Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

NERVUS FASIALIS DI TULANG TEMPORAL

Pembimbing :
dr. Mira Amaliah, Sp.THT.KL.

Penyusun :
Timothy John Jusuf
406192011

KEPANITERAAN KLINIK ILMU THT


PERIODE 13 JULI – 19 JULI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan bimbingan-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Nervus Facialis di Tulang Temporal”. Adapun tujuan penulisan referat ini untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh kegiatan Pembelajaran Jarak
Jauh (PJJ) Kepaniteraan Klinik Bagian THT Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara pada periode 13 – 19 Juli 2020. Penulis juga mengucakan terima
kasih kepada dr. Mira Amalia, Sp. THT-KL yang telah membimbing dalam
penyusunan referat ini. Penulis menyadari bahwa referat ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis memohon maaf jika
ada penulisan yang kurang berkenan. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari segala pihak sebagai masukan agar menjadi lebih baik di
waktu mendatang. Akhir kata, semoga referat ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi orang lain. Atas perhatian dan dukungannya penulis mengucapkan terima
kasih.

Jakarta, 17 Juli 2020,

Timothy John Jusuf

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ 1

Kata Pengantar ………………..…………………………………………….. 2

Daftar Isi .......................................................................................................... 3

Bab 1 Pendahuluan ......................................................................................... 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka................................................................................... 6

2.1 Anatomi dan Fisiologi......................................................................... 6

2.2 Nervus Facialis ................................................................................... 8

2.3 Nervus Intermedianus.......................................................................... 14

2.4 Pemeriksaan Fisik .............................................................................. 17

2.5 Pemeriksaan Fisik Neurologis……………………………………… 18

2.6 Pemeriksaan Penunjang…………………………………………….. 20

2.7 Lesi Nervus Fasialis……………………………………………….... 22

Bab 3 Kesimpulan…………………………………………………………… 26

Daftar Pustaka ................................................................................................. 27

3
BAB 1

PENDAHULUAN

Nervus fasialis merupakan bagian ke tujuh dari nervus kranialis. Nervus ini
sendiri memiliki tiga bagian yaitu; motor nucleus; parasympathetic nuclei; sensory
nucleus yang menyediakan innervasi kepada banyak area di regio kepala dan leher.1
Nervus fasialis dimulai dari pons bagian batang otak dan berfungsi untuk
mengontrol otot pada ekspresi wajah, dan berfungsi untuk memberikan sensasi
pengecap pada dua per tiga anterior lidah. Nervus ini berjalan dari pons melalui
kanal nervus fasialis pada tulang temporal dan keluar dari tengkorak melalui
foramen stylomastoideus. Nervus fasialis juga mempersarafi serabut parasimpatetis
preganglionic ke beberapa bagian dari kepala dan leher. Nervus facial dan nervus
intermedianus dapat secara kolektif disebut sebagai nervus intermediofacialis.1

Gambar 1 Percabangan Nervus Fasialis


Sumber: Gray’s anatomy, facial nerve pg. 412

4
Cabang temporalis dari nervus fasialis (cabang frontal dari nervus fasialis)
melintasi arkus zygomaticus ke regio temporal, dan mensuplai anterior aurikula dan
superior aurikula dan bergabung dengan cabang zygomaticotemporal dari nervus
maxilaris dan dengan cabang auriculotemporal dari nervus mandibular. Bagian
lebih anterior dari nervus fasialis mensuplai bagian frontalis, orbicularis oculi dan
corrugator supercilia dan bergabung dengan cabang supraorbital dan lakrimal dari
nervus oftalmikus. Cabang temporal nervus fasialis berperan sebagai efferent limb
dari reflex korneal.1

