K onseling
o g
UBM
Upa y a Be rh e n t i gMe ro k o k
g
d i F a s i l i t a s K e s e h a t ag
Bagi Tenaga Kesehatan
n Tingkat
Pertama (FKTP)
Kementerian Kesehatan
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Tahun 2022
DAFTAR ISI
B KEGIATAN BELAJAR
Materi Dasar 1. Kebijakan dan Strategi Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Rokok ................................................................................................................................ 3
Pendahuluan ...................................................................................................................... 3
Hasil Belajar ....................................................................................................................... 3
Indikator Hasil Belajar ........................................................................................................ 3
Sub Materi Pokok .............................................................................................................. 3
Uraian Materi Pokok :
1. Strategi dan Regulasi Pengendalian Konsumsi Rokok Sebagai Bagian dari
Pengendalian PTM ....................................................................................................... 3
2. Urgensi UBM Dalam Upaya Pengendalian Konsumsi Rokok ...................................... 6
3. Peran Tenaga Kesehatan di FKTP Untuk Upaya Pengendalian Tembakau ................ 6
ii
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Materi Inti 4. Pengukuran Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Akibat Rokok ....... 31
Pendahuluan ...................................................................................................................... 31
Hasil Belajar ....................................................................................................................... 31
Indikator Hasil Belajar ........................................................................................................ 31
Sub Materi Pokok .............................................................................................................. 31
Uraian Materi Pokok :
1. Faktor Risiko PTM Akibat Rokok .................................................................................. 31
2. Pengukuran Faktor Risiko PTM Akibat Rokok ............................................................. 32
Referensi ..................................................................................................................................... 51
Tim Penyusun .............................................................................................................................. 53
Lampiran ..................................................................................................................................... 54
iii
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
DAFTAR TABEL
iv
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
DAFTAR GAMBAR
v
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
DAFTAR LAMPIRAN
vi
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Deskripsi Singkat
Penyelenggaraan layanan UBM di FKTP memiliki peran strategis dalam membantu masyarakat
yang ingin berhenti merokok karena FKTP merupakan sumber layanan kesehatan yang utama dan
sangat dekat keberadaannya dengan masyarakat. Pelayanan kesehatan di FKTP memiliki paparan
ke masyarakat pada jangka waktu lama dan membangun hubungan dekat dengan komunitas.
Maka dari itu, penting bagi tenaga kesehatan di FKTP untuk dapat memberikan konseling UBM,
mengedukasi masyarakat agar menjauhi rokok dan asap rokok, serta membantu perokokt untuk
berhenti dan terlepas dari jerat ketergantungan rokok.
Untuk meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dalam
melaksanakan tugas tersebut diperlukan pelatihan yang memenuhi standar kompetensi. Dalam
merespon hal tersebut, Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular (P2PTM), telah menyusun dan mengembangankan kurikulum Peningkatan
Kapasitas SDM Tenaga Kesehatan Dalam Upaya Berhenti Merokok Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer pada tahun 2014 dan telah menyelenggarakan TOT UBM bagi Tenaga
Kesehatan sejak tahun 2016.
Pelatihan ini akan membahas tentang dampak konsumsi rokok dan edukasi terkait perilaku
merokok; pengukuran faktor risiko PTM akibat rokok; konseling dan metode 4T pada layanan UBM;
identifikasi tahapan perubahan perilaku dan wawancara motivasi pada layanan UBM; tindak lanjut
dan rujukan UBM; pencatatan dan pelaporan layanan UBM di FKTP.
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjadi fasilitator dan pelaksana layanan
UBM di FKTP.
Materi Dasar
1. Kebijakan dan strategi pengendalian penyakit tidak menular dan rokok serta peran tenaga
kesehatan di FKTP dalam memberikan layanan UBM;
2. Manajemen layanan UBM
Materi Inti
1. Dampak konsumsi rokok dan edukasi terkait perilaku merokok;
2. Pengukuran faktor risiko PTM akibat rokok;
1
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Materi Penunjang
1. Membangun komitmen belajar
2. Anti korupsi pada pelayanan publik
3. Rencana tindak lanjut pelatihan
2
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
MATERI DASAR 1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN ROKOK
Pendahuluan
Direktorat P2PTM di Kementerian Kesehatan terbentuk pada tahun 2005. Kebijakan Nasional yang
diterapkan adalah pengendalian faktor risiko, promosi kesehatan, pencegahan penyakit, deteksi dini,
dan tatalaksana penyakit secara terstandar. Pendekatan utama yang dipilih dalam melakukan
pengendalian PTM didasarkan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang melibatkan multisektor,
yaitu profesional dan masyarakat. Program pokok mengacu pada kebijakan pemerintah tentang
kesehatan, jejaring/kemitraan, sosialisasi, advokasi,dan pengendalian PTM yang berbasis pada
pemberdayaan masyarakat, surveilans PTM, serta deteksi dini.
Di Indonesia setiap tahun konsumsi rokok mengalami peningkatan secara pesat dan saat ini
Indonesia merupakan negara nomor tiga dengan jumlah perokok tertinggi di dunia setelah China dan
India. Perokok mempunyai risiko 2-4 kali untuk terkena penyakit jantung koroner dan kanker paru,
serta PTM lainnya yang dapat dicegah. Konsumsi rokok di Indonesia telah sampai pada situasi yang
mengkhawatirkan. Apalagi jika mengingat dampak yang ditimbulkan tidak hanya merugikan
kesehatan perokok maupun orang lain yang terpapar asap rokok, tetapi juga mengancam ekonomi
keluarga masyarakat miskin. Oleh karena itu, perlu upaya pengendalian dampak konsumsi rokok di
Indonesia yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun masyarakat.
Hasil Belajar
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mendapatkan pemahaman mengenai strategi kebijakan
pengendalian konsumsi tembakau secara umum sebagai bagian dari upaya pengendalian PTM dan
urgensi keterlibatan tenaga kesehatan di FKTP dalam upaya pengendalian konsumsi rokok.
URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1
STRATEGI DAN REGULASI PENGENDALIAN KONSUMSI ROKOK SEBAGAI BAGIAN DARI
PENGENDALIAN PTM
Indonesia saat ini dihadapkan pada triple burden diseases yaitu suatu kondisi epidemiologi yang
terjadi ketika penyakit menular dan PTM di suatu wilayah memiliki angka kejadian yang tinggi
sementara juga terdapat kemungkinan terjadinya pandemi. Dengan berubahnya tingkat
3
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
kesejahteraan dan umur harapan hidup di Indonesia, pola penyakit saat ini telah mengalami transisi
epidemiologi yang ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang semula didominasi oleh
penyakit menular bergeser ke PTM.
PTM menjadi salah satu tantangan dalam pembangunan di bidang kesehatan karena kelompok
masyarakat yang terpapar mayoritas adalah usia produktif, mereka yang diperlukan oleh keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara sebagai SDM yang menanggung beban pembiayaan hidup dan
generasi penerus. PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya yaitu merokok, diet
tidak sehat dan tidak seimbang, kurang aktivitas fisik, dan konsumsi alkohol. Secara umum, perilaku
merokok masyarakat Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan karena konsumsi rokok
yang cenderung tinggi.
Berdasarkan kebijakan tersebut diatas perlu dikemukakan strategi pengendalian PTM sebagai
berikut :
● Memobilisasi dan memberdayakan masyarakat dalam pengendalian faktor risiko PTM melalui
program yang berbasis masyarakat, seperti Posbindu PTM;
● Meningkatkan akses yang berkualitas kepada masyarakat untuk deteksi dini dan tindak lanjut
dini faktor risiko PTM;
● Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan;
● Meningkatkan tatalaksana PTM (kuratif-rehabilitatif) yang efektif dan efisien;
● Memperkuat jejaring kerja dan kemitraan pengendalian PTM;
● Mengembangkan penelitian dan pengembangan kesehatan terkait PTM;
● Mengembangkan dan memperkuat sistem surveilans epidemiologi faktor risiko PTM melalui
surveilans faktor risiko PTM berbasis masyarakat dan registri PTM;
● Meningkatkan dukungan dana yang efektif untuk pengendalian PTM berdasarkan kebutuhan
dan prioritas.
4
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Di Indonesia, FCTC belum diratifikasi, namun upaya pengendalian konsumsi rokok diatur secara
spesifik dalam Peraturan Pemerintah No.109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Secara singkat, upaya
pengendalian tembakau dalam PP 109/2012 mencakup produksi dan impor, peredaran,
perlindungan khusus bagi anak dan perempuan hamil, serta KTR. Beberapa peraturan lain diluar
PP 109/2012 juga mengatur peredaran produk tembakau, seperti UU No.36 tahun 2007 tentang
Cukai yang mengatur penerapan cukai terhadap produk tembakau.
Indonesia sendiri telah memiliki layanan konseling UBM berbasis telepon (Quitline) dan di FKTP.
Layanan UBM merupakan perpaduan antara upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang
berorientasi pada upaya promotif dan preventif serta upaya kesehatan perseorangan (UKP)
sebagai bagian dari tatalaksana pengendalian konsumsi rokok. UKM dilakukan dengan melibatkan
masyarakat sebagai sasaran kegiatan, target perubahan, agen pengubah sekaligus sebagai
sumber daya. Dalam pelaksanaan UBM selanjutnya dilakukan kegiatan konseling UBM yang
dilaksanakan di FKTP dan jika tidak dapat ditanggulangi akan dirujuk ke Rumah Sakit.
5
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
POKOK BAHASAN 2
URGENSI UBM DALAM UPAYA PENGENDALIAN KONSUMSI ROKOK
Ketika regulasi pengendalian tembakau diperkuat, secara teoritis, permintaan untuk layanan UBM
akan meningkat. Konseling dan tatalaksana dapat meningkatkan peluang perokok berhasil berhenti.
Di tahun 2018, hanya 23 negara yang menyediakan layanan UBM secara komprehensif dengan
pertanggungan biaya penuh atau sebagian, jumlah tersebut baru mewakili 32% populasi dunia.
POKOK BAHASAN 3
PERAN TENAGA KESEHATAN DI FKTP UNTUK UPAYA PENGENDALIAN TEMBAKAU
Para profesional kesehatan memiliki potensi besar dibandingkan kelompok masyarakat manapun
untuk mempromosikan masalah konsumsi rokok. Studi menunjukkan bahwa hanya sedikit orang yang
memahami risiko kesehatan akibat merokok yang meliputi kanker paru-paru, penyakit jantung, dan
stroke. Nasihat singkat dari ahli kesehatan dapat meningkatkan keberhasilan berhenti hingga 30%,
sementara nasihat intensif meningkatkan kemungkinan berhenti hingga 84%. Tenaga kesehatan di
FKTP adalah petugas terdepan yang paling dekat dan berhubungan erat dengan masyarakat, maka
tenaga kesehatan di FKTP memiliki posisi yang signifikan dalam membantu perokok untuk berhenti.
Secara umum, tenaga kesehatan memiliki delapan peran utama dalam pengendalian konsumsi rokok
dan pengobatan ketergantungan tembakau. Peran-peran ini meliputi:
● Klinisi : semua profesional kesehatan perlu menangani ketergantungan rokok sebagai bagian dari
standar praktik perawatan;
● Panutan: dalam lingkungan komunitas dan klinis, profesional kesehatan diharapkan menjadi role
model bagi seluruh populasi, khususnya terkait masalah konsumsi rokok;
● Pendidik: profesional kesehatan dapatberperan penting dalam mengajar mahasiswa kedokteran
tentang masalah konsumsi rokok dan teknik berhenti merokok;
● Ilmuwan: semua profesional kesehatan harus mengetahui informasi berbasis sains tentang
langkah-langkah pengendalian konsumsi rokok dapat diterapkan dalam lingkup praktiknya;
● Pemimpin: profesional kesehatan dalam posisi kepemimpinan dapat terlibat dalam proses
pembuatan kebijakan, mendukung langkah-langkah pengendalian konsumsi rokok komprehensif
yang melampaui ketersediaan penghentian;
● Pembentuk opini: sebagai warga komunitas atau anggota asosiasi profesional kesehatan nasional,
profesional kesehatan memiliki potensi besar untuk membangun opini untuk mendukung
pengendalian konsumsi rokok.
