Anda di halaman 1dari 11

HIJRAH PERADABAN ISLAM

Dari Tanah Gersang ke Tanah Rindang


(Kedatangan Islam ke Nusantara dan Peradabannya)

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Efa Ida Amaliyah, MA.

Oleh:
Mohammad Salahuddin Al-Ayyuubi (1330110015)
Nofi Nurul Hidayah (1330110022)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


JURUSAN USHULUDDIN PRODI ILMU QUR’AN & TAFSIR
2014

0
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam adalah suatu agama yang dibawa oleh Muhammad s.a.w. dan ditujukan untuk
semua manusia tanpa kecuali (QS. Saba’: 28) dan merupakan rahmat bagi semesta alam (QS.
Al-Anbiya’: 107). Maka sudah menjadi sunnatullah apabila Islam yang awalnya berjalan
dengan tertatih selama 13 tahun dakwah di Makkah, lalu berkembang pemeluknya setelah
hijrahnya Muhammad s.a.w. ke Yatsrib beserta kaum muhajirin yang kemudian dipersaudara-
kan dengan kaum Anshar selaku penduduk asli kota yang kemudian dinamakan Madinah
tersebut. Ajaran islam masuk dan diterima oleh penduduk Madinah dengan sukarela tanpa
paksaan. Begitu juga proses hijrah Nabi yang dilakukan dengan kecintaan dan diterima
dengan kehangatan.
Analogi kesuksesan hijrahnya islam dari tempat kelahirannya di Makkah menuju tanah
impian penuh kedamaian di kota Madinah tersebut rupanya hendak diterapkan generasi islam
sesudahnya dengan menghijrahkan ajaran islam jauh dari peradaban arab menyeberangi
lautan menuju belantara negeri kepulauan yang subur makmur kaya akan hasil alam tapi
miskin akan pengetahuan dan spiritual, yakni nusantara Indonesia. Dan hasil jerih payah
perjuangan dakwah itu adalah jumlah penduduk Indonesia yang sampai kini mayoritas
beragama Islam (tentunya tanpa mengabaikan tingkatan keislamannya). Lebih dari itu, ciri
dakwah dan ajaran yang moderat khas islam ternyata dapat disinergikan dengan kearifan lokal
khas nusantara, sehingga terciptalah peradaban islam yang bahkan tak dikenal di wilayah
asalnya, jazirah arab.
Makalah ini, mengupas tentang berbagai hal menyangkut kedatangan atau masuknya
islam ke nusantara serta wujud peradaban islam yang kokoh bertahan di negeri yang sekarang
kita kenal dengan nama Indonesia ini. Karena pastilah terasa kurang apabila membahas
peradaban islam tanpa Indonesia di dalamnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana keadaan Nusantara sebelum datangnya Islam?
2. Bagaimana teori-teori yang ada tentang islamisasi Nusantara?
3. Bagaimana dan mengapa Islam bisa masuk ke Nusantara?
4. Apa wujud peradaban islam yang berada di Nusantara?

C. PEMBAHASAN
1. Nusantara Pra Islam
Sebelum agama Islam datang, bangsa Indonesia sudah menganut berbagai macam
kepercayaan, misalnya animisme1 dan dinamisme2, ditandai dengan beberapa peninggalan
sejarah yang bisa kita saksikan sampai kini seperti punden berundak 3 dan sarkofagus4.

1
Kepercayaan atau ketergantungan manusia terhadap roh-roh orang yang sudah meninggal dunia. Para animus
(pengikut animisme) percaya bahwa roh orang-orang yang telah mati tetap berhubungan dengan orang yang masih
hidup. Bedanya dengan ajaran Islam adalah: orang yang mati rohnya tetap hidup dan terkadang bisa memberi
keberkahan bagi yang masih hidup, tapi yang dipuja/disembah tetaplah Allah Yang Maha Kuasa. Lihat keterangannya :
Tanpa Nama. 2014. Fikrah: Lembar Kerja Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX Semester 2. Kudus: LP Ma’arif
NU, hlm. 15
2
Kepercayaan atau pemujaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki tuah (kekuatan ghaib) ataupun roh (energi
kehidupan) dan berpengaruh pada kehidupan manusia. Sedangkan dalam ajaran Islam, walaupun ada kepercayaan
bahwa suatu benda bisa memiliki kekuatan ghaib sendiri atau karena ada penunggunya, tapi semua itu atas seizin Allah
dan berasal dari-Nya, maka yang patut disembah hanyalah Dia. Lihat keterangannya : ibid.
3
Tempat upacara spiritual kepercayaan.
4
Peti mati besar yang terbuat dari batu alam.

