Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


RISIKO KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah

Pembimbing Akademik:
Dr. Fitria Handayani, S.Kp.,M.Kep.,Sp.KMB

Oleh:
Firda Sefy Faradila
22020120210034
Kelompok 9

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXVI


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
RISIKO KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH

I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 3 September 2020
Tanggal Pengkajian : 4 September 2020

A. DATA DEMOGRAFI
1. Biodata Klien
a. Nama : Tn.A
b. Usia : 58 tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA
f. Status : Kawin
g. Pekerjaan : Buruh
h. Alamat : Ngesrep, Semarang
i. Diagnosa medis : DM tipe 2

2. Penanggung jawab
a. Nama : Ny.S
b. Hubungan dg ps : Istri
c. Usia : 56 tahun
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA
f. Alamat : Ngesrep, Semarang

B. KELUHAN UTAMA
Tn.A mengatakan bahwa dirinya merasa lemas
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat penyakit sekarang
Tn.A mengatakan dirinya merasa lemas dan mata berkunang-kunang
sejak 3 hari yang lalu. Tn.A juga mengatakan sering merasa kesemutan
pada ekstremitasnya.
2. Riwayat penyakit dahulu
Tn.A mengatakan dirinya memiliki riwayat sakit DM dan jantung
sejak 5 tahun yang lalu.
3. Riwayat penyakit keluarga
Tn.A mengatakan ayahnya juga memiliki riwayat DM dan hipertensi.
Sedangkan dari pihak istri, Ny.S mengatakan tidak ada riwayat
penyakit khusus di keluarganya.
Genogram
Tn.R (83 th)
Riwayat DM
Hipertensi

Tn.A (58 th)


Ny.S (56 th)
DM &
Jantung

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Garis Keturunan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Tinggal satu rumah
: Klien (Tn.A dengan DM dan jantung)

D. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Tn.A tampak berpakaian rapi. Tn.A mengatakan menyukai semua
bagian tubuhnya. Akan tetapi yang paling disukai yakni mata.
b. Peran Diri
Tn.A mengatakan dirinya adalah seorang suami yang bertugas
mencari nafkah untuk keluarganya. Karena sakit, dirinya tidak bisa
menjalankan perannya. Sebagai seorang ayah, Tn.A berperan untuk
selalu melindungi ketiga anaknya.
c. Identitas Diri
Tn.A mengatakan dirinya seorang laki-laki berusia 58 tahun. Tn.A
sebagai seorang suami dari Ny.S dan ayah dari ketiga anaknya.
d. Ideal Diri
Tn.A mengatakan dirinya ingin segera sembuh agar bisa
melakukan aktivitas seperti biasanya.
e. Harga Diri
Tn.A mengatakan dirinya merasa sedih karena sakitnya yang tak
kunjung sembuh. Akan tetapi, Tn.A ikhlas dan menyerahkan
penyakitnya pada Allah SWT.

2. Penatalaksanaan Stres
Tn.A mengatakan selalu bercerita kepada istri dan berdoa kepada
Allah SWT. Tn.A percaya jika ia selalu berusaha dengan sungguh-
sungguh, Allah SWT akan memberikan kesembuhan. Tn.A pasrah dan
berserah dengan semua yang diberikan oleh Allah SWT. Tn.A
memperbanyak berdzikir dan membaca Al-Quran untuk menenangkan
dirinya.
3. Penyalahgunaan Obat
Tn.A mengatakan bahwa ia tidak pernah mengonsumsi alkohol dan
obat terlarang.

E. RIWAYAT SPIRITUAL
Tn.A mengatakan bahwa dirinya beragama islam dan selalu solat 5 waktu.
Tn.A selalu berdoa agar segera diberi Kesehatan. Tn.A juga mengatakan
dirinya ikhlas dan menyerahkan sakitnya kepada Allah SWT.

F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Keadaan umum pasien lemah.
2. Kesadaran
Kesadaran composmentis, GCS 15 (E4M6V5)
3. Tanda-tanda vital
TD : 160/90 mmHg
Suhu : 37,2 oC
Nadi : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
4. Head to toe
a. Kepala

Kepala Hasil Pemeriksaan


Inspeksi  Bentuk kepala simetris, bulat ukuran
mesochepal.
 Rambut pendek
 Terlihat adanya uban.
 Tidak terdapat perdarahan, bekas luka, lesi dan
memar.
Palpasi  Tidak terdapat benjolan di bagian kepala.
 Tidak ada nyeri tekan ketika di palpasi.
b. Mata
Mata Hasil Pemeriksaan
Inspeksi  Gerak bola mata simetris.
 Kelopak mata berwarna gelap.
 Bulu mata jarang.
 Letak mata kanan dan kiri simetris.
 Ukuran mata antara kanan dan kiri sama.
 Refleks berkedip normal.
 Tidak terdapat perdarahan pada mata.
 Pupil mata isokor.
 Sklera tidak ikterik (sklera berwarna putih).
 Konjungtiva anemis.
Palpasi  Tidak terdapat benjolan di area mata.
 Tidak terdapat nyeri tekan di area mata.
c. Hidung
Hidung Hasil Pemeriksaan
Inspeksi  Lubang hidung kanan dan kiri simetris.
 Tidak ada kotoran ataupun sumbatan.
 Tidak ada keluaran cairan/produksi sputum.
 Tidak terdapat polip.
Palpasi  Tidak terdapat benjolan di area hidung.
 Tidak terdapat nyeri tekan di area hidung.
d. Mulut dan Gigi
Mulut Hasil Pemeriksaan
Inspeksi  Membran mukosa dan bibir pucat dan kering.
 Gigi lengkap, terdapat karies gigi
Palpasi  Tidak ada benjolan di sekitar mulut dan lidah.
 Tidak ada nyeri tekan saat dipalpasi.
e. Telinga
Telinga Hasil pemeriksaan
Inspeksi  Telinga kanan dan kiri simetris.
 Tidak ada cairan yang keluar dari lubang telinga.
 Tidak terdapat perdarahan.
 Tidak menggunakan alat bantu dengar.
Palpasi  Tidak terdapat benjolan / massa di telinga.
 Tidak terdapat nyeri tekan di area telinga.
f. Leher
Lehar Hasil Pemeriksaan
Inspeksi  Klien mampu menoleh ke kanan dan kiri,
menunduk dan menengadah tanpa hambatan.
 Warna kulit leher sama dengan warna kulit bagian
tubuh lain.
Palpasi  Tidak ada pembesaran vena jugularis
 Tidak ada nyeri tekan pada leher
 Tidak ada nyeri menelan
g. Dada
a) Paru-Paru
Paru-paru Hasil Pemeriksaan
Inspeksi  Bentuk dada kanan dan kiri simetris.
 Tidak terdapat retraksi dada, lesi, memar atau jejas
 Pergerakan dada saat bernapas seimbang.
Palpasi  Getaran teraba sama antara kanan dan kiri.
 Tidak terdapat nyeri tekan, benjolan,edema.
Perkusi Suara sonor
Auskultasi Suara vesikuler.
b) Jantung
Jantung Hasil Pemeriksaan
Inspeksi Bentuk dada simetris.
Palpasi  Ictus cordis teraba.
 Denyut jantung teraba teratur.
Perkusi Pekak.
Auskultasi  Irama jantung normal
 Tidak terdapat suara tambahan.
 Bunyi jantung lup dup.
c) Abdomen
Abdomen Hasil Pemeriksaan
Inspeksi Warna merata, tidak ada kemerahan
Auskultasi Bising usus 15 x/menit.
Palpasi Tidak ada nyeri tekan

Perkusi Timpani
h. Genetalia
Genetalia Hasil Pemeriksaan
Inspeksi Tidak terkaji
Palpasi Tidak terkaji
i. Ekstremitas
Ekstremitas Hasil Pemeriksaan
Ekstremitas Atas  Tidak terdapat edema pada ekstremitas
atas kanan dan kiri.
 Kekuatan otot ekstremitas atas kanan dan
kiri menunjukkan skala 4.
 CRT > 2 detik.
 Akral teraba hangat.
 Ekstremitas atas sedikit kering
Ekstremitas  Tn.A mengatakan sering merasa kesemutan
Bawah  Kekuatan otot ekstremitas bawah kanan
dan kiri menunjukkan skala 4.
 CRT > 2 detik.
 Akral teraba hangat.
 Ekstremitas bawah sedikit kering

G. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


1. Nutrisi dan Cairan

A (Antropometri) BB : 58 kg
TB : 150 cm
IMT : 25,77 (BB Lebih)

B (Biokimia) Hb = 1,6 gr/dl


Leukosit = 12100/ mm3
Trombosit = 168.000/mm3
Hematokrit = 33,5%
Albumin = 2,5 gr/dL
Total protein = 5,1 gr/dL
GDS saat masuk RS = 285 mg/dl
GDS Puasa = 287 mg/dl
GDS 2 jam PP = 263 mg/dl
GDS sewaktu = 274 mg/dl

C (Klinis) TD : 160/90 mmHg


Suhu : 37,2 oC
HR : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
Turgor kulit tidak elastis
Konjungtiva anemis
Lemas dan pucat
Akral hangat
Membran mukosa kering
D (Diet) Tn.A makan 3 kali sehari sesuai diet.
Makanan yang disukai adalah sayur,
buah, tempe dan tahu. Tidak ada alergi
terhadap makanan. Tn.A memiliki
makanan pantangan yang manis-manis
sejak memiliki penyakit DM. Diit
klien dengan bubur DM 1500 kkal,
tidak mengonsumsi obat sebelum
makan.

Kebutuhan BB = 58 kg
Cairan 10 kg pertama = 1000 ml
10 kg kedua = 500 ml
38 kg (38 kg x 20 ml) = 760 ml
Total = 2260 ml

Intake/24 jam Minum : ± 1500 ml


Makan : ± 300 ml
Infus : ± 500 ml

Total 2300 ml

Output/24 jam BAK : 1100 ml


BAB : 150 ml
IWL (15ccxkgBB) /24 jam : 870 ml

Total 2120 ml

Balance Cairan Intake – Output = 180 ml (+)

2. Eliminasi

Sebelum Sakit DI Rumah Sakit


Frekuensi BAK klien 8-10 Frekuensi BAK klien 10-12
x/hari, dengan warna kuning x/hari, dengan warna kuning
keruh, tidak ada keluhan, dan keruh, tidak ada keluhan, dan
tidak menggunakan alat bantu. tidak menggunakan alat bantu.
Klien BAB 1 x dalam satu hari, Klien BAB 1 x dalam satu hari,
dengan waktu yang tidak dengan waktu yang tidak
menentu, warna kuning, menentu, warna kuning,
konsistensi lembek, tidak ada konsistensi lembek, tidak ada
keluhan, dan tidak menggunakan keluhan, dan tidak menggunakan
pencahar. pencahar.

3. Personal Hygiene

Sebelum Sakit Di Rumah Sakit


Frekuensi mandi klien 2 x/hari, Selama di Rumah Sakit,Tn.A
pada waktu pagi dan sore hari. mandi 2 x/hari, pada waktu sore
Klien menggosok gigi 2 x/hari hari. Menggosok gigi 2 x/hari
pada waktu pagi dan sore hari pada waktu sore hari setelah
setelah mandi. Selama dirumah mandi. Selama di Rumah Sakit
biasanya klien mencuci rambut 3 klien belum pernah mencuci
x dalam seminggu. rambutnya.

4. Oksigenasi

Sebelum Sakit Di Rumah Sakit


Tn.A bernapas normal, tidak Tn.A bernapas normal, tidak
menggunakan alat bantu napas menggunakan alat bantu napas.
RR 20 x/menit
5. Istirahat dan Tidur

Sebelum Sakit Di Rumah Sakit


Selama di rumah klien tidur Selama di Rumah Sakit klien
siang selama 2-3 jam/hari. Tidur tidur siang 1-2 jam/hari. Tidur
malam 7-8 jam/hari. Klien hanya malam 7-8 jam/hari. Dan
mempunyai kebiasaan berdoa mempunyai kebiasaan berdoa
pada saat akan tidur dan sesudah pada saat akan tidur dan sesudah
bangun tidur. bangun tidur.
6. Aktivitas dan Latihan

Sebelum Sakit Di Rumah Sakit


Selama di rumah klien Aktivitas klien selama di Rumah
menjalankan aktivitas sebagai Sakit terganggu, klien hanya
suami dan ayah yang mencari berbaring di tempat tidur karena
nafkah. Klien mengatakan jarang lemas. Selama di Rumah Sakit
berolahrga klien tidak berolah raga.
Keluhan klien saat ini dalam
beraktivitas adalah kelemahan.
Saat ke kamar mandi atau
berjalan klien di bantu oleh
keluarga atau perawat

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 3 September 2020

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interprestasi


Kimia Klinik
Protein Total 5,1 g/dL 6,6 – 8,7 Rendah
Albumin 2,5 g/dL 3,4 – 4,8 Rendah
Na 133 mEq/L 135 – 147 Rendah
K 2,5 mEq/L 3,5 – 5,5 Rendah
Cl 99 mEq/L 100 – 106 Rendah
Kreatinin 2,2 mg/dL 0,5 – 1,5 Tinggi
Glukosa puasa 285 mg/dL 70 – 110 Tinggi
Glukosa 2 jam PP 263 mg/dL 70 – 140 Tinggi
Glukosa darah sewaktu 274 mg/dL 70 – 200 Tinggi
A1c 10,3% 4,5 – 6,3 Tinggi
Urinalisis
Makroskopis Tdk
Warna Kuning berwarna- Normal
Kuning

Kejernihan Keruh Jernih Tdk Normal

Berat jernih 1,010 1,003–1,030 Normal

pH 6,0 4,6 – 8,5 Normal

Glukosa 2+ - Tinggi

Keton 1+ - Tinggi

Darah Lengkap
LED 30 mm/jam 0 – 10 Tinggi
Haemoglobin 11,6 g/dL 13 – 16 Rendah
Hematokrit 33,5% 40 – 48 Rendah
Eeritrosit 4,05 jt/uL 4,5 – 5,5 Rendah
Leukosit 12,1x103/uL 5-10 x 103 Tinggi
Trombosit 168 x103/uL 150-400 x Normal
103

2. EKG
Hasil : Poor R V1-3 (CAD Anteroseptal)

I. TERAPI

Kontra-
Jenis Dosis Rute Indikasi Efek Samping
indikasi
Insulin 8 ui SC Diabetes Hiper- Hipoglikemia
melitus, sensitivitas (sakit kepala,
hipeglikemia dan lapar, haus,
, ketoasidosis hipoglikemia pusing,
diabetik gemetar,
lemas,
takikardia,
kejang)
Captopri 3x Oral Hipertensi Hiper- Mual muntah,
l 25 dan gagal sensitivitas sakit perut,
mg jantung dan hamil pusing, batuk
kering, ruam
kulit, sakit
dada,
hipotensi,
mulut kering,
konstipasi
HCT 1x Oral Anti Hiper- Sakit kepala,
25 hipertensi sensitivitas pusing, lemas,
mg tidak nafsu
makan, nyeri
perut,
hiperkalsemia,
hipokalemia,
hyponatremia

II. ANALISA DATA

NO DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI


1. DS : Risiko Diabetes
- Tn.A mengatakan bahwa Ketidakstabilan Melitus
dirinya merasa lemas Kadar Glukosa
- Tn.A mengatakan sering Darah (D.0038)
merasa kesemutan
- Tn.A mengatakan
matanya berkunang-
kunang
- Tn.A mengatakan dirinya
memiliki riwayat sakit
DM sejak 5 tahun lalu
DO :
- Tn.A tampak lemas
- Pemeriksaan TTV
TD : 160/90 mmHg
Suhu : 37,2 oC
HR : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
- Hasil pemeriksaan
laboratorium :
Glukosa saat masuk RS :
285 mg/dL (H)
Glukosa puasa : 287
mg/dL (H)
Glukosa 2 jam PP : 263
mg/dL
Glukosa darah sewaktu :
274 mg/dL (H)
A1c : 10,3%
Keton : +1
2. DS : Perfusi Perifer Penuurnan
- Tn.A mengatakan sering Tidak Efektif aliran arteri
merasa kesemutan (D.0009) dan/atau vena
- Tn.A mengatakan dirinya akibat diabetes
memiliki riwayat sakit melitus
DM sejak 5 tahun lalu
DO :
- Akral teraba hangat
- Tn.A tampak lemas dan
pucat
- CRT > 2 detik
- Kekuatan otot ekstremitas
atas kanan dan kiri
menunjukkan skala 4.
- Kekuatan otot ekstremitas
bawah kanan dan kiri
menunjukkan skala 4.
- Pemeriksaan TTV :
TD : 160/90 mmHg
Suhu : 37,2 oC
HR : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
- Glukosa darah sewaktu :
274 mg/dL (H)
- Pemeriksaan EKG
didapatkan hasil CAD
anteroseptal
3. DS : Hipovolemia Diuresis
- Tn.A mengatakan bahwa (D.0023) Osmotik
dirinya merasa lemas
- Tn.A mengatakan jika
berjalan seperti
berkunang-kunang
- Tn.A mengatakan sering
merasa haus
- Tn.A mengatakan BAK
10-12 x/hari, dengan
warna kuning keruh
DO :
- Kesadaran Tn.A
composmentis
- Tn.A tampak lemas dan
pucat
- Kebutuhan cairan = 2260
ml
- Balance cairan : 180 ml
(+)
- IWL : 870 ml
- Pemeriksaan TTV :
TD : 160/90 mmHg
Suhu : 37,2 oC
HR : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
- Elektrolit
Na : 133 mEq/L (L)
K : 2,4 mEq/L (L)
Cl : 99 mEq/L (L)
4. DS : Risiko Infeksi Diabetes
- Tn.A mengatakan dirinya (D.0142) Melitus
memiliki riwayat sakit
DM sejak 5 tahun lalu
DO :
- Hasil pemeriksaan
laboratorium :
Glukosa saat masuk RS :
285 mg/dL (H)
Glukosa puasa : 287
mg/dL (H)
Glukosa 2 jam PP : 263
mg/dL
Glukosa darah sewaktu :
274 mg/dL (H)
A1c : 10,3%
Keton : +1
5. DS : Risiko Jatuh Hiperglikemia
- Tn.A mengatakan bahwa (D.0143)
dirinya merasa lemas
- Tn.A mengatakan
matanya berkunang-
kunang
- Tn.A mengatakan dirinya
memiliki riwayat sakit
DM sejak 5 tahun lalu
DO :
- Tn.A tampak lemas
- Hasil pemeriksaan
laboratorium :
Glukosa saat masuk RS :
285 mg/dL (H)
Glukosa puasa : 287
mg/dL (H)
Glukosa 2 jam PP : 263
mg/dL
Glukosa darah sewaktu :
274 mg/dL (H)
6. DS : Gangguan Ketidakbugaran
- Tn.A mengatakan Mobilitas Fisik fisik
bahwa dirinya merasa (D.0054)
lemas
- Tn.A mengatakan
matanya berkunang-
kunang
DO :
- Tn.A tampak lemas
- Kekuatan otot ekstremitas
atas kanan dan kiri
menunjukkan skala 4.
- Kekuatan otot ekstremitas
bawah kanan dan kiri
menunjukkan skala 4.
- Pemeriksaan TTV
TD : 160/90 mmHg
Suhu : 37,2 oC
HR : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
7. DS : Risiko Ketidakbugaran
- Tn.A mengatakan bahwa Intoleransi status fisik
dirinya merasa lemas Aktivitas
- Tn.A mengatakan (D.0060)
matanya berkunang-
kunang
DO :
- Tn.A tampak lemas
- Pemeriksaan TTV
TD : 160/90 mmHg
Suhu : 37,2 oC
HR : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
8. DS : - Ketidakpatuhan Kondisi
DO : (D.0114) penyakit kronis
- Tn.A mengatakan jarang
berolahrga
- Tn.A mengatakan dirinya
memiliki riwayat sakit
DM sejak 5 tahun lalu
- Hasil laboratorium :
A1c : 10,3% (kadar
glukosa darah tidak
terkontrol)

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama Klien : Tn.A
No.Rekam Medik: -
Ruang Rawat : R.Mawar

DIAGNOSA
NO TGL.DITEMUKAN TGL.TERATASI
KEPERAWATAN
1. Risiko ketidakstabilan 4 September 2020
kadar glukosa darah
berhubungan dengan
diabetes melitus
(D.0038)
2. Perfusi perifer tidak 4 September 2020
efektif berhubungan
dengan penurunan aliran
arteri dan/atau vena
akibat diabetes melitus
(D.0009)
3. Hipovolemia 4 September 2020
berhubungan dengan
diuresis osmotik
(D.0023)
IV. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn.A
No.Rekam Medik: -
Ruang Rawat : R.Mawar

Hari, Dx. Tujuan dan Kriteria


Rencana Tindakan Rasional
Tanggal Kep Hasil
Jumat,4 1 Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia (I.03115) Observasi
September Tindakan keperawatan Observasi 1. Untuk menentukan
2020 selama 3x24 jam, kadar 1. Identifikasi kemungkinan penyebab penanganan yang tepat
Pukul 07.00 glukosa darah stabil hiperglikemia 2. Mengetahui adanya
WIB dengan kriteria hasil : 2. Monitor kadar glukosa darah peningkatan atau
Kestabilan kadar 3. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia penurunan kadar
glukosa darah (L.03022) (mis.poliuria, polydipsia, polifagia, glukosa darah
a. Rasa lelah berkurang kelemahan, malaise, pandangan kabur, 3. Mengatasi tanda gejala
b. Rasa haus berkurang sakit kepala) yang ada
c. Kadar glukosa dalam 4. Monitor intake dan output cairan 4. Untuk mengetahui
darah normal (< 200 5. Monitor keton urin, kadar analisa gas balance cairan
mg/dl) darah, elektrolit, tekanan darah 5. Untuk mengetahui
ortostatik, dan frekuensi nadi. adanya masalah lain
Terapeutik seperti ketoasidosis
1. Berikan asupan cairan oral diabetik
2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan Terapeutik
gejala hiperglikemia tetap ada atau 1. Mengurangi dehidrasi
memburuk akibat polyuria
Edukasi 2. Agar mendapatkan
1. Anjurkan monitor kadar glukosa darah penanganan yang lebih
secara mandiri tepat
2. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan Edukasi
olahraga dengan media booklet 1. Agar bisa memonitor
(Srikartika & Akbar, 2019) kadar glukosa darah
3. Anjurkan kepatuhan penatalaksanaan secara mandiri
DM yang meliputi edukasi penyakit, diit, 2. Meningkatkan
olahraga dan farmakologi (Sucipto & kepatuhan
Fadlilah, 2017) 3. Mengontrol kepatuhan
4. Ajarkan pengelolaan diabetes selama perawatan di
(mis.penggunaan insulin, obat oral, rumah
monitor asupan cairan, penggantian 4. Menurunkan kadar
karbohidrat, dan bantuan professional glukosa darah
kesehatan), bisa juga berupa self-care Kolaborasi
Diabetes (Maslikhah & Arisanty, 2018) Untuk menurunkan kadar
Kolaborasi glukosa darah
Kolaborasi pemberian insulin
Jumat,4 2 Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi (I.02079) Perawatan Sirkulasi
September tindakan keperawatan Observasi (I.02079)
2020 selama 3x24 jam, perfusi 1. Identifikasi factor risiko gangguan Observasi
Pukul 07.00 perifer kembali efektif sirkulasi (mis.diabetes) 1. Mengetahui penyebab
WIB dengan kriteria hasil : Terapeutik gangguan sirkulasi
Perfusi Perifer (L.02011) 1. Lakukan perawatan kaki Terapeutik
a. Denyut nadi perifer 2. Lakukan hidrasi 1. Mencegah cedera pada
normal (60 – 100 Edukasi kaki
x/menit 1. Anjurkan berolahraga rutin 2. Sebagai pemenuhan
b. Tekanan darah normal 2. Anjurkan menggunakan obat penurun kebutuhan cairan
(120/80 mmHg) tekanan darah, antikoagulan, penurun Edukasi
c. Warna kulit merata kolesterol,jika perlu 1. Melancarkan sirkulasi
(tidak pucat) 3. Anjurkan minum obat pengontrol darah
d. Kesemutan pada tekanan darah secara teratur 2. Menurunkan risiko
ekstremitas berkurang 4. Informasikan tanda dan gejala darurat penyakit jantung coroner
e. Turgor kulit elastis yang harus dilaporan (mis. hilang rasa) 3. Menurunkan tekanan
Mobilitas Fisik Edukasi Latihan Fisik (I.12389) darah
(L.05042) Observasi 4. Untuk mendapatkan
a. Kekuatan otot 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan penanganan segera
meningkat dari skala 4 menerima informasi Edukasi Latihan Fisik
menjadi 5 Terapeutik (I.12389)
1. Sediakan materi dan media pendidikan Observasi
kesehatan 1. Mengetahui kemampuan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai pasien dalam menerima
kesepakatan informasi
3. Berikan kesempatan untuk bertanya Terapeutik
Edukasi 1. Sebagai salah satu
1. Jelaskan manfaat kesehatan dan efek metode penyampaian
fisiologis senam kaki diabetes (Rusandi informasi
& Prabowo, 2015) 2. Menenmukan waktu
2. Jelaskan frekuensi, durasi, dan intensitas yang tepat untuk
program senam kaki penyampaian informasi
3. Ajarkan teknik pernapasan yang tepat 3. Memberikan pencerahan
pada pasien mengenai
hal-hal yang belum
diketahui
Edukasi
1. Mengetahui manfaat dan
efek dari senam kaki
2. Mengetahui lamanya
program senam kaki
3. Memaksimalkan
penyerapan oksigen
selama latihan fisik
Jumat,4 3 Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia (I.03116) Observasi
September tindakan keperawatan Observasi 1. Mengetahui tanda
2020 3x24 jam, cairan tubuh 1. Periksa tanda gejala hipovolemia gejala dan penanganan
Pukul 07.00 dalam rentang normal (frekuensi nadi meningkat, nadi teraba yang tepat nantinya
WIB dengan kriteria hasil : lemah, turgor kulit menuurn, membrane 2. Mengetahui balance
Status Cairan (L.03028) mukosa kering, haus, lemah) cairan
a. Turgor kulit elastis 2. Monitor intake dan output cairan Terapeutik
b. Output urine Terapeutik 1. Mengetahui kebutuhan
berkurang menjadi ± 1. Hitung kebutuhan cairan cairan/24 jam
500 ml 2. Berikan asupan cairan oral 2. Menurunkan
c. Tidak merasa lemah Edukasi hipovolemia
d. Tidak merasa haus 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan Edukasi
berkepanjangan oral 1. Mengurangi tanda
e. Frekuensi nadi normal Kolaborasi gejala hipovolemia
(60 – 100 x/menit) 1. Kolaborasi pemberian IV Kolaborasi
f. Tekanan darah normal 1. Membantu memenuhi
(120/80 mmHg) kebutuhan cairan
g. Membran mukosa
lembab
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
CATATAN TINDAKAN
Nama Klien : Tn.A
No.Rekam Medik: -
Ruang Rawat : R.Mawar

TINDAKAN KEPERAWATAN
TGL NDx JAM PARAF
DAN HASIL (Evaluasi Formatif)

VI. EVALUASI KEPERAWATAN


CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Tn.A
No.Rekam Medik: -
Ruang Rawat : R.Mawar

TGL NDx JAM EVALUASI SUMATIF/SOAP PARAF


PEMBAHASAN

Berdasarkan pengelolaan kasus hiperglikemia pada penderita Diabetes


Melitus (DM) yang dilakukan selama 3 hari dari tanggal 4 sampai 6 September
2020. Dengan urutan asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian, analisa
data, penentuan diagnosa keperawatan, prioritas diagnosa, dan rencana tindakan
keperawatan terdapat hal-hal yang perlu dibahas untuk membuktikan ada atau
tidaknya kesenjangan teori. Pembahasan dilakukan dengan membandingkan
antara tinjauan teori dengan tinjauan asuhan keperawatan risiko
ketidakseimbangan gula darah pada Tn.A di ruang mawar RS.X

1. PENGKAJIAN
Pengkajian yakni mengumpulkan data yang didapat dengan
wawancara secara langsung baik kepada pasien maupun keluarga terdekat.
Data lain yang didapat dalam kelengkapan pengkajian diperoleh dari studi
dokumentasi rekam medik ruangan, hasil observasi, pemeriksaan fisik dan
hasil pemeriksaan diagnostic lain seperti laboratorium. Data yang didapatkan
merupakan data subjektif dan objektif. Data hasil pengkajian pasien
berdasarkan case study didapatkan pasien Tn.A usia 58 tahun dengan
diagnosa medis Diabetes Mellitus. Pasien masuk RS pada tanggal 3
September 2020. Keluhan utama saat masuk RS adalah Tn.A mengatakan
dirinya merasa lemas. Riwayat penyakit sekarang mata berkunang-kunang,
lemah untuk berjalan, dan sering merasa kesemutan.
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit DM dan jantung sejak
5 tahun lalu. Tn.A mengatakan BAK 10-12 kali dalam sehari dengan warna
keruh, ± 1100 ml, BAB 150ml, IWL 870 ml, terpasang infus RL 20 tpm,
pasien bedrest. Pasien mengatakan dirinya tidak bisa menjalankan peran
sebagai ayah dan suami terganggu saat sakit. Akan tetapi pasien tetap mampu
beribadah solat 5 waktu. Tn.A mengatakan sejak sakit dirinya mandi 2 x/hari,
pada waktu sore hari, menggosok gigi 2 x/hari pada waktu sore hari setelah
mandi. Selama di Rumah Sakit klien belum pernah mencuci rambutnya
Pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan keadaan umum lemas,
kesadaran composmentis, GDS saat masuk RS 285 mg/dl per tanggal 3
September 2020. TD 160/90 mmHg, suhu 37,2 oC, HR 92 x/menit, RR 20
x/menit. Status gizi pasien didapatkan TB 150 cm, BB 58 kg dan IMT 25,7
(Lebih). Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan kekuatan otot ekstremitas
atas dan bawah adalah 4.
Hasil laboratorium didapatkan glukosa puasa : 287 mg/dL (H),
glukosa 2 jam PP : 263 mg/dL, glukosa darah sewaktu : 274 mg/dL (H), Hb =
1,6 gr/dl, Leukosit = 12100/ mm3, Trombosit = 168.000/mm3, Hematokrit =
33,5%, Albumin = 2,5 gr/dL, Total protein = 5,1 gr/dL, A1c 10,3%. Hasil
pemeriksaan EKG menunjukkan Poor R V1-3 (CAD Anteroseptal).
Kebutuhan cairan = 2260 ml, balance cairan : 180 ml (+), IWL : 870 ml, Na
133 mEq/L (L), K 2,4 mEq/L (L), Cl 99 mEq/L (L), keton +1.

2. MASALAH KEPERAWATAN YANG DIALAMI KLIEN


Setelah dilakukan proses pengkajian pada 4 September 2020, didapatkan
beberapa permasalahan keperawatan pada pasien antara lain : (PPNI, 2017)
a. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b.d Diabetes Melitus
(D.0038)
Menurut SDKI, risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah
risiko terhadap variasi kadar glukosa darah dari rentang normal. Diagnosa
ini muncul karena Tn.A mengatakan dirinya merasa lemas, mata
berkunang-kunang, lemah untuk berjalan, dan sering merasa kesemutan.
GDS saat masuk RS 285 mg/dl per tanggal 3 September 2020, TD 160/90
mmHg, suhu 37,2oC, HR 92 x/menit, RR 20 x/menit. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan glukosa puasa : 287 mg/dL (H), glukosa 2 jam
PP : 263 mg/dL, glukosa darah sewaktu : 274 mg/dL (H), HbA1c 10,3%
(kadar glukosa tidak terkontrol).
Ketidakstabilan kadar glukosa darah sering dijumpai pada kasus
diabetes melitus Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan
metabolik menahun akibat pancreas tidak memproduksi cukup insulin
atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara
efektif. Insulin adalah hormone yang mengatur keseimbangan kadar gula
darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah
(hiperglikemia). (Kemenkes, 2014) Pasien dengan Diabetes Melitus akan
cenderung mengalami ketidakstabilan kadar glukosa darah. Tidak hanya
menyebabkan hiperglikemia, tetapi juga berisiko mengalami
hipoglikemia. Hal ini dikarenakan adanya konsumsi insulin yang
berlebihan.
Manifestasi klinis klasik dari semua jenis diabetes termasuk "tiga
Ps": poliuria, polidipsia, dan polifagia. Poliuria (peningkatan buang air
kecil) dan polidipsia (peningkatan rasa haus) terjadi sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebih yang terkait dengan diuresis osmotik. Pasien
juga mengalami polifagia (peningkatan nafsu makan) yang diakibatkan
oleh keadaan katabolik yang disebabkan oleh kekurangan insulin dan
pemecahan protein dan lemak. Gejala lain termasuk kelelahan dan
kelemahan, perubahan penglihatan mendadak, kesemutan atau mati rasa
di tangan atau kaki, kulit kering, lesi atau luka kulit yang lambat sembuh,
dan infeksi berulang. (Brunner & Suddarth's, 2010) Sesuai dengan data
pengkajian yang ada pada Tn.A didapatkan diagnosa risiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan diabetes
mellitus.
Selain kadar glukosa darah yang lebih dari batas normal, data
penunjang terkait diagnosa risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
adalah HbA1c. HbA1c (Hemoglobin Glikolisasi) adalah tes untuk
mengukur tingkatan gula yang berkaitan dengan hemoglobin A,
sepanjang umur sel darah merah. Semakin tinggi HbA1c pada penderita
diabetes melitus, semakin beresiko terkena komplikasi. Pada penderita
diabetes melitus sebaiknya dipertahankan berada dibawah 8%. Setiap
penurunan 1% pada HbA1c akan mengurangi resiko gangguan pembuluh
darah sebanyak 35%, komplikasi diabetes melitus lain 21%, dan
menurunkan resiko kematian 21% (Hasil studi United Kingdom
Prospective Diabetes). Kenormalan HbA1c menggambarkan ketaatan
pasien pada diet, olahraga dan obat sehingga terjadi pengendalian kadar
gula darah selama 3 bulan terakhir. (Brunner & Suddarth's, 2010)
b. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Penurunan Aliran Arteri dan/atau
Vena Akibat Diabetes Melitus (D.0009)
Perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah pada
level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh. Diagnosa ini
muncul karena Tn.A mengatakan sering merasa kesemutan dan memiliki
riwayat sakit DM sejak 5 tahun lalu, Tn.A tampak lemas dan pucat, CRT
> 2 detik. Kekuatan otot ekstremitas atas kanan dan kiri menunjukkan
skala 4. Kekuatan otot ekstremitas bawah kanan dan kiri menunjukkan
skala 4. TD : 160/90 mmHg, suhu : 37,2 oC, HR : 92 x/menit, RR : 20
x/menit, glukosa darah sewaktu : 274 mg/dL (H), pemeriksaan EKG
didapatkan hasil CAD anteroseptal.
Gangguan sistem sirkulasi cukup banyak terjadi pada penderita
DM. Komplikasi tersebut kebanyakan berhubungan dengan perubahan-
perubahan metabolik, terutama hiperglikemia. Kerusakan vaskuler
merupakan gejala yang khas sebagai akibat DM, dan dikenal dengan
nama angiopati (kerusakan makrovaskular) biasanya muncul sebagai
gejala klinik berupa penyakit jantung iskemik dan pembuluh darah
perifer. (Rusandi & Prabowo, 2015)
Diabetes Melitus menyebabkan komplikasi, diantaranya
komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler
adalah komplikasi yang terjadi pada pembuluh darah kapiler diantaranya
neuropati, retinopati, dan nefropati. Neuropati merupakan komplikasi
yang terjadi pada sel saraf seperti lemah, mati rasa dan kesemutan.
Retinopati adalah kerusakan pembuluh darah pada jaringan belakang mata
(retina) yang disebabkan oleh gula darah yang tidak terkontrol.
Komplikasi yang terjadi biasanya katarak. Sedangkan untuk nefropati,
kondisi menurunnya fungsi organ ginjal yang disebabkan oleh Diabetes
Melitus. Hal ini dikarenakan kadar glukosa yang tinggi akan
meningkatkan Glomerular Filtration Rate (GFR) yang berisiko
mengakibatkan penyakit gagal ginjal kronik.
Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang terjadi pada
pembuluh darah besar akibat Diabetes Melitus. Hal ini dikarenakan
defisiensi insulin yang mempengaruhi jaringan lemak. Dimana lemak
tubuh tidak bisa diubah menjadi energi dan akan menumpuk pada
membrane dasar vaskuler (arterosklerosis). Penumpukan lemak ini akan
mengakibatkan sumbatan pada aliran darah arteri dan/atau vena.
Akibatnya pasien akan berisiko mengalami penyakit jantung coroner
(CAD).
c. Hipovolemia b.d Diuresis Osmotik (D.0023)
Hipovolemia adalah penurunan volume cairan intravaskuler,
interstitial, dan/atau intraselular. Keadaan hiperglikemia dan kadar keton
yang tinggi menyebabkan diuresis osmotik yang akan mengakibatkan
hipovolemia dan penurunan glomerular filtration rate (GFR). (Gotera,
2010) Keadaan yang terakhir akan memperburuk hiperglikemia. Diagnosa
ini muncul karena Tn.A mengatakan bahwa dirinya merasa lemas dan jika
berjalan seperti berkunang-kunang. Tn.A mengatakan sering merasa haus
dan BAK 10-12 x/hari, dengan warna kuning keruh. Kesadaran Tn.A
composmentis, tampak lemas dan pucat, kebutuhan cairan = 2260 ml,
balance cairan : 180 ml (+), IWL : 870 ml, Na 133 mEq/L (L), K 2,4
mEq/L (L), Cl 99 mEq/L (L), keton +1.

3. RENCANA INTERVENSI
Penentuan rencana Tindakan keperawatan berikut sesuai dengan prioritas
masalah pada pasien berdasarkan case study. (PPNI, 2018)
a. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b.d Diabetes Melitus
(D.0038)
Outcome :
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam, kadar
glukosa darah stabil dengan kriteria hasil : Kestabilan kadar glukosa
darah (L.03022) : Rasa lelah berkurang, rasa haus berkurang, kadar
glukosa dalam darah normal (< 200 mg/dl).
Intervensi :
Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
Observasi : Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia, monitor
kadar glukosa darah, monitor tanda dan gejala hiperglikemia
(mis.poliuria, polydipsia, polifagia, kelemahan, malaise, pandangan
kabur, sakit kepala), monitor intake dan output cairan, monitor keton
urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik, dan
frekuensi nadi.
Terapeutik : Berikan asupan cairan oral, konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk.
Edukasi : Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri,
anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga, ajarkan pengelolaan
diabetes (mis.penggunaan insulin, obat oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan bantuan professional kesehatan), bisa juga
berupa self-care.
Aktivitas yang mendukung pengelolaan diabetes melitus yaitu
dengan self-care. Self-care menggambarkan perilaku individu yang
dilakukan secara sadar, bersifat universal, dan terbatas pada diri sendiri.
Self-care menurut Orem didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan
oleh seseorang dimana individu memulai dan melakukan suatu tindakan
berdasarkan keinginannya dengan tujuan untuk mempertahankan hidup
dan kesehatan serta kesejahteraan. Di dalam sel, cara pegontrolan kadar
glukosa darah dan pencegahan terhadap komplikasi dengan makan-
makanan yang sehat dan menghindari kebiasaan makan-makanan dengan
kadar gula tinggi sesuai indikasi, pengobatan, dan pencegahan
komplikasi disebut dengan self-care Diabetes. Self-care Diabetes
merupakan integrasi dari pendekatan teori model self-care diabetes
sebagai program atau tindakan yang harus dijalankan sepanjang
kehidupan dan menjadi tanggung jawab penuh bagi setiap penderita
Diabetes Mellitus itu sendiri. (Maslikhah & Arisanty, 2018)
Kepatuhan diet pasien Diabetes Melitus juga ditentukan dari
individu sendiri. Hal inilah yang membuat edukasi mengenai kepatuhan
bagi pasien Diabetes Melitus sangatlah penting. Akan tetapi, banyak dari
pasien Diabetes Melitus yang mengesampingkan bahkan tidak
mengindahkan edukasi yang telah diberikan oleh tanaga kesehatan
selama sakit. Hal ini membuat tenaga kesehatan memikirkan langkah
tepat agar pasien Diabetes Melitus mampu patuh terhadap pencegahan
kekambuhan penyakit Diabetes Melitus. Salah satunya edukasi
menggunakan media booklet. Booklet dapat dipelajari setiap saat karena
berbentuk buku dan dapat menyebarkan informasi dalam bentuk tulisan
dan gambar, sehingga terlihat lebih menarik dan sangat sesuai digunakan
sebagai media edukasi bagi pasien DM tipe 2. (Srikartika & Akbar, 2019)
Selain media booklet, edukasi pasien diabetes melitus bisa
melalui konseling dan sms gateway. Adanya pemberian konseling dan
sms gateway ini sangat penting karena penyakit diabetes merupakan
penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup pasien. Dengan
pemberian konseling dan sms gateway inilah pasien diharapkan memiliki
pengetahuan yang cukup tentang diabetes, yang selanjutnya dapat
merubah sikap dan perilakunya sehingga diharapkan dapat
mengendalikan kondisi penyakit dan kadar gula darah serta HbA1c
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya. (Sucipto & Fadlilah,
2017)
Edukasi diberikan dengan cara konseling tentang 4 pilar
penatalaksanaan DM yang meliputi edukasi penyakit, diit, olahraga dan
farmakologi. Umumnya pemberian edukasi yang dilakukan di pelayanan
kesehatan dasar di luar negeri dilakukan langsung oleh perawat dengan
memberikan edukasi langsung baik secara individual, kelompok, melalui
telepon atau dating ke rumah pasien. Penggunaan edukasi dengan
konseling di sarana pelayanan kesehatan di luar negeri umumnya dapat
membantu atau mempermudah pasien dalam menerima suatu informasi.
(Sucipto & Fadlilah, 2017)
Peningkatan kemampuan pasien dalam melakukan pengendalian
diabetes melitus, perlu diberikan pengetahuan yang cukup tentang
penatalaksanaan diabetes melitus. Pengetahuan pasien tentang diabetes
melitus merupakan sarana yang dapat membantu penderita menjalankan
penanganan diabetes selama hidupnya sehingga semakin banyak dan
semakin baik penderita mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti
bagaimana harus mengubah perilakunya.

b. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Penurunan Aliran Arteri dan/atau


Vena Akibat Diabetes Melitus (D.0009)
Outcome :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, perfusi perifer
kembali efektif dengan kriteria hasil : Perfusi Perifer (L.02011) : Denyut
nadi perifer normal (60 – 100 x/menit, tekanan darah normal (120/80
mmHg), warna kulit merata (tidak pucat), kesemutan pada ekstremitas
berkurang, turgor kulit elastis. Mobilitas Fisik (L.05042) : Kekuatan otot
meningkat dari skala 4 menjadi 5.
Intervensi :
Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Observasi : Identifikasi factor risiko gangguan sirkulasi (mis.diabetes)
Terapeutik : Lakukan perawatan kaki, lakukan hidrasi
Edukasi : Anjurkan berolahraga rutin, anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah, antikoagulan, penurun kolesterol,jika perlu,
anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur,
informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporan (mis. hilang
rasa).
Edukasi Latihan Fisik (I.12389)
Observasi : Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik : Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan, jadwalkan
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, berikan kesempatan untuk
bertanya.
Edukasi : Jelaskan manfaat kesehatan dan efek fisiologis senam kaki
diabetes, jelaskan frekuensi, durasi, dan intensitas program senam kaki,
ajarkan teknik pernapasan yang tepat
Senam kaki merupakan salah satu terapi yang diberikan kepada
penderita diabetes yang bertujuan untuk memperlancar peredaran
darah yang terganggu, membantu memperkuat otot – otot pada kaki,
dan memperbaiki sirkulasi darah sehingga nutrisi ke jaringan lebih
lancar, jika tidak dilakukan dapat menimbulkan penyempitan pembuluh
darah kaki atau neuropati, kemudian akan menyebabkan terjadinya
gangren, selanjutnya meningkatkan risiko kecacatan atau morbiditas.
(Rusandi & Prabowo, 2015)

c. Hipovolemia b.d Diuresis Osmotik (D.0023)


Outcome :
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 3x24 jam, cairan tubuh dalam
rentang normal dengan kriteria hasil : Status Cairan (L.03028) : Turgor
kulit elastis, output urine berkurang menjadi ± 500 ml, tidak merasa
lemah, tidak merasa haus berkepanjangan, frekuensi nadi normal (60 – 100
x/menit), tekanan darah normal (120/80 mmHg), membran mukosa
lembab
Intervensi :
Manajemen Hipovolemia (I.03116)
Observasi : Periksa tanda gejala hipovolemia (frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, turgor kulit menuurn, membrane mukosa kering, haus,
lemah), monitor intake dan output cairan
Terapeutik : Hitung kebutuhan cairan, berikan asupan cairan oral
Edukasi : Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi : Kolaborasi pemberian IV
4. EVALUASI
Dalam mengevaluasi perkembangan kondisi pasien dapat menggunakan
prinsip SOAP (subyektif, obyektif, analysis, dan planning).
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Brunner, & Suddarth's. (2010). Textbook of Medical-Surgical Nursing (Twelfth
Edition ed., Vol. Volume 1). Wolters Kluwer Health.

Gotera, W. (2010, Mei). Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetik (KAD). Jurnal


Penyakit Dalam, 11(2), 126-138.

Kemenkes. (2014). Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta: Kemenkes RI.

Maslikhah, N., & Arisanty, N. (2018). Asuhan Keperawatan Klien yang


Mengalami Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Risiko Ketidakstabilan
Kadar Glukosa Darah di Ruang Dahlia RSUD Jombang. Artikel
Penelitian.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik (Edisi 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan (Edisi 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan (Edisi 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Rusandi, D., & Prabowo, T. (2015, April). Pengaruh Senam Kaki Diabetes
Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki dan Kadar Glukosa Darah Pada
Penderita DM di Kelurahan Banyuraden Kecamatan Gamping Sleman
Yogyakarta. Media Ilmu Kesehatan, 4(1), 44-54.

Srikartika, V. M., & Akbar, M. R. (2019, April). Evaluasi Intervensi Media


Booklet Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Puskesmas Banjarbaru Selatan. Jurnal Publikasi
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 6(1), 27-35.

Sucipto, A., & Fadlilah, S. (2017, Mei). Model Konseling Tersruktur dan SMS
Gateway dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengendalian Gula Darah dan
HbA1c pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Keperawatan Respati
Yogyakarta, 4(2), 163-170.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai