Anda di halaman 1dari 4

V PENYUSUNAN PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT

Populasi sapi di Kabupaten Semarang pada tahun 2021 adalah sebanyak 74835 ekor
yang tersebar di 19 kecamatan. Program pengendalian penyakit LSD pada sapi di Kabupaten
Semarang dilakukan berdasarkan hasil uji sampel dan kuesioner identifikasi faktor risiko
penyakit LSD pada sapi yang dilakukan selama survei. Faktor risiko penyebab utama pada
penyakit LSD diantaranya ialah adanya vektor penghisap darah, sistem pemeliharaan dan
biosekuriti yang kurang baik, kurangnya pengetahuan peternak, dan kurangnya pengawasan
lalu lintas. Strategi yang dilakukan ialah pengendalian penyakit dengan tujuan menurunkan
jumlah kejadian kasus LSD di Kabupaten Semarang. Rencana program pengendalian LSD
yang direncanakan Kabupaten Semarang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Program pengendalian penyakit LSD di Kabupaten Semarang


No. Intervensi Kegiatan

1 Komunikasi, Informasi, dan - Peningkatan edukasi mengenai LSD dengan


Edukasi (KIE) melakukan sosialisasi (manajemen kandang,
biosekuriti, pelaporan peternak, pembuatan
media informatif seperti poster/banner)

2 Vaksinasi - Melakukan vaksinasi massal pada hewan


ternak menggunakan tipe strain LSD SIS
Neethling (Lumpyvax™)

3 Chemoprophylaxis - Pemberian multivitamin pada sapi untuk


meningkatkan kekebalan dan nafsu makan

4 Biosekuriti - Pemberian disinfektan ke tiap peternak tiap


tahun selama 5 tahun

5 Pengendalian vektor - Pemberian insektisida pada tiap peternakan tiap


tahun selama 5 tahun, untuk pemberantasan
dan pengendalian vektor mekanik melalui cara
spraying (Fumigan®)

6 Pengobatan dan deteksi dini - Pengobatan dilakukan sesuai dengan pelaporan


peternak yang menunjukkan gejala klinis
berupa antiradang (Ketosol-100®),
antihistamin (Prodryl®), dan antibiotik
(Procaben®), analgesik dan antipiretik
(Cyron®)
- Dilakukan berdasarkan pelaporan penyakit
pasif dan segera melakukan peninjauan ke
lokasi peternakan tersebut

7 Surveilans dan Monitoring - Kegiatan pemantauan, penyidikan, dan


pelaporan
- Pengambilan & pengujian sampel
menggunakan PCR setiap setahun sekali
selama 5 tahun
- Pengukuran prevalensi dan faktor risiko

