Anda di halaman 1dari 24

TUGAS ILMIAH KEPANITRAAN KLINIK FK UMS

REFERAT

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Dalam Pendidikan


Profesi Dokter Stase Obstetgri Dan Genikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

KETUBAN PECAH DINI

PENYUSUN:
Hindun Luthfia Royida, S.Ked J510215278

PEMBIMBING :
dr. Anggrahenie Prima Diana, Sp.OG

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN RSUD Ir.


SOEKARNO SUKOHARJO FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2023
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
REFERAT
Prodi Profesi Doker Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Ketuban Pecah Dini

Penyusun : Hindun Luthfia Royida, S.Ked J510215278

Pembimbing : dr. Anggrahenie Prima Diana, Sp.OG

Sukoharjo, 14 Februari 2023


Penyusun

Hindun Luthfia Royida, S.Ked

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Anggrahenie Prima Diana, Sp.OG

Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

dr. Sulistyani, Sp.S

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ ii
Latar Belakang................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................3
A. DEFINISI..................................................................................................................................3
B. ETIOLOGI................................................................................................................................4
C. EPIDEMIOLOGI.......................................................................................................................4
D. PATOFISIOLOGI.....................................................................................................................4
E. DIAGNOSIS.............................................................................................................................4
F. DIAGNOSIS BANDING..........................................................................................................5
G. TATALAKSANA.....................................................................................................................6
H. KOMPLIKASI..........................................................................................................................6
I. PROGNOSIS.............................................................................................................................6
KESIMPULAN...................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................7

ii
Latar Belakang Oligohidramnion adalah penurunan
jumlah cairan amnion yang abnormal
Ketuban pecah dini dapat terjadi
yaitu jumlahnya kurang dari 300 cc.
pada kehamilan preterm dan aterm.
Keadaan ini dapat menyebabkan
Dalam keadaan normal 8% perembuan
terhentinya perkembangan paru
hamil aterm mengalami ketuban pecah
sehingga saat lahir paru-paru bayi tidak
dini. Ketuban Pecah Dini terjadi pada
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
kehamilan Prematur sebesar 1 %. Pada
Selain itu ketika terjadi
usia kehamilan 28-34 minggu 50%
oligohidramnion menekan tali pusat
terjadi persalinan dalam 24 jam dan
sehingga dapat mengakibatkan
pada usia kehamilan kurang dari 26
terjadinya asfiksia atau hipoksia.
minggu pesalinan terjadi dalam 1
Dengan begitu semakin sedikit air
minggu. Angka mortalitas dan
ketuban semakin besar resiko
morbiditas pada kelahiram premature
terjadinya kegawat daruratan janin.
lebih tinggi daripada kelahiran aterm
TINJAUAN PUSTAKA
(Prawirohadjo, 2014)
A. DEFINISI
Dapat mengakibatkan kerugian pada
Ketuban Pecah Dini adalah
bayi apabila ketuban pecah dini
pecahnya ketuban sebelum waktunya
memanjang terjadi lebih dari 12 jam
melahirkan dapat terjadi pada kehamilan
sebelum waktu melahirkan.
preterm maupun aterm. (Elder, 2016).
Dikarenakan tidak terdapat perlindungan
Ketuban pecah dini atau spontaneous/
alami untuk janin di dalam kandungan
early/ premature rupture of membrans
dan dapat menyebabkan bakteri masuk
(PROM) merupakan pecahnya selaput
kedalam intrauteri. Akibatnya ibu dan
ketuban secara spontan pada saat belum
janinnya memiliki risiko yang lebih besar
menunjukkan tanda-tanda persalinan
untuk terjadi infeksi. Semakin lama
atau bila satu jam kemudian tidak timbul
waktu antara ketuban pecah dan
tanda-tanda awal proses persalinan atau
kelahiran janin (didefinisikan sebagai
secara klinis bila ditemukan pembukaan
periode laten), semakin besar risiko
kurang dari 3 cm pada primigravidarum
terjadinya infeksi, terutama jika
dan kurang dari 5 cm pada
pemeriksaan vagina sering
multigravidarum (Arif, 2012). PROM
dilakukan.Ketuban Pecah Dini dapat
adalah ketuban yang pecah sebelum
menyebabkan hipoksia dan asfiksia
kehamilan 37 minggu
akibat terjadinya oligohidramnion.

