Anda di halaman 1dari 3

Nama Ainul Ihsan Mahendra, S.Pd.

Kelas IPA 1
NPM 2206503040079
Mata Kuliah Perancangan dan Pengembangan Kurikulum

Elaborasi Pemahaman Topik 7


Berikut kami lampirkan hasil tugas Elaborasi Pemahaman Topik 7 dalam bentuk Video:
https://drive.google.com/file/d/1D4Po5qKk5BnGyYCjo7chn7-LSZKqIuO7/view?usp=share_link

Problematika Penerapan Understanding By Design Dalam Pendidikan Formal Di


Indonesia
Stakeholder dalam lembaga pendidikan adalah orang-orang atau badan yang
berkepentingan langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan pendidik di sekolah. Menjadi
pemegang sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau lembaga Pendidikan.

Tanggapan Terhadap Kelompok 1 Mengenai Problematika Implementasi Ubd Bagi


Stakeholder
Pada dasarnya kelompok kami memiliki pandangan yang hampir sama dengan
kelompok 1 mengenai problematika yang dihadapi Stakeholder dalam implementasi kerangka
UbD. Namun, sedikit menambahkan tentang pandangan mengenai problematika yang secara
umum dihadapi 4 (empat) Stakeholder yaitu: Kementerian, Dinas Pendidikan, Komite Sekolah,
dan masyarakat

Problematika dan Solusi dalam Penerapan Ubd pada Kurikulum di Indonesia Menurut
Kelompok 2
Pemerintah bertanggung jawab dengan mengeluarkan regulasi atau aturan yang
dibutuhkan untuk menjadi pedoman pelaksanaan pendidikan, selanjutnya pendidikan juga
menjadi tanggung jawab beberapa pihak yaitu pihak sekolah, orangtua, dan masyarakat atau
instansi-intansi terkait yang berkepentingan (Ruji’ah, Maemunah Sa’diyah, 2021). Stakeholder
di dalam lembaga Sekolah berbentuk organisasi yang disebut komite sekolah.
Pada dasarnya stakeholder dalam pendidikan itu sendiri dibagi dalam tiga kategori
utama (Muhammad Tholut, 2018), yaitu:
1. Sekolah, termasuk di dalamnya adalah para guru, kepala sekolah, murid dan tata usaha
sekolah.
2. Pemerintah diwakili oleh para pengawas, penilik, dinas pendidikan, walikota, sampai
menteri pendidikan nasional
3. Masyarakat, sedangkan masyarakat yang berkepentingan dengan pendidikan adalah orang
tua murid, pengamat dan lembaga pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan
atau badan yang membutuhkan tenaga pendidik, toko buku, kontraktor
4. pembangunan sekolah, penerbit buku, penyedia alat pendidikan, dan lain-lain
(Sholihuddin, 2020) Dari beberapa masalah yang ada dalam persoalan pendidikan
nasional yang dapat dipelajari dalam sebuah konsep pemikiran atau setidaknya menjadi acuan
dalam mengatasi berbagai anomali dalam bidang pendidikan, antara lain diantaranya:
penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik. (Kusnan, 2020) Penguatan tata
kelola pendidikan tidak saja bergantung pada kemampuan pemerintah saja tetapi juga sangat
bergantung pada kemauan dari semua lapisan masyarakat sebagai stakeholder dalam Sistem
Pendidikan Nasional, oleh sebab itu dalam pengelolaan pendidikan sebagai sebagai suatu
system sangat berkait dengan proses dan dinamika manusia dan lingkungannya (filsafatnya),
dan cita-cita pendidikan harus kita lihat secara komprehensif sebagai suatu sistem pendidikan
nasional yaitu adanya interdepedensi komponen stakeholder pendidikan.(As’ad & Firmansyah,
2022).
Berikut adalah permasalahan dan solusi yang secara umum dihadapi oleh 4 (empat)
stakeholder pendidikan:

1. KEMENTERIAN
• sekolah kaku dengan kultur lama, sehingga perlu usaha keras untuk memotivasi sekolah
• implementasi kurikulum merdeka terbatas, butuh waktu untuk implementasi secara
merata
• terbatas kemampuan guru senior mengakses platform Merdeka Mengajar, perlu
sosialisasi mengenai penggunaan platform tersebut
• pemahaman mengenai Kurikulum Merdeka kurang, diperlukan sosialisasi dan
penambahan sumber informasi

2. DINAS PENDIDIKAN
• Sarana prasarana sekolah untuk menunjang pembelajaran kurang, sehingga dinas
pendidikan harus menyediakan sarana prasarana di sekolah untuk menunjang
pembelajaran yang menerapkan kurikulum merdeka
• Tidak meratanya ketersediaan guru terutama guru yang memiliki pengetahuan tentang
implementasi Kurikulum Merdeka sehingga perlu adanya program inklusi di sekolah
agar terdapat tenaga pendidikan yang mumpuni.

3. KOMITE SEKOLAH
• Tidak semua anggota dalam komite sekolah memiliki latar belakang pendidikan,
sehingga butuh waktu lebih untuk memahami tentang kurikulum khususnya penerapan
UbD dalam kurikulum merdeka
• Orang-orang yang berada dalam komite sekolah umumnya memiliki tugas masing-
masing di luar tugas komite, sehingga mengalami keterbatasan waktu dalam
mempelajari dan memahami penerapan UbD dalam kurikulum.

4. MASYARAKAT
• Belum semua masyarakat ikut dalam membangun dan melaksanakan program
kependidikan, sehingga perlu melibatkan masyarakat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran
• UbD belum sepenuhnya dapat diimplementasikan di Indonesia, maka diperlukan waktu
dan informasi yang lebih dalam implementasinya
• Perbedaan perspektif masyarakat terhadap implementasi UbD, sehingga diperlukan
sosialisasi kepada masyarakat.
Sumber referensi:
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/attazakki/article/download/13538/5958

Anda mungkin juga menyukai