Anda di halaman 1dari 2

Nama : herdi agustian

Nim : 042855629
Mata kuliah : psikologi sosial
Modul 2 kognisi sosial
pengertian kognisi sosial
Kognisi sosial adalah suatu cara untuk menginterpretasikan, menganalisis, mengingat, dan
menggunakan informasi-informasi dalam lingkungan sosial untuk ampai pada suatu
kesimpulan atau atribusi. Kognisi sosial memiliki elemen-elemen ang saling berhubungan.
Ada tiga macam hubungan elemen-elemen kognisi, yaitu:(1) hubungan yang tidak relevan, (2)
hubungan yang konsonan, dan (3) hubungan yang disonan. Dalam kehidupan sehari-hari,
manusia sering kali menggunakan jalan pintas mental (heuristics) untuk sampai pada suatu
kesimpulan atau atribusi. Jalan pintas itu digunakan untuk mempercepat proses dan
menghemat energi. Namun, terkadang jalan pintas bisa juga salah karena kita tidak mengkaji
seluruh informasi yang ada.
jalan pintas mental
Dalam kehidupan nyata sehari-hari, sadar atau tidak sadar kita sering melakukan tindakan
jalan pintas karena kita juga sering dihadapkan pada situasi yang mendadak atau kepala kita
sudah penuh (overloaded), sehingga kita tidak bisa berpikir cermat, sistematis, analitis.
Apabila dalam kondisi ini kita dituntut untuk mengambil keputusan segera, maka kita akan
melakukan jalan pintas. Ada lima faktor yang memfasilitasi jalan pintas: representasi,
pengutamaan, pengabaian rata-rata, keter ediaan informasi, dan penyesuaian
Skema mental
Skema merupakan struktur kognitif yang menentukan perilaku manusia. Manusia mempunyai
bermacam-macam skema, seperti skema hari wisuda, skema perkuliahan, skema berobat di
rumah sakit, skema lalu lintas, dan lain-lain. Namun, skema bisa dikelompokkan menjadi lima,
yakni skema orang, skema peran, skema bebas isi, skrip, dan skema diri. Skema khusus yang
menggambarkan urut-urutan suatu peristiwa disebut sebagai skrip.
Selain menguntungkan, memudahkan pemrosesan informasi, memudahkan mengingat
kembali, mempercepat pemrosesan informasi, membantu pemrosesan informasi secara
otomatis, dan lain-lain, skema juga memiliki kerugian (terlalu menyederhanakan suatu gejala,
berperannya implicit personality theory, dan merangsang berpikir otomatis).
Astribusi
Teori atribusi pada intinya membicarakan penyebab (atribusi) dari suatu perilaku: apakah
penyebabnya individu (disposisi/atribusi internal atau lingkungan (situasi atribusi eksternal).
Dalam hubungan ini terdapat beberapa teori untuk menjelaskan penyebab suatu perilaku,
yakni berikut ini.
1. Teori Penyimpulan Terkait (Jones dan Davis, 1965). 2. Teori Psikologi Naif (Heider, 1958).
3. Teori Kovariasi (Kelley, 1967).
4. Emotional Lability Theory (Schachter, 1964).
5. Teori Persepsi - Diri (Bem, 1967).
6. Teori Atribusi Weiner (Weiner, 1979).
Aplikasi teori atribusi dalam kehidupan nyata, selain pada kinerja (achievement attribution)
dan teknik terapi (reattribution of arousal), juga dikemukakan oleh Rotter (locus of control),
Peterson dkk. (attributional style), Harvey (interpersonal relationship), dan Horai (attributional
conflict). Dalam menentukan atau menyimpulkan penyebab suatu perilaku, manusia tidak
luput dari kesalahan. Sebab, pada manusia ada kecenderungan mengambil jalan pintas,
menggunakan skema, kognisi yang pelit, dan lain-lain. Dalam hubungan ini, ada
beberapa bentuk kesalahan atribusi, yakni: 1. kesalahan atribusi yang mendasar,
2. efek pelaku-pengamat,
3. efek konsensus yang salah,
4. pengutamaan diri-sendiri.

Anda mungkin juga menyukai