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

Nervus fasialis merupakan salah satu nervus kranialis yang berfungsi untuk
motorik sensorik somatik, dan aferen eferen visceral. Gambar berikut ini
memperlihatkan cabang nervus fasialis beserta otot yg dipersarafinya. Nervus
fasialis memiliki dua subdivisi, yang pertama adalah yang mempersarafi otot
ekspresi wajah kemudian yang kedua memiliki serat yang jauh lebih tipis yaitu
intermediate yang membawa aferen otonom, somatik, dan eferen otonom.3

Gambar 2. Otot Yang Dipersarafi Nervus Fasialis

6
Nervus fasialis mengandung 4 macam serabut, yaitu: 4,5,6,7
1. Serabut somato-motorik, yang mensarafi otot-otot wajah (kecuali m.levator
palpebrae (N.III)), otot platisma, stilohioid, digastrikus bagian posterior dan
stapedius di telinga tengah.
2. Serabut visero-motorik (parasimpatis) yang datang dari nukleus salivarius
superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa faring, palatum,
rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilar serta sublingual dan
lakrimalis.
3. Serabut visero-sensorik yang menghantar impuls dari alat pengecap di dua
pertiga bagian depan lidah.
4. Serabut somato-sensorik rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba
dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh n.trigeminus. Daerah
overlapping (disarafi oleh lebih dari satu saraf (tumpang tindih) ini terdapat di
lidah, palatum, meatus akustikus eksterna dan bagian luar gendang telinga.

Nama Komponen Asal Fungsi


Saraf fasialis Brankial eferen Nukleus fasialis Otot-otot ekspresi
wajah: M.platisma,
m.stilohioideus,
m.digastrikus
Saraf intermediat Viseral eferen Nukleus Nasal, lakrimal,
salivatorius kelenjar liur
superior (sublingual dan
submandibular)
Viseral aferen Ganglion Pengecapan 2/3
spesial genikuli anterior lidah
Somatik aferen Ganglion Telinga luar, bagian
genikuli kanalis auditorius,
permukaan luar
membran timpani
(sensibilitas)
Tabel 1. Nervus Fasialis3

7
2.2 Nervus Fasialis

Nukleus motorik terletak pada bagian ventrolateral tegmentum pontin bawah


dekat medula oblongata. Sewaktu di tegmentum pons, akson pertama motorik
berjalan dari arah sudut pontoserebelar dan muncul di depan nervus vestibularis.
Saraf intermediate muncul di antara saraf fasialis motorik dengan
vestibulokoklearis. 3

Gambar 3. Letak nukleus nervus fasialis di batang otak dilihat dari dorsal3

8
Gambar 4. Nukleus nervus fasialis dari samping3

Nervus intermediate, nervus fasialis, dan nervus vestibulokoklearis berjalan


bersama ke lateral ke meatus akustikus internus.3

9
Gambar 5 Tempat keluarnya nervus fasialis dari kranium3

Di dalam meatus akustikus internus, nervus fasialis dan intermediate


berpisah dengan nervus vestibulokoklearis. 3

10
Gambar 6. Perjalanan beserta cabang dan efektor nervus fasialis6

Nervus fasialis berjalan ke lateral ke dalam kanalis fasialis kemudian ke


ganglion geniculatum. Pada ujung kanalis tersebut, nervus fasialis keluar kranium
melalui foramen stilomastoideus.1