● Pembangun aliansi: para tenaga kesehatan harus mempertimbangkan kerja sama dengan
berbagai pihak, termasuk pemangku kepentingan, komunitas, pemerintah, serta masyarakat
umum untuk mendukung pengendalian konsumsi rokok secara kolaboratif
● Pengawas kegiatan industri tembakau: para tenaga kesehatan, sebagai individu maupun bagian
dari asosiasi, memiliki kewajiban untuk mengamati strategi industri tembakau yang bertujuan
menghambat upaya pengendalian konsumsi rokok. Selain itu, tenaga kesehatan juga perlu
mendesak pihak berwenang untuk mendukung kebijakan yang memprioritaskan kesehatan dan
menjaga kualitas hidup masyarakat.
6
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
MATERI DASAR 2
MANAJEMEN LAYANAN KONSELING UPAYA BERHENTI MEROKOK
Pendahuluan
Layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM) merupakan salah satu upaya dalam membantu masyarakat
untuk berhenti merokok dan mengatasi gejala putus nikotin (withdrawal effect). Gejala putus nikotin
dapat berupa perubahan emosi dan perilaku. Sebagian perokok dapat berhenti tanpa mengalami
gejala putus nikotin, namun sebagian lagi terpaksa kembali merokok (relaps). Oleh karena itu,
diperlukan bantuan tenaga kesehatan melalui Layanan UBM agar dapat membantu para perokok
yang kesulitan untuk berhenti merokok.
Kegiatan UBM dapat dilakukan terintegrasi dengan program lain, seperti program Practical Approach
to Lung Health (PAL) atau merupakan tindak lanjut dari kegiatan Posbindu PTM, deteksi dini program
kesehatan jiwa dengan menggunakan instrumen ASSIST, penjaringan awal dan berkala di sekolah,
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), dan skrining UBM di sekolah.
Selain itu, kegiatan UBM juga dilakukan dengan melibatkan masyarakat sebagai sasaran kegiatan,
target perubahan, agen pengubah, sekaligus sebagai sumber daya manusia.
Layanan UBM dilaksanakan di FKTP dan jika tidak dapat ditanggulangi akan dirujuk ke Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL). Agar kegiatan UBM dapat terselenggara dan terencana
dengan baik serta dapat dipantau dan dievaluasi hasilnya, maka perlu disusun manajemen kegiatan
yang meliputi: 1) perencanaan; 2) pembiayaan; 3) penyelenggaraan; 4) pencatatan dan pelaporan;
serta 5) pemantauan, penilaian, dan evaluasi.
Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu untuk memahami manajemen layanan UBM di FKTP
URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1
PERENCANAAN LAYANAN KONSELING UPAYA BERHENTI MEROKOK
Kegiatan layanan UBM yang dilakukan di FKTP merupakan salah satu cara dalam tatalaksana
berhenti merokok. Layanan ini membantu atau memfasilitasi klien yang berkeinginan untuk berhenti
merokok, sehingga klien akan termotivasi untuk berhenti merokok.
7
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
8
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
POKOK BAHASAN 2
PEMBIAYAAN LAYANAN UPAYA BERHENTI MEROKOK
Biaya penyelenggaraan kegiatan layanan UBM dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu:
1) Pemerintah, seperti APBN, APBD, BOK, Dana Desa, pajak rokok daerah, atau masuk dalam
pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);
2) Non-Pemerintah, seperti Corporate Social Responsibility (CSR), dana kesehatan perusahaan,
donor, dan lain-lain;
3) Iuran masyarakat serta bantuan yang tidak mengikat lainnya.
Pada awal pelaksanaan, layanan UBM akan mendapat stimulasi atau subsidi dari pemerintah. Secara
bertahap, diharapkan masyarakat mampu membiayai penyelenggaraan kegiatan secara mandiri.
Pihak Non-Pemerintah dapat berpartisipasi dalam membina kegiatan layanan UBM di masyarakat
dalam bentuk dan mekanisme kemitraan yang sudah ada, yaitu CSR (Corporate Social Responsibility)
yang merupakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Puskesmas juga dapat memanfaatkan berbagai sumber pembiayaan yang potensial untuk
mendukung dan memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan layanan UBM selaku pembina kesehatan di
wilayah kerjanya. Salah satunya melalui pemanfaatan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang
ada di Puskesmas, misalnya dalam bentuk fasilitasi biaya transportasi petugas puskesmas untuk
melakukan pemantauan atau penilaian terhadap klien saat pemantauan bulan ke-6, ke-9, dan ke-12.
Di samping itu, puskesmas juga dapat memanfaatkan dana BPJS (40% dana BPJS di puskesmas
dialokasikan untuk kegiatan di luar kuratif) untuk pemberian insentif kepada petugas layanan UBM.
Puskesmas juga diharapkan mampu melakukan advokasi ke pemerintah daerah melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk memanfaatkan dana pajak rokok daerah dalam pelaksanaan
kegiatan layanan UBM ini. Pemerintah daerah setempat juga memiliki kewajiban untuk menjaga
keberlanjutan kegiatan layanan UBM agar dapat terus berlangsung dengan dukungan kebijakan,
termasuk fasilitasi lainnya.
POKOK BAHASAN 3
PENYELENGGARAAN LAYANAN UPAYA BERHENTI MEROKOK
Penyelenggaraan layanan konseling UBM di FKTP merupakan bagian integral dari pelayanan
Puskesmas/FKTP, yaitu jika ada pasien yang memiliki riwayat masih merokok dapat mengikuti
algoritma PANDU PTM dan/atau diberikan segera layanan konseling UBM. Penyelenggaraan
layanan konseling UBM memerlukan kolaborasi lintas sektor yang meliputi dukungan Pemerintah baik
tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota, organisasi profesi, akademisi, swasta, dan masyarakat. Mulai
tingkat kabupaten, kecamatan, desa, hingga masyarakat seperti PKK; Dinas Pendidikan dan Sekolah;
Dinas Kesehatan; Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga
Berencana; Pemerintah Daerah dan Lokal; Pihak Swasta; dan Pemangku Kepentingan lainnya yang
terkait.
POKOK BAHASAN 4
PEMANTAUAN, PENILAIAN, DAN PEMBINAAN LAYANAN UPAYA BERHENTI MEROKOK
a. Pemantauan dan Penilaian Layanan UBM
Pemantauan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota melalui evaluasi data
layanan UBM melalui SIPTM dan kunjungan lapangan untuk mengidentifikasi masalah atau
hambatan yang dihadapi, serta menentukan alternatif pemecahan. Pemantauan dan penilaian
dilakukan sebagai berikut:
1) Pelaksana pemantauan dan penilaian adalah petugas pengelola PTM puskesmas, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Pusat.
9
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Selain itu, indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan penyelenggaraan layanan
konseling UBM adalah proporsi/tingkat capaian berhenti merokok dalam 3 bulan pertama yaitu:
1) Drop out rate: Drop out (DO) atau keluar dari upaya berhenti merokok adalah jumlah klien yang
hilang/ tidak melanjutkan upaya berhenti merokok dalam periode tertentu;
2) Success rate: Jumlah klien yang berhasil tidak merokok selama minimal 1 tahun secara terus-
menerus;
3) Tingkat rujukan: Jumlah klien yang dirujuk dan dipastikan tiba di tempat rujukan dikarenakan
dalam 3 bulan belum berhasil berhenti merokok.
LAMPIRAN
Tidak ada
10
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
MATERI INTI 1
KIE DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN
Pendahuluan
Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, diselenggarakan berbagai
upaya kesehatan dimana salah satunya adalah memberikan layanan konseling UBM di FKTP.
Konsumsi rokok merupakan epidemi yang mengancam kelangsungan generasi bangsa di Indonesia.
Di Indonesia setiap tahun konsumsi rokok mengalami peningkatan secara pesat dan saat ini
Indonesia merupakan negara nomor tiga dengan jumlah perokok tertinggi di dunia setelah China dan
India. Perokok mempunyai risiko 2-4 kali untuk terkena penyakit jantung koroner dan kanker paru,
serta penyakit tidak menular lainnya yang sebenarnya dapat dicegah. Konsumsi rokok di Indonesia
telah sampai pada situasi yang mengkhawatirkan, dampak yang ditimbulkan tidak hanya merugikan
kesehatan perokok dan orang lain yang terpapar asap rokok, akan tetapi mengancam ekonomi
keluarga masyarakat miskin. Oleh karena itu perlu upaya pengendalian dampak konsumsi rokok di
Indonesia dilaksanakan antara pemerintah dan masyarakat.
Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini, peserta dapat memahami dampak dari konsumsi rokok bagi perokok dan
masyarakat serta kompleksitas perilaku merokok.
URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1
DAMPAK KONSUMSI ROKOK PADA KESEHATAN DAN KONDISI SOSIO-EKONOMI
a. Dampak Kesehatan
Rokok dan produk tembakau yang dikonsumsi manusia umumnya merupakan daun tanaman
(Nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya) yang dibakar, dipanaskan, dihisap,
dihirup, dan dikunyah. Dalam daun tembakau olahan terdapat 2.550 bahan kimia yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan, kerusakan paru, dan melemahnya stamina. Dan jika satu
batang rokok terkandung lebih dari 4.000 senyawa kimia, 400 zat berbahaya, dan 43 zat penyebab
kanker (karsinogenik). Kandungan dalam sebatang rokok terdiri: tar (zat penyebab kanker), nikotin
(zat dapat menimbulkan kecanduan/adiksi), dan CO (salah satu gas beracun yang dapat
menurunkan kadar oksigen dalam darah sehingga menurunkan konsentrasi dan dapat
menimbulkan penyakit berbahaya lainnya).
11
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Konsumsi rokok dapat merusak organ tubuh baik pada perokok maupun bukan perokok. Jumlah
perokok yang tinggi dan terus meningkat di Indonesia akan meningkatkan risiko PTM yang
mengancam tidak hanya perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok orang lain (AROL)
atau Second Hand Smoke/Enviromental Tobacco Smoke (SHS/ETS) sangat berbahaya bagi
bukan perokok atau perokok pasif. Hal ini dikarenakan AROL/SHS merupakan campuran antara
asap dan partikel. Di Indonesia, terdapat proporsi yang tinggi dari populasi yang terpapar AROL di
rumah; 81,4% dari populasi laki-laki dewasa, 75,4% dari populasi wanita dewasa, dan 57,3% dari
remaja laki-laki dan perempuan berusia 13 sampai 15 tahun (WHO, 2018).
b. Dampak sosio-ekonomi
Dampak sosial dari merokok relevan dengan interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Secara
umum, terdapat stigma negatif masyarakat terhadap perokok yang membuatnya sering terkucilkan.
Sebagai perokok, hubungan pribadi dengan orang-orang sekitar juga akan terpengaruh. Terlebih
lagi apabila di dalam rumah memiliki anggota keluarga yang masih muda, terdapat kecenderungan
untuk mencontoh perilaku merokok atau bahkan mulai merokok di usia dini.
Biaya ekonomi tembakau meliputi biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung seperti
kematian terkait tembakau dan hilangnya produktivitas terkait tembakau. Biaya tidak langsung
meliputi pengeluaran perawatan kesehatan untuk perokok dan orang yang terpapar asap rokok
orang lain; ketidakhadiran karyawan dan penurunan produktivitas tenaga kerja; kerusakan akibat
kebakaran akibat perokok yang ceroboh; peningkatan biaya pembersihan; dan kerusakan
lingkungan yang meluas dari penggundulan hutan skala besar, kontaminasi pestisida dan pupuk,
dan sampah yang dibuang.
POKOK BAHASAN 2
MITOS-MITOS TERKAIT MEROKOK
Di negara berkembang, banyak pengguna tembakau yang tidak sepenuhnya memahami bahaya
tembakau. Hal ini dipengaruhi oleh data yang menyesatkan yang digaungkan salah satunya oleh
perusahaan tembakau yang mendistorsi dampak kesehatan dari penggunaan tembakau. Dibawah ini
adalah beberapa kesalahpahaman umum tentang penggunaan tembakau yang dianut oleh pengguna
tembakau.
12
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Hanya orang tua yang sakit Semua kelompok umur berpeluang menderita penyakit akibat
karena merokok merokok dalam jangka waktu relatif pendek, seperti penurunan
fungsi paru-paru, sesak napas, batuk, dan cepat lelah saat
berolahraga. Merokok juga mengurangi kemampuan untuk
mencium dan mengecap serta menyebabkan penuaan dini pada
kulit.
Penyakit akibat merokok sering kali berkembang selama beberapa
tahun, semakin lama merokok, semakin besar risiko terkena
kanker, penyakit jantung, paru-paru, dan penyakit lain yang
seharusnya dapat dicegah. Namun, sudah ada orang berusia 20-
30 tahunan meninggal karena stroke akibat merokok.
Setiap orang yang berhenti Dopamin dalam rokok dapat menekan nafsu makan. Akan tetapi
merokok akan mengalami terjadinya kenaikan berat badan tidak melebihi 5-8 kg (10%) per
kenaikan berat badan tahun dan dapat diimbangi dengan diet sehat dan aktivitas fisik
yang cukup.
Berhenti merokok akan Faktanya, banyak orang yang dapat berkarya tanpa merokok.
membuat seseorang Kesulitan berkreasi dapat muncul dari stres atau gejala-gejala yang
kehilangan kreativitas dirasakan pada masa awal berhenti merokok. Mantan perokok
perlu mengingat bahwa kondisi ini hanya bersifat sementara.
Keuntungan berhenti merokok jauh lebih besar dan lama jika
dibandingkan dengan stres atau gejala yang bersifat sementara.
Para mantan perokok juga dapat mengalihkan perhatiannya
dengan melakukan aktivitas lain yang sama-sama membangkitkan
kreativitas seperti berdiskusi, berjalan-jalan, atau menonton film.
Jika hanya untuk coba-coba, Adiksi nikotin nyatanya terjadi sangat cepat bahkan jika merokok
merokok tidak akan membuat hanya dilakukan sesekali. Tidak ada takaran pasti seberapa
kecanduan banyak konsumsi nikotin yang dapat menyebabkan kecanduan
karena hal ini bervariasi pada satu individu dengan individu lainnya.
Rokok elektronik tidak Rata-rata rokok elektronik yang dijual di pasaran bekerja dengan
berbahaya baterai, elemen pemanas, dan tabung cairan yang mengubah
cairan menjadi uap. Menurut WHO, proses pemanasan dipercaya
mengurangi tingkat bahaya dibandingkan dengan pembakaran,
walaupun tidak berarti tidak berbahaya pada pemakaian jangka
panjang apalagi ketika digunakan bersamaan dengan rokok
konvensional.
Walaupun tidak mengandung tembakau, tetapi rokok elektronik
tetap mengandung bahan berbahaya seperti nikotin, zat kimia, dan
perasa. Sayangnya, banyak produk rokok elektronik yang
mengklaim tidak memiliki nikotin di dalamnya. Kandungan nikotin
ini membuat rokok elektronik sama adiktifnya dengan rokok
tembakau. Studi di Amerika bahkan menemukan tendensi dampak
negatif rokok elektronik terhadap masalah ataupun kerusakan
paru-paru dan juga perkembangan otak apabila dikonsumsi sejak
usia muda. Asap rokok elektronik juga berbahaya bagi perokok
pasif yang menghirupnya.
Rokok elektronik sebagai Menurut WHO, klaim rokok elektronik sebagai alat bantu berhenti
alternatif terapi berhenti merokok belum terbukti. Banyak organisasi kesehatan dunia,
merokok termasuk WHO, yang tidak merekomendasikan rokok elektronik
sebagai alternatif atau alat bantu berhenti merokok. Di samping
kandungan nikotin yang tercemar dengan zat karsinogen dan zat
13
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
POKOK BAHASAN 3
KENDALA BERHENTI MEROKOK
Hasil penelitian di dunia menunjukkan bahwa 70% perokok memiliki keinginan untuk berhenti
merokok, sebagian besar hanya berdasarkan komitmen sendiri 5% (WHO, 2008). Kendala utama
berhenti merokok dikelompokkan dalam 3 faktor utama yaitu: biologis, psikologis dan lingkungan
sebagai berikut:
a. Faktor fisiologis
Adiksi nikotin merupakan salah satu faktor kendala berhenti merokok dari aspek biologis atau
fisiologis. Nikotin menempati ranking pertama yang menyebabkan kematian, adiksi, dan tingkat
kesulitan untuk tidak menggunakan lagi dibandingkan dengan 4 zat lain, yaitu kokain, morfin, kafein
dan alkohol. Adiksi nikotin dapat membuat klien kembali merokok meskipun telah mengalami
berbagai penyakit. Hal ini ditunjukkan oleh terjadinya kekambuhan merokok pada 60% klien infark
miokard, 50% klien pasca laringektomi dan 50% klien pasca pneumonektomi yang telah sembuh.
Nikotin mempengaruhi perasaan, pikiran dan fungsi pada tingkat seluler. Dalam waktu 4-10 detik
setelah seorang perokok menghisap sebatang rokok, nikotin pada asap rokok dapat mencapai
otak. Nikotin berdifusi cepat ke dalam jaringan otak dan terikat dengan reseptor asetilkolin nikotinik
(nAChRs) subtipe α4β2 dan melepaskan dopamin yang memberikan rasa nyaman. Perokok
regular memicu peningkatan jumlah reseptor α4β2 sebanyak 300%. Kadar nikotin akan turun
dalam 2 jam sehingga kadar dopamin juga turun dan akan terjadi gejala putus nikotin. Perokok
akan ingin mengulang rasa nyaman tersebut dengan kembali merokok.
Selain faktor adiksi, faktor efek putus nikotin juga menjadi kendala berhenti merokok. Rewards
fisiologis (produksi dopamin yang tinggi) dan tidak mampu mengatasi gejala pada efek putus
nikotin membuat perokok tidak dapat berhenti merokok. Pada saat seseorang berhenti merokok,
maka jumlah nikotin yang mencapai reseptor di otak menurun dan hal ini menyebabkan penurunan
14
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
pelepasan dopamin dan neurotransmitter lainnya sehingga terjadi gejala putus nikotin (withdrawal
effect/nicotine withdrawal), seperti uring-uringan, perubahan emosi, perubahan nafsu makan, sakit
kepala dan lain-lain.
b. Faktor psikologis
Berhenti merokok bagi perokok merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bahkan
menyengsarakan secara psikologis. Bagian paling sulit dari berhenti merokok adalah kemampuan
untuk menahan diri dari kebisaaan yang dilakukan karena telah menjadi bagian integral dari
kehidupan sehari-hari mereka seperti merokok setelah bangun pagi, sebelum sarapan, selama
mereka istirahat di tempat kerja, dan lain-lain. Perilaku merokok ini terbentuk dari waktu atau jam
tertentu, jumlah rokok, dan jenis rokok. Gejala yang timbul saat berhenti merokok sangat erat
kaitannya dengan faktor perilaku dan psikologis sehingga menjadi penting melakukan pendekatan
psikologis dan terapi perilaku.
b. Faktor lingkungan
Tidak adanya dukungan orang terdekat seperti teman atau keluarga dapat menurunkan motivasi
seseorang untuk berhenti merokok. Klien akan mencoba kembali merokok setelah berhasil
berhenti untuk sementara waktu atau tidak juga berhasil mengurangi jumlah rokok yang dihisapnya
tiap hari menjelang tanggal berhenti yang telah ditetapkan. Pada keadaan ini perlu
dipertimbangkan peran teman-teman dan keluarganya yang mungkin masih bisa membantu.
Lingkungan yang tidak mendukung untuk berhenti merokok akan memberikan stimulasi untuk tetap
merokok sehingga klien akan sulit untuk melepaskan merokok.
Selain itu, masyarakat Indonesia adalah masyarakat komunal yang memiliki kebiasaan enggan
berkata tidak atau menolak sehingga seorang perokok jika berkumpul dengan teman-teman yang
masih merokok akan memiliki resiko tinggi untuk kembali merokok. Oleh karena itu, penting bagi
seseorang yang mencoba berhenti merokok untuk mengetahui cara menanggulangi tekanan sosial
tersebut.
POKOK BAHASAN 4
MANFAAT BERHENTI MEROKOK
Manfaat yang didapat apabila perokok telah berhenti merokok dapat dilihat dari sisi kesehatan serta
sosio-ekonomi. Manfaat upaya berhenti merokok sebagai berikut:
Selain itu, berhenti merokok juga akan memberi dampak positif dari segi kesehatan bagi perokok
yang telah memiliki penyakit akibat rokok, mengurangi risiko penyakit akibat rokok pada perokok
pasif seperti anak-anak, dan mengurangi risiko kemandulan, kelahiran prematur, maupun
keguguran.
15
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Dari segi ekonomi, terdapat lebih dari 50 juta orang yang membelanjakan uangnya secara rutin
untuk membeli rokok di Indonesia. Data tahun 2010 memperlihatkan keluarga termiskin
membelanjakan 12%, sementara keluarga terkaya sebesar 7% pengeluaran bulanannya untuk
membeli rokok. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kebisaaan merokok akan
menurunkan kemampuan ekonomi keluarga miskin yang banyak terdapat di negara berkembang.
Berhenti merokok akan memberikan peluang lebih besar dalam mengalokasikan sumber daya
keuangan untuk menyediakan makanan bergizi bagi keluarga, pendidikan, dan upaya memperoleh
pelayanan kesehatan.
16
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
MATERI INTI 2
UPAYA BERHENTI MEROKOK
Pendahuluan
Layanan konseling UBM adalah suatu layanan konseling yang membantu seseorang yang ingin
berhenti merokok yang diberikan oleh seorang tenaga terlatih. Layanan konseling UBM di FKTP
dilaksanakan 2 minggu sekali selama 3 bulan pertama dengan durasi waktu 30 hingga 60 menit, atau
dilakukan minimal 6 kali pertemuan untuk setiap klien.
Jika klien sudah berhenti merokok di bulan ketiga, maka dapat disebut klien sudah mengalami 6 kali
pertemuan konseling UBM. Walaupun demikian, klien tersebut tetap diminta datang ke FKTP setiap
3 bulan agar dapat dipantau keberhasilan berhenti merokok sampai 1 tahun pertama. Apabila klien
berhenti merokok selama 1 tahun pertama dapat dikatakan telah mencapai sukses berhenti merokok
dan tidak perlu kontrol lagi, hanya diberikan nasehat pola hidup sehat. Bila terjadi kambuh/ relaps,
segera kembali ke layanan UBM di FKTP.
Untuk memulai konseling, upayakan selalu mengulas apa yang telah diperoleh pada sesi sebelumnya
dan sejauh mana keterampilan baru telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan klien sebaiknya
diberitahu bila waktu konseling akan habis.
