Anda di halaman 1dari 24

TEORI-TEORI PELAKU

TEORI PELAKU

Menurut Stephen Littlejohn dan Karen Foss dalam bukunya Theories of Human
Communication (2005) berbagai teori komunikasi penting yang membahas individu sebagai
komunikator melihat individu dalam empat topik yaitu:
1. Bagaimana sifat individu?
2. Bagaimana individu berpikir dan mengetahui?
3. Bagaimana individu memandang dirinya (konsep diri)?
4. Bagaimana menentukan identitas individu?
 Teori Sifat
Sifat atau traits adalah karakteristik individu yang dapat dibedakan dengan individu
lainnya. Sifat menunjukan pola yang relatif konsisten mengenai bagaimana seseorang
berfikir, merasakan dan bertingkah laku dalam berbagai situasi yang dihadapinya. Sifat
sering digunakan untuk memprediksi tingkah laku.

3 kategori sifat komunikator

• Conversational Narcisme– Watak yang suka mengunggulkan diri sendiri.


• Argumentativeness – Watak yang suka berdebat, berargument, biasanya orang yang
asertif.
• Social & Communication Anxiety – Communication apprehension (bisa karena trait dan
bisa karena state (kontekstual)
Faktor Sifat (Digmann)

1. Sifat neurotisisme yaitu sifat untuk merasakan emosi negatif dan perasaan tidak bahagia
(menderita).
2. Sifat ekstraversi (extraversion) yaitu sifat untuk senang bergaul, menyukai kelompok lain, percaya
diri, dan berfikir optimis.

3. Sifat terbuka (openness) yaitu sifat untuk senang berfikir (reflective), memiliki daya imajinasi,
memberikan perhatian pada perasaan (inner feelings), serta memiliki kecenderungan berpikir bebas.

4. Sifat setuju (agreeableness) yaitu sifat untuk menyukai terhadap orang lain, suka menolong orang
lain, serta cenderung menghindari pertentangan (antagonisme).

5. Sifat hati-hati yaitu bersikap disiplin (self disciplined), tidak mudah menurut kata hati, teratur (well
organized), serta menyelesaikan tugas dengan tuntas.
KOGNISI INDIVIDU
Teori proses informasi (information processing theories)
menjelaskan bagaimana orang berpikir, bagaimana orang
mengatur dan menyimpan informasi yang diterimanya dan
bagaimana proses untuk menyadari atau mengetahui
(cognitive) membantu membentuk tingkah laku.
Teori Atribusi (Fritz Heider)
menjelaskan bagaimana orang menyimpulkan penyebab tingkah laku yang
dilakukan diri sendiri atau orang lain. Teori ini menjelaskan proses yang terjadi
dalam diri kita sehingga kita memahami tingkah laku kita dan orang lain.
Beberapa penyebab yang mendorong orang memiliki tingkah laku tertentu yaitu:
a) Penyebab situasional (orang dipengaruhi oleh lingkungannya);
b) Adanya pengaruh personal (ingin memengaruhi sesuatu secara pribadi);
c) Memiliki kemampuan (mampu melakukan sesuatu);
d) Adanya usaha (mencoba melakukan sesuatu);
e) Memiliki keinginan (ingin melakukan sesuatu);
f) Adanya perasaan (perasaan menyukai sesuatu);
g) Rasa memiliki (ingin memiliki sesuatu);
h) Kewajiban (perasaan harus melakukan sesuatu); dan
i) Diperkenankan (diperbolehkan melakukan sesuatu).
 Teori Penilaian Sosial
Teori penilaian sosial atau social judgement theory memberikan perhatian bagaimana
seseorang memberikan penilaian mengenai segala pernyataan yang didengarnya.
Teori penilaian sosial disusun berdasarkan penelitian Muzafer Sherif yang berupaya
memperkirakan bagaimana seseorang menilai suatu pesan dan bagaimana penilaian yang
dibuat tersebut dapat memengaruhi sistem kepercayaan yang sudah dimiliki sebelumnya.
Peran teori penilaian sosial terhadap komunikasi, yaitu:
1. Berdasarkan penelitian Sherif bahwa seorang individu memberikan penilaian untuk
menerima atau menolak pesan berdasarkan dua hal yaitu acuan internal dan
keterlibatan ego.
2. Mengenai perubahan sikap.
 Teori Kemungkinan Elaborasi
Teori yang memberikan perhatian terhadap masalah dinamakan “teori kemungkinan
elaborasi” (elaboration likelihood theory), disingkat ELT, yang dikembangkan oleh
Richard Petty dan John Cacioppo.
Teori ini menjelaskan berbagai cara yang dilakukan orang ketika ia mengevaluasi
informasi yang diterimanya.Teori elaborasi memberikan prediksi apakah seseorang
akan memberikan pemikiran kritisnya terhadap suatu isu ataukah tidak. Menurut
teori ini, cara orang memproses suatu informasi terdiri atas dua cara, yaitu:
1. Membawa informasi itu melalui jalur sentral/pusat (central route)
2. Membawa informasi itu melalui jalur periferal/pinggiran (peripheral route)
Kedua jalur itu berada di dalam otak manusia. Elaborasi atau pemikiran kritis terjadi
pada jalur sentral sedangkan pemikiran yang kurang kritis terjadi pada jalur periferal.
 Teori Integrasi Informasi
Dua teori yang berada dalam kelompok pemikiran atau tradisi sibernetika, yaitu teori integrasi
informasi (information-integration theory) dan teori konsistensi. Menurut kamus Longman, tradisi
sibernetika adalah suatu paham yang sangat intensif memahami komunikasi berdasarkan proses yang
terjadi dalam otak dan sistem syaraf manusia.
Teori integrasi informasi memusatkan perhatian pada cara komunikator mengumpulkan dan
mengatur informasi mengenai orang lain, benda-benda, situasi serta ide-ide untuk membentuk sikap
(attitudes).
Menurut teori ini, Cognition atau kognisi yaitu suatu proses untuk mengetahui, memahami dan
mempelajari sesuatu merupakan suatu sistem interaksi yang mana informasi memiliki potensi
memengaruhi kepercayaan atau sikap individu.
Salah satu pemuka teori informasi integrasi yang paling terkenal dan paling disegani adalah
Martin Fishbein.
 Teori Nilai Harapan