11
Gambar 7. Foramen stilomastoideus, tempat keluar nervus fasialis3

Dari foramen tersebut, serat motorik menyebar ke wajah, beberapa melewati


glandula parotis. Nukleus motorik merupakan bagian dari arkus refleks yakni
refleks kornea dan refleks berkedip. Refleks kornea berasal dari membran mukosa
mata (aferen) dibawa melalui nervus V1 oftalmikus menuju ke nukleus sensorik
trigeminus utama. Di nukleus tersebut rangsang ditransmisikan ke neuron yang
berhubungan dengan nervus fasialis pada sisi yang sama. Bagian eferen dari refleks
tersebut berasal dari neuron eferen nervus fasialis.2
Refleks berkedip berasal dari mata (aferen) mengantarkan impuls optiknya
ke nukleus di tektobulbaris menyebabkan refleks berkedip jika cahaya terang.
Selain kedua refleks tersebut, impuls akustik yang berasal dari nervus
vestibulokoklearis mencapai nukleus dorsalis dan menghasilkan arkus refleks
berupa tegangan otot stapedius atau relaksasi. 2
Pada refleks kedip, stimulus visual yang kuat mencetuskan kolikulus
superior untuk mengirimkan impuls visual ke nukleus fasialis di pons melalui
traktus tektobulbaris, yang mengakibatkan mata tertutup. Begitu pula pada refleks
stapedius, impuls audiotorik dihantarkan dari nukleus dorsalis korpus trapezoideum
ke nukleus fasialis dan menimbulkan kontraksi atau relaksasi m.stapedius,
tergantung pada kekuatan stimulus audiotorik.3

12
Persarafan supranuklear dari nervus fasialis terletak pada kedua hemisfer
serebri untuk otot dahi, sedangkan otot wajah sisanya mendapat persarafan dari
girus presentralis kontralateral. 2
Gangguan pada nervus fasialis terdiri atas paralisa perifer, paralisa nuklear,
dan paralisa supranuklear4

Gambar 8. Jaras motorik nervus fasialis8

13
2.3 Nervus Intermedius

Serat aferen gustatorius. Serat aferen pada gustatorik berasal dari ganglion
geniculatum yang berupa sel pseudounipolar dari ganglion spinalis, sebagian lagi
berasal dari papil lidah dua pertiga anterior. Serat aferen tersebut berjalan bersama
dengan nervus lingualis ( cabang nervus mandibulari V3) menuju ke korda timpani
kemudian ke ganglion geniculatum menjadi nervus intermedius dan menuju ke
nukleus solitarius. Nukleus tersebut menerima impuls dari nervus glosofaringeal
(sepertiga posterior lidah) dan nervus vagus (dari epiglotis). Karena yang berperan
dalam sistem pengecapan terdiri dari 3 saraf yang berbeda maka kehilangan
pengecapan total (ageusia) jarang terjadi. Dari nukleus tersebut impuls dikirim ke
talamus kontralateral (nukleus ventroposteromedial) menuju ke regio presentralis
korteks area 43 dan insula area 52.2
Gangguan pada n. intermedius akan menimbulkan neuralgia, seperi
neuralgia sluder dan neuralgia hunt4

14
Gambar 9 Jaras aferen gustatorik2

Serat somatik aferen. Serat somatik aferen berasal dari pinna, meatus
akustikus eksternus, dan gendang timpani. Serat berjalan menuju ganglion
geniculatum menuju nukleus sensorik nervus trigeminus. 2
Serat eferen sekretorik. Nervus intermedius terdiri dari serat parasimpatis
yang berasal dari nukleus salivatorius superior. Seratnya meninggalkan nukleus

15
menuju ganglion geniculatum lanjut ke ganglion pterigopalatina dan menuju
glandula lakrimal serta mukosa nasal. Sebagian lagi menuju ganglion
submandibula, lewat nervus lingualis. Ganglion submandibula bertanggung jawab
untuk sekresi glandula submandibularis dan sublingualis berupa saliva. Aferen dari
sistem ini berasal dari sistem nervus olfaktorius. Glandula lakrimal menerima input
dari hipotalamus (emosi). Hal ini mengakibatkan jika mencium bau yang enak akan
terjadi sekresi saliva. Dan jika emosi meningkat atau sedih maka akan terjadi
lakrimasi. 2