1
Selain itu juga telah berkembang Hinduisme dan Budhisme, dibuktikan dengan
peninggalan kitab/karangan sastra dan bangunan fisik peninggalan kerajaan-kerajaan non
Islam seperti kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, Sriwijaya di Palembang, Kalingga di
Jepara, Tarumanegara di Jawa Barat, Mataram di Jawa Tengah dan Majapahit di Jawa
Timur. Dengan begitu, sebelum kedatangan Islam, bangsa Indonesia telah memiliki
kebudayaan lokal yang di kemudian hari ada yang berangsur hilang dan ada pula yang
dapat diakulturasikan dengan budaya Islam sehingga lestari sampai sekarang.
2. Teori-Teori Islamisasi Nusantara
Paling tidak ada lima teori menurut Toni Victor M. Wanggai mengenai islamisasi
nusantara5 dari aspek asal daerah pembawanya, yaitu:
1) Teori India : Islam berasal dari Gujarat dan Malabar.
Argumen : Adanya kesamaan penganut madhzab syafi’i dan kemiripan batu
nisan Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Jawa Timur dengan batu
nisan di Combay, Gujarat.
Dikemukakan : (1)Pijnappel; (2)C. Snouck Hurgronje; (3)Moquette; (4)R.A. Kern;
(5)R.O. Winstedt; (6)G.H. Bousquet; (7)B.H.M. Vlekke; (8)J.
Gonda; (9)B.J.O. Schrieke; (10)D.G.E. Hall; (11)Morisson;
(12)Thomas W. Arnold, (13)W.F.Stutterheim; (14)J.C. van Leur;
dan (15)Clifford Getz.
2) Teori Benggali : Islam berasal dari Bengal (Bangladesh).
Argumen : Batu nisan makam fatimah binti Maimun di Gresik dan juga Sultan
Malik Al-Shalih Pasai sama dengan batu nisan di Bengal.
Dikemukakan : (1)S. Fatimi, berdasarkan pendapat Marcopolo dan Tome Pires.
3) Teori Arab : Islam datang langsung dari Arabia pada abad 1H/7M.
Argumen : Kesamaan madzhab syafi’i dengan penduduk Makkah dan seluruh
literatur keagamaan Islam sebelum abad ke-17 tidak mencatat satu
pengarang muslim India, juga sumber-sumber lokal Melayu.
Dikemukakan : (1)Crawfurd,(2)Niemann, (3)de Holender, (4)Keyzer, (5)Veth,
(6)Naguib Al-Attas, (7)Hamka Uka Tjandrasasmita 6 dan (8)
Azyumardi Azra.
4) Teori Persia : Islam datang dari Persia (Iran).
Argumen : Berdasar pengaruh sufisme Persia terhadap ajaran mistik Islam di
Nusantara, seperti ajaran Wahdatul Wujud-nya Al-Hallaj yang
dikembangkan menjadi Manunggaling Kawula Gusti oleh Syaikh
Siti Jenar. Juga penggunaan bahasa Persia dalam sistem mengeja
huruf Arab dan peringatan hari Asyura (10 Muharram) yang
diperingati oleh kaum Syiah, faham resmi negeri Persia.
Dikemukakan : (1)P.A. Hoesein Djajadiningrat, (2)Suwedi Montana dan (3)A.
Mansur Suryanegara.
5) Teori Tiongkok : Islam datang dari Tiongkok.
7

5
Wanggai, Toni Victor M. 2009. Konstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Depag RI, catatan kaki hlm. 52
6
Menguatkan pendapatnya, Hamka menuduh bahwa teori yang mengatakan bahwa Islam datang dari India (Gujarat)
adalah sebagai sebuah bentuk propaganda, bahwa Islam yang datang ke Asia Tenggara itu tidak murni. Lihat: Busman
Edyar, dkk (Ed.). 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka Asatruss, hlm. 209 sebagaimana dikutip Rahayu
Permana dalam makalahnya: Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia.

2
Argumen : Banyaknya pengaruh kebudayaan Tiongkok dalam beberapa unsur
kebudayaan Islam di Indonesia dan tokoh-tokoh penyebar Islam
keturunan Tionghoa di Jawa seperti Sunan Ampel (Raden Rahmat
bernama asli Bong Swi Hoo) dan Raja Demak (Raden Patah
bernama asli Jin Bun).
Dikemukakan : (1)H.J. de Graaf, (2)Denys Lombard dan (3)Slamet Mulyana.
Walaupun terdapat lima teori (atau mungkin lebih) tapi kesemua pembela teori tersebut
ada indikasi kesepakatan dalam hal pentingnya peran para pedagang dalam mengislamkan
penduduk asli, mengingat letak strategis Nusantara yang berada di persimpangan jalur
sutera perdagangan bangsa Arab, Persia, India & Tiongkok.

3. Kedatangan Islam ke Nusantara


a. Pembawa dan penerima mula-mula ajaran islam
Siapa & mengapa kok mereka?
b. Motif dan cara kedatangan
Mengapa dan bagaimana?
c. Bukti-bukti periode masuknya islam di Nusantara
Apa saja? Kapan? Di mana?
d. Sikap penduduk asli
Menerima atau menolak?
Mengapa menerima/menolak?
e. Penyebar & pelestari
Siapa saja dan ke mana saja?
f. Perbandingan kedatangan islam di daerah-daerah se-Nusantara
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Maluku
- Bali & Nusa Tenggara
- Papua
g. Perbandingan kedatangan islam di negeri atau kawasan lain.
1) Tiongkok
2) Malaysia
3) Muangthai
4) Brunei
5) Filipina
h. Periodisasi kedatangan & penyebaran Islam di Nusantara8
1) Fase pertama, masa para pedagang (abad VII M.)
Bukti-bukti fisik yang menguatkan bahwa Islam sudah masuk di Indonesia pada
masa ini di antaranya:

7
Pada referensi asli tertulis Cina. Pergantian redaksional dari Cina menjadi Tiongkok mengacu pada Keputusan
Presiden RI (Pak SBY) tahun 2014 dengan alasan penghormatan tradisi dan penghalusan makna.
8
Periodisasi ini mengacu pada makalah Ihsan Fauzi Rahman: Sejarah Awal Masuknya Islam ke Indonesia, hlm. 1-4
dalam Al-Ayyubi, M. Salahuddin. 2014. Kumpulan Makalah: Sejarah Islam di Indonesia & Sekitarnya. Kudus: Tanpa
Penerbit. Penulis makalah ini terlihat berpihak pada pendapat bahwa Islam sudah ada di Nusantara sejak abad ke-7 M.

3
1- Sebuah makam di Barus, Tapanuli Sumut berangka ha-miim yang kalau
ditranskripkan ke angka arab berarti 670 M.
2-
2) Fase kedua, masa Kerajaan Islam & Walisongo (abad XIII M.)
Bukti-bukti fisik yang menerangkan bahwa Islam sudah masuk di Indonesia pada
masa ini di antaranya:
1- Catatan Dinasti Yuan di Tiongkok bahwa pada tahun 1282 telah datang dua
orang utusan muslim dari kerajaan Samudra Pasai.
2- Catatan Marcopolo yang pernah singgah dan berinteraksi dengan masyarakat
muslim di Peurlak, Aceh pada awal abad XIII.
3- Catatan perjalanan Ibnu Batutah9 pada tahun 764 H./1345 M. menceritakan
Kerajaan Samudra Pasai di bawah kepemimpinan Sultan Al-Malikuz Zahir
yang taat beragama Islam.
4- Prasasti batu di Trengganu (daerah kesultanan Malaka, sekarang ikut negara
Malaysia) bertuliskan huruf jawi10 dan bertanggal 12 Februari 1303 M.
3) Fase ketiga, masa kolonial (abad XVII-XIX M.)
4) Fase keempat, masa perjuangan organisasi (awal abad XX M.)
5) Fase kelima, masa revolusi-reformasi Indonesia (paro abad XX M. s.d. sekarang)
4. Peradaban Islam Nusantara
a. Kerajaan-kerajaan islam di Nusantara
Sesuai periode kemunculannya, urutan kerajaan-kerajaan islam yang pernah ada dan
terlihat peradabannya di Nusantara adalah:
1) Samudra Pasai (1285-1524 M)
Raja Pertama : Sultan Al-Malik Al-Saleh
Masa Kejayaan : Sultan Zainal Abidin I
Bukti Kejayaan : kekuasaan sampai ke Kedah, Malaya. Penyebaran ahli-ahli
dakwah islam ke Jawa dan Celebes.
Pusat Kerajaan : Peurlak, Aceh Utara
Sebab Kemunduran :
1- Kesultanan Malaka semakin maju sehingga pusat perekonomian berpindah ke
semenanjung malaya (sekarang teritorial Malaysia)
2- Penaklukan Portugis pada tahun 1521 M.
3- Daerah kekuasaan diambil alih kerajaan Aceh setelah Portugis dikalahkan.

2) Malaka11 (1396-1511 M)
Raja Pertama : Paramisora/Prameswara (nama muslim: Iskandar Syah)
Masa Kejayaan : Sultan Mansyur Syah
Bukti Kejayaan : menguasai kerajaan Siam (Muangthai) dan beberapa daerah
kekuasaan Samudra Pasai. Selain itu, wilayah perairan selat Malaka dan selat
Karimata juga dikuasai armada pimpinan Laksamana Hang Tuah.
Pusat Kerajaan : Semenanjung Malaya
9
Traveler berbangsa Arab yang dalam catatannya mengaku pernah berkeliling dunia mulai usia 28 tahun dengan jarak
tempuh sekitar 175 ribu mil pada tahun 1326-1353 M.
10
Huruf arab tapi berbahasa melayu. Mungkin juga punya kesamaan asal-usul dengan huruf pego atau pegon yang
banyak ditemukan di pulau Jawa, utamanya komunitas pesantren.
11
Malaka diikutkan dalam makalah ini karena mengacu Nusantara hasil prakarsa Gajah Mada. Bukan mengacu batasan
wilayah NKRI seperti sekarang ini.

4
Sebab Kemunduran :
1- Dikuasainya selat Malaka oleh Portugis pada tahun 1511 M.
2- Pusat perekonomian terbagi ke selat Sunda (Kerajaan Banten)

3) Aceh Darussalam (1514-1904 M)


Raja Pertama : Ibrahim (bergelar Sultan Ali Mughayat Syah)
Masa Kejayaan : Sultan Iskandar Muda
Bukti Kejayaan : penaklukan Johor & Pahang di Malaya. Menguasai kembali
pelabuhan penting di pesisir barat dan timur Sumatra serta daerah-daerah
penghasil komoditi ekonomi. Hamzah Fansuri & Syamsuddin As-Sumatrani juga
hidup dan menyebarkan faham tasawufnya pada masa ini.
Pusat Kerajaan : Aceh Besar
Sebab Kemunduran :
1- Tidak ada sultan yang cakap memimpin. Bahkan di masa-masa terakhir
dipimpin para sultanah (ratu), sehingga banyak taklukan yang memerdekakan
diri.
2- Perpecahan golongan Tengku & Teuku12
3- Pertentangan aliran syiah dan ahlussunah wal jamaah.
4- Jatuh ke tangan penjajah Belanda.

4) Demak13 (1500-1558 M)
Raja Pertama : Raden Patah
Masa Kejayaan : Sultan Trenggono
Bukti Kejayaan : melimpahnya produk pangan (beras). Ekspansi ke daerah
kekuasaan Pajajaran serta berhasil menduduki Jayakarta. Selain itu banyak daerah
bekas kekuasaan Majapahit yang bergabung dengan Demak.
Pusat Kerajaan : Demak Lama (Sekarang meliputi Demak & Semarang)
Sebab Kemunduran :
1- Perang saudara antara Aryo Penangsang dengan Jaka Tingkir.
2- Setelah menang, Jaka Tingkir memindahkan pemerintahan ke daerah Pajang,
dan secara otomatis eksistensi Demak telah tergantikan.

5) Pajang (1558-1618 M)
Raja Pertama & Terjaya : Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya)
Bukti Kejayaan : ekspansi kekuasaan sampai ke kawasan yang
sekarang Blora, Madiun dan Kediri
Pusat Kerajaan : Pajang, Kertasura.
Sebab Kemunduran : perebutan tahta.

6) Mataram Islam (1583-1645 M)


12
Gelar Tengku digunakan para bangsawan atau keturunan sultan. Sedangkan Teuku adalah gelar para alim ulama (sama
dengan sebutan kiai di Jawa). Perpecahan ini karena pembagian struktur pemerintahan menjadi dua wilayah kekuasaan
milik Tengku dan Teuku, makin tidak kondusif sepeninggal pemrakarsanya, Sultan Iskandar Muda.
13
Kesultanan Demak didirikan atas prakarsa para Walisongo, terutama Sunan Kudus, untuk menggantikan pusat
peradaban di Jawa menggantikan kerajaan Majapahit yang telah runtuh karena paregreg. Selain itu juga untuk
mempertahankan kekuatan islam pesisir dari kemungkinan menguatnya Pajajaran-Hindu di Jawa Barat dan juga
Portugis-Kristen yang menjajah Malaka.

5
Raja Pertama : Sutawijaya (Panembahan Senopati)
Masa Kejayaan : Sultan Agung
Bukti Kejayaan :
1- Menahan perluasan pengaruh VOC di Jawa.
2- Menguasai hampir seluruh pulau Jawa, kecuali Batavia, Banten & Cirebon.
Pusat Kerajaan : Kotagede, Yogyakarta
Sebab Kemunduran :
1- Politik Devide et Impera yang dilancarkan Belanda via perjanjian Gianti dan
Salatiga, membuat Mataram terbagi 4 pimpinan: Hamengkubuwana dan Paku
Alam di Kesultanan Ngayogyakarta, serta Pakubuwana & Mangkunegara
7) Cirebon
8) Banten (1568-1684 M)
Raja Pertama : Sultan Hasanuddin (Putra Sunan Gunung Jati)
Masa Kejayaan :
Pusat Kerajaan : Banten Girang lalu dipindah ke Surosowan
9) Banjar
10) Kutai
11) Gowa-Tallo Islam (1605-1667 M)
Kerajaan ini berjasa dalam menyiarkan islam kepada kerajaan kecil di sekitarnya,
yakni kerajaan Luwu, Wajo, Sopeng dan Bone.
12) Ternate
13) Tidore
Walaupun berada di kepulauan Maluku, tetangga kerajaan Ternate ini merupakan
induk dari beberapa kerajaan islam kecil di tanah Papua yang awalnya dikuasai
kesultanan Bacan pada abad XVII, yaitu14:
1- Kerajaan Waigeo. Pusat pemerintahan di Weweyai, pulau Waigeo di
kepulauan Raja Ampat.
2- Kerajaan Salawati. Pusat pemerintahan di Sailolof, pulau Salawati Selatan.
3- Kerajaan Misool. Pusat pemerintahan di Lilinta, pulau Misool.
4- Kerajaan Batanta. Di wilayah Fakfak dan Kaimana ini, terbagi lagi menjadi
sembilan Petuanan (kerajaan kecil), yaitu: Pattipi, Rumbati, Fatagar, Ati-ati,
Wertuar, Namatota, Sekar, Komisi dan Arguni.
Semua kerajaan di atas wajib menyetor upeti secara periodik kepada sultan Tidore.
14) Bacan
15) Jailolo
16)
b. Corak Islam
Dengan berkembangnya agama Islam di Nusantara, tentunya menyebar pula beragam
pengaruh bernuansa islam di pelbagai daerah, baik itu dari segi fisik maupun non-
fisik.
- Fisik
 Arsitektur Bangunan. Contoh pengaruh islam dalam arsitektur di antaranya:
1- Masjid Tunasgain di Fakfak Timur, Papua mempunyai kemiripan arsitektur
arab-jawa seperti Masjid Agung Demak, Jawa Tengah.
Wanggai, Toni Victor M. 2009. Konstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
14

Depag RI, hlm. 230.

6
2- Masjid Agung Patimburakh di Kokas Fakfak, Papua mewakili masjid yang
arsitekturnya campuran Islam-Kristen (gereja).
3- Masjid Agung Demak (1468 M), masjid Menara Kudus (1545 M), masjid
Mantingan Jepara (1559 M), masjid Sendang Duwur Tuban (1561 M), dan
masjid Banten Lama (1560an M), semuanya terdapat inkripsi berbahasa arab
dan juga perpaduan arsitektur arab-lokal15.
 Bentuk & Inskripsi pada Makam
 Manuskrip

- Non fisik
 Pendidikan & Keilmuan
Kedudukan ulama yang ditugasi sebagai penasehat kerajaan atau hakim dalam
pemerintahan turut andil dalam penyebaran Islam ke daerah-daerah, terutama
melalui kitab atau karya tulis yang mereka susun. Di antara ulama tersebut
adalah:
1- Pra Walisongo.
2- Dewan Walisongo. Sembilan Sunan16 yang sampai sekarang terus diziarahi
karena jasa besar mereka dalam dakwah Islam di tanah jawa adalah17:
(1) Maulana Malik Ibrahim, dikenal juga dengan nama Sunan Gresik atau
Kakek Bantal dalam legenda rakyat.Wafat 12 Rabi’ul Awwal 822 H./
1419 M. di desa Gapura kec. Kota Gresik
(2) Raden Rahmat, putra dari Maulana Malik Ibrahim. Lahir di Campa
Kamboja tahun 1401 M. dan wafat di Demak tahun 1481. Terkenal
dengan sebutan Sunan Ampel karena dimakamkan di sebelah masjid
Ampel denta, Surabaya.
(3)Raden Makdum Ibrahim,
(4)Raden Syahid,
(5)Raden Ainul Yaqin,
(6)Raden Qasim Syarifuddin,
(7)Raden Ja’far Shodiq,
(8)Raden Umar Said/Prawoto
(9)Syarif Hidayatullah.
Masing-masing dari sembilan wali tersebut mempunyai keistimewaan,
tingkat keilmuan serta gaya dakwah yang berbeda.
3- Maulana Muhammad. Sultan generasi ketiga kerajaan Banten ini walaupun
gugur pada masa mudanya, banyak mengarang kitab-kitab agama dan
dibagikan kepada yang membutuhkan.
4- Abdur Rauf Al-Fansuri As-Sinkili. Lahir tahun 1615 M di Sinkil, Aceh dan
wafat di Kuala, Aceh pada 1693 M. Selain pernah menjadi mufti kerajaan
Aceh, beliau yang punya nama lain Tengku Syah Kuala ini termasuk ulama
produktif dengan menghasilkan 21 kitab lintas kelimuan, meliputi tafsir,
15
Said, Nur. 2013. Filosofi Menara Kudus, Pesan Damai Untuk Dunia. Kudus: Brilian Media Utama, hlm. 27.
16
Berasal dari bahasa Jawa “Susuhunan” yang berarti junjungan, yaitu gelar yang digunakan untuk para raja di Jawa,
menandakan pengaruh besar yang dimiliki para sembilan wali tersebut. Lihat: Tanpa Nama. 2014. Fikrah: Lembar
Kerja Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX Semester 1. Kudus: LP Ma’arif NU, hlm. 47.
17
Makalah Ihsan Fauzi Rahman: Sejarah Awal Masuknya Islam ke Indonesia, hlm. 16-27 dalam Al-Ayyubi, M.
Salahuddin. 2014. Kumpulan Makalah: Sejarah Islam di Indonesia & Sekitarnya. Kudus: Tanpa Penerbit.

7
hadis, fikih dan tasawuf. Kitab tafsirnya, Turjuman Al-Mustafid adalah kitab
tafsir Al-Qur’an berbahasa melayu yang pertama ada di Indonesia. Kitab
Umdat Al-Muhtajin dibaca para penganut tarekat syatariyah yang
dikembangkannya. Sedangkan kitab Bayan Tajalli digunakannya
menerangkan pemikirannya tentang faham wahdatul wujud yang dianut dan
disebarkan rekannya, Hamzah Fansuri dan Syamsuddin As-Sumatrani.
5- Muhammad Arsyad Al-Banjari. Lahir di Martapura, Kalsel pada 1710 M
dan wafat di kota yang sama tahun 1812 M. Setelah bermukim di Makkah
selama lebih dari 30 tahun untuk belajar dan memberi fatwa di Masjidil
Haram, beliau pulang dan mendedikasikan diri untuk bangsa dengan
mempelopori pendirian lembaga pendidikan berkonsep pesantren di
Martapura. Selain itu, karangannya yang berjudul Sabil Al-Muhtadin telah
terkenal di Indonesia, Malaysia dan Thailand.
6- Ahmad Khatib As-Sambasi. Lahir di Sambas Kalimantan Barat dan wafat di
Makkah tahun 1878 M. Pendiri tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yang
juga guru dari Imam Nawawi Al-Bantani punya andil besar menyebarkan
keilmuan tarekat dengan kitab karangannya, Fathul ‘Arifin yang dibaca
ribuan pengikutnya di Indonesia dan Malaysia.
Selain lewat perjuangan perorangan tokoh ulama, pendidikan keislaman di
Nusantara disebarluaskan lewat pesantren. Di pesantrenlah kitab-kitab karangan
ulama luar dan dalam negeri dikaji dan direproduksi oleh generasi berikutnya.
 Seni
1- Pertunjukan Wayang yang awalnya merupakan kesenian bernafaskan hindu,
diselaraskan tokoh-tokoh serta ceritanya dengan nilai keislaman. Sunan
Kalijaga tidak akan memulai pagelaran wayang sebelum penonton mengucap
syahadatain.
2- Tembang Dhandang Gula, Sinom, Lir Ilir dan sebagainya merupakan hasil
kreasi para Sunan dalam membumikan Islam di tanah Jawa, yang
diintegrasikan penyampaiannya dalam alunan nada gamelan dan gending-
gending Jawa.
3- Kesenian khas arab seperti hadrah/rebana dan tari zapin juga makin
mendapat tempat di hati para penduduk lokal serta dilestarikan hingga kini.
 Bahasa & Budaya
1- Di beberapa suku seperti melayu, jawa dan sunda terdapat tradisi islam yang
seakan telah mengakar walaupun berbeda dalam hal teknis, seperti:
- Dalam adat Melayu, bayi lahir laki-laki diadzani sedangkan jika
perempuan diiqamahi. Agak berbeda dengan adat sunda yang bayi laki-
lakinya diadzani di telinga kanan dan diiqamahi di telinga kiri.
- Dalam adat melayu dan suku Jawa Kudus, khitan bagi perempuan
berlaku sampai sekarang. Sedangkan di daerah Jawa Timur & Jawa Barat
hanya berlaku di beberapa tempat.
2- Peradaban bangsa arab selaku pembawa ajaran Islam yang waktu itu lebih
tinggi daripada penduduk lokal Nusantara, membuat banyak kosakata arab
yang akhirnya meresap dan dibakukan sebagai bahasa lokal, seperti: kursi,
masjid, sujud, mati, hal, baku, aspal, dunia dan lain sebagainya.
 Politik, Pertahanan & Keamanan

8
Kerajaan-kerajaan islam di Nusantara tak hanya berfungsi menguatkan syiar
islam dalam ranah dakwah, tapi juga punya andil dalam urusan politik dan
hankam, di antaranya:
1- Kerajaan Samudra Pasai sejak awal berdirinya telah memiliki angkatan laut
dan darat, juga tata pemerintahan yang baik18.
2- Dalam mempertahankan daerah kekuasaannya dan membina para pasukan,
kerajaan Aceh bekerjasama dengan angkatan perang Turki.
3- Percobaan pengusiran portugis di Malaka oleh pasukan pimpinan Pati Unus
dari Kerajaan Demak pada Tahun 1512.
4- Pendudukan Jayakarta (sekarang Jakarta) oleh armada Demak pimpinan
Fatahillah (Faletehan) setelah diusirnya portugis dari pelabuhan sunda
Kelapa pada tahun 1527.
5- Pada abad XVI, kerajaan islam Ternate berkoalisi dengan kerajaan Gowa &
Tallo lama yang masih beragama untuk menghadang kedatangan Portugis di
Sulawesi. Keberhasilan koalisi tersebut berakibat makin banyaknya raja &
keluarga kerajaan Gowa & Tallo yang masuk Islam. Setelah itu banyak
rakyatnya yang lantas masuk islam.
 Hukum
1- Mahkamah Syariah di Kalimantan dipelopori oleh M. Arsyad Al-Banjari dan
diteruskan oleh keturunannya.
2- Kerajaan Malaka telah membuat peraturan tentang bea cukai & penggunaan
mata uang logam pengganti barter, kesatuan ukuran/timbangan dll.
3- Sultan Iskandar Muda menerapkan sistem pemerintahan sipil serta hukum
adat (adat makuta alam) di daerah kekuasaan kerajaan Aceh atas dasar
ajaran Islam.
 Sosial & Keagamaan
1- Para penganut Islam di Malaka pada abad ke-15 diberi hak-hak istimewa dan
bahkan dibangunkan masjid oleh penguasanya yang waktu itu non-muslim.
2- Telah adanya penghormatan hak-hak wanita, seperti diangkatnya beberapa
sultan wanita di kerajaan Aceh, walaupun pada akhirnya menyebabkan
kemunduran.
 Ekonomi
1- Terjadi pertukaran komoditi antara Sumatra-Jawa-Maluku. Para pedagang
luar negeri yang singgah di Malaka membawa komoditi pakaian dan
perhiasan, saling jual-beli atau tukar-menukar dengan hasil bumi dari
Sumatra, bahan pangan dari Jawa ataupun rempah-rempah dari Maluku.
2- Pindahnya pusat perekonomian beberapa kali (karena akuisisi penjajah) dari
Malaka ke Aceh lantas ke Banten dan Sunda Kelapa, berpengaruh pada
kemajuan kerajaan Islam setempat.

D. KESIMPULAN
1. Sebelum datangnya Islam, penduduk Nusantara telah mempercayai adanya kekuatan
ghaib yang absolut (yang merupakan bentuk esensi keagamaan). Dibuktikan dengan
adanya peninggalan sejarah dari ajaran Animisme, Dinamisme, Hindu dan Buddhist.
18
Lihat makalah Rahayu Permana: Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia, hlm. 4 dalam Al-Ayyubi, M. Salahuddin.
2014. Kumpulan Makalah: Sejarah Islam di Indonesia & Sekitarnya. Kudus: Tanpa Penerbit.

9
2. Kedatangan islam di berbagai daerah Nusantara Indonesia tidaklah bersamaan. Dan
masing-masing daerah atau kerajaan yang didatangi memiliki situasi politik dan sosial
budaya yang berlainan.
3. Sumber-sumber pendukung tentang awal keberadaan islam di bumi Nusantara didapat dari
berita Arab, berita Eropa, berita Tiongkok, berita India dan juga sumber dalam negeri.
4. Dari beberapa teori yang ada serta argumen dikemukakan, pemakalah mengacu pada hasil
seminar ilmiah di Medan tahun 196319 yang menyimpulkan bahwa:
a. Waktu masuknya Islam di Nusantara: abad 1 H./7 M.
b. Pembawa: Pedagang dan da’i dari Arab, bukan dari Gujarat India, Persia, Bangladesh
ataupun Tiongkok.
c. Penerima: Penduduk pesisir Sumatra bagian utara.
d. Cara: damai, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan20.
5. Selain lewat saluran perdagangan (yang lebih dominan dalam kedatangan pertama Islam),
proses penyebaran islam ke daerah-daerah lebih variatif dengan melalui saluran
pernikahan, tasawuf, pendidikan, kesenian dan politik.
6. Kerajaan Islam yang pernah ada di Nusantara, kekuasaan politik & hankamnya masih
bersifat lokal. Jalinan hubungan internasional lebih banyak di bidang ekonomi. Persatuan
yang ada belum bersifat kebangsaan secara utuh, sehingga perjuangan sporadis melawan
penjajah kerap dipatahkan.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Ayyubi, M. Salahuddin. 2014. Kumpulan Makalah: Sejarah Islam di Indonesia & Sekitarnya.
Kudus: Tanpa Penerbit.
Tanpa Nama. 2014. Fikrah: Lembar Kerja Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX Semester 1.
Kudus: LP Ma’arif NU.
Tanpa Nama. 2014. Fikrah: Lembar Kerja Siswa Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IX Semester 2.
Kudus: LP Ma’arif NU.
Said, Nur. 2013. Filosofi Menara Kudus, Pesan Damai Untuk Dunia. Kudus: Brilian Media Utama.
Wanggai, Toni Victor M. 2009. Konstruksi Sejarah Umat Islam di Tanah Papua. Jakarta: Badan
Litbang dan Diklat Depag RI.

DOKUMEN DIGITAL

19
Lihat makalah Rahayu Permana: Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia, hlm. 5 dalam Al-Ayyubi, M. Salahuddin.
2014. Kumpulan Makalah: Sejarah Islam di Indonesia & Sekitarnya. Kudus: Tanpa Penerbit.
20
Bandingkan dengan motif & cara penyebaran agama Kristen (Protestan) yang datang ke Indonesia sebagai salah satu
misi yang diemban para penjajah (bangsa Belanda utamanya) yang biasa dikenal 3G (Gold, Gospel, Glory). Penginjilan
yang didukung pemerintahan kolonial lebih cenderung instruktif bahkan sampai represif, berbeda dengan dakwah islam
yang ditawarkan dalam kerangka suggestif dan alternatif. Walaupun sama-sama bermotif perdagangan seperti dakwah
islam awalnya, tapi akhirnya kaum penjajah tertarik untuk lebih mengeksploitasi kekayaan alam Nusantara.

10

Anda mungkin juga menyukai