Teori nilai harapan atau expetancy-value theory, dalam menjelaskan teorinya Fishbein
terlebih dahulu membedakan antara kepercayaan dan sikap. Menurutnya, ada dua jenis
kepercayaan. Pertama, “percaya pada sesuatu” yang kedua adalah “kepercayaan
mengenai” atau belife about yang diartikan Fishbein sebagai perasaan yang dimiliki
mengenai adanya hubungan khusus antara dua hal”. Menurut Fishbein sikap terbentuk
sebagai gabungan dari berbagai elemen yang merupakan konsep konsep tertentu
mengenai suatu hal atau objek.
Sikap adalah fungsi dari kombinasi yang kompleks antara kepercayaan dan evaluasi.
Menurut teori nilai harapan ini, perubahan sikap dapat terjadi karena 3 faktor yaitu faktor
informasi (informasi dapat mengubah tingkat kepercayaan yang sudah ada sebelumnya),
faktor informasi dapat mengubah valensi dari suatu kepercayaan,ketiga informasi juga
dapat menambahkan kepercayaan dari kedalam struktur sikap.
 Teori Tindakan Beralasan

Menurut teori ini, niat seseorang untuk melakukan tindakan tertentu ditentukan oleh
sikapnya terhadap tindakan itu sendiri serta seperangkat kepercayaan mengenai
bagaimana orang lain menginginkan ia bertindak. Niat seseorang adalah sama dengan
sikap oreng itu sendiri terhadap tindakan itu dikalikan dengan bobot sikap sendiri
ditambah pendapat orang lain dikalikan bobot pendapat orang lain itu.
Formula yang dikemukakan Ajzen dan Fishbein tersebut merupakan perkiraan
mengenai keiinginan seseorang untuk bertindak dan bukan perkiraan mengenai tindakan
yang betul betul akan dilakukan orang. Hal ini disebabkan orang tidak selalu bertindak
sesuai dngan niat semula.
 Teori Disonansi Kognitif
Menurut teori konsistensi, manusia selalu mencari keseimbangan dan sistem kognitif yang dimiliki
manusia menjadi alat utama yang menjadi keseimbangan ini. Teori yang dikemukakan Leon
Festinger mengenai disonansi kognitif (ketidaksesuaian kognitif) merupakan teori penting dalam
ilmu psikologi sosial, namun demikian teori ini juga menjadi bagian dalam kelompok teori
sibernetika karena membahas sistem berpikir manusia. Menurut Festinger dalam teorinya, manusia
membawa berbagai macam unsur kognitif dalam dirinya seperti sikap, persepsi, pengetahuan, dan
tingkah laku.
Terdapat dua ide penting yang menjadi dasar teori disonansi kognitif. Pertama, keadaan disonansi
menghasilkan ketegangan yang memberikan tekanan untuk berubah. Kedua, jika kondisi disonansi
ini muncul maka orang akan berupaya untuk tidak hanya menguranginya namun juga akan
berupaya untuk menghindarinya. Inkonsistensi atau disonansi muncul karena adanya dua variabel
yaitu: 1) bobot dari elemen kognitif; 2) jumlah elemen yang terlibat dalam hubungan yang
inkonsisten itu.
Situasi yang dapat mendorong munculnya disonansi antara lain: saat membuat keputusan;
kepatuhan yang dipaksakan; memasuki kelompok baru; dukungan sosial; dan usaha atau daya
upaya.
 Teori Kepercayaan, Sikap, dan Nilai
Menurut teori ini, setiap manusia memiliki sistem kepercayaan, sikap, dan nilai
yang sangat terorganisasi yang membimbing tingkah laku manusia. Menurut