3
dan tidak sedang dalam proses masih belum terselesaikan terutama di
persalinan. (Adele,2016) negara berkembang ( Depkes RI,2011).
B. ETIOLOGI D. PATOFISIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh Disebabkan oleh kontraksi uterus
berkurangnya kekuatan membrane atau dan peregangan berulang. Perubahan
meningkatnya tekanan intrauterine atau biokimia membuat selaput ketuban
oleh kedua factor tersebut. Berkurangnya inferior rapuh.

kekuatan otot membrane disebabkan oleh Faktor resiko :
adanya infeksi yang dapat berasal dari - Berkurangnya asam askorbik
vagina dan serviks. Factor penyebab sebagai komponen kolagen
ketuban pecah dini belum diketahui atau - Kekurangan tembaga dan asam
tidak dapat ditemukan dengan pasti. askorbik yang berakibat pertumbuhan
Namun kemungkinan yang menjadi struktur abnormal, antara lain yaitu
factor predisposisi antara lain adalah karena merokok
paritas, kelainan selaput ketuban, usi
Selaput ketuban sangat kuat pada
ibu,serviks
saat kehamilan muda dan pada saat
yang pendek, infeksi, serviks
memasuki trimester ke tiga selaput
inkompeten, trauma, gemelli,
ketuban mudah pecah. Hal ini
hidramnion, kelainan letak, dan anemia
berhubungan dengan pembesaran
(Puspitasari,2019)
uterus, kontraksi rahim, dan pergerakan
C. EPIDEMIOLOGI
janin. Pecahnya ketuban saat
Kejadian KPD di seluruh dunia
kehamilan aterm merupakan keadaan
berkisar antara 5-10% dari semua
yang fisiologis sedangkan ketuban
kelahiran. Di Indonesia insiden KPD
pecah dini diusia kehamilan preterm
4,5% dari seluruh kehamilan dimana
biasanya disebabkan oleh adanya factor
terjadi pada preterm 1% dari semua
eksternal misalnya infeksi yang
kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi
menjalar ke vagina.
pada kehamilan aterm.
Insiden ketuban pecah dini di E. DIAGNOSIS

Indonesia berkisar 4,5% sampai 7,6% Diagnosis KPD harus ditegakkan

dari seluruh kehamilan, sedangkan di secara tepat dan efisien. Pemeriksan

india antara 6% samapi 12%. Angka yang berulang pada vagina, baik itu

tersebut merupakan permsalaahan yang pemeriksaan dalam ataupun inspekulum


tidak boleh terlalu sering dilakuk an

4
untuk mengurangi terjdinya resiko - Tes lakmus : pH normal vagina 4,5
infeksi. – 5,5 dan cairan amnion bersifat basa
a. Anamnesis yaitu pH antara 7-7,5 maka kertas
- Riwayat keluarnya air ketuban lakmus merah berubah menjadi biru.
berupa adanya keluar air ketuban Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas
berwarna putih keruh, jernih, kuning, mendekati 90%. False ada apabila :
hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit larutan antiseptic, darah, urin, atau
atau sekaligus banyak. infeksi pada vagina
- Tidak adanya tanda-tanda inpartu - USG : untuk menentukan indeks
berupa nyeri maupun kontraksi uterus cairan amnion, usia kehamilan, letak
- Riwayat haid haid, umur kehamilan janin, letak plasenta, serta jumlah air
pasien dari HPMT dan umur kehamilan ketuban.
lebih dari 20 minggu. - Kardiotokografi (CTG) : untuk
b. Pemeriksaan fisik memantau denyut jantung janin dalam
- Suhu normal kecuali bila disertai kandungan dan untuk menentukan ada
infeksi suhu ibu dapat mencapai > 38° tidaknya kegawatdaruratan janin secara
dan dapat juga disertai takikardi. dini atau mamtau kesejahteraan janin.
- Pemeriksaan abdomen : uterus - Amniosintesis : untuk mengetahui
lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi rasio lesitin-sfingomielin dan
fundus harus diukur dan dibandingkan fosfatidilsterol yang berguna untuk
dengan tinggi yang diharapkan menurut mengevaluasi kematangan paru janin
HPMT. Palpasi abdomen memberikan - Laboratorium : hitung darah
perkiraan ukuran janin dan presentasi lengkap leukositosis >15000/mm3
janin. kemungkinan terjadi infeksi
- Inspekulo : adanya cairan ketuban F. DIAGNOSIS BANDING
keluar cavum uteri jika tidak ada dapat a. Amnionitis : tanda dan gejalanya
dicoba dengan menggerakkan bagian cairan vagina berbau, demam,
terbawah janin atau meminta pasien menggigil, nyeri perut, riwayat keluar
batuk. air, uterus menyempit, DJJ cepat,
- Memeriksa adanya cairan yang perdarahan pervaginam sedikit-sedikit
berisi meconium, verniks caseosa, b. Vaginitis / servisitis : tanda dan
rambut, lanugo, atau bila telah terinfeksi gejalanya cairan vagina berbau, tidak
dan berbau ada riwayat ketuban pecah,gatal,
c. Pemeriksaan penunjang keputihan, nyeri perut,disuria
5
c. Perdarahan ante partum : tanda dan memungkinkan periksa kadar lesitin
gejala cairan vagina berdarah nyeri dan spingomielin tiap minggu. Dosis
perut, gerakan janin berkurang, dan betametason 12 mg sehari dosis tunggal
perdarahan banyak selama 2 hari. Deksametason i.m 5 mg
G. TATALAKSANA setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
a. Konservatif b. Akut
- Rawat inap di rumah sakit - Kehamilan >37 minggu induksi
- Berikan antibiotic (ampisilin 4 x dengan oksitosin bila gagal pikirkan SC.
500 mg atau eritromisin bila tidak tahan Dapat pula diberikan misoprostol 50µg
dengan ampisilin dan metronidazole 2 x intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
500 mg selama 7 hari) - Bila ada tanda-tanda infeksi,
- Jika umur kehamilan <32-34 berikan antibiotic dosis tinggi dan
minggu, dirawat selama air ketuban persalinan diakhiri jika :
masih keluar atau sampai air ketuban 1. Bila skor pelvik < 5 maka
tidak keluar lagi. dilakukan pematangan serviks
- Jika umur kehamilan 32-37 kemudian di induksi. Jika tidak
minggu, belum inpartu, tidak ada berhasil, persalinan di akhiri dengan SC
infeksi, tes busa negative : 2. Bila skor pervik >5 induksi
deksametason, observasi tanda infeksi persalinan lakukan pertus pervaginam
dan kesejahteraan janin. Terminasi H. KOMPLIKASI
apabilan usia kehamilan 37 minggu. 1. Persalinan premature
- Jika usia kehamilan 32-37 minggu 2. Infeksi
sudah inpartu tidak ada infeksi berikan 3. Hipoksia dan asfiksia
tokolitik (salbutamol), deksametason, 4. Sindroma deformitas janin
dan induksi sesudah 24 jam. I. PROGNOSIS
- Jika usia kehamilan 32-37 minggu Ditentukan berdasarkan umur dari
ada infeksi beri antibiotic, dan lakukan kehamilan, penatalaksanaan dan
induksi komplikasi yang mungkin ditimbulkan
- Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, KESIMPULAN
leukosit, tanda-tanda infeksi Ketuban pecah dini (KPD) dapat
intrauterine). terjadi baik pada kehamilan aterm dan
- Pada usia kehamilan 32-34 minggu preterm dengan atau komplikasi harus
berikan steroid untuk memacu dirujuk ke rumah sakit. Penangan KPD
kemataangan paru janin dan kalua pada kehamilan cukup bulan sering
6
ditujukan untuk mengurangi komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.
Metode sederhana seperti pemantauan
gerak janin dan mendengarkan DJJ
dapat membantu mendeteksi
abnormalitas secara dini asalkan
dilakukan dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adele, E. C, et al. Sealing
Procedures For Preterm Prelabour
Rupture Of Membranes. Cochrane
Database of Systematic Reviews
2016, Issue 7. Art.
No:DOI:10.1002/14651858.CD0102
18.pub2.

2. Arif M, Kuspuji T, dkk. “Ketuban


Pecah Dini”, Kapita Selekta
Kedokteran, Jilid 1, Edisi ke-3,
Penerbit Media Aesculapius FKUI,
Jakarta,2012, hal 310-313.

3. Depkes RI. (2011). Asuhan


Kebidanan Pada Ibu Hamil. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI

4. Elder, M.G, et al. “Preterm Premature


Ruptur of Membrane”, Preterm
st
Labor, 1 ed, Churchill Livingstone
Inc. New York, 2016, hal153-164.

5. Prawiharjo, S. 2014. Ultasonografi


dalam Obstetri dalam Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina.

6. Puspitasari, R. N. 2019. Korelasi


karakteristik dengan penyebab ketuban
pecah dini pada ibu bersalin di RSU
Denisa Gresik. Indonesia Journal for
Health Sciences, 3(1): 24.

7
REFERAT
KETUBAN PECAH DINI

Oleh
Infrastuti Nariswari, S.Ked J510215212

Pembimbing
dr.Gede Sri Dhyana Mudra Amitabha, Sp. OG

Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi


RSUD Ir. Soekarno Kabupaten Sukoharjo
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
2021
LATAR BELAKANG

Ketuban pecah dini dapat terjadi pada


kehamilan preterm dan aterm. Dalam keadaan
normal 8% perempuan hamil aterm mengalami
ketuban pecah dini.
Ketuban Pecah Dini terjadi pada kehamilan Prematur sebesar
1 %. Pada usia kehamilan 28-34 minggu 50% terjadi persalinan
dalam 24 jam.
Ketuban Pecah Dini dapat menyebabkan beberapa komplikasi
seperti hipoksia dan asfiksia akibat terjadinya oligohidramnion. Angka

mortalitas dan morbiditas pada kelahiram premature lebih tinggi


daripada kelahiran aterm
DEFINISI
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan dapat terjadi pada kehamilan preterm maupun aterm.
Ketuban pecah dini atau spontaneous/ early/ premature rupture of
membrans (PROM) merupakan pecahnya selaput ketuban secara spontan pada
saat belum menunjukkan tanda-tanda persalinan atau bila satu jam kemudian
tidak timbul tanda-tanda awal proses persalinan atau secara klinis bila
ditemukan pembukaan kurang dari 3 cm pada primigravidarum dan kurang dari
5 cm pada multigravidarum
ETIOLOGI
Factor penyebab ketuban pecah dini belum diketahui atau tidak
dapat ditemukan dengan pasti. Namun kemungkinan yang menjadi
factor predisposisi antara lain adalah paritas, kelainan selaput ketuban,
usia ibu, serviks yang pendek, infeksi, serviks inkompeten, trauma,
gemelli, hidramnion, kelainan letak, dan anemia
EPIDEMIOLOGI
Kejadian KPD di seluruh dunia berkisar antara 5-10% dari semua
kelahiran. Di Indonesia insiden KPD 4,5% dari seluruh kehamilan dimana
terjadi pada preterm 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD
terjadi pada kehamilan aterm.
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
● Anamnesis : riwayat keluarnya air ketuban, warna, volume,
bau, riwayat haid, riwayat HPMT, riwayat abortus
● Pemeriksaan Fisik : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
● Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Kardiotokografi
01 USG
untuk menentukan indeks cairan
03 (CTG)
amnion, usia kehamilan, letak untuk memantau denyut

janin, letak plasenta, serta jumlah jantung janin dalam kandungan


air ketuban.

Tes Lakmus / Nitrazin


02 pH normal vagina 4,5 – 5,5 dan
04 Laboratorium
hitung darah lengkap
cairan amnion bersifat basa yaitu pH leukositosis > 15000/mm3
antara 7-7,5 maka kertas lakmus kemungkinan terjadi infeksi
merah berubah menjadi biru.
DIAGNOSIS BANDING
Amnionitis
01 Tanda dan gejalanya cairan vagina berbau, demam, menggigil, nyeri

perut, riwayat keluar air, uterus menyempit, DJJ cepat, perdarahan

pervaginam sedikit-sedikit

Vaginitis / servisitis
02 Tanda dan gejalanya cairan vagina berbau, tidak ada riwayat

ketuban pecah,gatal, keputihan, nyeri perut, disuria


03 Perdarahan ante partum
Tanda dan gejala cairan vagina berdarah nyeri perut,
gerakan janin berkurang, dan perdarahan banyak
TATALAKSANA
KOMPLIKASI

Kelahiran
Asfiksia
premature

Infeksi
Hipoksia
sekunder
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai