ayat (4) harap menghilangkan kalimat “sampai diperoleh kesembuhan”
karena seluruh dokter gigi berupaya bekerja secara maksimal. Inspaning verbintenis,
hubungan dokter dan pasien adalah hubungan “mengupayakan kesembuhan” bukan
menjanjikan kesembuhan.
10. Pada pasal 242 ayat (2), Menteri tidak menyelenggarakan kegiatan berkesinambungan
dalam peningkatan mutu namun diselenggarakan oleh CPD, dalam hal ini dalam PDGI
adalah P3KGB Tetap diperlukan surat rekomendasi dari organisasi profesi (OP) untuk
mendapatkan SIP agar ada control terhadap dokter gigi tersebut.
11. Tetap diperlukan surat rekomendasi dari organisasi profesi (OP) untuk mendapatkan
SIP agar ada control terhadap dokter gigi tersebut.
12. Masa berlaku STR dan SIP sudah sesuai, karena Dokter Gigi harus memperbaharui
ilmu untuk menjaga mutu dan meningkatkan kualitas pelayanan.
13. Proses penerbitan STR dan SIP yang berlaku selama ini berjalan lancer tanpa
hambatan.
14. Biaya rekomendasi dan besaran iuran tidak memberatkan anggota Cabang.
15. Dokter Gigi tidak merasa nyaman dalam memberikan pelayanan karena ada resiko
terkena hukum pidana dan perdata sedangkan tidak pernah ada niat untuk
mencelakakan pasien.

Oleh karena hal di atas, maka kami Pengurus Wilayah PDGI Jawa Barat dengan ini
menyatakan :
1. Menyatakan MENOLAK ditetapkannya RUU Kesehatan Omnibus Law
menjadi UU.
2. Mengajukan aspirasi ini kepada Pengurus Besar PDGI untuk diteruskan kepada
Presiden RI, Ketua DPR RI dan Menteri Kesehatan agar dapat menyampaikan dan
mendiskusikan dengan pemangku kebijakan nasional di bidang Kesehatan sesuai
dengan aspirasi yang termuat dalam surat ini

Demikian surat ini kami buat, agar dapat digunakan sebaik-baiknya, Atas perhatiannya
kami uacapkan terima kasih.

Ketua Pengurus Wilayah


Persatuan Dokter Gigi Indonesia
Jawa Barat

drg. Rahmat Juliadi, MH.Kes


NPA. 1212.005515

Anda mungkin juga menyukai