Gambar 10 Serat eferen sekretorik nervus intermedius2

16
2.4 Fungsi Nervus Fasialis

a. Eferen
Fungsi utamanya adalah motor kontrol dari sebagian besar otot-otot ekspresi
wajah. Halini juga innervates perut posterior otot digastric, otot stylohyoid, dan otot
stapedius daritelinga tengah. Semua otot ini adalah otot lurik asal branchiomeric
berkembang darilengkung faring kedua.10
Wajah juga memasok serat parasimpatis ke kelenjar submandibular dan
kelenjar sublingual melalui Korda timpani. Persarafan parasimpatik berfungsi
untuk meningkatkan aliran air liur dari kelenjar ini. Ini juga memasok persarafan
parasimpatis pada mukosa hidung dan kelenjar lakrimal melalui ganglion
pterygopalatine. Nervus facialis juga berfungsi sebagai tungkai eferen dari refleks
kornea.10

b. Aferen
Selain itu, ia menerima sensasi rasa dari anterior dua pertiga dari lidah melalui
Korda timpani, sensasi rasa dikirim ke bagian gustatory dari inti soliter. Sensasi
umum dari anterior dua pertiga lidah dipasok oleh serat aferen dari divisi ketiga dari
saraf kranial kelima (V-3). Ini (VII) sensorik (V-3) dan rasa serat perjalanan
bersama sebagai nervus lingualis sebentar sebelum Korda timpani meninggalkan
saraf lingual untuk memasuki rongga timpani (telinga tengah) melalui fisura
petrotympanic.10
Dengan demikian bergabung dengan sisa nervus facialis melalui canaliculus
untuk chorda timpani. Saraf fasialis kemudian bertemu ganglion geniculate
(ganglion sensoris dari serat rasa chorda timpani dan jalur rasa lainnya). Dari
ganglion geniculate serat rasa terus sebagai saraf perantara yang pergi ke kuadran
anterior atas fundus dari meatus akustik internal bersama dengan akar motor saraf
wajah. saraf intermediate mencapai fosa kranial posterior melalui meatus akustik
internal sebelum bersinaps di nukleus soliter. Badan sel dari korda timpani berada
di ganglion geniculate, dan serat ini parasimpatis sinaps di ganglion submandibula,
melekat pada nervus lingualis. Nervus facialis juga memasok sejumlah kecil
persarafan aferen ke orofaring bawah tonsil palatina. Ada juga sejumlah kecil

17
sensasi kulit yang dibawa oleh nervus intermedius dari kulit di dalam dan sekitar
daun telinga.10

2.5 Pemeriksaan fisik neurologis

1. Fungsi Motorik
- Pada saat diam perhatikan : 9
Ø Asimetris muka (lipatan nasolabial)
Bila asimetris (dari) muka jelas, maka hal ini disebabkan oleh kelumpuhan
jenis perifer. Dalam hal ini kerutan dahi menghilang, mata kurang dipejamkan,
plika nasolabialis mendatar dan sudut mulut menjadi lebih rendah. Pada
kelumpuhan jenis sentral (supranuklir) muka dapat simetris waktu istirahat,
kelumpuhan baru nyata bila penderita disuruh melakukan gerakan misalnya ;
menyeringai.
Ø Gerakan-gerakan abnormal (tic fasialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus
sardonicus, tremor dsbnya) 3
Ø Ekspresi muka (Sedih, gembira, takut, seperti topeng)

- Atas perintah : 9
1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri
2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetris), kemudian pemeriksa mencoba
membuka kedua mata tersebut (bandingkan kekuatan kanan dan kiri)
3. Memperlihatkan gigi (asimetris)
4. Bersiul dan mencucur (asimetris/deviasi ujung bibir)
Pada penderita tak sadar dapat dilakukan dengan menekan sudut rahang untuk
melihat apakah terjadi menyeringai atau tidak
5. Meniup sekuatnya (bandingkan kekuatan udara dari pipi masing-masing)
6. Menarik sudut mulut kebawah (bandingkan konsistensi otot plastima kanan dan
kiri). Pada kelemahan yang ringan, kadang-kadang tes ini bisa untuk
mendeteksi kelemahan saraf fasialis pada stadium dini