Khusus untuk klien dari rujukan sekolah maka disampaikan kemajuan setiap kali kunjungan, sebagai
bahan pemantauan guru dalam penerapan UBM di sekolah (sesuai Pedoman UBM di sekolah).
Hasil Belajar
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu memahami prinsip dasar konseling dan
melakukan layanan UBM dengan metode 4T.
URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1
PENGERTIAN DAN KRITERIA KONSELOR
Konseling merupakan proses membantu seseorang untuk belajar menyelesaikan masalah
interpersonal, emosional dan memutuskan hal tertentu, yang merupakan proses yang dinamisasi
berdasarkan hubungan kolaboratif. Penting bagi konselor untuk membuat klien merasa nyaman
sehingga klien percaya dan konselor dapat memberikan informasi yang dibutuhkan tentang diri klien,
dan tetap terbuka pada pengembangan metode baru. Menggunakan pendekatan multikultural untuk
menghadapi klien. Apabila konselor tidak dapat menjawab pertanyaan dari klien, maka sebaiknya
konselor mengusahakan memberi jawaban pada pertemuan berikutnya.
17
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Seorang konselor harus memiliki keterampilan Komunikasi Antar Pribadi (KAP) sebagai berikut:
1. Kemampuan bertanya dan mendengarkan
Konselor harus mampu menjalin hubungan dengan klien melalui bertanya dan mendengarkan
dengan tujuan memahami keluhan klien, mengetahui sejauh mana klien mengenal keluhannya,
mengidentifikasi dan menolong klien untuk berhenti merokok
2. Menunjukkan sikap peduli, hormat serta memuji dan menyemangati
Kemampuan ini sangat diperlukan Konselor untuk menumbuhkan rasa percaya diri klien,
memotivasi klien supaya bisa berbicara terbuka, dan tidak berusaha menutupi masalahnya
3. Berbicara jelas singkat dan sederhana
Untuk memastikan klien mengerti dan mengingat pesan yang disampaikan
4. Mendorong klien bertanya dan memberi pertanyaan untuk menilai pemahaman klien
Kemampuan ini memberi kesempatan bagi klien untuk bertanya terkait hal-hal yang perlu
dikonfirmasi sekaligus untuk memastikan klien mengerti apa yang harus dilakukan terkait UBM
5. Meminta kesediaan untuk menjadwalkan UBM
Menjaga keberlangsungan kegiatan konseling di klinik
POKOK BAHASAN 2
PRINSIP DASAR KONSELING
Dalam melakukan konseling UBM perlu diketahui prinsip-prinsip dasar konseling meliputi tujuan dan
hal-hal yang perlu diperhatikan.
POKOK BAHASAN 3
METODE 4T
Langkah-langkah dalam layanan UBM di FKTP menggunakan metode 4T, yang meliputi : Tanyakan,
Telaah, Tolong dan Nasehati, dan Tindak Lanjut.
TANYA
Pada tahap ini perlu dilakukan penilaian awal untuk menentukan strategi dan pilihan terapi yang akan
diambil terhadap klien yang datang berkunjung ke FKTP. Pada prakteknya, dapat dilakukan dengan
bantuan lembar status klien (lampiran 1). Penilaian awal tersebut meliputi:
a. Kenali tipe klien
Dengan mengenali tipe klien terlebih dahulu, akan memudahkan dalam menentukan strategi dan
tindak lanjutnya sesuai dengan matriks di bawah,
18
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Klien yang belum mau berhenti Tingkatkan motivasi klien (Contoh: dengan
merokok wawancara/konseling motivasi)
Klien yang baru berhenti merokok Lanjutkan kegiatan berhenti merokok
Klien yang tidak pernah merokok Berikan “SELAMAT. Jaga pola hidup bebas dari rokok
TELAAH
Dalam tahapan ini, tenaga kesehatan harus melakukan pendalaman terkait evaluasi dan dukungan
motivasi klien. Evaluasi dan dukungan motivasi dilakukan sejak awal ketika melakukan UBM dan saat
klien kontrol kembali. Diperlukan konseling khusus untuk meningkatkan motivasi di setiap pertemuan,
terutama bila tingkat motivasi seseorang kurang/rendah. Dukungan motivasi juga diperlukan dari
anggota keluarga atau orang terdekat dalam bentuk mengingatkan agar selalu berhenti merokok,
memberikan dukungan bila timbul kendala saat berhenti merokok (withdrawal effect), menghilangkan
stimulus di lingkungan rumah yang membuat ingin merokok kembali, serta memberikan apresiasi
(reward) dan hukuman (punishment).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa UBM menunjukkan keberhasilan yang lebih tinggi pada klien
yang mempunyai motivasi tinggi dibanding klien dengan pemberian farmakoterapi. Secara
sederhana, klien ditanyakan mengenai berapa besar motivasi untuk berhenti merokok dengan skala
19
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
angka "0" yang mewakili tidak ada motivasi sama sekali sampai "10" yang mewakili sangat termotivasi
(skala motivasi lengkap ada di lampiran 3).
Secara umum, terapi berhenti merokok terdiri atas terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi.
Terapi nonfarmakologi adalah pendekatan tanpa pemberian obat sedangkan terapi farmakologi
adalah pemberian obat untuk membantu berhenti merokok. Layanan UBM pada FKTP
(Puskesmas/Unit Pelayanan Primer lainnya) pilihan Nonfarmakologi lebih diutamakan khususnya
nasehat singkat, konseling ataupun terapi perilaku. Pada layanan UBM di FKTL memerlukan
pendekatan multimodalitas.
Selain itu, tenaga kesehatan dapat memberitahukan pada klien mengenai beberapa cara berhenti
merokok dan bantu klien menentukan cara mana yang paling sesuai. Cara berhenti merokok, yaitu:
1) Cold turkey
Cara ini dilakukan dengan berhenti seketika. Seorang perokok secara tiba-tiba berhenti merokok
sama sekali pada hari yang sudah ditentukan. Banyak perokok yang berhasil berhenti merokok
dengan menggunakan cara ini. Cara ini tidak dianjurkan pada perokok berat.
2) Cara penundaan
Dengan cara ini, anda menunda saat merokok pertama yang anda hisap setiap harinya misalnya
hari pertama merokok jam 7, besoknya jam 9 dan jam berikutnya jam 11 sampai seterusnya sampai
anda tidak merokok sama sekali sehari penuh.
3) Cara pengurangan
Dengan cara pengurangan, anda mengurangi jumlah rokok yang anda hisap setiap harinya,
sebagai contoh: beri waktu 6 hari bagi anda untuk berhenti merokok. Pada hari pertama anda
merokok seperti biasa misalnya 20 batang, hari kedua 20 batang, hari ketiga 15 batang, hari
keempat 10 batang, hari kelima 5 batang, hari keenam adalah hari tanpa rokok seperti yang anda
tentukan.
20
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
TINDAK LANJUT
Tindak lanjut atau follow-up merupakan hal penting dan menentukan keberhasilan jangka panjang
dalam upaya berhenti merokok. Klien harus dijadwalkan secara rutin untuk datang kembali dalam
jangka waktu tertentu misalnya setiap 2 minggu sekali. Tindak lanjut akan dijelaskan lebih detail pada
Materi inti 5. Secara singkat, metode 4T ini dapat dirangkum seperti pada tabel di bawah:
Tabel 3. Metode 4T
No Metode Langkah-langkah
1 Tanyakan • Tanyakan tipe klien, profil perokok, dan tingkat
• Apakah klien adiksi/ketergantungan nikotin (Fagerstroom) .
merupakan seorang • ldentifikasi dan dokumentasikan setiap
perokok atau bukan? perkembangan UBM pada setiap pertemuan.
• Apakah ada anggota • Mencatat, menilai dan memastikan anggota
keluarga yang merokok keluarga yang merokok di rumah.
di rumah? • Hasil pertanyaan diatas dituliskan dalam status
berhenti merokok (status klien).
• Lakukan pemeriksaan CO Analyzer
2 Telaah • Telaah keluhan yang dirasakan oleh klien.
Nilai keinginan klien untuk • Telaah dampak rokok bagi kesehatan.
berenti merokok • Perlu dipastikan klien memiliki keinginan untuk
berhenti merokok atau tidak, bila tidak maka
diperlukan suatu konseling motivasi.
• Nilai sampai manakah tahap keinginan klien untuk
berhenti merokok apakah pada prekontemplasi,
kontemplasi, siap, tindakan dan pemeliharaan.
3 Tolong dan nasehati • Gunakan pendekatan secara personal, kuat, dan
Anjurkan klien untuk jelas untuk menganjurkan klien berhenti merokok.
berhenti merokok • Untuk klien yang berniat berhenti merokok, berikan
konseling agar klien dapat berhenti merokok.
• Susun waktu kapan berhenti merokok akan
dimulai.
• Berikan informasi cara/metode untuk berhenti
merokok seperti berhenti langsung, atau bertahap.
• Beritahu keluarga dan orang sekitar bahwa kita
akan berhenti merokok dan mintalah dukungan
dan pengertian keluarga untuk mengingatkan agar
tidak kembali merokok.
• Antisipasi hambatan yang akan muncul. Biasanya
hambatan paling besar akan terjadi pada minggu
pertama yakni gejala putus nikotin (Withdrawal
effect).
• Untuk klien yang belum berniat berhenti merokok,
tingkatkan motivasi dan upayakan intervensi lanjut
sehingga klien di masa yang akan datang akan
berhenti merokok → Wawancara/Konseling
motivasional.
• Berikan nasihat untk membantu keluarga berhenti
merokok dan menciptakan lingkungan rumah
bebas asap rokok.
21
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
LAMPIRAN
Lembar status klien (lampiran 1)
Lembar Fagerstrom (lampiran 2)
Lembar skala motivasi (lampiran 3)
22
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
MATERI INTI 3
KONSELING UPAYA BERHENTI MEROKOK
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Pendahuluan
Dalam proses berhenti merokok, tenaga kesehatan perlu memahami kondisi klien dan perubahan
perilaku yang telah dicapai klien. Dengan pengetahuan ini, tenaga kesehatan dapat merespon secara
tepat untuk memfasilitasi individu bergerak ke tahap kesiapan yang lebih tinggi. Hal yang menantang
bagi tenaga kesehatan umumnya adalah saat menemui klien yang berada pada tahapan belum ingin
berhenti merokok atau memiliki motivasi rendah.
Apabila klien masih belum ingin berhenti merokok, tenaga kesehatan dapat memberikan intervensi
5Rs (relevance, risks, rewards, roadblocks, repetition). Metode 5Rs ini dapat membantu klien untuk
menemukan motivasi berhenti merokok dalam dirinya dan dapat diberikan sebagai intervensi singkat
selama 3-5 menit. Apabila tenaga kesehatan memiliki kesempatan untuk mengintervensi dalam waktu
yang lebih panjang, maka disarankan untuk melakukan wawancara motivasi. Secara umum,
keduanya dilakukan agar terjadi perubahan perilaku pada klien yang berlandaskan tujuan-tujuan dan
nilai-nilai yang bersifat personal dan berasal dari individu itu sendiri. Metode 5Rs maupun wawancara
motivasi dilakukan dengan melakukan percakapan yang bersifat tidak menghakimi, suportif,
motivasional, dan berpusat pada klien sebagai pemilik kontrol atas dirinya sendiri.
Hasil Belajar
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu mengidentifikasi tahapan perubahan perilaku
dan melakukan metode 5Rs atau wawancara motivasi sesuai dengan kondisi klien
URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1
TAHAPAN PERUBAHAN PERILAKU DAN METODE 5Rs
Kesiapan untuk berubah dan dinamik dari tahap-tahap perubahan dikembangkan oleh Prochaska,
Norcross, dan Diclemente (1994). Tahapan perubahan tersebut adalah precontemplation,
contemplation, preparation, action, maintenance, dan recycling and relapse (lihat gambar).
23
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Pada tahap praperenungan dan perenungan, tenaga kesehatan dapat melakukan metode 5Rs untuk
memunculkan motivasi atau keinginan berhenti merokok pada klien. Metode 5Rs terdiri dari:
24
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
POKOK BAHASAN 2
TAHAPAN DAN STRATEGI WAWANCARA MOTIVASI
Meningkatkan motivasi melalui aktivitas wawancara dapat dilakukan selama 30-60 menit. Dalam
pelaksanaannya, wawancara motivasi terdiri dari dua fase dengan berbagai strategi di dalamnya.
Fase-fase beserta strateginya adalah sebagai berikut,
Selanjutnya, tenaga kesehatan perlu mengetahui beberapa strategi yang dapat membantu saat
melakukan wawancara motivasi, yaitu:
• Membantu klien untuk menemukan dan mengungkapkan motivasi
Strategi ini bertujuan untuk membantu klien agar mengungkapkan motivasi yang dimilikinya.
Tenaga kesehatan dapat membantu memfasilitasi klien untuk menemukan dan menyatakan
keinginannya untuk berubah dan bersedia untuk menerima masukan tentang kebiasaan
merokok. Selain itu, bantu klien untuk mengeksplorasi dan menyadari permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan merokok. Selain itu, klien juga diharapkan dapat
mengungkapkan aspek positif yang akan didapatkan jika berhenti merokok serta adanya
pernyataan yang mengandung optimisme terhadap kemungkinan berubah.
Tenaga kesehatan dapat memulainya dengan menanyakan pertanyaan yang bersifat diskusi
dan memicu klien untuk aktif bercerita, seperti,
“Apakah Bapak/Ibu merokok?”
“Apakah saat ini Bapak/Ibu mengalami masalah atau kesulitan dengan rokok?”
“Apa efek positif dan negatif dari rokok yang Bapak/Ibu ketahui?”
“Perubahan apa yang Bapak/Ibu harapkan saat ini dan selanjutnya?”
“Bisa diceritakan seberapa sering Bapak/Ibu merokok?”
“Apakah Bapak/Ibu mengetahui seberapa besar beban biaya yang harus Bapak/Ibu keluarkan
untuk rokok?”
“Mengapa Bapak/Ibu memutuskan untuk berhenti merokok?”
25
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
mendengarkan dengan empati pada dialog di bawah ditandai dengan pernyataan yang
digarisbawahi.
Tenaga kesehatan (T): apakah Bapak/Ibu mengalami masalah terkait rokok?
Klien (K): ya, kadang-kadang saya merokok terlalu banyak
T: terlalu banyak ya…
K: ya, sepanjang hari rasanya tidak dapat berpikir, kosong
T: sepertinya ada yang mengganggu pikiran Bapak/Ibu ya sehingga sulit berkonsentrasi
Sebaliknya, contoh dialog di bawah yang membandingkan beberapa respon tenaga kesehatan
yang mencerminkan sikap mendengarkan dengan empati dan bukan, sebagai berikut:
K: saya merasa telah merokok berlebihan tetapi kadang saya beranggapan ini tidak masalah
T: Bapak/Ibu pasti telah menimbulkan masalah pada orang lain (bersifat konfrontasi)
T: saya rasa Bapak/Ibu lebih baik intropeksi diri dulu dan segera berhenti (bersifat menasehati)
T: jadi di satu sisi Bapak/Ibu merasa ada alasan untuk prihatin dan di sisi lain Bapak/Ibu tidak
ingin disebut memiliki masalah ya (mendengarkan dengan empati)
• Menangani resistensi
Resistensi disini merujuk pada sikap klien berupa interupsi, adu argumentasi, menyangkal
masalah, bermusuhan, dan marah. Tenaga kesehatan harus bertindak untuk mengendalikan
resistensi dari klien dan tidak menunjukkan sikap atau melontarkan pernyataan yang
menyerang resistensi tersebut, misalnya dengan menyudutkan, membantah, menghakimi,
sarkasme, marah, dan lainnya. Selain itu, pernyataan “mengapa/kenapa” juga biasanya tidak
terlalu membantu. Ada beberapa cara untuk menangani resistensi ini.
26
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
3. Refleksikan ucapan klien dari dua sisi yang berlawanan, sebagai contoh
K: saya tidak bisa tiba-tiba berhenti merokok karena semua teman saya juga merokok
T: Bapak/Ibu bisa bayangkan bagaimana rasanya merokok bersama teman padahal di waktu
yang bersamaan Bapak/Ibu juga mengkhawatirkan pengaruh buruk rokok terhadap
kesehatan
5. Mencoba mengikuti resistensi yang dilontarkan oleh klien dan tidak mencoba menantang
resistensi, sebagai contoh
K: saya tidak bisa tiba-tiba berhenti merokok karena semua teman saya juga merokok
T: saya lihat Bapak/Ibu telah memutuskan untuk tetap merokok karena merasa kesulitan
untuk mengubah diri. Saya menyerahkan sepenuhnya keputusan di tangan Bapak/Ibu.
Namun, apakah Bapak/Ibu telah mempertimbangkan faktor-faktor yang menguntungkan dan
merugikan dari rokok?
• Menarik kesimpulan
Secara berkala, tenaga kesehatan dapat membantu klien dengan memberikan kesimpulan
mengenai apa yang telah diucapkan oleh individu tersebut. Contoh kalimat yang dapat
digunakan adalah
“Sejauh yang Bapak/Ibu ceritakan, Bapak/Ibu sebenarnya tidak nyaman dengan merokok
sehingga memutuskan untuk berhenti. Akan tetapi, Bapak/Ibu masih ragu untuk berhenti ya.
Ada hal lain yang terpikirkan oleh Bapak/Ibu mengenai hal ini?”
27
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
bahkan mulai melakukan upaya berhenti merokok. Ketika tanda-tanda tersebut mulai tampak,
tenaga kesehatan dapat memulai fase 2 dengan beberapa strategi, yaitu:
• Ringkasan
Pada strategi ini, tenaga kesehatan sekali lagi memaparkan ringkasan keadaan klien sudah
sejauh mana melakukan proses upaya berhenti merokok. Hal ini juga dapat dilakukan untuk
memberikan notifikasi pada klien bahwa akan terjadi transisi menuju fase selanjutnya dan
mengevaluasi apa-apa saja yang dapat dilakukan untuk kedepannya. Hal-hal yang dapat
tenaga kesehatan paparkan, misalnya kesimpulan dari persepsi klien mengenai masalah-
masalahnya, kebimbingan-kebimbingan yang dihadapi, disertai dengan kesimpulan dari tenaga
kesehatan mengenai bukti-bukti objektif mengenai alasan perubahan perilaku adalah hal yang
penting bagi klien. Selain itu, tenaga kesehatan juga dapat menyatakan ulang ungkapan-
ungkapan yang pernah diutarakan oleh klien mengenai keinginan dan perencanaan untuk
berhenti merokok. Terakhir, tenaga kesehatan dapat memberikan penilaian mengenai situasi
klien.
Selanjutnya, tenaga kesehatan dapat mengutarakan informasi dan saran terkait perubahan apa
yang sebaiknya dilakukan serta kebutuhan-kebutuhan yang mungkin diperlukan saat
melakukan perubahan perilaku.
• Memaparkan konsekuensi
Tenaga kesehatan dapat mendiskusikan keuntungan dan kerugian dari konseling UBM
28
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
“Perubahan perilaku seperti apa dan sejauh mana yang Bapak/Ibu targetkan?”
“Langkah pertama apa yang dapat kita lakukan untuk memulai perubahan perilaku ini?”
Selanjutnya, tenaga kesehatan dan klien dapat berdiskusi lanjut mengenai metode atau cara-
cara yang realistis untuk dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Tahap selanjutnya adalah
dengan mulai menyusun dan melakukan rencana tersebut. Tenaga kesehatan dapat membantu
klien untuk mendokumentasikan proses UBM dengan membuat sebuah lembar kerja yang
berisikan rencana perubahan yang akan dilaksanakan.
• Mengonfirmasi komitmen
Terakhir, minta klien untuk mengutarakan komitmen untuk melakukan UBM. Pastikan kembali
apakah perubahan perilaku ini adalah hal yang benar-benar klien ingin lakukan. Komitmen juga
akan menjadi lebih berpengaruh ketika diutarakan secara publik misalnya klien dapat diminta
untuk membagikan rencana dan tujuan UBM yang akan dilakukan ke pasangan, keluarga, atau
teman terdekat. Apabila klien masih terlihat ragu-ragu, tenaga kesehatan perlu menggali
kembali hal apa yang menyebabkan kebimbingan tersebut, seperti pada fase 1.
LAMPIRAN
1. Lembar kasus tahapan perubahan perilaku dan teknik konseling/kelompok
Kasus 1
Klien datang dengan keluhan mulai merokok kembali setelah 6 bulan berhenti merokok. Sejak 2
minggu belakangan klien mulai merokok 1 bungkus per hari. Klien mulai merokok kembali karena
merasa stres akan performa perusahaan tempatnya bekerja yang kurang baik. Klien merasa
nyaman dan lebih tenang setelah merokok. Klien ingin memulai berhenti kembali, namun ragu.
Pertanyaan:
1. Tahapan perubahan perilaku apa yang ditunjukkan klien?
2. Apa yang tenaga kesehatan dapat lakukan pada tahapan perubahan perilaku ini?
Kasus 2
Seorang remaja 18 tahun datang ke Puskesmas sendirian. Klien sudah merokok sejak 6 bulan
yang lalu secara diam – diam karena merasa penasaran dengan Bapaknya yang merokok lebih
dari 3 batang per hari. Remaja ini mulai menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang demi
membeli rokok. Klien masih belum mengerti mengapa rokok berbahaya dan mengapa dirinya harus
berhenti merokok.
Pertanyaan:
1. Tahapan perubahan perilaku apa yang ditunjukkan klien?
2. Apa yang tenaga kesehatan dapat lakukan pada tahapan perubahan perilaku ini?
29
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
3. Lakukan metode 5Rs untuk membantu klien menumbuhkan motivasi berhenti merokok
.
Kasus 3
Seorang pekerja kantoran berinisial J, 25 tahun, datang ke klinik dan menyatakan keinginanannya
untuk berhenti merokok. Keinginan tersebut sudah ada sejak 1 minggu yang lalu karena berencana
untuk program kehamilan. Akan tetapi, klien masih bimbang apakah ia akan tetap bisa bekerja
dengan baik tanpa rokok karena selama ini jika suntuk bekerja ia harus merokok untuk
mendapatkan ide. .
Pertanyaan:
1. Tahapan perubahan perilaku apa yang ditunjukkan klien?
2. Apa yang tenaga kesehatan dapat lakukan pada tahapan perubahan perilaku ini?
3. Lakukan metode 5Rs untuk membantu klien menumbuhkan motivasi berhenti merokok
Kasus 1
Di tengah diskusi antara Nyonya B dengan tenaga kesehatan A.
Nyonya B: “Sepertinya saya ingin segera memulai berhenti merokok.”
Tenaga Kesehatan A: “Wah, baik Bu. Bisa diceritakan mengapa memutuskan untuk berhenti
merokok?”
Nyonya B: “Saya merasa dijauhi teman ketika merokok.”
Tenaga Kesehatan A: ………
Kasus 2
Pada diskusi antara Tuan A dengan tenaga Kesehatan Y.
Tuan A: “Saya ragu saya bisa berhenti merokok dengan sukses. Apalagi dengan beban kerja saya
yang harus melakukan pekerjaan sambilan setelah pekerjaan tetap.”
Tenaga Kesehatan Y: …….