Rokeach kepercayaan adalah pernyataan yang jumlahnya sangat banyak yang dibuat
seseorang mengenai dirinya dan lingkungannya. Sikap adalah kelompok
kepercayaan yang disusun di sekitar suatu objek perhatian yang mendorong
seseorang untuk bertindak menurut cara-cara tertentu terhadap objek tersebut.
Sedangkan nilai adalah tipe khusus dari kepercayaan yang menjadi pusat sistem dan
bertindak sebagai penduan hidup.
 Teori Integrasi Bermasalah

Austin Babrow menjelaskan peranan komunikasi dalam membantu individu


mengelola apa yang disebutnya “integrasi bermasalah”. Teori ini bersandar pada
tiga ide dasar yaitu: pertama, manusia memiliki kecenderungan alami untuk
mendukung harapannya dan juga evaluasinya. Kedua, upaya mengintegrasikan
harapan dan evaluasi tersebut tidaklah mudah dan dapat menimbulkan masalah.
Ketiga, integrasi masalah mencakup juga komunikasi.
Komunikasi juga merupakan cara untuk mengatasi dan mengelola integrasi
bermasalah. Teori integrasi bermasalah adalah teori yang membantu kita
memahami bagaimana cara komunikator induvidu berfikir.
DIRI INDIVIDU
Kelompok teori sosiopsikologi dan sibernetika membahas mengenai komunikator
memiliki pandangan bahwa berbagai perbedaan diantara individu memang sudah ada
sebelum individu saling berkomunikasi. Tradisi sosiokultural berpendapat hubungan
sosialah yang menimbulkan pebedaan diandara individu
Melalui interaksi, kita membentuk rasa diri yang menyatu namun flaksibel. Pada
bagian ini kita akan meninjau 4 teori yang terkait dengan diri yaitu interaksi simbolis,
konstruksi sosial diri, konstruksi sosial emosi dan penyajian diri.
 Teori Interaksi Simbolis

Paham mengenai interaksi simbolis adalah suatu cara berpikir mengenai pikiran,
diri dan masyarakat yang telah memberikan banyak kontribusi kepada tradisi
sosiokultural dalam membangun teori komunikasi.
George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi simbolis. Ia
mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil dari interaksi di antara manusia baik
secara verbal maupun nonverbal. Melalui aksi dan respons yang terjadi, kita
memberikan makna kedalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya kita dapat
memahami suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu.
Menurut pandangan interaksi simbolis, makna suatu objek sosial serta sikap dan
rencana tindakan tidak merupakan sesuatu yang terisolasi satu sama lain. Seluruh ide
paham interaksi simbolis menyatakan bahwa makna muncul melalui interaksi.
 Teori Konstruksi Sosial Diri

Di antara para ahli sosial kontemporer yang membuat banyak asumsi mengenai
konstruksi sosial adalah Rom Harre. Ia mengaku bahwa manusia memiliki aspek
individual dan sosial.
Menurut pandangan ini, sifat manusia diatur oleh kebudayaan sedangkan sifat diri
diatur oleh teori yang dimiliki oranf bersangkutan mengenai dirinya sendiri sebagai
salah satu anggota kebudayaan.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk pribadi, meiliki dua sisi yaitu sisi
sebagai makhluk sosial dan sisi lainnya sebagai makhluk pribadi.
 Teori Konstruksi Sosial Emosi

Menurut Averill, emosi adalah sistem kepercayaan yang akan memandu definisi
seseorang mengenai situasi yang dihadapinya.Emosi memiliki unsur psikologi di
dalamnya, namun mengidentifikasikan serta memberi label pada perasaan merupakan
hal yang dipelajari secara sosial di dalam kebudayaan.
Menurut Averill terdapat empat aturan yang mengatur emosi, yaitu: Aturan
mengenai penilaian, Aturan tingkah laku, Aturan mengenai pendapat, dan Aturan
mengenai atribusi.Jadi emosi bukanlah suatu hal yang muncul begitu saja. Emosi
ditentukan dan ditangani menurut apa yang telah dipelajari dalam interaksi sosial
dengan orang lain.
 Teori Presentasi Diri
Situasi atau setting dalam kehidupan sehari- hari dapat diumpamakan sebagai
panggung pertunjukan dan manusia adalah para aktor yang menggunakan
pertunjukan drama itu untuk memberikan kesan kepada para penonton. Goffman
memulai teorinya dengan asumsi bahwa manusia harus berupaya memahami setiap
peristiwa atau situasi tersebut.
Menurut Goffman, definisi dari satu situasi dapat dibagi kedalam “garis” (strip)
dan “bingkai” (frames). Suatu garis/urutan adalah urutan aktivitas seperti : membuka
pintu lemari pendingin (kulkas), meminum air, dan meletakkan gelas di meja.
Suatu bingkai adalah suatu pola terorganisasi yang digunakan untuk menetukan
batas.
IDENTITAS INDIVIDU
Titik awal bagi teori identitas adalah munculnya berbagai gerakan sosial yang muncul
diAmerika Serikat pada tahun 1960- an seperti gerakan hak- hak sipil, gerakan kaum negro,
gerakan kaum homo, dan lesbian. Secara umum, berbagai gerakan ini memiliki asumsi yang
sama mengenai ketegori identitas yaitu :
1) Para anggota dari masing- masing gerakan itu pada umumnya memiliki pandangan sama
bahwa mereka menerima perlakuan tidak adil dari masyarakat.
2) Perlakuan tidak adil itu menjadi identitas utama bagi anggota gerakan ini.
3) Berdasarkan identitas tersebut mereka membuat persekutuan diantara mereka.
Teori Pendangan (Standpoint Theory)
Teori pandangan (standpoint theory) memberikan perhatian pada
bagaimana kondisi atau keadaan hidup individu mempengaruhi bagaimana
individu itu memahami dan mengonstruksi masyarakat sekitarnya (social
world).
 Teori konstruksi identitas

Teori identitas kontemporer (contemporary identity theories)


menyatakan, bahwa tidak ada kategori identitas yang berada diluar
konstruksi sosial oleh budaya yang lebih besar. Identitas merupakan
tindakan yang selalu berubah setiap saat. Sebagai contoh Barbara Ponse
menjelaskan langkah- langkah yang dilakukan seseorang dalam
mengungkapkan identitas dirinya, misalnya sebagai penyuka sejenis
(lesbian, gay) atau penyandang HIV- AIDS lebih merupakan suatu bentuk
pengaturan diri agar dapat diterima (reconfiguration of the self).
 Teori Queer
Judith Butler mengemukakan pandangannya yang sangat kuat mengenai identitas sebagai
sesuatu yang dikonstruksikan dan dijalankan. Teori yang dikemukakan Butler dalam bukunya
Gender Trouble sering kali disebut –sebut sebagai faktor pendorong utama pengembangan
teori queer (queer berarti homoseksual).
Teori ini mempertanyakan dan menentang identifikasi gender (maskulin dan feminin)
tetapi juga jenis kelamin (pria/wanita) merupakan kontruksi sosial. Dengan demikian, gender
merupakan kategori yang selalu berubah (shifiting category), dan menurut Butler, gender
tidak musti harus dipahami sebagai idenitas yang stabil (tetap) atau pusat agen (locus af
agency) yang merupakan asal dari semua perbuatan namun gender adalah identitas yang
terbentuk oleh waktu dan dilembagakan melalui tindakan yang berulang –ulang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai