Anda di halaman 1dari 14

BAB II

METODELOGI PENELITIAN

METODE

Hakikat Bahan Bekas

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, barang adalah sebagai benda


yang berwujud. Sedangkan bekas adalah sisa habis dilalui, sesuatu yang menjadi
sisa dipakai. Jadi bahan bekas adalah sebagai benda-benda yang pernah dipakai
(sisa), yang kegunaanya tidak sama seperti benda yang baru.

Tujuan Menggunakan Media Bahan Bekas

Tujuan guru menggunakan media bahan bekas adalah: a) Menciptakan


permainan baru dengan memanfaatkan bahan sisa sebagai media bermain di Paud,
b) Memotivasi guru untuk lebih peka dalam mengoptimalkan penggunaan bahan
sisa sebagai sarana bermain atau sumber belajar bagi anak agar lingkungan belajar
lebih berkarya, c) Mengetahui aneka ragam bahan sisa yang dapat dijadikan
sebagai alat bermain atau sumber belajar, d) Memahami dan mematuhi kriteria
keamanan dalam pembuatan atau menciptakan alat main.

Macam-Macam Bahan Bekas

Didalam buku modul UT Bermain dan Permainan Anak tahun 2012 (hal.
8.10) macam-macam bahan bekas atau bahan sisa di lingkungan sekitar yang
dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran di Kelompok Bermain yaitu:
a) Kertas bekas (majalah, koran, kantong beras, dan lain-lain), b) Kardus/karton,
c) Kain/bahan kaos, d) Plastik/kaleng, e) Styrofoam dan busa, f) Tutup botol dan
karet, g) Tali.
KERANGKA TEORETIS

Hakikat Menggunting

Menggunting adalah salah satu aktivitas atau kegiatan memotong yang


melibatkan atau membutuhkan koordinasi antara mata, tangan dan konsentrasi
(Depdiknas 2010).

Hakikat Membuat

Membuat berasal dari kata dasar buat. Membuat memiliki arti menciptakan


(menjadikan, menghasilkan); membikin: melakukan; mengerjakan; menggunakan
(untuk);memakai(untuk):  menyebabkan;mendatangkan: http://www.artikata.com/
arti-360398-membuat.html di akses 27 Maret 2015).

Hakikat Bentuk

Bentuk menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Rupa atau wujud yang
ditampilkan. Sedangkan  Plato mengemukakan bahwa rupa atau bentuk
merupakan bahasa dunia yang tidak dirintangi oleh perbedaan-perbedaan seperti
terdapat dalam bahasa kata-kata.

KERANGKA BERFIKIR

Dari kegiatan perbaikan menggunakan media bahan bekas diharapkan


dalam pembelajaran menggunting dan menciptakan bentuk dapat meningkat.

Jenis Penelitian
Penelitian ini eksperimen yang nyata dengan diikuti oleh sebagian besar
peserta didik KB Nurul Islam kelas B.

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu: siklus I
dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2022, 19 Mei 2022, 23 Mei 2022, 26 Februari
2015, 30 Mei 2022 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2022, 6 Juni
2022, 9 Juni 2022, 13 Juni 2022, 16 Juni 2022.
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di KB Nurul Islam Plangkapan
Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas.

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas B KB Nurul Islam
Plangkapan Kabupaten Banyumas. Teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini dari berjumlah 18 anak terdiri
dari 10 putra dan 8 putri sebagai kelas eksperimen.

Prosedur Penelitian
Penelitian dalam pelaksanaan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini dibimbing dan dibantu oleh Supervisor 2 dan Observer. Supervisor
2 yaitu: Sri Suhartiningsih, Kepala KB Nurul Islam. Sedangkan Observer
yaitu: Asih Amaliyah, Guru KB Nurul Islam Plangkapan.

Sebelum melaksanakan perbaikan pembelajaran, supervisor 2 dan


observer mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Membimbing mahasiswa tempat
mengajar terkait dengan perbaikan kegiatan pengembangan yang dilakukan
mahasiswa/peneliti, 2) Memberi masukan terhadap rancangan satu siklus,
Rencana Kegiatan Harian (RKH) Perbaikan, dan Skenario Perbaikan yang disusun
oleh mahasiswa/peneliti, 3) Menilai rencana perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan format lembar penelitian kemampuan merencanakan perbaikan
tingkat pengembangan (APKG-PKP 1).