8 Pengawasan lalu lintas - Pengawasan terhadap lalu lintas dengan


pembentukan lokasi dan tim pada titik
checkpoint di tiap perbatasan kecamatan

Program pengendalian penyakit LSD di Kabupaten Semarang akan dilaksanakan


selama 5 tahun dengan melakukan beberapa program diantaranya vaksinasi,
chemoprophylaxis, biosekuriti, pengendalian vektor, surveilans dan monitoring, deteksi dini,
pengawasan lalu lintas, dan komunikasi, informasi, edukasi. Program vaksinasi dilakukan
dengan tujuan untuk mencegah peningkatan wabah penyakit LSD dan membantu
pembentukkan kekebalan tubuh. Vaksinasi pada ternak dilakukan secara massal dengan
menggunakan tipe vaksin strain LSD SIS Neethling (Lumpyvax™). Jenis vaksin yang paling
efektif untuk LSD adalah vaksin aktif/live attenuated strain homolog berdasarkan
rekomendasi Komisi Obat Hewan dan Pejabat Otoritas Veteriner (POV) Nasional. Vaksin
homolog Neethling vaccine merupakan upaya paling efisien untuk mengendalikan lumpy skin
disease dengan minimal efek samping.
Program chemoprophylaxis dilakukan dengan memberikan multivitamin pada sapi
untuk meningkatkan kekebalan dan nafsu makan sedangkan program pengobatan dilakukan
sesuai dengan pelaporan peternak yang menunjukkan gejala klinis berupa antiradang
(Ketosol-100®), antihistamin (Prodryl®), dan antibiotik (Procaben®), analgesik dan
antipiretik (Cyron®). Obat hewan suportif pada penanggulangan LSD yaitu vitamin
B-complex serta analgetik dan antipiretik (Cyron®) untuk meredakan nyeri akibat radang
sekaligus dapat mengatasi demam.
Program surveilans dan monitoring dilakukan dengan cara pengamatan/observasi fisik
terhadap sapi di Kabupaten Semarang dan pengambilan sampel darah untuk kemudian
dilakukan uji laboratorium. LSD hanya dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan
laboratorium. Uji laboratorium yang umumnya dilakukan untuk konfirmasi kasus LSD adalah
PCR (Polymerase Chain Reaction). Sampel yang digunakan untuk uji adalah sampel dari lesi
kulit, sampel darah (whole blood), swab hidung dan air liur. Deteksi dini dilakukan
berdasarkan pelaporan pasif terkait penyakit oleh peternak/masyarakat berupa kecurigaan
adanya penyakit tersebut ke dokter hewan yang memperlihatkan gejala-gejala klinis dari
penyakit LSD. Laporan tersebut diteruskan ke Otoritas Veteriner seperti dinas, dan segera
dilakukan peninjauan ke lokasi peternakan tersebut.
Program biosekuriti dilakukan dengan memfasilitasi peternak berupa pemberian
disinfektan pada tiap peternakan. Lingkungan kandang dan peralatan didisinfeksi untuk
mengurangkan transmisi LSD seperti dari fomite dan sekreta. Pakaian petugas dan peternak
rutin diganti sebelum dan sesudah memasuki area peternakan. Serta menjaga kebersihan
hewan dengan rutin dimandikan 2x sehari. Program komunikasi, informasi dan edukasi
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan peternak terhadap LSD. Edukasi mengenai LSD
dilakukan melalui sosialisasi peternak dan masyarakat. Program edukasi dapat dilakukan
melalui komunikasi dan program ini menjelaskan tentang dampak LSD, cara manajemen
kandang yang benar, serta penerapan biosekuriti. Program edukasi juga dapat dilakukan
melalui informasi dengan membuat media informatif seperti poster/banner yang mengenai
LSD.
Program pengendalian vektor dilakukan untuk mengurangi vektor yang berpotensi
membawa penyakit LSD (nyamuk, lalat, dan kutu). Pengendalian dilakukan dengan cara
pemberian insektisida pada masing-masing peternakan setiap tahun selama 5 tahun dengan
menggunakan spraying (Fumigan®). Program pengawasan lalu lintas dilakukan untuk
mencegah penyebaran penyakit yang berasal dari lalu lintas hewan hidup. Pengawasan
dilakukan dengan cara setiap hewan yang akan masuk ataupun keluar dari kabupaten harus
menyertai dengan SKKH dari dokter hewan yang berwenang.

Analisis Biaya dan Manfaat Program Pengendalian LSD


Seluruh biaya dan manfaat program pengendalian dihitung dan diletakkan dalam tabel
di Microsoft Excel. Asumsi yang digunakan dalam penyusunan dan analisis program
pengendalian penyakit LSD di Kabupaten Semarang, antara lain:
1. Program pengendalian dilaksanakan selama 5 tahun
2. Prevalensi pengendalian LSD di Kabupaten Semarang setelah dilakukan surveilans
pada tahun pertama senilai 15%. Penurunan prevalensi secara berturut-turut menjadi
15%, 9%, 6%, 4%, dan 3%
3. Discount rate yang berlaku sebesar 10%
4. Estimasi harga produksi susu Rp. 8.000/liter
5. Estimasi harga kelahiran pedet yang selamat Rp. 8.000.000/ekor
6. Estimasi harga jual sapi karena program pengendalian Rp. 19.000.000/ekor
Analisis biaya yang dilakukan dengan memperhatikan aspek biaya (cost) dan manfaat
(benefit) pada suatu program. Berdasarkan hasil perhitungan, total biaya (cost) dari program
pengendalian penyakit di Kabupaten Semarang, sebesar Rp.49.194.871.020,00. Total manfaat
(benefit) yang diperoleh dari program pengendalian penyakit LSD sebesar Rp.
243.025.764.480. Biaya yang dikeluarkan untuk program pengendalian meliputi KIE,
vaksinasi, chemoprophylaxis, biosekuriti, pengendalian vektor, pengobatan dan deteksi dini,
surveilans dan monitoring, dan pengawasan lalu lintas. Nilai dari biaya (cost) dan manfaat
(benefit) dinyatakan dinyatakan dalam nilai present value. Perhitungan nilai present value
benefit (PVB) dan present value cost (PVC) diperoleh melalui hasil kali nilai benefit atau cost
dengan discount rate. Hasil perhitungan PVB dan PVC dapat dilihat di Tabel 4.

Tabel 4 Asumsi suku bunga, total benefit, present value benefit, total cost, present value cost
selama lima tahun pelaksanaan program pengendalian penyakit LSD
Tahun DR Total Benefit PVB (Rp) Total Cost PVC (Rp)
(10%) (Rp) (Rp)

1 0.909 - 0 25.254.789.750 22.958.899.773

2 0.826 121.523.658.480 100.432.775.603 10.053.969.750 8.309.065.909

3 0.751 60.761.829.240 45.651.261.638 5.861.000.250 4.403.456.236

4 0.683 40.507.886.160 27.667.431.296 4.043.385.900 2.761.686.975


5 0.621 20.232.390.600 12.562.722.740 3.981.725.370 2.472.338.185

Total 3.791 243.025.764.480 186.314.191.277 49.194.871.020 409.055.447.077

Menurut analisis ekonomi, suatu program diterima atau tidak dapat diukur
menggunakan beberapa kriteria penilaian. Beberapa kriteria penilaian yang harus dihitung
antara lain net present value (NPV), benefit-cost ratio (B/C), dan internal rate of return
(IRR). Program pengendalian dapat diterima apabila memiliki nilai NPV lebih besar dari nol
(positif), memiliki nilai B/C lebih besar dari 1, dan memiliki nilai IRR yang lebih besar dari
suku bunga pinjaman yang berlaku. Ringkasan nilai NPV, BCR, dan IRR yang diperoleh dari
program pengendalian penyakit LSD di Kabupaten Semarang, dicantumkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Ringkasan nilai NPV, BCR,dan IRR program pengendalian penyakit LSD di
Kabupaten Semarang
Parameter Penilaian Syarat Nilai yang Diperoleh

NPV (PVB-PVC) >0 Rp. 145.408.744.199

BCR (PVB/PVC) >1 4.55

IRR > suku bunga 341%

Salah satu kriteria penilaian penerimaan program yaitu NPV. Program dapat diterima
apabila nilai PVB > PVC. Nilai NPV yang diperoleh menunjukkan hasil lebih besar dari nol
(positif). Angka NPV menunjukkan keuntungan yang diperoleh dari program pengendalian
penyakit dalam ukuran nilai sekarang. Berdasarkan nilai discount rate 10%, jumlah
keuntungan yang diterima dalam ukuran nilai sekarang yaitu sebesar Rp.145.408.744.199.
Rasio B/C suatu program akan diterima apabila memiliki nilai lebih besar dari satu.
Berdasarkan perhitungan rasio B/C yang diperoleh dari program pengendalian penyakit LSD
di Kabupaten Semarang yaitu 4.55, maka program pengendalian memenuhi syarat rasio B/C.
Makna rasio B/C yaitu setiap rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan
sebesar 341 rupiah. Nilai IRR merupakan nilai discount rate yang menghasilkan NPV sama
dengan nol, atau dengan kata lain nilai PVB = PVC. IRR dapat diperoleh melalui perhitungan
manual maupun dengan bantuan rumus di Microsoft Excel. Syarat suatu program diterima
apabila nilai IRR melebihi nilai suku bunga pinjaman yaitu sebesar 10%. Nilai IRR yang
diperoleh dari program ini adalah 341% sehingga menunjukkan bahwa program memenuhi
syarat.

Anda mungkin juga menyukai