18
Gejala Chvostek
Gejala Chvostek dibangkitkan dengan jalan mengetok N. VII. Ketokan
dilakukan dibagian depan telinga. Bila positif, ketokan ini menyebabkan kontraksi
otot yang disarafinya. Pada tetani didapatkan gelaja Chvostek positif, tetapi ia
dapat juga positif pada orang normal. Dasar gejala Chvostek ialah bertambah
pekanya nervus fasialis terhadap rangsang mekanik. 6

2. Fungsi pengecapan
Kerusakan nervus VII, sebelum percabangan khorda timpani, dapat
menyebabkan ageusi (hilangnya pengecapan) pada 2/3 lidah bagian depan. Untuk
memeriksanya penderita disuruh menjulurkan lidah, kemudian kita taruh pada
lidahnya bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam (hal ini dilakukan secra bergiliran
dan diselingi istirahat). Bila bubuk ditaruh, penderita tidak boleh menarik lidahnya
kedalam mulut, sebab bila lidah ditarik kedalam mulut, bubuk akan tersebar melalui
ludah ke bagian lainya, yaitu kesisi lidah lainnya atau kebagian belakang lidah yang
persarafannya diurus oleh saraf lain. Penderita disuruh menyatakan pengecapan
yang dirasakan dengan isyarat, misalnya 1 untuk rasa manis, 2 untuk rasa pahit, 3
untuk rasa asin dan 4 untuk rasa asam. 6

3. Produksi Kelenjar ludah


Dengan anamnesis (mengunyah makanan di rongga mulut yang sehat) atau
palpasi dengan jari (selaput lendir rongga mulut yang terlibat gangguan akan terasa
lebih kering/ sedikit dari pada yang sehat). 9

4. Lainnya
1. Stapedial refleks
Pemeriksa menempatkan ujung kedua stetoskop masing-masing pada
telinga kanan dan kiri, kemudian dengan perlahan-lahan diafragma stetoskop
diketuk dengan ujung jari. Bila ada kelumpuhan otot stapedius, maka penderita
akan berusaha dengan cepat untuk melepaskan ujung stetoskop pada telinga yang
terganggu (karena mendengar suara yang keras sekali). 9

19
2. Tanda glabella
Ketukkan dengan refleks hammer pada glabella akan menimbulkan refleks
menutup mata (berkedip) secara terus menerus (orang normal hanya berkedip 1-2
kali saja). Positif pada penderita Parkinson. 9
3. Schimer Test atau Naso-Lacrymal Reflex
Dianggap sebagai pemeriksaan terbaik untuk pemeriksaan fungsi serabut-
serabut pada simpatis dari nervus fasialis yang disalurkan melalui nervus petrosus
superfisialis mayor setinggi ganglion genikulatum. Kerusakan pada atau di atas
nervus petrosus mayor dapat menyebabkan berkurangnya produksi air mata.4,10

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Terdapat beberapa uji fungsi saraf yang tersedia antara lain Elektromigrafi
(EMG), Elektroneuronografi (ENOG), dan uji stimulasi maksimal.11
• Elektromiografi (EMG)
EMG sering kali dilakukan oleh bagian neurologi. Pemeriksaan ini bermanfaat
untuk menentukan perjalanan respons reinervasi pasien. Pola EMG dapat
diklasifikasikan sebagai respon normal, pola denervasi, pola fibrilasi, atau suatu
pola yang kacau yang mengesankan suatu miopati atau neuropati. Namun, nilai
suatu EMG sangat terbatas kurang dari 21 hari setelah paralisis akut. Sebelum
21 hari, jika wajah tidak bergerak, EMG akan memperlihatkan potensial
denervasi. Potensial fibrilasi merupakan suatu tanda positif yang menunjukkan
kepulihan sebagian serabut. Potensial ini terlihat sebelum 21 hari.11
• Elektroneuronografi (ENOG)
ENOG memberi informasi lebih awal dibandingkan dengan EMG. ENOG
melakukan stimulasi pada satu titik dan pengukuran EMG pada satu titik yang
lebih distal dari saraf. Kecepatan hantaran saraf dapat diperhitungkan. Bila
terdapat reduksi 90% pada ENOG bila dibandingkan dengan sisi lainnya dalam
sepuluh hari, maka kemungkinan sembuh juga berkurang secara bermakna.11

20
2.7 Lesi nervus fasialis

Gangguan kontralateral dari traktus kortikonuklearis seperti infark


mengakibatkan otot dahi tetap utuh yang disebut dengan paralisis sentral. Tetapi
jika lesi terjadi di nukleus nervus fasialis maka semua otot fasial ipsilateral lesi akan
mengalami paralisis perifer.1
Berikut ini perbedaan lesi nervus fasialis perifer dan sentral, gambar:

Gambar 11. Perbedaan lesi perifer dan sentral nervus fasialis1

Gambar 12. Perbedaan terjadinya lesi perifer dan sentral nervus fasialis10
Lesi pada nukleus fasialis biasanya terjadi karena stroke atau tumor. Serabut
di serebelopontin dapat rusak akibat meningitis basalis, neuroma akustik,
meningioma, kelainan A.basilaris.6

21
Nukleus fasialis juga menerima impuls dari talamus yang mengarahkan
gerakan ekspresi emosional otot wajah. Selain itu juga berhubungan dengan ganglia
basalis. Jika bagian dari sistem piramidal ini yang terkena lesi maka akan terjadi
penurunan ekspresi wajah (hipomimia atau amimia) seperti pada penyakit
Parkinson, atau reaksi hiperkinetik yang menyebabkan spasme mimetik fasial atau
blefarospasme. Hubungan dengan talamus dan ganglia basalis tersebut tidak
diketahui secara terperinci.1
Bells palsy merupakan lesi idiopatik pada nervus fasialis yang terjadi pada 25 dari
100.000 orang per tahunnya. Karakteristiknya berupa paresis flasid dari semua otot
wajah (termasuk otot dahi), tergantung lokasi lesinya. 1

Pada Bell”s Palsy terjadi inflamasi yang menyebabkan dimielinisasi


segmental, bahkan dapat terjadi kerusakan aksonal, sehingga terjadi kelainan
nervus fasialis tipe perifer yang mencapai maksimal dalam 48-72 jam pasca onset.
Abnormalitas dapat terjadi pada lokasi panjang perjalanan nervus fasialis sejak
keluar dari inti nervus fasialis di pons hingga serabut terminalnya yang
menginervasi efektor.13

Gambar 13. Bells palsy tidak dapat menutup mata pada sisi yang sakit10

22
Pemberian prednisolon 1mg/kg/ hari selama 5 hari menunjukkan perbaikan
klinis pada Bells palsy. Beberapa kasus penyembuhan sempurna tanpa defisit
neurologis. Beberapa di antaranya mengalami kontraktur pada wajah atau gerakan
abnormal asesorius (sinkinesia). Sinkinesia adalah otot otot tidak dapat digerakkan
satu persatu, selalu timbul gerakan bersama, misalnya jika disuruh menutup mata
maka sudut mulut pun terangkat, jika disuruh menggembungkan pipi mata ikut
merapat. Fenomena crocodile tears merupakan fenomena unik yang terjadi di mana
terjadinya lakrimasi involunter ketika pasien makan. Hal ini dapat terjadi karena
serat saraf yang tadinya menuju ke glandula salivatorius mengalami degenerasi dan
mengakibatkan berubahnya haluannya menuju ke glandula lakrimal, sehingga
impuls yang menginduksi saliva mengakibatkan terjadinya lakrimasi. Kontraktur
pada wajah dapat dilihat dengan plika nasolabial yang lebih jelas pada sisi yang
sakit akibat tertariknya otot.1,6

23
Gambar 10. Lokasi lesi nervus fasialis beserta klinisnya1

Lesi herpes zoster kutaneus otikus merupakan gangguan yang terjadi pada
serat somatik aferen nervus fasialis. Lesi herpes zoster juga dapat menyerang
ganglion geniculatum sehingga terjadi nyeri di telinga dan muka, serta paresis
fasialis (sindrom Ramsay Hunt).1,6

24
Gambar 11. Ramsay Hunt syndrome

Lesi nervus fasialis dapat pula terjadi pada kanalis fasialis berupa otitis
media, mastoiditis, kolesteatom, fraktur tulang temporal. Tic fasialis disebabkan
oleh spasme otot fasialis.6

25
BAB 3 KESIMPULAN

Nervus fasialis merupakan salah satu dari dua belas nervus cranialis. Nervus
ini memiliki tiga cabang utama yaitu cabang temporal, zygomaticus dan
mandibularis. Fungsi utama dari nervus facialis yaitu mempersarafi otot – otot
wajah, mempersarafi kelenjar lakrimalis, pengecapan dari 2/3 anterior lidah, telinga
luar, bagian kanalis auditorius, permukaan luar membran timpani (sensibilitas).

Lesi pada nervus fasialis yang sering terjadi dapat berupa bells palsy, pada
bells palsy terjadi demielinisasi serabut saraf yang puncak onsetnya pada 24-48
jam. Pemberian steroid prednisolone 1mg/kg selama 5 hari menunjukan perbaikan
gejala klinis.

Secara umum, sebagian besar pasien dengan bell’s palsy dapat sembuh
dengan pemberian terapi prednisolone, namun sebagian dapat berkembang dan
mengalami sinkinesia yaitu suatu keadaan dimana otot tidak dapat digerakan
terpisah, selalu diikuti oleh otot lainya.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Mitchell, and Henry Gray. 2005. Gray's anatomy for students. Philadelphia:
Elsevier/Churchill Livingstone. facial nerve pg. 412
2. Baehr, Frotscher. Duus Topical Diagnosis in Neurology: Anatomy, Fisiology,
Sign, Simptom. Edisi 4. New York: Mc-Graw Hill companies. 2005;167-175.
3. Duus P.2012. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala;
Ed ke-2.Jakarta:EGC.
4. EGC.Satyanegara M.D., 2000. Ilmu Bedah Saraf, ed.3rd. Jakarta
5. Mardjono, Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2000; 159-
163.
6. Soepardi, iskandar. Telinga Hidung Tenggorok Kepala leher. Edisi 5. Jakarta:
FK UI. 2001;85-87.
7. Higler. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC.1997; 139-152.
8. Tobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: FK UI. 2007;
55-60.
9. Juwono. Pemeriksaan Klinik neurologik Dalam Praktek. Jakarta: FK UI. 1996;
34-36.
10. Netter FH, Craig JA, Perkins J, Hansen JT, Koeppen BM. Atlas of
Neuroanatomy and Neurophysiology. USA: ICON; 2002.
11. Aboet, A. Radang Telinga Tengah Menahun. Pidato Pengukuhan Jabatan
Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Bedah Kepala Leher pada Fakultas Kedokteran USU. Medan; 2007.
12. Maisel R, Levine S, 1997. Gangguan Saraf Fasialis. Dalam Boies Buku Ajar
Penyakit THT edisi 6. Jakarta : EGC.
13. Sjarifuddin, Bashiruddin J, Bramantyo B. Kelumpuhan Nervus Fasialis
Perifer. In : Soepardi EA, Iskandar N editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta : Balai Penerbit FK-
UI, 2007.
14. Neuroanatomi Langen.2010. Cranial nerves and pathways. 26th edition
15. Snell, R.S., 2002. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran, ed.5th.
Jakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai