Guru Dan Kepemimpinan
Guru Dan Kepemimpinan
Guru yang baik adalah seorang pemimpin yang baik. Dengan kata
lain, untuk menjadi pemimpin yang baik, orang perlu belajar untuk menjadi
guru yang baik. Pertanyaannya adalah, bagaimana cara menjadi guru yang
baik? Menurut Richard Leblanc, pengajar di York University, Ontario,
Kanada, ada 10 hal yang mesti diperhatikan, supaya kita bisa menjadi guru
yang baik. (Leblanc, 1998) Artinya, ada 10 hal juga yang mesti ada, supaya
kita bisa menjadi pemimpin yang baik. Mau tahu? Saya akan jelaskan lebih
jauh.
Cinta
Paradoks
Soal Gaya
Humor
Memberikan Waktu
Sumber Daya
Guru dan pemimpin yang baik juga harus didukung oleh sumber
daya yang memadai. Sumber daya itu mencakup dana yang cukup,
kesempatan yang cukup, dukungan dari manajemen dan kepemimpinan
tertinggi, serta kebijakan-kebijakan yang cukup terbuka, namun mampu
mewujudkan visi dan misi pendidikan menjadi kenyataan. Guru dan
pemimpin yang baik akan mati tercekik, ketika tidak didukung oleh sumber
daya yang memadai dari lingkungannya. Bagaimana menurut Anda?
Saya pernah punya pengalaman kurang bagus. Saya pernah
dipercayakan untuk menjadi dosen sekaligus ketua panitia salah satu acara
kampus di Jakarta dulu. Namun, Saya tidak diberikan sumber daya yang
memadai, yang dapat membantu Saya mengerjakan dua hal itu dengan baik.
Bahkan Saya tidak diberikan meja dan kursi untuk bekerja. Bagaimana
mungkin?
Mata kuliah yang Saya ampu, menurut Saya, berakhir dengan baik.
Namun, acara yang Saya pimpin, walaupun berlangsung, berjalan kurang
lancar. Saya merasa diperlakukan tidak adil. Inilah contoh jelek tentang
pelaksanaan visi dan misi yang tidak dibarengi dengan sumber daya yang
memadai. Bagaimana pengalaman Anda?
Untuk menjadi pemimpin yang baik, orang perlu untuk menjadi guru
yang baik. Keduanya membutuhkan kualitas kepribadian yang sama.
Keduanya membutuhkan cinta dan keseimbangan yang kreatif antara sikap
fleksibel dan displin diri di dalam mendidik, mengajar, ataupun memimpin.
Maka tidak heran jika di Indonesia, kita mengalami dua krisis yang berjalan
berbarengan, yakni krisis kepemimpinan, sekaligus krisis guru yang
bermutu. Ya kan?
Belajar dari Richard Leblanc, walaupun bukan berprofesi sebagai
guru, kita bisa mulai belajar menjadi “guru” yang baik dalam hidup seharihari
kita. Kualitas-kualitas itu juga akan amat membantu kita dalam menjadi
pemimpin di dalam hidup, mulai dari pemimpin keluarga, maupun
pemimpin negara. Jadi tunggu apa lagi? Selamat belajar menjadi guru, dan
selamat memimpin.