Pada pelaksanaan tindakan, mengacu pada skenario pembelajaran yang


dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan Harian di kedua siklus. Untuk
memecahkan masalah yang telah dituangkan, maka dioptimalkan melalui
penggunaan media bahan bekas untuk meningkatkan kemampuan menggunting
dan membuat bentuk.

Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data


Rencana pengamatan dilakukan dengan observasi dan penilaian hasil karya
anak kelompok B KB Nurul Islam pada kegiatan menggunting dan membuat
bentuk. Adapun aspek yang dinilai adalah kerapihan, kemandirian, kedisiplinan,
ketertiban, hasil, dan kesesuaian bentuk. Pengumpulan data anak dimasukkan ke
dalam Rencana Kegiatan Harian, dilanjutkan
ke Rencana Kegiatan Mingguan, Program Semester, kemudian Program
Tahunan yang pada akhirnya dituangkan ke dalam laporan penilaian anak didik /
LPAD.

Teknik Analisis Data


Menggunakan rencana refleksi yang di laksanakan segera setelah kegiatan
pembelajaran selesai. Pada tahap ini peneliti menganalisa kekurangan-kekurangan
yang terjadi pada penelitian yang telah dilakukan guna menentukan langkah
berikutnya. Refleksi dilakukan setelah selesai kegiatan siklus satu yaitu tanggal 16
Mei 2022, 19 Mei 2022, 23 Mei 2022, 26 Mei 2022, 30 Mei 2022 dan siklus dua
yaitu tanggal 2 Juni 2022, 6 Juni 2022, 9 Juni 2022, 13 Juni 2022, 16 Juni
2022. Refleksi dilakukan dengan cara diskusi dengan teman sejawat, dan
berkonsultasi dengan nara sumber. Refleksi bertujuan untuk mengetahui
kelemahan dan kelebihan yang dimiliki guru dalam pelaksanaan perbaikan
kegiatan pengembangan yang dikelolanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Perbaikan Tiap Siklus

Rancangan pengembangan pembelajaran tiap siklus dibuat dalam 5


Rencana Kegiatan Harian (RKH), skenario perbaikan, dan refleksi RKH
perbaikan. RKH perbaikan terdiri dari 4 kegiatan, yaitu: (1) kegiatan awal; (2)
kegiatan inti; (3) istirahat; dan (4) kegiatan akhir.
Dalam kegiatan awal dimulai dengan berbaris di luar kelas, kemudian
masuk kelas dengan tertib dan berurutan. Setelah semua anak duduk, kemudian
berdoa sebelum belajar, diikuti dengan menjawab salam. Agar anak bersemangat
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, guru berbagi pengalaman dengan
bercerita kemudian bercakap-cakap atau melakukan tanya jawab atau bernyanyi
yang sesuai dengan tema pembelajaran yaitu tentang alat komunikasi. Setelah itu,
agar anak lebih kuat secara fisik dan untuk mengembangkan otot tubuh maka
dilakukan olah fisik motorik kasar. Setelah itu sebagai penutup dalam kegiatan
awal, peneliti menjelaskan pembelajaran yang akan dilaksanakan hari itu.

Setelah kegiatan awal maka kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti.


Kegiatan inti yang akan dilaksanakan pada hari itu dijelaskan kepada anak didik
oleh peneliti. Peneliti menjelaskan dan memperlihatkan media apa saja yang akan
dipakai dalam pembelajaran. Kemudian peneliti memperagakan kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Setelah itu peneliti menjelaskan kembali
secara singkat sebelum anak didik melaksanakan tugas yang diberikan oleh
peneliti. Peneliti memberikan bimbingan kepada anak yang belum mampu dan
melakukan penilaian terhadap hasil karya anak didik. Setelah kegiatan inti selesai
maka kemudian dilanjutkan dengan istirahat.

Setelah melaksanakan pembelajaran dari awal sampai akhir peneliti


mengulas kegiatan satu hari dan bercerita untuk peregangan otak. Kemudian
mengambil kesimpulan dan memberi pesan dan saran kepada peserta didik.
Kegiatan selesai dan diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan diikuti dengan
menjawab salam.

Langkah-langkah perbaikan kegiatan menggunting dan membuat bentuk


selama dua siklus dilaksanakan sebagai berikut: (1) peneliti menyiapkan dan
menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan yaitu gunting, lem, kertas
bekas, koran bekas dan lembar kerja penilaian; (2) peneliti memperlihatkan
hasil menggunting dan membuat bentuk yang sudah jadi; (3) peneliti menjelaskan
dan memperagakan cara menggunting dan membuat bentuk yang benar di depan
anak didik; (4) anak melaksanakan kegiatan menggunting dan membuat bentuk
dengan bahan bekas; (5) peneliti memberi bimbingan dan motivasi pada anak
yang belum mampu; dan (6) peneliti memberi penilaian pada anak didik.

Pada siklus I, selama perbaikan kegiatan menggunting dan membuat


bentuk berlangsung, peneliti melakukan observasi ke 1 terhadap anak didik
dengan cara membuat catatan kecil-catatan kecil dan lembar penilaian dan
membimbing anak yang belum mampu dalam kegiatan menggunting dan
membuat bentuk. Setelah dilakukan observasi kemudian peneliti melakukan
refleksi terhadap RKH perbaikan siklus I.

Pada refleksi RKH perbaikan siklus I hari kesatu, anak dikenalkan dengan
media yang dipakai dalam pembelajaran menggunting dan membuat bentuk
amplop menggunakan kertas bekas yaitu lem, gunting dan kertas bekas. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa anak yang mampu menggunting dan membuat
bentuk hanya 5 anak didik dari jumlah 18 anak didik atau 28%. Dari hasil tersebut
maka peneliti tergerak untuk melakukan perbaikan pada hari berikutnya.

Pada hari kedua peneliti menggunakan koran bekas, gunting dan lem untuk
kegiatan menggunting dan membuat bentuk amplop besar. Tingkat keberhasilan
mulai ada perubahan walaupun belum menggembirakan. Jumlah anak yang
mampu menggunting dan membuat bentuk menjadi 6  anak didik atau  33% dari
jumlah 18 anak didik. Oleh karena itu, masih perlu perbaikan pada hari
berikutnya.

Pada hari ketiga peneliti memperhatikan media yang dipergunakan dalam


pembelajaran menggunting dan membuat bentuk majalah dari koran
bekas yaitu gunting, kertas bekas, koran bekas, lem. Pada hari ketiga ini jumlah
anak didik yang mampu menggunting dan membuat bentuk
naik menjadi 7 anak didik atau 61% dari jumlah 18 anak didik.

Pada hari keempat ini peneliti menjelaskan kegiatan menggunting dan


membuat bentuk handphone dengan kardus bekas, kertas bekas, gunting dan
lem. Peneliti memberi bimbingan pada anak yang masih mengalami
kesulitan. Dari jumlah anak didik 18 ternyata bertambah dua anak yang
mampu menggunting dan membuat bentuk menjadi 9 anak didik atau
naik menjadi 50%.

Peneliti menjelaskan teknik yang dipakai dalam pembelajaran meggunting


dan membuat bentuk handphone (tablet) menggunakan media gunting, koran
bekas, kertas bekas dan lem, kemudian peneliti memperlihatkan hasilnya kepada
anak didik. Peneliti memberikan bimbingan kepada anak yang masih
memerlukannya. Pada hari kelima ini anak yang mampu menggunting dan
membuat bentuk menjadi 10 anak didik dari 18 anak didik atau 56 %.
Pada siklus pertama ini, jumlah anak didik 18 yang telah mampu
menggunting dan membuat bentuk baru 10 anak didik. Jadi, tingkat
keberhasilannya baru mencapai 56% sehingga masih perlu penelitian lebih lanjut
yaitu pada siklus kedua.

Beberapa kendala atau hal yang menyebabkan perbaikan menggunting dan


membuat bentuk pada siklus I belum berhasil dan perlu mendapat
perhatian, yaitu: 1)  Anak masih kaku dalam memegang gunting, 2) Cara anak
menggunting belum sesuai dengan pola yang diharapkan, 3) Anak kurang tertarik
melaksanakan kegiatan, 4) Anak kurang konsentrasi pada pekerjaanya,
5) Sebagian anak belum dapat bekerja secara mandiri.

Siklus II

Untuk mengatasi kendala yang terjadi pada siklus I, maka pada siklus II
peneliti akan melakukan observasi dengan cara lebih memfokuskan
pada media yang digunakan, lebih detail dalam menerapkan langkah-
langkah menggunting dan membuat bentuk, mengamati kesulitan anak
dalam menggunting dan membuat bentuk, membimbing dan memberi motivasi
kepada anak yang masih belum mampu menggunting dan membuat bentuk, dan
membuat catatan-catatan untuk penilaian.

Dan sebagai refleksi RKH perbaikan Siklus II pada hari pertama, peneliti


menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari ke 1, peneliti
memperlihatkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran menggunting
dan membuat bentuk. Peneliti memperagakan cara menggunting dan membuat
bentuk yaitu membuat bentuk amplop dan surat. Dalam kegiatan ini, anak yang
mampu menggunting dan membuat bentuk dengan baik atau sesuai harapan
bertambah 1 anak dari 10 anak yang mampu menggunting dan membuat bentuk
pada siklus pertama yaitu menjadi 11 anak dari jumlah 18 anak didik, atau naik
menjadi 61%. Peneliti akan memperbaiki pada hari berikutnya.

Pada hari kedua peneliti memperlihatkan hasil menggunting dan membuat


bentuk kotak pos dan memperagakan bagaimana cara menggunting dan membuat
bentuk kotak pos kepada anak didik. Pada kegiatan hari ke 2 ini, jumlah anak
yang mampu menggunting dan membuat bentuk menjadi 12 anak didik dari 18
anak didik atau naik menjadi 67%. Peneliti memberikan motivasi dan bimbingan
pada anak didik yang belum mampu menggunting dan membuat bentuk. Peneliti
akan memperbaiki dihari berikutnya.

Pada hari ketiga ini peneliti mengenalkan bentuk telepon dari kaleng susu
bekas dalam kegiatan menggunting dan membuat bentuk, kemudian peneliti
memperagakan bagaimana cara menggunting dan membuat bentuk telepon dari
kaleng susu bekas di depan anak didik. Peneliti juga tetap memberikan motivasi
dan bimbingan kepada anak didik yang belum mampu menggunting dan membuat
bentuk. Tingkat keberhasilan pada hari ketiga yaitu 13 anak dari 18 anak didik,
atau naik menjadi 72%. Peneliti masih akan terus memperbaiki dihari berikutnya
karena target keberhasilan kemampuan menggunting dan membuat bentuk pada
anak didik belum tercapai.

Pada hari keempat peneliti memperagakan bagaimana cara menggunting


dan membuat bentuk radio pada anak didik. Selain itu peneliti juga
memperlihatkan hasil dari kegiatan menggunting dan membuat bentuk radio
tersebut. Tingkat keberhasilan pada hari ke empat naik menjadi 14 anak dari 18
anak didik, atau naik menjadi 78%. Meskipun tingkat keberhasilan sudah lebih
dari 75% yang berarti telah memenuhi target, tetapi peneliti ingin memaksimalkan
kemampuan anak dalam menggunting dan membuat bentuk pada siklus kedua ini
dihari selanjutnya.

Pada hari kelima ini peneliti mengenalkan menggunting dan membuat


bentuk televisi dengan memperagakan di depan anak didik. Peneliti juga tetap
sambil memberi motivasi dan bimbingan bagi anak yang belum mampu
menggunting dan membuat bentuk. Pada hari kelima ini jumlah anak yang mampu
meningkat menjadi 15 anak dari 18 anak didik. Dari hasil ini maka peneliti merasa
sudah berhasil dengan maksimal karena 83% anak didik sudah mampu
menggunting dan membuat bentuk dengan media bahan bekas.

Pada siklus 2 hasil pengamatan menunjukkan ada kenaikan kemampuan


menggunting dan membuat bentuk dimana pada akhir siklus 1 hanya 10 anak atau
56% yang mampu menggunting dan membuat bentuk menjadi 15 anak atau
meningkat menjadi 83% dari jumlah 18 anak didik.

Pembahasan Tiap Siklus


Temuan - Temuan

Setelah peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran menggunting dan


membuat bentuk melalui Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus ditemukan hal –hal sebagai berikut: 1) Respon anak dalam pelaksanaan
pembelajaran bersemangat sehingga kesulitan tidak dirasakan, b) Timbul
peningkatan kemampuan dan peduli sosial untuk anak yang sudah mampu,
ditandai dengan anak yang sudah mampu memberitahukan kekurangan temannya
dan itu terjadi dalam kelompok kecil, c) Timbul kemauan yang tumbuh dari diri
anak sehingga dalam pembelajaran menggunting dan membuat bentuk tidak
mengalami kesulitan yang berarti.

Melalui refleksi terhadap perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan


peneliti terhadap perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan peneliti
menemukan beberapa kelemahan yang dapat mengurangi validitas realibitas
temuan yaitu: 1) Penelitian Tindakan Kelas memerlukan komitmen peneliti untuk
terlibat dalam prosesnya. Waktu peneliti menjadi terbagi menjadi dua yaitu  waktu
penelitian dan tugas rutinnya, b) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan
peneliti dalam teknik dasar penelitian sehingga peneliti pada umumnya kurang
tertarik melakukan penelitian dan juga kurangnya pemahaman tentang Penelitian
Tindakan Kelas.

Hubungan Pelaksanaan Perbaikan RKH dan Skenario

Pelaksanaan perbaikan disesuaikan dengan skenario perbaikan. Hubungan


antara keduanya dijelaskan sebagai berikut:

Siklus I

Pada perencanaan, peneliti menyiapkan 5 Rencana Kegiatan Harian dan


skenario perbaikan yang mencakup langkah-langkah guru dalam perbaikan
pembelajaran. Selain Rencana Kegiatan Harian, peneliti juga menyiapkan lembar
penilaian, media pembelajaran yaitu gunting, kertas bekas, koran bekas, kardus
bekas dan lem. Kemudian anak didik untuk melaksanakan pembelajaran
menggunting dan membuat bentuk. Guru merencanakan untuk menggunting dan
membuat bentuk, kemudian mempersiapkan dan memperagakan di depan anak
didik. Guru juga menanyakan  kembali jika ada anak didik yang belum jelas cara
menggunting dan membuat bentuk dan memberikan bimbingan bagi yang belum
mampu.

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran menggunting dan membuat


bentuk dilaksanakan dalam lima (5) Rancangan Kegiatan Harian
yaitu: 1) Senin, 16 Mei 2022, 2) Kamis, 19 Mei 2022, 3) Senin, 23 Mei 2022,
4) Kamis, 26 Mei 2022, 5) Senin, 30 Mei 2022.

Pelaksanaan kegiatan perbaikan dimulai dengan kegiatan awal,


yaitu diawali dengan berbaris masuk ke dalam kelas kemudian berdoa sebelum
belajar, mengucap salam. Agar anak lebih bersemangat dalam pembelajaran guru
mengajak anak bercakap-cakap dan menyanyi lagu yang sesuai dengan tema (alat
komunikasi). Kemudian dilanjutkan dengan berbagi cerita yang dilakukan oleh
anak dan fisik motorik kasar agar anak lebih kuat secara fisik dan
mengembangkan otot tubuh. Setelah itu peneliti menjelaskan pembelajaran yang
akan dilaksanakan hari itu. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti yang akan
dilaksanakan dijelaskan kepada anak didik oleh peneliti. Peneliti menjelaskan dan
memperlihatkan media apa saja yang akan dipakai dalam pembelajaran. Peneliti
memperagakan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Peneliti
menjelaskan kembali secara singkat sebelum anak didik melaksanakan tugas yang
diberikan oleh peneliti. Peneliti memberikan bimbingan kepada anak yang belum
mampu dan melakukan penilaian terhadap hasil karya anak didik. Setelah kegiatan
inti selesai maka dilanjutkan dengan istirahat. Kemudian dilanjutkan dengan
kegiatan akhir, peneliti mengulas kegiatan satu hari dan bercerita untuk
peregangan otak. Dan mengambil kesimpulan dan memberi pesan dan saran
kepada anak didik. Kegiatan selesai dan diakhiri dengan do’a pulang.yang diikuti
dengan menjawab salam.

Observasi pada siklus I dilakukan dengan cara mengamati kegiatan


penelitian yang sedang dilaksanakan dan membatu anak yang  masih  perlu
bimbingan dalam pembelajaran menggunting dan membuat bentuk yang
kemudian dilakukan penilaian. Penilaian yang digunakan adalah alat penilaian
hasil karya dengan aspek yang dinilai kerapihan, kemandirian, kedisiplinan,
ketertiban, hasil, kesesuaian bentuk dengan simbol (●) untuk anak yang sudah
berhasil dan (     ) untuk anak yang belum berhasil.
Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi siklus pertama peneliti menetapkan dan


menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran untuk siklus kedua dan skenario
perbaikannya. Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti terdapat pada
skenario perbaikan juga menyiapkan alat peraga dan evaluasinya.

          Kegiatan yang akan dilaksanakan disiklus kedua terdapat pada Rencana


Kegiatan Harian, dengan jadwal sebagai berikut: 1) Kamis, 2 Juni 2022,
2) Senin, 6 Juni 2022, 3) Kamis, 9 Juni 2022, 4) Senin, 13 Juni 2022,
5) Kamis, 16 Juni 2022.

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal, yang


diawali dengan berbaris masuk ke dalam kelas kemudian berdoa sebelum belajar,
mengucap salam. Agar anak lebih bersemangat dalam pembelajaran guru
mengajak anak bercakap-cakap dan menyanyi yang sesuai dengan tema.
Kemudian dilanjutkan dengan berbagi cerita yang dilakukan oleh anak dan fisik
motorik kasar agar anak lebih kuat secara fisik dan mengembangkan otot tubuh.
Setelah itu peneliti menjelaskan pembelajaran yang  akan dilaksanakan hari
itu. Untuk kegiatan inti yang akan dilaksanakan dijelaskan kepada anak didik oleh
peneliti. Peneliti menjelaskan dan memperlihatkan media apa saja yang akan
dipakai dalam pembelajaran. Peneliti memperagakan kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan. Peneliti menjelaskan kembali secara singkat sebelum anak
didik melaksanakan tugas yang diberikan oleh peneliti. Peneliti memberikan
bimbingan kepada anak didik yang belum mampu dan melakukan penilaian
terhadap hasil karya anak didik. Setelah kegiatan inti selesai maka selanjutnya
adalah istirahat. Setelah melaksanakan pembelajaran dari awal sampai akhir
peneliti mengulas kegiatan satu hari dan bercerita untuk peregangan otak
kemudian peneliti mengambil kesimpulan dan memberi pesan dan saran kepada
anak didik. Kegiatan selesai dan diakhiri dengan doa setelah kegiatan diikuti
dengan menjawab salam.

Observasi pada siklus II dilakukan dengan cara mengamati kegiatan


penelitian yang sedang dilaksanakan dan membatu anak yang  masih  perlu
bimbingan dalam pembelajaran menggunting dan membuat bentuk yang
kemudian dilakukan penilaian. Penilaian yang digunakan adalah alat penilaian
hasil karya dengan aspek yang dinilai kerapihan, kemandirian, kedisiplinan,
ketertiban, hasil, kesesuaian bentuk dengan simbol (●) untuk anak yang sudah
berhasil dan (     ) untuk anak yang belum berhasil.

Hubungan Pelaksanaan Perbaikan dengan Rencana untuk Siklus akan


Datang

Pelaksanaan perbaikan tentunya berkaitan dengan rencana siklus


selanjutnya jika perbaikan pada siklus I belum menunjukkan keberhasilan yang
sesuai dengan kriteria keberhasilan. Perbaikan pembelajaran dirancang oleh
peneliti dalam bentuk Rancangan Kegiatan Harian (RKH) yang berjumlah lima
(5) tiap siklus.

Rancangan langkah-langkah perbaikan persiklus, yaitu diawal siklus


I kegiatan pembelajaran menggunting dan membuat bentuk hasilnya belum
maksimal karena dalam menggunakan media bahan bekas tingkat keberhasilan
belum sesuai dengan harapan. Kondisi awal dari 18 anak didik hanya 5 anak didik
yang berhasil menggunting dan membuat bentuk atau 28 %. Setelah peneliti
melakukan tindakan perbaikan siklus keadaan berubah menjadi 56% atau 10  anak
dari jumlah 18 anak didik yang mampu menggunting dan membuat bentuk.

            Kemudian pada siklus kedua anak diberi tugas untuk menggunting dan


membuat bentuk dengan cara yang lain. Cara yang lebih sulit namun mudah
diingat, guru memperagakan di depan anak–anak bagaimana cara menggunting
dan membuat bentuk tersebut. Pada siklus kedua ini untuk pembelajaran
menggunting dan membuat bentuk keberhasilannya mencapai 83%  dari jumlah
18 anak didik atau naik menjadi 15 anak yang mampu menggunting dan membuat
bentuk. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran menggunting dan
membuat bentuk mengalami keberhasilan dan berakhir pada siklus kedua.

Hubungan keduanya dapat dilihat dari hasil refleksi pada pertemuan tiap
siklusnya. Hasil releksi tindakan pada siklus pertama yaitu : Hasil refleksi
tindakan siklus I pada pertemuan pertama adalah hasil refleksi pertemuan pertama
pada kegiatan menggunting dan membuat bentuk adalah persiapan yang telah
dilakukan guru sudah baik, namun penggunaan media yang digunakan masih
belum maksimal. Pada pertemuan kedua, media berfungsi dengan baik dan anak–
anak aktif melakukan kegiatan menggunting dan membuat bentuk. Namun guru
belum memberikan motivasi kepada anak dengan baik sehingga anak mengeluh
dan cepat lelah. Penggunaan media bahan bekas pada pertemuan ketiga belum
dapat optimal karena pengorganisasian anak oleh guru belum berhasil. Pada
pertemuan keempat, perbaikan pada penggunaan media yang diterapkan pada
kegiatan cukup berhasil sehingga kegiatan menggunting dan membuat bentuk
berlangsung dengan baik. Pada pertemuan kelima keterampilan anak dalam
kegiatan menggunting dan membuat bentuk belum menunjukan peningkatan yang
diharapkan sehingga perlu dilakukan upaya tindakan perbaikan pada siklus kedua.

Karena tindakan perbaikan pembelajaran menggunting dan membuat


bentuk belum menunjukkan keberhasilan pada siklus I, maka dilakukan tindakan
perbaikan pada siklus II. Hasil refleksi tindakan pada siklus kedua yaitu: Hasil
refleksi pertemuan pertama pada kegiatan menggunting dan membuat bentuk
adalah persiapan yang telah dilakukan guru sudah baik, namun penggunaan media
yang digunakan masih belum maksimal. Pada pertemuan kedua, media berfungsi
dengan baik dan anak–anak aktif melakukan kegiatan menggunting dan membuat
bentuk. Guru memberikan motivasi pada anak yang belum mampu. Penggunaan
media pada pertemuan ketiga sudah optimal sehingga keterampilan anak dalam
menggunting dan membuat bentuk meningkat. Perbaikan pada penggunaan media
bahan bekas yang diterapkan pada pertemuan keempat cukup berhasil sehingga
kegiatan menggunting dan membuat bentuk berhasil dengan baik dan anak merasa
senang. Target penelitian sudah terpenuhi dengan indikasi 76% siswa sudah
mampu menggunting dan membuat bentuk. Pada pertemuan ke
5, kemampuan anak dalam menggunting dan membuat bentuk telah jauh
melampaui target penelitian yaitu meningkat menjadi 83%. Sehingga perbaikan
pembelajaran dinyatakan telah berhasil secara maksimal dan selesai pada siklus
yang ke 2 ini.

Data Hasil Perbaikan Pembelajaran (Kualitatif dan Kuantitatif)

Perbaikan kemampuan menggunting dan membuat bentuk yang


dilaksanakan dalam dua siklus ternyata menunjukkan peningkatan yang  cukup
menggembirakan. Perolehan dan tingkat kemampuan menggunting dan membuat
bentuk pada siklus I yaitu 10 anak dari jumlah anak 18 atau 56% yang sudah
berhasil dan 8 anak atau 44% yang belum berhasil. Pada siklus II anak yang sudah
berhasil meningkat menjadi 15 anak  atau 83% dari jumlah anak 18 dan yang
belum berhasil 3 anak atau 17 % dari jumlah anak 18.

Dengan memperhatikan tabel hasil belajar dapat diketahui distribusi


frekuensi peningkatan menggunting dan membuat bentuk dengan media bahan
bekas sebagai berikut:

Kriteria Penilaian
Kegiatan Jumlah
No
Pembelajaran Sudah Berhasil Belum Berhasil Anak

1. Kondisi Awal 5 28% 13 72% 18

2. Siklus 1 10 56% 8 44% 18

3. Siklus 2 15 83% 3 17% 18

18
16
14 13 13.25
12.25
12
Jumlah anak

10 Pertemuan 1
Pertemuan 2
8
Pertemuan 3
6
4
2
0
Pertemuan
Gambar 1. Rata-rata skor jurnal belajar

Anda mungkin juga menyukai