Berikan contoh respon tenaga Kesehatan A yang menunjukkan strategi Fase 1:
Kasus 3
Pada diskusi antara Nona D dengan tenaga Kesehatan H.
Nona D: “Dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan keluarga saya, saya sebenarnya sudah
berniat berhenti merokok sejak 1 bulan lalu. Bisakah saya mulai Senin besok untuk berhenti
merokok?”
Tenaga Kesehatan H:…….
30
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
MATERI INTI 4
PENGUKURAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR AKIBAT ROKOK
Pendahuluan
Sebagai bagian dari pengendalian PTM, tenaga kesehatan perlu mengetahui cara mengukur faktor
risiko PTM yang benar sehingga diperoleh informasi faktor risiko PTM yang dimiliki oleh klien. Cara
pengukuran tersebut diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner, pemeriksaan, serta
pengukuran sederhana yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Apabila didapatkan faktor risiko
yang mengarah kepada PTM akibat rokok maka klien dapat diarahkan untuk mengikuti prosedur
lanjutan seperti konseling.
Hasil Belajar
Setelah selesai mengiktuti materi ini, peserta mampu melakukan pengukuran faktor risiko PTM akibat
rokok.
URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1
FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR AKIBAT ROKOK
Faktor risiko adalah suatu kondisi yang secara potensial berbahaya dan dapat memicu terjadinya
penyakit pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor risiko PTM antara lain terdiri dari faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi.
31
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
POKOK BAHASAN 2
PENGUKURAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR AKIBAT ROKOK
Terdapat beberapa pengukuran yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Wawancara
Hal-hal yang perlu diwawancara berkaitan dengan faktor risiko PTM antara lain: riwayat merokok;
kebiasaan minum alkohol; aktivitas fisik/olahraga; kebiasaan makan sayur dan buah; kebiasaan
makan/minum dengan kandungan tinggi gula, garam dan lemak; tekanan darah tinggi; sering
mengalami stres; riwayat PTM diri sendiri dan keluarga.
Pada saat melakukan wawancara, tenaga kesehatan perlu memperhatikan tata cara pelaksanaan
wawancara seperti:
• Perkenalkan diri Anda kepada klien sebelum wawancara dimulai dan kemukakan tujuan
wawancara;
• Mulai wawancara dengan pertanyaan yang ringan dan bersifat umum. Lakukanlah pendekatan
tidak langsung pada persoalan, misalnya lebih baik tanyakan dulu soal kesenangan, kebiasaan
atau hobi. Jika klien sudah asyik berbicara, baru hubungkan dengan persoalan yang menjadi
topik Anda;
• Dilanjutkan dengan wawancara sesuai kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu secara
saksama. Usahakan tidak menyela agar keterangan tidak terputus. Jangan meminta
pengulangan jawaban dari klien;
• Hindari pertanyaan yang berbelit-belit
• Harus tetap menjaga suasana agar tetap informatif. Hindari pertanyaan yang menyinggung dan
menyudutkan klien
• Harus dicatat semua jawaban dalam kuesioner
• Beri kesan yang baik setelah wawancara
• Jangan lupa ucapkan terima kasih
32
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
e. Peakflow meter
Peakflow meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur arus puncak ekspirasi (APE), yakni
kemampuan seseorang mengeluarkan udara dari paru secara maksimal. Pengukuran APE ini
bermanfaat untuk deteksi dini gangguan saluran pernapasan (asma), menilai ada tidaknya
sumbatan pada saluran pernapasan, dan memantau tindak lanjut upaya berhenti merokok.
33
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
f. CO analyzer
Carbon-Monoxide (CO) adalah gas beracun yang tidak berbau dan tidak berwarna yang
merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari senyawa karbon. CO terbentuk apabila terdapat
kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. CO mudah terbakar dan menghasilkan lidah api
berwarna biru yang akan membentuk CO2. Dapat ditemukan pada asap kendaraan dan asap
rokok. Sedangkan CO analyzer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar CO dalam
udara pernapasan. Satuan pengukuran adalah part per million (ppm). Pengukuran ini dilakukan
untuk menilai kemajuan upaya berhenti merokok yang dilakukan klien dan dapat pula menjadi
bahan diskusi untuk meningkatkan motivasi klien.
Pada perokok, nilai CO dapat mencapai 10-20 ppm (2-5% COHb) bahkan lebih. Sedangkan pada
bukan perokok biasanya < 4 ppm.
Pengukuran dilakukan diawali dengan klien menahan napas selama 10 detik. Klien kemudian
diminta untuk menghembuskan napas perlahan-lahan pada alat sampai terdengar bunyi pada alat
(± 20 detik). Dalam beberapa detik, alat ukur akan menunjukkan kadar CO dalam udara
pernapasan.
LAMPIRAN
A. Lembar Penugasan Pengukuran Kadar CO Pernapasan
1. Dalam pembelajaran, keterampilan akan diberikan melalui demonstrasi yang dilanjutkan
dengan latihan oleh masing-masing peserta di bawah bimbingan fasilitator. Kemudian
dilanjutkan dengan penilaian menggunakan daftar tilik.
2. Peserta dibagi dalam 3 kelompok. Setiap kelompok memiliki perwakilan kelompok yang
menggunakan alat 1 unit CO analyzer.
3. Daftar tilik digunakan oleh peserta latih untuk mengetahui tingkat keterampilan peserta dalam
melakukan praktik pemeriksaan fungsi paru sederhana dengan CO Analyzer. Serta untuk
memastikan bahwa langkah – langkah yang harus dipahami oleh peserta latih dalam
penggunaan alat pemeriksaan fungsi paru dapat dimengerti dan tidak terlewat.
- Tidak dikerjakan: Peserta tidak mengerjakan sama sekali
- Mengerjakan Tetapi Perlu Perbaikan: Langkah atau tugas dikerjakan tetapi kurang tepat/
tidak sesuai aturan
- Mampu Mengerjakan: Langkah atau tugas dikerjakan dengan benar dan urutan yang
benar
Pedoman Belajar Untuk Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan Peak Flow Rate
Meter
Langkah/Tugas Kasus
Persetujuan Tindakan Medik
Persiapan Sebelum Tindakan
1. Pasien
34
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
2. Petugas
3. Menyiapkan CO Analyzer
4. Menyiapkan perangkat mulut reusable (D-piece)
5. Menyiapkan perangkat mulut disposable
Tindakan
Pasien/klien berdiri tegak dan memegang CO Analyzer
Jelaskan kepada pasien rincian dari tahapan yang harus dilakukan:
1. Tarik napas panjang melalui hidung
2. Tahan napas selama 7 detik
3. Katupkan bibir mengelilingi perangkat mulut
4. Tiup napas melalui mulut perlahan-lahan selama 12 - 15 detik
Tunggu selama 5 - 10 detik sampai keluar hasil di layar monitor
Catatlah hasilnya sesuai angka yang tertera pada monitor (satuan
PPM (Part Per Million) atau BPJ (Bagian Per Juta)
Penafsiran hasil
Kasus 1
Tugas:
Lakukan pengukuran Kadar CO pernapasan pada pasien tersebut!
Bagaimana analisis hasil pengukuran?
Termasuk dalam kategori perokok apakah Bapak Rifai?
Kasus 2
• Pemeran : Agus bersama kakaknya, Tenaga Kesehatan
• Seorang pekerja bernama Agus berusia 45 tahun, datang bersama kakaknya untuk berobat
karena sejak 1 bulan terakhir sakit batuk tidak sembuh-sembuh. Dari pemeriksaan dahak 3x,
didapatkan hasil yang normal. Tenaga kesehatan menyarankan agar Agus mengikuti program
berhenti merokok. Agus merokok selama kurang lebih 20 tahun yang dengan jumlah rokok 1
- 2 bungkus/hari. Ini adalah kunjungan pertama Agus ke Puskesmas untuk mengikuti program
berhenti merokok.
• Kadar CO: 10,1 BPJ
35
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Tugas:
Peragakan pengukuran arus puncak ekspirasi (APE) menggunakan peakflow meter pada pasien
tersebut!
Selain pengukuran APE, pengukuran apalagi yang mungkin dibutuhkan Agus ?
Kasus 3
• Pemeran : Rina, Tenaga Kesehatan
• Seorang pekerja swasta bernama Rina berusia 33 tahun, datang ke Puskesmas karena sejak
1 bulan terakhir mengalami sesak napas berkala. Rina hanya tiga kali selama hidupnya
mencoba rokok elektronik. Tetapi, Rina sering melakukan pertemuan bisnis yang tidak jarang
di ruangan yang diperbolehkan untuk merokok (smoking room).
• Kadar CO: 3,6 BPJ
Tugas:
Lakukan pengukuran dimulai dari wawancara hingga pengukuran Kadar CO pernapasan pada
pasien tersebut!
Bagaimana analisis hasil pengukuran?
Termasuk dalam kategori perokok apakah Rina?
36
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
MATERI INTI 5
TINDAK LANJUT UPAYA BERHENTI MEROKOK
Pendahuluan
Tindak lanjut atau follow up merupakan hal penting dan menentukan keberhasilan jangka panjang
dalam UBM. Kunjungan pasien secara teratur merupakan hal yang penting dan berhubungan dengan
tingkat keberhasilan berhenti merokok. Klien dijadwalkan datang secara rutin untuk menjalani
konsultasi setiap 2 minggu. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menilai keberhasilan
berhenti merokok, menilai kendala, mencegah relaps, dan penilaian parameter klinis. Selain itu,
terdapat pula materi mengenai penilaian dan penanganan efek putus nikotin.
Berbeda dengan tahap awal, tenaga kesehatan lebih banyak menggali informasi dari klien, maka
pada tahap tindak lanjut tenaga kesehatan lebih banyak mendengarkan apa yang disampaikan oleh
klien dan memberikan saran dan motivasi agar keberhasilan berhenti merokok dapat tercapai. Selain
itu, tenaga kesehatan mungkin menemukan kondisi khusus yang memerlukan penanganan atau
rujukan ke layanan kesehatan sekunder.
Hasil Belajar
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan tindak lanjut UBM termasuk
mengetahui efek putus nikotin dan rujukan UBM.
URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1
PELAKSANAAN TINDAK LANJUT UPAYA BERHENTI MEROKOK
Setelah klien menjalani program UBM, diperlukan sesi untuk melakukan tindak lanjut UBM. Tindak
lanjut ini sebaiknya dijadwalkan setiap 2 minggu. Pada setiap pertemuan berikan klien dukungan
untuk menjalankan perilaku hidup sehat dan menghindarkan diri dari konsumsi rokok. Terdapat
beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan tindak lanjut, yaitu:
37
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
c. Mencegah relaps
Saat evaluasi bila klien sudah berhasil berhenti merokok, perlu langkah-langkah untuk mencegah
terjadinya relaps atau kambuh. Beberapa hal yang bisa disampaikan untuk mencegah relaps
adalah menahan godaan dan tawaran orang lain yang menawarkan rokok dan mengembangkan
rencana perilaku apabila terjebak dalam situasi risiko tinggi menggunakan rokok. Selain itu, tenaga
kesehatan dapat membantu klien untuk menggali kemungkinan penyebab relaps dan strategi untuk
mengatasinya.
Hasil akhir akan ditentukan setelah klien menjalani program UBM selama 3 bulan. Apabila klien
berhasil berhenti merokok, berikan selamat serta dukungan dan motivasi agar dapat
mempertahankan aksi tersebut selamanya. Begitu pula jika klien baru bisa mengurangi konsumsi
rokoknya, klien tetap perlu diberikan selamat. Hal ini diikuti dengan ucapan apresiasi akan usaha
yang telah dilakukan, kata-kata motivasi dan terakhir berikan saran untuk menetapkan target
tanggal berhenti selanjutnya. Jika klien masih merokok atau tidak ada perubahan perilaku
merokok, tenaga kesehatan tetap harus menyampaikan apresiasi terhadap usaha yang telah
dilakukan klien kemudian memberikan saran terkait strategi berhenti merokok maupun terkait
perubahan perilaku dan terakhir menjadwalkan ulang pertemuan selanjutnya.
POKOK BAHASAN 2
PENILAIAN DAN PENANGANAN EFEK PUTUS NIKOTIN
Efek putus nikotin mulai dirasakan 4- 6 jam setelah lepas nikotin pada seorang perokok reguler. Gejala
ini mencapai puncak pada beberapa hari pertama dan berlangsung 2-4 minggu selama berhenti
merokok. Pada tabel 1 dipaparkan beberapa gejala efek putus nikotin dan kapan gejala itu dapat
muncul setelah berhenti merokok. Pada tabel 2 lebih lanjut dijelaskan pula cara mengatasinya. Perlu
diketahui bahwa tidak menutup kemungkinan klien menunjukkan beberapa kondisi yang memerlukan
tatalaksana khusus dan memerlukan rujukan ke pelayanan kesehatan sekunder. Kondisi tersebut
antara lain: mual dan muntah yang berlebihan; nyeri kepala yang tidak dapat diatasi obat simptomatis,
dan depresi berat.
38
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Tabel 6. Gejala putus nikotin dan waktu gejala tersebut kemungkinan muncul
Efek putus nikotin Waktu
(Setelah berhenti merokok)
Gejala: emosi labil (marah, tegang) Disarankan untuk bersantai sebanyak mungkin
Durasi: 2-4 minggu dengan melakukan hal-hal yang disukai dan
Penyebab: hilangnya stimulasi dari nikotin membuat senang. Melakukan aktivitas seperti
olahraga, mendengarkan musik santai,
menghindari stres, dan konsumsi kafein. Jika
sedang marah sarankan melakukan aktifitas
seperti berjalan-jalan, dan relaksasi sederhana
(dengan menarik napas pelan-pelan dan
merilekskan diri).
39
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Gejala: keinginan untuk merokok Hindari situasi yang memicu keinginan untuk
Durasi: >10 minggu merokok dan mempelajari teknik untuk menolak
Penyebab: penurunan kadar dopamin tawaran merokok
POKOK BAHASAN 3
RUJUKAN UPAYA BERHENTI MEROKOK
Sistem rujukan pada prinsipnya adalah manajemen pelayanan kesehatan yang memungkinkan
penyerahan otoritas/tanggung jawab dan bersifat timbal balik mengenai masalah kesehatan
masyarakat atau penyakit baik secara vertikal pada pelayanan kesehatan yang lebih tinggi atau
horizontal kepada yang lebih kompeten. Tujuan dari sistem rujukan adalah untuk membuat pelayanan
kesehatan menjadi lebih baik secara kualitas dan optimalisasi dalam manajemen masalah kesehatan
secara komprehensif untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan lebih baik.
UBM di FKTP dapat dilakukan bagi perokok dengan ketergantungan nikotin ringan sampai sedang
dan perokok tanpa komorbid atau komplikasi penyakit berat. Sedangkan UBM di FKRTL diberikan
untuk (a) perokok dengan tingkat ketergantungan nikotin sedang sampai berat; (b) perokok dengan
komorbid atau komplikasi penyakit yang berat, (c) perokok yang gagal berhenti merokok di pelayanan
kesehatan primer. Intervensi yang diberikan pada fasilitas kesehatan tingkat sekunder akan lebih
komprehensif dengan pendekatan multidisiplin dan diberikan oleh tenaga spesialis.
Sistem rujukan dalam UBM adalah sistem rujukan vertikal, dimana pelayanan kesehatan primer
merujuk ke fasilitas kesehatan di atasnya: pelayanan kesehatan sekunder. Secara umum, rujukan
dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan rujukan ke fasilitas kesehatan sekunder atau
tersier. Secara khusus, rujukan yang berlaku UBM adalah rujukan kesehatan perorangan dan
merupakan rujukan medis. Rujukan dapat dilakukan dengan menggunakan formulir (terlampir) bila
sesi konseling UBM di FKTP telah dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan dalam kurun waktu 3 bulan
namun belum berhasil untuk berhenti merokok. Pada pelaksanaannya, rujukan UBM terbagi 2
berdasarkan permasalahan yang dihadapi klien, yaitu rujukan untuk penanganan medis efek putus
nikotin dan UBM lanjutan.
Rujukan untuk penanganan medis efek putus nikotin dapat dilakukan oleh pelayanan kesehatan
primer apabila dalam upaya berhenti merokok yang dilakukan ditemukan gejala putus nikotin yang
tidak dapat ditangani misalnya timbul insomnia, depresi atau peningkatan berat badan berlebihan dan
lainnya. Rujukan adalah rujukan medis untuk penanganan efek putus nikotin dan dapat dirujuk ke
dokter spesialis di pelayanan kesehatan sekunder. Pada kasus ini, UBM masih ditangani di FKTP,
rujukan hanya untuk penanganan efek putus nikotin.
Di lain sisi, rujukan UBM dilakukan apabila pelayanan di FKTP dikategorikan gagal atau tidak berhasil
sehingga pelayanan UBM lanjutan dilaksanakan di FKRTL. Rujukan dilakukan dengan
mempertimbangkan kebutuhan klien akan terapi tambahan; penanganan khusus pada efek putus
40
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
nikotin yang menghambat UBM; klien memiliki kondisi khusus atau penyakit komorbid; atau jika dalam
tiga bulan klien belum berhasil berhenti merokok (gagal).
Untuk merujuk klien, tenaga kesehatan harus memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada klien
terkait alasan kenapa harus dirujuk. Kemudian, tenaga kesehatan membantu klien untuk mengisi
formulir dan formulir ini perlu dibawa ke rumah sakit rujukan UBM di FKRTL.
LAMPIRAN
1. Lembar Kasus Tindak Lanjut UBM
a. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok
b. Masing-masing kelompok diberikan studi kasus tindak lanjut klien UBM putus nikotin untuk
kemudian didiskusikan dan menjawab pertanyaan
c. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya, kelompok lainnya menjadi
pengamat
Kasus 1
Tuan M, 38 tahun merupakan seorang perokok yang sudah menjalani program berhenti merokok
dalam waktu 4 minggu dan merasa memiliki nafsu makan yang sangat tinggi. Ketika dicek, berat
badannya pun naik secara signifikan. Klien juga sudah mulai kembali bekerja di kantor setelah
sebelumnya bekerja dari rumah karena pandemi. Di kantor, klien bertemu kembali dengan rekan-
rekan sejawatnya yang perokok.
Pertanyaan:
1) Tindak lanjut apa saja yang perlu dilakukan saat klien datang kembali ke FKTP?
2) Efek putus nikotin apa yang dialami Klien M?
3) Saran apakah yang bisa diberikan untuk mengatasi efek yang dialami klien M?
Kasus 2
Nona L, 28 tahun merupakan seorang perokok yang sudah menjalani program berhenti merokok
dalam waktu 4 minggu dan merasa stres karena lebih sering marah – marah dan susah
mengontrol emosi ke pasangannya.
Pertanyaan:
1) Efek putus nikotin apa yang dialami Klien M?
2) Saran apakah yang bisa diberikan untuk mengatasi efek yang dialami klien M?
Kasus 3
Ibu G, 30 tahun merupakan seorang perokok yang baru saja mengikuti program berhenti merokok
satu minggu dan mengeluh sering batuk – batuk & sakit di kepala. Klien merasa cemas hampir
setiap saat apabila kesehatannya bermasalah.
Pertanyaan:
1) Efek putus nikotin apa yang dialami Klien Ibu G?
2) Saran apakah yang bisa diberikan untuk mengatasi efek yang dialami klien G?
Kasus 4
Nona Y berumur 29 tahun sudah 6 minggu menjalani program UBM dan klien mengeluh susah
berkonsentrasi dalam pekerjaan.
41
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Pertanyaan :
1) Efek putus nikotin apa yang dialami Nona Y?
2) Saran apakah yang bisa diberikan untuk mengatasi efek yang dialami klien?
Kasus 5
Nyonya R berumur 30 tahun dan sudah 3 minggu mengikuti program UBM. Klien mengeluh selalu
lelah padahal sudah tidur cukup dan berolahraga.
Pertanyaan :
1) Efek putus nikotin apa yang dialami Nyonya R?
2) Saran apakah yang bisa diberikan untuk mengatasi efek yang dialami klien?
Kasus 1
Klien laki-laki 34 tahun sudah menjalani program UBM selama 8 minggu dan belum berhasil
berhenti merokok. Klien mengalami keluhan depresi dan stress yang membuat sulit untuk
berhenti merokok
Pertanyaan :
Apakah kasus ini perlu di rujuk?
Jika iya, mengapa?
Jika iya, isi formulir rujukan.
Kasus 2
Perempuan 45 tahun seorang perokok berat, 2 bungkus per hari, sudah menjalani konsultasi
berhenti merokok di UBM di Puskesmas pada akhir program bulan ke 3 yang bersangkutan masih
belum berhasil berhenti merokok dan mengaku seringkali tidak bisa tidur.
Pertanyaan :
Apakah perlu di rujuk ?
Jika iya, apa tujuan untuk rujukan?
Jika iya, Isi formulir rujukan.
Kasus 3
Lelaki berusia 55 tahun adalah seorang perokok berat. Sudah menjalani konsultasi berhenti
merokok. Namun, pada bulan ke 2, klien masih belum berhasil berhenti merokok. Klien memiliki
riwayat diabetes.
Pertanyaan :
Apakah perlu di rujuk ?
Jika iya, apa tujuan untuk rujukan?
Jika iya, Isi formulir rujukan.
42
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
MATERI INTI 6
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pendahuluan
Layanan UBM merupakan salah satu bentuk kegiatan pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan di
FKTP. Pelaksanaan layanan UBM perlu pencatatan dan pelaporan sebagai salah satu upaya tertib
administrasi kegiatan. Pencatatan dan pelaporan ini dapat dijadikan sebagai bahan analisa dan
perbaikan untuk kegiatan saat ini dan yang akan datang sehingga dapat terselenggara dengan
optimal, baik, dan terukur.
Untuk mempermudah dalam pelaksanaannya, maka disusunlah sistem pencatatan dan pelaporan
yang secara keseluruhan masuk ke dalam Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SI-PTM) yang
berbasis website. SI-PTM ini telah beberapa kali dilakukan perbaikan untuk mempermudah pengguna
melakukan input data dan mendapatkan laporan secara otomatis dalam SI-PTM. Namun demikian,
pengguna SI-PTM dibatasi hanya sampai pada tingkat kabupaten/kota, sehingga pengguna adalah
34 provinsi ditambah 514 kabupaten/kota dan pusat. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi lalu
lintas data yang terlalu padat untuk kemudahan dan kenyamanan dalam mengakses data lebih cepat.
Petunjuk penggunaan secara lengkap dan mudah dalam pencatatan dan pelaporan baik untuk
pengguna kabupaten/kota dan provinsi, maka dapat mengunduh “Buku Panduan Aplikasi” dan
“Video Tutorial” dalam menu “DOWNLOAD FILES” di website SI-PTM.
Hasil Belajar
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan pencatatan dan pelaporan layanan
UBM di FKTP.
URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1
PENGERTIAN PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencacatan dan pelaporan merupakan instrumen yang sangat penting dalam sistem administrasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan. Pencatatan dan pelaporan
adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan.
1. Pengertian pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan atau proses pendokumentasian kegiatan atau aktivitas.
Bentuk catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar, maupun suara. Kriteria pencatatan adalah
43
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
sistematis, jelas, serta responsif terhadap klien. Selain itu, pencatatan perlu ditulis dengan baik,
tepat waktu, dan mencantumkan nama jelas serta tanda tangan setelah melakukan pencatatan.
Pencatatan perlu dilakukan karena memiliki beberapa manfaat, yaitu: (a) sebagai bukti kegiatan,
(b) memberikan informasi tentang kegiatan, (c) sebagai pertanggungjawaban, (d) bentuk
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, (e) sebagai alat komunikasi, (f) bahan pembuat laporan,
dan (g) bukti hukum.
2. Pengertian Pelaporan
Pelaporan merupakan catatan yang memberikan data dan informasi tentang suatu kegiatan
tertentu yang hasilnya disampaikan ke pihak berwenang atau yang berkaitan dengan kegiatan
tersebut. Bentuk pelaporan dapat berupa lisan maupun tertulis.
POKOK BAHASAN 2
MEKANISME DAN ALUR PELAPORAN
Memberikan umpan
Dinkes Provinsi Monev dan analisis
balik capaian layanan
layanan UBM
UBM kepada kab/kota
Menerima formulir
offline layanan UBM. FKTP / Mengisi dan melengkapi
Mengisi dan Puskesmas formulir offline layanan
melengkapi formulir
POKOK BAHASAN 3
FORMAT PENCATATAN DAN PELAPORAN
Terdapat delapan jenis format pencatatan dan pelaporan layanan UBM. Hak akses SI-PTM hanya
sampai dengan tingkat kabupaten/kota. Sedangkan pada tingkat posbindu dan puskesmas masih
menggunakan pencatatan dan pelaporan dalam format manual, yaitu excel. Pada tingkat
kabupaten/kota, data atau variabel apa saja yang perlu diinput dan jenis laporan yang akan
didapatkan secara otomatis dari SI-PTM terkait UBM dapat dilihat sebagai berikut:
44
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
45
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
▪ Status pendidikan, diisi sesuai format yang sudah ada “TIDAK SEKOLAH, SD/SLTP, SLTA,
DIPLOMA, SARJANA, PASCASARJANA”, klik tanda [ ] pada baris yang diisi disebelah kanan
kolom.
▪ Pekerjaan, diisi sesuai format yang sudah ada “PETANI, PEDAGANG/ WIRASWASTA,
NELAYAN, PENDIDIKAN, PENGEMUDI, PENSIUNAN, TNI/ POLRI, LAINNYA, PNS, BURUH,
DOSEN/ GURU, IBU RUMAH TANGGA, KARYAWAN/ PEGAWAI, BELUM BEKERJA,
DOKTER/BIDAN, PELAJAR”, klik tanda [ ] pada baris yang diisi disebelah kanan kolom.
▪ Status perkawinan, diisi sesuai format yang sudah ada “BELUM, MENIKAH, JANDA/ DUDA”,
klik tanda [ ] pada baris yang diisi disebelah kanan kolom.
▪ Golongan darah, diisi sesuai format yang sudah ada “A, O, B, AB”, klik tanda [ ] pada baris
yang diisi disebelah kanan kolom.
▪ Konseling, diisi sesuai format yang sudah ada “KONSELING 1, KONSELING 2, KONSELING
3, KONSELING 4, KONSELING 5, KONSELING 6”, klik tanda [ ] pada baris yang diisi
disebelah kanan kolom. Penjelasan: diisi dengan “KONSELING 1” bila klien baru pertama kali
melakukan konseling UBM; “KONSELING 2” bila klien melakukan konseling UBM yang kedua;
“KONSELING 3” dan seterusnya sampai “KONSELING 6”.
▪ CAR, diisi sesuai format yang sudah ada “CAR 3, CAR 6, CAR 9”, klik tanda [ ] pada baris yang
diisi disebelah kanan kolom. Penjelasan: CAR (Continuous Abstinence Rate) atau berhenti
merokok (laju berpantang) secara terus menerus adalah jumlah/lamanya waktu (bulan) berhenti
merokok secara terus menerus yang dihitung sejak pertama kali seseorang berhenti merokok.
CAR 3 artinya berhenti merokok secara terus menerus selama 3 bulan sejak pertama kali
seseorang berhenti merokok, apabila sebelum waktu 3 bulan klien sudah berhenti merokok,
masuk dalam status CAR 3. CAR 6 artinya berhenti merokok secara terus menerus selama 6
bulan sejak pertama kali seseorang berhenti merokok. CAR 9 artinya berhenti merokok secara
terus menerus selama 9 bulan sejak pertama kali seseorang berhenti merokok.
▪ Rujuk UBM, diisi sesuai format yang sudah ada “YA, TIDAK”, klik pada tanda [ ] pada baris
yang diisi disebelah kanan kolom. Penjelasan: apakah klien dilakukan rujukan ke fasilitas
kesehatan tingkat lanjut (RS)?
▪ Kondisi. diisi sesuai format yang sudah ada “SUKSES, KAMBUH, DO”, klik pada tanda [ ] pada
baris yang diisi disebelah kanan kolom. Penjelasan: kondisi klien selama menjalani konseling
UBM, diisi “SUKSES” bila klien benar-benar telah berhenti merokok selamanya (telah mencapai
CAR 9 dan berhenti merokok); “KAMBUH” bila klien mencapai CAR 9 tetapi kemudian kembali
merokok, “Drop Out”(DO) bila klien mencapai CAR 3 tetapi kembali merokok atau klien
mencapai CAR 6 kemudian kembali merokok.
46
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Pada menu “Dashboard PTM” pengguna kabupaten/kota dapat melihat capaian UBM dengan pilih
menu “Renstra” kemudian pilih opsi “UBM”.
47
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Sedangkan pengguna SI-PTM di tingkat provinsi, pengguna tidak melakukan input data tetapi
hanya menerima rekapan berdasarkan data yang diinput oleh pengguna kabupaten/kota. Pada
menu “Dashboard PTM”, pengguna provinsi dapat melihat rekapan data terkait UBM dan KTR.
Di layar akan muncul rekapan UBM dari masing-masing kabupaten/kota di wilayah provinsi
pengguna.
48
Modul TOT Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Pada Dashboard PTM, dapat melihat rekapitulasi data deteksi dini yang dilakukan di Puskesmas
usia 18 tahun ke atas untuk faktor risiko merokok dan lainnya.
49
Modul TOT Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Pada Dashboard PTM, dapat melihat rekapitulasi data skrining faktor risiko PTM usia 15 tahun
keatas yang dilakukan di Posbindu PTM. Pilih opsi yang diinginkan, misalnya untuk faktor risiko
merokok dapat dilihat sebagai berikut:
LAMPIRAN
Juknis Pencatatan dan Pelaporan Melalui SI-PTM dan Secara Manual
Format pencatatan dan pelaporan offline (lampiran 5)
50
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
REFERENSI
51
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
52
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
TIM PENYUSUN
Pengarah :
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Kontributor :
dr. Benget Saragih, M.Epid;
dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA;
dr. Aries Hamzah, M.Kes ;
dr. Amelia Vanda Siagian;
Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K);
dr. Tribowo Ginting, SPKJ (K),
dr. Feni Fitriani, Sp.P(K);
dr. Annisa Dian Harlivasari, Sp.P;
dr. Hamidah Qudus,
Rindu Rachmiaty, SKM, M.Epid,
dr. Mauliate DC Gultom, MKM;
Hanifah Rogayah, SKM, MPH;
Jamaludin, SKM, M.Epid;
drg. Anita Sari SM,
dr. Novi Indriastuti, M.Epid;
53
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Lampiran 1
Topik Uraian
I. Identitas → status merokok, TANYAKAN
profil perokok
a. Usia mulai merokok
b. Alasan mulai merokok ......batang/hari/selama ......tahun
c. Lama merokok (tahun)
d. Jumlah rokok/hari/tahun BB : ....... kg TB.............. cm
e. Adakah anggota keluarga IMT : TD ............... mmHg
yang merokok Skor Fagerstorm : ..........
f. Tingkat adiksi (fagerstroom) Kadar CO................. ppm
g. Kadar CO udara ekspirasi Nilai APE .................... ml
h. Mengukur arus puncak Tes Nikotin Urin : + / - (**)
ekspirasi dengan Peak
Flowmeter.
II. Riwayat berhenti merokok TANYAKAN
sebelumnya
a. Jumlah usaha berhenti kali
b. Kapan usaha terakhir
c. Jumlah hari bebas rokok Berhenti langsung/bertahap
d. Cara berhenti yang
digunakan
e. Masalah yang dihadapi
f. Alasan mulai merokok
kembali
III. Tingkat Perilaku TELAAH
a. Tingkat kesiapan (lingkari Sedangmemutuskan/ kebulatan
jawaban) niat/ persiapan/ aksi/
b. Tingkat motivasi pemeliharaan
(0=tidak termotivasi;
10=sangat termotivasi) Tingkat Motivasi:
c. Alasan ingin Berhenti 0-1-2-3-4-5—6-7-8-9-10
54
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
55
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Lampiran
56
KUISIONER ADIKSI NIKOTIN FAGERSTROM
56
Modul Konseling UBM Bagi Petugas Kesehatan di FKTP
Tahun 2022
Lampiran
57
KUESIONER SKALA MOTIVASI
Ukuran indikator dinilai dengan skala 0 – 10 pada matriks di bawah. SKALA 0 menunjukkan
tidak ada motivasi sama sekali, sedangkan SKALA 10 menunjukkan sangat memiliki motivasi.
No Pernyataan Catatan
8 Saya masih merokok, tetapi saya mau berubah. Saya siap untuk
berhenti merokok.
57
Lampiran 4
CONTOH FOLLOW UP KLIEN
2. Metode apa yang digunakan dalam upaya 2. Apakah mengalami relaps ? Jika
berhenti merokok ? Ya Apa penyebabnya
a. Seketika םStress םFrustasi
b. Pengurangan םKonstipasi םPusing
c. Penundaan (sesuai kesepakatan dengan םGelisah
klien) םemosional םkurang
konsentrasi םinsomnia
3. Apakah bisa diceritakan kendala anda tidak םll……………….
bisa berhenti merokok ? Jika masih merokok
berapa banyak batang yang di konsumsi ? 3. Langkah yang diambil (action
taken):
4. Kendala apa yang dihadapi selama bapak/ibu • Memberikan reward atas
berhenti merokok ? keberhasilan berhenti
a. Adiksi merokok
b. Withdrawl effect • Memberikan saran tambahan,
c. kebiasaan dan meninjau strategi untuk
d. lingkungan mempertahankan berhenti
e. ……………. • Dan lain-lain
58
▪ Memberikan strategi, supaya bisa
berhenti merokok (sesuai background
problemnya)
▪ Memberikan saran ke dokter jika klien
mengalami masalah yang berat
Hasil
םAkan berhenti pada tanggal……………............
םTidak yakin, alasan ..........................................
Nama Konselor:……………………….....................
59
Follow Up 2 : 10 Hari sampai 2 minggu setelah berhenti
Follow Up 3 : 1 Bulan setelah berhenti
Follow Up 4 : 3 Bulan setelah berhenti
Follow Up 5 : 6 Bulan setelah berhenti
Follow Up 6 : 6 Bulan setelah berhenti
Follow Up 7 : 12 Bulan setelah berhenti
Mencoba Berhenti:
םYa, untuk ................... hari
םApa yang anda rasakan selama tidak merokok…………………………………………….
םBerhenti tapi kambuh
םTidak dapat berhenti, alasan………..
םTidak Mencoba, alasan…………………….
םSecara bertahap mengurangi
Hasil
םAkan berhenti pada tanggal…………….. םTidak yakin, alasan ...........................
60
Lampiran 5
FORM SIPTM OFFLINE PELAPORAN LAYANAN UBM
61
Lampiran 6
62